Mimisan (Epistaksis) Epidemiologi Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10 tahun dan >50 tahun. Anatomi hidung Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung. Piramid hidung terdiri dari : pangkal hidung (bridge) dorsum nasi (dorsum=punggung) puncak hidung ala nasi (alae=sayap) kolumela lubang hidung (nares anterior) Gambar 1. bagian luar hidung terdiri dari tulang (bone), tulang rawan (kartilago) Gambar 2. bagian dalam hidung Perdarahan hidung Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang atas) interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan septum terdapat anastomosis (gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus kiesselbach (little’s area) Gambar 3. pleksus kiesselbach/litte’s area Fisiologi hidung Fungsi hidung adalah untuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. jalan napas alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu dan kelembaban udara) penyaring udara sebagai indra penghidu (penciuman) untuk resonansi udara membantu proses bicara refleks nasal Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui cabang a.sfenopalatina. Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat. Epistaksis (mimisan) pada anak-anak umumnya berasal dari little’s area/pleksus kiesselbach (gambar 3) yang berada pada dinding depan dari septum hidung. Dua faktor yang paling penting dari epistaksis pada anak-anak adalah : Trauma minor : mengorek hidung, menggaruk, bersin, batuk atau mengedan Mukosa hidung yang rapuh : terdapat infeksi saluran napas atas, pengeringan mukosa, penggunaan steroid inhalasi melalui hidung Penyebab epistaksis lainnya adalah adanya benda asing di dalam rongga hidung, polip hidung, kelainan darah, kelainan pembuluh darah dan tumor pada daerah nasofaring. Riwayat yang perlu diperhatikan Epistaksis berulang atau seringkali terjadi epistaksis Riwayat sebelumnya dimana seringkali berdarah setelah tindakan bedah (cabut gigi, sirkumsisi-sunat) Riwayat keluarga dengan perdarahan, epistaksis berulang, menstruasi berlebihan Penggunaan obat-obatan, contoh obat semprot hidung, obat-obatan hidung, NSAIDS (non steroidal anti inflammatory drugs) Pada anak-anak umumnya terjadi epistaksis anterior karena itu dibahas tatalaksana mengenai epistaksis anterior. Tatalaksana Epistaksis anterior Prinsip dari penatalaksanaan epistaksis yang pertama adalah menjaga ABC A : airway : pastikan jalan napas tidak tersumbat/bebas, posisikan duduk menunduk B : breathing: pastikan proses bernapas dapat berlangsung, batukkan atau keluarkan darah yang mengalir ke belakang tenggorokan C : circulation : pastikan proses perdarahan tidak mengganggu sirkulasi darah tubuh, pastikan pasang jalur infus intravena (infus) apabila terdapat gangguan sirkulasi 1. posisikan pasien dengan duduk menunduk untuk mencegah darah menumpuk di daerah faring posterior sehingga mencegah penyumbatan jalan napas 2. hentikan perdarahan tekan pada bagian depan hidung selama 10 menit tekan hidung antara ibu jari dan jari telunjuk jika perdarahan berhenti tetap tenang dan coba cari tahu apa faktor pencetus epistaksis dan hindari 3. jika perdarahan berlanjut : dapat akibat penekanan yang kurang kuat bawa ke fasilitas yang lengkap dimana dapat diidentifikasi lokasi perdarahan dapat diberikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000, oxymetazolin-semprot hidung) ke daerah perdarahan apabila masih belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi elektrik/kimia (perak nitrat) atau pemasangan tampon hidung Pemasangan tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan kapas yang ditetesi oleh obat-obatan vasokonstriktor (adrenalin), anastesia (lidocain atau pantocain 2%) dan salap antibiotik/vaselin atau menggunakan kassa yang ditetesi dengan obat vasokonstriktor dan anastesia dan salap antibiotik/vaselin. Apabila terdapat keadaan dimana terjadi tampat perdarahan yang multipel, perembesan darah yang luas/difus maka diperlukan pemeriksaan profil darah tepi lengkap, protrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), golongan darah dan crossmatching. Pencegahan selanjutnya Tidak melakukan nose blowing dan nose picking selama satu minggu 1. apabila terpasang tampon hidung jangan lupa untuk kontrol dalam waktu 48 jam berikutnya untuk pelepasan tampon hidung dan tatalaksana selanjutnya. Keluaran Epistaksis merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Sembilan puluh persen dari epistaksis dapat berhenti sendiri dan juga dapat diatasi di gawat darurat. Dengan tatalkasana yang aoptimal keluaran/outcome dari epistaksis umumnya baik. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul : sinusitis septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung) deformitas (kelainan bentuk) hidung aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah) kerusakan jaringan hidung infeksi Daftar istilah Dari kamus kedokteran Dorland ed.26 : 1. arteri : pembuluh darah yang menjauhi jantung 2. dorsal : menyatakan posisi lebih ke permukaan belakang 3. vasokontriktor : pengecilan kaliber pembuluh darah; khususnya arteriol (arteri kecil) yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke suatu bagian tubuh Sumber : 1. Epistaxis.RCH CPG. Diakses tanggal 17 juni 2007. Diunduh dari http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=9749 2. Kucik CJ, Clenney T. Management of epistaxis. Diakses tanggal 25 juni 2007. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/20050115/305.html 3. Evans J. Epistaxis. Diakses tanggal 24 juni 2007. Diunduh dari http://www.emedicine.com/emerg/topic806.htm Oleh : dr. Anto