Anfis THT - WordPress.com

advertisement
ANFIS THT
• BAGONG PRIYANTONO S.Kep.Ns
TELINGA
• Telinga adalah organ penginderaan dengan
fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan)
Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari
TELINGA LUAR
• Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh
struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani
(gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala
kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala
oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak
dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.. Kanalis auditorius
eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Anatomi Telinga Tengah
• T tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga
tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada
akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna
kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah mengandung tulang
terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan
pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding
medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan
telinga dalam.
• Tuba eustachii lebar 1mm pjg sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Anatomi Telinga Dalam
Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus
koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Terdapat keseimbangan
yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam;
banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di
dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa.
Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak.
PEMERIKSAAN TELINGA
• Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga dan fungsi
pendengaran.
Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam
detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi telinga luar
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu
kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa
bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk,
hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari
telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan
lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri
• 7. Lakukan penekanan pada area tragus ke
dalam dan tulang telinga di bawah daun
telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan
cara berikut:
- Pada orang dewasa, pegang daun telinga/
heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke
atas dan ke belakang sehingga lurus dan
menjadi mudah diamatai.
- Pada anak-anak, tarik daun telinga ke
bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau
kotoran/ serumen pada lubang telinga.
ALAT PERIKSA TELINGA
Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
1. Atur posisi klien membelakangi
pemeriksa pada jarak 4-6 Cm.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah
satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh
enam”
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan
yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang
sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar
telinga kanan dan kiri klien.
Menggunakan arloji
 1. Ciptakan suasana ruangan yang
tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke
telinga klien
3. Minta klien untuk memberi
tahu pemeriksa jika ia mendengar
detak arloji
4. Pindahkan posisi arloji
perlahan-lahan menjauhi telinga
dan minta klien untuk
memberitahu pemeriksa jika ia
tidak mendengar detak arloji.
Normalnya klien masih
mendengar sampai jarak 30 cm
dari telinga.
PEMERIKSAAN DG GARPUTALA
Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan
pukulkan ke telapak tangan atau buku jari
tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla pada
prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu
pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran
lagi
4. Angkat garpu talla dan dengan cepat
tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2
cm dengan posisi garpu talla paralel
terhadap lubang telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk memberitahu
apakah ia masih mendengar suara atau tidak
6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan
tersebut
PEMERIKSAAN DG GARPUTALA
Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada
tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari
tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla di
tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah
bunyi terdengar sama jelas pada
kedua telinga atau lebih jelas
pada salah satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan
pendengaran tersebut.
• Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna
atau aurikel) dan saluran telinga (meatus
auditorius eksternus).
Kelainan pada telinga luar meliputi:
- penyumbatan
- infeksi
- cedera
- tumor.
• PENYUMBATAN
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran
telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli
yang bersifat sementara. Pada keadaan ini, serumen
dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau
dengan alat penghisap. Tetapi jika dari telinga keluar
nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau
terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi.
Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa
masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan
memperburuk infeksi.
• OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna
generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel).
Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang
(swimmer's ear).
Sejumlah bakteri atau jamur (lebih jarang) bisa menyebabkan
otitis eksterna generalisata; bakteri stafilokokus biasanya
menyebabkan bisul.
Orang-orang tertentu (penderita alergi, psoriasis), eksim atau
dermatitis pada kulit kepala) sangat peka terhadap otitis
eksterna.
TUMOR
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas
(kanker).
Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga,
menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran
telinga serta ketulian.
Contoh dari tumor jinak pada saluran telinga adalah:
# Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari
kulit)
# Osteoma (tumor tulang)
# Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang
berlebihan setelah terjadinya cedera).
•
OMAadalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus.
Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak
terutama usia 3 bulan- 3 tahun.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah bakteri atau virus.
Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold).
Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau
kadang melalui aliran darah. adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau
pembengkakan amandel.
GEJALA
Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap.
Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai 40,5? Celsius.
Gendang telinga melami peradangan dan menonjol.
Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah
menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah.
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi).
Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh:
-Otitis media akut
- Penyumbatan tuba eustakius
-Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat
perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba
-Luka bakar karena panas atau zat kimia.
GEJALA
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada lokasi perforasi gendang telinga:
# Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga).
Kambuh bila kena air saat mandi
Dari telinga keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri.
# Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga).
Bisa terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.
PERFORASI GT
TENGGOROKAN
• Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut
bagian belakang (di puncak tenggorokan).
Tonsil berfungsi membantu menyaring bakteri
dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa 'dikalahkan' oleh infeksi bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsilitis.
Infeksi juga bisa terjadi di tenggorokan dan
daerah sekitarnya, menyebabkan faringitis.
• Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil
(amandel).
Tonsilitis sangat sering ditemukan, terutama
pada anak-anak.
• PENYEBAB
Penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptokokuks atau infeksi virus (lebih jarang).
• Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan
jika:
- tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau
lebih/tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau
lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau
lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun
- tonsilitis tidak memberikan respon terhadap
pemberian antibiotik.
•
Pita suara adalah 2 buah pita otot elastis yang terletak di dalam laring (kotak
suara), tepat diatas trakea (saluran udara).
Pita suara menghasilkan suara jika udara yang tertahan di paru-paru
dilepaskan dan melewati pita suara yang menutup sehingga pita suara
bergetar.
Jika kita tidak sedang berbicara, pita suara terpisah satu sama lain sehingga
kita bisa bernafas.
Kelumpuhan pita suara bisa disebabkan oleh:
# Kelainan otak (misalnya tumor otak, stroke dan penyakit demielinisasi)
# Kerusakan saraf yang menuju ke laring akibat tumor, cedera, infeksi virus
atau neurotoksin (zat yang bersifat racun terhadap saraf, contohnya timah
hitam atau racun pada difteri)
# Cedera kepala
# Cedera leher
# Kanker paru-paru atau tiroid.
.
• GEJALA
Kelumpuhan pita suara bisa mempengaruhi proses berbicara,
bernafas dan menelan.
Kelumpuhan menyebabkan makanan dan cairan terhidup ke dalam
trakea dan paru-paru.
Jika hanya 1 pita suara yang lumpuh (kelumpuhan 1 sisi), maka
suara menjadi serak.
Biasanya saluran udara tidak tersumbat karena pita suara yang
normal bisa membuka sebagaimana mestinya.
Jika kedua pita suara mengalami kelumpuhan (kelumpuhan 2 sisi),
maka kekuatan suara akan berkurang.
Penderita juga mengalami gangguan pernafasan karena terjadi
penyumbatan saluran udara ke trakea
HIDUNG
• Pemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi dan
palpasi hidungbagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi
dilakukan dengan mengamati adatidaknya kelainan bentuk
hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret yang keluardari rongga
hidung. Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk
mulaidari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui
ada tidaknya nyeri, massatumor atau tanda-tanda
krepitasi.Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang
hidung yang disebutdengan Rhinoskopi anterior dan yang
melalui rongga mulut denganmenggunakan cermin nasofaring
yang disebut dengan Rhinoskopi posterior .
TUMOR DALAM LUBANG HIDUNG
• Rhinoskopi anterior
• RA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan
denganbesarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan
tangan yangdominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga
tangkai bawahdapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah,
jari manis dan jarikelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi
disekitar hidung. Lidahspeculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam
keadaan tertutup ke dalamrongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah
speculum dibuka. Janganmemasukkan lidah speculum terlalu dalam atau
membuka lidah speculumterlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah
speculum dari rongga hidung , lidahspeculum dirapatkan tetapi tidak
terlalu rapat untuk menghindari terjepitnyabulu-bulu hidung.Amati
struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar
ronggahidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna
danpermukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing
dan
• secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka
inferior . Bila inginmelihat konka medius dan superior pasien
diminta untuk tengadahkan kepala.Pada pemeriksaan RA
dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitupergerakan
palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan
huruf“ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena
palatum molle usahakan agararah pandang mata sejajar
dengan dasar rongga hidung bagian belakang.Pandangan
mata tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati
turunnaiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan
huruf “ i ” . FenomenaPalatum Molle akan negatif bila
terdapat massa di dalam rongga nasofaringyang menghalangi
pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otototot levator dan tensor velli palatini.Bila rongga hidung sulit
diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakantampon
kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang
dimasukkan kedalam rongga hidung untuk mengurangi edema
mukosa.
• Rhinoskopi posterior
• Pasien diminta membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3
dorsallidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan
melakukan penekanyang terlalu keras pada lidah atau memasukkan
spatel terlalu jauh hinggamengenai dinding faring oleh karena hal
ini dapat merangsang refleks muntah.Cermin nasofaring yang
sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan kebelakang rongga
mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas.Diusahakan
agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring..
Perhatikanstruktur rongga nasofaring yang terlihat pada
cermin.Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka
inferior, medius dansuperior, adenoid (pada anak), ada tidak secret
yang mengalir melalui meatus.
Download