SISTIM PERNAFASAN CHICY CAHYA PUTRI BANGKO ORGAN PERNAFASAN HIDUNG FARING LARING TRAKEA BRONKUS PARU-PARU I. HIDUNG (NASAL /NASO ) Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan yaitu septum nasi. Lubang masuk ke dalam masing-masing rongga, disebut nares atau lubang hidung. Masing-masing rongga hidung di bagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat dibelakang nares anterior, dan bagian respirasi. Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sebasea besar Vestibulum →kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut dengan rambutnya yang kaku dan besar. Rambut kasar itu berfungsi menapis benda2 kasar yang terdapat di dalam udara inspirasi. Bagian yang lebih dalam dari vestibulum adalah bagian respirasi. Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpokat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding lateral menonjol 3 lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis superior, medius, dan inferior. pada konka nasalis inferior terdapat pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan yang disebut jaringan kavernosus atau jaringan erektil. Melebarnya pleksus vena ini berakibat membengkaknya konka inferior ini, sehingga hidung tertutup yang menyukarkan bernafas dari hidung (pada orang yang alergi). Diatas konka nasalis superior serta sekat hidung di dekatnya terdapat daerah berwarna coklat kekuningan. Daerah ini mengandung reseptor penghidu dan disebut daerah olfaktoria (mukosa olfaktoria). Diantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior, meatus medialis, dan meatus inferior. Meatus2 inilah yang dilewati oleh udara pernapasan. Sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas Ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis Sinus paranasalis terdiri dari sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit2 terdapat terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, Saluran ini disebut tuba auditiva eustachii yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Bagian-bagian hidung : kavum nasi (rongga hidung) septum nasi (sekat hidung) konka nasalis (karang hidung) : 1. konka nasalis inferior 2. konka nasalis media 3. konka nasalis superior meatus nasi (lekukan hidung) : 1. meatus superior 2. meatus medialis 3. meatus inferior II. FARING Faring dimiliki bersama oleh sistim pencernaan dan sistim pernafasan Disebelah superior faring melekat pada dasar tengkorak kearah inferior dilanjutkan sebagai esofagus ke arah anterior faring berhubungan dengan rongga hidung, rongga mulut dan rongga laring. Nasofaring terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Laringofaring terletak di belakang laring. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Mukosanya: epitel berlapis gepeng yang merupakan kelanjutan dari rongga mulut. Pada dinding lateralnya: tonsila palatina, noduli limfoidei. Bersama adenoid dan lingual pada dasar lidah, noduli tersebut membentuk cincin jaringan limfatik yang mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang penetrasi ke mukosa. Laringofaring merupakan bagian paling bawah faring. Kontraksi dinding muskuler orofaring dan laringofaring adalah bagian dalam refleks menelan. Pada daerah laringofaring bertemu sistim pernapasan dan sistim pencernaan. III. LARING Laring atau “kotak suara” membuka mulai bagian inferior faring dan dilanjutkan ke arah inferior oleh trakea. Kekakuan kotak ini dipertahankan oleh sejumlah tulang rawan hialin dan elastik yang dipersatukan oleh selaput. Pada bagian dalamnya laring dilapisi oleh selaput lendir dan pada bagian luarnya tertutup oleh otot2 sadar. Laring bukan hanya jalan udara dari faring ke saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi. Kartilago (tulang rawan) utama laring adalah sebagai berikut : 1). Kartilago tiroid 2). Kartilago krikoid 3). Kartilago aritenoid 4). Kartilago epiglotis IV. TRAKEA Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D. Setinggi sudut sternal, 5 cm inferior terhadap insisura jugularis, trakea bercabang dua menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut karina. V. BRONKUS Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan bercabang lagi menjadi bronkus (sekunder) lobus atas dan bawah. Setiap bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus tersier (segmental). Setelah 9 atau 12 generasi percabangan, ukuran saluran telah mengecil sampai berdiameter 1 mm. Saluran ini disebut bronkiolus, yang turut menyusun lobulus paru. Bronkiolus memasuki lobulus pada puncaknya, bercabang-cabang lagi, membentuk 4 sampai 7 bronkiolus terminalis dan masing2 bercabang lagi menjadi 2 bronkiolus respiratorius. Bagian ini bercabang lagi lebih dari 3 kali menjadi duktus alveolaris Kemudian duktus alveolaris masih dapat bercabang dua sebelum menjadi sakus alveolaris dan alveoli. Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveoli (bagian respirasi sistim pernafasan). VI. PARU-PARU Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu : 1). Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru, 2). Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paruparu dapat berkembang-kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas. VIDIO SISTEM PERNAFASAN