Epistaksis Epistaksis • Epistaksis, bloody nose, nosebleed, nasal hemorrhage prdarahan akut yang berasal dari rongga hidung atau nasofaring, 90% dapat berhenti sendiri • Epitazein : terus menerus • Epistaksis gejala dari suatu kelainan Manifestasi Klinis • Perdarahan dari salah satu atau kedua lubang hidung • Sensasi cairan yang mengalir di bagian belakang tenggorokkan • Keinginan untuk sering menelan • Pusing, dan sedikit sulit bernapas • Hemoragi parah berlangsung > 10 menit setelah ditekan, denyut nadi meningkat, hipotensi, dispnea, pucat • Darah yang hilang bisa mencapai 1L/ jam pada orang dewasa Patofisiologis Epistaksis (Etiologi : Lokal) Patofisiologis Epistaksis (Etiologi : Lokal) Patofisiologis Epistaksis (Etiologi : Sistemik) Patofisiologis Epistaksis (Etiologi : Sistemik) Patofisiologis Epistaksis (Etiologi : Sistemik) Patofisiologi Epistaksis Pemeriksaan Diagnostic • Rontgen Sinus dan CT-Scan atau MRI mengenali neoplasma atau Infeksi • Endoskopi hidung untuk melihat kemungkinan pnyakit lainnya. • Skrining terhadap koagulopati tes-tes yang tepat, termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial, jumlah platelet danwaktu perdarahan • Pemeriksaan darah tepi lengkap Penatalaksanaan Epistaksis • Proteksi dan penanganan Jalan Napas dan Pernapasan • Hemostasis Manual/Kontrol Perdarahan penekanan langsung pada ala nasi kiri dan kanan selama 5-30 mnt tiap 5-10 menit di evaluasi perdarahan sudah terkontrol/belum. Ps tegak, tidak hiperekstensi mencegah darah ke faring resiko aspirasi. Jika penekanan belum cukup pemasangan kasa disemprot lidokain 1% selama 3-5 menit pada kavum nasi membantu vasokonstriksi dan hemostasis. • Pemasangan jalur intravena penggantian volume yang hilang • Kauterisasi kauterisasi kimia perak nitrat 30%, asam triklorasetat 30% atau polikresulen pd pem.darah yg mengalami perdarahan selama 2-3 det untuk perdarahan di plexus kisselbach • Setelah perdarahan terkontrol gunakan spray NaCl 0,9% di hidung, salep antibiotik menghindari infeksi, vasokonstriktor untuk perdarahan ringan • Tampon untuk menangani epistaksis yang tidak responsif terhadap kauterisasi Pengkajian Epistaksis • Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, pendidikan, pekerjaan • Riwayat penyakit sekarang • Keluhan utama • Riwayat penyakit dahulu • Pola nutrisi • Pola istirahat dan tidur • Pemeriksaan fisik : KU, TTV, Kesadaran • Pemeriksaan focus hidung : rinoskopi Analisa Data • Perdarahan dari salah satu atau kedua lubang hidung • Keinginan untuk sering menelan • Pusing, dan sedikit sulit bernapas • Hemoragi parah berlangsung > 10 menit setelah ditekan, denyut nadi meningkat, hipotensi, dispnea, pucat • Darah yang hilang bisa mencapai 1L/ jam pada orang dewasa Diagnosa Keperawatan DX : Hipovolemia b.d. Kehilangan cairan aktif Intervensi Keperawatan • Management Syok Hipovolemia – Observasi : • Monitor status kardiopulmonal ( frekuensi nadi dan kekuatan nadi, frekuensi napas dan TD) • Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) • Monitor status cairan • Periksa tingkat kesadaran – Terapeutik : • Pertahankan jalan napas • Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit • Pasang jalur IV ukuran besar (no 14/16) – Kolaborasi : • Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2L pada dewasa • Manajemen Perdarahan – Observasi : • • • • Identifikasi penyebab perdarahan Monitor TD dan parameter hemodinamik Monitor intake dan output cairan monitor tanda gejala perdarahan masif – Terapeutik : • Lakukan penekanan pada daerah perdarahan • Pertahankan akses IV – Edukasi : • Kolaborasi pemberian cairan atau transfusi darah Fraktur Os. Nasal Fraktur Tulang Hidung • Fraktur hilangnya kontiuitas tulang baik bersifat total maupun sebagian akibat trauma/tenaga fisik atau proses penyakit (osteoporosis). • Fraktur Os. Nasal hilangnya kontinuitas/ patahnya tulang nasal. • Fraktur Os. Nasal sering berupa fraktur sederhana, tetapi komunitif dan dapat disertai luka terbuka pada kulit luar hidung. Manifestasi Klinis • • • • • • • • • Memar sekitar hidung Bengkak Nyeri tekan Kelainan bentuk hidung Pendarahan pada hidung Kesulitan bernapas Mimisan berlebihan (jika mukosa hidung rusak) Pembengkakan hidung dan area sekitar Hidung tersumbat Patofisiologi Fr. Os Nasal Pemeriksaan Diagnostic • X-Ray menentukan luas/lokasi fraktur • Scan tulang, tomogram, CT-Scan memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak • Ateriogram memeriksa ada/tidaknya kerusakan vaskuler • Hitung darah lengkap peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan • Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah dan transfusi Penatalaksanaan Farmakologi • Cetorolac anti inflamasi non-steroid dengan sifat analgesik yang kuat dan efek anti inflamasi sedang. Absorbsi cetorolac berlangsung cepat, baik melalui oral maupum Intra muskular. Ketorolak bersifat toksik pada organ : hati, lambung, dan ginjal • Morfin morfin yang ditangkap reseptor aferen primer akan mengurangi pelepasan neurotransmiter menghambat saraf yang mentransmisi nyeri. • Fraktur terbuka membutuhkan antibiotik : kloksasilin oral (25-50mg/kgBB/dosis 4 x/hari) dan gentamisin (7.5mg/kgBB/dosis IV/IM 1x/hari) Pengkajian Fr.Os Nasal • Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, pendidikan, pekerjaan • Riwayat penyakit sekarang • Keluhan utama • Riwayat penyakit dahulu • Psikososial • Pengkajian fisik : – B1 (breathing) : adanya perubahan sistem pernfasan akibat kerusakan jalan nafas/trauma pada nasal – B2 (bleeding) : dapat adanya syok hipovolemik intensitas sedang sampai berat akibat perdarahan pada hidung terdapat tanda-tanda syok – B3 (brain) : kesadaran bisa menurun sampai koma tergantung keparahan trauma kepala – B4 (bladder) : mengkaji keadaan urin (warna, jumlah, karakteristik) – B5 (bowel) : status pemenuhan nutrisi – B6 (bone) : fraktur nasal akan mengganggu jln nafas, adanya deformitas, nyeri tekan, warna kulit Analisa Data • • • • • • • • • • Memar sekitar hidung Bengkak Nyeri tekan Kelainan bentuk hidung (Fraktur Os.Nasal) Pendarahan pada hidung Kesulitan bernapas Mimisan berlebihan (jika mukosa hidung rusak) Pembengkakan hidung dan area sekitar Hidung tersumbat Hipotensi, kulit pucat Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efktif b.d. Obstruksi jalan nafas 2. Hipovolemia b.d. Kehilangan cairan aktif 3. Nyeri Akut b.d. Trauma jaringan Intervensi Keperawatan • Bersihan Jalan Nafas tidak Efktif b.d. Obstruksi jalan nafas – Airway Suctionning • Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan • Monitor status O2 pasien • Hentikan Suction dan berikan O2 apabila ps. Menunjukkan bradikardi, ↑saturasi O2, dll • Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum suction – Airway Management • Posisikan ps. Untuk memaksimalkan ventilasi • Identifikasi ps. Perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan • Auskultasi suara nafas • Hipovolemia b.d. Kehilangan cairan aktif – Pertahankan dan catat intake dan output yang akurat – Monitor status hidrasi ( kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, TD ) – Monitor TTV – Kolaborasi pemberian cairan IV – Monitor status nutrisi – Pertahankan kepatenan IV – Berikan larutan hipotonik untuk rehidrasi intraseluler – Berikan larutan isotonik untuk rehidrasi ekstraseluler • Nyeri Akut b.d. Trauma jaringan – Pain Management • Lakukan pengkajian nyeri secara kompresensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, faktor presipitasi) • Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi) • Ajarkan ps tentang teknik pengurangan nyeri nonfarmakologi • Kolaborasi pemberian analgetik – Analgetic Administration • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik • Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, frekuensi Trauma Membran Timpani Trauma Membran Timpani • Trauma membran timpani trauma yang dapat disebabkan oleh menyelam yg terlalu dalam, luka bakar, tertusuk benda tajam robeknya membran timpani/terganggunya rangkaian tulang pendengaran akibatnya gangguan pendengaran tuli konduktif Manifestasi Klinis • • • • • • Sakit telinga mendadak atau ketidaknyamanan Berisi nanah atau keluar darah dari telinga Pendengaran berkurang Berdengung di telinga (tinnitus) Vertigo Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga atau bersin • Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam,nyeri, telinga berdenging) Patofisiologi Pemeriksaan Diagnostic • Pemeriksaan dengan Otoskopik – Mekanisme : • Bersihkan serumen • Lihat kanalis dan membran timpani – Interpretasi : • Warna kemerahan, bau busuk, bengkak infeksi • Warna kebiruan dan kerucut tumpukan darah di belakang gendang • Kemungkinan gendang mengalami robekan • Pemeriksaan ketajaman – Test penyaringan sederhana : • • • • • Lepaskan semua alat bantu dengar Uji 1 telinga secara bergiliran dg cara tutup salah satu telinga Berdiri dengan jarak 30 cm Tarik nafas dan bisikkan angka secara acak Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam • Uji ketajaman dengan garpu tala – Uji Weber • • • • Menguji hantaran tulang Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pd telapak tangan Letakkan tangkai pada puncak kepala ps Tanyakan : letak suara dan sisi yg paling keras Penatalaksanaan Farmakologi • Pencegahan barotrauma dekongestan atau antihistamin. Untuk membuka tuba eustachius dekongestan misalnya fenileprin dalam bentuk tetes hidung / obat semprot • Perforasi membrane timpani antibacterial. Pengobatan intensive : kauterisasi pada ujung membrane timpani • Penggunaan obat analgesik Pengkajian/Anamnesa • Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, pendidikan, pekerjaan • Riwayat penyakit sekarang • Keluhan utama • Riwayat penyakit dahulu • Riwayat penyakit keluarga • Pemeriksaan Fisik : – Inspeksi : inspeksi keadaan umum telinga (adanya pembengkakan? adanya cairan? Warna kulit telinga? Penumpukan serumen? Nyeri? Dll) – Palpasi : pada daun telinga Analisa Data • Sakit telinga mendadak atau ketidaknyamanan • Berisi nanah atau keluar darah dari telinga dan berbau • Pendengaran berkurang • Berdengung di telinga (tinnitus) • Terdapat penumpukan serumen • Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga atau bersin • Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam,nyeri, telinga berdenging) Diagnosa Keperawatan • Nyeri b.d. Proses inflamasi • Gangguan Integritas kulit b.d. Faktor mekanis Intervensi Keperawatan – Pain Management • Lakukan pengkajian nyeri secara kompresensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, faktor presipitasi) • Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi) • Ajarkan ps tentang teknik pengurangan nyeri nonfarmakologi • Kolaborasi pemberian analgetik – Analgetic Administration • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik • Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, frekuensi Intervensi Keperawatan • Gangguan Integritas kulit b.d. Faktor mekanis – Infection Control • • • • • Tingkatkan intake nutrisi Kolaborasi pemberian antibiotik Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan lokal Proteksi terhadap infeksi Berikan perawatan kulit pada area luka