MODUL 4 PENGENALAN KOMPONEN VARIABEL ELEKTRONIKA I. TUJUAN Tujuan dari praktikum modul ini yaitu: 1. Mengetahui komponen-komponen variabel elektronika 2. Dapat memahami prinsip kerja dari komponen-komponen variabel elektronika 3. Dapat merangkai komponen variabel elektronika pada proto board 4. Dapat melakukan pengukuran komponen variabel elektronika dalam rangkaian menggunakan LCR Meter II. Alat dan Bahan: 1. Project Board 2. Potensiometer Linier 10k 3. Potensiometer B50K GESER 4. Trimpot 50k (503) 5. Thermistor Ptc 16p 6. 20k Ohm Ntc-Mf52at Thermistor Thermal Resistor 203 7. LDR Sensor Cahaya 5528 8. Kabel jumper 9. Osciloscope 10. LCR Meter III. LCR Meter LCR meter adalah bagian dari peralatan tes elektronik yang digunakan untuk mengukur inductance (L), capacitance (C), dan resistance (R) dari komponen. Dalam versi sederhana dari nilai-nilai alat ini sebenarnya dari kuantitas ini tidak diukur, melainkan dengan impedansi yang diukur secara internal dan dikonversi untuk ditampilkan dengan kapasitansi yang sesuai atau nilai induktansi. Bacaan akan cukup akurat jika kapasitor atau induktor perangkat yang diuji tidak memiliki komponen resistif signifikan impedansi. Desain yang lebih canggih mengukur induktansi atau kapasitansi, dan juga resistansi seri setara kapasitor dan faktor Q komponen induktif. Biasanya perangkat yang diuji disambungkan ke sumber tegangan AC. Meteran mengukur tegangan dan menemukan arus melalui DUT. Dari rasio tersebut meteran dapat menentukan besarnya impedansi. Meteran LCR juga dapat digunakan untuk menilai variasi induktansi sehubungan dengan posisi rotor dalam mesin magnet permanen (namun harus berhati-hati karena beberapa meter LCR bisa rusak oleh dihasilkan EMF yang dihasilkan dengan memutar rotor di mesin magnet permanen). Pegangan LCR meter biasanya memiliki uji frekuensi dari 100 Hz, 120 Hz, 1kHz, 10kHz, dan 100kHz untuk akhir meter atas. Resolusi layar dan pengukuran kemampuan jangkauan biasanya akan berubah dengan uji frekuensi. Benchtop LCR meter biasanya memiliki uji frekuensi lebih dari 100 kHz. Mereka kemungkinan sering termasuk untuk menempatkan di tegangan atau arus DC pada pengukuran sinyal AC. End meter yang lebih rendah menawarkan kemungkinan untuk memasok tegangan DC eksternal ini atau arus sementara perangkat akhir yang lebih tinggi dapat memasok mereka secara internal. Pada waktunya benchtop meter memungkinkan penggunaan perlengkapan khusus untuk mengukur komponen SMD, kumparan inti udara atau transformer. Bridge Circuits Induktansi, kapasitansi, perlawanan, dan faktor disipasi juga dapat diukur oleh berbagai bridge circuits. Mereka melibatkan menyesuaikan variabel elemen dikalibrasi hingga sinyal pada detektor menjadi nol, daripada mengukur impedansi dan sudut fase. Awal jembatan LCR komersial menggunakan berbagai teknik yang melibatkan pencocokan atau “nulling” dari dua sinyal yang berasal dari satu sumber. Sinyal pertama dihasilkan dengan menerapkan tes sinyal untuk diketahui dan sinyal kedua yang dihasilkan dengan memanfaatkan kombinasi dikenal dengan nilai standar R dan C. Sinyal itu disimpulkan melalui detektor (biasanya meter panel dengan atau tanpa beberapa tingkat amplifikasi). Ketika arus nol tercatat dengan mengubah nilai standar dan mencari “null” di panel meter, dapat diasumsikan bahwa besarnya arus yang melalui diketahui adalah sama dengan yang standar dan bahwa fase persis sebaliknya (180 derajat terpisah). Kombinasi standar yang dipilih bisa diatur untuk membaca C dan DF langsung yang merupakan nilai yang tepat dari standar yang tidak diketahui. IV. KOMPONEN-KOMPONEN VARIABEL ELEKTRONIKA Komponen dasar elektronika terdiri dari komponen aktif dan komponen pasif. Komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya memerlukan sumber arus atau sumber tegangan tersendiri, contohnya transistor dan dioda. Sedangkan komponen pasif, merupakan komponen yang dapat bekerja tanpa adanya catuan daya, contohnya resistor, kapasitor, dan induktor. 4.1 Variabel Resistor Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya tidak tetap (variabel) dan bisa diubah selama pemakaian sesuai kebutuhan. Perubahan nilai ini dapat dilakukan dengan memutar atau menggeser tuas yang terdapat pada komponen. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot. A. Potensiometer Potensiometer merupakan jenis Variabel Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka. Potensiometer dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, bergantung pada bahan resistif yang dipergunakan, yaitu: Karbon senyawaan, yaitu karbon yang dituang dan berbentuk jalur padat, atau lapisan karbon ditambah zat pengisi, dituang pada suatu substrat atau dasar. Gulungan kawat nikhrom, atau kawat resistansi lainnya yang digulung pada sebuah bentuk isolasi, dan biasanya berbentuk pipa kecil. Cermet suatu lapisan film tebal pada sebuah substrat atau dasar keramik. Konstruksi Dasar Potensiometer Pada umumnya persyaratan potensiometer berada dalam tiga kategori yaitu : ● Preset atau trimmer (gambar 2.a) ● Kontrol kegunaan umum (gambar 2.b) ● Kontrol presisi (c) (a) (b) Kategori Persyaratan Potensiometer Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon). Fungsi-fungsi Potensiometer Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut : o Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player. o Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply o Sebagai Pembagi Tegangan o Aplikasi Switch TRIAC o Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser o Sebagai Pengendali Level Sinyal Jenis potensiometer: 1. Secara manual potensiometer dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu potensiometer dengan gerakan berputar (potensiometer putar) dan potensiometer linier. Potensiometer putar adalah jenis potensiometer yang paling umum dimana wiper bergerak dengan jalan melingkar (memutar). Potensiometer linier adalah jenis potensiometer dimana wiper bergerak pada sepanjangjalur linier. Potensio linier juga dikenal sebagai slider, pot slide, atau fader. Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya. 2. Potensiometer digital adalah potensiometer yang dikontrol secara elektronik. Dalam kebanyakan kasus mereka ada dari berbagai komponen resistif kecil secara seri. Setiap elemen resistif dilengkapi dengan saklar yang dapat berfungsi sebagai tap-off point atau posisi wiper sebenarnya. B. Rheostat Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid. Untuk membuat Rheostat, lilitan kawat resistif yang terbuat dari nikrom (Nikel+krom) di sekitar inti yang terbuat dari keramik dan disusun dalam suatu pelindung. Sebuah pita metal melilit elemen resistor dan dapat digunakan sebagai Potensiometer maupun Rheostat. Variabel resistor putar tersedia dalam kisaran 1 ohm sampai 150 ohm. Rating daya yang tersedia dari resistor ini adalah 3 sampai 200 Watts. Sedangkan yang paling sering digunakan menurut power rating adalah antara 5 sampai 50 Watt. Konstruksi Rheostat putar Perbedaan Potensiometer dengan Rheostat: Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara Potentiometer dan rheostat. Keduanya variabel resistor. Perbedaan utama adalah penggunaan dan sirkuit operasi. Sebagai contoh, jika kita menghubungkan rangkaian antara terminal resistor elemen sebagai resistor variabel untuk mengontrol arus, maka itu adalah Reostat. Di sisi lain, jika kita melakukan hal yang sama seperti yang disebutkan di atas untuk mengontrol tingkat tegangan, maka resistor variabel ini akan disebut potensiometer. Kegagalan-Kegagalan Pada Resistor Variable Kecepatan kegagalannya lebih tinggi dari pada jenis resistor tetap, untuk potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan kira-kira 3 x 10-6 perjam sudah umum, tetapi angka-angka itu berubah bergantung pada metode yang digunakan oleh pabriknya. Kerusakan yang terjadi pada sebuah potensiometer bisa sebagian atau total. a. Kerusakan sebagian : ● Kenaikan resistansi kontak menimbulkan kenaikan noise kelistrikan. ● Kontak yang terputus-putus, ini dapat disebabkan oleh partikel-partikel debu, minyak gemuk (pelumas) atau bahan-bahan ampelas yang terkumpul antara kontak geser dan jalur. Gangguan tadi dapat dihilangkan dengan bahan pembersih seperti contact cleaner. b. Kerusakan total : ● Merupakan sirkit terbuka dian tara jalur dan sambungan ujung-ujungnya atau antara kontak geser dan jalur. Hal ini dapat disebabkan oleh perkaratan bagian-bagian logam karena kelembaban, atau pembengkakan logam-logam / plastik yang terjadi saat penuangan jalur yang menggunakan temperatur tinggi. 4.2 Thermistor Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient). Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan inggris yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya tersebut merupakan Thermistor jenis NTC (Negative Temperature Coefficient). Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi (hambatan) yang signifikan pada bahan Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermitor komersil pertama yang dapat diproduksi secara massal adalah Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930. Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif). Berikut ini adalah Simbol dan Gambar Komponen Thermistor PTC dan NTC : Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC adalah Komponen Elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu (Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya. Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu. 4.3 LDR (Light Dependent Resistor) Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap. Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya Terang. LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika peka cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti Maling, Shutter Kamera, Alarm dan lain sebagainya. Bentuk dan Simbol LDR: Alat Ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan LDR adalah LCR meter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar Pengukuran LDR akurat, kita perlu membuat 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada saat kondisi gelap dan kondisi terang. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah Komponen LDR tersebut masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak. V. LANGKAH PRAKTIKUM 1. Potensiometer a. Untuk mengetahui Nilai Resistansi Maksimum Potensiometer 1. Aturlah posisi Saklar LCR meter pada posisi Ohm (Ω) 2. Hubungkan Probe LCR meter pada kaki Terminal yang pertama (1) dan Terminal ketiga (3). 3. Perhatikan nilai Resistansi Potensiometer pada Display LCR meter, nilai yang tampil adalah nilai maksimum dari Potensiometer yang sedang kita ukur ini. b. Untuk mengetahui perubahan Nilai Resistansi Potensiometer 1. Aturlah posisi Saklar LCR meter pada posisi Ohm (Ω) 2. Hubungkan Probe LCR meter pada kaki Terminal yang pertama (1) dan Terminal kedua (2). 3. Putarlah Shaft atau Tuas pada Potensiometer searah jarum jam, 4. Perhatikan Nilai Resistansi pada Display LCR meter, Nilai Resistansi and naik seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. Sebaliknya, Jika Shaft (Tuas) Potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, Nilai Resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. 5. Pindahkan Probe LCR meter dari kaki Terminal pertama (1) ke Terminal ketiga (3). Jadi, sekarang kaki Terminal Potensiometer yang diukur adalah Terminal 2 dan Terminal 3. 6. Putarlah Shaft (Tuas) Potensiometer searah jarum jam, 7. Perhatikan Nilai Resistansi Potensiometer pada Display LCR meter, Nilai Resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. Sebaliknya, Jika Shaft (tuas) Potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, Nilai Resistansi akan naik seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. 2. Thermistor PTC Atur Posisi Saklar LCR meter pada posisi Ohm (Ω) 1. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor tidak memiliki Polaritas) 2. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip) yang panas ke Thermistor (pastikan jangan menyentuh Thermistor, karena akan merusak bungkusan Thermistor). 3. Perhatikan Display LCR meter, nilai Resistansinya akan naik sebanding dengan suhu tinggi disekitarnya. 3. Thermistor NTC 1. Atur Posisi Saklar LCR meter pada posisi Ohm (Ω) 2. Hubungkan Probe pada Kaki Thermistor (Thermistor tidak memiliki Polaritas) 3. Dekatkan Mata Solder (Soldering Tip) yang panas ke Thermistor (pastikan jangan menyentuh Thermistor, karena akan merusak bungkusan Thermistor). 4. Perhatikan Display pada LCR meter, nilai Resistansi akan turun sebanding dengan suhu tinggi disekitarnya. 4. LDR 1. Pengukuran pada kondisi terang Atur posisi skala selektor LCR meter pada posisi Ohm Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam LCR meter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas) Berikan cahaya terang pada LDR Baca nilai resistansi pada Display LCR meter. Nilai Resistansi LDR pada kondisi terang akan berkisar sekitar 500 Ohm. 2. Pengukuran pada kondisi gelap Atur posisi Hubungkan skala selektor LCR meter pada posisi Ohm Probe Merah dan Probe Hitam LCR meter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas) Tutup Baca bagian permukaan LDR atau pastikan LDR tidak mendapatkan cahaya nilai resistansi pada Display LCR meter. Nilai Resistansi LDR di kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 KOhm.