SELF-DISCLOSURE PADA REMAJA YANG MENGALAMI KETUNADAKSAAN KARENA KECELAKAAN ABSTRAK Seorang remaja yang menyandang cacat fisik (tuna daksa) bawaan yang sudah sejak lahir dihadapkan kepada kenyataan bahwa dirinya menderita tuna daksa, cenderung lebih mudah membuka diri (self-disclosure) terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka bisa menerima kenyataan yang sudah digariskan kepada mereka, lain halnya dengan remaja cacat fisik (tuna daksa) yang diperoleh karena kecelakaan, mereka lebih sulit menerima kenyataan karena sebelumnya ia pernah merasakan hidup sebagai orang normal dan pada umumnya mereka membutuhkan waktu untuk bisa membuka diri (selfdisclosure) terhadap lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti gambaran selfdisclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan dan juga untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 17-20 tahun yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan observasi non partisipan terhadap satu orang subjek dan juga satu orang significant others. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran selfdisclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan dapat dilihat dari komponen selfdisclosure yaitu jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif atau negatif, dalam suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri, dan lawan bicara. Sedangkan untuk faktor-faktor yang menyebabkan bisa dilihat dari lima faktor yaitu faktor beliefs, faktor relationships, faktor personal matters, faktor interest, dan faktor intimate feelings. Arifianti Fajar Jayanti Universitas Gunadarma [email protected] Kata kunci : Self-disclosure, remaja, tuna daksa, dan kecelakaan PENDAHULUAN merasakan kesedihan, dengan apa yang kekecewaan, kegagalan diharapkan atau harapan Di dunia ini pasti karena kehidupan yang yang telah diperoleh tibasemua orang pernah dijalaninya tidak sesuai tiba sirna karena kejadian yang tidak terduga. Seperti seseorang yang mengalami kecelakaan, memperoleh penyakit, dan lain-lain yang dapat menimbulkan luka sehingga merusak kesempurnaan tubuh yang dimiliki. Pada kenyataannya peristiwa yang tidak diinginkan ini menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang-orang yang tidak dapat menerima, tetapi ada juga orang-orang yang justru bangkit dan bahkan mendapatkan hal-hal yang luar biasa ditengah-tengah kekecewaan yang dialaminya (Anggraeni, 2008). Menurut Erikson (dal am Papalia, 199 8) mengungkapkan istilah non normatif untuk kejadian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan. Salah satu kejadi an non norm atif adalah kecelakaan atau juga sakit yang mengakibatkan kecacatan dan m em buat an g got a tubuh menjadi kehilangan fungsinya. Individu yang mengalami hal tersebut biasanya dikenal dengan sebutan penyandang tuna daksa. Penyebab terjadinya tuna daksa menurut Suharman (dalam Isparjianti, 2008) ada empat faktor yaitu faktor penyakit, peperangan, kecelakaan dalam pekerjaan, dan kecelakaan lalu lintas. Faktor yang pertama penyakit, dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedo kteran maka angk a ke cac at an ak an meningkat, hal ini disebabkan orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan jiwanya tetapi meninggalkan bekas yaitu cacat. Adapun penyakitpen yakit yang dapat menyebabkan kecacatan, misalnya penyakit polio, TBC tulang, TBC sendi, dan catitis lepra. Yang ke dua peperangan, merupakan bencana yang tidak menimbulkan keuntungan bagi semua pihak. Bagi mereka yang m e n a n g m a u p u n ya n g kalah mengalami pengorbanan yang besar. Akibat dari peperangan ini ban yak korban yang mengal ami kecacat an, cacat karena perang ini dapat berupa kaki atau tangannya di amputasi. Yang ke tiga kecelakaan dalam pekerjaan apabila bekerja di perusahaan tentu berhadapan dengan mesinmesin. Dalam menjalankan mesin-mesin tersebut ada kalan ya orang bekerj a mengalami suatu kelengahan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat berupa anggota tubuhnya tergilas oleh mesin. Yang ke empat karena kecelakaan lalu lintas Kecelakaan yang dapat , . menyebabkan orang menjadi cacat antara lain kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan karena lalu lintas ini dapat berupa jatuh dari kendaraan, tertabrak mobil, dan tergilas kereta api. Kebanyakan orang memandang remaja tuna daksa dari sudut kesamaan akan kelebihan-kelebihan dalam diri mereka untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yang semata-mata mengekspos segi kekurangannya. Namun tidak sedikit pula orang yang melihat remaja tuna daksa dari kecacatannya. Oleh karena itu, pandangan yang mendahulukan sifat positif pada remaja tuna daksa perlu dimasyarakatkan agar kesempatan membuka diri-nya (self-disclosure) semakin lebar (Agung, 2009). Keterbukaan diri atau self-disclosure dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses dimana individu mengungkapkan baik secara verbal maupun non verbal mengenai informasi dirinya yang bersifat personal termasuk pi ki r an , p er a s a a n d an pengalaman-pengalaman dirinya (Derlega, Mett, Petronia, dan Marquils, 1993). Self-disclosure m em i l i ki fu ngs i yai t u untuk dapat memprediksi pikiran dan tindakan orang yang dikenal. Selfdisclosure adalah satu cara u n t u k b el a j a r t e n t a n g bagaimana orang lain berpikir dan merasa. Setelah satu orang melakukan self-disclosure, itu tersirat bahwa orang lain juga akan mengungkapkan informasi pribadi. Hal ini dikenal sebagai norma timbal balik, untuk memperdalam pengungkapan kepercayaan dalam hubungan dan membantu kedua orang saling lebih memahami, serta dapat juga datang untuk merasa lebih baik tentang diri s e n di ri d a n hu b un g an dengan orang lain menerima apa yang akan dikatakan pada orang lain (Aiken, 1999). Setiap individu tentu memiliki sifat yan g berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, begitu pula dengan remaja. Di satu sisi ada remaja yang mudah untuk membuka diri (selfdisclosure) terhadap orang lain, namun di sisi lain ada juga yang cenderung menutup diri dan lebih suka menyimpan masalahnya sendiri tanpa perlu diketahui orang lain (Sudjadi, 2008). Seorang remaja yang menyandang cacat fisik (tuna daksa) bawaan yang sudah sejak lahir dihadapkan kepada kenyataan bahwa dirinya m enderit a t un a daksa, cenderung lebih mudah membuka diri (selfdisclosure) terhadap lingkungan sekitarnya. Hal i ni di s ebabk an karena mereka bisa menerima ken yat aan yan g s udah digariskan kepada mereka (Sudjadi, 2008). Lain halnya dengan remaja cacat fisik (tuna daks a) yang dip erol eh karena kecelakaan, mereka lebih sulit menerima kenyataan karena s ebel um n ya i a pe rn ah merasakan hidup sebagai orang normal, dan pada umumnya mereka membutuhkan waktu untuk bisa membuka diri (selfdisclosure) terhadap lingkungan sekitarnya (Sudjadi, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Selfdisclosure Sifat keterbukaan adal ah s u at u hal ya n g mempengaruhi kondisi mental individu dalam mengungkapkan perasaannya tentang berbagai macam emosi yang ia rasakan dalam hidupnya. Self-disclosure atau keterbukaan diri atau yang lazim dikenal dengan pengungkapan diri adalah suatu komunikasi dimana seseorang dengan suka rela dan dengan sangat berkeinginan untuk memberitahukan informasi yan g akurat m engenai dirinya kepada orang lain, dimana orang lain itu tidak mungkin dapat mengetahui atau mendapatkannya dari s um ber l ai n (P earson, 1983). Menurut Jourard (dalam Derlega, 1983) Self-disclosure adalah suatu tindakan untuk menunjukan diri, memperlihatkan diri sehingga orang lain memahaminya. Kemudian menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mendefinisikan keterbukaan diri atau Selfdisclosure sebagai usaha untuk mengungkapkan reaks i at au t an g gap an individu terhadap situasi ya n g s e d a n g di h a d a p i individu serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau informasi yang berguna untuk memahami tanggapannya di masa kini. Sedangkan menurut Rice (2002), Selfdisclosure adalah suatu bentuk komunikasi yang menawarkan informasi m en g e n ai d i ri s en d i ri kepada orang lain. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Papu (2002). Menurutnya self-disclosure adalah pemberian inform asi tentang d iri sendiri kepada orang lain. Info ini dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa self-disclosure adal ah suat u ti ndakan untuk menunjukan diri atau memperlihatkan diri sehingga orang lain bisa lebih memahaminya atau bisa juga dikatakan sebagai suatu bentuk komunikasi yang menawarkan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain. Komponen disclosure Self- Beberapa pakar psikologi telah menemukan sejumlah ukuran-ukuran berupa komponen, dimana ukuran ini digunakan untuk dapat memperjelas kompleksnya sifat dasar dari pengungkapan diri (selfdisclosure) dan selama hal tersebut dapat menjadi petunjuk bagi sikap pengungkapan diri (Pearson, 1983). Komponen tersebut antara lain sebagai berikut : a. Jumlah informasi yang diungkapkan Self-disclosure atau pengungkapan diri dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan jumlah keseluruhan dari informasi. Setiap orang tidak mengungkapkan dirinya dengan jumlah informasi yang sama mengenai diri mereka sendiri. Pengun gk apan di ri i ni harus bersifat timbal balik (reciprocal). Jika individu banyak mengungkapkan diri kepada orang lain, mungkin individu itu merasa bebas juga untuk mengungkapkan dirinya. Namun jik a s eseorang tidak ingin berbagi informasi dengan orang lain maka kemungkinan orang tersebut tidak merasa bebas untuk mengungkapkan mengenai dirinya. Pola timbal balik ini harus stabil dan mungkin dapat terjalin dalam lima menit pertama dari percakapan (interaksi). b. Sifat dasar yang positif atau negatif Pengungkapan diri bervariasi, dalam kaitannya dengan sifat dasar positif atau negatif. Pengun gk apan di ri i ni bersifat positif menyangkut pernyataan tentang seseorang yang mungkin dapat dikategorikan sebagai sanjungan atau pujian. Sedangkan yang negatif adalah pernyataan kritik terhadap seseorang. Pengungkapan diri yang bersifat negatif dapat menyebabkan masalah bagi orang lain jika dilakukan secara berlebihan. Informasi normatif, berkaitan dengan ukuran positif dan negatif dari ungkapan diri muncul dan berkaitan dengan tingkat keintiman atau ketidakintiman dari informasi yang diungkapkan. c. D a l a m suatu pengungkapan diri Pengungkapan diri bisa bersifat dalam (hangat) atau dangkal. Komunikasi mengenai aspek-aspek tentang diri pribadi individu yang sifatnya unik dan dapat menyebabkan tersinggung, termasuk juga tujuan spesifik individu dan kehidupan pribadinya, maka komunikasi tersebut termasuk kedalam jenis komunikasi yang dalam (hangat). Ungkapanun gkapan seperti ho bi yang disukai adalah suatu yang bersifat dangkal, sedangkan ungkapanungkapan tentang keinginan-keinginan seksual termasuk ungkapan yang bersifat dalam. d. Waktu pengungkapan diri Pengun gk apan di ri i ni dapat kita ketahui berdasarkan waktu kapan terjadinya dalam suatu hubu ngan, du rasi dari suatu hubungan mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan diri yang dilakukan. Biasanya individu memulai untuk mengungkapkan dirinya dengan suatu informasi non pribadi yang positif dengan diikuti oleh informasi yang bersifat netral. Jadi waktu adalah suatu ukuran yang penting dari pengungkapan diri yang sebaiknya diperhatikan pada saat akan mengungkapkan i nf or m a s i d i ri k ep ad a orang lain. e. Lawan bicara Lawan bicara dalam Selfdisclosure adalah orang yang kita tuju untuk melakukan suatu pengungkapan diri. Lawan bicara dapat dibagi kedalam salah satu dari empat kategori berikut ini: 1) Merupakan seseorang teman akrab yang sangat memperhatikan dan saling berhubungan 2) Merupakan seseorang yang jarang berhubungan dengan anda tetapi dia adalah seseorang yang sangat tepat untuk mengungkapkan diri dikarenakan suatu persahabatan yang sedang terjalin, tugas atau sedang membahas suatu topik 3) Merupakan seseorang pendengar yang mungkin tidak sering berhubungan, dan pengungkapan diri ini terjadi karena baru saling kenal. 4) Merupakan orang yang mungkin tidak cukup terlibat dan mungkin menerima pengungkapan diri dimana tidak ada permohonan yang dibuat. Jenis-jenis Self-disclosure Menurut Derlega, Mett, Petronia, dan Marquils (1993), Selfdisclosure terdiri atas dua hal yaitu : a. Descriptive Selfdisclosure Pengungkapan secara deskriptif ini terdiri dari informasi dan kenyataan tentang diri sendiri berupa penggambaran tentang karakteristik pribadi individu baik secara personal maupun umum, misalnya : “Saya memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari... ” b. Evaluate Selfdisclosure Pengungkapan diri yang bersifat mengevaluasi ini berisi ekspresi akan perasaan yang bersifat personal atau pribadi, pendapat dan penilaian, : “Saya mencintaimu... .”atau saya tidak suka melakukan itu misalnya ...” Faktor-faktor Menyebabkan Terjadinya disclosure yang Self- Magno, Cuason, dan Figueroa (2008), menemukan lima faktor yang di duga menyebabkan terjadinya self-disclosure. Ke lima faktor tersebut adalah : a. Faktor beliefs (kepercayaan) Faktor beliefs merupakan faktor yang berisi pengungkapan kepercayaan pada agama dan ide-ide atau pandangan terhadap topik tertentu. Dalam mengungkapkan faktor beliefs, individu dapat berbagi pemikiran dan emosi yang dialami terkait dengan kepercayaannya kepada Tuhan, serta berbagi konsep, persepsi, dan pandangan spiritualnya. b. Faktor relationships (hubungan) Faktor relationships merupakan faktor yang menggambarkan hubungan dengan teman atau sesama. c. Faktor personal matters (masalah pribadi) Faktor personal matters merupakan faktor yang berisi pengungkapan rahasia dan sikap seseorang serta persoalan pribadi. d. Faktor interest (minat atau ketertarikan) Faktor interest merupakan faktor yang berisi pengungkapan selera dan persepsi. e. Faktor intimate feelings (perasaan yang intim) Faktor intimate feelings merupakan faktor yang berisi pengungkapan perasaan-perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap masalah yang sedang dihadapi, perasaan cinta, kesuksesan, dan kefrustasian. Karakteristik disclosure Self- Adler dan Rodman (1988), mencoba menghubungkan keterbukaan diri dengan model ‘Johari Window’. Diri seseorang digambarkan sebagai sebuah jendela yang memiliki beberapa bagian yang berisi tentang berbagai hal seperti hal yang disukai maupun yang tidak disukai, cita-cita, rahasia, kebutuhan, dan lain-lain. Bagian-bagian da ri j e n d el a i ni d a p at berubah-ubah sejalan dengan waktu, suasana hati (mood), topik pembicaraan dan corak hubungan yang terjalin. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka keterbukaan diri memiliki beberapa karakteristik, antara lain : a. Muncul dalam hubungan pasangan (satu lawan satu) walaupun memungkinkan untuk membuka diri dalam kelompok, namun adanya komunikasi biasanya muncul dalam konteks satu lawan satu, atau hubungan antar pribadi yang berpasangan (‘dyad’). b. Keterbukaan diri berlangsung simetrikal Keterbukaan diri akan berlangsung jika ada derajat keterbukaan yang sama diantara pasangan yang berkomunikasi. c. Keterbukaan diri muncul bertahap Keterbukaan diri akan makin meningkat dengan bertambahnya waktu. d. Keterbukaan diri muncul dal am hubun gan ya n g positif Individu akan bersedia untuk melepaskan inform asi tentang d iri pribadi pada orang lain hanya jika individu tersebut merasa diterima. e. Keterbukaan diri dilandasi oleh rasa ‘trust’ (percaya) Keterbukaan diri dilandasi oleh rasa percaya antara kedua pihak. Kedua pihak menyadari dan bersedia mengambil segala resiko yang berhubungan dengan membuka diri. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “t um buh ” atau “tumbuh menjadi remaja”. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1992) masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada d a l a m t i n g k a t a n ya n g sama. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan mengenai remaja yaitu t a h a p d i m a n a perkembangan fisik (alatalat kel amin) manu sia telah mencapai kematangannya dan dapat berfungsi secara sempurna. Lalu individu disibukkan dengan dirinya sendiri yang dilatarbelakangi oleh pub e rt as g eni t a l ya n g memberi berbagai peluang konflik yang berhubungan dengan seks, pekerjaan, keyakinan diri dan filsafat hidup. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Masa Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanakkanakkan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (dalam Ali dan Asrori, 2005) adalah : a. Mampu menerima keadaan fisiknya. b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi. f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilainilai orang dewasa dan orang tua. h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. .j Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Karakteristik Remaja Umum Menurut Erikson (dalam Ali dan Asrori, 2005) masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri atau yang dis ebut dengan identitas ego. Ini terjadi kerena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut : a. Kegelisahan b. Pertentangan c. Mengkhayal d. Aktifitas Berkelompok e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu Pengertian Tuna Daksa Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat ganggu an bent uk atau hambatan pada tulang, ot ot , d an s e n d i d al am fungsinya yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pe n di di k a n d an u nt uk berdiri sendiri (Somantri, 2005). Menurut Tarmansyah (2006), mendefinisikan tuna daksa sebagai istilah lain tuna fisik (dimana berbagai jenis ganggu an fun gsi fisik), yang berhubungan dengan kemampuan m ot ori k dan beber ap a gej ala penyerta yang mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam mengikuti pendidikan secara normal, serta dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tuna daksa merupakan suatu kerusakan atau gangguan pada fungsi motorik seseorang akibat kerusakan pada tul ang, otot, d an sendi. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir sehingga mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam mengikuti pendidikan secara normal, serta dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Klasifikasi Tuna Daksa Menurut Koening (dalam Somantri, 2005), tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan, meliputi : 1) Club-foot (kaki seperti tongkat). 2) Club-hand (tangan seperti tongkat). 3) Polydctylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki) 4) Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka). 5) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan yang lainnya). 6) Cretinism (kerdil atau katai). 7) Mycrocepalus (kepala yang kecil, tidak normal). 8) Hydrocepalus (kepala yang besar karena adanya cairan). 9) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut). 10) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu). b. Kerusakan pada waktu kelahiran : 1) Erb’s palys (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu kelahiran). 2) Fragilitas osium (tulang yang rapuh dan mudah patah). c. Infeksi : 1) Tuberkolosis tulang. 2) Osteomyelitis. 3) Poliomyelitis. 4) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain. d. Kondisi traumatik : 1) Amputasi. 2) Kecelakaan akibat luka bakar. 3) Patah tulang. yang harus ditanggung individu secara sosial, misal seorang pemimpin perusahaan kemungkinan akan memiliki penyakit darah tinggi karena tuntutan tugas dan tanggung jawab yang besar membuat ia harus tetap siaga jika dibandingkan dengan petani. Sedangkan Somantri Penyebab Ketunadaksaan (2005), menyebutkan penyebab terjadinya Menurut Tyasneki ketunadaksaan timbul (dalam Agung, 2009) ada karena beberapa faktor e m p a t h a l y a n g b i s a yaitu : menyebabkan cacat fisik a. Fakt or yan g t i m bul antara lain yaitu : sebelum kelahiran : a. Karena penyakit- 1) Faktor keturunan. pen yakit tertentu at au 2) Trauma dan infeksi pada sebab-sebab medis lainnya, waktu kehamilan. seperti penyakit-penyakit 3) Usia ibu yang sudah somatik, traumatik fisik lanjut pada waktu karenapekerjaan, melahirkan anak. kekurangan zat makanan 4) Pendarahan pada waktu dan keracunan. kehamilan. b. Karena faktor 5) Keguguran yang dialami lingkungan yang meliputi ibu. l i n g ku n g an f i s i k b ai k b. Faktor yang timbul saat buatan manusia atau bukan kelahiran : buatan manusia, misalnya 1) Penggunaan alat-alat cacat karena kecelakaan pembantu kelahiran ditempat kerja (terjepit (seperti tang, tabung, mesin di pabrik). vacum) yang tidak lancar. c. Karena determinasi atau 2) Penggunaan obat bius sikap lainnya yaitu pada waktu kelahiran. r e l a t i v i t a s k e c a c a t a n c. Fakt or yan g t i m bul m enurut s u at u b ud aya sesudah kelahiran : tertentu, misalnya ukuran Infeksi. telapak kaki yang kecil 1) Trauma. b a g i w a n i t a t i o n g h u a 2) 3) Tumor. merupakan idaman wanita tapi bagi orang barat dapat Pengertian Kecelakaan dianggap sebagai kecacatan. Kecelakaan adalah suatu peristiwa tidak disengaja d. Karena tuntutan sosial dan tidak direncanakan sebagai akibat dari peran yang dapat menghasilkan akibat yang tidak diharapkan, dan didahului oleh perbuatan dan atau kondisi yang tidak aman dan tidak dapat dihindari (Thygerson, 1977). Dari teori tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecelakaan adalah kejadian atau peristiwa yang menyebabkan orang celaka atau bisa juga dikatakan sebagai suatu peristiwa tidak disengaja dan tidak direncanakan yang dapat menghasilkan akibat yang tidak diharapkan. Akibat yang tidak diharapkan tersebut dapat berupa kecelakaan mobil, sepeda motor, pejalan kaki, sepeda, mobil salju, dan lain sebagainya. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Menurut data Dirlantas Mabes Polri dan PT Jasa Marga (dalam Hardi, 2007) penyebab utama kecel akaan l al u l in tas adalah : a. Faktor manusia 1) Mengemudi dengan kebut-kebutan atau ugalugalan 2) Mengerem mendadak 3) Kurang teliti melihat kendaraan disebelahnya 4) Menerobos lampu merah b. Faktor kondisi kendaraan 1) Ban gundul 2) Lampu si en tid ak menyala 3) Rem rusak salah satu aspek penting dalam hubungan sosial, self-disclosure juga perlu bagi remaja, karena masa Self-disclosure Pada remaja merupakan periode Remaja yang Mengalami individu belajar Ketunadaksaan karena menggunakan Kecelakaan kemampuannya untuk memberi dan menerima Berbicara tentang selfdan d i s c l o s u r e a t a u segala kelebihan kekurangan dirinya keterbukaan, maka akan m a u p u n o r a n g lain. berbicara tentang bagaimana seseorang Apabila remaja tersebut tidak memiliki kemampuan menjelaskan keadaan yang self-disclosure, maka dia sebenarnya pada orang akan mengalami kesulitan lain. Tingkat keterbukaan berkomunikasi dengan pada setiap orang berbeda orang lain. Dalam selftingkatannya. Khususnya disclosure yang dilakukan untuk menyatakan keadaan ol eh rem aj a, bi as anya yang sebenarnya terjadi remaja mengungkapkan pada diri kita. Pada satu h a l - h a l y a n g b e r s i f a t sisi dal am mas yarakat umum, seperti masalah terdapat sebagian individu trend, gaya hidup, hobi, yang mudah untuk bersifat pengalaman hidup, dan terbuka tentang segala hal lain sebagainya. baik pikiran, perasaan, dan Sedangkan hal yang pengalamannya dengan bersifat khusus seperti orang lain. Namun di sisi halnya masalah pribadi lain ada pula sebagian yang sedang dialaminya orang yang kesulitan untuk (Derlega, Metts, dan mengungkapkan dirinya Petronio, 1993). secara terbuka mengenai Sependapat dengan apa sesuatu hal dengan orang yang dikatakan oleh l a i n , k a r e n a d a p a t Derlega, Metts, dan dipengaruhi oleh proses Petronio, menurut Sudjadi individu dalam ( 2 0 0 8 ) , m a s a r e m a j a bersosialisasi dengan m erup akan m as a ya n g lingkungan sekitarnya penuh konflik. Hal ini (Dewantari, 2007). menimbulkan keresahan Individu yang dan kontradiksi pada terampil melakukan selfremaja. Selain itu, remaja disclosure mempunyai cirijuga memiliki kebutuhan ciri yakni memiliki rasa untuk self-disclosure di tertarik kepada orang lain l in gk ungan s o si al nya. dari pada mereka yang Remaja yang memiliki kurang terbuka, percaya kemampuan self-disclosure diri sendiri, dan percaya pada orang lain. Sebagai a k a n d a p a t m e n e r i m a segala kelebihan dan kekurangan dirinya maupun orang lain. Kekurangan dalam hal ini bisa berbagai macam, salah satunya adalah kecacatan fisik (tuna daksa). Remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan membutuhkan proses untuk bisa membuka diri (selfdisclosure) ataupun beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan kondisi tubuhnya yang awalnya sempurna kini harus ke h i l an g a n s a l a h s a t u fungsinya akibat diamputasi. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini tema yang diangkat berada dalam lingkup psikologi di bidang sosial dan perkembangan, yang merupakan cabang dari ilmu psikologi secara umum, s epert i di ket ahui bahwa karakteristik subjek penelitian di dalam bidang psikologi sosial dan perkembangan adalah berada dalam setting sosial maupun perkembangan yang direpresentasikan dengan berbagai lingkungan sosial atau kelompok orang yang me mi l i ki s uat u mas al ah tertentu secara jelas dan dapat d i u ku r d a n d i o b s e r v a s i perilakunya yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang remaja berusia 17 20 tahun yang merupakan penyandang tuna daksa karena kecelakaan kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi non partisipan, karena peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan atau kegiatankegiatan orang yang diobservasi. HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN Gambaran selfdisclosure subjek ada di dalam kompon en s el fdisclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan, subj ek memiliki jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif atau negatif, dalam suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri, dan lawan bicara. Subjek memiliki jumlah informasi yang diungkapkan, hal ini terlihat dari subjek merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya namun jika subjek tidak merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya maka subjek tidak ingin berbagi dengan orang lain. Sifat dasar yang positif atau negatif, hal ini terlihat dari s u b j e k m a u mengungkapkan diri yang bersifat positif mengenai kelebihan yang ada pada dirinya sehingga menghasilkan sanjungan atau pujian dari orang lain dan subjek cukup bijak dalam menghadapi kritikan dari orang lain walaupun t erk adang krit ik an itu menyakitkan untuk subjek. D a l a m s u a t u pengungkapan diri, hal ini terlihat dari pengungkapan diri subjek yang bersifat dangkal seperti hobi yang subjek sukai, baik sebelum menjadi penyandang tuna daks a m aupun s et el ah menjadi penyandang tuna d a k s a . W a k t u pengungkapan diri, hal ini terlihat dari subjek merasa durasi dari suatu hubungan mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan diri yang dilakukannya. La w a n b i c a r a , h a l i n i terlihat dari subjek memilih sahabat untuk menjadi lawan bicaranya dikarenakan sahabat itu lebih bisa mengerti subjek bila dibandingkan dengan o r a n g l a i n ya n g t i d a k terlalu dekat dengan subjek. Tabel 5 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan Tema Subjek Significant Others Analisis 1)Faktor Subjek percaya akan Subjek percaya Terdapat kesesuaian beliefs adanya Tuhan karena akan adanya Allah antara yang dikatakan (kepercayaan) ada langit, ada bumi, karena ciptaan- oleh subjek dengan ciptaan Allah yang yang dikatakan ada siang, ada malam dan tentunya ada membuat subjek significant others. Di subjek. percaya kalau dalam kehidupan Allah itu ada subjek terdapat faktor beliefs (kepercayaan) karena subjek dapat berbagi pemikiran dan emosi yang dialami terkait dengan kepercayaannya kepada Tuhan, serta berbagi konsep, persepsi, dan 2)Faktor relationships (hubungan) Subjek dengan keluarga dan sahabatnya cukup de ka t a ka n te ta pi hubungannya dengan tetangga biasa-biasa saja subjek dengan orang-orang terdekat di sekitar subjek seperti keluarga inti, keluarga besar, teman akrab, dan sahabatnya cukup dekat akan tetapi ka la u u nt u k di lingkungan sekitar tempat tinggal subjek hubungannya biasa-biasa saja 3)Faktor personal matters (masalah pribadi) subjek pernah datang ke psikolog karena saat itu subjek benarbenar merasa depresi dan shock ketika menyadari kalau kakinya diamputasi Subjek merasa kecewa dengan keluarganya yang telah menyetujui keputusan dokter untuk mengamputasi salah satu kaki subjek maka dari itu subjek memilih untuk datang ke psikolog Subjek pernah diantarkan ke seorang psikolog dikarenakan saat itu subjek dalam keadaan shock berat setelah mengetahui kalau kaki kirinya telah diamputasi 4) Faktor interest (minat atau ketertarikan) kesesuaian Minat subjek saat ini Subjek jadi suka Terdapat lebih kepada membaca setelah antara yang dikatakan membaca dengan menjadi maksud agar pandangan spiritualnya Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan yang dikatakan Significant others Di dalam kehidupan subjek terdapat faktor relationships (hubungan) dengan teman akrab dan sahabatnya Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan yang dikatakan significant others. Di dalam kehidupan subjek terdapat faktor personal matters (masalah pribadi) yang berisi pengungkapan rahasia dan sikap subjek serta persoalan pribadi 5) Faktor intimate feelings (perasaan yang intim) dapat menambah wawasan dan juga bisa menggapai dunia Subjek paling tidak suka terhadap hal-hal yang akan membuat dia merasa sakit hati hal-hal tersebut diantaranya di bohongi, di sepelein, di hina, dan dianggap rendah oleh orang lain penyandang tuna daksa dengan alasan biar nambah ilmu, biar lebih pinter, dan biar bisa naklukin dunia, itu yang dikatakan oleh subjek kepada SO Subjek paling tidak suka apabila dia di caci-maki, dibohongi, dan dianggap tidak berguna karena hal-hal tersebut akan membuat subjek merasa sakit hati oleh subjek dengan yang dikatakan significant others. Di dalam kehidupan subjek terdapat Faktor interest (minat atau ketertarikan) karena pengungkapan diri subjek kepada orang lain tentang kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap suatu hal Subjek pernah merasa frustasi dengan ketunadaksaan yang dialaminya Subjek pun pernah merasakan jatuh cinta d a n m a m p u meyakinkan pasangannya untuk bisa menerima dirinya dengan apa adanya Subjek pernah merasa frustasi dengan ketunadaksaan yang dialaminya hingga nyaris mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara menyayat tangannya Subjek pernah merasakan jatuh cinta dan sekarang-sekarang ini subjek sedang merasakan perasaan tersebut Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan yang dikatakan significant others. Di dalam kehidupan subjek terdapat Faktor interest (minat atau ketertarikan) karena pengungkapan diri subjek kepada orang lain tentang kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap suatu hal KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran self-disclosure subjek yang merupakan remaja tuna daksa karena kecelakaan dapat dilihat dari komponen self-disclosure yang terdiri dari jumlah informasi yang diungkapkan, subjek merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya namun jika subjek tidak merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya maka subjek tidak ingin berbagi dengan orang lain. Sifat dasar yang positif atau negatif, subjek mau mengungkapkan diri yang bersifat positif mengenai kelebihan yang ada pada dirinya sehingga menghasilkan sanjungan atau pujian dari orang lain dan juga subjek cukup bijak dalam menghadapi kritikan dari orang lain walaupun terkadang kritikan itu menyakitkan untuk subjek. Dalam suatu pengungkapan diri, subjek mau mengungkapkan diri dengan bersifat dangkal mengenai hobi yang subjek sukai, baik sebelum menjadi penyandan g t una daks a maupun setelah menjadi penyandang tuna daksa. Waktu pengungkapan diri, bagi subjek ternyata durasi dari suatu hubungan mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan diri yang dilakukan oleh subjek. Lawan bicara, subjek lebih me mi l i h s a h a ba t u nt u k menjadi lawan bicaranya dikarenakan sahabat itu lebih bisa ngertiin subjek bila dibandingkan dengan orang lain yang tidak terlalu dekat dengan subjek. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya self-disclosure pada subjek yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan diantaranya faktor beliefs (kepercayaan), dimana dalam hal ini subjek percaya akan adanya Tuhan karena ada langit, ada bumi, ada siang, ada malam dan tentunya ada subjek sebagai mahluk hidup. Faktor relationships (hubungan), dalam hal ini subjek memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga dan sahabatnya akan tetapi hubungan subjek dengan tetangganya bisa dikatakan biasa-biasa saja (hubungannya tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat). Faktor personal pergaulan, serta mencoba matters (masalah pribadi), mengatasi setiap masalah dalam hal ini subjek pernah yang berhubungan dengan mengungkapkan rahasia ketunadaksaan yang dialami kepada psikolog mengenai oleh subjek dengan bersikap rasa kecewanya terhadap positif. keluarganya terutama 2 B a gi o ra n g t u a ya n g memiiki anak tuna daksa kakaknya yang telah karena kecelakaan menyetujui keputusan dokter untuk mengamputasi Orang tua sebaiknya salah satu kaki subj ek. memberi kan perhatian, Faktor interest (minat atau pelayanan, dan kesempatan ketertarikan), dalam hal ini yang luas untuk subjek mau berbagi atau mengembangkan mengungkapkan kemampuan yang ada pada ketertarikannya pada membaca dan diri anak-anak yang ketidaksukaannya terhadap mengalami ketunadaksaan hal-hal yang akan membuat karena kecelakaan dalam subjek merasa sakit hati, kehi dupan s ehar i -har i , hal-hal tersebut diantaranya jangan pernah malu atau di bohongi, di sepelein, di sengaja menyembunyikan hina, dan dianggap rendah mereka dari lingkungan oleh orang lain. Faktor sekitar karena hal tersebut intimate feelings (perasaan justru akan membuat yang intim), dimana dalam psikologis mereka semakin hal ini subjek lagi down. Orang tua diharapkan merasakan jatuh cinta dapat menerima mereka dengan kekasihnya selain itu secara sabar dan ikhlas subj ek juga pernah merasa karena musibah yang frustasi dengan mereka alami datangnya dari ketunadaksaan yang Tuhan dan tidak ada dialaminya, karena perasaan seorangpun yang bisa frustasinya itulah subjek mengetahui rencana Tuhan. nyaris mengakhiri hidupnya d e n ga n c a r a me n ya y a t 3 Bagi peneliti selanjutnya pergelangan tangannya. Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengadakan SARAN penelitian dengan topik yang sama bisa menggunakan Berdasarkan hasil variabel-variabel lain seperti penelitian, maka penulis penerimaan diri ataupun ingin menganjurkan penyesuaian diri. Subjek beberapa saran, antara lain : yang berbeda, misalnya ya n g b e r j en i s ke l a mi n Bagi subjek perempuan atau bisa juga yang mengalami Agar lebih ditingkatkan lagi ketunadaksaan dari lahir. adaptasinya dengan orang yang baru dikenal supaya tidak kaku dengan cara meningkatkan dan memperluas lingkungan