xxxvi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1

advertisement
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan
identifikasi
masalah
terhadap
analisis
pembentukan
portofolio optimal pada saham-saham LQ 45 dengan menggunakan Single Index
Model pada tahun 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dalam pembentukan portofolio saham, investor selalu ingin memaksimalkan
return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia
ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah
dengan tingkat return tertentu. Maka para investor harus mampu untuk
menentukan pilihan yang tepat, saham-saham mana saja yang harus dibeli
sehingga terbentuk portofolio optimal. Untuk itu dilakukan penilaian saham
dengan cara analisis teknikal yang mendasarkan pada pergerakan harga
saham dari waktu ke waktu, sehingga untuk mengetahui pola pergerakan
harga saham di masa mendatang dilakukan observasi pada pergerakan
harga saham di masa lalu. Data-data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah data-data pasar (market data) yang bersifat historis, seperti harga
saham dan IHSG. Karena Metode Indeks Tunggal yang digunakan dalam
penelitian ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas
berfluktuasi searah dengan indeks pasar, maka secara khusus dapat diamati
bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks
harga saham naik. Demikian sebaliknya, jika indeks harga saham turun,
kebanyakan harga saham mengalami penurunan harga. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan
perubahan pasar. Koefisien beta (𝞫) menunjukkan kepekaan tingkat
xxxvi
keuntungan suatu saham terhadap tingkat keuntungan indeks pasar. Dalam
metode ini juga dibutuhkan tingkat pengembalian bebas risiko. Sahamsaham yang dimasukkan ke dalam rangkaian portofolio merupakan sahamsaham yang memiliki kinerja baik. Penilaian kinerja saham ditentukan
dengan menggunakan ERB (excess return to beta). Excess return to beta
artinya mengukur kelebihan return relatif tehadap beta. Dimana untuk
memilih portofolio tersebut dimasukkan ke dalam pembentukan portofolio
optimal, maka harus dibandingnkan dahulu antara besar nya ERB dengan
nilai cut off-point nya.
2.
Pada tahun 2012 terdapat 7 perusahaan yang dapat dipilih untuk menjadi
portofolio optimal yaitu dari sektor Holding and Other Investment Companies
adalah PT. Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR) dan PT. Bhakti Investama, Tbk.
(BHIT), dari sektor Automotive and Allied Products adalah PT. Gajah
Tunggal, Tbk. (GJTL), dari sektor Consumer Goods adalah PT. Unilever
Indonesia, Tbk. (UNVR), dari sektor Telecommunication adalah PT. XL
Axiata, Tbk. (EXCL), dari sektor Animal Feed and Husbandry, yaitu PT.
Charoen Pokhphand Indonesia, Tbk. (CPIN), dan dari sektor lainnya adalah
PT. Media Nusantara Citra, Tbk. (MNCN). Dari ke-7 perusahaan tersebut
hanya 3 perusahaan yang direkomendasikan untuk dijadikan sarana
investasi dalam bentuk portofolio karena 3 saham perusahaan tersebut
memiliki nilai beta > 1 disebut sebagai saham agresif, yang berarti jika return
pasar naik sebesar X% maka return saham akan mengalami kenaikan lebih
dari X% dan begitu pula sebaliknya. Saham perusahaan yang tergolong
saham agresif dalam penelitian ini, yaitu dari sektor Holding and Other
Investment Companies adalah PT. Bhakti Investama, Tbk. (BHIT), dari
xxxvii
sektor Animal Feed and Husbandry, yaitu
PT. Charoen Pokhphand
Indonesia, Tbk. (CPIN), dan dari sektor lainnya adalah PT. Media Nusantara
Citra,
Tbk.
(MNCN).
Sedangkan,
ke-4
saham
lainnya
tidak
direkomendasikan untuk menjadi sarana investasi dalam pembentukan
portofolio karena saham-saham perusahaan tersebut memiliki nilai beta < 1
disebut sebagai saham yang lemah, artinya jika ada kenaikan return pasar
sebesar X% maka return saham akan naik kurang dari X% dan begitu pula
sebaliknya. Saham perusahaan yang tergolong saham lemah dalam
penelitian ini, yaitu dari sektor Holding and Other Investment Companies
adalah PT. Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR), dari sektor Automotive and Allied
Products adalah PT. Gajah Tunggal, Tbk. (GJTL), dari sektor Consumer
Goods adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR), dan dari sektor
Telecommunication adalah PT. XL Axiata, Tbk. (EXCL). Selain itu, PT.
Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR) dari sektor Holding and Other Investment
Companies dan PT. Gajah Tunggal, Tbk. (GJTL) dari sektor Automotive and
Allied Products memiliki expected return kurang dari nol atau E(Ri) < 0.
3.
Besarnya jumlah proporsi investasi dalam portofolio optimal berdasarkan
Single Index Model tahun 2012 adalah sama, yaitu sebesar 1 (satu). Dimana
proporsi investasi tersebut dibagi untuk tiga saham yang direkomendasikan
dalam penelitian ini.
xxxviii
5.2 Saran
Setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap masalah yang
terjadi, yaitu analisis pembentukan portofolio optimal pada saham-saham LQ 45
dengan menggunakan Single Index Model pada tahun 2012, saran yang dapat
penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Saham-saham yang dapat dianalisis tidak hanya berfokus pada sahamsaham yang tergabung dalam LQ 45 tetapi saham lainnya dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel yang tepat, misalkan pada saham
di sektor properti dengan menggunakan metode CAPM (Capital Asset
Pricing Method). CAPM merupakan salah satu model yang secara intuitif
mudah dipahami. CAPM mengasumsikan bahwa pasar saham didominasi
oleh investor yang terdiversifikasi baik, yang hanya mengkhawatirkan risiko
pasar. Hal ini sesuai dengan pasar saham karena di dalam perdagangannya
didominasi oleh lembaga besar dan bahkan kalangan kecil yang bisa
melakukan diversifikasi pada biaya yang sangat rendah. CAPM bukan satusatunya model risiko dan pengembalian, tetapi CAPM menelaah kedua ide
fundamental ini dengan cara sederhana. Pertama, hampir setiap orang
setuju bahwa investor memerlukan sejumlah pengembalian ekstra untuk
menanggung risiko. Kedua, pada prinsipnya para investor khawatir dengan
risiko pasar yang tidak bisa mereka hilangkan dengan diversifikasi. Itulah
sebabnya CAPM dapat dijadikan sebagai aturan dasar untuk menghitung itu
semua secara sederhana.
2.
Dalam menghasilkan portofolio yang benar-benar optimal, maka akan lebih
baik pada penelitian selanjutnya dilakukan pengamatan pada periode lain,
dimana pada periode tersebut keadaan ekonomi negara atau pasar benar-
xxxix
benar kuat, sehingga semua saham yang diteliti dapat dibentuk menjadi
portofolio yang optimal.
3.
Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik dapat menggunakan indeksindeks lain sebagai pembanding, contohnya Indeks Sektoral. Indeks sektoral
dapat dipakai dalam penelitian ini untuk melihat kondisi sektoral setiap
perusahaan. Apabila kondisi sektoral setiap perusahaan diketahui dengan
baik, maka akan lebih mampu memberikan hasil pembentukan portofolio
yang lebih sesuai dengan kondisi sektoral perusahaan dan akan menjadi
bahan
pertimbangan
tambahan
dalam
meyakinkan
investor
untuk
berinvestasi pada perusahaan.
4.
Bagi perusahaan yang sahamnya belum memenuhi syarat untuk masuk
dalam portofolio optimal, dapat melakukan perbaikan kinerja perusahaannya
agar performa saham perusahaan meningkat. Perbaikan kinerja dapat
dilakukan dengan melakukan beberapa strategi seperti, memperbaiki
kualitas SDM didalam perusahaan agar produktivitas perusahaan meningkat,
memperbaiki kualitas pelayanan terhadap konsumen agar konsumen
semakin loyal terhadap produk perusahaan sehingga laba perusahaan pun
dapat meningkat (untuk perusahaan yang melakukan penjualan produk),
atau melakukan strategi tingkat koorporasi seperti, ekspansi perusahaan,
retrenchment apabila ternyata beberapa lini produk perusahaan kurang
optimal dalam performanya, stabilitas, dan kombinasi dalam membuat
strategi yang besar untuk masa depan perusahaan.
xl
Download