BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan identifikasi masalah terhadap analisis pembentukan portofolio optimal pada saham-saham LQ 45 dengan menggunakan Single Index Model pada tahun 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dalam pembentukan portofolio saham, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Maka para investor harus mampu untuk menentukan pilihan yang tepat, saham-saham mana saja yang harus dibeli sehingga terbentuk portofolio optimal. Untuk itu dilakukan penilaian saham dengan cara analisis teknikal yang mendasarkan pada pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sehingga untuk mengetahui pola pergerakan harga saham di masa mendatang dilakukan observasi pada pergerakan harga saham di masa lalu. Data-data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data-data pasar (market data) yang bersifat historis, seperti harga saham dan IHSG. Karena Metode Indeks Tunggal yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks pasar, maka secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Demikian sebaliknya, jika indeks harga saham turun, kebanyakan harga saham mengalami penurunan harga. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. Koefisien beta (𝞫) menunjukkan kepekaan tingkat xxxvi keuntungan suatu saham terhadap tingkat keuntungan indeks pasar. Dalam metode ini juga dibutuhkan tingkat pengembalian bebas risiko. Sahamsaham yang dimasukkan ke dalam rangkaian portofolio merupakan sahamsaham yang memiliki kinerja baik. Penilaian kinerja saham ditentukan dengan menggunakan ERB (excess return to beta). Excess return to beta artinya mengukur kelebihan return relatif tehadap beta. Dimana untuk memilih portofolio tersebut dimasukkan ke dalam pembentukan portofolio optimal, maka harus dibandingnkan dahulu antara besar nya ERB dengan nilai cut off-point nya. 2. Pada tahun 2012 terdapat 7 perusahaan yang dapat dipilih untuk menjadi portofolio optimal yaitu dari sektor Holding and Other Investment Companies adalah PT. Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR) dan PT. Bhakti Investama, Tbk. (BHIT), dari sektor Automotive and Allied Products adalah PT. Gajah Tunggal, Tbk. (GJTL), dari sektor Consumer Goods adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR), dari sektor Telecommunication adalah PT. XL Axiata, Tbk. (EXCL), dari sektor Animal Feed and Husbandry, yaitu PT. Charoen Pokhphand Indonesia, Tbk. (CPIN), dan dari sektor lainnya adalah PT. Media Nusantara Citra, Tbk. (MNCN). Dari ke-7 perusahaan tersebut hanya 3 perusahaan yang direkomendasikan untuk dijadikan sarana investasi dalam bentuk portofolio karena 3 saham perusahaan tersebut memiliki nilai beta > 1 disebut sebagai saham agresif, yang berarti jika return pasar naik sebesar X% maka return saham akan mengalami kenaikan lebih dari X% dan begitu pula sebaliknya. Saham perusahaan yang tergolong saham agresif dalam penelitian ini, yaitu dari sektor Holding and Other Investment Companies adalah PT. Bhakti Investama, Tbk. (BHIT), dari xxxvii sektor Animal Feed and Husbandry, yaitu PT. Charoen Pokhphand Indonesia, Tbk. (CPIN), dan dari sektor lainnya adalah PT. Media Nusantara Citra, Tbk. (MNCN). Sedangkan, ke-4 saham lainnya tidak direkomendasikan untuk menjadi sarana investasi dalam pembentukan portofolio karena saham-saham perusahaan tersebut memiliki nilai beta < 1 disebut sebagai saham yang lemah, artinya jika ada kenaikan return pasar sebesar X% maka return saham akan naik kurang dari X% dan begitu pula sebaliknya. Saham perusahaan yang tergolong saham lemah dalam penelitian ini, yaitu dari sektor Holding and Other Investment Companies adalah PT. Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR), dari sektor Automotive and Allied Products adalah PT. Gajah Tunggal, Tbk. (GJTL), dari sektor Consumer Goods adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR), dan dari sektor Telecommunication adalah PT. XL Axiata, Tbk. (EXCL). Selain itu, PT. Bakrie&Brothers, Tbk. (BNBR) dari sektor Holding and Other Investment Companies dan PT. Gajah Tunggal, Tbk. (GJTL) dari sektor Automotive and Allied Products memiliki expected return kurang dari nol atau E(Ri) < 0. 3. Besarnya jumlah proporsi investasi dalam portofolio optimal berdasarkan Single Index Model tahun 2012 adalah sama, yaitu sebesar 1 (satu). Dimana proporsi investasi tersebut dibagi untuk tiga saham yang direkomendasikan dalam penelitian ini. xxxviii 5.2 Saran Setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap masalah yang terjadi, yaitu analisis pembentukan portofolio optimal pada saham-saham LQ 45 dengan menggunakan Single Index Model pada tahun 2012, saran yang dapat penulis berikan diantaranya sebagai berikut : 1. Saham-saham yang dapat dianalisis tidak hanya berfokus pada sahamsaham yang tergabung dalam LQ 45 tetapi saham lainnya dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang tepat, misalkan pada saham di sektor properti dengan menggunakan metode CAPM (Capital Asset Pricing Method). CAPM merupakan salah satu model yang secara intuitif mudah dipahami. CAPM mengasumsikan bahwa pasar saham didominasi oleh investor yang terdiversifikasi baik, yang hanya mengkhawatirkan risiko pasar. Hal ini sesuai dengan pasar saham karena di dalam perdagangannya didominasi oleh lembaga besar dan bahkan kalangan kecil yang bisa melakukan diversifikasi pada biaya yang sangat rendah. CAPM bukan satusatunya model risiko dan pengembalian, tetapi CAPM menelaah kedua ide fundamental ini dengan cara sederhana. Pertama, hampir setiap orang setuju bahwa investor memerlukan sejumlah pengembalian ekstra untuk menanggung risiko. Kedua, pada prinsipnya para investor khawatir dengan risiko pasar yang tidak bisa mereka hilangkan dengan diversifikasi. Itulah sebabnya CAPM dapat dijadikan sebagai aturan dasar untuk menghitung itu semua secara sederhana. 2. Dalam menghasilkan portofolio yang benar-benar optimal, maka akan lebih baik pada penelitian selanjutnya dilakukan pengamatan pada periode lain, dimana pada periode tersebut keadaan ekonomi negara atau pasar benar- xxxix benar kuat, sehingga semua saham yang diteliti dapat dibentuk menjadi portofolio yang optimal. 3. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik dapat menggunakan indeksindeks lain sebagai pembanding, contohnya Indeks Sektoral. Indeks sektoral dapat dipakai dalam penelitian ini untuk melihat kondisi sektoral setiap perusahaan. Apabila kondisi sektoral setiap perusahaan diketahui dengan baik, maka akan lebih mampu memberikan hasil pembentukan portofolio yang lebih sesuai dengan kondisi sektoral perusahaan dan akan menjadi bahan pertimbangan tambahan dalam meyakinkan investor untuk berinvestasi pada perusahaan. 4. Bagi perusahaan yang sahamnya belum memenuhi syarat untuk masuk dalam portofolio optimal, dapat melakukan perbaikan kinerja perusahaannya agar performa saham perusahaan meningkat. Perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan melakukan beberapa strategi seperti, memperbaiki kualitas SDM didalam perusahaan agar produktivitas perusahaan meningkat, memperbaiki kualitas pelayanan terhadap konsumen agar konsumen semakin loyal terhadap produk perusahaan sehingga laba perusahaan pun dapat meningkat (untuk perusahaan yang melakukan penjualan produk), atau melakukan strategi tingkat koorporasi seperti, ekspansi perusahaan, retrenchment apabila ternyata beberapa lini produk perusahaan kurang optimal dalam performanya, stabilitas, dan kombinasi dalam membuat strategi yang besar untuk masa depan perusahaan. xl