Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

advertisement
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
Gambaran pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan
yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Selama kurun waktu tahun
2005-2010, proses perencanaan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lingga mengalami
peningkatan pendanaan setiap tahunnya. Kemajuan tersebut ini dapat dilihat dari
perkembangan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lingga
dari program dan kegiatannya yang telah dilaksanakan. Gambaran pengelelolaan
keuangan daerah serta kerangka pendanaan berfungsi untuk mencari kapasitas riil
yang digunakan untuk membiayai pembangunan Kabupaten Lingga selama lima
tahun kedepan. Penghitungan kapasitas riil dihitung dengan mempertimbangkan
terlebih dahulu kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan masa lalu, dan
kerangka pendanaan.
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
Untuk tahun 2005 sampai 2010, pengelolaan keuangan daerah masih sangat
tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat terutama dalam hal pendapatan
daerah masih didominasi dari dana transfer dari pemerintah pusat. Dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah cukup memberikan warna baru dalam menentukan kerangka pendanaan
dalam rencana kinerja pembangunan Kabupaten Lingga periode 2010-2015. Dengan
III-1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Diharapkan, ketergantungan Kabupaten Lingga dari dana pusat semakin berkurang
yang
artinya
Kabupaten
Lingga
dapat
lebih
mandiri
dalam
pendanaan
pembangunan.
Kinerja pelaksanaan APBD dapat diketahui dari rencana anggaran dan
realisasinya, baik dari aspek pendapatan, belanja dan pembiayaan. Berdasarkan data
tahun 2005 s/d tahun 2009 rencana anggaran dan realisasi dapat dijelaskan melalui
penghitungan kinerja pelaksanaan pendapatan, kinerja pelaksanaan belanja, kinerja
pelaksanaan pembiayaan dan neraca daerah.
a.
Kinerja Pelaksanaan Pendapatan
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu mulai tahun anggaran 2005 sampai
dengan 2009, pendapatan daerah Kabupaten Lingga mengalami pasang surut
sebagai imbas dari pasang surutnya perekonomian nasional. Namun patut disyukuri
sebab walaupun terjadi pasang surut dalam kenaikan pendapatan namun
masyarakat Kabupaten Lingga tetap dapat mengalami kemajuan dan peningkatan
taraf hidup. Adapun peningkatan pendapatan daerah selama kurun waktu lima
tahun tersebut disajikan dalam Tabel. T-III.1 berikut ini.
Tabel. T-III.1.
Target Dan Realisasi PendapatanTahun Anggaran 2005-2009
Tahun
Target
Realisasi
Capaian (%)
2005
106.000.000.000,00
121.442.205.820,00
114,57
2006
251.944.943.343,00
422.901.551.358,00
167,85
2007
329.537.026.400,00
312.828.490.913,00
94,93
2008
384.029.734.000,00
474.319.284.520,00
123,51
2009
393.466.151.084,00
455.969.201.923,33
115,89
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
III-2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Lingga tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 meningkat sebesar 228,86%. Pertumbuhan target pendapatan asli
daerah mencapai rata-rata 31,50% setiap tahunnya, sedangkan realisasi pendapatan
asli daerah meskipun berfluktuasi tetapi secara rata-rata meningkat 113,28%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa secara nyata pendapatan asli daerah dapat
terealisasi setiap tahunnya.
Tabel. T-III.2.
Total Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2005-2009
Tahun
Target
Realisasi
Capaian (%)
2005
3.500.000.000,00
3.232.856.510,00
92,37
2006
4.000.000.000,00
17.258.744.097,00
431,47
2007
7.066.026.400,00
16.728.063.892,00
236,74
2008
6.500.000.000,00
12.202.988.619,00
187,74
2009
9.300.000.000,00
18.228.135.554,94
196,00
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
Pendapatan transfer berupa Dana Perimbangan dari pemerintah pusat
Kabupaten Lingga tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata sebesar
122,99%. Pertumbuhan target Pendapatan transfer berupa Dana Perimbangan dari
pemerintah pusat mencapai rata-rata 153,67% setiap tahunnya, sedangkan
pertumbuhan realisasi Pendapatan transfer berupa Dana Perimbangan dari
pemerintah pusat meskipun berfluktuasi tetapi secara rata-rata meningkat 76,14%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pendapatan transfer berupa Dana
Perimbangan dari pemerintah pusat dapat terealisasi setiap tahunnya.
III-3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Tabel. T-III.3.
Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2005-2009
No
1
2
3
4
Uraian
Tahun
Target
Realisasi
Capaian (%)
2005
6.402.000.000,00
8.968.910.866,00
140,10
2006
8.020.641.479,00
18.481.845.125,00
230,43
2007
14.241.000.000,00
34.457.472.500,00
241,96
2008
19.400.000.000,00
33.838.926.116,00
174,43
2009
34.865.852.000,00
34.889.808.100,00
100,07
2005
30.265.000.000,00
46.615.134.732,00
154,02
Dana Bagi Hasil Bukan
2006
81.455.837.377,00
214.123.972.563,00
262,87
Pajak/ Sumber Daya
2007
74.032.000.000,00
65.736.126.490,00
88,79
Alam
2008
105.541.984.000,00
172.059.606.008,00
163,02
2009
102.855.059.084,00
153.424.860.717,00
149,17
2005
47.833.000.000,00
46.454.910.333,00
97,12
2006
134.386.000.000,00
144.362.520.894,00
107,42
2007
161.170.000.000,00
161.173.999.200,00
100,00
2008
144.500.000.000,00
144.728.263.000,00
100,16
2009
178.517.240.000,00
178.512.616.000,00
100,00
2005
4.000.000.000,00
0,00
-
2006
19.590.000.000,00
19.590.000.000,00
100,00
2007
38.539.000.000,00
11.332.150.000,00
29,40
2008
37.898.150.000,00
38.539.000.000,00
101,69
2009
35.928.000.000,00
39.732.090.000,00
110,59
2005
88.500.000.000,00
102.038.955.931,00
115,30
2006
243.452.478.856,00 396.558.338.582,00
162,89
2007
287.982.000.000,00 272.699.748.190,00
94,69
2008
307.340.134.000,00 389.165.795.124,00
126,62
2009
352.166.151.084,00 406.559.374.817,00
115,45
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah...
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
III-4
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah Kabupaten Lingga tahun 2005
sampai dengan tahun 2008 rata-rata sebesar 294,97%. Pertumbuhan target lain-lain
pendapatan daerah yang sah mencapai rata-rata 400,76% setiap tahunnya,
sedangkan pertumbuhan realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah meskipun
berfluktuasi, tetapi secara rata-rata meningkat 655,60%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa secara rata-rata lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat terealisasi setiap
tahunnya.
Tabel. T-III.4.
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah TA 2005-2009
No
1
2
Uraian
Bantuan Keuangan
dari Provinsi
Tahun
Target
Realisasi
Capaian
(%)
2007
7.500.000.000,00
7.500.000.000,00
100,00
2007
20.000.000.000,00
6.000.000.000,00
30,00
2005
2.000.000.000,00
5.548.006.960,00
277,40
2006
2.000.000.000,00
2008
7.500.000.000,00
61.192.216.037,00
815,90
2005
2.000.000.000,00
5.548.006.960,00
277,40
2006
2.000.000.000,00
750.000.000,00
37,50
2007
27.500.000.000,00
13.500.000.000,00
49,09
2008
7.500.000.000,00
61.192.216.037,00
815,90
Dana Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus
3
Pendapatan Lainnya
Jumlah
750.000.000,00
37,50
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
III-5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
b.
Kinerja Pelaksanaan Belanja
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 belanja daerah
dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu
yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau
antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Pemerintah Kabupaten Lingga dalam melaksanakan belanja penyelenggaraan
urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat Kabupaten Lingga dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
sosial.
Arah pengelolaan belanja daerah Kabupaten Lingga bertumpu pada alokasi
anggaran yang berazaskan keadilan, dimana keadilan merupakan misi utama dalam
melaksanakan berbagai kebijakan, khususnya dalam pengelolaan anggaran daerah.
Pelayanan umum akan meningkat dan kesempatan kerja juga akan makin
bertambah apabila fungsi alokasi dan distribusi dalam pengelolaan anggaran belanja
telah dilakukan dengan proporsional. Selain itu dalam pengelolaan belanja daerah
juga dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas anggaran, hal ini dapat dilihat
dari manfaat anggaran yang dapat menghasilkan perbaikan pelayanan kesejahteraan
yang maksimal guna kepentingan masyarakat.
Realisasi belanja daerah Kabupaten Lingga tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 rata-rata sebesar 74,07%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
terdapat penyerapan anggaran belanja daerah secara optimal. Sedangkan jika dilihat
dari segi penggunaannya, maka terdapat peningkatan di setiap tahunnya dengan
rata-rata peningkatan sebesar 67,93%.
III-6
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Tabel. T-III.5.
Total Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005-2009
Tahun
Anggaran
Realisasi
Capaian (%)
2005
110.725.386.293,00
83.684.911.256,00
75,58
2006
300.270.773.595,00
229.530.576.192,00
76,44
2007
546.522.034.529,00
325.088.379.485,99
59,48
2008
565.501.106.010,00
433.320.458.969,47
76,63
2009
645.769.044.487,50
530.879.853.368,09
82,21
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
Realisasi belanja operasi Kabupaten Lingga tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 rata-rata sebesar 79,79%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
terdapat penyerapan anggaran belanja operasi secara optimal. Sedangkan jika
dilihat dari segi penggunaannya, maka terdapat peningkatan disetiap tahunnya
dengan rata-rata peningkatan sebesar 45,18%.
Tabel. T-III.6.
Belanja Operasi Tahun Anggaran 2005-2009
No
1
2
Uraian
Tahun
Anggaran
Realisasi
Capaian
(%)
2005
44.904.649.023,00
36.830.329.510,00
82,02
2006
79.986.696.860,00
71.636.616.654,00
89,56
2007
131.323.180.209,00
81.703.822.955,00
62,22
2008
152.223.922.951,00 113.496.270.424,47
74,56
2009
189.707.662.980,56 142.256.433.146,00
74,99
Belanja Barang dan
2005
33.405.254.219,00
29.136.804.146,00
87,22
Jasa
2006
80.503.997.521,00
71.999.193.470,00
89,44
Belanja Pegawai
III-7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
No
Uraian
Bagi hasil retribusi
kepada Pemerintah
3
Desa/ Kelurahan
Belanja Subsidi
Bantuan keuangan
kepada pemerintah
4
desa/kelurahan
Belanja Hibah
5
Belanja Bantuan
Sosial
JUMLAH
Tahun
Anggaran
Realisasi
Capaian
(%)
2007
140.713.108.815,00
97.178.362.630,00
69,06
2008
115.781.827.645,00
90.858.448.162,00
78,47
2009
151.963.813.043,94 125.800.018.064,10
82,78
2005
39.000.000,00
39.000.000,00
100,00
2006
40.000.000,00
40.000.000,00
100,00
2007
3.667.604.000,00
3.004.851.800,00
81,93
2008
2.240.000.000,00
129.483.500,00
5,78
2009
2.334.320.000,00
2.088.311.000,00
89,46
2005
2.942.400.000,00
2.942.400.000,00
100,00
2006
5.619.790.000,00
5.619.790.000,00
100,00
2007
3.564.834.000,00
2.626.089.000,00
73,67
2008
13.259.234.000,00
11.172.005.500,00
84,26
2009
12.364.834.000,00
9.800.546.500,00
79,26
2005
7.854.240.000,00
7.751.036.600,00
98,69
2006
14.245.744.000,00
14.245.744.000,00
100,00
2007
10.925.824.000,00
8.626.377.564,00
78,95
2008
13.706.440.000,00
11.872.167.245,00
86,62
2009
21.878.815.436,00
19.499.879.936,00
89,13
2005
89.145.543.242,00
76.699.570.256,00
86,04
2006
180.396.228.381,00 163.541.344.124,00
90,66
2007
290.194.551.024,00 193.139.503.949,00
66,56
2008
297.211.424.596,00 227.528.374.831,47
76,55
2009
378.249.445.460,50 299.445.188.646,10
79,17
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
III-8
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Realisasi belanja modal Kabupaten Lingga tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 rata-rata sebesar 60,19%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
terdapat efisiensi penggunaan anggaran belanja modal. Sedangkan jika dilihat dari
segi penggunaannya maka terdapat peningkatan disetiap tahunnya dengan rata-rata
peningkatan sebesar 45%.
Tabel. T-III.7.
Belanja Modal Tahun Anggaran 2005-2009
No
1
2
3
4
Uraian
Tahun
Anggaran
Realisasi
Capaian (%)
2005
0,00
0,00
0,00
2006
2.407.278.420,00 2.150.309.000,00
89,33
2007
11.451.042.000,00
2.116.753.500,00
18,49
2008
10.949.188.400,00
4.723.884.400,00
43,14
2009
6.833.000.000,00
5.617.442.000,00
82,21
2005
4.307.139.391,00
4.039.617.250,00
93,79
2006
18.875.147.894,00
15.073.117.828,00
79,86
2007
32.074.936.480,00
24.355.342.457,00
75,93
2008
19.791.401.650,00
10.961.928.745,00
55,39
2009
33.151.959.060,00
29.590.461.265,00
89,26
2005
13.858.846.660,00
1.167.876.400,00
8,43
2006
45.325.484.500,00
33.775.657.570,00
74,52
2007
91.258.286.048,00
58.430.740.293,00
64,03
2008
33.987.076.184,00
16.285.719.410,00
47,92
2009
46.447.142.170,00
41.192.746.975,61
88,69
2005
1.722.037.000,00
851.944.800,00
49,47
Jalan Irigasi dan
2006
47.937.752.100,00
11.792.990.770,00
24,60
Jaringan
2007
107.350.375.528,00
37.663.778.263,00
35,08
2008
174.071.242.630,00 156.072.297.983,00
89,66
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung Bangunan
III-9
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
No
Uraian
Tahun
2009
5
6
Aet Tetap Lainnya
Aset Lainnya
JUMLAH
Anggaran
Realisasi
158.870.720.950,00 141.097.614.734,38
Capaian (%)
88,81
2005
157.420.000,00
156.995.500,00
99,73
2006
1.579.381.400,00
916.511.900,00
58,03
2007
1.170.305.000,00
928.127.500,00
79,31
2008
9.704.854.550,00
2.553.220.600,00
26,31
2009
6.416.557.500,00
2.666.190.400,00
41,55
2005
34.400.000,00
34.254.550,00
99,58
2006
1.709.500.900,00
1.040.645.000,00
60,87
2007
848.000.000,00
340.590.000,00
40,16
2005
20.079.843.051,00
6.250.688.500,00
31,13
2006
117.834.545.214,00
64.749.232.068,00
54,95
2007
244.152.945.056,00 123.835.332.013,00
50,72
2008
248.503.763.414,00 190.597.051.138,00
76,70
2009
251.719.379.680,00 220.164.455.374,99
87,46
Sumber: LKPJ Bupati Lingga Akhir Masa Jabatan
c.
Kinerja Pelaksanaan Pembiayaan
Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan dan arah pembiayaan daerah adalah
untuk menutup deficit penerimaan daerah ataupun mempergunakan surplus
anggaran untuk tujuan yang produktif. Pemerintah Kabupaten Lingga selama jangka
waktu 5 tahun sejak tahun anggaran 2005 sampai dengan 2009 dapat mengelola
pembiayaan secara efektif dana efisien sehingga pembiayaan tersebut dapat
meningkatkan pendapatan daerah. Adapun target dan realisasi penerimaan
pembiayaan daerah selama 5 tahun adalah seperti pada Tabel. T-III.8 berikut ini.
III-10
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Tabel. T-III.8.
Realisasi Penerimaan Pembiayaan Tahun Anggaran 2005-2009
Tahun
Uraian
Anggaran
Realisasi
2005
Penggunaan SILPA Tahun Lalu
35.919.005.933,00
35.919.005.933,00
2006
Penggunaan SILPA Tahun Lalu
226.190.553.049,00
231.238.956.426,00
2007
Penggunaan SILPA Tahun Lalu
217.479.067.852,00
217.479.067.852,97
0,00
1.000.000.000,00
255.977.893.403,50
255.977.893.403,50
Penerimaan kembali Inv Dana
2008
Bergulir
2009
Penggunaan SILPA Tahun Lalu
Sumber: Data olahan
Dari Tabel. T-III.8 terlihat bahwa selama 5 tahun (kecuali tahun 2005 APBD
Lingga baru terbentuk) guna mencukupi kebutuhan belanja Pemerintah Kabupaten
Lingga yang semakin meningkat maka mempergunakan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Lalu (SILPA). Sedangkan tahun 2008 terjadi penerimaan
pembiayaan yang berasal dari penerimaan kembali investasi dana bergulir Rp
1.000.000.000,00 disebabkan batalnya rencana tersebut disebabkan waktu
pelaksanaan yang sangat mendesak dan masyarakat pun juga belum siap
sepenuhnya untuk menerima investasi dana bergulir.
Adapun target dan realisasi pengeluaran pembiayaan daerah selama lima
tahun adalah seperti pada Tabel. T-III.9 berikut ini.
Tabel. T-III.9.
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Tahun Anggaran 2005-2009
Tahun
2005
Uraian
Pembayaran Utang Pokok Jatuh
Tempo
Anggaran
Realisasi
372.617.600,00
199.446.000,00
III-11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Tahun
Uraian
Pembayaran Utang Pokok Jatuh
2006
Tempo
Anggaran
Realisasi
3.139.427.950,00
3.139.428.050,00
2007
Penyertaan Modal
1.500.000.000,00
1.500.000.000,00
2008
Penyertaan Modal
3.500.000.000,00
3.500.000.000,00
2009
Penyertaan Modal
1.000.000.000,00
1.000.000.000,00
Dana bergulir
2.675.000.000,00
2.395.000.000,00
Sumber: Data olahan
d.
Neraca Daerah
Nilai pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan neraca daerah Kabupaten
Lingga tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel. T-III.10.
Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah
No
URAIAN
2007
2008
2009
Nilai
Rata-rata
(dlm ribuan
(dlm ribuan
(dlm ribuan
Pertumbuhan
(%)
Rp)
Rp)
Rp)
1
ASET
1.1.
Aset Lancar
218,884,374
1.1.1
Kas
217,479,066
255,862,914
178,104,798
1.1.2
Piutang
117,769
963,512
1,488,228
802,999
54
1.1.3
Persediaan
1,287,539
3,284,348
2,905,077
808,769
28
1.2.
Aset Tetap
153,277,460
1.2.1
Tanah
7,789,715
102,290,970
102,290,970
47,250,628
46
1.2.2
Peralatan dan
34,863,851
52,721,836
78,056,156
21,596,153
28
55,563,085
200,166,810
244,517,418
94,477,167
39
42,509,338
221,055,252
326,349,824
141,920,243
43
mesin
1.2.3
Gedung dan
bangunan
1.2.4.
Jalan, irigasi dan
jaringan
III-12
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
1.2.5
Aset tetap lainnya
1.2.6
Konstruksi dalam
pengerjaan
1,316,650
4,219,666
4,502,169
11,234,821
11,055,845
6,795,312
1,592,760
35
Sumber: DPPKA Kab. Lingga 2010
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Masa Lalu
Rangkaian pengelolaan keuangan daerah, laporan keuangan disusun oleh
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) sebagai
entitas pelaporan, menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan sesuai
dengan Parturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
pemerintah (SAP), laporan keuangan inilah yang kemudian diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengelolaan keuangan ini mencakup seluruh transaksi
keuangan yang dikelola oleh setiap SKPD dan dikoordinir oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) yang mengemban fungsi sebagai
SKPKD.
Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dari penyusunan anggaran
anggaran pendapatan dan belanja daerah, perubahan anggaran pendapapatan dan
belanja daerah, laporan semesteran, laporan prognosis realisasi anggaran, laporan
realisasi anggaran, neraca hingga catatan atas laporan keuangan disusun secara
otonomi oleh SKPD sebagai entitas akuntansi yang kemudian diverifikasi dan
dikompilasi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
(DPPKAD) sebagai entitas pelaporan menjadi laporan keuangan Kabupaten Lingga.
Sedangkan laporan arus kas disusun secara sentralistik oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD). Pengelolaan keuangan daerah
tersebut tetap berpedaoman pada aturan yang berlaku. Kebijakan akuntansi yang
diterapkan dalam pengelolaan balanja daerah secara umum telah sesuai dengan
III-13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
ketentuan SAP, walaupun masih terdapat kebijakan yang belum sepenuhnya
mengikuti SAP.
Dalam hal pelaporan dan pengawasa laporan keuangan Kabupaten Lingga,
dapat dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari opini audit BPK terhadap
Kabupaten Lingga, sebagai berikut:
Tabel. T-III.11.
Opini BPK terhadap LKD
Kabupaten Lingga Tahun 2007-2010
TAHUN
OPINI BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KABUPATEN
LINGGA
2007
WDP ( Wajar Dengan Pengecualian)
2008
WDP ( Wajar Dengan Pengecualian)
2009
WDP ( Wajar Dengan Pengecualian)
2010
WDP ( Wajar Dengan Pengecualian)
Sumber: DPPKA Kab. Lingga 2010
Berdasarkan dinamika kebutuhan masyarakat, pencapai visi dan misi daerah,
serta kebijakan Pemerintah Pusat, maka arah kebijakan pengelolaan pendapatan
daerah ditetapkan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah agar memperkuat
kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan, melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi,
dan diversifikasi penerimaan daerah.
2) Meningkatkan kualitas aparatur pengelola keuangan daerah agar mampu
mengembangkan kreatifitas, inisiatif, kemampuan, dan memiliki motivasi
yang kuat dalam menggali potensi dan sumber-sumber baru yang ada dalam
III-14
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
meningkatkan penerimaan asli daerah dan mengelola keuangan daerah
secara optimal, efisien dan efektif dan menghindari kebocoran.
3) Meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan keuangan daerah, agar lebih
akuntabel
(dapat
dipertanggungjawabkan
dan
transparan),
dapat
dimanfaatkan secara tepat waktu, tepat sasaran dan efisien.
4) Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga keuangan non bank milik
pemerintah daerah (BUMD) yang bergerak dalam permodalan usaha mikro
yang
mampu
meningkatkan
dan
mendorong
pertumbuhan
serta
perkembangan usaha ekonomi masyarakat kecil secara merata.
Arah kebijakan belanja lebih ditekankan dalam rangka peningkatan pelayanan
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan rakyat dengan mengacu pada azas umum
pengelolaan keuangan daerah yaitu dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan serta manfaat untuk
masyarakat. Arah kebijakan belanja daerah meliputi:
1) Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi urusan wajib pemerintah
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial, fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dengan
mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur
kinerja dan standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundangundangan sehingga meningkatkan efisiensi, efektivitas dan penghematan di
bidang belanja daerah.
2) Memprioritaskan anggaran untuk membiayai program dan kegiatan pada
SKPD yang bertanggungjawab melayani masyarakat secara langsung dan
leading sector dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
III-15
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),
Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), Rencana
Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum
Anggaran, Prioritas dan Plafon Anggaran, Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (RKA SKPD).
3) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pada
pengeluaran atas beban APBD, jika anggaran untuk mendanai pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau cukup tersedia dimana semua pengeluaran
daerah termasuk subsidi, hibah dan bantuan keuangan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah daerah didanai melalui APBD sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan
daerah.
4) Anggaran belanja diklasifikasikan menurut urusan pemerintah daerah,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek
belanja.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengadaan barang dan jasa yang
digunakan untuk pelaksanaan pelayanan publik setiap SKPD serta
pemeliharaan aset daerah melalui pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, diktum keenam,
yang menginstruksikan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) agar
melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
dan
Peraturan
Perubahannya.
Pelaksanaan otonomi daerah menuntut adanya peningkatan kebutuhan
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang
cenderung bertambah besar setiap tahunnya akan mendorong pemerintah daerah
mencari sember-sumber pendapatan baru yang sepadan dengan kebutuhan daerah.
III-16
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Namun demikian pembiayaan pembangunan tidaklah hanya menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah semata tanpa adanya partisipasi kalangan dunia usaha dan
swadaya masyarakat.
Arah pengelolaan pembiayaan ke depan diharapkan didalam pembiayaan
pembangunan sumber dana APBD tersebut menjadi stimulan bagi pembiayaan
pembangunan daerah. Dalam hal ini maka perlu diciptakan situasi yang kondusif
bagi tumbuhnya investasi swasta dan institusi lainnya untuk mengembangkan
berbagai potensi unggulan daerah.
a.
Proporsi Penggunaan Anggaran
Pendapatan
Daerah
Kabupaten
Lingga
dikelompokkan
dalam
dalan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan
Lain-lain PAD yang Sah. Lain-lain PAD yang Sah adalah pendapatan yang tidak dapat
dimasukan dalam jenis pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kelompok
selanjutnya adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
yang antara lain bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan, bagi hasil Hasil Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, dan bagi hasil Pajak Penghasilan. Selanjutnya adalah
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan bentuk block grand dari Pemerintah, dengan
memperhatikan kemampuan fiskal daerah dan kebutuhan fiskal daerah. DAU diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
Selanjutnya adalah Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu dana perimbangan yang
penggunaannya ditentukan oleh Pemerintah, misalnya untuk bidang pendidikan,
bidang kesehatan, bidang perdagangan, dan bidang infrastruktur. Ketentuan tentang
DAK juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005. Kelompok
terakhir adalah Lain-lain Pendapatan yang Sah, yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak Propinsi, antara lain Pajak Bahan Bakar Minyak, Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Permotor, Pajak Air Bawah Tanah, dan
bantuan keuangan/hibah dari Pemerintah Propinsi. Kemudian Dana Penyesuaian
III-17
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Otonomi Khusus, yang biasanya berasal dari Pemerintah Pusat, misalnya dana
insentif daerah dan dana tambahan penghasilan untuk guru.
b.
Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah
Perubahan yang signifikan dalam pengelolaan keuangan daerah dimulai
dengan pelaksanaan otonomi daerah pada tahun 1999. Sebagai tindak lanjut
pelaksanaan otonomi daerah, khususnya dalam hal pengelolaan keuangan daerah,
Menteri Dalam Negeri menerbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
Tahun 2002 yang memperkenalkan Anggaran Berbasis Kinerja. Ketentuan tersebut
diperbaiki sehingga dihasilkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian diikuti pedoman teknisnya yaitu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Salah satu isi berbagai peraturan tersebut di atas, bahwa penyusunan
anggaran harus berdasarkan atau berbasis kinerja. Pada struktur APBD berbasis
kinerja dapat dilihat adanya ketentuan surplus dan defisit anggaran. Kemudian
berbasis kinerja juga pada penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, setiap
usulan anggaran pendapatan dan anggaran belanja harus memperhatikan kinerja
input (masukan) yang digunakan, output (keluaran) yang dihasilkan dan outcomes
(hasil) atau berfungsi output sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
Anggaran
berbasis kinerja juga memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money),
yaitu ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Selain berbasis kinerja, berbagai ketentuan
tersebut juga masih menerapkan anggaran berimbang, artinya berimbangkan bahwa
surplus anggaran harus jelas digunakan untuk apa dan apabila terjadi defisit
anggaran yang jelas sumber untuk menutupnya. Dalam struktur anggaran
III-18
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
keberimbangan diperlihatkan pada SILPA Tahun berkenaan nilainya adalah 0 (nol)
Rupiah.
Mendasarkan berbagai peraturan tersebut dan perkembangan APBD selama
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, maka pada Pendapatan Daerah perlu
dilakukan pembenahan pengelolaan PAD, khususnya jenis Lain-lain PAD yang sah.
Data menunjukkan adanya perubahan yang sangat fantastis, tahun 2007 ke tahun
2008 meningkat sebesar 337,66%. Jika diperhatikan dari data penjabaran APBD,
maka peningkatan ini disebabkan oleh adanya penerimaan dari jasa giro dan
deposito. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku penempatan sebagain pendapatan
daerah yang belum akan segera dikeluarkan dalam bentuk belanja ke lembaga
perbankan, harus disertai dengan perjanjian, pelaporan yang transparan, prinsip
kehatian-hatian dan manajemen kas daerah yang optimal. Peningkatan Lain-lain PAD
yang sangat fantastis terjadi pada tahun 2009 mencapai 746,19% jika dibandingkan
tahun 2008. Berdasarkan data penjabaran APBD tahun 2009, peningkatan ini
disebabkan adanya Pendapatan dari Pengembalian dari Uang Muka sebesar Rp
20.000.000.000,-, apabila uang muka yang dimaksud adalah dalam pelaksanaan
belanja barang/jasa dan belanja modal, maka adanya pengembalian uang muka
menunjukkan perencanaan anggaran yang lemah. Tetapi pada tahun 2010 menurun
sampai 73,41% dibandingkan dengan tahun 2009.
Struktur APBD Tahun Anggaran 2008 menunjukkan perencanaan anggaran
yang kurang optimal. Hal ini dapat ditunjuk adanya dana sebesar Rp
88.208.742.000,- (pada SILPA tahun berkenaan). Dari perpektif lain, kekurangan
optimal tersebut karena ada adanya perkiraan yang terlalu tinggi terhadap SILPA
tahun lalu. Sebaiknya apabila pada tahun 2008 direncanakan defisit anggaran
sejumlah Rp 124.599.365.000,- dan akan menambah penyertaan modal sejumlah Rp
3.500.000.000,-
maka
perkiraan
SILPA
tahun
sebelumnya
sejumlah
Rp
128.099.365.000,- bukan sejumlah Rp 216.308.107.000,-. Apabila SILPA tahun
III-19
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
sebelumnya sejumlah Rp 18.099.365.000,- maka SILPA Tahun berkenaan nilainya
menjadi Rp 0, yang berarti pula perencanaan anggarannya lebih optimal.
Struktur APBD Tahun Anggaran 2009 menunjukkan perencanaan anggaran
yang kurang optimal pula, yang ditunjukkan ketidakjelasan sumber untuk menutup
defisit anggaran. Defisit anggaran sejumlah Rp 277.009.337.000,- dan rencana
menambah investasi daerah sejumlah Rp 3.675.000.000,-, sehingga total defisit
menjadi sejumlah Rp 280.684.337.000,-, tetapi perkiraan SILPA tahu berkenaan
hanya sejumlah Rp 262.353.392.000,- yang kemudian mengakibatkan menggunakan
SILPA tahun berkenaan sejumlah Rp 18.330.945.000,-. Sebagaimana ketentuan
perundangan, maka sumber untuk menutup defisist harus jelas, tidak diperbolehkan
menganggarkan SILPA tahun berkenaan untuk menutup defisit. Sebagaimana
diketahui, proses penentuan besarnya SILPA dimulai dengan audit BPK yang hasilnya
diserahkan kepada eksekutif, kemudian dibahas bersama dengan DPRD dan
dimintakan evaluasi kepada Gubernur untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, yang pada
umumnya ditetapkan antara bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. yang
berlebihan yang tidak dialokasikan pada belanja, khususnya ke belanja langsung.
Terhadap kondisi tahun 2009, maka untuk mengoptimalkan perencanaan anggaran
dilakukan peningkatan target Penerimaan Daerah dan merasionalkan Belanja
Daerah sehingga defisist dapat dikurangi untuk disesuikan dengan perkiraan yang
realistis dari SILPA tahun sebelumnya (tahun 2008).
Struktur APBD Tahun Anggaran 2010 menunjukkan perencanaan anggaran
yang kurang optimal pula, hampir sama dengan kondisi tahun 2010 hanya besarnya
relatif lebih kecil. Optimalisasi perencanaan anggaran dilakukan dengan mengurangi
besaran rencana penyertaan modal dari semula Rp 5.500.000.000,- menjadi sebesar
Rp 3.675.001.000,-, sehingga keseluruhan defisit dapat ditutup dari perkiraan yang
realistis terhada SILPA tahun sebelumnya (tahun 2009).
III-20
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Meskipun belum optimal dalam pengelolaan perencanaan anggaran, dari sisi
presentase antara belanja tidak langsung dengan belanja relatif lebih baik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa belanja langsung merupakan bentuk resposifitas
pemerinta daerah dalam memenuhi kebutuhan dan pelayanan langsung pada
masyarakat, serta menunjukkan pula besaran investasi yang langsung dilakukan oleh
pemerintah daerah. Beberapa daerah pada saat ini mengalami kemampuan
keuangannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, lebih dari 50% anggaran
dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan belanja tidak langsung, khususnya belanja
pegawai. Pada tahun 2007 persentase belanja langsung mencapai 72,45%,
sedangkan belanja tidak langsung sebesar 27,55%. Komposisi belanja langsung
sebagian besar digunakan untuk belanja modal, yang persentasenya sebesar
45,56%. Pada tahun 2008 persentase belanja langsung sebesar 71,13%, sedangkan
belanja tidak langsung sebesar 28,87%. Komposisi belanja langsung sebagian besar
digunakan untuk belanja modal, yang persentasenya mencapai 57,15%. Pada tahun
2009 persentase belanja langsung mencapai 70,76%, sedangkan belanja tidak
langsung sebesar 29,24%. Komposisi belanja langsung sebagian besar digunakan
untuk belanja modal, yang persentasenya mencapai 56,14%. Pada tahun 2010
persentase belanja langsung mencapai 66,35%, sedangkan belanja tidak langsung
sebesar 33,65%. Komposisi belanja langsung sebagian besar digunakan untuk
belanja modal, yang persentasenya mencapai 43,92%.
3.3. Kerangka Pendanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
blue print
pembangunan saat ini dalam dimensi masa depan, mencerminkan kerangka politik
yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah serta hak dan kewajiban
masyarakat. APBD juga merupakan alat kontrol bagi masyarakat terhadap
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan negara/daerah,
III-21
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
yang pada prinsipnya merupakan uang yang rakyat. Oleh karenanya, penyusunan
APBD harus memperhatikan norma dan prinsip transparansi dan akuntabilitas,
disiplin anggaran, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektifitas anggaran.
Transparansi dan akuntabilitas anggaran daerah merupakan salah satu
prasyarat utama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
bertanggungjawab. Hal ini mengandung makna seluruh proses penyusunan
anggaran semaksimal mungkin harus dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan umum, prioritas dan penetapan
alokasi anggaran, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masyarakat seluas-luasnya.
Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan anggaran dilaksanakan
sejak proses identifikasi masalah, yang dilakukan oleh unsur eksekutif dengan proses
penjaringan aspirasi masyarakat melalui berbagai saluran dan mekanismenya
maupun yang dilakukan oleh unsur legislatif. Selanjutnya partisipasi juga
dilaksanakan dalam pelaksanaan anggaran dan pengawasannya. Pemerintah
Kabupaten Lingga akan selalu mengevaluasi proses partisipasi masyarakat, dalam
rangka meminimalkan adanya keluhan dari masyarakat mengenahi kebijakan yang
dijalankan yang tidak sesuai dengan aspirasi yang disampaikan dan dalam rangka
optimalisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan
sebagai alat untuk menentukan besarnya target pendapatan dan pengeluaran,
membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi
pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuranukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat
koordinasi dalam pelayanan publik.
Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan APBD difokuskan pada
upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang menjadi preferensi
III-22
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Pemerintah Kabupaten sebagai cerminan kebutuhan masyarakat. Fungsi-fungsi dasar
tersebut kemudian melandasi perumusan kebijakan fiskal baik dari sisi pendapatan,
belanja maupun pembiayaan. Anggaran diperlukan karena kemampuan pendapatan
yang terbatas sedangkan di sisi lain kebutuhan pendanaan relatif besar, sehingga
diperlukan penyusunan skala prioritas. Pada posisi penentuan skala prioritas inilah
diperlukan kompetensi dan kearifan pengambil kebijakan agar skala prioritas
mencerminkan kebutuhan publik, bukan kepentingan pribadi atau golongan dan
mencerminkan tingkat urgensi atas solusi suatu masalah, serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas maka kerangka pendanaan
Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat wajib, antara lain belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan pada
pemerintah desa. Kemudian diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
dasar pada masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar
permukiman. Pendidikan diprioritaskan untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun
dan sekaligus merintis penuntasan pendidikan 12 tahun. Kesehatan diprioritaskan
untuk memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat, khususnya penduduk
miskin melalui peningkatan pelayanan puskemas dan rumah sakit daerah.
Infrastruktur dasar permukiman diprioritaskan untuk penyediaan air bersih,
pembangunan IPAL, pembangunan saluran air limbah, dan penyehatan lingkungan
permukiman. Tentunya beberapa prioritas tersebut dalam kerangka penanggulngan
kemiskinan dan pencapaian tujuan pembangunan millenium. Kemudian pemenuhan
kebutuhan lainnya adalah pengembangan ekonomi lokal pada sektor yang strategis,
yaitu sektor yang menjadi lokomotif perekonomian daerah. Dengan pengembangan
ekonomi lokal, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta penciptaan dan penyerapan
lapangan kerja. Pengembangan ekonomi lokal diprioritaskan pada pemeliharaan dan
III-23
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
peningkatan infratruktur, pembangunan kepariwisataan, pembangunan pertanian,
termasuk perikanan dan kelautan.
Bagaimana dengan sumber pembiayaan untuk mendanai belanja wajib dan
belanja investasi, sumber pendapatan yang utama adalah dari Pemerintah melalui
pendapatan Dana Perimbangan dan Pemerintah Propinsi melalui pendapatan Bagi
Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Setelah itu pendapatan yang berasal dari PAD.
Berdasarkan data-data yang ada, maka PAD masih dapat ditingkan baik dengan
metode intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan memperbaiki
manajemen pengelolaan, mereview beberapa perda yang perlu disesuaikan dengan
perkembangan daerah, tetapi tetap diupayakan tidak menimbulkan ekonomi biaya
tinggi sekaligus adanya insentif bagi pengusaha untuk berinvestasi. Ekstensifikasi
dimulai dengan pendataan wajib pajak yang masih potensial dan belum terjangkau
oleh pelayanan, tetapi juga disertai dengan perbaikan layanan pada para pelaku
ekonomi.
Sehubungan dengan analisis APBD Tahun Anggaran 2007 sd 2010, maka
selain pemenuhan kebutuhan belanja dan optimalisasi sumber-sumber pendapatan,
yang tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki struktur APBD yang sesuai dengan
ketentuan pengelolaan keuangan daerah serta lebih realistis dalam penganggaran
pendapatan maupun belanja. Pada awal tahun dan tahun-tahun berikutnya
diupayakan optimalisasi pendapatan yang sesuai dengan potensi dan rasionalisasi
jenis belanja, sehingga defisit anggaran tidak melebihi Rp 100.000.000.000,- (seratus
milyar rupiah). Karena menurut Kementerian Keuangan angka defisit yang melebihi
Rp 100.000.000.000,- daerah dimaksud memiliki kemampuan keuangan yang lebih
tinggi.
III-24
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Tabel. T-III.12.
Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015
(Dalam Ribuan Rupiah)
NO
URAIAN
I
2011
2012
2013
2014
2015
11,500,000
12,650,000
13,915,000
15,306,500
16,837,150
PENDAPATAN
1
.
Pendapatan Asli Daerah
1
.
1
Pajak Daerah
2,500,000
2,750,000
3,025,000
3,327,500
3,660,250
1
.
2
Retribusi Daerah
1,182,800
1,301,080
1,431,188
1,574,307
1,731,737
1
.
3
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
7,817,200
8,598,920
9,458,812
10,404,693
11,445,163
Dana Perimbangan
399,331,141
419,297,698
440,262,583
462,275,712
485,389,498
2
2
.
1
Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
193,575,000
203,253,750
213,416,438
224,087,259
235,291,622
2
.
2
Dana Alokasi Umum
200,941,641
210,988,723
221,538,159
232,615,067
244,245,821
2
.
3
Dana Alokasi Khusus
4,814,500
5,055,225
5,307,986
5,573,386
5,852,055
Lain-lain Pendapatan yang Sah
69,185,469
47,114,029
49,469,731
51,943,217
54,540,378
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi Lain dan
10,841,558
11,383,636
11,952,818
12,550,459
13,177,982
3
3
.
1
Pemerintah Daerah Lainnya
3
.
2
Dana Penyesuaian Otonomi Khusus
34,028,946
35,730,393
37,516,913
39,392,759
41,362,397
3
.
3
Bantuan Keuangan Propinsi
24,314,965
0
0
0
0
480,016,610
479,061,727
503,647,314
529,525,429
556,767,026
JUMLAH PENDAPATAN
II
BELANJA
III-25
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
2
.
Belanja Tidak Langsung
187,057,000
195,581,000
204,516,000
213,709,000
223,342,000
2
.
1
Belanja Pegawai
145,252,000
152,515,000
160,141,000
168,148,000
176,555,000
2
.
2
Belanja Subsidi
585,000
585,000
585,000
585,000
585,000
2
.
3
Belanja Hibah
17,428,000
17,776,000
18,132,000
18,494,000
18,864,000
4
Belanja Bantuan Sosial
6,423,000
6,552,000
6,683,000
6,816,000
6,953,000
5
Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/Kabupaten/
15,669,000
16,453,000
17,275,000
17,966,000
18,685,000
1,700,000
1,700,000
1,700,000
1,700,000
1,700,000
Belanja Langsung
385,131,000
401,983,000
420,319,000
435,933,000
452,146,000
59,328,000
58,786,000
59,962,000
61,161,000
62,384,000
2
2
.
Kota dan Pemerintah Desa
2
.
6
Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
2
.
7
3
.
3
.
1
Belanja Pegawai
3
.
2
Belanja Barang dan Jasa
155,400,000
155,754,000
163,542,000
170,084,000
176,887,000
3
.
3
Belanja Modal
170,403,000
187,443,000
196,815,000
204,688,000
212,875,000
JUMLAH BELANJA
572,188,000
597,564,000
624,835,000
649,642,000
675,488,000
SURPLUS (DEFISIT)
(92,171,390)
(118,502,273)
(121,187,686)
(120,116,571)
(118,720,974)
Penerimaan Pembiayaan
97,567,390
119,947,273
122,426,686
121,439,571
122,128,974
Sisa lebih perhitungan Anggaran Daerah
97,567,390
119,947,273
122,426,686
121,439,571
122,128,974
5,396,000
1,445,000
1,239,000
1,323,000
3,408,000
III
Belanja Tidak Terduga
PEMBIAYAAN
3
.
3
.
1
Tahun Sebelumnya
4
.
Pengeluaran Pembiayaan
III-26
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
4
.
1
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
4
.
2
Pembiayaan Pokok Utang
5
.
IV
Pembiayaan Netto
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN ANGGARAN
5,396,000
1,445,000
1,239,000
1,323,000
3,408,000
92,171,390
118,502,273
121,187,686
120,116,571
118,720,974
0
0
0
0
0
TAHUN BERKENAAN
III-27
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Peningkatan kapasitas keuangan pemerintah Kabupaten Lingga ke
depan harus terus dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana perimbangan dan meningkatkan kapasitas keuangan, baik dari
aspek sumber-sumber penerimaan daerah maupun dari aspek pemanfaatan dan
pengelolaan keuangan daerah. Peningkatan kapasitas keuangan ini diarahkan
untuk dapat mendanai pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan minimal
(SPM), dan untuk mendukung iklim usaha yang kondusif di Kabupaten Lingga.
Upaya bagi peningkatan kapasitas keuangan juga diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pemerintah Kabupaten Lingga dalam mengelola sumber daya
daerah dan meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Oleh
karena itu, akan terus dilakukan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan pemerintah daerah secara
profesional dan akuntabel, termasuk dalam penggunaan sistem akuntansi
berbasis teknologi informasi.
Berdasarkan kerangka pendanaan selama lima tahun tersebut,
kemudian kita dapat mencari kapasitas riilnya yaitu dengan menghitung belanja
wajib dan mengikat, penghitungan kapasitas riil dirumuskan sebagai berikut:
Tabel. T-III.13.
Perkiraan Belanja Pegawai Tahun 2011-2015
URAIAN
2011
2012
2013
2014
2015
145,252,0
152,515,0
160,141,0
168,148,0
176,555,0
00
00
00
00
00
Prediksi Gaji
dan Tunjangan PNS (Belanja
Pegawai)
Sumber: Hasil pengolahan data
Dari perkiraan belanja bagi tersebut dapat diketahui kapasitas riil keuangan
daerah Kabupaten Lingga, dimana total penerimaan dikurangi belanja gaji dan
tunjangan (belanja pegawai) dan belanja wajib dan mengikat. Adapun Tabel. T-
III-28
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
III.14 berikut menunjukkan kapasitas riil atau dana yang tersedia setiap tahunnya
di Kabupaten Lingga untuk mendanai pembangunan.
Tabel. T-III.14.
Perkiraan Kapasitas Riil Tahun 2011-2015
URAIAN
Total Penerimaan (Dana
2011
2012
2013
2014
2015
480,016,6
479,061,7
503,647,3
529,525,4
556,767,0
10
27
14
29
26
145,252,0
152,515,0
160,141,0
168,148,0
176,555,0
00
00
00
00
00
21,650,00
18,483,00
19,099,00
19,874,00
22,678,00
0
0
0
0
0
313,114,6
308,063,7
324,407,3
341,503,4
357,534,0
10
27
14
24
26
Tersedia)
Jumlah Belanja Gaji &
Tujangan PNS
Belanja wajib dan mengikat
Kapasitas Riil
Sumber: Hasil pengolahan data
Dari kapasitas riil tersebut, dapat diambil pendekatan penggunaan dana
yang tersedia dengan pendekatan prioritas penggunnaan dana, dimana ada 3
(tiga) prioritas penggunaan dana, yaitu:
1.
Prioritas
I,
digunakan
untuk
alokasi
pembangunan
yang
terkait/berhubungan langsung dengan program pembangunan daerah yang
sesuai dengan visi dan misi bupati.
2.
Prioritas II, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program
penyelenggaraan urusan lainnya.
3.
Prioritas III, digunakan untuk alokasi belanja tidak langsung lainnya, seperti
bantuan sosial, hibah, tambahan penghasilan PNS dan lain sebagainnya.
Tabel. T-III.15.
Pendanaan Prioritas Tahun 2011-2015
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Prioritas I
110.364.629
136.629.113
144.264.638
152.359.801
159.733.860
Prioritas II
178.898.981
147.106.614
155.327.676
164.043.623
171.983.166
III-29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015
Prioritas III
JUMLAH
23,851,000
24,328.000
24,815,000
25,100,000
25,817,000
313,114,610
308,063,727
324,407,314
341,503,424
357,534,026
Sumber: Hasil pengolahan data
Setalah prioritas I dan II ditetapkan, maka prioritas III untuk belanja tidak
langsung yang pendanaannya disesuaikan dengan kemampuan pendanaan
daerah dijabarkan lagi, sehingga pengalokasian pada prioritas III untuk belanja
tidak langsung tersebut lebih jelas, akuntabel, transparan dan pengalokasianya
sesuai dengan perencanaan.
Tabel. T-III.16.
Belanja Tidak Langsung Untuk Prioritas III Tahun 2011-2015
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Hibah
JUMLAH
2011
2012
2013
2014
2015
6,423,000
6,552,000
6,683,000
6,816,000
6,953,000
17,428,000
17,776,000
18,132,000
18,494,000
18,864,000
23,851,000
24,328.000
24,815,000
25,100,000
25,817,000
Sumber: Hasil pengolahan data
III-30
Download