ENERGI LINGGA DI LATAR MERAH I. PENDAHULUAN Pendekatan simbolik dan metaforik digunakan untuk mensitesakan pemikiran berkait dengan lingga-yoni yang diintrepretasikan sebagai sexual-inter course se-bagai inspirasi proses kreatif. Pendekatan simiotik juga menjadi alternatif pendukung dalam sublimasi ’kegaduhan’ dan ketak-teraturan munculnya berbagai gagasan yang berkelebatan sehingga sign menjadi lebih memiliki kapasitas otonom. Karena dalam proses kreatif yang melibatkan imajinasi, tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan improvisasi-improvisasi dalam bentuk, komposisi dan pewarnaan sesuai suasana batin saat itu. II. PEMBAHASAN Berangkat dari mitos Watugunung adalah suatu cerita inses yang seperti lazim pada cerita tersebut amat kaya dengan simbol-simbol seksual terselubung. Nama Watugunung yaitu batu gunung juga mengacu pada lambang phallus lingga, akhirnya Betara Siwa sendiri merupakan lingga kosmis. Disinilah muncul kesadaran paling awal dan paling universal yang muncul pada manusia purba ialah kesadaran bahwa kehidupan seksual di dalam keluarga dan masyarakat harus mengikuti aturan atau norma tertentu. Karya berjudul Energi Lingga, merupakan kristalisasi dunia “tertata”. Energi Lingga terkait dan sejajar dengan kesadaran akan perlunya aturan seksual ini adalah munculnya kesadaran akan waktu. Namun disini terlihat pula bahwa kesadaran akan waktu di Bali dan Jawa sesungguhnya bukanlah berakhir dengan kemenangan pemberontakan, melainkan mengembalikan manusia kepada agama atau ajaran akan nilai kesejatian. Energi Lingga sejatinya melambangkan bagaimana manusia keluar dari kepurbaan yang paling purba yaitu baru muncul sebagai homo sapiens untuk menjadi mahkluk yang beradab, mengerti dan menjujung pluralitas dimuka bumi ini. Refleksi akumulasi pengalaman dan kajian melalui eksplorasi serta pengamatan, maka lingga-yoni dijadikan sumber penciptaan karya seni lukis, dalam hal ini lingga-yoni sebagai subject matter telah memberikan dorongan imajinatif dan menjadi pemicu dalam aktivitas kreatif berkarya seni lukis. Sedangkan orisinalitas dalam karya saya adalah munculnya keliaran fantasi yang kadang tercitrakan sebagai kelamin atau diabstraksikan sebagai bentukbentuk imajiner. Saya dalam melukis berbicara mengenai lamunan, hasrat, dan mimpi tentang seks. Walaupun sebelumnya telah ada seniman yang memanfaatkan lingga-yoni sebagai tema dalam karya-karyanya hal ini dapat dipastikan memiliki perbedaan dari ide / konsep maupun visualnya. III. PENUTUP Pembicaraan tentang seks seharusnya menyangkut seks sebagai kondisi alamiah yang sejati, murni dari setiap individu dengan keunikannya masingmasing. Seks sebagai bentuk hubungan antarmanusia yang paling mendasar, intens, terbuka, dan jujur. Judul Tahun Bahan Ukuran Pernah Dipamerkan Posisi Karya : Energi Lingga di Latar Merah. : 2010. : Acrylic pada kanvas. : 100 x 140 cm. : GKArt Space, Denpasar, Bali,”KATA VS RUPA”. Tgl. 11 April 2011. : GKArtspace, Denpasar, Bali..