BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memainkan peranan penting dalam perkembangan sebuah perusahaan. Dalam penerapannya, manajemen keuangan tidak dapat berdiri sendiri. Manajemen keuangan selalu berkaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu yang lain seperti akuntansi, ilmu ekonomi mikro dan makro, manajemen pemasaran, manajemen produksi, metode kuantitatif dan manajemen sumber daya manusia. 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial. Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuangan (pembagian deviden). Menurut Gitman (2012:4) adalah : "Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm." Menurut Sutrisno (2009:2) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”. Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006:1) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah aktifitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba”. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu segala aktifitas pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai usaha seefektif dan sefisien mungkin yang dilakukan perusahaan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Selain itu dijelaskan pula Sutrisno (2009:5) fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu : Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa depan. Investasi akan mengandung banyak resiko dan ketidakpastian. Resiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumbersumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisa pasiva perusahaan, dengan melihat pinjaman jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan pendanaan baik struktur modal maupun struktur finansial. Keputusan Dividen Dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang di bayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi yang akan di simpan perusahaan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian tingkat efisien untuk menentukan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Husnan (2004:6), tujuan manajemen keuangan adalah : “Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai.” Menurut Sutrisno (2003:5), tujuan manajemen keuangan adalah : “Meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusankeputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Maka tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham.” Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan merencanakan, memperoleh, mengelola dan mengalokasikan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan yang harus dicapai sekaligus memberikan kemakmuran para pemegang saham. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang diperjualbelikan tersebut digunakan untuk jangka waktu yang lama dalam tujuan menunjang pengembangan usaha organisasi atau perusahaan. Kegiatan jual beli dana tersebut dilakukan dalam suatu lembaga resmi yang disebut bursa efek. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pasar modal adalah sebagai berikut : “Pasar modal adalah kegiatan bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Gitman (2003:25) mengemukakan pengertian pasar modal sebagai berikut : “Pasar modal adalah sebuah pasar yang mana para penyedia dana dan pihak yang membutuhkan pendanaan jangka panjang memungkinkan untuk melakukan suatu transaksi.” Selanjutnya menurut Sundjaja dan Barlian (2003:424) mendefinisikan pasar modal dalam dua arti sebagai berikut : Pengertian pasar modal dalam arti yang sempit : “Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka waktu yang panjang.” Pengertian pasar modal dalam arti yang luas : “pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek”. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli didalam kegiatan jual beli dalam melakukan transaksi kegiatan jual beli dana dan pihak pihak yang membutuhkan pendanaan jangka panjang. 2.2.2 Jenis-Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2006:13) ada beberapa macam yaitu: 1. Pasar Perdana (Primary Market), yaitu pasar modal yang menjual pertama saham sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut dicatatkan di bursa ekek. Harga pasar di pasar ini ditentukan oleh peminjam emisi dan perusahaan yang go public. 2. Pasar Sekunder (Secondary market), yaitu pasar modal dalam bentuk bursa efek yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada umumnya setelah penjualan di primary market. Harga pasar di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang dipengaruhi faktor emiten. 3. Pasar ketiga (third Market), yaitu pasar modal tempat saham dan sekuritas lain diperdagangkan diluar bursa efek. 4. Pasar keempat (Fourth Market), yaitu pasar perdagangan saham antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau perantara dagang efek. 2.2.3 Faktor-faktor Pasar Modal Pasar modal sebagai tempat bertemunya penjual (emiten) dan pembeli (investor) tentu memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasar modal seperti yang dikemukakan Husnan (2001:6), sebagai berikut : Supply Sekuritas Berarti banyak perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas. Hal ini bukan hanya berarti bahwa banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas, tetapi juga berarti bahwa rencana penggunaan dana yang diperoleh dari penerbitan sekuritas tersebut memang menguntungkan. Demand akan Sekuritas Berarti tersedia jumlah dana yang memadai untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan ini berarti harus terdapat sejumlah pihak yang mempunyai dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Kondisi Politik dan Ekonomi Kondisi ekonomi politik dan ekonomi yang stabil dan dinamis merupakan syarat perkembangan dunia bisnis. Perkembangan bisnis akan menyebabkan permintaan akan dana (baik dana jangka panjang maupun dana jangka panjang) meningkat. Peningkatan permintaan ini yang akhirnya akan mendorong berkembangnya pasar modal. Masalah Hukum dan Peraturan Masalah kepastian hokum dan peraturan sering merupakan masalah yang menjadi penghambat di Negara-negara yang sedang berkembang. Dalam bidang apapun nampaknya terjadi gejala ketertinggalan hokum dan peraturan dari perkembangan ekonomi. Peraturan yang melindungi para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten perlu ditegakkan. Peran Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal Lembaga pendukung pasar modal, seperti Badan Pengawas Pasar Modal (stock Exchange Commision) yang memberikan ijin (dengan memeriksa perusahaan) bagi calon emiten, bursa efek, para pialang, dan bias bekerja secara professional untuk mendukung beroperasinya pasar modal. 2.2.4 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Instrumen pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya, yang dapat diperjualbelikan. Pemegang instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrument tersebut. Pengertian efek menurut Undang-undang Pasar Modal RI no. 8 Tahun 1995 butir 5 tentang Pasar Modal adalah sebagai berikut : “Efek adalah surat pengakuan utang, surat berharga komersil, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, waran, opsi, atau setiap turunan (derivative) dari efek atau setiap instrument yang ditetapkan sebagai efek”. Sedangkan menurut Sutrisno (2003 : 352) instrument yang sering diperjualbelikan di pasar modal Indonesia yaitu : Saham Merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). di pasar modal Indonesia transaksi saham sangat dominan dibandingkan obligasi. Saham ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock). Obligasi Obligasi merupakan surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan nilai nominal tertentu yang akin dibayarkan saat jatuh tempo dan memberikan bunga tertentu. Obligasi yang bias diterbitkan oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun BUMD. Obligasi tersebut mempunyai nilai nominal tertentu, dan nilai nominal ini biasanya tidak sama demean harga jualnya, hal ini disebabkan karena tingkat diskonto yang diberikan lebih besar dibandingkan demean suku bunga obligasi. Ada beberapa jenis obligasi menurut Sutrisno (2003:373) yang bisa ditawarkan pleh perusahaan, antara lain : Obligasi Bunga Tetap (Fixed Rate Bond) Merupakan obligasi yang memberikan bunga secara tetap sampai masa jatuh temponya. Obligasi ini paling banyak diterbitkan di pasar modal, dan biasanya bunga atau sering disebut sebagai coupon dibayarkan setiap 6 bulan sekali. Kupon bunga ini biasanya disertakan bersamaan dengan sertifikat obligasinya. Obligasi Bunga Mengambang (Floating Rate Bond) Obligasi jenis ini memberikan bunga yang besar berfluktuasi sensual demean suku bunga pasar. Bila suku bunga pasar turun, maka bunga obligasi juga turun. Dan sebaliknya bila suku bunga pasar naik, maka bunga obligasi juga naik. Obligasi Tanpa Bunga Adalah obligasi yang tidak pernah memberikan bunga kepada pemegangnya, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh pemegang obligasi adalah diskonto yang diberikan. Obligasi Tanpa Jatuh Tempo (Perpetual Bond) Merupakan obligasi yang tidak menetapkan jatuh temponya, sehingga jatuh tempo tergantung pada penerbitnya, bila penerbitnya menginginkan untuk melunasi, penerbit akan mengumumkan kepada pemegangnya, etapi bunga akin terus dibayarkan oleh penerbitnya sebelum ditarik kembali oleh penerbitnya. Obligasi Konversi (Convertible Bond) Yaitu obligasi yang disertai demean hak untuk dikonversi demean saham yang dikeluarkan untuk menarik investor agar mau membeli obligasinya. Keuntungan diperoleh adalah bila harga saham perusahaan meningkat pada saat jatuh tempo obligasi. Dengan demikian pasar modal Indonesia adalah tempat jual beli dana dalam berbagai bentuk kepemilikan yang dapat dipilih oleh investor dalam alternatif investasi terhadap suatu perusahaan. 2.3 Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena adanya laporan keuangan dapat menunjukkan seberapa sehat perusahaan serta mengetahui besarnya laba/rugi perusahaan serta informasi penting lainnya. Menurut Sutrisno (2009:9) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (manajemen, pemilik, kreditor, investor, pemerintah dan pihak-pihak lainnya).” Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2002:5) : “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan).” Sedangkan menurut Harahap (2005:107) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.” Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang di dalamnya terdapat posisi keuangan perusahaan sebagai suatu alat informasi dan hasil akhir dari aktifitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. 2.3.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Sundjadja dan Barlian (2003:78) sebagai berikut : 1. Laporan Laba-Rugi (Income statement) Laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar. Laporan laba rugi menurut Horne & Wachowicz (2005:153) adalah sebagai berikut : “laporan rugi laba adalah ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba bersih atau rugi bersih untuk periode tersebut.” Dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi menggambarkan jumlah pendapatan, biaya, dan laba atau rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 2. Neraca (Balance Sheet) Neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Horne & Wachowicz (2005:193) sebagai berikut : “Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas pemilik.” Dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan laporan pada saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutang-hutang, dan ekuitas pemilik. 3. Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earning) Laporan laba ditahan merupkan daftar kumulatif laba yang berasal dari tahun ke tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Dalam daftar tersebut dicantumkan pendapatan yang diperoleh pada tahun tertentu, dividen kas yang dibagikan dengan perubahan saldo laba yang ditahan pada awal dan akhir tahun tersebut. 4. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu Mamduh (2004:33). Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa situasi, laporan laba rugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka perubahan keadaan dan peluang. 2.3.3 Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan diantaranya adalah laporan keuangan. Laporan keuangan dapat mencerminkan prestasi dari manajemen perusahaan pada periode tertentu. Dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut IAI (2004:4), tujuan laporan keuangan ada tiga yaitu : 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kebijakan dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi no keuangan. 3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilaksanakan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Manfaat laporan keuangan itu sendiri terletak pada interprestasi masingmasing pemakainya. Pemakainya dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang berkepentingan. Secara luar manfaat laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan, dari hasil analisis tersebut diketahui potensi-potensi dan kelemaha-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan penggunaan laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut : 1. Pengguna eksternal yang terdiri dari : -Kreditur dan investor -Pemerintah (eksekutif dan legislatif), Ditjen Pajak, Instansi pemerintah terkait lainnya. -Masyarakat umum, serikat pekerjaan, pelanggan, 2. Pengguna internal yang terdiri dari : -Manajemen perusahaan -Karyawan perusahaan 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu kegiatan penanaman modal untuk suatu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi. Menurut Tandelilin (2010:3) : “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.” Menurut Sunariyah (2006:4) : “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”. Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) investasi didefinisikan “investasi merupakan wadah dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan bahwa itu akan menghasilkan pendapatan yang positif dan/atau memelihara atau meningkatkan nilainya.” Dari berbagai pengertian tentang investasi diatas, dapat disimpulkan bahwa investasi sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan bahwa itu akan menghasilkan pendapatan yang positif dan/atau memelihara atau meningkatkan nilainya. 2.4.2 Jenis-Jenis Investasi Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktivaaktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Menurut Sunariyah (2006:4), investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu : 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) Aktiva riil adalah aktiva terwujud seperti emas, perak, intan, barangbarang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva financial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas. Investasi keuangan berhubungan dengan masalah pengalokasian dana yang akan dilaksanakan oleh perusahaan di dalam pembelian surat-surat berharga. Menurut Sunariyah (2006:4) pemilikan aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Investasi Langsung (direct Investment) Investasi langsung adalah pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan suatu perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasat turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial yang berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment) Investasi tidak langsung adalah pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang di peroleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada publik daalam bentuk saham-sahamnya. 2.4.3 Pentingnya Keputusan Investasi Keputusan investasi sendiri tercermin dari pertumbuhan Total Asset perusahaan yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Implementasi leputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dalam perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal (ekstenal financing). Dengan memperhatikan sumber-sumber pembiayaan. Perusahaan memiliki beberapa alternative pembiayaan untuk menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Jadi, inti dari fungsi pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternative investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Menurut Ahmad (2004:118) perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut : Dana yang dikeluarkan untuk investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bias diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk bias memperoleh kembali dana tersebut. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Masih menurut Ahmad (2004:118), proses dalam melakukan keputusan investasi dapat diperinci kedalam tahap sebagai berikut : - Perencanaan - Analisis proyek - Pemilihan proyek - Pelaksanaan proyek - Pengawasan proyek Jika proyek investasi sudah tersedia atau dapat diperoleh, maka perusahaan perlu melakukan analisis awal. Dalam analisis awal perusahaan harus mengumpulkan informasi yang lebih akurat tentang proyek-proyek yang tersedia. Informasi tentang proyek-proyek yang akan diambil umumnyanya meliputi : - Jenis atau macam produk - Lama berdirinya proyek - Pola produksi atau output selama masa proyek - Total produksi dan saat mulai beproduksi - Teknologi yang akan digunakan - Jumlah dan pola penerimaan dan pengeluaran cash flow - Informasi lain yang sangat bervariasi antara satu proyek dengan proyek lain Jadi, inti dari fungsi investasi ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Tujuan Investasi Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus menurut Tandelilin (2010:8) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi antara lain : Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, maka seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. Dorongan menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 2.5 Return On Investment (ROI) Analisis ROI dalam analisi keuangan merupakan arti yang sangat luas karena merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh (comprehensive). Analisis ROI merupakan analisis teknik yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI merupakan salah satu rasio Profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk mengasilkan keuntungan. Menurut Munawir (2002:91) terdapat kegunaan dan kelemahan dalam analisa ROI. Kegunaan dari analisa ROI adalah sebagai berikut : Rasio ROI bersifat menyeluruh artinya apabila perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dapat menggunakan teknik analisis ROI untuk mengukur efisiensi penggunaan operating asset. Apabila data industri yang sejenis tersedia maka perusahaan dapat mengadakan perbandingan tingkat ROI dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi aktivitas perusahaan dalam mengalokasikan biaya dan modalnya. Kelemahan ROI : ROI tidak dapat digunakan sebagai dasar perbandingan antar perusahaan bila terdapat perbedaan-perbedaan dalam penerapan kebijakan yang dilaksanakan oleh perusahaan walaupun perusahaan itu sejenis. Adanya fluktuasi nilai uang akan mempengaruhi nilai operating assets dan profit margin. Munawir (2002:89) menyatakan bahwa ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net profit income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). ROI mengukur produktivitas dari dana yang di investasikan dalam perusahaan dan berguna untuk mendeteksi kesalahan dalam penggunaan modal. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, semakin tinggi ROI maka semakin efektif perusahaan tersebut. ROI merupakan rasio yang membandingkan income setelah pajak dengan assets yang di investasikan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Kasmir (2011:202) : “Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.” menurut Husnan (2004:74) : “menyatakan bahwa ROI menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki.” Sedangkan menurut Fahmi (2011:137) menyatakan bahwa : “ rasio ROI melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.” Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ROI adalah rasio yang menunjukkan hasil ats jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki. Maka dengan demikian Kasmir (2011:202) menyatakan Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dimana : Earning After Interest and Tax = Laba sesudah bunga dan pajak Total Asset = seluruh asset kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan Berdasarkan keterangan di atas, ROI dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan meningkat. 2.6 Earning Per Share (EPS) Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk Earning Per Share (EPS) jumlah laba bersih sering digunakan oleh para pemodal dan kreditur dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Earning Per Share menggambarkan sejumlah rupiah yang didapatkan dari setiap lembar saham yang beredar. Menurut Munawir pendapatan per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang selalu diperhatikan oleh para investor. . Adapun para ahli menjelaskan pengertian Earning Per Share (EPS) sebagai berikut: Menurut Mamduh dan Halim (2005:194), bahwa: “Earning Per Share adalah rasio keuangan yang sering digunakan oleh para investor perusahaan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba berdasarkan saham yang dimiliki” Kemudian menurut Sutrisno (2009:222), bahwa: “EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya.” Sedangkan menurut Gitman (2005:15), bahwa: “Earning Per Share adalah rasio keuangan yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa yang beredar, dengan membandingkan pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang beredar.” Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa EPS merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimiliki sehingga informasi yang dibuat bagi para investor. Dengan demikian menurut Arifin (2007:87), rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu variabel keuangan yang menggambarkan kinerja perusahaan. Jika variabel keuntungan tersebut menunjukkan kinerja yang baik atas suatu perusahaan maka investor cenderung tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut, kemudian akan berpengaruh terhadap harga saham dan juga return saham. Jika permintaan lebih banyak daripada jumlah saham yang ditawarkan, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat sehingga return saham tersebut yang dihasilkan akan semakin meningkat pula. Sebaliknya jika perusahaan tidak stabil akan menunjukkan EPS yang berfluktuasi. Rasio ini juga mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan. Tingkat EPS yang tinggi menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan memberikan pendapatan bagi pemegang saham tertinggi. EPS dapat dipengaruhi oleh oleh dua penentu yang mempengaruhi Earning Per Share yaitu pengembalian atas ekuitas pemegang saham dan nilai buku per lembar saham. Semakin tinggi rasio nilai buku laba per lembar saham semakin baik hasil yang diperoleh perusahaan. 2.7 Saham 2.7.1 Pengertian Saham Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah satu sumber dana baru yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus memberikan kontrak prestasi terhadap modal tersebut dalam bentuk dividen dan apresiasi harga saham. Menurut Rusdin (2008:68) saham adalah : “Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Sedangkan menurut Mishkin and Easkins (2006:28) saham adalah : “a security that is claim on the earnings and assets of a corporation.” Jadi saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), wujud saham adalah selembar kertas dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan yang menerbitkan surat berharga. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. 2.7.2 Jenis-Jenis Saham Dalam transaksi perdagangan di bursa efek saham merupakan instrumen yang dominan diperdagangkan yang dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Saham Biasa (Common Stock) Merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungannya berasal dari kenaikan harga saham dan pembayaran dividen yang besar kecilnya tergantung pada keputusan RUPS. 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham ini mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran tertentu dahulu. 3. Saham Treasuri (Treasury Stock) Saham treasuri merupakan saham perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar (outstanding), kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang dapat dijual kembali. 2.7.3 Harga Saham Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Karena saham-saham itu diperdagangkan di pasar modal, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian sebagai tolak ukur baik buruknya saham tersebut dengan pasar saham. Menurut Rusdin (2008:66), harga saham adalah : “Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupnya.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Jika penawaran akan saham tinggi, maka harga saham tersebut akan naik dan jika penawaran saham rendah maka harga saham akan turun. 2.7.4 Analisis Saham Untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal (bursa efek) guna menentukan saham-saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return paling optimal. Tujuan analisis saham adalah untuk menilai apakah penetapan harga saham suatu perusahaan ditawar secara wajar atau tidak. Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku dipasar modal. Kedua tipe analisis tersebut adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. 2.7.4.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan nilai intrinsik suatu finansial. Nilai intrisik inilah yang diestimasikan oleh para pemodal atau analisis. Nilai intrisik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrisik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrisiknya. Definisi analisis fundamental menurut Husnan (2005:307) bahwa : “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Berdasarkan fundamental penjelasan diatas digunakan untuk dapat mengevaluasi disimpulkan prospek bahwa masa analisis mendatang, pertumbuhan dan profit perusahaan dalam kaitannya dengan perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham sudah benarbenar mencerminkan nilai yang seharusnya. 2.7.4.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktorfaktor lain yang bersifat teknis. Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka pendek suatu saham maupun indikator pasar. Para analisis teknikal lebih menekankan perhatian dan perubahan harga daripada tingkat harga. Oleh sebab itu analisis ini lebih ditekankan untuk meramal trend perubahan harga. Menurut Tjiptono dan Hendy (2011:202) analisis teknikal didefinisikan sebagai berikut : “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, di mana dengan metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.” Sedangkan menurut Husnan (2005:341) bahwa : “Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu.” Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. 2.8 Pengaruh ROI (Return On Investment) dan EPS (Earning Per Share) terhadap Harga Saham 2.8.1 Pengaruh ROI (Return On Investment) Terhadap Harga Saham Analisa terhadap harga saham yang dilakukan oleh investor memerlukan informasi, salah satu informasi yang ada adalah laporan keuangan dipublikasikan oleh perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah rasio keuangan, diantaranya yang digunakan investor dalam menganalisa saham adalah Return On Investment (ROI) sejalan dengan Modigliani & Miller (MM) dalam Njo Anastasis 2003 yang menyatakan bahwa perubahan ROI akan berpengaruh terhadap harga saham. Harga saham dimasa yang akan datang diprediksi dengan mengestiminasi nilai dari ROI yang berpengaruh terhadap harga saham dan menerapkan hubungan ROI dengan harga saham, sehingga dapat diperoleh taksiran harga saham yang disepakati. Bila ROI suatu perusahaan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka harga sahamnya juga akan menurun. Sebaliknya perusahaan yang memiliki harga saham yang meningkat, maka harga sahamnya akan meningkat. Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat memberikan keuntungan baik bagi investor maka transaksi saham perusahaan mengalami kenaikan dan tingkat harga saham semakin mengikuti laju perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut. Menurut Husnan (2001:317) : “Kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas mempengaruhi harga saham.” 2.8.2 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh investor, karena rasio ini mengungkap kemungkinan EPS yang dapat diperoleh para pemegang saham. Menurut Sutrisno (2009:5) : “ Harga saham mencerminkan nilai rill perusahaan. Harga saham sendiri dipengaruhi oleh beberapa fakor yakni, (1) laba per lembar saham, (2) tingkat harga bebas resiko, (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan.” Semakin tinggi EPS, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang semakin tinggi juga. 2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada PT. Astra Internasional, Tbk” dari hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun nilai determinasi hanya mencapai 16,1 % tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa ROI dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Priatinah dan Adhe Kusuma (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)” menunjukkan bahwa (1) ROI secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (r2) ROI sebesar 0,197 dan nilai signifikan t sebesar 0,012. (2) Earning Per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (r2) EPS sebesar 0,463 dan nilai signifikan t sebesar 0,000. (3) Dividen Per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (r 2) DPS sebesar 0,787 dan nilai signifikan t sebesar 0,000. (4) ROI, EPS, DPS secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan demean nilai R2 sebesar 0,841 dan nilai signifikan F sebesar 0,000. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rosalina, J. Kuleh, dan Nadir (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI” menyatakan bahwa hasil pengujian secara simultan dapat diketahui bahwa variable Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Deviden Per Share (DPS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan nilai Fhitung = 53,901 > Ftabel = 2,59. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variable Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap harga saham dengan nilai thitung = 6,704 > ttabel = 1,980.