BAB II LANDASAN TEORITIS

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Komunikasi
Kata “komunikasi” atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
“communication” berasal dari bahasa Latin
yaitu “communicatus”,
“communicatio”, atau “communicare” yang berarti berbagi atau menjadi
milik bersama (Riswandi, 2009:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Komunikasi merupakan pegiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Suharso
dan Ana Retnoningsih, 2005:260).
Berikut merupakan pengertian komunikasi dari beberapa ahli, diantaranya:
Thendorson (1969) berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses
pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain
(Rohim, 2009:11).
Weaver berpendapat bahwa komunikasi adalah seluruh prosedur melalui
mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya
(Riswandi, 2009:2).
Menurut Everett M. Rogers (1985), komunikasi adalah proses dimana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2013:33).
Harold Lasswell memaknai komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”,
“kepada siapa” dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa” Riswandi, 2009:2).
Secara paradigmatis pengertian komunikasi dapat disimpulkan sebagai
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung dengan menggunakan media
(Effendy, 2008:5).
9
Menurut John R. Wenburg dan William W. Willmot, juga Kenneth
K. Sereno dan Edward M. Bodaken, terdapat tiga pemahaman mengenai
komunikasi yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai
interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi (Mulyana, 2002:60).
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Merupakan suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia
dimana komunikasi mengisyaratkan penyampaian pesan searah
dari seseorang atau kelopok kepada orang lain atau kelompok lain,
baik secara langsung (tatap muka) ataupun menggunakan media
seperti surat kabar, majalah, radio, televisi. Michael Burgoon
menyebut pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebagai
definisi berorientasi pada sumber. Komunikasi dianggap sebagai
suatu tindakan yang sengaja untuk menyampaikan pesan demi
memenuhi kebutuhan komunikator, seperti membujuk seseorang
agar melakukan tindakan tertentu (Riswandi, 2009 : 7-8).
Komunikasi satu arah banyak dikaitkan dengan model komunikasi
Lasswell yaitu dengan menjawab pertanyaan “who says what in
which channel to whom with what effect” atau “siapa berkata apa
kepada siapa dengan efek apa” (Effendy, 2005 : 10). Konsep
komunikasi satu arah tersebut memfokuskan kepada penyampaian
pesan secara efektif dan menjelaskan bahwa proses komunikasi
bersifat persuasif (Mulyana, 2002: 61-62).
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Komunikasi sebagai interaksi merupakan komunikasi dengan
proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian
(Mulyana, 2002 : 65). Komunikasi sebagai interaksi dipandang
lebih dinamis dari pada komunkasi sebagai tindakan satu arah,
namun pandangan ini membedakan para peserta sebagai pengirim
dan penerima pesan (Riswandi, 2009 : 8-9). Dalam konteks ini
komunikasi melibatkan komunikator yang menyampaikan pesan
secara verbal atau non verbal, dimana komunikan nantinya secara
10
aktif akan memberikan respon secara verbal atau non verbal secara
timbal balik dan dinamis.
3. Komunikasi sebagai Transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses
personal, karena makna atau pemahaman yang diperoleh seseorang
pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi dianggap bersifat
dinamis
artinya
komunikasi
dipandang
sebagai
transaksi.
Pandangan ini yang dianggap lebih sesuai untuk komunikasi tatap
muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dapat dikehui
secara langsung (Riswandi, 2009 : 9).
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila ditandai dengan
hubungan interpersonal. Adapun terdapat unsur-unsur yang
terkandung dalam proses komunikasi (Effendy, 2008 : 6) yaitu :
1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan
: pernyataan yang didukung oleh lambang.
3. Komunikan
: orang yang menerima pesan.
4. Media
: sarana atau saluran yang mendukung
pesan.
5. Efek
: dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Model Pola Komunikasi Harold Lasswel
Gambar 1 (Model Komunikasi Harold D. Lasswell).
11
2.1.1 Hukum Komunikasi yang efektif
Hukum komunikasi efektif terdiri dari 5 hal (Sangadji, 2013:235-237)
yaitu :
1. Respect.
Respect merupakan sikap menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang disampaikan.
2. Emphaty.
Emphaty merupakan kemampuan kita untuk menempatkan diri dalam
situasi atau kondisi yang dihadapi atau dialami oleh orang lain. Syarat
utama dari sikap ini adalah adanya kemempuan untuk mendengarkan
dan mengerti terlebih dahulu sebelum kita dimengerti atau
didengarkan oleh orang lain.
3. Audiable.
Audiable berarti pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan.
4. Clarity.
Selain dapat dimengerti, pesan yang disampaikan juga harus mampu
didengar dengan jelas. Clarity atau kejelasan juga bisa berarti
keterbukaan atau transparansi dimana dalam komunikasi kita harus
mengembangkan
sikap
terbuka
dimana
tidak
ada
yang
disembunyikan atau ditutupi.
5. Humble.
Humble atau sikap rendah hati merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama yaitu respect. Menghargai orang lain biasanya
didasari oleh sikap rendah hati sikap rendah hati adalah sikap
melayani secara penuh, sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan tidak merendahkan orang lain,
berani mengakui kesalahan, mau emaafkan dan mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
12
2.2 Strategi Komunikasi.
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” yang berarti seni
umum, namun term ini kemudian berubah menjadi kata sifat yaitu “strategia”
yang memiliki arti “keahlian militer”. Karl von Clausewitz (1780-1831) dalam
bukunya yang berjudul On War merumuskan Strategi sebagai suatu seni
menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang. Strategi
komunikasi menurut Rogers (1982) sebagai suatu rancangan yang dibuat
untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui
transfer ide-ide baru (Cangara, 2013:61). Strategi komunikasi merupakan
panduan
perencanaan
komunikasi
(communication
planning)
dengan
manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Effendy, 2013:32).
Siagian (1984:33) mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan
dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah di tentukan sebelumnya (Abidin, 2015:86). Adapun perencanaan
komunikasi menurut Cangara (Abidin, 2015:89) , communication explains
how to covey the right message, from the right communicator, to the right
audience, through the right channel, at right time (Perencanaan komunikasi
menjelaskan cara mengirimkan pesan yang
tepat, dari komunikator yang
tepat, kepada khalayak yang tepat, melalui saluran yang tepat pada waktu yang
tepat).
Hasibuan (2006) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (Abidin, 2015:52).
Manajemen berasal dari kata to manage yang memiliki arti mengatur. Bila
dikaitkan dengan aspek komunikasi, Michael Kaye menjelaskan manajemen
komunikasi sebagai cara individu atau manusia mengelola proses komunikasi
melalui penyusunan kerangka makna dalam berbagai lingkup komunikasi,
dengan mengoptimalisasi sumber daya komunikasi dan teknologi yang ada
(Abidin, 2015:131). Jadi pada prinsipnya manajemen komunikasi adalah cara
13
membangun dan mengelola suatu hubungan, baik secara lisan maupun tulisan
agar tidak terjadi Missed Communication sehingga segala aktivitas yang
berkaitan dengan komunikasi dapat berjalan dengan damai dan hubungan
yang baik dikenal sebagai bentuk koordinasi atau kerja sama untuk mencapai
tujuan bersama (Abidin, 2015:132).
Strategi komunikasi adalah suatu cara atau taktik rencana dasar yang
menyeluruh dari rangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang atau
organisasi untuk mencapai suatu tujuan (Afdjani, 2014:191).
Dalam strategi komunikasi, pasti terdapat sebuah tujuan tertentu yang
ingin dicapai, beberapa tujuan strategi komunikasi (Liliweri, 2011:248-249)
ialah sebagai berikut:
1. Memberitahu (Announcing).
2. Memotivasi (Motivating).
3. Mendidik (Educating).
4. Menyebarkan informasi (Informing).
5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making).
Dalam strategi komunikasi, pesan harus disusun dan disesuaikan
dengan calon penerima pesan (Effendy, 2013:35-39). Adapun hal yang perlu
dilakukan ialah:
1. Mengenali Sasaran Komunikasi.
Sebelum melakukan kegiatan komunikasi hendaknya terlebih dahulu
mempelajari target sasaran komunikasi. Adapun faktor-faktor dari
komunikan yang perlu diperhatikan ialah :

Faktor kerangka refrensi.
Kerangka refrensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai
hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma
hidup, status sosial, ideologi, cita-cita, dan sebagainya.

Faktor situasi dan kondisi.
Situasi dalam hal ini ialah situasi komunikasi pada saat
komunikan akan menerima pesan yang akan disampaikan.
Adapun kondisi yang dimaksud adalah state of personality
14
komunikan yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat
menerima pesan.
2. Pemilihan Media Komunikasi.
Media komunikasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

media tulisan.

media visual.

media aural.

media audio visual.
3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi.
Tujuan dari pesan komunikasi menentukan teknik yang akan diambil.
Sebelum menentukan teknik, hal utama yang harus dipahami ialah
pesan komunikasi.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi.
Dalam menghadapi komunikan, komunikator harus dapat bersikap
empatik dimana ia harus mampu merasakan apa yang dirasakan orang
lain atau komunikan. Terdapat dua faktor penting komunikator yang
dapat melacarkan proses komunikasi:

Daya tarik sumber.
Komunikasi akan berhasil apabila ia mampu mengubah sikap,
opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik
jika
pihak
komunikan
bahwa
komunikator
ikut
serta
dengannya.

Kredibilitas sumber.
Hal yang membuat komunikasi berhasil adalah adanya
kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
15
2.2.1 Model Perencanaan Komunikasi AIDDA
Dalam startegi komunikasi, komunikator memiliki peran
yang sangat penting. Para ahli berpendapat bahwa dalam
berkomunikasi hendaknya menggunakan pendekatan yang disebut
dengan A-A procedure atau from attention to action procedure
(Afdjani, 2014 : 195), yang merupakan penyederhanaan dari proses
yang disingkat dengan AIDDA yaitu Attention (Perhatian), Interest
(Minat), Desire (Hasrat), Decision (Keputusan), Action (Kegiatan).
Dalam Cangara, 2013:78-79 dijelaskan bahwa langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menanamkan perhatian (Attention)
dimana pada tahap ini komunikator mengarahkan target sasaran
sehingga ia menyadari atau mengetahui ide atau gagasan yang
ditawarkan. Setelah ia menyadari maka akan muncul fase dimana
akan timbul perhatian (Interest) dimana dalamnya terdapat minat
dari target. Setelah itu akan muncul keinginan dalam diri target
diaman dalam hal ini ia telah memikirkan dan menimbang manfaat
dan kegunaan. Apabila ia berminat, ia akan mulai mengambil
sebuah keputusan (Decision) dimana terdapat pengambilan
keputusan. Sikap target dimana ia mengambil sebuah keputusan
akan diikuti dengan sebuah tindakan (Action).
16
Attention
(Perhatian)
Interest
(Minat)
Desire
(Keinginan)
Decision
(Keputusan)
Action
(Pelaksanaan)
Bagan 1
Model Perencanaan Komunikasi AIDDA
2.3 Komunikasi Antar Pribadi atau Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Burgon & Huffner (Afdjani,
2014:92) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung
(face to face) maupun dengan media. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin antar individu dimana
di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan dan dalam prosesnya
terdapat interaksi yang pada akhirnya akan membangun suatu hubungan
diantara orang yang berkomunikasi tersebut.
17
2.3.1 Faktor yang menumbuhkan Hubungan Interpersonal.
Ada 3 faktor dalam Penumbuhan Hubungan Interpersonal
yaitu:
1. Percaya (Trust).
Faktor percaya merupakan faktor yang paling penting.
Sikap percaya menentukan efektivitas komunikasi
(Rakhmat, 2007:129). Sikap percaya memiliki 3 faktor
utama dalam proses penumbuhannya yaitu menerima,
empati, kejujuran (Rakhmat, 2007:131-133).
2. Sikap Suportif.
Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap
defensif dalam komunikasi. Orang bersifat defensif
apabila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis
(Rakhmat, 2007:133).
3. Sikap Terbuka.
Sikap
terbuka
merupakan
(open
mindedness)
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses
komunikasi interpersonal. Agar komunikasi dapat
menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif
dogmatisme (karakter tertutup) harus digantikan dengan
sikap terbuka.
2.3.2 Tahap Tindakan menurut George Herbert Mead.
Dalam
Ritzer
(2014:257-261)
George
Herbert
Mead
memandang tindakan sebagai “unit primitif” dan analisis tindakan
memusatkan perhatian pada rangsangan atau (stimulus) dan
18
tanggapan (response). Terdapat 4 tahap tindakan yang saling
berhubungan satu dengan yang lain yaitu :
1. Tahap pertama adalah dorongan hati atau impuls (impulse) yang
meliputi stimuli atau rangsangan spontan yang berhubungan
dengan alat indera dan reaksi seseorang terhadap rangsangan
tersebut
(kebutuhan
untuk
melakukan
sesuatu
terhadap
rangsangan itu).
2. Tahap
kedua
menyelidiki
adalah
dan
persepsi
bereaksi
(perception).
terhadap
Seseorang
rangsangan
yang
berhubungan dengan impuls. Seseorang tidak secara spontan
menanggapi
stimuli
atau
rangsangan
dari
luar,
tetapi
memikirkan sebentar dan menilainya melalui bayangan mental.
Seseorang memiliki kapasitas untuk memilih mana yang perlu
diperhatiakan atau yang perlu diabaikan.
3. Tahap ketiga adalah manipulasi (manipulation), setelah impuls
hadir dan objek dipahami terdapat langkah berikutnya yaitu
manipulasi objek atau pengambilan tindakan yang berhubungan
dengan objek itu. Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang
penting dalam proses tindakan agar tanggapan tidak diwujudkan
secara spontan. Memberikan sela waktu mempungkinkan
manusia merenungkan berbagai macam tanggapan.
4. Tahap
keempat
adalah
konsumasi
(consummation)
atau
pelaksanaan dimana pada tahap ini seseorang mengambil
tindakan yang memuaskan dorongan hati sebenarnya.
2.4 Psikologi Komunikasi
Dalam Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2007:120) dikatakan bahwa
makin
naik
hubungan
interpersonal,
makin
terbuka
orang
untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
19
antara komunikan. Dapat dilihat bahwa aspek psikologi sangat berpengaruh
pada efektivitas suatu komunikasi yang terjalin antar individu.
2.4.1 Psikologi Komunikator
Proses komunikasi seorang komunikator akan sukses
apabila berhasil menunjukkan source credibility atau menjadi
sumber
kepercayaan
bagi
komunikan
(Syam,
2011:120).
Aristoteles dalam Jalaluddin Rakhmat (1985:266) menyebut
karakter komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik
(good sense), akhlak yang baik (good moral character), dan
maksud yang baik (good will) (Syam, 2011:121). Ethos atau
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri
atas (Syam, 2011:121-125) yaitu:

Kredibilitas.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate atau
komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Terkandung dua
arti di dalamnya yaitu pertama kredibilitas adalah persepsi
komunikate atau komunikator dan yang kedua kredibilitas
berkenaan dengan sifat-sifat komunikator. Kredibilitas tidak
ada di dalam diri komunikator tetapi tertetak pada persepsi
komunikate atau komunikator. Persepsi merupakan proses
perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi
inderawi (Sarwono, 2014:24).
Komponen kredibilitas terdiri atas keahlian dan kepercayaan.
Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh komunikate atau
komunikan
tentang
kemampuan
komunikator
dalam
hubungannya dengan topik yang dibicarakan. komunkator yang
dinilai tinggi pada keahlian, dianggap sebagai seorang yang
cerdas, mampu, ahli, banyak tahu, berpengalaman serta terlatih.
Kepercayaan adalah kesan komunikate atau komunikan tentang
20
komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Apakah
komunikaor dinilai tidak jujur, suka menipu, tidak adil, bahkan
tidak etis (Jalaludin Rakmat, 1985:268).

Atraksi.
Suatu atraksi menyebabkan komunikator menarik, karena itu ia
memiliki daya persuasif. Selain itu ketertrarikan kepada
komunikator
disebabkan
adanya
kesamaan
di
antara
komunikator dan komunikan. Stotland dan Patchman (1961)
menunjukan bahwa kesamaan antara komunikatot dengan
komunikate
atau
komunikan
memudahkan
terjadinya
perubahan pendapat.

Kekuasaan.
Kerangka Teori Kelman, kekuasaan adalah kemampuan
menimbulkan ketundukan. Raven (1974) mengklasifikasikan 5
jenis kekuasaan yaitu :
1. Kekuasaan koersif (coercive power).
Kekuasaan
koersif
menunjukan
komunikator
untuk
memberikan
hukuman
mendatangkan
pada
kemampuan
ganjaran
komunikate
atau
atau
komunikan.
2. Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan ini
berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan,
atau kemampuan yang dimiliki komunikator.
3. Kekuasaan
informasional
(informational
power).
Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau
pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator.
21
4. Kekuasan rujukan (referent power). Komunikate atau
komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka
rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator dikatakan
memiliki
kekuasaan
menanamkan
rujukan
kekaguman
pada
bila
ia
berhasil
komunikate
atau
komunikan, sehingga seluruh perilakunya diteladani.
5. Kekuasaan legal (legitimate power). Kekuasaan ini
berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang
menyebabkan komunikator memiliki wewenang untuk
melakukan tindakan.
22
2.5 Kerangka Pikir
Drumblek Pancuran (Drumblek GEMPAR)
Ketua RW
Strategi Komunikasi.




Perencanaan Komunikasi.
Komunikasi Interpersonal.
Psikologi Komunikator.
Tahap Tindakan (George Herbert Mead).
Warga bergabung dalam drumblek
Bagan 2
Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan Kerangka Pikir :
Permasalahan
yang
sering
melibatkan
warga
Pancuran
menyebabkan timbulnya pandangan buruk dari kalangan masyarakat
Salatiga mengenai wilayah ini. Sampai pada akhirnya muncullah
Drumblek Pancuran yang saat ini bernama GEMPAR (Generasi Muda
Pancuran) yang beranggotakan warga Pancuran. Peneliti ingin mengetahui
strategi komunikasi yang digunakan oleh Ketua Rukun Warga dimana
membuat warga bersedia mengikuti drumblek dan dapat diarahkan ke
kegiatan tersebut. Strategi komunikasi tersebut akhirnya menimbulkan
kesadaran dari warga dan anak muda Pancuran untuk ikut bergabung
dalam Drumblek sampai akhirnya Pancuran dapat dikenal oleh masyarakat
denga drumbleknya dan adanya pandangan positif dari masyarakat untuk
Pancuran.
23
2.6 Penelitian Terdahulu.
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang yang pernah
dilakukan di daerah Pancuran Salatiga, namun pada peneltian tersebut
tidak meneliti mengenai Strategi Komunikasi Perekrutan Drumblek
terhadap anak Muda Pancuran. Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai
berikut :
No. Penelitian
1.
Hasil Penelitian
Priyanto Adi Nugroho, Minat
2015,
masyarakat
kampung
Pancuran
Eksistensi terhadap kesenian drumblek didasarkan atas
Kesenian Drumblek di 3 hal :
Kampung
Pancuran Pertama, bahan dasar instrumen yang
Kota Salatiga, Institut murah, dengan bahan dasar instrumen yang
Seni
Yogyakarta.
Indonesia murah, maka harganya dapat terjangkau
oleh masyarakat kampung Pancuran yang
berekonomi rendah, sehingga masyarakat
kampung Pancuran tetap dapat menuangkan
kreatifitas dan ekspresi terutama bagi
mereka yang berminat pada bidang musik.
Kedua, teknik permainan instrumen yang
mudah. Teknik permainan dengan pola
ritmis yang sederhana menjadikan pemain
musik yang rata-rata hanya berpendidikan
SD sampai SMP dan tidak memiliki
pendidikan musik secara formal tidak
mengalami
kesulitan.
Selain
itu
juga
ditunjang dengan penampilan lagu-lagu
yang sudah dikenal serta dimainkan dalam
berbagai irama, Sangat menarik musisi
maupun penontonnya.
24
Ketiga,
meriah
dalam
setiap
pertunjukannya, dari berbagai pertunjukan
yang diadakan, baik dengan pawai maupun
di sebuah tempat kesenian ini tidak pernah
sepi dari penonton. Penonton yang hadir
juga dari berbagai usia, ada tua, muda, anak
anak. Selain itu meriah juga dapat dimaknai
yang lain, hal itu terkait dengan sifat
instrumen perkusi yang keras walaupun
tanpa bantuan soundsystem, sehingga orang
yang mendengar tertarik untuk melihat.
Itulah sebabnya maka secara kuantitas
(jumlah penonton) maupun kualitas (aspek
bunyi) maka kesenian drumblek akan selalu
menjadi hiburan yang menarik karena
kemeriahannya.
Selanjutnya dari bentuk penyajian, ada
beberapa aspek yang dibicarakan yaitu,
aspek musikologi dan sarana pendukung
pementasan. Sarana pendukung pementasan
meliputi waktu, tempat, kostum, properti
dan pemain. Kemudian dilihat dari aspek
musikologi,
kesenian
drumblek
dapat
dikatakan musik yang sederhana, hal ini
dapat
dilihat
dari
aransemen
musik
drumblek. Selain itu, untuk memainkan
instrumen
musik
drumblek
ini
tidak
memerlukan ketrampilan yang khusus, tidak
ada teknik-teknik seperti memegang stick,
dalam
25
permainannya
pun
hanya
menggunakan teknik pukulan single stroke,
sehingga siapa saja dan dari kalangan mana
saja dapat memainkan alat musik drumblek,
karena berbagai aspek tersebut diatas maka
kesenian drumblek ini menjadi sangat
diminati oleh warga masyarakat Salatiga.
2.
Surtiani, Eny Endang, Berdasarkan kebijakan tata ruang Kota
2006,
yang
Faktor-Faktor Salatiga, keberadaan Kawasan Permukiman
Mempengaruhi Pancuran
Terciptanya
tidaklah
mendukung
sebagai
kawasan aktifitas hunian. Perkembangan
Pemukiman Kumuh di secara pesat aktifitas perdagangan dan jasa
Kawasan Pusat Kota serta perkantoran sebagai aktifitas dominan
Salatiga,
Pascasarjana kawasan telah menggeser nilai estetika
Universitas Diponegoro hunian
Semarang.
pada
Kawasan
Permukiman
Pancuran.
2.
Karakteristik ekonomi penghuni di
Kawasan Pancuran adalah sebesar 60 %
penghuni
memiliki
penghasilan
rata-
rata/bulan sebesar Rp. 500 – 750 rb dan
hanya 20 % yang memiliki penghasilan di
atas750
rb.
Sehingga
bahwa
penghasilan
mengindikasikan
sebagian
besar
warganya hany cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok saja, untuk kebutuhan
perbaikan
lingkungan,
sangat
tidaklah
mungkin untuk mencukupi.
3. Lama tinggal penghuni sebagian besar
adalah antara 5 – 10 th, yaitu sebesar 63 %,
hal tersebut mengindikasikan bahwa dengan
tenggang waktu hunian yang relatif belum
26
lama mempengaruhi rasa ”telah memiliki”
warga akan lingkungannya kurang kuat,
sehingga keinginan untuk memperbaiki
lingkungan kurang kuat pula.
4.
Ditinjau dari pola penggunaan lahan
dalam perubahan fungsi bangunannya, 56 %
warga lebih condong memanfaatkan sisa
lahan
yang
ada,
sehingga
berdampak
terhadap tingkat kepadatan bangunan yang
sangat tinggi.
5. Berdasarkan kebijakan perumahan dan
permukiman, kepadatan bangunan pada
Kawasan Permukiman pancuran hendaknya
mengacu pada kriteria kepadatan bangunan
pada daerah pusat kota, yaitu dengan nilai
Koefisien Dasar Bangunan sebesar 60%.
Pada kenyataan di lapangan, kepadatan
bangunan (KDB) pada Kawasan Pancuran
Kota Salatiga mencapai ± 90 %, sehingga
jelas menyimpang dari peraturan yang ada.
Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian
Pemerintah Kota untuk bertindak tegas
terhadap pelanggaran yang terjadi.
6.
Karakteristik tempat hunian kawasan
permukiman Pancuran adalah:
a) Perubahan fungsi bangunan pun dapat
menyebabkan
rendahnya
kualitas
lingkungan seperti perubahan fungsi hunian
menjadi
tempat
usaha.
Apalagi
jika
penambahan bangunan untuk tempat usaha
27
tersebut memanfaatkan ruang publik yang
dapat mengganggu fungsi ruang publik.
b)
Sebagain besar konstruksi bangunan
semi permanen yaitu sebesar 55 % dan 25
% lainnya justru berkonstruksi dinding
kayu, sehingga ditinjau dari konstruksi jelas
tergolong
dalam
kawasan
permukiman
marjinal yang tentunya kurang mampu
untuk bertindak dalam menjaga kualitas
lingkungan.
c) Berdasarkan kebijakan perumahan dan
permukiman, kepadatan bangunan pada
Kawasan Permukiman pancuran hendaknya
mengacu pada kriteria kepadatan bangunan
pada daerah pusat kota, yaitu dengan nilai
Koefisien Dasar Bangunan sebesar 60%.
Pada kenyataan di lapangan, kepadatan
bangunan (KDB) pada Kawasan Pancuran
Kota Salatiga mencapai ± 90 %, sehingga
jelas menyimpang dari peraturan yang ada.
Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian
Pemerintah Kota untuk bertindak tegas
terhadap pelanggaran yang terjadi.
7. Kelayakan lokasi Kawasan Permukiman
Pancuran ditinjau dari Standar Direktorat
Cipta Karya dinilai kurang memberikan
nilai kelayakan yang signifikan, hal ini
dipengaruhi oleh adanya gangguan polusi
pada kawasan, kurang tersedianya air
bersih, tidak memiliki kemungkinan untuk
28
berkembang, serta merupakan daerah rawan
genangan. Sehingga penanganan yang tegas
terhadap kawasan permukiman ini perlu
ditegakkan.
8. Sedangkan faktor penyebab penurunan
kualitas lingkungan permukiman Kawasan
Pancuran adalah disebabkan oleh jumlah
penghuni, status kepemilikan, penghasilan,
luas lahan dan lama tinggal Dimana
variabel-variabel tersebut memiliki nilai
signifikansi yang jauh lebih kecil dari
0,05.Dan diantara varibael-variabel tersebut
yang memiliki pengaruh tertinggi adalah
variabel ”tingkat penghasilan” dan ”luas
lahan”.
3.
Ulomo,
Bagus
Iman Penggunaan komunikasi interpersonal oleh
Santoso
guru kelas autis di SLB N Pembina
Dikdo,2015,Strategi
Samarinda tidak semuanya berjalan dengan
Komunikasi
baik.
Interpersonal
Terdapat
hambatan
pada
media
Guru gambar yang seharusnya di sediakan oleh
Kelas Autis di Sekolah pihak sekolah, yang mengakibatkan guru
Luar
Biasa
Pembina
Negeri berinisiatif untuk membawa gambar sendiri
Samarinda, dari rumah. guru mengandalkan komunikasi
Universitas
visual lainnya yang berupa gerak isyarat
Muawarman
tangan,
bibir,
pengenalan
mimik
bentuk
yang
muka,
serta
hnaya
dapat
digambarkan oleh guru pada papan tulis dan
buku masing-masing siswa.
29
Download