APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari mafaat dan resiko penggunaan obat (Setiawati, 2007). Farmakologi terutama terfokus pada dua subdisiplin, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi. Kesuksesan dari terapi obat adalah sangat tergantung pada pilihan produk obat dan obat dan pada desain pengaturan dosis. Pilihan produk obat dan obat, misalnya, intermediete release (ini sediaan konvensional seperti tablet, kapsul, dsb) vs modified release (seperti transdermal), ini berdasar pada karakteristik pasien dan farmakokinetika obat. Dengan merancang pengaturan dosis mencoba untuk mencapai konsentrasi spesifik obat pada reseptor untuk menghasilkan respon optimal dengan efek samping yang minimal. Variasi individu di dalam farmakokinetika dan farmakodinamik membuat desain pengaturan dosis menjadi sulit. Oleh karena itu, aplikasi farmakokinetika untuk desain pengaturan dosis harus diatur dengan benar pada evaluasi klinis pasien dan pemantauan. Di sinilah imu farmakokinetik berbicara, salah satu disiplin ilmu sebagi tools dalam memprediksi nasib obat dalam badan meliputi ADME-nya (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi). Farmakokinetik klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia, bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat seraya meminimalkan kemungkinan efek sampingnya. B. PEMBAHASAN Pengaruh klinik atau terapeutik suatu obat pada seorang pasien sebenarnya merupakan hasil dari daya farmakologik obat tersebut, di man hal yang terakhir ini akan sangat tergantung pada kadar yang bisa dicapai pada tempat kerja obat (reseptor). Sayangnya, pengukuran kadar obat pada reseptor hampir selalu tidak dimungkinkan. Namun demikian, karena setiap perubahan kadar obat yang terukur dalam cairan darah secara praktis akan mencerminkan perubahan pada reseptor, dengan pengukuran kadar obat dalam cairan darah akan bisa diperhitungkan atau diramalkan tingkat aktifitas farmakologik yang tercapai (Barbour, 2007). Tinggi rendahnya kadar obat dalam cairan darah merupakan hasil dari besarnya dosis yang diberikan, dan pengaruh-pengaruh proses-proses alami dalam tubuh mulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme sampai ekskresi obat. Melalui data absoprsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi tersebut mempunyai peran penting dalam aplikasi farmasi klinis, diantaranya adalah untuk penentuan dosis pemakaian obat, penentuan frekuensi pemakaian obat, penentuan dosis ganda, penentuan infus intra vena, dan penyesuaian dosis jika terjadi kerusakan renal maupun hepar. a. Penentuan dosis pemakaian Dosis suatu obat diperkirakan dengan tujuan dapat memberikan kadar terapeutik obat yang diinginkan dalam tubuh. Obat akan memberikan efek terapi jika kadar obat dalam plasma sudah mencapai area terapi yaitu diatas MEC (minimum effective concentration) dan dibawah MTC (minimum toxic concentrstion). Penentuan dosis obat ditentukan dari data kadar obat dalam plasma dengan mencari nilai konsentrasi maksimum obat dalam plasma (C max), waktu yang diperlukan untuk mencapai C max (t max), dan profil pelepasan obatnya (AUC). b. Penentuan frekuensi pemberian obat Obat merupakan senyawa xenobiotika yaitu senyawa yang dalam keadaan normal tidak diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu obat dalam badan akan mengalami proses metabolisme dan ekskresi. Akibatnya kadar obat dalam plasma akan menurun. Penurunan kadar obat dalam plasma akibat metabolisme dan ekskresi akan menjadikan respon terapi turun. Penentuan kapan seseorang itu harus minum lagi obat dapat ditentukan dengan melihat nilai t ½ eliminasi obat dan nilai clearance obat. c. Pengaturan dosis ganda Banyak obat diberikan dalam suatu aturan dosis ganda untuk memperpanjang aktivitas terapeutik. Kadar plasma obat ini harus dipertahankan di dalam batas yang sempit untuk mencapai efektivitas klinik yang maksimal. Secara ideal suatu aturan dosis untuk tiap obat ditetapkan untuk memberikan kadar plasma yang benar tanpa fluktuasi dan akumulasi obat yang berlebihan. Untuk obat-obat tertentu, seperti antibiotik, dapat ditentukan kadar efektif minimum yang diinginkan. Obat-obat lain dengan indeks terapi sempit, seperti digoksin dan fenitoin, memerlukan batasan kadar plasma terapeutik minimum dan konsentrasi plasma non-toksis maksimum. Dalam memperhitingkan suatu aturan dosis ganda, kadar plasma yang diinginkan harus dikaitkan dengan suatu respon terapeutik. Untuk memperkirakan kadar obat dalam plasma selama pemberian dosis ganda, parameter-parameter farmakokinetik diperoleh dari kurva kadar plasmawaktu yang didapat melalui dosisi tunggal. Dengan parameter-parameter ini, dan mengetahui tentang ukuran dosis dan jarak waktu pemberian memungkinkan untuk memperkirakan kurva kadar plasma-waktu yang lengkap atau kadar plasma pada setiap waktu setelah dimulainya pengaturan dosis (Shargel, 2005). d. Pengaturan infuse intravena Pemberian obat secara intravena memberikan beberapa keuntungan diantaranya obat mudah diberikan ayitu melalui infuse bersama-sama dengan cairan iv, laju infuse dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan penderita, dan ketiga adalah infuse konstan mencegah fluktuasi puncak dan palung kadar obat dalam darah. Setelah beberapa saat obat akan mencapai konsentrasi tunak yaitu suatu keadaan dimana laju obat yang meninggalkan tubuh sama dengan laju obat yang masuk dalam tubuh. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar tunak dalam darah terutama tergantung pada waktu-paruh eliminasi (Shargel, 2005). Farmakokinetika berperan dalam pengaturan kecepatan tetesan cairan infus. Jika obat diberikan dengan laju yang tinggi akan diperoleh kadar tunak yang lebih tinggi tetapi waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak tetap sama. e. Penyesuaian dosis Ginjal merupakan organ yang enting dalam pengaturan kadar cairan tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan metabolit-metabolit sisa dan obat dari tubuh. Kerusakan atau degerasi fungsi ginjal akan mempunyai pengaruh pada farmakokinetika obat. Ganguan elektrolit dan cairan dalam tubuh sehubungan dengan kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahn pada volume distribusi obat (Shargel, 2005) Ekskresi ginjal merupakan rute terbesar eliminasi untuk beberapa obat. Obat-obat yang larut dalam air mempunyai berat molekul rendah atau mengalami biotransformasi secara lambat oleh hati akan dieliminasi dengan sekresi ginjal. Sementara itu, proses fabrikasi obat tidak melihat fisiologis pasien secara khusus. Misalnya fabrikasi paracetamol, dibuat dengan dosis 500 mg dan 250 mg. maka tugas apotekerlah yang kemudian melakukan penyesuaikan dosis apabila pasiennya mengalami serosis hati. Begitu juga pada obat-obat yang meiliki rasio ekstraksi renalnya tinggi sementara pasien mengalami gagal ginjal. Farmakokinetika sangat berperan penting dalam menentukan penyesuaian dosis ini. Fungsi kerja ginjal dapat dilihat dari nilai clearance yaitu volume darah yang dapat dibersihkan dari obat dalam satu satuan waktu. Penyesuaian dosis obat kemudiaan didasarkan atas nilai clerence obat tesrsebut. C. KESIMPULAN 1. Famakokinetika atau kinetika obat adalah ilmu yang mempelajari nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat mencakup empat proses yaitu absoprsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi. 2. Melalui data absoprsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi tersebut farmakokinetika mempunyai peran penting dalam aplikasi farmasi klinis, diantaranya adalah untuk penentuan dosis pemakaian obat, penentuan frekuensi pemakaian obat, penentuan dosis ganda, penentuan infus intra vena, dan penyesuaian dosis jika terjadi kerusakan renal maupun hepar. Daftar Pustaka Shargel, Leon., Yu, Andrew B. C., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi ke dua, diterjemahkan oleh Sjamsiah, Surabaya, Airlangga University Press. Setiawati, Arini., F.D Suryatna., Gan, Sulistia., 2007, Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Gunawan, Sulistia Gan (editor)., Departemen Farmakologik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. Barbour, Nancy P., Lipper, Robert A., 2007, Introduction to Biopharmaceutics and its Role in Drug Development in Biopharmaceutical Application in Drug Development, Informa Healthcare USA, New York.