BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Permasalahan
Aborsi merupakan langkah yang diambil bagi ibu yang tidak menginginkan
kehamilan. Ribuan kehamilan yang tidak diinginkan terjadi di Indonesia setiap
tahunnya, baik itu yang diakibatkan oleh kegagalan alat kontrasepsi, pergaulan
yang salah sehingga hamil di luar nikah, hingga karena kasus perkosaan. Aborsi
mendapat stigma negatif dari kalangan masyarakat umumnya, aborsi dianggap
sebagai aib yang harus dirahasiakan, karena kebanyakan kasus aborsi dilakukan
oleh pasangan yang hamil diluar nikah. Aborsi juga dapat dilakukan di bawah
tindakan medis dan dengan anjuran medis biasanya aborsi diperbolehkan oleh
pemerintah.
Penelitian Paulinus Soge yang berjudul Pengaruh Kehidupan Masyarakat
Terhadap Pengaturan Hukum Tentang Aborsi di Indonesia tahun 2008, membahas
adanya RUU Amandemen UUK yang
bertujuan melegalkan aborsi aman,
menunjukan adanya perkembangan dalam pengaturan hukum. Undang-undang
Pengguguran Kandungan tanggal 1 Mei 1981 Stb. 1981, 257 dan kemudian dengan
Undang-undang tanggal 6 November 1976, Stb. 1997, 510 yang prinsipnya
melegalkan aborsi berdasarkan prinsip Fetal Viablity (kemampuan hidup janin di
luar rahim).
1
2
Aborsi yang dilakukan atas anjuran medis, pada kasus tertentu dikarenakan
kehamilan tersebut membahayakan nyawa ibu atau janin. Aborsi pada pengidap
Human Immunodeficiency Virus (HIV) mendapatkan perhatian khusus di mata
medis dan hukum. Keselamatan dan pencegahan penularan menjadi alasan
dilakukannya tindakan aborsi melalui anjuran medis.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang menyerang
ketahanan sistem imun pada tubuh atau biasa disebut yang kekebalan tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh seks bebas atau bergonta ganti pasangan. Penyakit
HIV (Human Immunodeficiency Virus) ini masih dianggap aib dan sulit untuk
disembuhkan di Indonesia. Kondisi stres psikosial-spiritual yang berkepanjangan
pada pasien terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), akan mempercepat
terjadinya AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), bahkan meningkatkan
angka kematian. Penanganan pasien HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada
umumnya memerlukan tindakan yang hampir sama. Perbedaan respon imunitas
yang terjadi selama masa penanganan pasien HIV (Human Immunodeficiency
Virus), dikarenakan faktor stres yang dialami oleh pasien (Nursalam, 2007: 6-7).
Stres yang ditimbulkan oleh ibu pengidap HIV (Human Immunodeficiency
Virus) selama hamil dapat menyebabkan gangguan pada janin. Stres tidak hanya
dapat dirasakan oleh ibu yang sedang mengandung melainkan juga pada janin yang
dikandungan. Stres yang berlebihan dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur
bahkan keguguran, selain itu penularan pada bayi dapat terjadi semenjak dalam
kandungan (in utero). Bila ibu dinyatakan positif HIV (Human Immunodeficiency
Virus) dan belum ada gejala AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), maka
3
kemungkinan bayi terinfeksi adalah 20% sampai 35%, dan bila ibu telah terjangkit
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) maka kemungkinan bayi tertular
lebih besar hingga 50%. Penularan dapat juga terjadi saat proses persalinan melalui
kontak antara kulit dengan darah saat melahirkan. Semakin lama proses melahirkan
maka semakin besar pula kemungkinan resiko penularan terjadi (Nursalam, 2007 :
166).
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) hingga kini belum dapat
diobati secara sempurna, tindakan medis saat ini hanya mampu mengurangi resiko
kematian dan memperlambat penularan serta penurunan imunitas tubuh yang
drastis. Penggunaan ARV (antiretroviral) pun nyatanya dalam beberapa kejadian
dinilai gagal dalam mempertahankan penurunan imunitas pada ibu sehingga
berdampak pada kehamilannya. Permasalahan seperti itu pada beberapa kasus
aborsi diperbolehkan oleh undang-undang dan medis (abortus provocatus
medicinalis).
Abortus Provocatus Medicinalis dalam praktiknya masih menyisakan
persoalan etis bagaimana memandang suatu keputusan hidup dan mati dengan
pertimbangan medisnya. Meskipun tindakan abortus telah menyelamatkan nyawa
ibu, namun pro-kontra atas tindakan tersebut mucul baik dari segi penilaian
kemanusiaan, norma agama, maupun dampak psikologis yang dirasakan oleh ibu.
Dibutuhkan sebuah pemikiran-pemikiran yang relevan sebagai kacamata dalam
menjawab persoalan etis yang ditimbulkan. Pemikiran mengenai kemanusiaan,
ketuhanan dan keadilan diperlukan dalam kajian permasalahan ini.
4
Pancasila sebagai ukuran etika dalam pandangan hidup bangsa sekaligus
pedoman pemerintah dalam menjalankan pemerintahan negara, memiliki
pandangan dan ukuran sendiri dalam menanggapi persoalan yang ada. Nilai-nilai
yang terkandung dalam rumusan Pancasila mencakup semua aspek dalam
kehidupan dan bernegara, mulai dari: nilai religi, hak asasi manusia, persatuan
bangsa, keadilan hingga musyawarah dalam pemerintahan. Nilai-nilai tersebut
harus ada atau setidaknya mewakili dalam setiap kebijakan yang ada di Indonesia.
Etika Pancasila memiliki pandangan bahwa tolak ukur dalam menjalankan
nilai-nilai Pancasila adalah moralitas. Meskipun etika individual dan etika politik
adalah beda, namun kedua duanya sama-sama menyinggung ranah sosial. Etika
Pancasila membahas hak azasi manusia, solidaritas bangsa, demokrasi dan keadilan
sosial serta memberi batas-batas moral yang melatar belakanginya. Etika Pancasila
nampaknya dapat digunakan sebagai sudut pandang dalam telaah segala kebijakan
yang ada di Indonesia termasuk aborsi pada pengidap HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Tinjauan Etika Pancasila diharapkan dapat memberikan pandangan baru
terhadap tindakan Abortus Provocatus Medicinalis pada ibu hamil pengidap HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Kajian nilai-nilai yang terdapat dalam etika
Pancasila diharapkan mampu memberikan pengertian dalam setiap pelegalan
kebijakan yang ada di Indonesia yang tentunya menyangkut kepada apa-apa yang
bernilai etis dan mengandung norma-norma sosial.
5
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini diarahkan pada persoalan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Apa konsep Etika Pancasila?
b. Apa yang dimaksud dengan Abortus Provocatus Medicinalis pada ibu hamil
pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus) ?
c. Apa perspektif teori Etika Pancasila terhadap tindakan abortus provocatus
medicinalis pada ibu hamil pengidap HIV?
3. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Abortus Provocatus Medicinalis pada Ibu Hamil Positif
HIV Ditinjau dari Perspektif Etika Pancasila belum ada di teliti dalam kajian
filsafat. Peneliti hanya menemukan beberapa judul penelitian yang fokus
membahas tentang aborsi dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) sebagai objek
material penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Disertasi pada tahun 2008 dengan judul Pengaruh Perkembangan Kehidupan
Masyarakat terhadap Pengaturan Hukum tentang Aborsi di Indonesia karya
Paulinus Soge, Fakultas Hukum UGM. Disertasi ini membahas tentang semua
aspek hukum yang membahas tentang pelegalan tindakan aborsi ditinjau dari
hak manusia, kemajuan teknologi dan motivasi tindakan aborsi.
b. Skripsi pada tahun 2008 dengan judul Aborsi bagi Ibu Penderita HIV AIDS
menurut Hukum Islam dan Hukum Positif karya Peni Safitri, UIN Yogyakarta.
skripsi ini membahas tentang bagaimana hukum yang berlaku di Indonesia
menanggapi kasus aborsi bagi penderita HIV (Human Immunodeficiency
6
Virus). Skripsi ini juga menjelaskan pandangan agama dalam tindakan medis
aborsi pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus).
c. Skripsi tahun 2011 dengan judul Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Universitas Gadjah Mada terhadap Aspek Hukum Aborsi karya
Tasya Primadani, Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi ini membahas banyaknya
kasus aborsi yang dilakukan oleh kalangan remaja di Indonesia, dan keputusan
aborsi tersebut dilakukan dalam penanganan medis. Perawat oleh karena itu
kesehatan perlu mengetahui aspek hukum dalam penanganan aborsi di
Indonesia.
d. Tesis tahun 2012 dengan judul Makna dan Persepsi Aborsi (Studi Aborsi dalam
Persepsi Merleau Ponty) karya Andini Setya Karlina, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik UGM. Tesis ini membahas bagaimana pola masyarakat dalam
menanggapi pro-kontra aborsi. Menelaah kembali alasan keputusan tindakan
aborsi yang menjadi fenomena saat ini. Untuk itu dalam tesis ini mengkaji
tindakan aborsi melalui perspektif fenomenologi Merleau Ponty.
e. Tesis tahun 2015 dengan judul Faktor yang Mempengaruhi Penularan HIV dari
Ibu ke Bayi pada Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak Di
Yogyakarta karya Ika Maret Tania, Fakultas Kedokteran UGM. Tesis ini
membahas kasus penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada anak
baik penularan sejak di dalam kandungan ataupun saat pengasuhan, untuk itu
upaya pencegahan terhadap bayi dilakukan dengan cara yang masif.
7
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam kehidupan
dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan. Penilitian ini diharapkan dapat mampu memberikan
pandangan lain bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran khususnya masalah
aborsi yang terjadi dalam tindakan medis bagi pengidap HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Semakin banyaknya bahasan mengenai aborsi pada
HIV (Human Immunodeficiency Virus) ini, penulis berharap pada kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi agar dapat memberikan upaya medis yang
baik bagi ibu dan bayi dalam kandungan. Penelitian ini diharapkan mampu
menambah bahan kajian dalam hal praktek medis, etika dan nilai etis yang
terkandung didalamnya.
b.
Bagi Filsafat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pebendaharaan
informasi tentang kajian etika di Fakultas Filsafat UGM mengenai Abortus
Provocatus
Medicinalis
pada
kehamilan
pengidap
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus). Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi baru dalam memahami etika, khususnya aliran Etika
Pancasila, terutama dalam menanggapi masalah praktik aborsi. Semakin banyak
dilakukan studi di bidang etika, peneliti berharap mahasiswa dapat mengasah
ketajaman dan berfikir kritis.
c. Bagi Masyarakat dan Bangsa. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan wawasan masyarakat dalam pertimbangan keputusan yang
berhubungan dengan hidup dan mati. Pengetahuan yang minim seputar abortus
8
provocatus
medicinalis
dalam
kehamilan
pengidap
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus) dikalangan masyarakat, diharapkan dengan penelitian
ini dapat menjadi sumber informasi baik dibidang kesehatan dan kedokteran.
Peraturan seputar aborsi yang ada masih terasa kaku dan berlaku universal.
Penelitian ini diharapkan dapat mengkaji kembali peraturan mengenai aborsi
dan pembunuhan yang ada di Indonesia. Aborsi dapat dibedakan berdasarkan
maksud dan tujuan, namun bukan berarti segala bentuk aborsi diperbolehkan di
Indonesia. Setidaknya pemerintah dapat dengan bijak mengadili dan
mengelompokan
aborsi
pada
kehamilan
pengidap
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus) ini.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang terdapat dalam
rumusan masalah, yaitu:
1. Merumuskan secara deskriptif tentang persoalan abortus provocatus
medicinalis pada ibu hamil pengidap HIV.
2. Merumuskan secara analitis tentang pandangan teori Etika Pancasila.
3. Merumuskan relevansi tentang perspektif Etika Pancasila dalam memandang
abortus provocatus medicinalis pada ibu hamil pengidap HIV.
C. Tinjauan Pustaka
Definisi aborsi adalah cara mencegah kelahiran, yaitu menggugurkan embrio
yang tidak dikehendaki. Bila dilakukan secara amatir, maka aborsi dapat menjadi
9
sangat berbahaya. Sebaliknya aborsi dapat menjadi aman bila dilakukan secara
professional (WHO,1998). Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990) aborsi berarti “pengguguran kandungan, yang dibedakan atas aborsi
kriminalis yaitu aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan
bertentangan dengan hukum; dan aborsi legal yaitu pengguuguran kandungan
dengan sepengetahuan pihak yang berwenang (Karlina, 2012: 5).
Sejak dulu sampai sekarang, berbagai macam cara masyarakat untuk
melakukan aborsi, antara lain: unsafe abortion (aborsi yang tidak aman) dan safe
abortion (aborsi yang aman). Unsafe abortion memiliki beberapa macam,
diantaranya: menggunakan kekerasan atau stress fisik dan mengangkat barang
berat; menggunakan teknik internal seperti memasukan batang atau daun ke dalam
rahim yang terkadang dioleskan suatu zat sehingga seperti proses kuretase; dan
menggunakan obat-obatan seperti dedaunan, obat pencahar agar membuat muntah.
Sedangkan safe abortion diantaranya: peneyedotan (aspirasi MVA) ; dilatasi dan
kuretasi; dan obat-obatan. (Primadani, 2011: 13-16).
Primadani (2011: 16) menambahkan, aborsi dapat terjadi secara spontan dan
dapat pula terjadi dengan unsur kesengajaan (provocatus). Aborsi yang terjadi
secara spontan biasanya disebabkan karena penyakit atau kelainan yang diderita ibu
atau janin. Abortus provocatus ada dua jenis yaitu abortus provocatus medicinalis
atau theraupatic yaitu upaya terapeutik yang terpaksa menggunakan cara terminasi
kehamilan. Tanpa adanya alasan terapeutik, aborsi provokatus dianggap sebagai
aborsi provokatus kriminalis.
10
Data yang didapat dari RS Sardjito pada tahun 2007 dengan subjek kasus
persalinan ibu positif HIV (Human Immunodeficiency Virus) didapat memiliki 68
kejadian melahirkan. Dari 68 ibu hamil dengan positif HIV (Human
Immunodeficiency Virus) diketahui kondisi kehamilan ibu sebagai berikut: 65 orang
(95,6%) ibu hamil dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) melahirkan bayi,
ada 2 orang (2,9%) ibu hamil dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
kehamilannya didiagnosis abortus dan 1 orang (1.5%) ibu hamil dengan HIV
(Human Immunodeficiency Virus) didiagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET) pada trimester awal. Kondisi bayi yang dilahirkan ialah: sebanyak 47
(72,3%) bayi dengan status HIV (Human Immunodeficiency Virus) negatif,
sebanyak 5 (7,7%) bayi dinyatakan positif HIV (Human Immunodeficiency Virus),
bayi yang belum diperiksa karena meninggal setelah dilahirkan sebanyak 3(4,6%)
dan bayi yang loss of follow up sebesar 10 (15,4%) bayi (Tania, 2015: 32-34).
Andrew Merton dalam Makna dan Persepsi Aborsi karya Andini Setya
Karlina : Kaum anti aborsi, aborsi adalah tindakan pembunuhan, seperti yang
dikatakan. Gerakan ini menuduh siapapun yang menyetujui aborsi legal sebagai
yang paling sedikit hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa saat jutaan
manusia tidak berdosa terbunuh. Logikanya adalah: a) embrio/janin adalah manusia
dalam pengertian yang paling penuh dengan demikian memerlukan perlindungan;
b) aborsi membunuh embrio/janin; maka, c) aborsi adalah pembunuh, dan d)
siapapun yang menyetujui aborsi juga setuju pada pembunuhan (Bracher, 1997:
155).
11
Pasal 299 KUHP menjelaskan peraturan hukum seputar aborsi provokatus
dalam 3 pasal. Pasal 1 berbunyi : barang siapa dengan sengaja mengobati seorang
wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat
puluh lima ribu rupiah. Pasal 2 berbunyi : jika yang bersalah berbuat demikian
untuk mencari keuntungan atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian
atau kebiasaan atau jika seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga. Pasal 3 berbunyi : jika yang bersalah melakukan kejahatan
tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencarian itu.
Abortus Provocatus Medicinalis dilakukan semata-mata atas dasar
pertimbangan medis yang tepat, tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa si
ibu kecuali jika kandungannya digugurkan, misalnya pada penderita kanker ganas.
Abortus provocatus medicinalis kadang-kadang membawa implikasi yuridis, perlu
penyidikan dengan tuntas, khususnya bila ada kecurigaan perihal tidak wajarnya
tarif atau biaya yang diminta oleh Dokter, sehingga menimbulkan komersialisasi
yang berkedok alasan medis (Idries, 1997: 247-248).
D. Landasan Teori
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan. Etika berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari
kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau
12
cara hidup. Etika dan moral memiliki arti yang sama, akan tetapi dalam pemakaian
sehari-hari terdapat perbedaan, moral atau moralitas dipakai untuk menilai
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilainilai yang ada (Zubair, 1987 : 13).
Etika merupakan cabang dari filsafat, etika mencari kebenaran dan sebagai
filsafat mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya sebagai tugas tertentu
bagi manusia. Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik.
(Poedjawijatna, 1972: 3).
Objek etika adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa segala macam moral,
pada dasarnya hanya dua macam: pernyataan tentang tindakan manusia sendiri atau
tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif, maksud, dan watak. Ada
himpunan pernyataan ketiga yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka
pernyataan tentang tindakan (Magnis, 1979: 15-16).
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa bahkan sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa. Etika Pancasila sebagai filsafat moral atau kesusilaan yang
berdasarkan atas kepribadian, ideologi, jiwa dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Inti ajaran Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan, maka Pancasila diartikan sebagai etika yang berdasarkan pada
inti ajaran tersebut (Sunoto, 1982 : 1).
Pancasila selain sebagai gagasan yang berasal dari kebudayaan Indonesia
merupakan sistem nilai yang khas produk dari sejarah yang bersifat spesifik, namun
13
juga berikatan dengan nilai yang bersifat universal ; karena tidak ada satu sistem
nilai yang tidak memiliki persamaan dengan nilai lain (Joesoef, 1986: 10).
Etika Pancasila juga diartikan oleh Kaelan di mana Etika Pancasila
merupakan ajaran etika yang berdasarkan atau berpedoman pada nilai-nilai norma
yang berlaku dan bersumber dari Pancasila yaitu: nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Etika Pancasila disebut juga sebagai inti ajaran
Pancasila yang mana Pancasila juga merupakan ideologi dan falsafah hidup bangsa
Indonesia. Etika Pancasila juga berperan dalam pengarahaan pola tingkah laku
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara berdasarkan isi Pancasila (Kaelan,
2004: 21).
Refleksi kritis Etika Pancasila meliputi 3 bidang. Pertama, Etika Pancasila
melakukan refleksi kritis tentang norma dan nilai moralitas yang telah dijalani atau
dianut oleh warga bangsa Indonesia selama ini agar dapat dirumuskan menjadi
prinsip-prinsip kelayakan sehari-hari, misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam
benda-benda peninggalan sejarah, karya sastra, cerita rakyat. Kedua, Etika
Pancasila melakukan refleksi kritis tentang keunikan dan kompleksitasnya seperti
telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945.
Ketiga, refleksi kritis tentang berbagai paham yang dianut oleh manusia atau
kelompok masyarakat tentang bidang-bidang khusus kehidupan, misalnya paham
tentang manusia, Tuhan, alam, masyarakat, sistem sosial politik, sistem ekonomi,
sistem kerja, (Suprapto, 2014 : 164).
14
E. Metode Penelitian
1. Bahan dan Materi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif
yang bersumber dari studi
kepustakaan dengan metode pengambilan data melalui berbagai literatur buku yang
relevan dengan objek kajian. Penelitian ini menggunakan data pustaka yang terbagi
menjadi dua yaitu pustaka primer dan pustaka sekunder.
Pustaka primer berdasarkan sumber pustaka dari objek material dan sumber
sekunder merupakan referensi dari objek formal yang menjadi bahasan. Pustaka
primer yang digunakan adalah buku mengenai aborsi dan HIV . Adapun buku
mengenai pustaka primer diantaranya :
a. Kartono Mohammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangannya Terhadap
Bioetika, 1992, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
b. Abdul Mun’im Idries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, 1997, Binarupa
Aksara, Jakarta.
c. Made Heny Urmila Dewi, Aborsi: Pro-kontra di Kalangan Petugas Kesehatan,
1997, Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
d. Kees Bartens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, 2002, Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
e. Nursalam, Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinveksi HIV/AIDS, 2007,
Salemba Medika, Jakarta.
f. Untung Praptohadjo, Sekitar Masalah Aborsi di Indonesia, 2007, PKBI Daerah
Jawa Tengah, Semarang.
Buku skunder yang digunakan adalah sebagai berikut :
15
a. Sunoto, 1984, Mengenal Filsafat Pancasila 1 (pendekatan melalui : metafisika,
logika, etika), Hanindita, Yogyakarta.
b. Sunoto, 1987, Mengenal Filsafat Pancasila 2 (pendekatan melalui : sejarah
dan pelaksanaannya), Hanindita, Yogyakarta.
c. Sunoto, 1990, Mengenal Filsafat Pancasila 3 (pendekatan melalui : etika
Pancasila), Hanindita, Yogyakarta.
d. Kees Bertens, 1993, Etika, gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
e. Kaelan, 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta
f. Sudaryanto, 2007, Etika Pancasila (sebuah Refleksi Awal), Fakultas Filsafat
UGM, Yogyakarta.
g. Bambang S. Mintargo, 2009,Menanggapi Persoalan Hidup berdasarkan
Pancasila, Mitra Wacana Media, Jakarta.
h. Sri Suprapto, 2014, Konsep Inventiv Etika Pancasila Berdasarkan Filsafat
Pancasila Notonegoro, UNY Press, Yogyakarta.
2. Jalan Penelitian
Jalannya penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian akan
melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Tahapan persiapan diawali dengan proses pengumpulan data yang kemudian
dipisahkan berdasarkan kriteria kesesuaian dengan objek penelitian baik objek
formal maupun objek material.
b. Tahap pembahasan berisi tentang analisis data yang telah dikumpulkan
sebelumnya dan diuraikan berdasarkan objek formal dan objek material.
16
c. Tahap akhir yaitu mendeskripsikan analisis yang telah dilakukan yang
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan evaluasi.
3. Analisis Data
Penelitian mengenai “Abortus Provocatus Medicinalis pada Ibu Pengidap
HIV ditinjau dari Perspektif Etika Pancasila” dapat dikategorikan sebagai
penelitian ilmiah aktual dengan metode kualitatif. Penelitian ini nantinya akan
memiliki unsur-unsur metodologis sebagai berikut :
a. Verstehen. Penulis memberikan pemahaman pada materi-materi yang telah
dikumpulkan dan dipahami berdasarkan karakteristiknya masing-masing.
b. Interprestasi. Penulis mencantumkan hasil penelitian lain didasarkan pada teori
ilmiah yang problematis, untuk mengungkap filsafat yang tersembunyi yaitu
struktur norma yang melatar belakanginya.
c. Komparasi. Penulis melakukan perbandingan guna mendapatkan pemahaman
baru baik mengenai Etika Pancasila serta antar pelaku aborsi dengan
lingkungannya yaitu mengenai maksud dan legalitas aborsi.
d. Hermeneutika. Penulis berusaha menangkap makna esensial sesuai dengan
karakteristiknya, sehingga dapat dipahami sesuai konteks waktu sekarang.
F. Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Memperoleh informasi dan keterangan lengkap mengenai abortus provocatus
medicinalis pada ibu hamil pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus).
17
2. Memperoleh informasi dan keterangan lengkap mengenai konsep etika
Pancasila.
3. Memperoleh analisa kritis mengenai tindakan abortus provocatus medicinalis
pada ibu hamil pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus) ditinjau dari
pandangan Etika Pancasila.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Dalam bab ini memuat pendahuluan yang membahas latar belakang
masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini menjelaskan seputar objek formal, ysitu: etika, kajian etika,
kasuistik dalam etika, pengertian Etika Pancasila, isi arti dan nilai etis sila-sila
Pancasila, dan pengamalan pancasila.
BAB III : Berisi penjelasan mengenai objek material seputar aborsi, metode-metode
yang digunakan dalam aborsi, penentuan keputusan aborsi, alasan dilakukannya
aborsi, penjelasan mengenai HIV (Human Immunodeficiency Virus), aborsi pada
HIV, serta etika dalam kedokteran.
BAB IV : Berisi tentang refleksi filosofis mengenai abortus provocatus analisis
Etika Pancasila, dan akan menghasilkan suatu analisis yang sesuai dengan hasil
yang diharapkan yaitu verstehen, hermeneutika, komparasi, dan interprestasi.
18
BAB V berisi mengenai kesimpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan dan
kemudian memberikan saran terhadap permasalahan tersebut guna perbaikan di
masa akan datang.
Download