IDENTIFIKASI FOSFOLIPID DAN UJI FARMAKOLOGI EKSTRAK BIJI LABU PADA TIKUS PUTIH SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN HEPATOTOKSIK Identification of phospholipids on pumpkin seeds and pharmacology test on white rats as an alternative hepatotoksic medicine. Anita Ratna Fauziah1 1 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap * Alamat Koresondensi : [email protected] ABSTRAK Penelitian identifikasi fosfolipid dan kandungan asam lemak telah dilakukan pada ektraks biji labu serta uji farmakologi pada tikus putih jantan yang telah terinduksi larutan parasetamol. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian larutan parasetamol pada hewan percobaan selama 2 minggu dengan dosis 250-500 mg/kgBB dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati pada hewan uji yang ditandai dengan naiknya kadar enzim SGPT dan turunnya kadar enzim SGOT dari kadar normal. Pemberian ektrak biji labu pada hewan uji dengan dosis 21,5:43 dan 65,5 mg/kgBB menunjukan adanya perubahan enzim SGOT dan SGPT pada hewan uji,dimana terjadi kenaikan kadar SGPT dan penurunan kadar enzim SGOT mendekati kadar SGOT dan SGPT normal. Proses pembuatan akstrak biji labu dilakukan dengan ektraksi maserasi pelarut isopropanol dan kloroform. Identifikasi kandungan posfat dengan metode spektofotometer UV-visible diperoleh kandungan posfor sebesar 0,93%. Kandungan asam lemak pada ektrak biji labu meliputi asam oleat, asam palmitat dan asam stearat dengan presentase 33%, 24% dan 6% dengan kandungan fosfolipid yang terkandung dalam ektrak biji labu adalah fosfatidilkolin, fosfatidilserin dan fosfatidiletanolamin. Kata kunci : Biji labu, fosfolipid, chomatograpy, Hepatotoksik ABSTRACT Have conducted research and the identification of phospholipid and fatty acid content in extracs pumpkin seeds and pharmacological tests on white rats that had induced paracetamol. The results showed that paracetamol solution in experimental animals for 2 weeks at a dose of 250-500 mg/kg can cause damage to liver cells in test animals are characterized by increased levels of enzymes ALT and AST enzyme levels to drop from normal levels. Provision of pumpkin seed extract in test animals at a dose of 21.5: 43 and 65.5 mg / kg showed a change of SGOT and SGPT enzymes in test animals, where an increase in the levels of SGPT and SGOT enzymes decreased levels of SGOT and SGPT levels approaching normal. The process of making an extract of pumpkin seeds carried by maceration extraction solvent isopropanol and chloroform. Identification of the content of phosphate by the method of UV-Visible spectrophotometer obtained phosphorus content of 0.93%. Fatty acid content in pumpkin seed extract include oleic acid, palmitic acid and stearic acid with a percentage of 33%, 24% and 6% with phospholipid content contained in pumpkin seed extract is phosphatidylcholine, phosphatidylserine and phosphatidylethanolamine. Key words: Pumpkin Seed, Phospholipids, chomatograpy, Hepatotoxic Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 14 Selain dapat digunakan sebagai obat PENDAHULUAN Fosfolipid merupakan suatu penyusun alternatif bagi penderita kerusakan sel-sel hati membran sel syaraf yang sangat penting dalam (hepatoprotektor) tubuh mahluk hidup, secara struktur kimia berfungsi sebagan bahan pembuatan liposom. fosfolipid terdiri dari dua bagian yaitu bagian Liposom merupakan subuah vesikel yang sangat kepala (Adnan,1997). kecil, berbentuk bulat yang tersusun dari Fosfolipid merupakan golongan senyawa lipid fosfolipid jenis fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin dan merupakan bagian dari membran sel sering dikena dengan nama trivial lisetin (Leray, makhluk 2009). dan bagian ekor hidup, bersama dengan protein, glikolipid dan kolesterol, selain itu fosfolipid METODE merupakan suatu gliserida yang mengandung Bahan fosfor Bahan-bahan dalam bentuk (Lehninger,2007). ester asam Penggunaan fosfat fosfolipid yang fosfolipid digunakan: isopropanol, n-heksana, juga biji kloroform, dapat labu, aseton, dibidang farmasi dapat digunakan sebagai obat butanol, n-propanol, etanol 87% (v/v), metanol, anti kerusakan pada hati yang biasa dikenal trietilamin,amonium molibdovanadat, kalium dengan istilah hepatoprotektor (Galanos, 2006). iodida 40% (b/v), KH2PO4, etanol, asam sulfat, Penggunaan fosfolipid sebagai obat alternatif diklorometan, ninhidrin (Merck p.a), silika gel hepatoprotektor dapat 60 (230-400 Mesh), plat KLT silika gel, membantu primulin (Sigma-Aldrich) dan akuades, tikus memperbaiki membran sel-sel hati yang telah putih jantan galur wistar umur 3 bulan dengan rusak. berat sekitar 200-250 g, parasetamol, obat berfungsi dikarena mengganti Pemanfaatan hepatoprotektor fosfolipid dan fosfolipid adalah sebagai fosfolipid obat hepatoprotektor (hepabion). jenis Alat fosfatidil kolin yang banyak terdapat di buah- Peralatan yang digunakan: Seperangkat alat buahan seperti wortel, alpukat, mengkudu dan gelas kimia, kolom kromatogafi (diameter 1,5 temu lawak dan biji buah labu kuning (Leray, cm dan panjang 12 cm), Evaporator Buchii (R- 2009). 124), alat Ultrasonic Julabo (USR3), tabung Pemanfaatan kandungan biji waluh selain pengembang, spektrofotometer UV- Visible, dapat digunakan sebagai anti hepatotoksik, juga GC-MS (Shimadzu QP-2010S), seperangkat alat dapat hipertensi, reflak, jarum tuber kulin & spuit oral volume berperan dalam penyempita pembuluh darah, 2,5 mL (Terumo), Sentrifuge (STAT S- 280 R), memperbaiki magnetik stirer, vortex, skapel, tabung plastic digunakan sebagai diabetes anti dan membantu memperbaiki sel-sel yang telah rusak serta dapat 1,5mL, mengembalikan stamina tubuh. C3.100 MD). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 timbangan analitik (Chyo Jupiter 15 Prosedur Tahap III. Uji farmakologi ektrak biji labu Penelitian identifikasi kandungan unsur posfot sebagai alternative pengobatan hepatotoksik (PO4), asam lemak dan jenis kandungan pada tikus putih jalur wistar. fosfolipid yang terdapat dalam ektrak biji labu dilakukan dengan beberapa tahap sebagai Tikus putih jalur wistar umur 3 bulan berat 200-250 g berikut: Tahap I. Penentuan posfot (PO4) dan fosfor (P) - Suspensi parasetamol dengan CMC 5% sebanyak 100 ml - Hewan uji sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 5 kelompok yaitu control negative, positif, dosis 1, 2,3 dan kelompok toksik dengan masing-masing kelompok sebanyak 4 ekor. - Lakukan penelitian pemberian ektrak biji labu pada kelompok hewan uji di kelompok dosis 1,2,3 selama 2 bulan. dalam biji labu dengan spektrofotometer UVVisible Biji Labu - Timbang sebanyak 0,31 g - Tambahkan 5 mL HNO3 65% dan 3 ml HClO4 70% - Panaskan pada T=70oC - Ambil 1 ml larutan dan tambahkan 1 mL amonium molibdovanadat, - Encerkan dalam 10 ml - Analisis spetofotometer UV-Vis λ = 430 nm Data Data penelitian Tabel I Pembagian kelompok hewan percobaan uji farmakologi ektrak biji labu Tahap II. Uji farmakologi ekstrak biji labu pada Kelompok tikus putih sebagai alternative pengobatan 1. Kontrol negative hepatotoksik 2. Kontrol positif 3. Kelompok toksik 4. Kelompok Dosis I 5. Kelompok Dosis II 6. Kelompok Dosis III Biji Labu sebanyak 500 g . - Tambahkan 400 ml isopropanol - Ektraks larutan selama t= 120 menit - Sentrifius larutan selama t=60 menit - Saring antara residu dan filtrat - Ektraks residu dengan kloroform:isopropanol (1;1 v/v) - Saring antara residu dan fitrat pada hasil ektraksi ke 2 - Campurkan residu ektrak 1 dan residu ektrak ke 2 - Evaporasi Jenis perlakuan Tikus diberikan akuades dan pakan Tikus diberikan parasetamol dengan dosis toksik dan selanjutnya diberikan obat hepatotoksik Tikus diberikan parasetamol dengan dosis toksik Tikus diberikan ekstrak biji labu dengan dosis 21,5 mg/kg BB Tikus diberikan ekstrak biji labu dengan dosis 43 mg/kg BB Tikus diberikan ekstrak biji labu dengan dosis 64,5 mg/kg BB Hasil ektraksi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 16 Tahap IV. Analisis kandungan fosfolipid dan asam lemak dan anali pada biji labu. HASIL 1. Penentuan pospat (PO4) dan fosfor (P) dalam Ektrak biji labu sebanyak 100 ml biji labu. - Timbang sebanyak 5 g silica gel 60 (230-400 Mesh) - Aktivasi silica selama t=5 jam dan dinginkan selama t=24 jam - Larutkan 10 ml silica dengan kroroform sampai homogeny - Masukan bubur silica kedalam kolom dengan pelarut kloroform:methanol (9:1) - Diamkan bubur silica selama t=12 jam - Masukan ektrak biji labu - Eluenkan sempel dengan pelarut sampai selesai Hasil kromatografi kolom - Identifikasi kandungan fosfolipid dengan reagen KLT dragendrof,ninhidrin dan primulin. - Analisis spot di plat KLT dengan spektrofotometer UV Tabel 2 : Hasil identifikasi kandunganposfat (PO4) pada biji labu Jenis sampel Biji labu Berat (g) 0,3189 Kadar PO4 (%b/b) 4,13 Kadar P (% b/b) 3,36 Kadar PL (% b/b) 0,93 2. Uji farmakologi ekstrak biji labu pada tikus putih sebagai obat hepatoprotektor. Tabel 3. Hasil analisis SGOT dan SGPT menggunakan Spectrometer-UV Tampak Kelompok Data penelitian Analisis kandungan asam lemak yang terdapat prosedur sebagai berikut. Enzim SGPT SGOT I Kontrol negatif 45,62 148,97 II Kontrol positif 45,26 141,90 III Kelompok toksik 35,20 193,25 IV Kelompok dosis I (21,5 mL/kg BB) Kelompok dosis II (21,5 mL/kg BB) Kelompok dosiIII (21,5 mL/kg BB) 38,83 139,25 40,70 140,06 41,25 140,37 V dalam ektrak biji labu dilakukan dengan Jenis perlakuan VI Ektrak biji labu sebanyak 5µl - Diinjeksikan pada KG-SM Identifikasi fosfolipid dan penentuan asam (Shimadzu QP-2010S) kolom Rtx- lemak penyusunnya menggunakan KG-SM 5MS, 30 m, detektor FTD dengan kondisi operasi gas pembawa He. diperoleh hasil sebagai berikut : Data Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 17 (a) (b) Gambar 1. Hasil identifikasi fosfolipid menggunakan primulin(a) dan hasil identifikasi fosfolipid standar dari penelitian Leray, et al (2009) (b). Gambar 4. Hasil indentifikasi kandungan asam lemak pada ektraks biji labu. PEMBAHASAN Analisis kandungan unsur phospat (PO4) dan fosfat (P) dilakukan dengan mengunakan spektrofotometer (a) (b) UV-Visible atau spektrofotometer sinar tampak pada panjang Gambar 2. Hasil identifikasi fosfolipid pada ekstrak biji labu menggunakan reagen Dragendroff (a) dan ninhidrin (b gelombang 400 µm. Penelitian uji farmakologi ektrak biji labu dengan tikus putih galur wistar bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian ektrak biji labu pada penderita hepatotoksit. Dari tabel.3 menunjukan bahwa pengukuran enzim transminase SGOT dan SGPT masing-masing kelopok negatif, posistif, toksik dan kelompok pemberian ektrak biji labu dosis 1,2,3. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ektrak biji labu yang semakin banyak Gambar 3. Hasil identifikasi menggunakan larutan primulin fosfolipid kerusakan sel-sel hati pada hepatotoksit. Hal ini Analisis kandungan asam lemak pada biji labu diperoleh tiga puncak (pich) yang menonjol yaitu asam oleat,palmitat dan asam stearat. (dosis besar) akan membantu memperbaiki suai dengan fosfolipid teori adalah Leray (2009), membrane yang bahwa dapat membantu memperbaiki kerusakan jaringanjaringan atau sel dalam tubuh. Pengaruh parasetamol bahwa Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 pemberian parasetamol 18 dosis toksik sebesar 250 mg/kb bb dapat dengan 5 mL larutan B dan 70 mL akuades, menyebabkan kerusakan jaringan hati. Hasil Pembuatan reagen Ninhidrin dibuat dengan penelitian yang melarutkan 0,2 g dalam 100 mL butanol jenuh bahwa dengan air, kemudian campuran dikocok dan penggunaan parasetamol terus menerus dalam didiamkan. Fasa bawah dipisahkan dan fasa atas dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati digunakan sebagai reagen Ninhidrin. Analisis karena kandungan fosfolipid dengan reagent primulin ini disampaikan sesuai oleh dengan Clark (1973), terbentuknya makromolekul intermedier. sel hati Kerusakan teori ikatan antara dengan metabolit hati ini dilakukan dengan cara pembuatan reagen dapat primulin terlebih dahulu. Proses identifikasi menyebabkan produk sekresinya seperti enzim kandungan fosfolipid dengan reagen primulin SGOT dan SGPT bebas keluar sel masuk ke dilakukan dengan cara pertama-tama mencuci pembuluh darah. plat KLT kedalam kloroform: metanol (1:1), Menurut Mitohell (2007), terjadinya kerusakan hati karena terbentuknya kemudian setelah kering disemprot (dalam ikatan dengan lemari asam) dengan menggunakan 2,3% (b/v) yang asam borak (H3BO3) dalam etanol kemudian hati. dikeringkan dalam oven dengan suhu 1000C. banyak terdapat asam Setelah plat kering kemudian ekstrak di totolkan lemak seperti asam palmitat, asam stearat, asam pada plat dan di elusi dengan campuran pelarut oleat, asam lenoleat dan asam asam linolenat kloroform:etanol:air:trietilamin yang dalam segi kesehatan dapat berfungsi perbandingan (30:35:7:35),plat KLT yang telah sebagai pengganti membran dalam sel-sel yang disemprot telah rusak salah satunya adalah sel-sel jaringan kloroform:etanol:air:trietilamin hati yang merupakan organ utama dalam dikeringkan dan disemprot dengan larutan biotransformasi obat (Mc Kee, T.&Mc Kee, Primulin (5 mg dalam 100 mL aseton/akuades, J.R., 2008). 80/20, v/v). Plat didiamkan selama 15 menit antara metabolit mengalami makromolekul intermedier parasetamol biotransformasi Kandungan fosfolipid hati didalam Analisis kandungan fosfolipid pada biji labu dilakukan dengan menggunakan reagen campuran pelarut kemudian selanjutnya disinari dibawah UV pada λ = 340 nm untuk melihat spot hasil pemisahan. ninhidrin, dragendrof dan primulin Pembuatan reagen dragendfoff dengan dengan Hasil penelitian pemberian reagen dilakukan dengan cara dragendroff pada Gambar.2 menunjukan warna membuat larutan A dan larutan B. Larutan A orange, hal ini menunjukan bahwa ekstrak dibuat dengan melarutkan 0,5g bismut nitrat lemak polar biji labu mengandung fosfolipid (Bi(NO3)3.5H2O) dalam 20 mL asam asetat dan jenis fosfatidil kolin. Pada struktur fosfolipid larutan B berupa 40% kalium yodida dalaman jenis akuades. Larutan A sebanyak 20 mL dicampur amonium kuarterner yang apabila bereaksi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 fosfatidil kolin mengandung garam 19 dengan dragendroff akan memberikan warna terdapat di ektrak biji labu diperoleh tiga asam oreng, sedangkan pada Gambar 2.(b) spray lemat yang sangat menonjok yaitu ekstrak lemak polar biji labu menggunakan stearat,oleat dan palmitat dengan konsentrasi reagen ninhidrin yang berbeda-beda. menunjukan warna ungu violet akibat reaksi antara gugus amina primer asam UCAPAN TERIMA KASIH dengan reagen ninhidrin. Warna ungu peroleh Penulis mengucapkan terimakasih kepada dari lemak polar biji labu menunjukan bahwa UPT Penelitian dan Pengabdian Masyarakat sempel STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap atas mengandung fosfolipid jenis fosfatidiletanolamin dan fosfatidilserin yang kedua jenis fosfoliid ini strukturnya mengandung gugus amina primer. Langkah selanjutnya terselenggara penelitian ini. KESIMPULAN pada penelitian 1. Kadar fosfor (P) yang terdapat pada biji identifikasi fosfolipid pada ektraks biji labu labu adalah sebesar 3,36% yang diperoleh dengan (9:1) dari konversi kadar fosfat (PO4) dalam biji diperoleh beberapa eluen yang ditampung dalam labu dengan menggunakan spectrometer vial-vial dengan harga Rf yang berbeda-beda, UV-Vis sedangkan kadar fosfolipid (PL) pada eluen yang memiliki harga Rf yang sama sebesar 0,99%. pelarut kloroform:methanol digabung untuk dijadikan menjadi satu faksi dan 2. Ekstrak biji labu mengandung fosfolipid hasil penelitian identifikasi fosfolipid pada dengan jenis-jenis fosfolipid terdiri dari ekstrak biji labu diperoleh 3 fraksi. Ketiga fraksi fosfatidilkolin, menunjukan harga Rf yang berbeda-beda, yaitu fosfatidiletanolamin dan fosfatidilinositol. fraksi 1 harga Rf= 0,83, fraksi ke 2 harga 0,38 3. fosfatidilserin, Fosfolipid dapat berfungsi sebagai obat 0,26 dan frasi ke-3 memiliki harga Rf=0,05. hepatoprotektor pada kerusakan sel-sel hati Pada fraksi ke2 memiliki dua harga Rf yang yang ditujukan peningkatan kadar SGOT berbeda. Hal ini menunjukan adanya suatu dan penurunan kadar SGPT. fosfolipid yang belum terpisahkan yang 4. Asam lemak yang terikat pada fosfolipid diprediksikan adalah fosfatidiletanolamin dan adalah asam oleat, asam stearat dan asam fosfatidilserin dimana fosfatidil etanolamin dan palmitat. fosfatidil serin belum bisa terpisah karena keduanya sama-sama memiliki gugus amina primer Pada fraksi ke 1 merupakan jenis fosfolipid fosfatidilkolin merupakan jenis fosfolipid dan fraksi ke-3 fosfatidilinositol. Pada analisis kandungan asam lemak yang RUJUKAN PUSTAKA Dreyfus, H., Guerold, B., Freysz, L., and Hicks, D., 1997, Successive Isolationand Separation of the Major Lipid Fractions Including Gangliosides from Single Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 20 Biological Sample, Biochemistry, 249:67-78. Analytical El-Adawy, T.A. and Taha, K.M., 2000, Charasteristics and Composisition of Different Seed Oils and Flours, Food Chemistry, 74:47-54. Galanos, D.S., et al., 1996, Isolation of Phospholipid from Animal or Vegetal Oils, Journal of Lipid Research, 3:134 Lehninger, A.L., 2004, Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1, Alih Bahasa : Dr. Ir. Maggy Thenawidjaja, Penerbit Erlangga, Jakarta. Leray, C., 2009, Cyberlipid Center : Description of lipids, their properties, methods of analysis, bibliogaphic references, and historical notes, http://www.cyberlipiid.org, 15 November 2008. Leray, et al., 2009, Separation of Phospholipid by TLC, Chromatog. J., 420:411 Mc Kee, T. And Mc Kee, J.R., 2008, Biochemistry : The molecular Basic of Life, Third Edition, Mc Gaw Hill, USA. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA). Vol. VI, No. 2, September 2014 21