ISBN : 978-602-73060-1-1 KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI ICU RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2012 Capritasari R1, Akrom2, Andalusia R3 1 Program Studi Paskasarjana Farmasi Klinik, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 2 Dosen Paskasarjana Farmasi Klinis, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 3 Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Corresponding author email: : [email protected] ABSTRAK Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien saat berada di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya dengan masa inkubasi 48 sampai 72 jam. Antibiotik merupakan obat utama untuk menekan terjadinya infeksi. Antibiotik merupakan obat utama untuk menekan terjadinya infeksi. Evaluasi penggunaan antibiotik dapat ditentukan dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) sehingga dapat dengan mudah dibandingkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penggunaan antibiotik dan jenis bakteri yang menginfeksi pasien di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode ATC/DDD yang dihitung dengan kriteria sesuai guideline World Health Organization (WHO) collaborating center tahun 2015. Data yang digunakan yaitu penggunaan antibiotik untuk infeksi di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2012. Jenis infeksi yang diamati meliputi infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP), Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta Chateter-related Bloodstream Infection (CRBSI). Kejadian infeksi nosokomial adalah 51,4%. Antibiotik terbanyak adalah meropenem (27,3%) dengan nilai DDD (47,15 DDD/100pasien-hari), Persentase jenis infeksi yang terjadi adalah VAP (68,4%), ISK dan CRBSI (15,8%). Tiga jenis bakteri tertinggi yang menginfeksi yaitu Pseudomonas aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan Staphylococcus xylosus (16%). Kata kunci : Infeksi nosokomial, Antibiotik, ATC/DDD, RS Kanker Dharmais Jakarta ABSTRACT Nosocomial infection is an infection acquired by patient while being treated in hospital or health service other with incubation time is 48-72 hours. Antibiotic is the main drug to reduce the occurrence of infection. The evaluation of the use of antibiotics can be determined by using a method of metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) so that it can be easily compared. The purpose of this study was to determaine the amount of antibiotic use and the type of bacteria that infect patients in ICU Cancer Dharmais Hospital Jakarta in 2012. This is descriptive study using the ATC/DDD calculated in accordance with criteria of guideline World Health Organization (WHO) collaborating center in 2015. This study uses all of data antibiotics used in ICU Cancer Dharmais Hospital Jakarta in 2012. Types of infections observed infection Ventilator Associated Pneumonia (VAP), Urinary Tract Infection (UTI) Chateterrelated Bloodstream Infection (CRBSI). Incident of nosocomial infection in ICU cancer Dharmais is 52,5%. Antibiotics most was meropenem (27,3%) with a value of DDD(47,15 DDD/100patientday). Percentage of types infectionsis VAP(68,4%), UTI and CRBSI (15,8%). Three type of bacteria that infect the highest is Pseudomonas aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan Staphylococcus xylosus (16%). Keywords : Nosocomial Infection, antibiotics ATC/DDD, Cancer Dharmais Hospital Jakarta Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 63 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 PENDAHULUAN Infeksi yang berasal dari rumah sakit masih menjadi masalah di rumah sakit-rumah sakit Indonesia dan dunia. Saat ini infeksi nosokomial merupakan komplikasi terbanyak yang dialami pasien yang sedang dalam perawatan rumah sakit. Infeksi nosokomial di rumah sakit saja diperkirakan menyebabkan 2 juta infeksi, 90.000 kematian dan kerugian sebesar 4,5 sampai 5,7 miliar dolar Amerika per tahun (Burke, 2003). Infeksi nosokomial adalah penyebab peningkatan morbiditas, mortalitas dan perpanjangan waktu perawatan di rumah sakit (Asembergiene et al, 2009). Sebuah survei prevalensi dilakukan di bawah naungan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili empat wilayah WHO (Asia Tenggara, Eropa, Mediterania Timur danPasifik Barat) mengungkapkan bahwa ratarata 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi nosokomial (WHO, 2005). Di negara maju (Amerika dan Eropa), sekitar 5–10% dari pasien yang menjalani perawatan karena penyakit akut terkena infeksi yang tidak muncul atau inkubasi pada saat masuk rumah sakit, angka tersebut bisa menjadi dua kali lipat di negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2005). Infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi traktur urinarius, infeksi saluran nafas, dan infeksi akibat tindakan bedah (Brunkorst et al, 2008). Beberapa penelitian infeksi nosokomial di rumah sakit Amerika Serikat didapatkan bahwa infeksi traktus urinarius memiliki presentase yang tinggi sekitar 36% (Bowton, 2006). Pneumonia menduduki peringkat kedua untuk angka kejadian infeksi nosokomial (Maki dan Safdar, 2007). Jenis infeksi nosokomial lainnya adalah infeksi akibat penggunaan kateter vena sentral. Kenyataan menunjukkan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang, urutan penyakit utama nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang memerlukan terapi antibiotik (Nelwan, 2006). Antibiotik adalah obat yang paling sering dan banyak digunakan hingga saat ini. Agen antibiotik merupakan obat yang sering digunakan dan sering disalah gunakan dibanding oba-obat lainnya. Suatu kondisi yang tidak dapat dihindari dari penggunaan secara luas antibiotik ini adalah kegawatan dari resistensi patogen terhadap antibiotik, sehingga diperlukan obat-obat yang baru (Brunton et al., 2006). Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas penggunaan antibiotik sangat diperlukan. Data – data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis serta disajikan dengan suatu sistem dan metode yang terstandar. Kebutuhan akan adanya suatu metode terstandar untuk mengevalusi kualitas penggunaan antibiotik dan juga untuk menetapkan penggunaan antibiotik telah nampak begitu jelas (Nouwen, 2006). Sejak tahun 1996, WHO merekomendasikan ATC (Anatomical Therapeutic Chemical) bersama dengan unit DDD (Defined Daily Dose) sebagai standar global untuk studi penggunaan obat. Klasifikasi ATC berdasarkan pada organ atau sistem dimana aksi kimia, farmakologi dan sifat terapi bekerja. Klasifikasi dan panduannya biasa mengalami perbaharuan dan sistem ini secara luas digunakan secara internasional. Kode ATC terdapat pada kode katalog obat nasional dan internasional (Persson, 2002). Dengan menggunakan metode ATC/DDD, hasil evaluasi penggunaan obat dapat dengan mudah dibandingkan. Adanya perbandingan penggunaan obat di tempat yang berbeda sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kemudian dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut ketika ditemukan perbedaan bermakna yang akhirnya akan mengarah pada identifikasi masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat (Bergman, et al., 2004). METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data antibiotik dari rekam medis pasien yang dirawat inap pada tahun 2012. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi yaitu pasien berusia lebih dari 18 tahun, catatan medik pasien dirawat inap yang menerima antibiotik tahun 2012. Pasien yang dieksklusikan jika pasien pulang paksa serta catatan medik pasien yang tidak jelas dan tidak lengkap. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 64 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 Analisis data dilakukan secara analisa deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menguraikan data-data yang didapatkan dari catatan medik antara lain nama antibiotik, dosis, frekuensi, lama pemberian, cara pemberian, jenis penggunaan, data demografi (umur, jenis kelamin), data klinis, data laboratorium dan data lain yang diperlukan. Penentuan pasien yang mengalami infeksi nosokomial di ICU dilihat dari data laboratorium serta data hasil kultur bakteri pasien pada saat pasien menjalani rawat inap, sekitar lima hari sebelum pasien masuk ke ICU dan setelah pemasangan alat-alat mekanik saat di ICU. Data laboratorium yang diamati meliputi suhu, tekanan darah, respiratory rate, jumlah angka leukosit, serta data radiologi pasien. Infeksi yang diamati di ICU meliputi infeksi pada saluran pernafasan akibat penggunaan ventilator atau Ventilator Associated Pneumonia (VAP), infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter atau ISK serta infeksi sistemik akibat penggunaan kateter vena sentral atau Chateter-related Bloodstream Infection (CRBSI). Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik dihitung dari data dosis yang didapat dan diproses dengan menggunakan program komputer untuk mengubah data dosis tersebut dalam bentuk Defined Daily Dose (DDD). Hasil penggunaan antibiotik dihitung sebagai Defined Daily Dose (DDD)/100patient-day. Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini dilakukan kajian penggunaan antibiotik serta mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial pada pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini data yang diperoleh tahun 2012 adalah 78 pasien di ICU yang menggunakan antibiotik dan hanya 37 pasien digunakan sebagai subyek penelitian. 41 pasien di eksklusi karena terdapat catatan medik yang tidak lengkap serta beberapa catatan medik yang tidak ditemukan. Berdasarkan 37 catatan medik, diperoleh data demografi pasien mencakup usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan jenis diagnosa pasien dapat dilihat pada Tabel 2. Dari total 37 pasien yang memenuhi kriteri inklusi, terdapat 19 pasien yang mengalami kejadian infeksi di ICU atau sekitar 51,4%. Penelitian yang diperoleh relevan dengan penelitian dari National Services Scotland oleh Cole et al., (2014) pasien yang mengalami infeksi nosokomial di ICU rumah sakit selama periode 1 januari – 31 desember 2014 sebesar 65,2%. Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Orsi et al., (2005) menunjukkan terjadinya infeksi nosokomial di ICU rumah sakit pada tahun 2000 sebesar 82,8% dan tahun 2001 sebesar 71,3%. Hal ini dikarenakan pasien yang dirawat di ICU mempunyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoring keadaan secara invasif, terpapar dengan berbagai jenis antibiotik dan terjadi kolonisasi oleh bakteri resisten. Sehingga mengakibatkan pasien yang dirawat mempunyai potensi lebih besar mengalami infeksi (Adysaputra, et al., 2009). Tanda-tanda keberhasilan terapi antibiotik dapat dilihat secara klinis dengan ciri suhu badan turun, nyeri, warna merah dan pembengkakan berkurang, sputum menjadi jernih, air kemih kurang keruh atau kurang bau, dari hasil laboratorium jumlah leukosit menurun, C reaktif menurun, tidak tampak kuman secara mikroskopis, tidak ada pertumbuhan kuman dari hasil biakan dan hasil X-ray membaik. Lama penggunaan antibiotik dari pemakaian satu hari sampai dengan empat puluh tiga hari. Sebenarnya lama penggunaan optimal antibiotik tidak selalu diketahui.Banyak antibiotik yang diresepkan untuk 5-7 hari. Secara umum terapi dihentikan 3 hari setelah gejala-gejala infeksi hilang (Lestari et al., 2011). Pemeriksaan kondisi klinis terhadap infeksi menjadi dasar bagi klinisi untuk memberikan antibiotika sebagai terapi empiris dan berdasarkan pada pemeriksaan jumlah leukosit pasien.Hasil pengamatan jumlah leukosit rata-rata menunjukkan bahwa pemberian antibiotika adalah sesuai indikasi infeksi. Salah satu tanda infeksi dapat diamati dari jumlah leukosit > 10 ribu/μl, suhu >37˚C, takipneu (Wells et al, 2005). Jenis infeksi yang terjadi yaitu infeksi saluran pernafasan atau Ventilator Associated Pneumonia (VAP) terdapat 13 pasien (68,4%), infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 65 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 sistemik atau Chateter-Related Bloodstream Infection (CRBSI) masing-masing terdapat 3 pasien (15,8%). Dari hasil kultur bakteri ditemukan bakteri gram negatif, gram positif dan coccus gram positif penyebab infeksi. Data kultur bakteri tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut dari National Services Scotland oleh Cole et al., (2014), persentase mikroorganisme yang menginfeksi pasien di ICU memicu terajdinya VAP adalah S. aureus (20,4%), E. Coli (12,6%) dan Pseudomonas spp. (12,6%). Presentase mikroorganisme penyebab CR-BSI adalah S. aureus (16,9%), Enterococcus spp (15,7) , Staphylococci (14,5%) dan E. coli (13,3%). Sedangkan untuk infeksi saluran kemih yaitu E. coli (48,9%), Acinetobacter anitratus (9,8%) Proteus mirabilis (4,7%). Tabel 1. Demografi Umur dan Jenis Kelamin Karakteristik 2012 n(%) Umur - 18 – 25 tahun - 25 – 60 tahun - > 60 tahun Total 4 (10,8) 31 (83,8) 2 (5,4) 37 (100) Total 23 (61,2) 14 (37,8) 37 (100) Jenis Kelamin - Laki – laki - Perempuan Tabel 2. Diagnosa Pasien Tahun 2012 Diagnosa Leukemia (AML, ALL, CLL, LGK) Kanker mammae Kanker serviks Limphoma non hodsgin Kanker ovarium Kanker paru Kanker thyroid Tumor frontal Kanker lidah Kanker prostat Kanker testis Astrochytoma Tumor hepar Kanker pankreas Lain-lain Total n(%) 7 (18,9) 5 (13,5) 1 (2,7) 2 (5,4) 1 (2,7) 7 (18,9) 1 (2,7) 3 (8,1) 1 (2,7) 2 (5,4) 1 (2,7) 2 (5,4) 0 (0) 1 (2,7) 3 (8,1) 37 (100) Tabel 3. Jenis bakteri Tahun 2012 di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais Jenis Bakteri Acinetobacter baumanni Burcholderia cepacia Burkholderia pseudomallei Candida albicans Enterobacter gergoviae Escherichia coli Klebsiella ozaenae Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeruginosa Plesiomonas shigelloides Pseudomonas putida Proteus mirabilus Serratia marcessens Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis n(%) 1 (3) 4 (11) 1 (3) 4 (11) 2 (5) 7 (19) 1 (3) 5 (14) 9 (24) 1 (3) 2 (5) 1 (3) 1 (3) 2 (5) 2 (5) Infeksi saluran pernafasan atau Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi yang paling tinggi terjadi sekitar 68,4% di ICU RS Kanker Dharmais Jakarta dibandingkan infeksi saluran kemih dan infeksi pada aliran darah. Penelitian ini relevan dengan penelitian dari National Services Scotland oleh Cole et al., (2014) persentase terjadinya VAP paling tinggi dibandingkan dengan infeksi lainnya di ICU yaitu sebesar 71,4%. Meurut penelitian Kollef (2004), munculnya VAP tergantung pada lamanya paparan lingkungan, status kesehatan dan terdapat faktor risiko lain yang dapat meningkatkan terjadinya kolonisasi traktur aerodigesif oleh mikroorganisme patogen dan meningkatkan terjadinya aspirasi sekret yang terkontaminasi ke dalam saluran nafas bagian bawah. Kuman dalam aspirat tersebut akan menghasilkan biofilm di saluran nafas bawah dan di parenkim paru. Biofilm tersebut akan memudahkan kuman menginvasi parenkim paru lebih lanjut sampai kemudian terjadi reaksi peradangan di parenkim paru. Penelitian Chan et al., (2007), menunjukkan bahwa lambung adalah reservoir utama kolonisasi dan aspirasi mikroorganisme. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemakaian obat yang memicu kolonisasi bakteri (antibiotik dan pencegah stress ulcer), pemberian nutrisi enteral dan derajat keparahan penyakit pasien. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 66 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 Tabel 4. Kuantitas Antibiotik Dengan Metode ATC/DDD DDD/100 Golongan Jumlah Kode pasienAntibiotik ATC hari Sefalosporin Generasi 3 Seftazidim 1 (1,5) J01DD02 Sefotaksime 2 (3,0) J01DD01 Seftizoksim 1 (1,5) J01DD07 Sefoperazon 2 (3,0) J01DD12 Seftriakson 7 (10,6) J01DD04 Sefalosporin Generasi 4 Sefpirom 2 (3,0) J01DE02 Sefalosporin Generasi 3 Kombinasi Sulbactam2 (3,0) J01DD62 Sefoperazon Karbapenem Meropenem 18 (27,3) J01DH02 Doripenem 3 (4,5) J01DH04 Aminoglikosida Amikasin 4 (6,1) J01GB06 Gentamisin 1 (1,5) J01GB03 Fluorokuinolon Levofloksasin 5 (7,6) J01MA12 Siprofloksasin 2 (3,0) J01MA02 Ofloksasin 2 (3,0) J01MA01 Glycycline Tigecycline 2 (3,0) J01AA12 Derivat Imidazole Metronidazole 3 (4,5) J01XD01 Penisilin+Inhibitor Beta Laktamase Tazobactam+ 7 (10,6) J01CR05 Piperasilin Antibiotik Lain Linezolide 1 (1,5) J01XX08 4,28 1,32 1,75 4,17 16,67 0,66 1,75 47,15 3,07 ICU adalah pasien yang memiliki tingkat keparahan penyakit yang tinggi yaitu pasien yang menderita kanker stadium lanjut. Pasienpasien tersebut pada umumnya mengalami perawatan yang cukup lama di rumah sakit serta memiliki kondisi imunitas yang menurun. KESIMPULAN Kejadian infeksi nosokomial di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012 adalah 51,4%. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah meropenem dengan nilai 47,15 DDD/100pasien-hari. Jenis infeksi yang terjadi di Icu adalah VAP (68,4%), ISK dan CRBSI (15,8%). Tiga jenis bakteri tertinggi yang menginfeksi yaitu Pseudomonas aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan Staphylococcus xylosus (16%). 17,54 8,19 UCAPAN TERIMAKASIH 11,62 0,70 0,88 2,19 Terimakasih kepada Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta beserta staf dan para pasien yang telah mengijinkan dan membantu melancarkan proses penelitian ini. 4,82 15,01 0,88 Apabila dilihat dari peresepan yang dilakukan, didapatkan distribusi penggunaan antibiotik meropenem yang paling sering digunakan yaitu sekitar 27,3%. Meropenem adalah antibiotika sintetis ß-laktam dan efektif sebagai antispeudomonal. Penggunaannya dibatasi, karena hanya untuk infeksi oleh bakteri resisten penicillin, sefalosporin, atau multiobat antibiotika (misalnya P.aeruginosa dan Acinetobacter spp) (Wilson et al, 2008). Kuantitas penggunaan antibiotik dihitung dengan sistem ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose) yang ditetapka oleh WHO. Jenis antibiotik yang digunakan adalah 20 jenis antibiotik. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4. Sesuai dengan hal tersebut, alasan tingginya VAP di ICU RS Kanker Dharmais dikarenakan pasien yang menjalani rawatan DAFTAR PUSTAKA Adysaputra, S.A., Rauf, A.M., adn Bahar, B., 2009, Pola kuman luka operasi di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, The Indonesian Journal of Medical Science, Volume 2, No. 2 AprilJuni. 67-70. Asembergiene, J., Gurski, V., Kevalas, R., dan Valinteliene, R., 2009, Nosocomial infection in the pediatric intensive care units in Lithuana. Medicine; 45(1);2936. Bergman, U., Risinggard, H., Palcevski, W., and Ericson, O., 2004, Use antibiotic at hospital in Stockholm: a benchmarking project using internet, Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 3;465-471 Brunkhorst, F., Ranieri, V.M., Rae-Neto, A., Reinhart, K., Sakr, Y., 2008, Diagnosis of ventilator-associated penumonia, a systematic review of the literature. Criticar Care,12;1-4 Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 67 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 Brunton, L., Lazo, J. S., Parker, K. L., Buxton, Iain L.O., dan Blumenthal, D. K., 2006, Goodman and gilman the pharmacological basis of therapeutics, edisi 11, the Mcgraw-Hill Companies, Inc., USA Burke, J.P., 2003, Infection control-new problem for patient safety. New England Journal of Medicine, 348;7 Chan, E.Y., Ruest, A., Meade, M.O., dan Cook, D.J., 2007, Oral Decontamination For Prevention Of Pneumonia In Mechanically Ventilated Adults: Systematic Review And Meta-Analysis. British Medical Journal;334:889-900 Cole, S., Cook, B., Khan, A., McCoubrey., Smyth, L., dan Reilly, J., 2014, Srveillance of healthcare associated infections in scottish internsive care unit, National Services Scotland Kollef, M.H., 2004, Prevention of hospitalassociated pneumonia and ventilator associated pneumonia. Crit Care Med;32:1396- 405 Lestari, W., Almahdy, A., Nasrul Zubir dan deswinar Darwin., 2011, studi penggunaan antibiotik berdasarkan sistem ATC/DDD dan kriteria Gyysens di bangsal penyakit dalam RSUP. DR. Djamil Padang, Tesis, Fakultas farmasi pascasarjana, Universitas Andalas, Padang Nelwan, R. H., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, pp. 1700-1702. Nouwen, J.L., 2006, Controlling antibiotic use and resistance, Clin Infect Dis, 42;776-777 Orsi, G.B., Raponi, M., Franchi, C., Rocco, M., Mancini, C., dan Venditti, M., 2005, Surveillance and Infection Control in an Intensive Care Unit, Infection Control Hospital Epidemiology, Vol 26(3):3215. Persson, K.B., 2002, The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification and Its Use In the Nordic Countries, Deparment of Public Health and Caring Sciences, Uppsala University, Uppsala, Swedia Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. , 2009., pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. New York: The Mc. Graw Hill Company USA; WHO, 2005. Healthcare Associated Infection (HAI). http://whqlibdoc. who.int/hq/ 2005/WH0 EIP_SPO_QPS_05.2.pdf Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 68 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia