Paper Title (use style: paper title)

advertisement
ISBN : 978-602-73060-1-1
KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI ICU RUMAH SAKIT KANKER
DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2012
Capritasari R1, Akrom2, Andalusia R3
1
Program Studi Paskasarjana Farmasi Klinik, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
2
Dosen Paskasarjana Farmasi Klinis, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
3
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Corresponding author email: : [email protected]
ABSTRAK
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien saat berada di rumah sakit maupun
pelayanan kesehatan lainnya dengan masa inkubasi 48 sampai 72 jam. Antibiotik merupakan obat
utama untuk menekan terjadinya infeksi. Antibiotik merupakan obat utama untuk menekan
terjadinya infeksi. Evaluasi penggunaan antibiotik dapat ditentukan dengan metode Anatomical
Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) sehingga dapat dengan mudah
dibandingkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penggunaan antibiotik dan
jenis bakteri yang menginfeksi pasien di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012.
Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode ATC/DDD yang dihitung dengan kriteria
sesuai guideline World Health Organization (WHO) collaborating center tahun 2015. Data yang
digunakan yaitu penggunaan antibiotik untuk infeksi di ICU Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun
2012. Jenis infeksi yang diamati meliputi infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP),
Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta Chateter-related Bloodstream Infection (CRBSI). Kejadian
infeksi nosokomial adalah 51,4%. Antibiotik terbanyak adalah meropenem (27,3%) dengan nilai
DDD (47,15 DDD/100pasien-hari), Persentase jenis infeksi yang terjadi adalah VAP (68,4%),
ISK dan CRBSI (15,8%). Tiga jenis bakteri tertinggi yang menginfeksi yaitu Pseudomonas
aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan Staphylococcus xylosus (16%).
Kata kunci
: Infeksi nosokomial, Antibiotik, ATC/DDD, RS Kanker Dharmais Jakarta
ABSTRACT
Nosocomial infection is an infection acquired by patient while being treated in hospital or health
service other with incubation time is 48-72 hours. Antibiotic is the main drug to reduce the
occurrence of infection. The evaluation of the use of antibiotics can be determined by using a
method of metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) so that it
can be easily compared. The purpose of this study was to determaine the amount of antibiotic use
and the type of bacteria that infect patients in ICU Cancer Dharmais Hospital Jakarta in 2012.
This is descriptive study using the ATC/DDD calculated in accordance with criteria of guideline
World Health Organization (WHO) collaborating center in 2015. This study uses all of data
antibiotics used in ICU Cancer Dharmais Hospital Jakarta in 2012. Types of infections observed
infection Ventilator Associated Pneumonia (VAP), Urinary Tract Infection (UTI) Chateterrelated Bloodstream Infection (CRBSI). Incident of nosocomial infection in ICU cancer Dharmais
is 52,5%. Antibiotics most was meropenem (27,3%) with a value of DDD(47,15 DDD/100patientday). Percentage of types infectionsis VAP(68,4%), UTI and CRBSI (15,8%). Three type of
bacteria that infect the highest is Pseudomonas aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan
Staphylococcus xylosus (16%).
Keywords
: Nosocomial Infection, antibiotics ATC/DDD, Cancer Dharmais Hospital Jakarta
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
63
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
PENDAHULUAN
Infeksi yang berasal dari rumah sakit
masih menjadi masalah di rumah sakit-rumah
sakit Indonesia dan dunia. Saat ini infeksi
nosokomial merupakan komplikasi terbanyak
yang dialami pasien yang sedang dalam
perawatan rumah sakit. Infeksi nosokomial di
rumah sakit saja diperkirakan menyebabkan 2
juta infeksi, 90.000 kematian dan kerugian
sebesar 4,5 sampai 5,7 miliar dolar Amerika
per tahun (Burke, 2003). Infeksi nosokomial
adalah penyebab peningkatan morbiditas,
mortalitas dan perpanjangan waktu perawatan
di rumah sakit (Asembergiene et al, 2009).
Sebuah survei prevalensi dilakukan di
bawah naungan WHO di 55 rumah sakit dari
14 negara yang mewakili empat wilayah WHO
(Asia Tenggara, Eropa, Mediterania Timur
danPasifik Barat) mengungkapkan bahwa ratarata 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi
nosokomial (WHO, 2005). Di negara maju
(Amerika dan Eropa), sekitar 5–10% dari
pasien yang menjalani perawatan karena
penyakit akut terkena infeksi yang tidak
muncul atau inkubasi pada saat masuk rumah
sakit, angka tersebut bisa menjadi dua kali lipat
di negara berkembang seperti Indonesia
(WHO, 2005).
Infeksi nosokomial yang sering terjadi
adalah infeksi traktur urinarius, infeksi saluran
nafas, dan infeksi akibat tindakan bedah
(Brunkorst et al, 2008). Beberapa penelitian
infeksi nosokomial di rumah sakit Amerika
Serikat didapatkan bahwa infeksi traktus
urinarius memiliki presentase yang tinggi
sekitar 36% (Bowton, 2006). Pneumonia
menduduki peringkat kedua untuk angka
kejadian infeksi nosokomial (Maki dan Safdar,
2007). Jenis infeksi nosokomial lainnya adalah
infeksi akibat penggunaan kateter vena sentral.
Kenyataan menunjukkan bahwa di
negara-negara yang sedang berkembang,
urutan penyakit utama nasional masih
ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang
memerlukan terapi antibiotik (Nelwan, 2006).
Antibiotik adalah obat yang paling sering dan
banyak digunakan hingga saat ini. Agen
antibiotik merupakan obat yang sering
digunakan dan sering disalah gunakan
dibanding oba-obat lainnya. Suatu kondisi
yang tidak dapat dihindari dari penggunaan
secara luas antibiotik ini adalah kegawatan dari
resistensi patogen terhadap antibiotik,
sehingga diperlukan obat-obat yang baru
(Brunton et al., 2006).
Data yang akurat berkenaan dengan
kuantitas penggunaan antibiotik sangat
diperlukan. Data – data tersebut akan lebih
bernilai jika dikumpulkan, dianalisis serta
disajikan dengan suatu sistem dan metode yang
terstandar. Kebutuhan akan adanya suatu
metode terstandar untuk mengevalusi kualitas
penggunaan antibiotik dan juga untuk
menetapkan penggunaan antibiotik telah
nampak begitu jelas (Nouwen, 2006).
Sejak
tahun
1996,
WHO
merekomendasikan
ATC
(Anatomical
Therapeutic Chemical) bersama dengan unit
DDD (Defined Daily Dose) sebagai standar
global untuk studi penggunaan obat.
Klasifikasi ATC berdasarkan pada organ atau
sistem dimana aksi kimia, farmakologi dan
sifat terapi bekerja. Klasifikasi dan
panduannya biasa mengalami perbaharuan dan
sistem ini secara luas digunakan secara
internasional. Kode ATC terdapat pada kode
katalog obat nasional dan internasional
(Persson, 2002).
Dengan
menggunakan
metode
ATC/DDD, hasil evaluasi penggunaan obat
dapat dengan mudah dibandingkan. Adanya
perbandingan penggunaan obat di tempat yang
berbeda sangat bermanfaat untuk mendeteksi
adanya perbedaan yang kemudian dapat
dilakukan evaluasi lebih lanjut ketika
ditemukan perbedaan bermakna yang akhirnya
akan mengarah pada identifikasi masalah dan
perbaikan sistem penggunaan obat (Bergman,
et al., 2004).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pengumpulan data antibiotik
dari rekam medis pasien yang dirawat inap
pada tahun 2012. Sampel penelitian ini adalah
seluruh populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria inklusi yaitu pasien berusia
lebih dari 18 tahun, catatan medik pasien
dirawat inap yang menerima antibiotik tahun
2012. Pasien yang dieksklusikan jika pasien
pulang paksa serta catatan medik pasien yang
tidak jelas dan tidak lengkap.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
64
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Analisis data dilakukan secara analisa
deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif
dilakukan dengan menguraikan data-data yang
didapatkan dari catatan medik antara lain nama
antibiotik, dosis, frekuensi, lama pemberian,
cara pemberian, jenis penggunaan, data
demografi (umur, jenis kelamin), data klinis,
data laboratorium dan data lain yang
diperlukan. Penentuan pasien yang mengalami
infeksi nosokomial di ICU dilihat dari data
laboratorium serta data hasil kultur bakteri
pasien pada saat pasien menjalani rawat inap,
sekitar lima hari sebelum pasien masuk ke ICU
dan setelah pemasangan alat-alat mekanik saat
di ICU. Data laboratorium yang diamati
meliputi suhu, tekanan darah, respiratory rate,
jumlah angka leukosit, serta data radiologi
pasien. Infeksi yang diamati di ICU meliputi
infeksi pada saluran pernafasan akibat
penggunaan ventilator atau Ventilator
Associated Pneumonia (VAP), infeksi saluran
kemih akibat penggunaan kateter atau ISK
serta infeksi sistemik akibat penggunaan
kateter vena sentral atau Chateter-related
Bloodstream Infection (CRBSI).
Penilaian
kuantitas
penggunaan
antibiotik dihitung dari data dosis yang didapat
dan diproses dengan menggunakan program
komputer untuk mengubah data dosis tersebut
dalam bentuk Defined Daily Dose (DDD).
Hasil penggunaan antibiotik dihitung sebagai
Defined Daily Dose (DDD)/100patient-day.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada
penelitian ini dilakukan kajian penggunaan
antibiotik serta mengidentifikasi bakteri
penyebab infeksi nosokomial pada pasien yang
di rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta tahun 2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini data yang diperoleh
tahun 2012 adalah 78 pasien di ICU yang
menggunakan antibiotik dan hanya 37 pasien
digunakan sebagai subyek penelitian. 41 pasien
di eksklusi karena terdapat catatan medik yang
tidak lengkap serta beberapa catatan medik
yang tidak ditemukan. Berdasarkan 37 catatan
medik, diperoleh data demografi pasien
mencakup usia dan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 1. Sedangkan jenis diagnosa pasien
dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari total 37 pasien yang memenuhi
kriteri inklusi, terdapat 19 pasien yang
mengalami kejadian infeksi di ICU atau sekitar
51,4%. Penelitian yang diperoleh relevan
dengan penelitian dari National Services
Scotland oleh Cole et al., (2014) pasien yang
mengalami infeksi nosokomial di ICU rumah
sakit selama periode 1 januari – 31 desember
2014 sebesar 65,2%. Penelitian lain yang
relevan dilakukan oleh Orsi et al., (2005)
menunjukkan terjadinya infeksi nosokomial di
ICU rumah sakit pada tahun 2000 sebesar
82,8% dan tahun 2001 sebesar 71,3%. Hal ini
dikarenakan pasien yang dirawat di ICU
mempunyai pertahanan tubuh yang rendah,
monitoring keadaan secara invasif, terpapar
dengan berbagai jenis antibiotik dan terjadi
kolonisasi oleh bakteri resisten. Sehingga
mengakibatkan
pasien
yang
dirawat
mempunyai potensi lebih besar mengalami
infeksi (Adysaputra, et al., 2009).
Tanda-tanda
keberhasilan
terapi
antibiotik dapat dilihat secara klinis dengan ciri
suhu badan turun, nyeri, warna merah dan
pembengkakan berkurang, sputum menjadi
jernih, air kemih kurang keruh atau kurang bau,
dari hasil laboratorium jumlah leukosit
menurun, C reaktif menurun, tidak tampak
kuman secara mikroskopis, tidak ada
pertumbuhan kuman dari hasil biakan dan hasil
X-ray membaik. Lama penggunaan antibiotik
dari pemakaian satu hari sampai dengan empat
puluh tiga hari. Sebenarnya lama penggunaan
optimal
antibiotik
tidak
selalu
diketahui.Banyak antibiotik yang diresepkan
untuk 5-7 hari. Secara umum terapi dihentikan
3 hari setelah gejala-gejala infeksi hilang
(Lestari et al., 2011).
Pemeriksaan kondisi klinis terhadap
infeksi menjadi dasar bagi klinisi untuk
memberikan antibiotika sebagai terapi empiris
dan berdasarkan pada pemeriksaan jumlah
leukosit pasien.Hasil pengamatan jumlah
leukosit rata-rata menunjukkan bahwa
pemberian antibiotika adalah sesuai indikasi
infeksi. Salah satu tanda infeksi dapat diamati
dari jumlah leukosit > 10 ribu/μl, suhu >37˚C,
takipneu (Wells et al, 2005).
Jenis infeksi yang terjadi yaitu infeksi
saluran pernafasan atau Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) terdapat 13 pasien (68,4%),
infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
65
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
sistemik atau Chateter-Related Bloodstream
Infection (CRBSI) masing-masing terdapat 3
pasien (15,8%). Dari hasil kultur bakteri
ditemukan bakteri gram negatif, gram positif
dan coccus gram positif penyebab infeksi. Data
kultur bakteri tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 3.
Menurut dari National Services Scotland
oleh Cole
et al.,
(2014), persentase
mikroorganisme yang menginfeksi pasien di
ICU memicu terajdinya VAP adalah S. aureus
(20,4%), E. Coli (12,6%) dan Pseudomonas
spp. (12,6%). Presentase mikroorganisme
penyebab CR-BSI adalah S. aureus (16,9%),
Enterococcus spp (15,7) , Staphylococci
(14,5%) dan E. coli (13,3%). Sedangkan untuk
infeksi saluran kemih yaitu E. coli (48,9%),
Acinetobacter anitratus (9,8%) Proteus
mirabilis (4,7%).
Tabel 1. Demografi Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik
2012
n(%)
Umur
- 18 – 25 tahun
- 25 – 60 tahun
- > 60 tahun
Total
4 (10,8)
31 (83,8)
2 (5,4)
37 (100)
Total
23 (61,2)
14 (37,8)
37 (100)
Jenis Kelamin
- Laki – laki
- Perempuan
Tabel 2. Diagnosa Pasien Tahun 2012
Diagnosa
Leukemia (AML, ALL, CLL, LGK)
Kanker mammae
Kanker serviks
Limphoma non hodsgin
Kanker ovarium
Kanker paru
Kanker thyroid
Tumor frontal
Kanker lidah
Kanker prostat
Kanker testis
Astrochytoma
Tumor hepar
Kanker pankreas
Lain-lain
Total
n(%)
7 (18,9)
5 (13,5)
1 (2,7)
2 (5,4)
1 (2,7)
7 (18,9)
1 (2,7)
3 (8,1)
1 (2,7)
2 (5,4)
1 (2,7)
2 (5,4)
0 (0)
1 (2,7)
3 (8,1)
37 (100)
Tabel 3. Jenis bakteri Tahun 2012 di ICU Rumah
Sakit Kanker Dharmais
Jenis Bakteri
Acinetobacter baumanni
Burcholderia cepacia
Burkholderia pseudomallei
Candida albicans
Enterobacter gergoviae
Escherichia coli
Klebsiella ozaenae
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Plesiomonas shigelloides
Pseudomonas putida
Proteus mirabilus
Serratia marcessens
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
n(%)
1 (3)
4 (11)
1 (3)
4 (11)
2 (5)
7 (19)
1 (3)
5 (14)
9 (24)
1 (3)
2 (5)
1 (3)
1 (3)
2 (5)
2 (5)
Infeksi saluran pernafasan atau
Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
adalah infeksi yang paling tinggi terjadi sekitar
68,4% di ICU RS Kanker Dharmais Jakarta
dibandingkan infeksi saluran kemih dan infeksi
pada aliran darah. Penelitian ini relevan dengan
penelitian dari National Services Scotland oleh
Cole et al., (2014) persentase terjadinya VAP
paling tinggi dibandingkan dengan infeksi
lainnya di ICU yaitu sebesar 71,4%.
Meurut penelitian Kollef (2004),
munculnya VAP tergantung pada lamanya
paparan lingkungan, status kesehatan dan
terdapat faktor risiko lain yang dapat
meningkatkan terjadinya kolonisasi traktur
aerodigesif oleh mikroorganisme patogen dan
meningkatkan terjadinya aspirasi sekret yang
terkontaminasi ke dalam saluran nafas bagian
bawah. Kuman dalam aspirat tersebut akan
menghasilkan biofilm di saluran nafas bawah
dan di parenkim paru. Biofilm tersebut akan
memudahkan kuman menginvasi parenkim
paru lebih lanjut sampai kemudian terjadi
reaksi peradangan di parenkim paru. Penelitian
Chan et al., (2007), menunjukkan bahwa
lambung adalah reservoir utama kolonisasi dan
aspirasi mikroorganisme. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pemakaian obat yang memicu kolonisasi
bakteri (antibiotik dan pencegah stress ulcer),
pemberian nutrisi enteral dan derajat
keparahan penyakit pasien.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
66
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Tabel 4. Kuantitas Antibiotik Dengan Metode
ATC/DDD
DDD/100
Golongan
Jumlah
Kode
pasienAntibiotik
ATC
hari
Sefalosporin Generasi 3
Seftazidim
1 (1,5) J01DD02
Sefotaksime
2 (3,0) J01DD01
Seftizoksim
1 (1,5) J01DD07
Sefoperazon
2 (3,0) J01DD12
Seftriakson
7 (10,6) J01DD04
Sefalosporin Generasi 4
Sefpirom
2 (3,0) J01DE02
Sefalosporin Generasi 3 Kombinasi
Sulbactam2 (3,0) J01DD62
Sefoperazon
Karbapenem
Meropenem
18 (27,3) J01DH02
Doripenem
3 (4,5) J01DH04
Aminoglikosida
Amikasin
4 (6,1) J01GB06
Gentamisin
1 (1,5) J01GB03
Fluorokuinolon
Levofloksasin
5 (7,6) J01MA12
Siprofloksasin
2 (3,0) J01MA02
Ofloksasin
2 (3,0) J01MA01
Glycycline
Tigecycline
2 (3,0) J01AA12
Derivat Imidazole
Metronidazole
3 (4,5) J01XD01
Penisilin+Inhibitor Beta Laktamase
Tazobactam+
7 (10,6) J01CR05
Piperasilin
Antibiotik Lain
Linezolide
1 (1,5) J01XX08
4,28
1,32
1,75
4,17
16,67
0,66
1,75
47,15
3,07
ICU adalah pasien yang memiliki tingkat
keparahan penyakit yang tinggi yaitu pasien
yang menderita kanker stadium lanjut. Pasienpasien tersebut pada umumnya mengalami
perawatan yang cukup lama di rumah sakit
serta memiliki kondisi imunitas yang menurun.
KESIMPULAN
Kejadian infeksi nosokomial di ICU Rumah
Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2012
adalah
51,4%.
Penggunaan
antibiotik
terbanyak adalah meropenem dengan nilai
47,15 DDD/100pasien-hari. Jenis infeksi yang
terjadi di Icu adalah VAP (68,4%), ISK dan
CRBSI (15,8%). Tiga jenis bakteri tertinggi
yang menginfeksi yaitu Pseudomonas
aeruginosa (24%), Escherichia coli (19%) dan
Staphylococcus xylosus (16%).
17,54
8,19
UCAPAN TERIMAKASIH
11,62
0,70
0,88
2,19
Terimakasih kepada Direktur Utama Rumah
Sakit Kanker Dharmais Jakarta beserta staf dan
para pasien yang telah mengijinkan dan
membantu melancarkan proses penelitian ini.
4,82
15,01
0,88
Apabila dilihat dari peresepan yang
dilakukan, didapatkan distribusi penggunaan
antibiotik meropenem yang paling sering
digunakan yaitu sekitar 27,3%. Meropenem
adalah antibiotika sintetis ß-laktam dan efektif
sebagai antispeudomonal. Penggunaannya
dibatasi, karena hanya untuk infeksi oleh
bakteri resisten penicillin, sefalosporin, atau
multiobat antibiotika (misalnya P.aeruginosa
dan Acinetobacter spp) (Wilson et al, 2008).
Kuantitas penggunaan antibiotik dihitung
dengan sistem ATC/DDD (Anatomical
Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose)
yang ditetapka oleh WHO. Jenis antibiotik
yang digunakan adalah 20 jenis antibiotik.
Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Sesuai dengan hal tersebut, alasan
tingginya VAP di ICU RS Kanker Dharmais
dikarenakan pasien yang menjalani rawatan
DAFTAR PUSTAKA
Adysaputra, S.A., Rauf, A.M., adn Bahar, B.,
2009, Pola kuman luka operasi di ruangan
Intensive Care Unit Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo, The Indonesian Journal of
Medical Science, Volume 2, No. 2 AprilJuni. 67-70.
Asembergiene, J., Gurski, V., Kevalas, R., dan
Valinteliene, R., 2009, Nosocomial
infection in the pediatric intensive care
units in Lithuana. Medicine; 45(1);2936.
Bergman, U., Risinggard, H., Palcevski, W.,
and Ericson, O., 2004, Use antibiotic at
hospital in Stockholm: a benchmarking
project
using
internet,
Pharmacoepidemiology and Drug Safety,
3;465-471
Brunkhorst, F., Ranieri, V.M., Rae-Neto, A.,
Reinhart, K., Sakr, Y., 2008, Diagnosis of
ventilator-associated
penumonia,
a
systematic review of the literature. Criticar
Care,12;1-4
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
67
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Brunton, L., Lazo, J. S., Parker, K. L., Buxton,
Iain L.O., dan Blumenthal, D. K., 2006,
Goodman
and
gilman
the
pharmacological basis of therapeutics,
edisi 11, the Mcgraw-Hill Companies,
Inc., USA
Burke, J.P., 2003, Infection control-new
problem for patient safety. New England
Journal of Medicine, 348;7
Chan, E.Y., Ruest, A., Meade, M.O., dan
Cook, D.J., 2007, Oral Decontamination
For Prevention Of Pneumonia In
Mechanically
Ventilated
Adults:
Systematic Review And Meta-Analysis.
British Medical Journal;334:889-900
Cole, S., Cook, B., Khan, A., McCoubrey.,
Smyth, L., dan Reilly, J., 2014,
Srveillance of healthcare associated
infections in scottish internsive care
unit, National Services Scotland
Kollef, M.H., 2004, Prevention of hospitalassociated pneumonia and ventilator
associated pneumonia. Crit Care
Med;32:1396- 405
Lestari, W., Almahdy, A., Nasrul Zubir dan
deswinar Darwin., 2011, studi penggunaan
antibiotik berdasarkan sistem ATC/DDD
dan kriteria Gyysens di bangsal penyakit
dalam RSUP. DR. Djamil Padang, Tesis,
Fakultas farmasi pascasarjana, Universitas
Andalas, Padang
Nelwan, R. H., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1, edisi III, Balai Penerbit
FK UI, Jakarta, pp. 1700-1702.
Nouwen, J.L., 2006, Controlling antibiotic use
and resistance, Clin Infect Dis, 42;776-777
Orsi, G.B., Raponi, M., Franchi, C., Rocco, M.,
Mancini, C., dan Venditti, M., 2005,
Surveillance and Infection Control in an
Intensive Care Unit, Infection Control
Hospital Epidemiology, Vol 26(3):3215.
Persson, K.B., 2002, The Anatomical
Therapeutic Chemical (ATC) Classification
and Its Use In the Nordic Countries,
Deparment of Public Health and Caring
Sciences, Uppsala University, Uppsala,
Swedia
Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL,
Hamilton CW. , 2009., pharmacotherapy
Handbook. Sixth edition. New York: The
Mc. Graw Hill Company USA;
WHO, 2005. Healthcare Associated Infection
(HAI). http://whqlibdoc. who.int/hq/
2005/WH0 EIP_SPO_QPS_05.2.pdf
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
68
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Download