SISTIMATIKA KERJA DALAM TATALAKSANA PEMELIHARAAN DOMBA Dedi Muslih Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Petunjuk tentang tatalaksana pemeliharaan domba telah banyak dipublikaskan (Balai Penelitian Ternak/Small Ruminant Collaborative Research Support Program 1982, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1987, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 1989), namun pengamatan yang diperoleh di lapangan masalah sistimatika kerja masih sering terabaikan atau kurang mendapat perhatian, akibatnya tenaga kerja yang tercurah menjadi kurang efisien dan kemungkinan adanya keterlambatan dalam penanganan suatu masalah yang seharusnya diprioritaskan terlebih dahulu . Sistimatika adalah susunan aturan ; pengetahuan mengenai suatu sistem (Poerwadarminta, WJS . 1976) . Kaitannya dengan tatalaksana pemeliharaan domba, maka sistimatika kerja ini sangat diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan suatu usaha pemeliharaan ternak . Sistimatika kerja yang dibahas dalam makalah ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman penulis di Kandang Percobaan Bogor, Balai Penelitian Ternak Ciawi pada domba yang secara terus menerus dipelihara didalam kandang . SISTIMATIKA KERJA Sistimatika kerja dalam tatalaksana pemeliharaan yang mencakup perawatan tetap setiap had adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengamatan ternak Membersihkan lantai kandang Membersihkan tempat pakan dan tempat minum Memberikan konsentrat Memberikan air minum Memberikan hijauan Membersihkan lingkungan sekitar kandang Alokasi penggunaan tenaga kerja untuk masing-masing kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1 . 77 Lokakarya Fungsional Non Peneli6 1 . Pengamatan Ternak Pengamatan temak secara keseluruhan merupakan prioritas atau urutan pertama yang harus dilakukan sebelum kita memulai melakukan pekerjaan Iainnya . Pengamatan diarahkan pada segala kemungkinan yang dapat terjadi pada ternak, seperti ternak yang sakit, nafsu makan kurang, ternak yang mengalami kesulitan melahirkan, ternak mengalami kecelakaan (tercekik, terjepit) ternak yang ingin kawin dan kemungkinan Iainnya . Segala aspek hasil pengamatan awal ini sangat berguna untuk menentukan keputusan atau Iangkah kerja selanjutnya . Pengobatan terhadap ternak yang sakit dan gangguan Iainnya harus dilakukan sedini mungkin, terutama pada kasus-kasus yang memerlukan pertolongan secara cepat, seperti penyakit kembung, ternak yang terjepit dan kemungkinan Iainnya yang harus dilakukan pada saat itu juga . 2 . Membersihkan Iantai kandang Membersihkan Iantai kandang merupakan prioritas kedua, Iantai kandang perlu segera dibersihkan dari segala kotoran dan sisa pakan yang dapat mengganggu kesehatan ternak dan kenyamanan ternak . 3 . Memberikan tempat pakan dan tempat minum Memberikan tempat pakan dan tempat minum merupakan prioritas ketiga, sisa pakan dan sisa air minum perlu segera dibersihkan agar tidak mudah dicemari oleh jamur dan kotoran . 4 . Makanan penguat Memberikan makanan penguat sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan prioritas keempat . Pemberian konsentrat secara rutin biasanya hanya dilakukan pada sistem pemeliharan yang intensif sedangkan pada sistem pemeliharaan tradisional konsentrat hanya diberikan tidak tentu dengan jenis yang bermacam-macam (potongan gaplek, ampas tahu dll) . 5 . Air minum . Setelah ternak mengkonsumsi makanan penguat maka yang perlu segera kita berikan adalah air minum sesuai dengan kebutuhannya, mengingat air minum sangat diperiukan dalam proses pencernaan . 6 . Hijauan . Hijauan diberikan setelah ternak mengkonsumsi habis makanan penguat (konsentrat), karena jika tidak, maka konsentrat tidak akan dikonsumsi 78 Lokakarya Fungsional Non Penelid habis bahkan akan tertimbun atau tercampur dengan hijauan dan akibatnya akan membusuk atau berjamur . Untuk menghindari dari kemungkinan tercecer, hijauan sebaiknya diberikan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari . 7 . Membersihkan Iingkungan sekitar kandang . Lingkungan sekitar kandang perlu dibersihkan setiap hari dari segala kemungkininan yang dapat mengganggu kesehatan ternak, kecuali kolong kandang dapat dibersihkan 1 - 2 minggu sekali . 8 . Melakukan perawatan ternak . Kecuali pengobatan dan perawatan yang telah dilakukan pada awal pengamatan, aspek-aspek lainnya yang telah dicatat di awal pengamatan yang meliputi perawatan domba ( mencukur bulu, memotong kuku dll) dan pekerjaan-pekerjaan lainnya dapat dikerjakan pada tahap akhir dari seiuruh urutan pekerjaan rutin . Tabel 1 . Curahan tenaga kerja (jam/hari) dengan cara kerja yangsistimatis dalam tataiaksana pemeiiharaan 150 ekor domba/ 2 orang pekerja dengan luas kandang 150 m2 . Curahan tenaga kerja (jam) No . Kegiatan 1. Pengamatan ternak 0 .20 2. Membersihkan lantai kandang 0 .60 3. Memberikan tempat pakan dan tempat minum 0 .30 4. Memberikan konsentrat 0 .25 5. Memberikan air minum a) 0 .25 6. Memberikan hijauan b) 0 .50 7. Membersihkan kandang lingkungan sekitar Total 0 .25 2 .35 Keterangan : a) Air minum telah terpasang pada instalasi yang disalurkan melaiui pipa air ke bak tempat minum pada masing-masing petak kandang b) Rumput telah tersedia dalam bentuk cacahan . 79 Lokakarya Fungsional Non Peneliti KESIMPULAN Penerapan sistimatika kerja dalam tatalaksana pemeliharaan domba akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja . Serapan tenaga kerja yang diperlukan untuk seluruh kegiatan rutin ini adalah 2,35 jam/hari, dengan 2 orang pekerja (Tabel 1) pada kandang seluas 150 m2 dengan populasi sebanyak 150 ekor dewasa . Dengan sistimatika kerja, penanganan terhadap masalah yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin sesuai dengan prioritas dan kebutuhannya . DAFTAR BACAAN Balai Penelitian Ternak/Small Ruminant Collabrative Research Support Program . 1989 . Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing dan domba di pedesaan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . beternak domba dan kambing . 1987 . Informasi teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . 1989 . Pedoman praktis beternak kambing dan domba sebagai ternak potong . Poerwadarminta, W .J .S . 1976 . Kamus umum Bahasa Indonesia . Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta . 80