Arti Santa Maria Regina - Paroki Santa Maria Regina

advertisement
Arti Santa Maria Regina
SANTA MARIA REGINA
(Santa Perawan Maria Ratu)
Tiap tanggal 22 Agustus Gereja Katolik Roma merayakan peringatan Santa Perawan Maria
Ratu (Santa Maria Regina).
Maria disebut Ratu oleh karena dan sebagaimana Kristus adalah Raja. Konsili Vatikan II
meneruskan tradisi sejak abad IV, menegaskan kembali ajaran tentang keratuan Maria: “Ia
telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh
menyerupai Puteranya” (Lumen Gentium 59). Gelar Ratu diberikan untuk menunjukkan secara
resmi keadaan SP Maria yang bertahta di sisi Puteranya, Raja Kemuliaan. Gelar sebagai Ratu
beserta kekuasaannya telah diperkenalkan di lingkungan rahib Benediktin sejak awal abad XII.
Nyanyian yang amat terkenal
Salve Regina sudah
diketahui dalam abad XI. Madah itu merupakan ungkapan khas para rahib dalam menyatakan
permohonan kepada SP Maria.
1/3
Arti Santa Maria Regina
Mengapa SP Maria layak digelari Ratu? Secara biblis bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Keratuan Maria bisa dimengerti sebagai ambil bagian secara unggul dalam imamat rajawi
umat Perjanjian Baru (bdk. 1Ptr 2:9-10). Semua orang dipanggil untuk memerintah bersama
Kristus (bdk 2Tim 2:12; Why 22:5). SP Maria merupakan yang pertama dari semua orang yang
terpanggil untuk memerintah bersama Kristus untuk selama-lamanya.
2. Keratuan Maria juga merupakan konsekuensi keikutsertaan Bunda Maria dalam misteri
Paska Puteranya yang dinyatakan dalam perendahan diri, penderitaan dan kemuliaan (bdk Flp
2:6-11). Oleh karena Maria telah turut serta dalam merendahkan diri sebagai hamba dan
mengalami sengsara bersama Kristus, maka layaklah Bunda Maria mengalami kemuliaan
bersama Kristus.
3. Keratuan SP Maria adalah tujuan akhir dari perjalanan sebagai murid. Pada akhir hidupnya
di dunia SP Maria dipindahkan ke dalam Kerajaan Puteranya (bdk. Kol 1:13) dan menerima
kepenuhan “mahkota kehidupan” (bdk Why 2:10; 1Kor 9:25). Tujuan akhir ini mempunyai
makna bagi Gereja dan seluruh ciptaan, sebab SP Maria yang kini telah bersatu sepenuhnya
dengan Kristus merupakan gambar arah perjalanan sejarah Gereja dan seluruh ciptaan menuju
“langit dan bumi yang baru” (Why 21:1), suatu kediaman bersama Allah di mana “tidak akan
ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita” (Why 21:4).
Paus Pius XII menyebut Maria sebagai Ratu karena ia adalah Bunda Kristus dan juga karena
seturut kehendak Allah ia memainkan peranan yang unik dalam karya Penebusan Tuhan.
“…sebagaimana Puteranya, Maria mengalahkan maut dan diangkat dengan badan dan jiwanya
ke dalam kemuliaan surgawi, di mana sebagai ratu ia duduk dalam kemegahan di sisi
Puteranya, Raja abadi” (Pius XII, Munificentissimus Deus; Acta Apostolicae Sedis 42 (1950). Gelar Maria sebagai Ratu dinyatakan dalam dokumen Gereja, khususnya dalam ensiklik Pius
XII’s
Ad caeli
reginam
(
Acta
Apostolicae Sedis
2/3
Arti Santa Maria Regina
46 (1954). Pius XII menegaskan keratuan Maria dengan memasukkan dalam kalender liturgi
tanggal 31 Mei sebagai pesta Maria Ratu.
Ketika kalender liturgi diperbaharui pada tahun 1969, pesta SP Ratu diubah menjadi tanggal 22
Agustus, yaitu dalam oktaf atau hari ke delapan sesudah Hari Raya Pengangkatan SM Maria ke
Surga. Pesta liturgis yang baru ini bisa dipandang sebagai kelanjutan dari ketentuan tentang
pengangkatan Maria ke surga, dan sebagai penegasan tentang pengantaraan Maria. Pius XII
mempersembahkan dunia kepada Hati Maria Tak Bernoda, Bunda dan Ratu, pada tanggal 31
Oktober 1942, sebagai pengakuan publik akan keratuan Maria sebagaimana kerajaan Kristus.
Rumusannya berbunyi: “Sebagaimana Gereja dan seluruh umat manusia dipersembahkan
kepada Hati Kudus Yesus… maka dengan cara yang sama kami pun mempersembahkan diri
untuk selama-lamanya kepadamu dan kepada Hatimu yang Tak Bernoda, Bunda kami dan
Ratu dunia, agar cinta dan perlindunganmu mempercepat kemenangan kerajaan Allah” (Acta
Apostolicae
Sedis
34 (1942).
3/3
Download