nilai – nilai pendidikan islam dalam tradisi brokohan di dusun

advertisement
NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO
DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SILVANA DIAH
NIM 111-11-200
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
MOTTO
BERSYUKURLAH DENGAN APA YANG KAMU MILIKI SAAT INI
KARENA ITU SEMUA MERUPAKAN TITIPAN DARI Allah Swt
Jika kita tidak mensyukurinya maka allah
akan mengambilnya kembali
iii
iv
v
MOTTO
BERSYUKURLAH DENGAN APA YANG KAMU MILIKI SAAT INI
KARENA ITU SEMUA MERUPAKAN TITIPAN DARI Allah Swt
Jika kita tidak mensyukurinya maka allah
akan mengambilnya kembali
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan :
1.
Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan
skripsi ini
2.
Kepada orangtua saya Bapak Mahmudi dan Ibu Siti Rohmiatun yang
selalu banting tulang untuk pendidikanku, terimakasih telah memberikan
yang terbaik untuk masa depanku dan kepada kakak ku Sulistiyani S.Pd.I
serta kedua adikku tersayang Aji Firmansyah serta Novia Rahmadani yang
telah memberikan motivasi setiap hari tanpa mengenal lelah
3.
Kepada Bapak Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A. Selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya, terimakasih telah
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini
4.
Kepada seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai
macam ilmu pengetahuan telah saya dapatkan disini, semoga ilmu ini
bermanfaat bagiku dan masyarakat
5.
Kepada teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011: Yogi, Hidayah,
Miftach, Sinta, Rofiqoh, Cahyo dan yang tidak bisa disebutkan satupersatu, yang senantiasa memberikan semangat dan saling membantu demi
keberhasilan kita bersama.
6.
Pembaca yang budiman
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini yang peneliti susun dalam bentuk skripsi.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun
umatnya dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi tugas guna melengkapi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BROKOHAN
DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan berbagai dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh
kerendahan hati perkenenkan peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2.
Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga
3.
Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Progdi PAI.
4.
Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini
5.
Segenap dosen dan civitas Akademik IAIN Salatiga yang telah membantu
kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Seluruh warga masyarakat Dusun Kadipiro Desa KarangTengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
Hanya ucapan terima kasih yang bisa peneliti haturkan, semoga Allah
membalas ketulusan mereka dan senantiasa memberikan kemudahan kepada
kita semua.
viii
ix
ABSTRAK
Diah, Silvana, 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan Di
Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing:
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Tradisi Brokohan
Pada dasarnya setiap manusia ditakdirkan untuk memperoleh keturunan
dari suatu perkawinan yang sah menurut agama Islam. Oleh karena itu diperlukan
adanya keturunan yang nantinya akan menjadi generasi penerus baginya. Proses
untuk memperoleh keturunan dapat melalui beberapa fase yaitu perkawinan,
kehamilan dan kelahiran. Dalam Agama Islam hari kelahiran Nabi Muhammad
SAW selalu diperingati oleh umat Islam dan manusia harus selalu bersyukur atas
segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Allah SWT masyarakat Jawa mengemasnya dalam bentuk
tradisi Brokohan untuk menyambut kelahiran anak ke dunia ini. Berkaitan dengan
uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk
mengadakan penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi
Brokohan.
Penelitian ini hadir untuk mengungkap nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam tradisi Brokohan. Fokus Penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. 2) Bagaimana Prosesi Tradisi Brokohan yang ada
di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
3) Nilai-nilai Pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi Brokohan.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul
data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data
yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu
mereka diwawancarai, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisis data
dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data,
penyajian data dan verifikasi data serta menarik kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro, merupakan
warisan budaya turun-temurun dari nenek moyang dan merupakan ajaran
Rasulullah SAW. Di dalam prosesi tradisi Brokohan terdapat ritual mendhem
(mengebumikan) ari-ari, ritual slametan Brokohan dan peletakan nasi Brokohan.
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Brokohan adalah 1) nilai
aqidah, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur bahwa segala nikmat pemberian Allah
SWT 2) nilai ibadah yaitu doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT 3) nilai
amaliah, masyarakat senantiasa bersadaqah 4) nilai ukhuwah Islamiyah,
melibatkan banyak orang sehingga terjalin silaturahmi 5) nilai dakwah,
menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang hadir
x
DAFTAR ISI
LOGO…………………….………...………………………….………
i
HALAMAN JUDUL…….…………………………………………….
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …..……………............................
iii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ….......………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ….………...……………….
v
HALAMAN MOTTO …………………………….....…………………
vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR....…………………………………………........
viii
ABSTRAK….……...…………………………………………………...
x
DAFTAR ISI……………………………………….…………………...
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………......
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………
1
B. Fokus Penelitian………………………………..………......
5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………...
5
D. Kegunaan Penelitian……..…………………………………
5
E. Penegasan Istilah……………………………………………
6
xi
F. Metode Penelitian………………………………………..
7
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian…………
7
2. Kehadiran Peneliti……………………………………
8
3. Lokasi Penelitian……………………………………..
8
4. Sumber Data………………………………………….
8
5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………
9
6. Analisis Data………………………………………….
10
7. Pengecekan Keabsahan Data…………………………
11
8. Tahap - tahap Penelitian………………………………
12
G. Sistematika Penulisan…………………………….............
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam……………………………..
15
1. Pengertian Nilai……………………………………....
15
2. Pengertian Pendidikan Islam…………………………
17
3. Pengertian Nilai Pendidikan Islam…………………...
19
B. Konsep Ritual…………………………………………….
20
C. Penelitian Terdahulu………………………………………
29
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data…………………………………………….
32
1. Letak Geografis Dusun Kadipiro……………………
32
2. Keadaan Demografi…………………………………
33
3. Keadaan Sosial Budaya……………………………...
36
4. Kegiatan Keagamaan masyarakat…………………....
36
xii
B. Temuan Penelitian…………………………………………
38
1. Sejarah Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro…………
38
2. Prosesi Tradisi Brokohan………………………………
40
BAB IV TRADISI BROKOHAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan…………………………………………………
47
B. Tradisi Brokohan: Ritual Kolektif…………………………..
48
C. Ritual Dalam Tradisi Brokohan……………………………..
49
1. Mendem Atau Mengebumikan Ari-Ari………………….
49
2. Ritual Slametan Brokohan………………………………
50
3. Peletakan Nasi Brokohan………………………………
54
D. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Brokohan…….
55
1. Nilai Aqidah…………………………………………….
55
2. Nilai Ibadah…….……………………………………….
57
3. Nilai Amaliah……………………………………………
59
4. Nilai Ukhuwah Islamiyah……………………………….
59
5. Nilai Dakwah……………………………………………
60
E. Kesimpulan…………………………………………………..
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………
63
B. Saran………………………………………………………..
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Daftar Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin……….
Tabel II.
Daftar Pemeluk Agama……………………………………
32
Tabel III.
Daftar Mata Pencaharian Penduduk………………………
33
xiv
31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Daftar Nilai SKK
Lampiran 3. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5. Surat Pernyataan Penelitian
Lampiran 6. Surat Tugas Pembimbing
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap manusia ditakdirkan untuk memperoleh
keturunan dari suatu perkawinan yang sah menurut agama Islam.Hal
tersebut dilakukan karena adanya sebuah keinginan dari setiap individu
baik itu laki-laki maupun perempuan untuk dapat memperoleh seorang
keturunan yang berasal dari darah dagingnya sendiri. Hakikat dari sebuah
perkawinan ialah untuk menjadikan dirinya sempurna karena telah
memiliki seorang suami atau istri yang nantinya akan memberinya
keturunan. Manusia tidak dapat menebak kapan ajal akan menjemputnya.
Oleh karena itu diperlukan adanya keturunan yang nantinya akan menjadi
generasi penerus baginya. Proses untuk memperoleh keturunan dapat
melalui beberapa fase yaitu perkawinan, kehamilan dan kelahiran.
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh
masyarakat dengan cara melestarikannya. Ada cara-cara tertentu yang
dimiliki
setiap masyarakat
untuk memaksa warganyamelestarikan
kebudayaan yang di dalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai
kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat yang
bersangkutan.
1
Mematuhi norma serta menjunjung tinggi nilai-nilai menjadi
pentingdemi kelestarian hidup bermasyarakat.
Dalam masyarakat yang sudah berkembang, khususnya di Dusun
Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,
norma-norma dan nilai-nilai kehidupan dapat dipelajari melalui jalur
pendidikan, baik secara formal maupun nonformal.Di samping pendidikan
formal dan non formal tersebut, ada satu sarana sosialisasi bagi masyarakat
yang disebut upacara tradisional.Penyelenggaraan upacara ini penting
untuk pembinaan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.Salah satu
fungsinya antara lainadalah sebagai penguat norma-norma, serta nilai-nilai
budaya yang telah berlaku turun-temurun (Purwadi, 2005:2).
Menurut Koentjaraningrat (1984:5), kebudayaan itu mempunyai paling
sedikit tiga wujud, yaitu:
(1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya (2)
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3) Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan mempunyai berbagai bentuk dan beberapa unsur.Salah
satu unsur diantara unsur-unsur atau nilai yang ada dalam kebudayaan
adalah sistem religi atau kepercayaan.Dalam agama Islam, Nabi Muhamad
SAW merupakan rosul pembawa ajaran Islam di muka bumi, sehingga hari
kelahirannya diperingati oleh umat Islam, karena Nabi Muhamad SAW
sebagai pembawa kebenaran. Selain itu dalam ajaran Islam disebutkan
bahwa manusia harus selalu bersyukur atas segala sesuatu yang telah
diberikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur
2
kepada Tuhan masyarakat Jawa mengemasnya dalam bentuk tradisi
Brokohan untuk menyambut kelahiran anak ke dunia ini. Sebagaimana
dalam firman Allah dalam Surat Ibrahim ayat 7:
            
Artinya:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim:7).
Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu
keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui
maksud, tujuan dan nilai-nilai pendidikan Islam dari tradisi Brokohan
untuk menyambut kelahiran anak kedunia yang telah menjadi tradisi di
kalangan masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Dimana anggapan dari masyarakat
setempat yang mayoritas beragama Islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan
tradisi Brokohan tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
Dalam upacara brokohan, pada umumnya terdapat beberapa ritual.
Keluarga menyelenggarakan kenduri dengan mengeluarkan sedekah atau
sesaji yang berupa nasi ambeng (jawa, nasi yang ditanak pada periuk atau
kuali hingga matang tanpa dikukus menggunakan dandang) yang disajikan
bersamaan dengan urap sayuran komplit, jenang abang putih, jajan
pasarkomplit dan lain-lain. Sedekah atau sesaji tersebut masing-masing
3
memiliki makna tersendiri.Kenduri ini terutama dihadiri oleh ibu-ibu yang
secara bersama-sama mendoakan ibu baru dan bayi yang baru lahir
tersebut.
Di beberapa daerah mungkin sesaji atau sedekah yang dikeluarkan
berbeda-beda namun pada dasarnya adalah sama yaitu sebagai bentuk
ucapan rasa syukur. Brokohan juga ada yan disertai dengan pembacaan
Ayat Suci Al-Qur‟an.Tujuan dari upacara brokohan ini pada dasarnya
selain sebagai ucapan rasa syukur atas kelahiran bayi juga memiliki
maksud agar bayi yang baru lahir tumbuh dengan kepribadian baik serta
berguna bagi keluarga, agama dan negara.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut dalam penelitian ini, peneliti
menngambil judul skripsi
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA
KARANGTENGAH
KECAMATAN
SEMARANG TAHUN 2015”
B. Fokus Penelitian
4
TUNTANG
KABUPATEN
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang
menjadi topik permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarahtradisi
Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana prosesi tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun
Kadipiro
Desa
Karangtengah
Kecamatan
Tuntang
Kabupaten
Semarang?
3. Apa nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi
Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui sejarah tradisi Brokohan di Dususn Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui prosesi tradisi Brokohan yang ada di masyarakat
Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
3. Untuk Mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam
tradisi Brokohan yang ada di masyarakat Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan Penelitian
5
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi
Pemerintah, Hasil
penelitian ini
dapat
berguna
untuk
melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat di Indonesia.
2. Bagi Masyarakat, Sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan
masyarakat agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan
orang-orang Jawa yang ada sampai saat ini.
3. Bagi IAIN Salatiga, Untuk memperkaya perbendaharaan perpustakaan
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan
wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, penulis akan mengartikan beberapa
kata yaitu:
1. Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang
akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol dan pesan-pesan verbal
maupun non
verbal. Nilai
merupakan unsur
penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan
apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan
(Liliweri, 2003:82).
2. Pendidikan Islam
6
Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah
kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh,
menyangkut aspek jasmani dan rohani (Gunawan, 2014:8).
3. Tradisi
Istilah tradisi mengandung pengertian tentang adanya kaitan masa
lalu dengan masa sekarang.Ia menunjuk kepada sesuatu yang
diwariskan dari generasi ke generasi, dan wujudnya masih ada hingga
sekarang (Syam, 2005:277).
4. Brokohan
Brokohan itu asal katanya dari bahasa Arab yaitu ‫” بركة‬barokah”
yang artinya adalah mengharapkan berkah dari Tuhan(Aizid, 2015:121)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis
penelitian kualitatif, penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati ( Moleong, 2011:4).
Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
peranan, nilai dan tindakan secara menyeluruh. Penelitian ini biasanya
menggunakan metode yang biasanya dimanfaatkan oleh peneliti lain
7
yaitu dengan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu,
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti (Moleong, 2011:11).
Dalam penelitian kualitatif ini penulis hanya mencari gambaran
dan data yang bersikap deskriptif yang berada di Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangatlah penting. Peneliti
bertindak sebagai instrument langsung
sekaliguspengumpul data.
Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung ke lapangan
sehingga mendapatkan data yang riil dan akurat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.Sebuah
Dusun yang tradisi Brokohannya masih begitu melekat.Alasan
tersebutlah yang menjadikan penulis ingin melakukan penelitian di
Dusun tersebut.
4. Sumber Data
8
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari
beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan
memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian
dianalisis.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa metode di antaranya:
a. Metode Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
(Sudaryono,
2013:38).Metode
ini
penulis
gunakan
untuk
meperoleh data secara langsung tentang Tradisi Brokohan di
Dusun
Kadipiro
Desa
Karangtengah
Kecamatan
Tuntang
Kabupaten Semarang 2015.Penulis melakukan pengamatan secara
langsung mengenai keterkaitan antara nilai-nilai pendidikan Islam
dengan tradisi Brokohan.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya
(Sudaryono, 2013:35).Jadi disini harus terjadi kontak langsung
antar instrument dan peneliti pewawancara yaitu orang yang
mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai adalah orang yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
9
c. Metode Dokumentasi
Dalam memperluas pengumpulan data, tehnik ini sangat
dibutuhkan. Jadi, “Tehnik ini adalah cara pengumpulan data
langsung dari tempat penelitian, buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter
dan data yang relevan (Sudaryono, 2013:41).Metode ini digunakan
untuk lebih memperluas pengamatan dan pengumpulan data
terhadap sesuatu yang diselidiki oleh peneliti.
6. Analisis Data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti
dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Suprayogo
dan Tobroni, 2001:192). Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis
mengumpulkan data meliputi:
a. Menetapkan fokus penelitian
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan
temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka
pengumpulan data berikutnya
e. Penetapan sasarn-sasaran pengumpulan data berikutnya
Setelah
data
terkumpul
maka
selanjutnya
adalah
tahap
menganalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis
10
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Jadi,“ Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik
kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18).
Secara garis besar, teknik analisis data dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut.Setelah data dirasakan cukup, selanjutnya
data tersebut ditelaah dan diseleksi.Jika terdapat data yang tidak
diperlukan, data tersebut direduksi.Setelah data baru hasil reduksi baik,
selanjutnya ditarik kesimpulan, yang merupakan hasil akhir atau
jawaban terhadap judul.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
ditentukan
dalam
menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan
kenyataan yang ada dala latar penelitian. Menurut Moloeng
(2011:327), pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan
b. Ketekunan pengamatan
c. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
d. Analisis kasus negatif
e. Kecakupan referensional
11
f. Pengecekan anggota
g. Uraian rinci
h. Auditing
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Tahap Pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
d. Tahap penulisan laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosyah skripsi
G. Sistematika Penulisan
12
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang
saling terkait dan melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi
Operasional,Metode
Penelitian
meliputi
Metode
Pemilihan
Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data serta
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam
B. Konsep Ritual
C. Penelitian Terdahulu
BAB III HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi gambaran umum Dusun Kadipiro, Keadaan
Sosial Masyarakat, serta Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro.
BAB IV ANALISIS DATA
Meliputi analisis tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
Tradisi Brokohan serta pembahasan
BAB V PENUTUP
13
Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan data dan
saran.Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat
mendukung laporan penelitian ini.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada
hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial
manusia sehari-hari.
Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak
dapat disentuh oleh panca
indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku
yang mengandung nilai tersebut.Nilai juga bukan fakta yang berbentuk
kenyataan dan konkret.Oleh karena itu masalah nilai bukan soal benar dan
salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak, sehingga
bersifat subjektif.Adapun dalam masyarakat yang dibahas adalah nilai inti
(score value), nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok yang
jumlahnya cukup besar, orang-orang itu benar-benar menjunjung tinggi
nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku
(Munandar, 1995:25).
Liliweri (2003:82) mendefinisikan nilai sebagai berikut,
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tentang tujuan budaya yang
akan dibangun bersama melalui bahasa, simbol dan pesan-pesan
verbal maupun non verbal. Nilai merupakan unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan
apakah sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
15
Menurut Sykur (1996:22-13) pengertian nilai dari segi filsafat dipahami
dalam dua arti yaitu,
yang pertama arti ekonomis yaitu yang berhubungan dengan
kualitas atau harga suatu barang. Arti yang kedua yaitu tentang
nilai-nilai Islami, ada dua cara untuk menentukan substansi nilainilai Islam; yang pertama lewat kajian ilmiah tentang sikap dan dan
tingkah laku orang-orang muslim.Pendekatan nilai-nilai ajaran
Islam semacam ini memang beguna untuk mengetahui sejauh mana
seorang Muslim mengikuti ajaran.Cara kedua adalah merujuk
kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur‟an dan al-Hadits.
Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi
(2009:29).
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai undang-undang
d. Nilai agama
Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan,
dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan akan fisik biologis,
keamanan, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri.
Menurut Thoha (1996:64) sumber nilai dalam kehidupan manusia
yaitu,
a. Nilai Illahi (nilai religi) yaitu nilai yang dititahkan Tuhan
melalui para rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman, adil yang
diabadikan dalam wahyu Illahi.
b. Nilai Insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia
serta hidup berkembang dari peradaban manusia.
Kedua nilai tersebut dilihat dari ruang lingkup hidup manusia
sudah memadahi.Sebab, mencakup hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia
dengan dirinya sendiri.
16
2. Pengertian Pendidikan Islam
Definisi pendidikan Islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir
(2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islamdalam pendidikan Islam
menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang
berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang
pendidikan yang berdasarkan Islam”.
Pendidikan Islam menurut Gunawan (2014:8) adalah “suatu proses
edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh
dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani”.Pendidikan
Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada
pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya
agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran
Islam.
Pendidikan Islam menurutn Muhaimin (2009:14) adalah “sistem
pendidikan yang dikembangkan dan dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam”.
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah sebagaimana yang dikutip
oleh Gunawan (2014:10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
dapat diklasifikasikan menjadi empat aspek yaitu:
1. Tujuan Pendidikan jasmani ( al-ahdaf al jismiyah ). Bahwa
proses pendidikan ditujukan dalam rangka mempersiapkan diri
manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh.
2. Tujuan pendidikan rohani dan agama (al-ahdaf al-ruhaniyah
wai ahdaf al diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan
17
dalam rangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan
yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan akhlak
qur‟ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perilaku
perwujudan keagamaan.
3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah). Bahwa proses
pendidikan ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi
intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebabsebabnya, dengan menelaah ayat-ayatnya (baik qauliyah dan
kauniyah).
4. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah). Bahwa
proses pendidikan ditujukan dalam rangka pembentukan
kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas
yang hidup pada masyarakat plural .
Ke-empat tujuan pendidikan Islam ini harus diarahkan menuju
pada kesempurnaan.Dan keempat tujuan ini tentu harus tetap dalam satu
kesatuan yang tidak terpisah-pisah.
Pendidikan Islam dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah dan
di masyarakat.Menurut Daradjat (2011:44) “masyarakat turut serta
memikul tanggung jawab pendidikan dan sangat besar pengaruhnya dalam
memberi arah terhadap
pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa yang ada didalamnya”.Lingkungan masyarakat
juga merupakan tempat bergaul sekaligus menerima pendidikan social
bagi setiap keluarga yang ada di dalamnya. Dan agama sebagai sumber
sosial normatif dapat dipahami sebagai substansi nilai yang erat kaitannya
18
dengan aspek pengalaman dan sejumlah peristiwa sehari-hari. Biasanya
melibatkan kepercayaan dan tanggapan pada sesuatu yang berada di luar
jangkauan manusia.
Oleh karena itu, secara sosiologis agama menjadi penting dalam
kehidupan
manusia
bermasyarakat.Pembinaan
nilai
agama
dalam
masyarakat dapat dilihat dari akhlak keluarga yang berada di dalamnya.
3. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
Menurut Ardhana dalam (Muhaimin, 1993:124), kehidupan manusia
tidak
lepas
dari
nilai,
dan
nilai
itu
selanjutnya
perlu
diinstitusikan.Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan. Hakikat pendidikan adalah proses tranformasi dan internalisasi
nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta
penyesuaian nilai.
Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan
yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan
operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifatsifat atau hal-hal yang melekat dalam pendidikan Islam yang digunakan
manusia sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT.
Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur‟an yang dapat
dikembangkan untuk penerapan pendidikan Islam (Muhaimin, 2011:64)
yaitu:
a. Nilai Ibadah
Penerapan dan pengembangan pendidikan Islam merupakan
Ibadah.
b. Nilai Ihsan
19
Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat baik
kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan karena
Allah Swt. telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka
nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk
apapun.
c. Nilai Kerahmatan
Pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan
kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta.
d. Nilai Amanah
Pendidikan Islam adalah amanah dari Alah Swt. Sehingga,
pengembangandan penerapannya dilakukan dengan niat, cara
dan tujuan sebagaimana dikehendaki-Nya.
e. Nilai Dakwah
Pengembangan dan penerapan pendidikan Islam merupakan
wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam.
B. Konsep Ritual
1. Pengertian Ritual
Menurut Koentjaraningrat (1990:190) upacara ritual atau ceremony
adalah “sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau
hukum yang berlaku di masyarakat dan berhubungan dengan berbagai
macam peristiwa yang biasanya terjadi di dalam masyarakat yang
bersangkutan”.
Menurut
Winnick
dalam
(Syam,
2005:17)
ritual
adalah
“seperangkat tindakan yang dimantapkanmelalui tradisi. Ritus tidak
sama dengan pemujaan, karena ritus merupakan tindakan yang bersifat
keseharian”.
Ritual dibagi menjadi dua yaitu dari segi tujuan (makna) dan cara
(Djamari,
1993:http://blogspot.co.id/ritual-dan-institusiIslam.html
diakses pada Sabtu,16 Mei 2015, pukul 13:12) WIB. Dari segi tujuan
ritual dibagi menjadi tiga yaitu:
20
a. Ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan.
b. Ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar
mendapatkan keselamatan dan rahmat.
c. Ritual yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang
dilakukan.
Adapun dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Individual
Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada
yang dilakukan dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti
meditasi, bertapa, dan yoga.
b. Kolektif
Ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti
khotbah, salat berjamaah, dan haji.
Menurut Dhavamony dalam (Syam, 2005:19), ritual dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahanbahan yang bekerja karena daya-daya mistis.
b. Tindakan religius, kultus para leluhur juga bekerja dengan cara
ini.
c. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah
hubungan sosial dengan merujuk pada pegertian-pengertian
mistis, dengan cara ini upacara-upaca menjadi khas.
21
d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan,
atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain
meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.
2. RitualSlametan
Menurut Geertz (1981:11) “di pusat keseluruhan sistem agama
Jawa, terdapat suatu ritus yang sederhana, formal, jauh dari keramaian
dan dramatis itulah slametan”. Slametan adalah versi Jawa dari apa
yang barangkali merupakan upacara keagamaan yang paling umum di
dunia, ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut
serta di dalamnya.Slametan adalah ritus bagi mereka yang hidup
(Beatty, 2001:42).
Menurut Khalil (2008:278) penertian slametan adalah,“salah satu
adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di dalam
masyarakat Islam Jawa yaitu upacara ritual komunal yang telah
mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan
untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang”. Slametan
diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk
krisis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka.
Menurut Aizid (2015:83) pengertian slametan adalah,
kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan
sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah maupun di desa.
Saat pelaksanaan slametan, sejumlah orang duduk
melingkar di atas tikar untuk berdoa bersama. Selesai
berdoa dilanjutkan makan bersama hidangan yang telah
disiapkan, selain itu tuan rumah juga sudah menyiapkan
bungkusan yang dibagi-bagikan kepada orang-orang yang
hadir. Bungkusan tersebut berisi nasi beserta lauk-pauk dan
makanan kecil.
22
Kebanyakan slametan diselenggarakan di waktu malam, segera
setelah matahari terbenam dan sembahyang magrib telah dilakukan
oleh mereka yang mengamalkannya.Jika menyangkut kelahiran atau
kematian, maka peristiwa itu sendirilah yang menentukan waktunya.
Menurut Gerrtz (1981:38)Slametan terbagi dalam empat jenisyaitu:
a. yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan atau lingkaran
hidup ( kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian).
b. yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam
(Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya).
c. yang ada sangkutannya dengan integrasi sosial desa (bersih
desa).
d. yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap,
tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami
seseorang (pindah tempat, ganti nama, sakit).
Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan
sejahtera, aman dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun
halus (suatu keadaan yang disebut slamet) ( Beatty, 2001:43).
Suatu ciri yang menonjol dalam kajian antropologi mengenai ritual
di tempat-tempat lain di Indonesia adalah unsur eksplisit slametan yakni
perlunya menyatakan dengan jelas maksud slametan dan mengucapkannya
dengan tegas makna setiap unsur. Tamu yang hadir tidak bersifat pasif
melainkan menjadi saksi yang mengabsahkan maksud tuan rumah.
Persetujuan mereka diperlukan dan setiap kalimat pernyataan simbolik
diikuti oleh ucapan “Ya” bersama-sama (Beatty, 2001:47). Mirip dengan
apa yang dikemukakan Woodward (1988:80), bahwa ucapan “Amin” yang
mengikuti setiap kalimat doa dalam bahasa Arab”mentransformasikan doa
individual menjadi doa kolektif.
23
Interpretasi terhadap slametan yang sudah memiliki formulasi
tertentu dalam sambutan-sambutan upacara menyelimuti posisi dan
motivasi yang beraneka ragam.Dari sini ada dua titik garis ekstrim, yakni
mistikal dan santri, dengan mayoritas terletak di antara keduanya.Adalah
kaum mistik yang bergerak lebih jauh dalam mengembangkan gagasan dan
penerjemahan yang berkenaan dengan simbol-simbol slametan (Khalil,
2008:280).
3. Brokohan
Brokohan atau Barokahan merupakan salah satu upacara adat Jawa
untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna
sebagai ungkapan rasa syukur dan sukacita karena proses kelahiran
berjalan
lancar.
‫“بركت‬Barokah”
Brokohan
berasal
dari
bahasa
Arab
yaitu
yang maknanya mengharapkan berkah (Aizid,
2015:121) dantelah mengalami perubahan menurut lidah orang Jawa.
Firman Allah SWT dalam Q.S. An Nahl:78
          
     
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalamkeadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”(Q. S.
An Nahl ayat 78).
4. Dasar Hukum Pelaksanaan Tradisi Brokohan
24
          
          
   
Artinya:
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun
berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya
seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa
yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti
anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia
Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta
anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau
daripada syaitan yang terkutuk" (QS. Ali „Imran:36).
ُ ‫ُٔ ِندَ ِني‬
َّ ‫صهَّى‬
ُِ‫س ًَّا‬
َ ُ ‫اَّلل‬
َ َ‫سهَّ َى ف‬
َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬
َ ‫ي‬
َّ ‫غ ََل ٌو فَأَحَيْجُ ِب ِّ انَُّ ِب‬
‫عا نَّ ُ ِب ْان َب َر َك ِت‬
َ َ‫يى فَ َحَُّ َكُّ ِبخ َ ًْ َرةٍ َٔد‬
َ ِْ ‫ِإب َْرا‬
Artinya:
“Anakku telah lahir, maka aku bawa kepada Nabi saw.
Maka beliau memberinama kepadanya dengan nama
Ibrahim, lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma
dan dido‟akan dengan barakah. (HR. Bukhari dari Abu
Musa r.a.)
ُ َ‫ٔ ِندَ ِني انهَّ ْيهَت‬ُ
‫س ًَّ ْيخُُّ ِباس ِْى أ َ ِبي ِإب َْرا ِْيى‬
َ َ‫غ ََل ٌو ف‬
Artinya:
“Semalam telah lahir anakku laki-laki,lalu aku beri nama
dia dengan nama kakekku, Ibrahim. (HR. Muslim dari
Anas)
25
َّ ‫صهَّى‬
ٌَّ ‫سيٍَْ َٔيَقُٕ ُل ِإ‬
َ ُ‫اَّلل‬
َ ‫سٍَ َٔ ْان ُح‬
َ ‫سهَّ َى يُ َع ّ ِٕذ ُ ْان َح‬
َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬
َ ‫ي‬
ُّ ‫ََّ ِب‬
َّ ‫ث‬
ِ ‫عٕذ ُ بِ َك ِه ًَا‬
ُ َ ‫أَبَا ُك ًَا َكاٌَ يُعَ ّ ِٕذ ُ بِ َٓا إِ ْس ًَا ِعي َم َٔإِ ْس َحاقَ أ‬
ِ‫اَّلل‬
َ ‫ش ْي‬
‫عي ٍٍْ ََل َّي ٍت‬
َ ‫انخَّا َّي ِت ِي ٍْ ُك ِّم‬
َ ‫اٌ ََْٔا َّي ٍت َٔ ِي ٍْ ُك ِّم‬
ٍ ‫ط‬
Artinya:
“Adalah Rasulullah saw memohon perlindungan bagi
Hasan dan Husen (cucu beliau) dan bersabda:
Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohonkan perlindungan
bagi Isma‟il dan Ishaq sebagai berikut: A‟udzu
bikalimatillahit taam mati min kulli syaithani wa hammatin
wamin kulli „ainiammatin. (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).
َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ث‬
‫عي ٍٍْ ََل َّي ٍت‬
َ ‫اَّللِ انخَّا َّي ِت ِي ٍْ ُك ِّم‬
ِ ‫عٕذ ُ ِب َك ِه ًَا‬
ُ
َ ‫اٌ ََْٔا َّي ٍت َٔ ِي ٍْ ُك ِّم‬
ٍ ‫ط‬
Artinya:
“Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang
sempurna dari seluruh syaitan, segala macam gangguan dan
penggoda yang jahat.
a. Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam
Hubungan antara Tradisi Brokohan dengan Pendidikan Islam
sebagai berikut:
1. Dengan adanya tradisi Brokohan kita termasuk melestarikan
budaya serta memberikan transformasi kebudayaan baru yang
belum dikenal oleh masyarakat.
2. Salah satu sarana untuk menjaga warisan budaya agar tidak
diklaim oleh para penjajah budaya.
26
b. Pengaruh Positif Pelaksanaan Tradisi Brokohan
Pengaruh positif bagi kehidupan bermasyarakat di Dusun
Kadipiro, yaitu:
1. Masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan selal bersukur atas segala nikmat yang telah diberikan
oleh-Nya.
2. Terjalin kehidupan yang rukun antar umat Islam.
3. Adanya rasa kebersamaan yang tinggi dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Hikmah Pelaksanaan Tradisi Brokohan
1. Takwa Kepada Allah SWT
Makna pertama yang dapat dipetik dari tradisi Brokohan
adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, dalampraktiknya,
terdapat kegiatan doa bersama untuk mendoakan bayi dan ibu
baru serta doa keselamatan untuk semua orang yang hadir.
Selain itu, karena tradisi brokohan dilaksanakan setelah prosesi
kelahiran bayi, maka slametan ini dapat dikatakan sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran
yang selamat.
2. Kebersamaan dan Gotong-royong
Makna lain yang dapat dipetik dari tradisi brokohan ini
adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong-royong. Hal
ini disebabkan slametan brokohan melibatkan orang banyak
meliputi pemuka agama, dukun bayi, sanak saudara dan
27
tetangga sekitar yang bekerja sama dan bergotong- royong,
mulai dari persiapan sampai akhir acara.
3. Kepedulian terhadap masyarakat sekitar
4. Melestarikan budaya
Tradisi brokohan merupakan salah satu dari sekian banyak
tradisi
yang
masih
dilaksanakan
di
Dusun
Kadipiro
DesaKarangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Dengan dilaksanakannya tradisi ini, budaya akan terus dilestarikan.
Orang-orang yang hadir dalam tradisi ini dapat menceritakan dan
mencontokannya kepada anak dan cucu mereka kelak.
C. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Widi Agung Prasetyawan (2010),
dengan judul “Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Hindu :
StudiTentang
Perilaku
Keagamaan
Masyarakat
Islam
di
GununggangsirBejiPasuruan” . Pada penelitian tersebut dijelaskan
Budaya Brokohan merupakan peninggalan agama Hindu yang diubah
menjadi budaya sesuai ajaran agama Islam. Hal ini ditujukan untuk
menciptakansuasana Islami yang mengarah pada ketauhidan. Awalnya
budaya Brokohan adalah budaya Hindu berupa sesaji dikirimkan ke
candi sebagai ungkapan syukur atas anugerah yang diberikan berupa
seorang bayi lahir dengan selamat serta sempurna. Pada ritual
28
keagamaan ini banyak pembacaan mantra-mantra agama Hindu yang
dipimpin
oleh
sesepuh
desa.
Namun
keadaan
masyarakat
Gununggangsir sekarang sudah berubah dan mayoritas beragama
Islam, ritual Brokohan mengalami pergeseran seperti digantinya
mantra-mantra agama Hindu menjadi bacaan-bacaan ayat suci AlQur'an dan ditutup dengan do'a menurut agama Islam. Selain itu juga,
sesaji tetap ada tetapi tidak sebesar pada masa Hindu melainkan sesuai
kemampuan ekonominya. Dan melahirkan bayi dilaksanakan di dalam
rumah tidak lagi di candi.
Letak perbedaan penelitian adalah fokus penelitian yang lebih
mengarah pada proses akulturasi tradisi Brokohan menyangkut sesaji
dan mantra-mantra Hindu menjadi bacaan ayat-ayat suci Al-Qur‟an
sehingga tidak terfokus pada nilai pendidikan Islam yang terkandung
dalam tradisi tersebut.
2. Penelitian skripsi oleh Retna Wahyu Kinasih (2013) dengan judul
“Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Upacara-upacara Kelahiran
Sejak Masa Prenatal Sampai Balita di Dusun Sojomerto Kidul
DesaSidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang”. Pada
penelitian tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan upacara kelahiran
sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul, hanya
sedikit perbedaan dari sajian atau perlengkapan dengan daerah lain.
Bagi orang yang memiliki
29
dana lebih biasanya pelaksanaan upacara kelahiran itu dilaksanakan
secara komplit. Tetapi kebanyakan dari masyarakat Dususn Sojomerto
lebih memilih untuk melakukan selamatan secara sederhana.
Letak perbedaan penelitian adalah pada tujuan penelitian yang
bertujuan untuk meneliti semua nilai-nilai pendidikan Islam dalam
upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita dan tidak
hanya pada satu jenis upacara saja. Sehingga tradisi brokohan tidak
dibahas secara lebih mendalam.
30
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Letak Geografis Dusun Kadipiro
Dusun Kadipiro merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Adapun dusun-dusun yang berbatasan dengan dusun Kadipiro
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Getas
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Beran
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kauman Lor
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karanganyar
Luas Dusun Kadipiro kurang lebih 17 ha, yang terdiri dari tanah
sawah, tanah pekarangan, tanah pemukiman, jalan, serta sungai
(Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah).
Menurut data monografi Januari 2015, jumlah penduduk Dusun
kadipiro adalah 815 jiwa, dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
adalah sebagai berikut:
2. Keadaan Demografi
a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Menurut data statistik tahun 2015, jumlah penduduk Dusun
Kadipiro adalah 815 jiwa, dan dikelompokkan berdasarkan jenis
kelamin yaitu sebagai berikut:
31
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No
RT
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
RT.001
127
145
272
2
RT.002
56
63
119
3
RT.003
101
104
205
4
RT.004
43
41
84
5
RW.005
60
75
135
Jumlah RW : 006
387
428
815
Jumlah Total
387
428
815
Sumber :Data Demografi Desa Karangtengah
b. Agama
Masyarakat Dusun Kadipiro mayoritas penganut agama
Islam, beberapa warga ada yang menganut agama lain. Agama
yang dianut oleh masyarakat Dusun Kadipiro adalah sebagai
berikut :
32
Tabel2
Data Pemeluk Agama
No
RT
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Jumlah
1
01
216
42
5
9
272
2
02
101
16
2
119
3
03
182
22
4
04
84
5
05
122
4
5
4
JUMLAH
705
81
14
15
4
205
84
135
Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah
c. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian penduduk Dusun Kadipiro,
sebagian besar adalah karyawan swasta.Karena di dekat dusun
tersebut terdapat pabrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut ini:
33
Tabel 3
Data Mata Pencaharian Penduduk
No
Pekerjaan
LK
PR
Jumlah
78
85
163
109
109
1
Belum/Tidak Bekerja
2
Mengurus Rumah Tangga
3
Pelajar/Mahasiswa
58
68
126
4
Pensiunan
2
1
3
5
Pegawai Negeri Sipil
7
2
9
Tentara Nasional
6
Indonesia
4
4
7
Perdagangan
1
1
2
8
Petani/Pekebun
25
21
46
9
Karyawan Swasta
116
65
181
10
Karyawan BUMN
1
11
Buruh Harian Lepas
41
12
1
46
87
Guru
1
1
13
Bidan
1
1
14
Perangkat Desa
1
15
Wiraswasta
53
28
81
JUMLAH
387
428
815
Sumber: Data Demografi Desa Karangtengah
34
1
3. Keadaan Sosial Budaya
Pola sosial yang sekarang berkembang di wilayah Dusun Kadipiro
adalah kehidupan masyarakat pedesaan.Artinya, budaya dan nilai-nilai
tradisi masih terjaga.Masyarakat di Dusun Kadipiro memiliki sifat
bergotong-royong yang tinggi. Sifat seperti ini, merupakan peran serta
masyarakat dalam pembangunan sehingga hal ini sebagai modal yang
besar bagi efisiensi dan produktivitas yang lebih terarah dan terencana
untuk bersama-sama dalam pelaksanaan pembangunan di segala
bidang di wilayah Dusun Kadipiro.
Aspek pemberdayaan mayarakat khususnya masyarakat lokal harus
menjadi prioritas dalam pengembangan sosial budaya masyarakat.
Proses pemberdayaan masyarakat yang utama adalah mengembangkan
dan mempertahankan sikap parsitipatif masyarakat dalam proses
pembangunan.
4. Kegiatan Keagamaan Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Dusun Kadipiro beragama Islam.
Sehingga ada banyak kegiatan yang dilaksanakan disisni (Sumber:
Data Masyarakat Dusun Kadipiro). Kegiatan tersebut adalah:
a. Kegiatan Yasinan (pembacaan Surat Yasiin dan tahlil) setiap
hari Kamis atau malam Jum‟at
Kegiatan ini dihadiri oleh para Bapak dan ibu.Tempat
pelaksanaan kegiatan ini di rumah warga secara bergiliran.
b. Kegiatan Yasinan Remaja Masjid
35
Selain Kegiatan para Bapak dan Ibu, Remaja Masjid juga
melaksanakan Kefiatan membaca QS.Yasiin dan tahlil.Bedanya
untuk tempat biasanya Remaja Masjid lebih memilih di masjid.
Hal ini dikarenakan para remaja tidak ingin merepotkan tuan
rumah dengan menyiapkan hidangan dan jamuan bagi mereka.
c. Kegiatan Mujahadah
Kegiatan mujahadah ini diikuti oleh para orangtua terdiri
dari bapak-bapak dan ibu-ibu.Kegiatan ini dilaksanakan pada
hari Kamis yaitu malam Jum‟at Kliwon dan bertempat di
masjid.Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 20.00 – 11.30
WIB.
d. Fatayat Ibu-ibu
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi
dan diikuti oleh ibu-ibu. Biasanya bertempat dari satu dusun ke
dusun lain, karena fatayat ini merupakan kegiatan dalam
lingkup Desa.
e. Pengajian pada peringatan hari tertentu
Biasanya di Dusun ini rutin dilaksanakan baik pengajian
lingkup Dusun maupun pengajian akbar untuk memperingati
hari-hari tertentu. Misalnya isra‟ mi‟raj, Maulud Nabi dan lainlain.
f. Kegiatan TPA
Bagi anak-anak yang duduk di SD-SMP, mereka di beri
tambahan pelajaran mengenai agama Islam di TPA setiap sore
36
hari.Pelaksanaannya dari hari Senin - Jum‟at, di Masjid. Di sini
mereka belajar membaca iqra dan Al-Qur‟an, menghafal
bacaan shalat dan doa sehari-hari, belajar ilmu tajwid dan
mendengarkan kisah-kisah teladan dari 25 Nabi.
g. Shalawatan
Setiap hari Senin malam, para remaja masjid membaca
shalawat di masjid bersama-sama dan kegiatan ini dilaksanakan
di masjid.
B. Temuan Penelitian
1. Sejarah Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro
Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro merupakan tradisi yang turuntemurun yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. 1Tradisi
Brokohan sudah ada sejak dahulu dan dilaksanakan pada saat bayi
telah lahir yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada
Allah SWT karena bayi dan ibu selamat.Bersyukur artinya
mengucapkan terima kasih (syukur) kepada Allah SWT atas nikmat
yang diterima.
Tradisi brokohan merupakan tradisi yang tidak diketahui kapan
pastinya tradisi ini dimulai.2Masyarakat Jawa terkenal dengan
keteguhannya dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi nenek
moyangnya. Setelah Islam masuk, para ulama seperti walisongo
memodifikasi kebudayaan yang berbau mistik dengan tradisi yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tradisi Jawa mengenai kelahiran
1
2
Wawancara dengan ibu Turmiyati pada hari senin, 8 Juni 2015 Pukul 19.30 WIB
Wawancara dengan Bapak Karmin Sahri pada hari Selasa, 9 Juni 2015 Pukul 13.00WIB
37
seorang anak misalnya, sebenarnya sudah berlangsung sejak lama.Lalu
oleh walisongo diubahlah kebiasaan tersebut menjadi sebuah tradisi
yang Islami.Brokohan artinya meminta doa dan keberkahan.
Maksudnya
ialah
(mengebumikan)
serangkaian
ari-ari,
acara
slametan
mulai
dan
dari
mendhem
peletakan
nasi
slametanbrokohanke tempat ari-ari ditanam.
Pelaksanaan tradisi Brokohan sudah menjadi tradisi yang
dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim, sebab asal-usul tradisi ini
sebenarnya meniru kebiasaan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Sebagaimana acara “Brokohan” setiap bayi yang baru lahir
kemudian oleh Rasulullah SAW didoakan.Doa merupakan salah satu
komponen paling penting dalam Islam dan sebagai perisai orang-orang
mukmin. Tak terkecuali bagi sang bayi, sangat dianjurkan untuk
didoakan agar ia memperoleh kebaikan dalam beragama Islam dan
kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya.
Istri Rasulullah SAW, Aisyah r.a. menuturkan: “Setiap bayi
yang dihadapkan kepada Rasulullah SAW, maka beliau menyuapinya
dengan kurma yang sudah dikunyah, dan mendoakannya dengan
keberkahan” (HR. Abu Daud).
Pelaksanaan Tradisi Brokohan di dusun Kadipro didasari
dengan nilai-nilai agama yang kuat, karena disamping mmelaksanakan
sunnah dari Nabi Muhammad SAW, dalam pelaksanaan tradisi
38
Brokohan ini juga membaca ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan doa-doa
lainnya.3
2. Waktu Pelaksanaan Tradisi Brokohan
Pelaksanaan tradisibrokohan yaitu pada sore hari setelah bayi
lahir.Begitu bayi sudah dibawa pulang dari bidan atau rumah
sakit.Prosesi brokohan ini dilakukan saat bayi berusia satu hari.4Tetapi
jika bayi lahir pada pagi hari maka pelaksanaan tradisi ini dimulai saat
itu juga sampai siang hari.Waktu pelaksanannya berdasarkan waktu
kelahiran bayi tersebut.
3. Prosesi Tradisi Brokohan
Adapun serangkaian prosesi atau tahapan dalam pelaksanaan
tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
a. Mendhem(Mengebumikan) Ari-ari
Dalam tradisi Islam, semua yang termasuk bagian tubuh
manusia dianjurkan untuk dikubur atau dikebumikan. Masyarakat
muslim Jawa meyakini bahwa tradisi mendhem ari-ari termasuk
salah satu hal yang patut diutamakan. Sebab, mengebumikan ari-ari
dapat disamakan dengan mengubur orang yang meninggal.
Dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sajian yang
harus disediakan. Sajian untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan
tidak sama. Untuk bayi laki-laki sajian yang digunakan adalah
ayam betina yang belum pernah kawin, sedangkan untuk bayi
3
4
Wawancara dengan Ibu Sunarti pada hari Selasa, 9 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB
Wawancara dengan Bapak Deni Hariyanto ada hari Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
39
perempuan sajiannya adalah ayam jantan yang belum pernah
kawin.
Perlengkapan yang harus disediakan dalam pelaksanaan
mendhem ari-ari adalah5:
1. Bunga 7 rupa atau kembang setaman
2. Minyak wangi (baru)
3. Kunyit
4. Garam (sebaiknya yang sudah mempasir)
5. Benang putih dan jarum jahit (benang sebaiknya satu
gulung)
6. Kemiri, ikan asin
7. Sirih yang digulung dan diikat dengan benang
8. Uang logam recehan (beberapa keping)
9. Alat tulis (buku dan pensil)
10. Kertas (bertuliskan nama bayi, Tanggal lahir, Nama
orangtua, Asmaul Husna dam Ayat Kursi)
Setelah ari-ari dicuci bersih, kemudian ari-ari dibungkus
dengan kain putih dan dimasukkan ke dalam kendil yang terbuat
dari tanah liat yang ada atau mempunyai tutup.Setelah ari-ari
dimasukkan ke dalam kendil kemudian dimasukkan semua
peralatan tadi.Setelah itu kendil yang terbungkus kain putih
ditanam di halaman ataudi dalam rumah dengan kedalaman
secukupnya agar tidak dibongkar anjing atau kucing.Untuk
5
Wawancara dengan Ibu Darti pada hari Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
40
menghindari gangguan dari binatang tersebut maka sebaiknya
tempat tersebut diberi pagar.Selama 40 hari tempat ditanamnya ariari tersebut diberi lampu (jaman dahulu menggunakan lampu
teplok) agar terang.
Biasanya yang menanam ari-ari adalah dukun bayi, jika
tidak boleh dilakukan oleh ayah dari bayi tersebut.Setelah ari-ari
ditanam kemudian dilanjutkan dengan membaca Al Fatihah,
QS.An-nas, Qs. Al Falaq dan QS.Al-Ikhlas.
b. Slametan Brokohan
Slametanbrokohan biasanya dihadiri oleh Pemuka Agama
sebagai pemimpin doa, dukun bayi, tetangga sekitar khususnya ibuibu dan sanak saudara. Dalam slametan brokohan ini makanan
yang biasanya disajikan adalah:6
1) Jenang merah-putih
Jenang disini diartikan sebagai bubur.Warna merah putih
memiliki arti agar anak ini kelak selalu ingat dan hormat
kepada kedua orangtuanya.
2) Nasi ambeng
Nasi ambeng adalah berupa nasi putih yang diletakkan di atas
tampah dan diberi lauk pauk di sekelilingnya. Lauk pauk dapat
berupa perkedel, ikan asin, urap, telur rebus dan tempe goreng.
3) Jajan pasar
6
Wawancara dengan Ibu Siti Kholifatun pada hari Kamis, 11 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
41
Jajan Pasar disini diartikan seperti kue-kue manis dan makanan
ringan lainnya yang dibeli di pasar.
4) Ingkung
Ingkung adalah satu ekor ayam jantan jawa utuh yang dimasak.
Sedangkan untuk perlengkapannya yaitu:
1) Kembang brokohan
Bunga ini biasanya banyak dijual di pasar.Dan terdiri dari
bberapa macam jenis bunga.
2) daun sirih
3) kinang dan gambir
Padaprinsipnya bentuk sajian dan perlengkapan disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing.Slametan ini biasanya dimulai
dengan membaca doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Doa yang
biasanya diucapkan dalamslametan brokohan yaitu:7
1) QS. Al-Fatihah
2) QS. Al-Insyiroh
3) QS. Al Qadr
4) Doa Keselamatan
5) Shalawat Nabi
Setalah itu dilanjutkan dengan makan bersama hidangan
yang telah didoakan dan disediakan oleh tuan rumah. Jika
memungkinkan biasanya tuan rumah juga menyiapkan hidangan
yang akan dibawa pulang para tamu dengan memasukkan hidangan
7
Wawancara dengan Bapak Mahmudi pada hari Kamis, 11 Juni 2015 Pukul 20.00 WIB
42
ke dalam besek.Besek yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan
bambu.
C. Peletakan Nasi Brokohan
Setelah Slametan brokohan selesai, nasi brokohan dan kembang
brokohan yang telah didoakan bersama-sama diletakkan di atas daun
pisang dan dibagi menjadi 3 bagian8:
1. Bagian pertama diletakkan di bawah tempat tidur sang bayi dan si ibu
baru.
2. Bagian kedua diletakkan di tempat pencucian ari-ari sang bayi.
3. Bagian ketiga diletakkan di tempat ari-ari di tanam.
Hal ini dilakukan karena ketiga rangkaian prosesi brokohantersebut
saling berkaitan satu sama lain.Biasanya sajian atau perlengkapan yang
digunakan di dalam selamatan brokohan terbagi menjadi 2, yaitu kalangan
biasa
dan
kalangan
menengah
ke
atas.
Untuk
kalangan
biasaperlengkapannya seperti yang telah disebutkan di atas, sedangkan
untuk kalangan atas selain perlengkapan tersebut di tambahkan pula
perlengkapan sebagai berikut9:
1. Kelapa
Warna putih dari kelapa diyakini sebagai “sperma” atau benih laki-laki
dari bapak.
2. Gula Jawa
Gula Jawa berwarna merah, diyakini sebagai “sel telur” yaitu benih
perempuan dari ibu.
8
9
Wawancara dengan Ibu Sulimah pada hari Jum’at, 12 Juni 2015 pukul 13.00 WIB
Wawancara dengan Ibu Ratni pada hari Sabtu, 13 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
43
3. Dawet
Makna dari dawet yaitu, santan (sperma Ayah), gula jawa (sel telur
ibu) dan cendol (butir-butir kehidupan).
4. Telur Bebek
Makna dari penggunaan telur bebek adalah, kulit telur bebek berwarna
biru. Sehingga telur bebek menggambarkan langit biru atau kuasa dari
langit.
Melalui sajian dan perlengkapan yang digunakan dalam slametan
brokohantersebut, seluruh orang yang hadir ingin mengungkapkan rasa
syukur atas kelahiran bayi dan menganggap bahwa Allah telah
merestui pasangan suami istri untuk memiliki keturunan.Tradisi
Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah hanya dilaksanakan
oleh masyarakat yang beragama Islam. Hal ini dikarenakan Tradisi
Brokohan merupakan kebiasaan
yang dicontohkan oleh Rasululah
SAW. Selain itu pada saat pelaksanaannya, di dalamnya terdapat
pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan dipimpin oleh pemuka agama
secara langsung.10
10
Wawancara dengan Ibu Sarwiyani pada hari Minggu, 14 Juni 2015 Pukul 18.30 WIB
44
BAB IV
TRADISI BROKOHAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
Masyarakat Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan
Tuntang KabupatenSemarang merupakan daerah yang masih kental
dengan tradisinya.Bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara dan
tradisi, baik yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia maupun yang
berkaitan
dengan
aktivitas
kehidupan
(Jamil,
2002:131).Upacara
tradisional adat Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman hidup lahir
batin.Dengan mengadakan upacara tradisional, masyarakat memenuhi
kebutuhan spiritualnya. Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam
rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang
tidak dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
Dalam
berbagai
kesempatan,
upacara
tradisional
memang
dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang.Mereka melakukan ritual
ini dengan dipimpin oleh sesepuh dan pinisepuh masyarakat.Upacara
tradisional juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Jawa
mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara
ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal (Purwadi,
2005:5). Pergantian waktu dan perubahan fase kehidupan merupakan saatsaat yang perlu dicermati.Untuk itu mereka mengadakan “upacara
peralihan” yang berupa slametan, makan bersama (kenduri) dan
45
sebagainya (Koentjaraningrat, 1982:243).Upacara-upacara ini menekankan
kesinambungan dan identitas yang mendasari semua segi kehidupan dan
transisi serta fase-fase khusus yang dilewatinya (Geertz, 1981:48).Salah
satu tradisi yang berkaitan dengan siklus kehidupan yaitu kelahiran dan
masih dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kadipiro adalah tradisi
Brokohan.Tradisi Brokohan adalah warisan nenek moyang secara turuntemurun dan merupakan satu dari banyak tradisi yang harus dilestarikan.
Pada bab ini akan diuraikan lebih jelas mengenai ritual dalam tradisi
brokohan dan nilai-nilai pendidikan Islam yang ada di dalamnya.
B. Tradisi Brokohan: Ritual Kolektif
Tradisi Brokohanmerupakan salah satu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
(Koentjaraningrat, 1984:5).Dalam kepercayaan lama, tradisi brokohan ini
dilakukan dengan mengadakan sesaji, tentu dengan hal tersebut diharapkan
orang yang melaksanakan tradisi ini senantiasa dalam keadaan
selamat.Tradisi brokohan merupakan salah satu bentuk ritual kolektif
karena dilakukan oleh banyak orang.Masyarakat dari berbagai kalangan
turut berpartisipasi dalam setiap ritual dan berperan penting demi
pelaksanaan acara ini.Tradisi Brokohan termasuk dalam ritual yang
didefinisikan oleh Winnick dalam Syam (2005:17) yaitu “seperangkat
tindakan yang selalu melibatkan agama, yang dimantapkan melaui tradisi
dan bersifat keseharian”.
Untuk itu mereka mengadakan “upacara peralihan” yang berupa
slametan, makan bersama (kenduri) dan sebagainya (Koentjaraningrat,
46
1982:243).Upacara
peralihan
(ritesof
passage)
orang
Jawa
menggambarkannya sebagai sebuah busur, mulai dari gerak-gerik isyarat
kecil tak teratur yang melingkungi kelahiran, sampai kepada pesta dan
hiburan besar yang diatur rapi pada khitanan dan perkawinan dan akhirnya
upacara-upaca kematian yang hening dan mencekam perasaan. Tradisi
Brokohan termasuk Ritualyang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan,
yaitu kelahiran.( Geertz, 1981:38).
C. Ritual Dalam Tradisi Brokohan
Tradisi brokohan yang terdiri dari beberapa ritual dan dilaksanakan
di Dusun Kadipiro menggambarkan ciri-ciri yang mirip dengan daerah
lainnya di Jawa. Ada slametan, ada sesaji, sambutan (yang disampaikan
oleh yang mewakili tuan rumah, bukan tuan rumah sendiri sebagaimana
ditemukan di daerah lain), dan doa-doa (Beatty, 2001:42). Di dalam tradisi
Brokohan terdapat tiga ritual, yaitu ritual mendhem (mengebumikan) ariari, ritual slametan brokohan dan ritual peletakan nasi brokohan .
1. Mendhem (Mengebumikan) Ari-ari
Ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari biasanya dilaksanakan
segera setelah bayi dilahirkan.Walaupun bayi dan ibu baru masih
berada di rumahsakit atau bidan, tali pusar dan tembuni dibawa pulang
oleh kerabat dan ayah kandung si bayi. Sesampainya di rumah ari-ari
tersebut dicuci dan ayah sang bayi bertugas menggali lubang untuk
mengebumikan ari-ari tersebut. Perlengkapan yang menunjang
terlaksananya ritual ini disiapkan langsung oleh dukun bayi.
47
Ritual mendhem(mengebumikan) ari-ari ini merupakan perkara
yang serius.Tali pusar dan tembuni yang keluar dianggap sebagai adik
spiritual sang bayi sedangkan air ketuban yang mendahuluinya
(terpancar ke atas) dianggap sebagai abang spiritualnya. Selama tiga
puluh lima hari pertama mereka ini tinggal di dekat sang bayi untuk
melindunginya dari penyakit, yang pertama penyakit dari bumi, sedang
yang kedua penyakit yang datang dari langit( Geertz, 1981:59). Jika
bayi itu laki-laki, tali pusar dan tembuni dikubur di depan rumah, jika
perempuan dikubur di belakang rumah. Sebuah lampu kecil digantung
dan dibiarkan menyala disana selama tiga puluh lima sampai empat
puluh hari untuk mencegah gangguan roh-roh jahat.
2. Ritual Slametan Brokohan
Setelah ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari selesai, kemudian
dilanjutkan dengan ritual slametan brokohan. Di sekitar kelahiran
terdapat empat slametan utama dan berbagai slametan kecil, yaitu
tingkeban (slametan pada bulan ketujuh kehamilan), slametan
brokohan( pada kelahiran bayi itu sendiri), slametan pasaran( lima
hari setelah kelahiran), slametan pitonan (tujuh bulan setelah
kelahiran). Ritual slametan kelahiran waktunya ditetapkan menurut
peristiwa kelahiran tersebut( Geertz, 1981:38). Jika bayi lahir pada
waktu
siang
hari,
maka
ritual
ini
dilaksanakan
setelah
maghrib.Slametanbrokohan ini dihadiri oleh kaum wanita (tetangga
sekitar), sanak saudara dan pemuka agama. Penyelenggaraan slametan
48
memiliki
kegunaan
yang
lebih
luas.
Antara
lain,
slametan
meningkatkan rukun di antara peserta ritual (Geertz, 1960:66).
Rukun yang berarti harmoni sosial maupun pembentukan harmoni
itu merupakan nilai sosial yang penting dalam kehidupan desa.Dalam
slametan,
rukun
ditingkatkan
melalui
berbagai
sarana
yaitu
keikutsertaan dalam acara.Partisipasi bermakna “ikut merasakan
bersama” kesenangan pada saat itu, bantuan biaya dan tenaga dalam
pelaksanaan ritual slametan.
a. Pola Slametan
Semua wanita yang diundang adalah tetangga-tetangga dekat,
karena dalam slametan ini tuan rumah mengundang semua yang
tinggal paling dekat dengan rumahnya. Dasar penentuan jarak
(dekat dari rumah ke segala arah) , keluarga atau bukan, teman atau
bukan semua yang tinggal di situ harus datang. Mereka diundang
oleh utusan tuan rumah (seringkali anaknya sendiri) dalam waktu
lima atau sepuluh menit sebelum slametan dimulai, dan harus
segera datang serta membatalkan apa saja yang sedang mereka
lakukan. Begitu tiba, setiap tamu yang hadir duduk melingkar
diatas
tikar yang telah disiapkan. Di tengah tikar tesebut
diletakkan
hidangan
beserta
seluruh
bahan
upacara
atau
perlengkapan yang dibutuhkan.Bila semua undangan sudah hadir
dan sekeliling tikar sudah penuh maka acara tersebut segera
dimulai.Di dalam ritual ini yang pokok adalah pembacaan doa
(donga) yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki
49
pengetahuan tentang Islam, apakah modin atau kiai (Jamil,
2002:131).Doa tersebut bertujuan untuk mendoakan sang bayi dan
memanjatkan syukur kepada Allah Swt.
Pertama, pemuka agama mengantarkan maksud dan tujuan
upacara sesuai dengan pesan yang punya hajat atau sahibul hajat
yaitu pelaksanaan slametanbrokohan ini bertujuan untuk bersyukur
kepada Allah Swt karena kelahiran selamat dan menyambut
kehadiran keluarga baru. Dilanjutkan dengan membaca surat AlFatihah sebanyak tiga kali, surat Al-Insyroh tiga kali,Surat Al-Qadr
tiga kali, dan doa keselamatan. Acara dilanjutkan dengan bacaan
barzanji. Pemimpin doa dengan caranya yang khas membaca
shalawatan. Acara ini ditutup dengan doa yang dipimpin oleh
pemimpin doa (Mbah Modin). Salah satuciri slametan yang
menonjol dalam kajian antropologi adalah bagian doa dalam
bahasa Arab yang tidak dimengerti, sehingga para tamu yang
diundang hanya mengucapkan “Amin” di setiap doa.Karena
sakralnya ritual ini, para tamu yang terdiri dari tetangga dan
keluarga dekat harus melakukannya dengan khusyuk dan khidmad.
Di kalangan muslim yang taat beragama, ritual ini diisi dengan
pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dan Shalawat Nabi. Tapi di
kalangan masyarakat yang kurang taat dalam beragama, acara ini
digunakan sebagai alasan untuk mengadakan lek-lekan dan keplek
sampai pagi (Jamil, 2002:105).Setelah selesai, acara makan
dimulai,
setip
orang
mengambil
50
sendiri
makanan
dari
tempatnya.Tuan rumah berdiri, menyuruh hadirin mencicipi semua
hidangan. Ia sendiri tidak makan, karena ini slametan untuk istri
dan anaknya yang baru lahir.Selain itu, terdapat seperangkat
makanan yang dihidangkan bagi para peserta ritual ini, serta
makanan yang dibagikan kepada hadirin yang datang secara
merata, dan dimasukkan ke dalam tas kresek yang berisi
berkatyang berarti rahmat , suatu kata yang berasal dari bahasa
Arab, Baraka (Beatty, 2001:46) untuk dibawa pulang ke rumah
masing-masing. Sebagai pertanda akan pulang maka mbah Modin
mengucapkan bacaan Allahumma Shalli’ala SayyidinaMuhammad
(semoga
Allah
memberikan
keselamatan
pada
baginda
Muhammad). Sembari bersalaman dengan tuan rumah, merka
mengatakan kabulo khajate (semoga hajatnya terlaksana). Mbah
Modin pulang paling belakang. Dengan penuh kesungguhan tuan
rumah pun mengatakan matur nuwun rawuhipun (terima kasih atas
kehadirannya). Setelah itu, upacara pun selesai.
b. Makna Simbolisme
Dalam bentuknya yang khas, makanan inti atau sesaji
dalam tradisi brokohanadalah nasi ambeng, ingkung dan ditambah
ubarampe(peralatan upacara) yang lain. Macam-macam hidangan
yang disajikan dalam ritual slametan tergantung pada jenis dan
tujuan slametan itu sendiri.Seringkali ada sebuah kerucut yang
terbuat dari nasi yang ditempatkan pada sebuah tampah
bambu.Contoh
singkat
yang berkaitan
51
dengan
simbolisme
berkenaan dengan gagasan dan penerjemahan simbol-simbol
slametan salah satunya adalah sajian yang digunakan dalam ritual
slametan brokohan yaitu kelapa yang berwarna putih diyakini
sebagai unsur laki-laki, gula jawa berwarna merah yang diyakini
sebagai unsur perempuan (Khalil, 2008:280).Jumlah undangan
yang
mengikuti
slametan
brokohan
disesuaikan
dengan
kesanggupan tuan rumah dalam menyediakan makanan dan tingkat
pentingnya slametan tersebut.
3. Peletakan Nasi Brokohan
Ritual selanjutnya adalah peletakan nasi brokohan.Yang bertugas
melaksanakan ritual ini adalah dukun bayi, sehingga tidak memerlukan
bantuan orang banyak.Nasi brokohan ini terdiri dari nasi beserta laukpauk, beralaskan daun pisang dan terdapat kembang brokohan di
atasnya.Sebelum peletakkan, nasi brokohan ini telah didoakan
bersama-sama terlebih dahulu.Tempat-tempat yang diberi nasi
brokohan juga memiliki alasan tersendiri menurut kepercayaan
masyarakat Dusun Kadipiro.Tempat tidur bayi dan ibunya diberikan
nasi brokohan yang telah didoakan agar bayi tersebut terhindar dari
segala macam gangguan. Tempat pencucian ari-ari agar tempat
tersebut tidak dimasuki roh jahat dan tempat ditanamnya ari-ari agar
tidak diganggu oleh binatang seperti anjing dan kucing Dengan pola
ritual seperti ini, nilai-nilai Pendidikan Islam ada dalam pelaksanaan
tradisi Brokohan.
52
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan
Nilai- nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Brokohan
di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang, yaitu:
1. Nilai Aqidah
Nilai aqidah merupakan pokok atau dasar-dasar manusia dalam
hidup di dunia.Iman memiliki arti keyakinan bahwa Allah SWT
yang berkuasa atas segala sesuatu.Sebagaimana dalam pelaksanaan
tradisi Brokohan memiliki tahapan acara yang bernuansa
Islami.Pada acara pembukaan, pembawa acara mengawalinya
dengan pembacaan basmalah bersama-sama yang bertujuan agar
prosesi ritual dapat berjalan lancar.
Masyarakat Dusun Kadipiro yang sampai saat ini masih
melaksanakan tradisi brokohan berkeyakinan bahwa di dalam
tradisi ini banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya, seperti
nilai aqidah yang diwujudkan masyarakat dengan enam rukun
iman. Penerapan rukun iman dalam nilai aqidah tersebut adalah:
a. Iman Kepada Allah
Menanamkan keyakinan kepada orangtua baru pada
khususnya dan masyarakat Dusun Kadipiro pada umumnya
bahwa yang memberikan rezeki yaitu keturunan baru adalah
Allah SWT dan merupakan nilai aqidah dalam tradisi
Brokohan. Masyarakat meyakini bahwa tradisi Brokohan
merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa yang memberikan
53
keselamatan dalam proses kelahiran sehingga bayi dan ibunya
selamat adalah Allah SWT.Islam telah menganjurkan kepada
umat manusia untuk berdoa kepada Allah SWT ketika ingin
meminta sesuatu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
yang terdapat dalam surat Al-Mu‟min ayat 60,
         
    
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya
akan
Kuperkenankan
bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Kuakan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina".
b. Iman Kepada Rasul
Tradisi brokohan juga merupakan kebiasaan yang telah
dilakukan dan diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Sehingga
tradisi ini merupakan sunnah rasul yang lebih utama
dilaksanakan.
ُ ‫ُٔ ِندَ ِني‬
َّ ‫صهَّى‬
ُِ‫س ًَّا‬
َ ُ ‫اَّلل‬
َ َ‫سهَّ َى ف‬
َ َٔ ِّ ‫عهَ ْي‬
َ ‫ي‬
َّ ِ‫غ ََل ٌو فَأَحَيْجُ بِ ِّ انَُّب‬
‫عا نَّ ُ ِب ْانبَ َر َك ِت‬
َ َ‫يى فَ َحَُّ َكُّ ِبخ َ ًْ َرةٍ َٔد‬
َ ِْ ‫ِإب َْرا‬
Artinya:
“Anakku telah lahir, maka aku bawa kepada Nabi saw.
Maka beliau memberinama kepadanya dengan nama
Ibrahim, lalu diusap langit-langit mulutnya dengan kurma
dan dido‟akan dengan barakah. (HR. Bukhari dari Abu
Musa r.a.)
2. Nilai Ibadah
54
Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah yang
harus taat, tunduk dan patuh kepada Allah.Kataatan, ketundukan
dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan
ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariat Islam.
Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara total kepada Allah
sebagai pengakuan akankelemahan dan keterbatasan manusia di
hadapan Allah. Secara umum Ibadah berarti mencakup semua
perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan
ketentuan Allah SWT.
Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu ibadah mahdhah dan ibadah
ghairu mahdhah.Ibadah mahdhah atau yang bersifat khusus
merupakan ibadah yang ditentukan syariat, contohnya wudhu,
shalat, puasa dan sebagainya.Sedangkan ibadah ghairu mahdhah
merupakan ibadah yang bersifat umum. Dengan kata lain semua
amalan yang ditujukan kepada Allah SWT juga disebut dengan
ibadah mahdhah. Contohnya bersyukur, tolong-menolong dan lainlain.Dalam perspektif Islam, membagi-bagikan makanan seperti
acara kenduri dan slametan dan termasuk tradisi brokohan
tergolong dalam sedekah.
Pelaksanaan tradisi brokohan merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan kualitas beribadah masyarakat, karena pada
dasarnya dalam pelaksanaan tradisi brokohanini masyarakat
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan membaca shalawat
Nabi. Lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an dan shalawat Nabi tersebut
55
sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, dan mendoakan agar
bayi
yang
baru
lahir
kelak
menjadi
anak
yang
berguna.Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.AdzDzariyat ayat 56.
      
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
3. Nilai Amaliah
Dalam pelaksanaan tradisi brokohan, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah.Untuk keluarga
yang sedang berbahagia karena kehadiran anggota keluarga baru,
mereka menyediakan makanan untuk sajian brokohan seperti nasi
ambeng, jenang merah putih, jajan pasar dan ingkung.
Mereka juga menyediakan nasi yang ditempatkan ke dalam
besek untuk dibagikan kepada orang-orang yang hadir dengan
ikhlas sebagai ungkapan terima kasih atas doa yang diberikan
untuk si bayi. Untuk masyarakat dan tetangga sekitar mereka telah
ikhlas mendoakan dan membantu menyiapkan hidangan dan
perlengkapan untuk keperluan tradisi brokohan tersebut. Apabila
seseorang
mengeluarkan
shadaqah
yang
dilandasi
dengan
keikhlasan maka Allah SWT akan melipat gandakan rezekinya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 261
56
              
           
Artinya:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki.dan Allah Maha
luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
4. Nilai Ukhuwah Islamiyah
Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi Brokohan, tentunya
melibatkan banyak orang dan di dalamnya terjadi interaksi antar
individu .Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa
persatuan seluruh individu yang terlibat.Menjadikan masyarakat
Dusun
Kadipiro
bahagia.Masyarakat
sesantiasa
ikut
hidup
terlibat
rukun,
mulai
tentram
dari
dan
persiapan
perlengkapan, mempersiapkan hidangan sampai pada tahap
pelaksanaan tradisi tersebut.Silaturahmi yang begitu erat dapat
terlihat saat acara selesai, orang-orang masih sibuk membersihkan
tempat acara, perlengkapan yang dipakai dan sebagainya.
5. Nilai Dakwah
Dalam pelaksanaan tradisi ini, dihadiri oleh sanak saudara,
pemuka agama, dukun bayi dan ibu-ibu yang merupakan tetangga
sekitar.Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut
serta.Sehingga secara tidak langsung tradisi brokohan ini
menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
57
termasuk anak-anak. Menjadikan
tradisi brokohan tersebut
mereka mengetahui bahwa
mengandung nilai-nilai pendidikan
Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Fushshilat ayat
33.
             
Artinya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (QS. Fushshilat ayat 33).
E. Kesimpulan
Ketika Islam datang tradisiBrokohan merupakan salah satu tradisi
yangtetap dilaksanakan, salah satunya adalah di Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.Hanya isinya
diubah sesuai dengan unsur-unsur dari ajaran Islam.Maka terjadilah
Islamisasi
Jawa
(keyakinan
dan
budaya
Jawa)
(Jamil,
2002:104).Pendekatan terhadap Islam Jawa menurut Roibin (2009:145)
dibagi menjadi dua bagian pertama, Islam dan Jawa dipahami sebagai dua
kekuatan yang saling berhadapan.Kedua, Islam dan Jawa dipahami sebagai
sinkretis, yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa berkembang secara
bersama-sama, saling mengisi dan memaknai.Antara ajaran dan tradisi
lokal saling menyapa. Model kedua inilah menurut Woodward sebagai
masa depan agama, karena dianggap sebagai agama yang kreatif dan
dinamis. Hubungan antara budaya Jawa dengan Islam dalam aspek
kepercayaan dan ritual menunjukkan secara jelas baik secara langsung
maupun tidak langsung dan memang telah terjadi sebagai suatu upaya
58
untuk mengakomodasikan nilai-nilai pendidikan Islam dengan budaya
Jawa. Salah satunya melalui tradisi brokohan yang di didalamnya memuat
ritual-ritual dengan warna Islami.Upaya ini masih terus berproses sampai
saat ini.Sebagian dari nilai pendidikan Islam telah menjadi bagian dari
budaya Jawa.
59
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro
Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, berkaitan dengan
kepercayaan dan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat.
Sebagaimana telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan fokus
masalah, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
A. Kesimpulan
1. Sejarah tradisi Brokohan adalah tradisi turun temurun dan sudah ada
sejak dahulu. Tradisi Brokohan ini bertujuan untuk menyambut
kelahiran bayi dan mensyukuri karunia Allah SWT karena kelahiran
tersebut selamat. Tradisi ini adalah meniru kebiasaan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
2. Dalam prosesi tradisi Brokohan banyak ritual yang dijalankan, yaitu
ritual mendhem (mengebumikan) ari-ari, ritual slametan Brokohan dan
ritual peletakan nasi brokohan. Dalam setiap pelaksanaannya, ritual
tersebut memiliki tatacara masing-masing meliputi makna dan
perlengkapan yang harus dipersiapkan.
3. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalamtradisi Brokohan
adalah sebagai berikut:
a. Nilai Aqidah, yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa yang
memberikan segala nikmat hanyalah Allah SWT dan tidak ada
60
yang lain, dan tradisi ini merupakan ajaran Rasulullah SAW yang
harus diterapkan dalam kehidupan.
b. Nilai Ibadah, yaitu dalam pelaksanaan tradisi brokohan terdapat
pembacaan ayat suci Al-Qur‟an dan shalawat Nabi yang dapat
meningkatkan kualitas beribadah masyarakat.
c. Nilai Amaliah, tradisi Brokohan merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah, baik tuan
rumah maupun masyarakat
yang turut hadir dan berpartisipasi
dalam acara tersebut.
d. Nilai Ukhuwah Islamiyah, partisipasi masyarakat yang berbaur
menjadi satu mewujudkan rasa kebersamaan dan mempekuat tali
silaturahmi antar umat beragama.
e. Nilai Dakwah, pelaksanaan tradisi brokohan melibatkan banyak
orang sehingga secara tidak langsung tradisi ini menyampaikan
ajaran Islam dalam bentuk budaya kepada masyarakat yang hadir.
B. Saran
Pada akhir penulisan ini penulis berharap penelitian tentang nilainilai pendidikan Islam dalam tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro ini,
dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari
pembahasan topik masalah.Sehingga mendapat gambaran yang lengkap
mengenai ritual dalam tradisi Brokohan tersebut yang berupa upacara adat
turun temurun dari nenek moyang dalam skala yang lebih luas. Dari hasil
penelitian ini saya mengharapkan pada masyarakat Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah, agar tetap menjaga, melestarikan dan mempertahankan
61
tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai pendidikan
Islam dapat terus di lestarikan dari generasi ke generasi.
Sebagai generasi muda dan penerus berkepribadian muslim,
dengan sendirinya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab akan
kelangsungan agama, umat maupun masa depan bangsa, demi tegaknya
ajaran agama Islam.
62
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2015. Islam Abangan Dan Kehidupannya. Yogyakarta: DIPTA.
Al Qur’an Terjemah. 2007. Departemen Agama RI.
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama Di Jawa Suatu Pendekatan Antropologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamari, 1993. (online), (http://blogspot.co.id/ritual-dan-institusi Islam.html,
diakses 16 Mei 2015.
Geertz, Clifford. 1918. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.
Pustaka Jaya.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jamil, Abdul dkk. 2002. Islam Dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa.
Malang:UIN Malang Press
Kinasih, Retna Wahyu. 2013. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Upacaraupacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita di Dusun
Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang. Skripsi ridak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga.
Koentjaraningrat.1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia.
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta: LKIS.
63
Milles, Mattew B dkk.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT UI press.
Moleong, Lexy.J.1188. .Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Muhaimin & Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis
danKerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: PT Trigenda Karya.
Muhaimin. 2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Imam. 2005. Terjemahan Hadits Arba’in dan Maknanya. Solo: Smart
Media.
Pranoto, Tjaroko HP Teguh. 2009. Tata Upacara Adat Jawa. Yogyakarta: Kuntul
Press.
Prasetyawan, Widi Agung. 2010. Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Hindu:
Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam di Gununggangsir
Beji Pasuruan. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Ushuludin dan Filsafat:
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Purwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta:
Balai Pustaka.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roibin.2009. Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer. Malang:UINMalang Press.
Sarjono. 2005. Nilai-nilai Dasar Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam, Vol.
II (2):137.
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Alaska.
64
Sudaryono, Gaguk Margono, & Wardani Rahayu. 2013. Pengembangan
InstrumenPenelitian Pendidikan. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Sulaeman, Munandar. 1995. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT ERESCO.
Suprayoga, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.
Syukur, F dkk.1996. Formulasi Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Woodward, Mark. R. 1999. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan.
Yogyakarta: LKis.
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama
: Silvana Diah
Tempat/tanggal lahir
: Kabupaten Semarang, 20 juli 1992
Nim
: 111 11 200
Alamat
: Dusun Kadipiro RT/RW, 03/06, Desa
Karangtengah Kec. Tuntang, Kab. Semarang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan
:
1.
SDN Karangtengah 01
2.
SMPN 3 Tuntang
3.
SMK Negeri 1 Salatiga
4.
S1 Jurusan Tarbiyah PAI IAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya:
Penulis
Silvana Diah
Nim.11111200
NAMODEP WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
:………………………
Jenis Kelamin
:………………………
Waktu Pelaksanaan
:………………………
B. Panduan Wawancara
1. Bagaimana sejarah tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
2. Apa tujuan diadakan ritual tradisi brokohan di dusun Kadipiro?
3. Kapan tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dilaksanakan?
4. Siapa saja yang terlibat dalam Tradisi Brokohan?
5. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Brokohan yang ada di Dusun
Kadipiro?
6. Doa apa saja yang dibaca dalam ritual tradisi Brokohan di Dusun
Kadipiro?
7. Apa saja sesaji dan perlengkapan yang ada dalam tradisi Brokohan?
8. Adakah nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi
Brokohan di Dusun Kadipiro?
9. Apa pengaruh positif dari pelaksanaan tradisi brokohan?
10. Apakah hikmah dari adanya tradisi Brokohan bagi masyarakat Dusun
Kadipiro?
Keterangan:
X
: Peneliti
Y
: Responden
LESAH WAWANCARA
C. Identitas Responden
Nama
: Turmiyati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 8 Juni 2015, Pukul 19.30 WIB
D. lisaH Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Turmiyati, Tradisi Brokohan di
Dusun Kadipiro merupakan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek
moyang terdahulu. Tradisi Brokohan sudah ada sejak dahulu dan
dilaksanakan pada saat bayi telah lahir ke dunia yang bertujuan untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena bayi dan ibunya
selamat. Di dalam tradisi Brokohan ini terdapat tiga ritual yang harus
dilaksanakan dan berkaitan satu sama lain. Ritual tersebut yaitu ritual
mendhem (mengebumikan) ari-ari, ritual slametan brokohan dan ritual
peletakan nasi Brokohan. Dalam pelaksanannya biasanya orang-orang
yang terlibat adalah pemuka agama, dukun bayi,ibu-ibu yng merupakan
tetangga sekitar dan sanak saudara. Tradisi Brokohan memuat nilai
pendidikan Islam yang bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya adalah
meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, karena masyarakat yakin
bahwa yang memberikan segala nikmat adalah Allah SWT.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Karmin Sahri
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 9 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB
B. Hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Karmin Sahri,
menurut beliau tidak ada yang mengetahui kapan tradisi Brokohan
dimulai. Masyarakat Jawa termasuk salah satunya masyarakat Dusun
Kadipiro terkenal dengan keteguhannya dalam nenpertahankan dan
melestarikan tradisi peninggalan nenek moyangnya. Brokohan atau
Barokahan artinya meminta doa dan keberkahan. Meminta keberkahan
kepada Allah SWT agar anak yang baru lahir kelak menjadi anak yang
berguna. Pelaksanaan tradisi Brokohan sudah menjadi tradisi yang
dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim, sebab asal-usul tradisi ini
sebenarnya meniru kebiasaan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Masyarakat Jawa terkenal dengan keteguhannya dalam
mempertahankan dan melestarikan tradisi nenek moyangnya. Setelah
Islam masuk, para ulama seperti walisongo memodifikasi kebudayaan
yang berbau mistik dengan
tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Tradisi Jawa mengenai kelahiran seorang anak misalnya,
sebenarnya sudah berlangsung sejak lama.
Lalu oleh walisongo
diubahlah kebiasaan tersebut menjadi sebuah tradisi yang Islami.
Brokohan artinya meminta doa dan keberkahan. Maksudnya ialah
serangkaian acara mulai dari mendhem (mengebumikan) ari-ari,
slametan dan peletakan nasi slametan brokohan ke tempat ari-ari
ditanam.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Sunarti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 9 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB
B. Hasil Wawancara
Pelaksanaan Tradisi Brokohan di dusun Kadipiro didasari dengan nilainilai agama yang kuat, karena di samping melaksanakan sunah dari Nabi
Muhammad SAW, dalam tradisi Brokohan ini juga membaca ayat-ayat
suci Al-Qur‟an dan ayat-ayat lainnya. Pelaksanaan tradisi brokohan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas beribadah
masyarakat, karena pada dasarnya dalam pelaksanaan tradisi brokohan ini
masyarakat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan membaca shalawat
Nabi. Lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an dan shalawat Nabi tersebut sebagai
sarana beribadah kepada Allah SWT. Orang-orang yang terlibat dalam
prosesi brokohan yaitu Pemuka Agama, dukun bayi, ibu-ibu tetangga
sekitar dan sanak saudara dekat. Tradisi Brokohan meliputi serangkaian
kegiatan dari mendhem (mengebumikan ari-ari), slametan Brokohan dan
peletakan nasi brokohan di tempat-tempat tertentu.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Deni Hariyanto
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 10 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
B. Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan bapak Deni Hariyanto, biasanya yang
melaksanakan prosesi tradisi Brokohan dalam ritual mendhem
(mengebumikan ari-ari) adalah dukun bayi. Waktu pelaksanaan tradisi
brokohan yaitu pada sore hari setelah bayi lahir. Begitu bayi sudah
dibawa pulang dari bidan atau rumah sakit. Prosesi brokohan ini
dilakukan saat bayi berusia satu hari. Tetapi jika bayi lahir pada pagi
hari maka pelaksanaan tradisi ini dimulai saat itu juga sampai siang
hari. Waktu pelaksanannya berdasarkan waktu kelahiran bayi tersebut.
Dalam
pelaksanaan
tradisi
brokohan,
masyarakat
senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk keluarga yang
sedang berbahagia karena kehadiran anggota keluarga baru, mereka
menyediakan makanan untuk sajian brokohan seperti nasi ambeng,
jenang merah putih, jajan pasar dan ingkung.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Darti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 10 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
B. Hasil Wawancara
Masyarakat muslim Jawa meyakini bahwa tradisi mendhem ari-ari
termasuk salah satu hal yang patut diutamakan. Sebab, mengebumikan
ari-ari dapat disamakan dengan mengubur orang yang meninggal.
Dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sajian yang harus
disediakan. Sajian untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan tidak sama.
Untuk bayi laki-laki sajian yang digunakan adalah ayam betina yang
belum pernah kawin, sedangkan untuk bayi perempuan sajiannya
adalah ayam jantan yang belum pernah kawin. Perlengkapan yang
harus disediakan dalam pelaksanaan mendhem ari-ari yaitu bunga 7
rupa atau kembang setaman, minyak wangi (baru), kunyit, garam
(sebaiknya yang sudah mempasir), benang putih dan jarum jahit
(benang sebaiknya satu gulung), kemiri, ikan asin, sirih yang digulung
dan diikat dengan benang, uang logam recehan (beberapa keping), alat
tulis (buku dan pensil), kertas (bertuliskan nama bayi, tanggal lahir,
ama orangtua, Asmaul Husna dam Ayat Kursi). Dalam pelaksanaan
tradisi ini, dihadiri oleh sanak saudara, pemuka agama, dukun bayi dan
ibu-ibu yang merupakan tetangga sekitar. Sehingga secara tidak
langsung tradisi brokohan ini menyampaikan ajaran islam kepada
orang-orang yang hadir
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Siti Kholifatun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 11 Juni 2015 Pukul 15.30 WIB
B. Hasil Wawancara
Dalam slametan brokohan ini hidangan yang biasanya disajikan dan
harus ada yaitua Jenang abang putih. Jenang disini diartikan sebagai
bubur. Warna abang putih memiliki arti agar anak ini kelak selalu ingat
dan hormat kepada kedua orangtuanya. Nasi ambeng adalah berupa
nasi putih yang diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di
sekelilingnya. Lauk pauk dapat berupa perkedel, ikan asin, urap, telur
rebus dan tempe goreng. Jajan pasar disini diartikan seperti kue-kue
manis dan makanan ringan lainnya yang dibeli di pasar. Ingkung
adalah satu ekor ayam jantan jawa utuh yang dimasak. Sedangkan
perlengkapannya yaitu kembang brokohan, ini biasanya banyak dijual
di pasar. Dan terdiri dari beberapa macam jenis bunga, daun sirih,
kinang dan gambir. Hikmah yang dapat dipetik dari tradisi brokohan
ini adalah rasa kebersamaan, persatuan serta gotong-royong. Hal ini
disebabkan slametan brokohan melibatkan banyak orang.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Mahmudi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Waktu Pelaksanaan
: 11 Juni 2015 Pukul 20.00 WIB
B. Hasil Wawancara
Bentuk sajian dan perlengkapan disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing individu. Slametan Brokohan biasanya dimulai
dengan membaca doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Doa yang
biasanya diucapkan dalam slametan brokohan yaitu QS. AlFatihah, QS. Al-Insyiroh, QS. Al Qadr, Doa Keselamatan,
Shalawat Nabi. Setalah itu dilanjutkan dengan makan bersama
hidangan yang telah didoakan dan disediakan oleh tuan rumah. Jika
memungkinkan biasanya tuan rumah juga menyiapkan hidangan
yang akan dibawa pulang para tamu dengan memasukkan hidangan
ke dalam besek. Besek yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan
bambu. Tradisi brokohan merupakan salah satu dari sekian banyak
tradisi yang masih dilaksanakan di Dusun Kadipiro sehingga
dengan dilaksanakannya tradisi ini, budaya dapat terus dilestarikan.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Sulimah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 12 Juni 2015 Pukul 13.00 WIB
B. Hasil Wawancara
Setelah Slametan brokohan selesai, nasi brokohan dan kembang
brokohan yang telah didoakan bersama-sama diletakkan di atas
daun pisang dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian pertama
diletakkan di bawah tempat tidur sang bayi dan si ibu baru, bagian
kedua diletakkan di tempat pencucian ari-ari sang bayi, bagian
ketiga diletakkan di tempat ari-ari di tanam. Hal ini dilakukan
karena ketiga rangkaian prosesi brokohan tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Hikmah yang dapat diambil dari tradisi Brokohan
adalah
ketakwaan
kepada
Allah
SWT.
Sebab,
dalam
pelaksanaannya, terdapat kegiatan doa bersama untuk mendoakan
bayi dan ibu baru serta doa keselamatan untuk semua orang yang
hadir. Selain itu, karena tradisi brokohan dilaksanakan setelah
prosesi kelahiran bayi, maka tradisi ini dapat dikatakan sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran
yang selamat.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Ratni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 13 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB
B. Hasil Wawancara
Biasanya sajian atau perlengkapan yang digunakan di dalam
selamatan brokohan terbagi menjadi 2, yaitu kalangan biasa dan
kalangan
menengah
ke
atas.
Untuk
kalangan
biasa
perlengkapannya seperti yang telah disebutkan di atas, sedangkan
untuk kalangan atas selain perlengkapan tersebut di tambahkan
pula perlengkapan lain yaitu kelapa, warna putih dari kelapa
diyakini sebagai “sperma” atau benih laki-laki dari bapak. Gula
Jawa,
warna merah, diyakini sebagai “sel telur” yaitu benih
perempuan dari ibu. Dawet, makna dari dawet yaitu, santan
(sperma ayah), gula jawa (sel telur ibu) dan cendol (butir-butir
kehidupan). Telur Bebek, makna
dari penggunaan telur bebek
adalah, kulit telur bebek berwarna biru. Sehingga telur bebek
menggambarkan langit biru atau kuasa dari langit.
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Responden
Nama
: Sarwiyani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu Pelaksanaan
: 14 Juni 2015 Pukul 16.30 WIB
B. Hasil Wawancara
Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karangtengah hanya
dilaksanakan oleh masyarakat yang beragama Islam. Hal ini
dikarenakan
Tradisi
Brokohan
merupakan
kebiasaan
yang
dicontohkan oleh Rasululah SAW. Selain itu pada saat
pelaksanaannya, di dalamnya terdapat pembacaan ayat-ayat suci
Al-Qur‟an dan dipimpin oleh pemuka agama secara langsung.
Tradisi Brokohan memiliki pengaruh positif bagi kehidupan
bermasyarakat di Dusun Kadipiro, yaitu masyarakat semakin
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan selalu bersukur atas
segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Salah satu hikmah
dari tradisi Brokohan adalah kepedulian terhadap orang lain. Hal
ini dapat dilihat dari pembagian nasi kedalam besek kepada orangorang yang hadir dan tetangga sekitar.
DOKUMENTASI
1. Perlengkapan Ritual Mendhem (mengebumikan) ari-ari
2.
Ritual Mendhem (mengebumikan) ari-ari
3. Ritual Slametan Brokohan
4. Ritual Peletakan Nasi Brokohan
Download