penerapan model problem based learning untuk

advertisement
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET
PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI
Rika Yuni Ambarsari, S.Pd, M.Pd
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
[email protected]
ABSTRACT
Rika Yuni Ambarsari, "APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO
IMPROVE UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF STYLE MAGNET IPA LESSON
ON THE FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SECOND NADI
BULUKERTO WONOGIRI IN THE ACADEMIC YEAR 2013/2014".
Action research objectives to be achieved are (1) to improve the quality of the
learning process of students on the concept of magnetic force in students' science class on
the fifth grade students of elementary school in second Nadi. (2) to increase
understanding of the concept of magnetic force on the fifth grade students of elementary
school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2013/2014.
Research subjects of this class action is on the fifth grade students of elementary
school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2013/2014 consists of 22
students. Variables were targeted changes in this study is understanding the concept of
magnetic force, while the variable action used in this study is a model of Problem Based
Learning. Form of research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of
four stages includ planning, implementation of the action, observation and reflection.
Data collection techniques used were tests, observations, and documentation. The validity
of the data is used triangulation data and triangulation methods. Data analysis technique
used is an interactive analytical data model which has three components, namely
reduction data, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the results of research can be concluded first that there was an increase
in the quality of the learning process the magnetic force held after it was in class action
with the Model Problem Based Learning. It can be demonstrated by the increasing value
of the average activities of teachers in the cycle I value 2.85 with good criteria and
increase in value to 3.5 second cycle with the criteria very well. The average value of
students' activities in the cycles I value is 2.55 with good criteria and increase in value to
3.45 second cycle with the criteria very well. Second there is an increase understand of
the concept of magnetic force after it was held a class action with the Model Problem
Based Learning. It can be demonstrated by the increase students understanding of the
concept of magnetic force before and after the action. In the pre measures the average
value of 61 classes with classical exhaustiveness 36.36%. In cycle I shows the average
grade achieved 66.25 and exhaustiveness Classical increased to 63.63%. In cycle II, the
class average rose to 77.98 and the classical completeness increased to 81.81%.
Keyword : Model of learning, Learning Achievement of Natural Sciences
1
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar siswa dapat memahami alam sekitar secara langsung. Pendidikan IPA diarahkan
untuk memecahkan masalah dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan
Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
melalui pemecahan-pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
Menurut Bloom dalam Utami Munandar dalam (Puji Purnomo dkk, 2008: 236),
pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi tanpa
perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Blom juga mengemukakan
bahwa pemahaman merupakan salah satu sasaran dalam kognitif yang berbeda ditingkat
kedua setelah pengetahuan. Dalam pemahaman, ketrampilan yang diharapkan adalah
ketrampilan menerjemahkan, menghubungkan, dan menafsirkan. Pemahaman menurut
Winkel (2000: 246) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari
Konsep adalah gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok atau kategori dimana semua
anggota sama-sama memiliki beberapa karateristik (David A. Jacobsen, 2009: 98).
Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Konsep
dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang didefinisikan, konsep konkrit adalah
pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik sedangkan konsep
yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik karena realitas itu tidak berbeda. ( Winkel,
2005: 113).
Pendapat dari (Sri M. Iskandar, 2001: 2) kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu
Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari
kata-kata Bahasa Ingris “Natural Science” secara singkat sering disebut „Science”.
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu
secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk anak-anak didefinisikan Paolo dan Marten dalam
(Srini M. Iskandar, 2001 :16) sebagai berikut:
a) Mengamati apa yang terjadi.
b) Mencoba memahami apa yang diamati.
c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007:
5).
2
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
Menurut Arend dalam (Agus Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode
ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi serta tilikan akal sangat diperlukan. Dalam hal ini hampir
semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan
ini guru (khususnya yang mengajar eksata, seperti matematika dan IPA) sanngat
dianjurkan menggunakan model yang berorientasi pada cara pemecahan
masalah.(Muhibbin Syah, 2009: 127)
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf pendidikan John
Dewey yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman (belajar dari
pengalaman). Pada dasarnya Dewey percaya bahwa anak-anak merupakan para
pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan
mereka. Sekolah seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan
membawa dunia luar ke dalam ruang kelas dengan membuatnya tersedia dan dapat
diakses untuk keperluan studi.( David A. Jacobsen dkk, 2009: 242)
Berdasarkan pengertian di atas maka tujuan penelitian adalah:
1
2
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada
konsep gaya magnet dalam pelajaran IPA melalui model Problem Based Learning
siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet
melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi
Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada
masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat
dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan yang perlu digunakan dalam penelitian
ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research). Suharsimi Arikunto (2001: 2) penelitian tindakan kelas
merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yang berarti satu action research
yang dilakukan di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang riil yang
dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dalam (St Y Slamet, 2007: 65)
3
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya nilai pemahaman
konsep gaya magnet dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 2 Nadi Bulukerto
Wonogiri.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA)
HASIL ANALISIS DATA
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya magnet yang
dicapai siswa pada siklus I yaitu 66,25 yaitu sudah di atas KKM. Dari 22 siswa, yang
memperoleh nilai 35-44 ada 1 siswa, yang memperoleh nilai 45-54 ada 4 siswa, dan yang
memperoleh nilai 55-64 ada 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65-74 ada
8 siswa, yang memperoleh 75-84 ada 4 siswa, yang memperoleh 85-94 ada 2 siswa, dan
siswa yang memperoleh nilai 95-104 ada 0 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa
yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa atau 36,36% sedangkan siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ada 14 siswa atau 63,63%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2
Nadi pada siklus I sebanyak 63,63%. Hasil tersebut dapat disajikan pada gambar dalam
grafik sebagai berikut:
F
r
e
k
u
e
n
s
i
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
8
4
4
3
2
1
34,5
44,5
54,5
64,5
Interval Nilai Siswa
74,5
84,5
94,5
Gambar 1. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri II
Nadi Siklus I
Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketuntasan pemahaman konsep materi
gaya magnet siswa memperoleh di atas KKM yaitu rata-rata 66,25. Hasil nilai tersebut
belum memenuhi target yaitu sebesar 80% sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk
siklus ke II.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya magnet (lampiran
8) yang dicapai siswa pada siklus II yaitu 77,98 yaitu sudah di atas KKM. Dari 22 siswa,
yang memperoleh nilai 35-44 ada 0 siswa, yang memperoleh nilai 45-54 ada 2 siswa, dan
yang memperoleh nilai 55-64 ada 2 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65-74
ada 5 siswa, yang memperoleh 75-84 ada 8 siswa, yang memperoleh 85-94 ada 5 siswa,
dan siswa yang memperoleh nilai 95-104 ada 0 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa
yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 4 siswa atau 18,18% sedangkan siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ada 18 siswa atau 81,81%. Dengan demikian dapat
4
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2
Nadi pada siklus II sebanyak 81,81%. Hasil tersebut dapat disajikan dalam grafik pada
gambar sebagai berikut:
10
F
r
e
k
u
e
n
s
i
8
6
4
8
5
2
2
5
2
0
44,5
54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
Interval Nilai Siswa
Gambar 2. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2
Nadi Siklus II
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar pemahaman
konsep gaya magnet siswa yang memperoleh nilai ≥65 (KKM) sudah menunjukkan
peningkatan dan peningkatan rata-rata kelas, sehingga pembelajaran pada siklus II
mengenai pemahaman konsep gaya magnet melalui model problem based learning sudah
berhasil
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran guru kelas V SD
Negeri 2 Nadi pada proses pembelajaran pemahaman konsep gaya magnet dengan model
problem based learning dapat dilihat dari tabel di bawah ini
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada
Siklus I dan Siklus II
Hasil Observasi Guru
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
2,8
3,3
Pertemuan II
3,9
3,7
Rata-rata
2,85
3,5
Kriteria
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa hasil observasi guru mengalami
peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi guru pada siklus I adalah
2,85 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatanpada siklus II yaitu 3,5 dengan
kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model problem based
learning dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap guru. Hal
ini direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi guru kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus
I dan Siklus II dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar
berikut ini:
5
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
R
a
t
a 4
r
a 2
t
a
0
3.5
2.85
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 3. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri 2
Nadi pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran siswa kelas V
SD Negeri 2 Nadi pada proses pembelajaran pemahaman konsep gaya magnet dengan
model problem based learning dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi
pada Siklus I dan Siklus II.
Hasil Observasi Siswa
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
2,5
3,2
Pertemuan II
2,6
3,7
Rata-rata
2,55
3,45
Kriteria
Baik
Sangat baik
Berdasarkan tabel , dapat diketahui bahwa hasil observasi siswa mengalami
peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi siswa pada siklus I adalah
2,55 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,45 dengan
kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model problem based
learning dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap siswa.
Hal ini direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus
I dan Siklus II dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar dalam
grafik berikut ini:
6
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
R
a
t
a
r
a
t
a
4
3
2
3.45
2.55
1
0
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 4. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2
Nadi pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil kegiatan
guru dan siswa dalam pembelajaran gaya magnet dengan model problem based learning
berhasil meningkat baik dari siklus I sampai ke siklus II. Peningkatan kualitas proses
pembelajaran ini juga mengakibatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa mengalami
peningkatan.
Dengan meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran dengan model problem
based learning maka hasil belajar pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD
Negeri 2 Nadi juga meningkat. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil
pemahaman konsep gaya magnet yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, yang
masing-masing siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 8 berikut ini:
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa
Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II.
No
1
Pembelajaran Gaya
Magnet
Nilai rata-rata
Kondisi Awal
61
Setelah Dilaksanakan Tindakan
Siklus I
Siklus II
66,25
77,98
Berdasarkan tabel , dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM
≥65 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rat pemahaman konsep siswa
pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 61. Pada siklus I mengalami peningkatan
yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa menjadi 66,25. Dan pada
akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa adalah
77,98. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model problem based learning tepat
untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa. Hal ini dapat
direfleksikan bahwa pembelajaran gaya magnet yang dilaksanakan guru dapat dinyatakan
berhasil.
7
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
Peningkatan nilai rata-rata hasil pemahaman konsep gaya magnet sisa kelas V SD
Negeri 2 Nadi dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar
berikut ini:
R
a
t
a
r
a
t
a
80
60
40
66.25
61
77.98
20
0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 5. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet
Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal. Siklus I, dan Siklus II.
Secara garis perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
pemahaman konsep gaya magnet pada kondisi awal sebelin tindakan, siklus I, dan siklus
II ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Kondisi
Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No
Ketuntasan
1
Tidak Tuntas
2
Tuntas
Kondisi Awal
Jumlah
%
14
63,63%
8
Siklus I
Jumlah
%
8
36,36%
36,36%
14
63,63%
Siklus II
Jumlah
%
4
18,18%
18
81,81%
Berdasarkan tabel yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas V SD
Negeri 2 Nadi, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar siswa pada
pemahaman konsep gaya magnet yaitu kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8
siswa atau 36,36%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 14 siswa
atau 63,63%, dan pada siklus II menjadi 18 siswa atau 81,81%. Data dari tabel
rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada kondisi awal, siklus
I, dan siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar yaitu grafik peningkatan
ketuntasan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada
kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada gambar berikut:
8
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
J
u
m
l 20
a
h 15
S 10
i
s 5
w
a 0
81,81%
63,63%
36,36%
18
14
8
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 6.Grafik peningkatan ketuntasan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V
SD Negeri 2 Nadi.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untukmeningkatkan
pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi yaitu dengan
penerapan model problem based learning. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan
model problem based learning dapat mempermudah siswa dalam memecahkan masalah
dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA pada pokok materi gaya magnet.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama
empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learningdapat meningkatkan:
1 Kualitas proses pembelajaran gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran gaya magnet tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran gaya magnet dengan model problem based learning, yaitu: nilai ratarata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat
pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu nilai
rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan
meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Dengan
demikian, penggunaan model problem based learningdalam pembelajaran gaya
magnet dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran gaya magnet pada siswa
kelas V SD Negeri 2 Nadi.
2 Pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Peningkatan
pemahaman konsep gaya magnet tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya
nilai pemahaman konsep gaya magnet pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan
nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 61, siklus I nilai rata-rata
pemahaman konsep gaya magnet siswa 66,25 dan siklus II nilai rata-rata
kemampuan menulis siswa 77,98. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi
awal sebanyak 8 siswa atau 36,36%, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 63,63%, dan
pada siklus II sebanyak 18 siswa atau 81,81%. Dengan demikian, penerapan model
9
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
problem based learningdalam pembelajaran gaya magnet dapat meningkatkan
pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi
SARAN-SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1 Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran Bahasa IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya
magnet dengan menggunakan model problem basedlearning.
2 Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan model problem based learning
dalam pembelajaran gaya magnet. Penggunaan model problem based learning
dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet.
3 Bagi Siswa
a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan
pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4 Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat
dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan model
problem based learning guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah
satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep yang belum tercakup dalam
penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
David A. Jacobsen dkk. 2009. Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa
TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Fitri Yuni Astiti. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based
Learning) Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas VIII Semester
2 SMP Negeri 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
Tahun Pelajaran 2006/2007.
Heri Sulistyanto dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Lukmanul Hakiim. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hail Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
10
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Penerapan Model Problem Based UntukMeningkatkanPemahamanKonsep Gaya
Magnet PadaPelajaran IPA SiswaKelas V SD Negeri 2 NADI BulukertoWonogiri
(Rika Yuni Ambarsari)
Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan sistem.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Permendiknas. 2008. Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah.
Puji Purnomo. 2008. Menjadi Guru Yang Ilmuwan dan Ilmuwan Yang Guru.
Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV Maulana.
St. Y. Slamet, Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:
UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Team IAD UNS. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
BiodataPenulis
Nama
: Rika YuniAmbarsari, S.Pd, M.Pd
PengalamanKerja
: Dosen PGSD Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
Alamat Kantor
: Jl. BalekambangLor No. 1 Manahan Surakarta 57139
Telp
: (0271) 726278
11
Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 2 No.2 (Juli 2015)
Download