Kuliah Global Warming Eka Tjipta Foundation Dikirim oleh prasetya1 pada 11 September 2009 | Komentar : 0 | Dilihat : 3827 Kuliah Global Warming Eka Tjipta Foundation Eka Tjipta Foundation memberikan kuliah singkat kepada para penerima beasiswa lembaga itu di gedung Widyaloka UB, Kamis (10/09). Meskipun tujuannya hanya kepada para penerima beasiswa, namun kuliah tentang fenomena pemanasan global (global warming) tersebut juga diikuti oleh ratusan mahasiswa UB lainnya. Charles Wiriawan dari Eka Tjipta Foundation menyampaikan ceramah tentang banyaknya fenomena-fenomena yang mengiringi pemanasan global. Menurutnya, hampir di setiap tempat di bumi mengalami perubahan-perubahan yang menjurus kepada aktivitas peningkatan suhu. Di pegunungan Himalaya, dimana sungai yang mengalir dari pegunungan tersebut menyuplai kurang lebih 40% kebutuhan air bumi, kondisinya saat ini memburuk. Di kutub utara dan kutub selatan (Arktika dan Antartika) yang berfungsi sebagai jantung suplier air di bumi, saat ini lebih banyak lagi ditemukan bongkahan-bongkahan es yang mencair. Kondisi ini mengakibatkan debit air laut meningkat dan aliran air laut ke daratan juga bertambah. Akibatnya, ada peningkatan tinggi permukaan air laut di beberapa daratan. Belum lagi jika melihat beberapa lokasi seperti Greenland dan Alaska di mana daerah-daerah yang sebelumnya selalu diselimuti es semakin berkurang. Perubahan alam yang terjadi di daerah ?dingin? berbanding lurus dengan benua yang selama ini sering mengalami kekeringan: suhu wilayah semakin meningkat, frekuensi kebakaran hutan menjadi lebih sering. Santa Barbara, California AS, adalah wilayah yang akhir-akhir ini lebih sering mengalami kebakaran hutan alami. Tidak hanya menyebakan kerugian material, tetapi juga menimbulkan korban jiwa. Australia sebagai benua kering kedua setelah Afrika juga mengalami hal serupa. Kebakaran hutan di wilayah Perth juga menjadi bencana yang skalanya lebih tinggi daripada yang terjadi sebelumnya. Pemerintah Australia bahkan membuat peraturan tentang pembatasan penggunaan air oleh warganya meskipun untuk aktivitas rumah tangga seperti mencuci kendaraan. La Paz, Bolivia, kota dengan ketinggian kurang lebih 6.000 m di atas permukaan laut yang dahulunya adalah wilayah dengan suplai air bersih minim, kini menunjukkan pola perubahan berbeda di mana suplai air bersih semakin meningkat. Beberapa ahli menyebutkan La Paz adalah salah satu daerah yang mendapatkan efek aliran debit air yang meningkat hasil dari pencairan es kutub. Bukan tidak mungkin jika debit air yang datang bertambah banyak akan menimbulkan banjir. Fenomena di Asia juga tidak jauh berbeda. China yang memiliki wilayah sangat luas menunjukkan fenomena beraneka ragam di beberapa wilayah. Wilayah bagian timur menjadi lebih sering mengalami turun hujan sedangkan wilayah barat atau di Asia Tengah menjadi lebih panas, kering, dan gersang. Upaya Dunia Mencegah dunia semakin panas akibat pemanasan global adalah pekerjaan massal dan tidak mudah. Dunia, dalam hal ini adalah para pemimpin negara-negara harus mendukung adanya gerakan pencegahan pemanasan global yang telah dirintis dalam Protokol Kyoto, seperti upaya yang tahun lalu dilakukan oleh Indonesia dengan menjadi tuan rumah Global Warming Summit. Dengan meratifikasi piagam-piagam anti global warming, berarti setiap negara akan menciptakan regulasi-regulasi terhadap pembatasan penggunaan bahan bakar minyak berlebih, pencegahan pembalakan hutan, pembahasan perdagangan karbon, dan lain-lain.[fjr]