ISSN : 1907 - 0144 Hukum Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Oleh : I Made Kastama* ABSTRAK Masalah lingkungan merupakan salah satu faktor pendorong untuk mengatur masalah lingkungan ke dalam bentuk hukum. Masalah lingkungan itu sendiri merupakan perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan akibat negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah lingkungan itu timbul karena ulah manusia yang memandang lingkungan semata-mata sebagai obyek. Dalam penggunaan sumber daya, manusia tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup itu, sehingga terjadilah eksploatasi sumber daya alam yang tidak terkontrol, yang mengakibatkan tidak terdapat lagi keseimbangan lingkungan. Lingkungan Hidup salah satu isu global yang bersifat holistik, karena itu penanganannya perlu dilakukan secara terpadu dengan pendekatan multi disiplin. Tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia adalah bagaimana berjuang untuk menjadikan Lingkungan Hidup menjadi kepedulian dasar bagi semua orang sehingga semakin banyak orang melakukan sesuatu untuk melestarikan dan menyelamatkan Lingkungan Hidup sesuai dengan peran, fungsi dan kedudukan masing-masing dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan tegas ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu pengelolaan Lingkungan Hidup harus dilakukan secara terpadu antara pemerintah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya. Dijelaskan bahwa upaya pengelolaan lingkungan hidup merupakan satu kesatuan sistem sejak penataan kebijakan, pemanfaatan pengembangan, pemeliharaan sampai pada pengendalian. Kata Kunci : Hukum, Pengelolaan dan Lingkungan Hidup * Penulis adalah dosen pada Jurusan Hukum Agama Hindu, STAHN-TP Palangka Raya dan menyelesaikan Program Magister Ilmu Hukum Unibraw Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 64 I. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi Nasional dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensial di bidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi riil. Pembangunan ekonomi riil bisa diwujudkan diantaranya melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan management. Pertambangan sebagai salah satu kekuatan ekonomi Nasional cenderung menurun kondisinya akibat adanya pertambangan liar/ pertambangan tanpa ijin yang dilaksanakan secara tidak profesional dan bahkan mengakibatkan pengrusakan lingkungan maupun pencemaran lingkungan, oleh sebab itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga dan diolah secara profesional, arif, bijaksana, dan adil. Di sisi lain dengan situasi negara kita yang belum stabil, penjarahan, penambangan liar baik penambangan batubara, timah dan emas akhir-akhir ini semakin marak yang perlu segera diatasi agar tidak mengurangi kepercayaan kepada investor yang telah melakukan penanaman modal di dalam negeri. Masalah lingkungan sebenarnya bukan masalah baru karena pada abad ke ke 19 London telah menghadapi masalah lingkungan berupa kabut berjelaga yang disebabkan karena asap industri yang begitu tebal. Demikian pula kalau kita lihat dalam kehidupan masyarakat kita (adat Bali), sebenarnya masalah lingkungan ini sudah dipikirkan sejak jaman dahulu, sebagai contoh adanya apa yang disebut kosala kosali dalam bidang pembangunan, masalah batas jumlah anak (empat) yang merupakan pengaturan dalam bidang kependudukan. Dari hal tersebut kiranya masalah lingkungan yang kita hadapi sekarang sudah ada sejak dahulu. Hanya saja masalah itu tidak dapat didengar dan diketahui secara cepat karena taraf teknologi terutama sarana ekonomi yang belum sehebat pada jaman ini. Dengan adanya TV yang merupakan sarana komunikasi yang sangat besar peranannya dalam penyampaian berita, sehingga apa yang terjadi di belahan bumi ini dengan segera dapat diketahui, demikian pula mengenai masalah lingkungan. Masalah lingkungan ini timbul pada hakekatnya karena ulah manusia terhadap lingkungan, dimana manusia merasa dirinya superior terhadap alam sekelilingnya sehingga ia bertindak sewenang-wenang terhadap alam lingkungan yang akhirnya mencelakakan Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 65 kehidupan manusia itu sendiri. Tidak adanya kesadaran akan lingkungan inilah yang menyebabkan timbulnya masalah lingkungan yang pada akhir-akhir ini merupakan masalah yang sangat mendesak. Semua permasalahan lingkungan termasuk sumber daya tanah dan air kembali kepada manusianya. Apakah manusia mengelola sumber daya lingkungan dengan pandangan jauh ke depan ataukah sekedar untuk memenuhi kebutuhan hari ini (Suhubdy Yasin, Chairussyuhur Arman dan Lalu Agus Fathurrahman, 1991 : 13 ). Sering tanda kerusakan lingkungan tidak terekam oleh masyarakat karena masyarakat menjadi terbiasa dan menyesesuaikan diri dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang. Kerusakan itu baru disadari setelah terlambat dan bersifat tidak terbalikan lagi. (Otto Soemarwoto, 1992 : 24) Manusia tidak selalu bertindak rasional sesuai dengan citra lingkungan yang mereka miliki, terutama jika manusia harus memenuhi kebutuhan jangka pendek seharihari. Apalagi ada faktor dengan sifat yang tidak disengaja karena tidak adanya kesadaran akan bahaya. Yang ditakutkan terdapat kerusakan lingkungan karena ketamakan manusia yang tidak peduli lagi dengan kerusakan lingkungan. Apabila di dunia barat kerusakan lingkungan disebabkan oleh teknologi eksploatasi yang mereka kembangkan sendiri, di negara kita banyak kerusakan ditimbulkan oleh teknologi yang kita impor. Yang harus disalahkan itu bukan teknologinya itu, melainkan sikap kita yang tak acuh terhadap kerusakan lingkungan. Kesadaran bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa lingkungan menyebabkan perhatian bangsa di seluruh dunia terhadap lingkungan semakin besar begitu pula pemerintah Indonesia, yang sedang giat-giatnya mengadakan sosialisasi pelestarian lingkungan hidup. Melihat peranan yang demikian penting dari lingkungan hidup ini bagi kesejahteraan manusia, maka hampir setiap negara memberikan perhatian khusus dan mengatur masalah lingkungan ini ke dalam bentuk hukum. Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 66 II. MASALAH LINGKUNGAN Dalam pasal 1 Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dari pengertian tersebut di atas, terlihat jelas bahwa manusia adalah merupakan bagian atau disebut sebagai sub sistem dari lingkungan hidup itu sendiri, sehingga lingkungan dan kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Jelasnya bahwa manusia tanpa lingkungan adalah suatu hal yang mustahil dan tidak mungkin, ini berarti bahwa peranan lingkungan hidup bagi manusia adalah sangat menentukan. Krisis ekonomi yang belum pulih akan memberikan dampak yang berat terhadap pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia karena pengaruh untuk memperoleh penghasilan secara tetap di sektor jasa misalnya berakibat masyarakat akan semakin cenderung meningkatkan tekanan pada sumber daya alam dan untuk memenuhi kebutuhan primer kecenderungan untuk merusak lingkungan antara lain dengan melakukan penebangan hutan, penangkapan satwa liar, perusakan ekosistem pantai dan karang, penangkapan ikan dengan menggunakan peledak yang bisa meningkatkan pencemaran. Oleh karena itu pemerintah yang merupakan bagian dari pelaku pembangunan perlu memberdayakan masyarakat bawah agar diikutkan berperan aktif dan menentukan suatu kebijakan pemerintah mulai dari awal penataan kebijakan sampai dengan monitoring dan pengendaliannya sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 5 ayat (3) yang menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta pencegahan dengan menanggulangi pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup. Bila dilihat dari pengertian lingkungan hidup maka lingkungan hidup pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 (tiga) jenis lingkungan yang menonjol yaitu : 1. Lingkungan pisik adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berupa benda mati seperti : udara, air, sinar matahari, energi dan bahan-bahan mineral 2. Lingkungan biologis, segala sesuatu di sekitar manusia yang berupa organisasi hidup seperti flora, fauna jasad-jasad renik atau plankton-plankton yang hidup di air Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 67 3. Lingkungan sosial budaya, segala hasil karya manusia yang lahir dari rasa, karsa dan karya seperti adat istiadat, pranata-pranata sosial, hasil seni budaya manusia, lingkungan sosial budaya disebut pula dengan lingkungan buatan manusia. Dari sini jelas terlihat bahwa masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang sangat kompleks. Manusia harus memiliki kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup dengan baik yang intinya bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang diakibatkan oleh pembangunan. Walaupun pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif (Otto Soemarwoto 1992 : 15). Masalah lingkungan merupakan salah satu faktor pendorong untuk mengatur masalah lingkungan ke dalam bentuk hukum. Masalah lingkungan itu sendiri merupakan perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan akibat negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah lingkungan itu timbul karena ulah manusia yang memandang lingkungan semata-mata sebagai obyek. Dalam penggunaan sumber daya, manusia tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup itu, sehingga terjadilah eksploatasi sumber daya alam yang tidak terkontrol, sehingga tidak terdapat lagi keseimbangan lingkungan. Berbicara masalah lingkungan ini maka dalam pelaksanaan pembangunan, sumbersumber alam Indonesia harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi mendatang sehingga pengelolaan sumber daya alam harus memiliki nuansa berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya alam yang memiliki nuansa berkelanjutan diharapkan adanya pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutkan sebagai suatu istilah kemudian menjadi agak populer setelah diperkenalkan dan dimasyarakatkan oleh World Commission on Environmental and Development (WCED) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1993 dan pada tahun 1987, Komisi ini kemudian menghasilkan laporan yang diberi judul Our Common Future (Mas Achmad Santosa 2001 : 204). Laporan tersebut yang didalamnya membahas berbagai program nyata untuk mengintegrasikan kepedulian lingkungan dalam pembangunan ekonomi di tingkat lokal, nasional maupun global. Istilah pembangunan berkelanjutan tersebut didefinisikan sebagai Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 68 berikut : “Development that meets the needs of the present without compromising the ability of the future generation to meet their own needs” (terjemahan harfiahnya yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya). (Mas Achmad Santosa 2001 : 161) Sejak dulu Emil salim (1986) mencanangkan Pembangunan berwawasan Lingkungan sebagai perwujudan dan tanggung jawab bangsa Indonesia dalam menangani masalah lingkungan, khususnya di Indonesia. Konsepsi pembangunan berwawasan lingkungan Emil Salim ini berangkat dari permasalahan pokok yaitu bagaimana mengolah sumber alam dengan bijaksana agar tertopang proses pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas hidup rakyat generasi demi generasi sepanjang masa. Konsepsi ini konsepsi membangun tanpa dengan cara merusak. Konsepsi pembangunan berwawasan lingkungan ini diharapkan dapat menjadi dewa penyelamat menghadapi ancaman tata lingkungan yang semakin memburuk akibat benturan kependudukan dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan permasalahan yang kompleks (Suhubdy Yasin, Chairussyuhur Arman dan Lalu Agus Fathurrahman, 1991 : 4 ). III. PENGATURAN LINGKUNGAN HIDUP Sesuai dengan prinsip negara hukum dimana setiap tindakan pemerintah selalu didasarkan atas hukum, demikian pula halnya dengan masalah lingkungan hidup ini. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 ketentuan yang mengatur masalah lingkungan hidup ini dapat kita temukan dalam : a. Pokok ke 4 Pembukaan : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial……..”. Ketentuan konstitusionil ini menunjukkan kewajiban negara dan tugas pemerintah untuk melindungi segenap sumber-sumber insani Indonesia dalam seluruh lingkungan hidup Indonesia untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan segenap manusia. Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 69 b. Pasal 33 ayat 3 : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya”. Ketentuan konstitusional ini memberikan “Hak Penguasaan” kepada negara atas seluruh sumber-sumber daya alam Indonesia dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakannnya bagi kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Hak menguasai negara di atas ditegaskan lagi lebih lanjut dalam pasal 2 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan : Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Udang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. ( Boedi Harsono 2003 : 270) Berdasarkan landasan-landasan tersebut maka dibentuklah Undang-Undang tentang lingkungan hidup yang paling terakhir sekarang setelah perrubahan-perubahan yaitu Undang -Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tantangan utama di tahun sekarang ini berkisar pada empat pokok yaitu : kependudukan, kemiskinan, kekotoran dan kebijaksanaan sedangkan masalah lingkungan yang sangat menonjol dewasa ini adalah masalah pencemaran. Batasan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 diperluas pengertiannya dimana disebutkan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan / atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan atas landasan konstitusional yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dihadapkan dengan permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh lingkungan maka mudah dimengerti mengapa pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah lingkungan ini dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Undang-Undang disini kami khususkan kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, ini bukan berarti diluar tidak ada pengaturan masalah lingkungan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah undang-undang yang berusaha untuk memberikan landasan untuk peruntukkan sumber daya yang ada agar tercapainya masyarakat yang adil dan makmur selaras dengan Pancasila. Dari penguraian tentang Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 70 undang-undang Nomor 23 ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan apa sebenarnya peranan hukum dalam pelestarian lingkungan hidup manusia. Undang- undang ini memuat pokok-pokok sebagai berikut : a. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Sedangkan tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai bagian tujuan membangun manusia seutuhnya, terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana, terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup, terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. b. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya. c. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Dalam kaitan ini lembaga swadaya masyarakat tumbuh berperan sebagai penunjang pengelolaan lingkungan hidup dan berkembang mendayagunakan dirinya sebagai sarana untuk mengikutsertakan masyarakat sebanyak mungkin dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. d. Usaha kita mengembangkan lingkungan hidup tidaklah berlangsung dalam keadaan terisolir. Sebagai anggota masyarakat dunia maka langkah usaha bidang lingkungan hidup harus mempunyai makna bagi kehidupan antar bangsa. e. Pengelolaan lingkungan hidup dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya, sehingga pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterpaduan pelaksanaan di tingkat nasional, koordinasi pelaksanaan secara sektoral dan di daerah, sehingga semua ini terkait secara mantap dengan kebijaksanan nasional pengelolaan lingkungan hidup dengan kesatuan gerak dan langkah mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 71 Yang paling penting bagi negara Indonesia yaitu bagaimana pembangunan dapat dengan cara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sehingga ada upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejateraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu diperlukan prinsip-prinsip dari hukum lingkungan sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 sebagai berikut : 1. Wawasan Nusantara Baik dalam konsideran (dasar pertimbangan) maupun dalam ketentuan pasal 2 UU nomor 23 Tahun 1997 ini tegas dikemukakan bahwa lingkungan hidup Indonesia berdasarkan wawasan nusantara. Wawasan Nusantara memandang perwujudan Indonesia sebagai suatu kesatuan yang utuh menyeluruh, baik dalam aspek fisik alamiah maupun dari aspek sosial politik adalah citra lingkungan hidup Nusantara. Prinsip-prinsip kesatuan menyeluruh perwujudan Indonesia seperti terkandung dalam wawasan Nusantara itu diterapkan dan dilaksanakan secara nyata dalam tindakantindakan fakta maupun dalam tata pengaturan secara hukum baik dalam hukum nasional maupun Internasional. 2. Hak atas Lingkungan Hidup yang baik dan sehat Pasal 5 ayat 1 menyatakan dengan tegas hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Disini terlihat adanya hak subyektif dan ini merupakan bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang terhadap gangguan yang merusak atau mencemarkan lingkungan. 3. Tanggung Jawab Pencemar Pasal 35 ayat 1 penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Prinsip ini digunakan bila terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan dan dengan perkecualian : - adanya bencana alam atau peperangan; - adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 72 - adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. 4. Sistem Insentif Insentif artinya bantuan pihak pemerintah terhadap mereka yang berusaha dalam hal yang ada kaitannya dengan masalah lingkungan misalnya : pengurangan pajak impor bagi alat-alat yang digunakan untuk mengatasi pencemaran atau untuk mencegah pencemaran atau berupa bantuan kredit lunak bagi para pengusaha untuk membeli alat-alat pencegah pencemaran yang perlu dipasang di pabriknya. Dapat pula berupa penghargaan dari pemerintah kepada orang perorangan yang telah berjasa dalam pelestarian lingkungan hidup. 5. Peran serta masyarakat Berhasilnya program-program dibidang kelestarian lingkungan hidup banyak tergantung kepada peran serta masyarakat itu sendiri. Dalam pasal 6 dengan tegas dinyatakan hak dan kewajiban untuk berperan serta. Di dalam penjelasannya dikemukakan peran serta tersebut mencakup dalam upaya memelihara lingkungan hidup. Misalnya peranserta dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan hidup, kegiatan penyuluhan dan bimbingan di bidang lingkungan hidup. 6. Ganti Kerugian Disamping ketentuan pidana yang dikenakan kepada pencemar/ perusak sebagaimana dinyatakan dalam pasal 34 mewajibkan pula pencemar/perusak untuk membayar ganti rugi kepada orang lain yang dirugikan dari akibat pencemaran tersebut. 7. Keterpaduan Dari pasal 9 dan penjelasannya tampak dengan jelas betapa keterpaduan merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan baik keterpaduan horizontal maupun vertikal. Keterpaduan horizontal menjamin adanya keserasian antar sektor sehingga hasil yang diperoleh merupakan hasil bersama, sedangkan keterpaduan vertikal menghasilkan keserasian antara pelaksanaan program pusat dan daerah. Pemahaman tentang pelestarian lingkungan hidup terutama perlindungan lingkungan hidup perlu secara terus menerus dikembangkan khususnya bagi penentu kebijaksanaan kunci di tingkat nasional, provinsi dan lokal, juga terhadap aktivitasaktivitas lingkungan masyarakat. Kita harus memahami bahwa generasi sekarang harus tidak memberikan beban eksternalitas pembangunan kepada generasi selanjutnya karena setiap generasi mewarisi kekayaan sumber alam serta kualitas habitat dan harus Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 73 meneruskannya kepada generasi berikutnya dalam keadaan generasi tersebut yang akan datang memiliki peluang yang kurang lebih ekuivalen secara fisik, ekologi, sosial serta ekonomi. Generasi sekarang tidak dibenarkan meneruskan kepada generasi berikutnya sumber alam yang tidak dapat diperbaharui secara eksak (pasti). Oleh karena itu kita harus mempunyai prinsip pencegahan dini sebagai dasar pertimbangan kita untuk hidup bermasyarakat. Prinsip pencegahan dini ini perlu ditempuh atau diterapkan yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. Ancaman kerusakan lingkungan sangat serius dan bersifat tidak dapat dipulihkan (irreversible). Perlakuan yang serius diperlukan dalam keadaan akibat atau implikasi bagi generasi sekarang dan yang akan datang, atau dalam keadaan tidak terdapat substitusi dari sumber daya yang digunakan. Ketidakpastian pembuktian ilmiah (scientific uncertainty). Keadaan dimana akibat yang akan ditimbulkan dari suatu kegiatan tidak dapat diperkirakan dengan pasti, karena karakter dari persoalannya itu sendiri (nature of problem), penyebab, maupun dampak potensial dari kegiatan terserbut. Upaya pencegahan kerusakan lingkungan tersebut meliputi upaya pencegahan sampai dengan cost effectiveness. (Mas Achmad Santosa 2001 : 166) Pelestarian fungsi lingkungan hidup sangat kita perlukan dan tidak menolak pembangunan, yang ditentang adalah cara-cara membangun yang tidak mengindahkan keberlanjutan fungsi ekosistem. Praktek-praktek pembangunan yang melewati ambang batas pembaharuan sumber daya alam tumbuh-tumbuhan dan hewan inilah yang ditolak. Penegakan hukum di bidang lingkungan untuk mencegah dan mengurangi berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan sangat tergantung pada adanya kepemerintahan yang baik. Hukum lingkungan hanya bisa menjadi efektif dalam suatu good governance. Hukum lingkungan, betapapun baik perumusan dan sistemnya, tidak bisa diterapkan jika tidak terdapat perimbangan kekuasaan antara penguasa, pengusaha dan masyarakat madani. Dengan menyadari keterbatasan peran penegakan hukum melalui pengadilan, maka sistem penegakan hukum administrtasi lingkungan yang bersifat preventif perlu diperkuat dengan menata kembali peran perizinan sebagai alat pengendali. Sejak diundangkannya UU nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap izin yang dikeluarkan instansi berwenang wajib mencantumkan aspek pelestarian kemampuan lingkungan hidup (pasal 7). Pencantuman persyaratan lingkungan ke dalam izin sebagai dokumen hukum dimaksudkan agar persyaratan atau kondisionalitas lingkungan dapat dipaksakan (ditegakkan) apabila tidak Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 74 ditaati. Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 sebagai penggantinya bahkan lebih menegaskan lagi kewajiban mencantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup (pasal 18). Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup memiliki beberapa manfaat strategis yaitu : a. Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai perangkat pencegahan (preventive); b. Penegakan hukum administrasi (yang bersifat pencegahan) dapat lebih efisien dari sudut pembiayaan dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata. Pembiayaan untuk penegakan hukum administrasi meliputi biaya pengawasan lapangan yang dilakukan secara rutin dan pengujian laboratorium, lebih murah dibandingkan dengan upaya pengumpulan bukti, investigasi lapangan, mempekerjakan saksi ahli untuk membuktikan aspek kausalitas (sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata. c. Penegakan hukum administrasi lebih memiliki kemampuan mengundang partisifasi masyarakat. Partisifasi masyarakat dilakukan mulai dari proses perizinan, pemantauan penaatan/ pengawasan,dan partisifasi dalam mengajukan keberatan dan meminta pejabat tata usaha negara untuk memberlakukan sanksi administrasi. Disamping itu yang paling penting lagi adalah adanya fungsi kontrol terhadap praktek-praktek pembangunan yang unsustainable secara ketatanegaraan dan administrasi pemerintahan dilakukan oleh pemerintah sebagai regulator (penentu lokasi, pemberi izin, pengawas penaatan persyaratan dan pemberi sanksi) yang merupakan fungsi pengawasan eksekutif; lembaga pengadilan (pidana, perdata dan Tata Usaha Negara) yang merupakan fungsi pengawasan yudikatif; dan lembaga perwakilan rakyat (pusat maupun daerah) yang merupakan fungsi pengawasan legislatif. Disamping fungsi kontrol dilakukan oleh aparatur negara di atas (state aparatus), masyarakat (civil society) juga memiliki peran strategi dalam menjalankan fungsi kontrol Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 75 IV. PENUTUP Kehidupan manusia sangat tergantung pada kehidupan lingkungan hidup itu sendiri, sehingga terlihat adanya hubungan yang tidak dapat terpisahkan antara manusia dengan lingkungan karena kedudukan lingkungan hidup sangat penting terhadap manusia. Penggunaan sumber daya alam yang tidak teratur dan terencana oleh manusia akan menimbulkan apa yang disebut dengan masalah lingkungan oleh karena itu diperlukan perangkat peraturan hukum. Bila kita lihat hal-hal yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang merupakan pengaturan dalam bentuk hukum maka dapat disimpulkan bahwa peranan hukum dalam masalah pengaturan lingkungan hidup adalah : - memberikan rumusan normatif atas perbuatan yang diperbolehkan, diwajibkan atau diharuskan maupun dilarang. - Sebagai pengaman dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup itu sendiri. - Sebagai sarana penaatan melalui penerapan aneka sanksi (variety of sanctions) - Memberi dan memperkuat mandate serta otoritas kepada aparat pemerintah terkait untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. DAFTAR PUSTAKA Harsono Boedi, 2003. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Penjelasannya, Djambatan Soemarwoto Otto, 1992. Analisi Dampak Lingkungan, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press. Santosa Mas Achmad, 2001. Good Governance dan Hukum Lingkungan Yasin Suhubdy, Chairussyuhur Arman, & Lalu Agus Fathurrahman. 1991. Sistem Pengelolaan Sumber Daya Pertanian Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Akademika Pressindo Undang-Undang Nomoe 23 Tahun 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tampung Penyang: Volume IV Nomor: 2 Agustus 2007 76