masa pereyaan hidup berkeluarga

advertisement
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
DAFTAR ISI
Daftar isi ……………………………………………………………...………..
Pengantar ………………………………………………………………...…….
Kotbah Pembukaan 03 Oktober 2010 ……………………………………........
Sarasehan Tema MPHB 2010.……………………….……………………...…
Renungan 1: Persekutuan Dengan Allah Menyelamatkan Keluarga ………....
PA Dewasa 1: Fungsi Keluarga Dalam Lingkungan Tempat Tinggalnya ........
PA Pemuda 1: Peran Anak Dalam Membangun Citra Keluarga........................
Kotbah 10 Oktober 2010 : .................................................................................
Renungan 2: Kehidupan Keluarga yang Tertib dan Teratur ……….................
PA Dewasa 2: Hidup Saling Memperhatikan ....................................................
PA Pemuda 2: Goal atau Gaul ...........................................................................
Kotbah 17 Oktober 2010 ....................................................................................
Renungan 3: Keceriaan Anak Dalam Keluarga ……....…………………….…
PA Dewasa 3: Perhatian dan Ketaatan Anak Terhadap Orang Tua ..................
PA Pemuda 3: Nilai-nilai Pengorbanan Dalam Keluarga .................................
Kotbah 24 Oktober 2010 ....................................................................................
Renungan 4: Kasih Membutuhkan Pengorbanan ………………….……….....
PA Dewasa 4: Pendidikan Iman Anak Yang Utama Dimulai Dari Keluarga ....
PA Pemuda 4: Tantangan Iman .........................................................................
Kotbah Penutupan 31 Oktober 2010 .................................................................
Panduan Aktivitas ...............................................................................................
1
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
PENGANTAR
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga (MPHB) tahun 2010 mengambil tema: “Tuhan Itu
Baik Kepada Setiap Keluarga“. Melalui tema ini diharapkan setiap keluarga menghayati dan
merasakan akan kebaikan Tuhan di dalam perjalanan kehidupannya. Keluarga adalah bagian
yang penting dalam pertumbuhan Gereja. Oleh karena itu Gereja terpanggil untuk mengambil
bagian dalam pembinaan keluarga.
Bahan MPHB ini merupakan panduan bagi setiap keluarga Kristen agar dapat dirayakan
selama satu bulan yang dimulai pada tgl. 03 – 31 Oktober 2010. Bahan MPHB tahun 2010 ini
berisi tentang kotbah pembukaan, bahan sarasehan, renungan keluarga, PA dewasa, PA
pemuda, panduan aktivitas, dan kotbah penutupan. Untuk panduan aktivitas supaya diatur
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kondisi dan keterjangkauan masing-masing jemaat
setempat (tidak harus seluruhnya dilaksanakan, tetapi dapat dipilih beberapa saja). Demi
lancarnya program ini Majelis Jemaat dapat membentuk panitia penyelenggara perayaan hidup
berkeluarga.
Selama Masa Perayaan Hidup Berkeluarga diadakan persembahan khusus dan hasil
persembahan 50% disetor ke Sinode GKSBS untuk keperluan pembiayaan penerbitan
dan pengiriman materi MPHB dan yang 50% dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan
gereja setempat.
Bahan panduan MPHB 2010 yang kami kirimkan ini hanya satu eksemplar, kiranya Majelis
Jemaat dapat memperbanyak (foto copy) sendiri sesuai dengan kebutuhan jemaat. Bahan ini
juga dapat di download di website: www.gksbs.org
Bahan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga tahun 2010 ini disusun oleh tim yang berasal dari
jemat-jemaat se GKSBS Klasis Bengkulu. Bahan MPHB ini telah disusun sesuai dengan
urutan waktu pelaksanaannya.
Kepada seluruh jemaat GKSBS, selamat merayakan hidup berkeluarga. Tuhan menyertai.
Metro, Juni 2010
Majelis Pekerja Sinode GKSBS
Sekretaris
Pdt. Bambang Semedi S.Th.
2
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Jadwal Masa Perayaan hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010
HARI/TANGGAL
BAHAN
KETERANGAN
Minggu,
Kotbah Pembukaan: Tuhan itu baik
03 Oktober 2010
kepada setiap keluarga
Minggu I
- Sarasehan Tema MPHB 2010
Tema: ”Tuhan itu baik
- Renungan Keluarga I
kepada setiap keluarga”
- PA Dewasa I
- PA Pemuda I
Minggu,
Kotbah: Membangun kehidupan dengan
10 Oktober 2010
ketidak adilan membuahkan kehancuran.
Minggu II
- Renungan Keluarga II
- PA Dewasa II
- PA Pemuda II
Minggu,
Kotbah: Keluarga yang damai dan
17 Oktober 2010
harmonis.
Minggu III
- Renungan Keluarga III
- PA Dewasa III
- PA Pemuda III
Minggu,
Kotbah: Sama itu baik, berbeda itu indah.
24 Oktober 2010
Minggu IV
- Renungan Keluarga IV
- PA Dewasa IV
- PA Pemuda IV
Minggu,
Kotbah Penutupan: Keluarga yang berani
31 Oktober 2010
berbagi
meskipun
hidup
dalam
keterbatasan.
Aktivitas Keluarga
Jadwal disesuaikan dengan
kondisi dan
keterjangkauan jemaat
setempat.
***
3
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kotbah Pembukaan: Minggu, 3 Oktober 2010
Minggu Trinitas 19, Warna Hijau
Bacaan: Kolose 3: 14-16
“TUHAN ITU BAIK KEPADA SETIAP KELUARGA”
Jemaat yang dikasihi Tugan Yesus Kristus,
Mengawali dan memasuki Masa Perayaan Hidup Berkeluarga (MPHB) GKSBS tahun 2010,
kita akan dituntun dalam terang tema: “TUHAN itu baik kepada setiap keluarga”, maka
dengan sukacita dan penuh rasa syukur, kebaikan Tuhan akan kita rayakan di dalam setiap
keluarga kita, keluarga GKSBS di mana pun berada.
Membicarakan tentang keluarga, tidak akan penah kehabisan bahan, dan mengupayakan
kesejahteraan keluarga adalah salah satu bentuk panggilan yang tak akan pernah selesai, maka
di dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar slogan tentang keluarga, misalnya ;
- “Keluargaku adalah istanaku”
- “Keluargaku adalah gerejaku”
- “Keluargaku adalah kekuatanku”
- “Keluargaku adalah sumber inspirasiku”
- “Keluargaku adalah semangatku”
- “Keluargaku adalah matahariku”
- “Keluargaku adalah hidupku”
Dan masih banyak lagi slogan tentang keluarga yang bisa kita dengar dan ungkapkan, ini
membuktikan bahwa betapa pentingnya keluarga itu bagi banyak orang, bahkan bagi setiap
orang, dan bagi GKSBS selain penting, keluarga itu begitu berharga dan sangat kaya akan
makna. Tak dapat dipungkiri, dan mesti diakui bahwa berasal dari keluarga-keluarga kitalah
yang tertebar tertanam dan tumbuh di seantero Sumatera Bagian Selatan yang adalah Rumah
Kita Bersama ini, maka GKSBS menjadi ada, tumbuh dan berkembang.
Keluarga itu indah, karena ia dicipta oleh Allah, dirangkai dengan kasih-Nya dan diikat dengan
Perjanjian-Nya. Keluarga menjadi tanda perjanjian cinta-kasih dan kesetiaan Allah kepada
manusia, sekaligus ingin mewujudkan dengan ikut ambil bagian dalam cinta-kasih Allah
didalam Kristus, maka keluarga-pun merupakan salah satu bentuk panggilan mengikut Kristus
untuk ikut mewujudkan dan menghadirkan tanda-tanda syalom damai-sejahtera dan sukacita
dalam kehidupan ini. Ini berarti bahwa setiap keluarga kita dibentuk oleh Allah. Sungguh
indah dan berharga dan mempunyai nilai yang terus menerus harus diperjuangkan dan menjadi
orientasi, sikap hidup dan moralitas dalam keluarga kristiani yang mengajarkan dan
mewujudkan: pertobatan, kemurnian, kejujuran, ketulusan, menghargai dan menghormati atas
dasar cinta-kasih. Konsekuensinya, setiap keluarga GKSBS dalam laku-hidup sehari-hari
hendaknya didasarkan pada nilai martabat pribadi yang dijunjung tinggi melalui cinta-kasih,
kesetiaan, kebenaran dan kemurniaan. Cinta-kasih yang dianut mempunyai kriteria
sebagaimana Kristus mewujudkannya dan bukan menurut aturan kita sendiri.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan
menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalahm hatimu, karena
untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol.3:14-15).
4
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Adalah bagian dari nasehat Paulus kepada jemaat Kolose, jemaat yang sesungguhnya belum
pernah dikunjunginya. Jemaat Kolose adalah buah penginjilan dan pelayanan Epafras.
Dari Epafras, Paulus mendapat semua informasi tentang jemaat Kolose dan Laodikia.
Nampaknya Epafras memang sengaja mengunjungi Paulus yang pada waktu itu ada dalam
penjara, untuk meminta nasehat dan bimbingan sehubungan dengan masalah dan berbagai
pengaruh ajaran yang timbul di Kolose. Jemaat Kolose sedang dilanda oleh berbagai pengaruh
pengajaran di luar iman kepada Kristus, misalnya:
- Adanya ajaran yang menganjurkan supaya pesta-pesta tertentu dirayakan, antara lain bulan
baru dan hari sabat, ada juga aturan khusus tentang makanan dan minuman (2:16)
- Adanya rupa-rupa peraturan; tidak boleh menyentuh ini dan itu, tentang makanan yang
haram dan halal (2:20-21)
- Adanya ajaran tentang matiraga dan bertapa (2:23)
- Adanya kesombongan rohani dengan merasa mendapat penglihatan khusus, dan pura-pura
merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat (2:18)
- Adanya ajaran filsafat, pengetahuan gaib dan roh-roh dunia (2:8)
Menanggapi berbagai pengaruh ajaran dan filsafat yang melanda jemaat Kolose itulah maka
Paulus menulis surat yang berisi nasehat-nasehat; agar kedudukan Kristus dan peranan-Nya
tidak dirong-rong dan terancam, iman Jemaat dikuatkan, agar Kristus tetap dipuji sebagai yang
utama baik dalam tata penciptaan maupun dalam tata penyelamatan, Kristus tidak dapat
disaingi oleh apapun atau siapapun (1:16), Dia-lah satu-satunya andalan orang beriman,
melalui baptisan orang beriman secara real bersekutu dan bersatu dengan Kristus yang
dibangkitkan sehingga Jemaat menjadi peserta dalam kemuliaan ilahi serta kuasa-Nya.
Penjagaan terhadap berbagai ajaran itu berbarengan dengan dorongan untuk memiliki
komitmen bahwa Kristus adalah Tuhan. Jemaat didorong untuk menanggalkan manusia lama
dan mengenakan manusia baru dengan hidup benar di hadapan Allah. Jika Jemaat mengikuti
teladan Kristus, pasti akan mampu menangkal dan melawan berbagai pengaruh ajaran yang
berkembang, sehingga setiap Jemaat, setiap keluarga dan bahkan setiap pribadi orang percaya
akan merasakan betapa hidup ini begitu indah, bermakna dan berharga. Hidup diwarnai dengan
sukacita, karena kita mengenal dan mengenakan kasih Kristus yang kita pakai sebagai pengikat
yang mempersatukan dan menyempurnakan. Dengan mengedepankan damai-sejahtera Kristus,
yang memerintah dalam hati kita, maka kita merasa dan sadar bahwa kita telah dipanggil-Nya
menjadi satu tubuh. Keindahan dan kebermaknaan sebagai satu tubuh inilah yang sangat
pantas kita rayakan dengan rasa syukur dan sukacita.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus kristus,
Oleh banyak gereja dan pendeta, Kol 3:14-15 ini sangat sering dijadikan ayat berkat di dalam
peneguhan dan pemberkatan nikah, dan itu benar. Pengertian satu tubuh selain dimaknai
sebagai satu kesatuan di dalam sebuah jemaat atau gereja, juga dapat dimaknai sebagai satu
kesatuan suami dan isteri yang diikat dengan kasih dan perjanjian menjadi sebuah keluarga.
Dan setiap keluarga pasti membutuhkan pengikat yang mempersatukan antar anggota keluarga,
agar tetap kuat dan kokoh dalam menghadapi berbagai pengaruh, tantangan dan godaan.
Sebagaimana ada kesejajarannya dengan Jemaat Kolose, keluarga-keluarga kita, yang adalah keluargakeluarga GKSBS yang berada di perkotaan, di pedesaan dan di mana pun berada, tentu tidak lepas dari
berbagai pengaruh; tantangan, perubahan, pengaruh buruk dan baik dari luar yang tidak dapat
dielakkan. Kemajuan teknologi yang pesat dan cepat mengguncang dan menjungkir-balikkan tatanan
moral dan spiritual kristiani di dalam keluarga. Dahulu hal-hal yang dinyatakan tabu dan belum
5
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
waktunya untuk diketahui karena batasan usia yang belum cukup, sekarang sudah tidak tabu lagi alias
bebas dan sangat mudah untuk “diakses”. Dahulu orang tua (bapak dan ibu) oleh anak-anak dianggap
serba tahu dan menjadi tempat anak-anak bertanya, sekarang dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang canggih, anak-anak tanpa bertanya pada bapak dan ibunya bisa tahu tentang apa
saja, bahkan lebih dulu tahu dari pada orangtuanya.
Pengaruh materialisme (jawa: kami bandanen), konsumerisme (jawa: sarwo pengin duwe) dan atheisme
(jawa : nolak Gusti Allah, Gusti ki ra penting) begitu cepat tersebar luas dan masuk dalam keluarga
dengan mudahnya juga karena kemajuan canggih alat-alat komunikasi moderen dan media massa,
sehingga peranan Tuhan dalam hidup manusia semakin tersingkir, makin lama makin parah. Tuhan
sudah tidak mendapat tempat sentral (pokok) di dalam keluarga, padahal selaku orangtua, bapak dan
ibu tetap bertanggungjawab atas pendidikan iman, pendidikan moral dan pendidikan nilai bagi anakanak yang berlangsung terus menerus di dalam keluarga..
Di tengah masalah dan tantangan zaman yang menekan hidup keluarga dewasa ini, ada satu hal yang
lebih menantang lagi, yaitu bagaimana setiap pribadi dan setiap keluarga menghadapinya? Kemajuan
teknologi, informasi yang terkomunikasikan dengan cepat melalui internet, ponsel dan sarana lainnya
tidak semuanya berdampak buruk, bila keluarga GKSBS terus menerus bersedia belajar agar menjadi
cerdas, masih banyak hal yang baik yang dapat kita peroleh, masih ada banyak hal yang baik yang dapat
dipelajari oleh keluarga-keluarga kita sebagai pengetahuan yang mengubah orientasi, sikap dan
pandangan hidup dan arah hidup ke depan dengan lebih baik.
Ada pepatah mengatakan; “for the best result, please the maker’s instructions” (bila menginginkan
hasil yang terbaik, silakan ikuti petunjuk-petunjuk si-pembuatnya) *). Keluarga itu indah, karena ia
dicipta oleh Allah, dirangkai dengan kasih-Nya dan diikat dengan Perjanjian-Nya. Ketika Tuhan
membentuk sebuah keluarga, Tuhan tidak membiarkan keluarga itu berjalan sendirian, Tuhan
menyediakan petunjuk untuk dilalui setiap keluarga yang dibentuk-Nya, memang Tuhan tidak
menjanjikan jalan yang mudah, tetapi Ia menyediakan tuntunan bagi setiap keluarga yang mau
menerimanya, hingga tiba selamat di pelabuhan yang indah.
Selamat merayakan keindahan keluarga, selamat merayakan kehadiran Tuhan di dalam keluarga.
Tuhan memberkati setiap keluarga GKSBS di mana pun berada, sebab Tuhan itu baik kepada setiap
keluarga, amin.
Nats Pembimbing
Hukum Kasih
Berita Anugerah
Persembahan
Nyanyian
:
:
:
:
:
Efesus 2:19-20
Ulangan 6 : 5-9
Kolose 2:6-7
Kolose 2:16-1
PKJ 11:1+3, KJ 447:1+3. PKJ 286:1-3. PKJ 198:1-3
KJ 451:1+2. KJ 286 : 1 dst (Persembahan). PKJ 288:1-4
PKJ 255 (Penutup)
*). Wignyasumarta, “Panduan Rekoleksi Keluarga” Kanisius 2003, hlm 31.
6
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
BAHAN SARASEHAN
Tema:
”TUHAN ITU BAIK KEPADA SETIAP KELUARGA”
Harta yang paling berharga adalah keluarga,
Istana yang paling indah adalah keluarga,
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada tara adalah keluarga.
Rangkaian kalimat di atas adalah sound track dari sinetron Keluarga Cemara yang memiliki
nilai moralitas yang tinggi, keluarga ini begitu sabar dalam menghadapi setiap persoalan,
mereka begitu sabar, kalem dan lemah lembut dalam menghadapi setiap persoalan dan
sekaligus polah tingkah anak-anak mereka. Bapak-Emak mampu menjadi ”team” yang solid
dalam ”me-manage” (mengelola) segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga mereka, anakanak begitu terbuka bercerita segala yang mereka alami dan rasakan kepada Bapak-Emak.
Apa itu keluarga?
Salah satu definisi ”keluarga” di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ”Ibu, Bapak
beserta anak-anaknya”. Definisi ini mirip dengan ide di negara barat. Akan tetapi keluarga inti
atau batih, ”nuclear family” adalah fenomena modern yang muncul akibat urbanisasi. Definisi
lain di KBBI yang lebih dekat ke ide Alkitab, adalah ”seisi rumah”, orang seisi rumah yang
menjadi tanggungan.
Keluarga di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Tidak ada kata untuk ’keluarga’ dalam PL yang dapat disamakan secara tepat dengan kata
modern ’keluarga inti’. Beberapa kelompok sosial digambarkan sebagai ’suku’ juga dapat
berarti keluarga yang tinggal dalam rumah yang sama (Kej 50:7-8); kelompok sanak yang lebih
besar/ luas termasuk dua atau lebih generasi (Kej 7:1, 14:14); dan juga sanak dalam arti luas
(Kej 24:38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang besar dan kadang-kadang
diterjemahkan sebagai ’kaum’.
Pada kenyataannya keluarga-keluarga yang digambarkan dalam PL adalah rumah tangga yang
mempunyai seorang laki-laki pada pusat kehidupan keluarga. Rumah tangga terdiri atas semua
orang, anak-anak, kerabat lain, pelayan-pelayan dan orang lain yang tinggal di rumah.
Walaupun ada kekuatan yang diandalkan dipola hidup ini, tetapi kenyataannya ada banyak
penyalahgunaan dan contoh yang tidak menempatkan fungsi keluarga atau masing-masing
anggota keluarga pada posisi yang sebenarnya, misalnya keluarga Ishak dan Yakub.
Keluarga di Perjanjian Baru tersusun seperti rumah tangga di Perjanjian Lama, yaitu rumah
tangga termasuk semua orang yang tinggal di rumah. Tidak ada kata di bahasa Yunani yang
dapat disamakan secara tepat dengan ide modern yaitu ’keluarga inti’. Rumah tangga besar
adalah bagian dari sebuah masyarakat. Di Perjanjian Baru ada beberapa pedoman untuk
kehidupan keluarga (Kol 3:18-4:1; Ef 5:21-6:9; I Pet 2:18 – 3:7; I Tim 2:8-15; 6:1-2) Pedoman
ini dimaksudkan agar suami, istri, orangtua, anak, dan pelayan menunjukkan bahwa ajaran
Kristen harus diterapkan di kehidupan rumah tangga.
Keluarga Kristen
Menurut Alkitab, keluarga adalah tempat manusia beranakcucu dan bertambah, tempat orangorang diajar untuk takut kepada Allah, dan belajar serta ingat pada Allah (Ul 6:4-10)
7
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Rumah tangga kristen mempunyai peran yang penting di hadapan Allah, karena hubungan
dalam keluarga mencerminkan hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam keluargalah kebiasaan
dari ajaran Allah diterapkan. Keluarga adalah komunitas yang dibangun Allah, yang di
dalamnya dikaruniakan pernikahan, anak-anak diasuh, dididik serta dibesarkan.
Membesarkan anak-anak adalah tugas dalam keluarga, tetapi mengajarkan anak-anak akan
iman kepada Allah adalah tugas orangtua sebelum menjadi tugas Jemaat. Jadi tugas penting
bagi setiap pemimpin keluarga yang utama adalah ’mengerti bagaimana keluarga mereka’ dan
bagaimana mensejajarkan dengan maksud Allah. Dengan demikian mereka hendaknya
mengerti betul tugas utama keluarga Kristen antara lain:
 Saling tunduk, yaitu saling memahami akan tugas masing-masing dengan peran yang
berbeda.
 Saling membangun dalam Iman kepada Kristus.
 Mengajar anak-anak mereka dan orang lain yang tinggal di rumah agar mereka
mengenal Kristus.
 Memelihara perilaku keluarga sesuai dengan kehendak Allah.
Pengaruh sikap mental terhadap Tradisi Keluarga
Contoh 1 : Seorang pria yang cuek, tidak disiplin dan seenaknya, menikah dengan seorang
gadis yang baik, lulusan dari sekolah yang mempunyai disiplin tinggi. Sikap hidup yang
seenaknnya dan ngawur itu ditunjukkan, misalnya dengan tidak mau ke dokter jika sakit
karena tidak pernah percaya kepada dokter. Jadi kalau sakit dibiarkan saja atau diobati
sendiri. Suka berkata-kata kasar dan berpakian seenaknya di rumah, bahkan juga kalau
bertamu ke rumah orang lain. Tetapi selama menikah, sikap sang pria yang seenaknya,
ngawur tidak disiplin rupanya tetap tidak berubah, dan sang istri pun membiarkan saja.
Bahkan sampai mereka telah mendapatkan 3 putra. Apa akibatnya? Sang istri lambat laun
terpengaruh dan ikut-ikutan menjadi cuek, berantakan, seenaknya, dan mau gampangnya
saja.....Alhasil sikap jelek yang menjadi kebiasaan pria tersebut menjadi ’tradisi keluarga’
setelah semua anggota keluarga meneladani dan mengikuti semua tindak-tanduknya.
SIKAP MENTAL
melahirkan
TINDAKAN
TINDAKAN YANG BERULANG
melahirkan
KEBIASAAN
KEBIASAAN MENDARAH DAGING
melahirkan
TABIAT
TABIAT YANG DIMILIKI SEBAGIAN
BESAR ANGGOTA KELUARGA
melahirkan TRADISI KELUARGA.
Dengan demikian jika seorang ibu mempunyai sikap mental negatif, yaitu suka marah-marah
kalau anaknya berbuat salah, maka sikap ibu itu melakukan sebuah tindakan negatif. Ternyata
beberapa saat kemudian, tindakan itu diteruskan. Di kemudian hari kalau sang anak berbuat
salah lagi, ibu tersebut marah-marah lagi. Di sini dikatakan bahwa tindakan marahnya sudah
menjadi kebiasaan. Ternyata seiring dengan berjalannya waktu, marah-marah bukan semakin
berkurang, malah semakin menghebat. Sampai anak tumbuh dewasapun kalau melakukan
kesalahan sedikit saja, sang ibu marah besar. Kebiasaan yang terbawa dalam waktu yang lama
akan mendarah daging, akhirnya secara tidak sadar seluruh anggota keluarga terpengaruh oleh
sifat sang ibu, menjadi orang yang mudah marah.
Contoh 2 : Pada suatu keluarga ada budaya-budaya yang ditekankan sejak kecil, yaitu: Yang
paling penting dalam hidup ini adalah uang, uang, dan uang. Masalah sikap, pergaulan dan
budi pekerti itu sih nomor 17....yang penting uang. Membahagiakan diri sendiri dengan cara
8
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
apapun itu lebih penting, masalah orang lain dan masalah masyarakat urusan nanti. Dua
budaya diatas ini akhirnya mempegaruhi kedua anaknya yang menjadi pegawai. Kedua
anaknya menjadi koruptor, karena yang ada dalam benak anak itu hanya uang, uang dan
uang. Dengan uang mereka mudah mencapai kenikmatan-kenikmatan duniawi.
Bagaimana dengan tradisi di keluarga kita....? Apakah penanaman nilai dan moral secara
terencana kita sadari dan kita lakukan?
Gambaran di atas hanya sekelumit dari setumpuk persoalan keluarga, yang ternyata secara
tidak sadar mengajarkan kebiasaan yang tidak benar justru lahir dari dalam kelurga itu sendiri.
Keluarga sebagai bagian dari masyarakat harus menghadapi gempuran yang sangat dahsyat,
harus tetap tahan dalam setiap hembusan angin dan terpaan gelombang yang setiap saat
mengancam dan menghancurkan keluarga.
Berbagai tayangan Televisi, Sikap Hedonisme, Materialisme, Globalisasi, Pergaulan Bebas,
Narkoba, Perselingkuhan, Pengaruh buruk perkembangan IT, menurunnya nilai-nilai
kesetiakawanan, mahalnya biaya sekolah, kesehatan, hubungan sosial/ kekerabatan,
keterpisahan anggota keluarga, lapangan pekerjaan dan lain sebagainya menghantui pada setiap
kehidupan keluarga kita. Bahkan yang lebih memprihatinkan perkembangan teknologi
merasuk dalam kehidupan Gereja/ Anggota Jemaat, sehingga secara tidak sadar anggota jemaat
kurang menghargai kekudusan ibadah.
Bagaimana kita menyikapinya? Masih adakah pendidikan nilai menjadi bagian pengajaran
bagi anak-anak kita?
Keluarga dalam pertumbuhan Iman
Paulus menggambarkan apa yang terjadi di Efesus 2: 11-22. Bahwa mereka didekatkan kepada
Allah melalui darah Kristus. Dan kedua bagian besar dari manusia orang Yahudi dan bukan
orang Yahudi, diciptakan satu sama lain dalam Kristus. Kelompok baru ini adalah tubuh
Kristus, umat Allah, rumah tangga Allah, rumah tempat Allah mendiami, bait Allah tempat Ia
tinggal melalui Roh-Nya. Orangtua bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhankebutuhan anggota keluarga, termasuk pertumbuhan rohani.
Semua anggota keluarga dapat bersama-sama membagi iman sesungguhnya dalam Allah. Yang
diperlukan dalam keluarga justru pada pengalaman mempraktikkan iman itu. Orang tua
hendaknya membiarkan iman itu menjadi pengalaman keluarga dan membantu anak-anak
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak cukup bagi anak hanya berdoa waktu
tidur dan makan, tetapi juga bagaimana kita mengajak anak-anak juga berdoa dengan iman
untuk hal-hal yang terkait dalam kehidupan mereka atau kehidupan keluarga (misal berdoa
untuk teman atau adik yang sakit).
Orangtua berperan sebagai iman di keluarga. Mereka membawa kehidupan Allah kepada
anak-anak dan membawa anak-anak kepada Allah. Peran dua arah ini sangat penting untuk
kesehatan rohani keluarga. Keluarga juga harus senantiasa menghadirkan Kristus dalam setiap
bagian kehidupannya, keluarga memperlihatkan ’kasih Kristus’ kepada masyarakat dan kepada
dunia.
Masih adakah tempat atau waktu di keluarga saudara untuk orang lain?
Ada banyak cara untuk menurunkan iman kepada anak-anak di keluarga. Kita tidak harus
mendidik anak-anak dengan cara sama seperti orang lain. Kombinasi anak di rumah juga akan
mempengaruhi cara pendidikan di rumah. Sikap dan gaya hidup orangtua lebih penting, kalau
kita sendiri hidup di dalam hubungan yang benar dengan Allah, anak-anak secara tidak
langsung akan mempelajarinya. Alkitab secara tegas mengajarkan nilai pengajaran yang
informal dan berhubungan di rumah (Ul 6:4-9). Inilah model yang lebih baik dan tepat untuk
pendidikan keluarga Kristen.
9
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Ketika berbagai permasalahan melanda keluarga kita, biaya pendidikan anak-anak kita yang
membumbung tinggi, penyakit yang tak kunjung sembuh pada anggota keluarga, meninggalnya
salah satu anggota keluarga yang dicintai, gangguan kemajuan teknologi yang mengancam
perkembangan anak-anak, dan setumpuk persoalan lain, tetapi dengan iman yang ada pada
keluarga ternyata kita dapat melewati dan melampuinya dalam naungan kasih Tuhan.
Bukankah ini menunjukkan bahwa Tuhan itu baik bagi keluarga kita? Atau mungkin ada
keluarga yang tidak mampu mengatasi berbagai kemelut, masih adakah pengakuan bahwa
Tuhan tetap baik pada keluarga kita?
Salah satu konteks yang menjadi tempat pendidikan anak-anak adalah Gereja. Keluarga
menjadi bagian yang istimewa dalam pertumbuhan Gereja/ Jemaat. Gereja terpanggil untuk
mengambil bagian dalam pembinaan keluarga. Setiap keluarga telah merasakan betapa
baiknya Tuhan dalam kehidupan dan perjalanannya. Ketaatan kita kepada Yesus akan
mempermudah ketaatan yang lain untuk mengalir, ketaatan dalam pelayanan, kehidupan
sebagai suami, istri, orangtua, dan anak serta kehidupan sebagai warga masyarakat. Kini
Gereja/ Jemaat (GKSBS) terpanggil untuk:
 Melindungi keluarga-keluarga dari pengaruh negatif modernisasi.
 Menciptakan sikap agar seluruh anggota keluarga ”bangga” dengan keluarga kita
masing-masing.
 Memberdayakan keluarga (Bapak-Ibu-Anak) untuk mengambil peran masing-masing
secara benar demi keutuhan keluarga
 Memberi arah keluarga-keluarga melalui bimbingan pastoral.
 Membuat keluarga menjadi bagian dari gereja secara utuh. Keluarga menjadi gereja
kecil (ecclesiola) atau gereja rumah tangga (ecclesia domestica)
Selamat merayakan hidup berkeluarga, Tuhan Memberkati.
***
10
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Renungan Keluarga Minggu ke 1.
Bacaan: Kejadian 2: 18-25
PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH MENYELAMATKAN KELUARGA
Pada masa sekarang ini kalau kita menonton salah satu acara di televisi, maka kita akan sangat
terkejut karena banyak para tokoh atau selebritis (artis) yang bercerai. Karena tayangan
infotainment itu dilaksanakan siang hari pada jam-jam kerja maka mungkin kaum ibu yang sering
menontonnya. Jadi kemungkinan untuk berita ini kaum ibu lebih tahu. Penyebab perceraian atau
kehancuran rumah tangga yang ditayangkan tersebut biasanya karena ketidak mampuan
mengelola perbedaan dalam keluarga.
Kita akui bahwa dikota-kota besar saat ini banyak orang yang super sibuk. Ayah sibuk dengan
pekerjaannya, demikian ibu-ibu sibuk dengan pekerjaan kantor bagi yang wanita karier ataupun
banyak ibu-ibu yang ikut kegiatan sosial dan arisan. Akibatnya pulang ke rumah sudah larut
malam karena kelelahan sesampainya di rumah langsung tertidur. Keadaan demikian membuat kita
tidak ada waktu untuk melakukan komunikasi (berkomunikasi) dengan anggota keluarga. Karena
kesibukan masing-masing maka komunikasi antara suami dan istri hanya dilakukan lewat telepon
dan kalau demikian maka yang dikomunikasikanpun sifatnya terbatas. Padahal komunikasi itu
sangat diperlukan dalam melanjutkan kehidupan berumah tangga. Jika komunikasi tidak
dilaksanakan atau komunikasi antara suami dan istri sudah jarang dilaksanakan maka lambat
namun pasti kehidupan keluarga atau kehidupan rumahtangga menjadi terancam. Dan perceraian
sudah diambang pintu dan mungkin perceraianlah yang menjadi pilihan utama.
Tuhan menjadikan manusia laki-laki dan perempuan dengan maksud manusia itu mempunyai
teman yang sepadan, yang dapat diajak berkomunikasi, sehingga tidak merasa kesepian. Menurut
Kejadian 2: 24 pada intinya bahwa manusia yang hidup berkeluarga, laki-laki meninggalkan ayah
dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging. Tuhan mempertegas lagi
bahwa apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak dapat diceraikan oleh manusia (lihat Matius
19: 6). Jadi dimata Tuhan bahwa kehidupan berumahtangga begitu sakral sehingga tidak dapat
diceraikan oleh siapapun termasuk oleh manusia itu sendiri
Kehidupan berumah tangga memang tidak ada yang sempurna, pasti setiap kita yang sudah
berkeluarga merasakan bahwa ada bermacam persoalan yang harus dipecahkan. Pemecahan
persoalan dalam rumah tangga harus diselesaikan dengan melakukan komunikasi. Dengan
melakukan komunikasi suami dan istri serasa menjadi teman sekerja yang secara bersama-sama
dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Hal yang paling penting dan mendasar juga sangat
diperlukan dalam kehidupan berkeluarga adalah persekutuan dengan Tuhan. Persekutuan dengan
Tuhan berarti kita mengajak Tuhan Yesus menjadi teman sekerja kita dalam menghadapi
kehidupan berumah tangga. Jika kita sudah mengajak Tuhan Yesus menjadi teman sekerja kita
berarti kita sudah sangat yakin dengan pasangan masing-masing bahwa dalam melaksanakan
pekerjaan tetap akan dibantu oleh Tuhan. Sehingga pikiran yang aneh-aneh terhadap pasangan kita
ataupun gosip yang melanda kehidupan keluarga kita bisa kita atasi. Selain itu kalau Tuhan sudah
menjadi bagian dalam kehidupan rumah tangga kita, baik suami maupun istri harus tunduk pada
perintah Tuhan. Kalau masing-masing keluarga baik istri maupun suami menuruti apa yang
diperintahkan oleh Tuhan maka perpecahan dalam keluarga tidak akan terjadi. Dengan demikian
berarti keutuhan keluarga dapat dipertahankan dan pada akhirnya keluarga dapat diselamatkan dan
perceraian tidak akan terjadi. Selain itu jika keluarga bersekutu dengan Allah maka kitapun akan
dimampukan untuk mendidik anak-anak dalam keluarga menjadi anak-anak yang takut akan
Tuhan. Karena anak-anak juga akan menuruti apa yang dilakukan oleh bapak dan ibunya. Ibu dan
bapak akan membimbing anak-anak berdasarkan firman Tuhan sehingga keluarga seluruhnya
diselamatkan.
Pokok Doa:
1. Mensyukuri kebaikan Allah dalam keluarga.
2. Keluarga tetap berupaya untuk menciptakan hidup yang harmonis dalam persekutuan dan
akrab dengan lingkungannya. ***
11
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Dewasa Minggu ke 1.
Bacaan: 1 Korintus 12:12-26
Bacaan: Yeremia 29: 4-7
FUNGSI KELUARGA DALAM LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALNYA
Pengantar.
Pembuangan bangsa Yehuda ke Babel akibat murka Tuhan Allah. Peringatan-Nya yang
berkali-kali kepada umat-Nya melalui utusan Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya; tetapi
umat-Nya tidak menghiraukan, bahkan mencemooh.
Penyesalan bangsa itu sudah terlambat, dunia terasa kiamat karena penderitaan panjang
terbentang dihadapannya.
Nabi Yeremia diutus Tuhan Allah untuk mendampingi umat-Nya. Bukan sekedar
menghibur dengan harapan-harapan kosong; tetapi menguatkan untuk menerima kenyataan.
Masa depan mereka dibangun kembali dari puing-puing keputusasan. Tujuh puluh tahun
menjadi tawanan dan budak di negeri orang bukan waktu yang pendek.
Bertahan dalam iman pada masa kesesakan juga perlu perjuangan; apalagi berdoa bagi
kesejahteraan kota penguasa yang menindasnya. Tetapi itulah pesan Tuhan Allah kepada
umat-Nya di pembuangan melalui nabi Yeremia.
Jika kita mencoba membayangkan untuk menempatkan diri sebagai umat yang dibuang,
saya yakin timbul perasaan takut, sebab dibuang berarti ditempatkan di suatu daerah yang serba
asing, terpisah dari sanak saudara dan kehilangan pekerjaan. Dalam situasi demikian orang bisa
menjadi frustrasi dan stres, sebab kehilangan masa depan dan kebahagiaan rumah tangga.
Iman kepada Tuhan dapat mengubah keadaan sedih, problem, penderitaan dan peristiwa
tragis menjadi kesempatan untuk menempa diri dan membangun masa depan yang lebih baik.
Kadangkala kita tidak memberlakukan iman sebagai kekuatan pengubah. Tetapi sebaliknya,
kita lebih membiarkan diri dikuasai oleh rasa putus asa dan kesedihan yang berlebihan.
Bahan Diskusi.
1. Dalam masa-masa sulit bangsa Yehuda tetap diingatkan untuk membangun keluarga.
Rumah tinggal, mencari nafkah dan kehadiran anak adalah unsur-unsur penting dalam
sebuah keluarga. Hal-hal apa saja yang saudara (keluarga) lakukan ketika menghadapi
masa-masa sulit?
2. Di tanah pembuangan Babilonia, umat Tuhan tertantang imannya untuk membangun
masa depan yang bahagia. Bagaimana dengan keluarga-keluarga Kristen yang berada
di tanah air yang subur, merdeka dan berada dirumahnya sendiri, apa yang bisa
dilakukan?
Berilah contoh bahwa keluarga Kristen menjadi berkat bagi lingkungan dan
sesamanya!
3. Apa yang saudara (keluarga) rasakan, ketika kita sudah bisa berbagi dengan lingkungan
di sekitar kita?
12
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Pemuda Minggu ke 1.
Bacaan : 1 Samuel 2:11-17
PERAN ANAK DALAM MEMBANGUN CITRA KELUARGA
Pengantar
Hofni dan Pinehas adalah anak imam Eli, yang suka mengambil persembahan korban
sembelihan dan menghinakan Allah dengan menuntut bagiannya sendiri sebelum bagian untuk
Allah dibakar diatas Mezbah. Eli berusaha menegur anaknya tetapi tidak memberikan sanksi atau
memarahinya, sehingga mereka tidak mengindahkan teguran ayahnya. Eli yang sudah tua tidak
dapat mengendalikan kelakuan anak-anaknya, yang terjadi adalah pembiaran. Terhadap hal ini
Allah menghukum imam Eli dan keluarga.
Cerita tersebut menyatakan bahwa kehormatan jabatan imam dari seorang ayah dipertaruhkan
pada kehidupan anak-anaknya. Namun sayang anak-anaknya telah gagal dalam menjaga citra
ayahnya yang adalah seorang imam. Serupa dengan itu, berikut ini kita dengarkan penuturan
seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya; “Berjualan bakwan goreng adalah pekerjaanku,
simpang tiga sudut kota Jl. Sudirman menghiasi hari-hari ruang dan waktu, suamiku seorang
pegawai negeri sipil dan telah meninggal sepuluh tahun yang lalu, uang pensiun suamiku tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga, aku mempunyai dua orang anak, sebut saja
nama anak pertamaku itu Sandi, dan anak keduaku Santo. Sandi berumur 21 tahun, sedangkan
Santo baru 16 tahun. Dengan kerja keras aku menyekolahkan anak-anakku, entah bagaimana
caranya, aku ingin anak-anakku sukses. Tetapi akhir-akhir ini pikiranku begitu gelisah, bukan
lantaran biaya, sebab aku yakin Tuhan sumber berkat, kudengar dari teman-temannya ia berhenti
kuliah dan bekerja ditempat hiburan malam, Sandi yang kuanggap anak yang pendiam kini telah
berubah, kata teman-temannya ia pecandu narkoba, setiap kuajak ke gereja ia punya begitu banyak
alasan untuk berkata tidak. Sebulan yang lalu aku dipangil kepala sekolah, sebab sudah satu bulan
Santo bolos sekolah. Suatu hari dengan mencoba untuk berani, aku bertanya pada Pendeta,
beberapa nasehat dan doa penguatan menjadi penghiburku, namun aku tetap ragu, sebab harapanku
ada di bahu anak-anakku”.
Bagaimana dengan gambaran keluarga-keluarga sekarang? Ada begitu banyak kebiasaan baik
keluarga yang sekarang mulai hilang, contohnya ibadah bersama dimalam hari, bermain dan belajar
bersama, makan bersama, orang tua berpamitan kepada anak dan anak juga berpamitan kepada
orang tua saat bepergian, jadi ikatan batin dalam keluarga kini telah hilang. Ada begitu banyak
anak yang tidak ikut merasakan perjuangan orang tua, dan ada begitu banyak anak pula yang tidak
mampu membanggakan orang tua, lupa akan kasih, lupa akan kebersamaan, tidak ada perjuangan,
tidak ada tekad untuk membangun cinta dan citra dalam keluarga.
Bahan Diskusi
1. Dalam 1 Samuel 2: 11-17, menggambarkan kehidupan keluarga seorang Imam, yang pada
masa itu dipandang terhormat. Kehormatan seorang ayah dipertaruhkan pada kehidupan
anak-anaknya. Akhirnya keluarga Eli hancur karena anak-anaknya telah berbuat dosa.
Dalam hal ini siapa yang salah, orang tuanya ataukah anak-anaknya? Lalu menurut saudara
bagaimana seharusnya yang dilakukan dalam keluarga?.
2. Mencermati cerita seorang ibu dengan dua orang anak tersebut di atas, menurut saudara
apakah Sandi dan Santo termasuk anak yang nakal, apa alasannya? Jika saudara jadi ibu
itu, bagaimana perasaan saudara dan apa yang harus dilakukan?
3. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan orang tua? Dan mengapa sebagai
anak kita harus membanggakan orang tua dengan prestasi dan karya?
***
13
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Khotbah Minggu, 10 Oktober 2010
Minggu Trinitas 20, Warna Hijau
Bacaan Alkitab Yeremia 22 : 13 – 19
MEMBANGUN KEHIDUPAN DENGAN KETIDAKADILAN
MEMBUAHKAN KEHANCURAN
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kehidupan masyarakat Jawa ada pepatah yang mengatakan “kacang ora nate ninggal
lanjarane” (artinya; kacang tidak meninggalkan tiang tempat merambatkan batangnya). Makna
yang terkandung didalam pepatah ini bahwa perilaku dan kehidupan anak itu mengikuti
perilaku dan kehidupan orangtuanya. Apabila perilaku dan kehidupan orang-tuanya baik
maka perilaku dan kehidupan anaknya juga akan baik. Sebalaiknya apabila perilaku dan
kehidupan orangtuanya jelek maka anak akan mengikuti perilaku dan kehidupan orangtuanya
yang jelek.
Bagaimanakah kebenaran pepatah ini? Marilah kita pergumulkan bersama berdasarkan firman
Tuhan Yeremia 22: 13-19 yang menyoroti kehidupan Yosia raja Yehuda dan Yoyakim anaknya
sebagai penggantinya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kerajaan Israel pada tahun + 931 SM pecah menjadi dua. Kerajaan Israel di sebelah utara
dengan ibu kota Samaria dan kerajaan Israel di sebelah Selatan Kerajaan Yehuda dengan ibu
kota Yerusalem. Yoyakhim adalah salah satu raja Yehuda yang memerintah pada tahun 609597 SM. Yosia ayah Yoyakhim memerintah Yehuda dari tahun 639 – 609 SM. Yaitu selama
31 tahun (II Raja-Raja 22: 1). Pada zaman raja Yosia, Yehuda dipimpin dengan keadilan.
Yosia bertindak sebagai raja yang mengadakan pembaharuan moral dan spiritual (II Raja-Raja
22: 4-7, 23 : 4-dst), Yosia sebagai raja yang hidup dengan sederhana.
Raja Yosia yang memerintah dengan keadilan, banyak mengadakan pembaharuan dan bergaya
hidup sederhana ini, ternyata tidak diikuti dan tidak dilanjutkan oleh anaknya yaitu raja
Yoyakhim.
Raja Yoyakhim memerintah Yehuda selama 11 tahun (II Raja-Raja 23: 36). Dalam
pemerintahannya ia melakukan ketidakadilan, kelaliman (ayat 13), Yoyakhim membangun
kehidupannya, kerajaannya dengan kesombongan (ayat 14), mata dan hati Yoyakhim tertuju
kepada pengejaran untung dan kepada penumpahan darah orang yang tak bersalah, kepada
pemerasan dan kepada penganiayaan (ayat 17).
Dalam kehidupan dan pemerintahan, raja Yoyakhim tidak mengenal kebenaran, ia melakukan
ketidakadilan, kelaliman, kesombongan, pengejaran untung, penumpahan darah, pemerasan
dan penganiayaan, maka Tuhan tidak berkenan kepadanya. Dengan perantara nabi Yeremia
nubuat Tuhan Allah dinyatakan kepada raja Yoyakhim; orang tidak akan meratapi dia, orang
tidak akan menangisi dia (ayat 18), ia akan dikuburkan sama dengan cara mengubur keledai
yang diseret dan dilemparkan keluar pintu gerbang (ayat 19), bahkan akhir dari kehidupan dan
pemerintahan raja Yoyakhim membuahkan kehancuran. Tuhan tidak berkenan dan murka
sehingga Tuhan mengerakkan gerombolan orang-orang Kasdim, Aram, Moab dan orang Amon
untuk menghancurkan kekuasaan raja Yoyakhim. (II Raja-Raja 24: 2)
14
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pepatah Jawa yang menyatakan ”kacang ora nate ninggal lanjarane” tidaklah selalu cocok
khususnya dikenakan dalam kehidupan Yosia dengan anaknya Yoyakhim. Raja Yosia dalam
pemerintahannya senantiasa berlaku adil sehingga membuahkan keberhasilan. Sedangkan
Yoyakhim sebagai anak melakukan yang sebaliknya dan berbuahkan kehancuran.
Hidup dalam keadilan sampai saat ini merupakan hal yang masih harus diperjuangkan baik
ditengah keluarga, gereja maupun masyarakat. Tindakan-tindakan yang membuahkan
ketidakadilan seperti korupsi, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, terhadap kaum
perempuan, tindakan kekerasan dalam rumahtangga, eksploitasi terhadap kehidupan anak-anak
masih sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Semuanya itu membuahkan penderitaan
bahkan kehancuran dalam kehidupan.
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
mengembangkan nilai-nilai seperti ”Asketik untuk Berbagi”. Hendaknya mendorong kita
secara terus menerus untuk bersedia berbagi demi terwujudnya suatu keadilan sehingga akan
membuahkan kebaikan dan berkat bagi orang lain. Nilai keadilan gender, kesetaraan laki-laki
dan perempuan, hendaknya mendorong dan mengembangkan kehidupan kita untuk menghapus
diskriminasi, kekerasan, eksploitasi kaum perempuan dan anak-anak dalam upaya menegakkan
martabat laki-laki dan perempuan.
Marilah kita membangun kehidupan kita (diri kita, keluarga kita, anak kita, gereja dan
masyarakat kita) berdasarkan keadilan karena memang Allah menghendaki terwujudnya
keadilan di muka bumi. Amin.
Nats Pembimbing
Hukum Kasih
Berita Anugerah
Persembahan
Nyanyian
:
:
:
:
:
Mazmur 85 : 10-11
Lukas 10 : 25-28
Filipi 4 : 8-9
Mazmur 48 : 10-11
KJ. 21 : 1,4. PKJ. 286 :1-3. PKJ. 14. KJ. 50 a : 1,6
PKJ. 289 :1,4. PKJ. 5. KJ.417 : 1,3
***
15
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Renungan Keluarga Minggu ke 2.
Bacaan Alkitab Kolose 3: 18-25
KEHIDUPAN KELUARGA
YANG TERTIB DAN TERATUR
Tuhan Allah sebagai Bapa yang menciptakan dan memelihara bumi dengan segala isinya
adalah Bapa yang sejak semula berkarya dengan tertib dan teratur. Sampai saat ini ketertiban dan
keteraturan karya Allah Bapa itu masih bisa kita lihat seperti yang nampak; setiap hari matahari
terbit dan terbenam, siang berganti malam. Tuhan Allah menghendaki agar segalanya berjalan
dengan tertib dan teratur. Bapa Sang Pencipta menghendaki agar kita juga hidup dengan tertib dan
teratur baik kehidupan kita di tengah keluarga, gereja, masyarakat, di jalan, di pasar dan dimanapun
kita hidup.
Rasul Paulus di dalam Surat Kolose 3: 18-25 memberikan nasehat kepada orang-orang
Kristen di Kolose agar kehidupan mereka di tengah keluarga mewujudkan kehidupan bersama yang
tertib dan teratur. Setiap anggota keluarga; bapak, ibu, anak atau anggota keluarga yang lain
(“hamba”/ orang yang turut membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga kita, kakek, nenek,
pakde, bude, paman dan yang lain yang turut tinggal di rumah kita) semua mempunyai hak dan
kewajiban untuk saling menghormati, saling mengasihi dan memenuhi tugas serta
tanggungjawabnya masing-masing. Isteri hormat kepada suami, suami mengasihi isteri, anak taat
pada orang tua, orang tua memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak-anaknya, hamba taat pada
tuannya. Hak dan kewajiban, tugas dan tanggungjawab itu harus dinyatakan oleh masing-masing
anggota keluarga agar kehidupan keluarga tertib dan teratur sehingga akan membuahkan kehidupan
keluarga yang harmoni.
Rasul Paulus mengajarkan serta mengingatkan agar orang-orang percaya mewujudkan
kehidupan yang tertib dan teratur, karena ia mempunyai keyakinan bahwa Tuhan Allah sumber
ketertiban dan keteraturan telah mengaruniakan kepada setiap orang percaya roh yang
membangkitkan ketertiban (bdk. 2 Timotius 1 = 7). Tuhan sudah mengaruniakan roh yang
membangkitkan ketertiban, dengan demikian jika dalam kehidupan ini kita tidak hidup dengan
tertib dan teratur berarti kita tidak hidup menurut roh yang dikaruniakan Tuhan, oleh sebab itu
harus ditegor.
Bagaimana dengan kehidupan keluarga kita? Fasilitas hidup yang ditawarkan dan
disediakan pada zaman modern ini sering mendorong keluarga kita hidup tidak tertib dan teratur.
Menonton acara televisi, kesibukan/ kegiatan masing-masing anggota keluarga sering menjadi
penyebab tidak terlaksananya makan bersama, kebaktian keluarga dengan tertib dan teratur.
Di jalan raya sering kita lihat anak-anak di bawah umur yang dibiarkan oleh orang tuanya
mengendarai sepeda motor, yang sering memperpanjang daftar kecelakaan. Anak-anak kita yang
sudah SLTA sering bangun tidurnya tidak tertib, berangkat sekolah kesiangan. Anak-anak dengan
fasilitas HP, main internet sampai tidak mengenal waktu. Berbagai jenis makanan yang ada dan
ditawarkan kita konsumsi tanpa kendali yang berakibat bapak, ibu, anak bertubuh “super jumbo”
alias kegemukan yang akhirnya timbul berbagai gangguan dalam tubuh kita karena kita makan
dengan tidak tertib dan teratur serta seimbang.
Melalui renungan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga Tahun 2010 ini Tuhan tetap
berkehendak baik untuk kehidupan keluarga kita dengan mengingatkan kita melalui firman-Nya
agar kita tetap berupaya memelihara, memupuk serta mewujudkan nilai-nilai ketertiban dan
keteraturan dalam kehidupan keluarga kita.
Pokok –pokok doa
1. Untuk kehidupan keluarga yang tertib dan teratur.
2. Untuka kehidupan masyarakat bangsa dan negara yang tertib dan teratur.
3. Untuk keidupan bergereja yang tertib dan teratur.
***
16
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Dewasa Minggu ke 2
Bacaan: 1 Korintus 12: 12-26
HIDUP SALING MEMPERHATIKAN
Pengantar.
Rasul Paulus dalam suratnya 1 Korintus 12 mengatakan, bahwa semua orang, baik Yahudi
maupun Yunani, baik budak maupun orang merdeka didalam Kristus adalah satu tubuh.
Kemudian Paulus menguraikan tentang kesatuan tubuh yang terdiri dari banyak anggota.
Masing-masing anggota saling berhubungan satu dengan yang lain dan saling membutuhkan.
Tidak boleh ada anggota yang menganggap dirinya lebih utama dari pada anggota yang lain.
Bahkan, lanjut Paulus, bagian anggota yang kurang elok dan lemah harus diberikan perhatian,
karena mereka juga berguna.
Apa yang dikemukakan Rasul Paulus adalah gambaran sebuah jemaat yang terdiri dari banyak
anggota tetapi satu tubuh. Agar jemaat tidak terancam perpecahan, masing-masing anggota
yang berbeda-beda itu harus hidup saling memperhatikan dan menghormati. Jika satu anggota
menderita, semua anggota turut menderita. Jika satu anggota dihormati, semua anggota turut
bersuka cita (ayat 26).
Pada konteks jemaat sekarang ini terdapat beraneka latar belakang Gereja asal, suku, budaya,
profesi dan lain-lain. Mereka dengan latar belakang yang berbeda-beda itu bergabung dalam
suatu keluarga besar yang bernama GKSBS. Jika dikelola dengan baik latar belakang yang
berbeda-beda itu merupakan suatu kekayaan yang dapat digunakan untuk membangun Gereja
sebagai tubuh Kristus. Namun kenyataannya tidak semudah itu, bahkan perbedaan cenderung
dapat membawa peluang perpecahan jemaat.
Bahan Diskusi.
1. Apa yang dimaksud dalam perkataan Rasul Paulus ” Jika satu anggota menderita, semua
anggota turut menderita. Jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersuka cita”
(ayat 26). Jelaskan!
2. Ada keluarga yang mengalami kesedihan karena anaknya yang baru lahir meninggal dunia.
Untuk menunjukkan empati (turut merasakan apa yang dirasakan orang lain) apa yang
dapat saudara lakukan?
3.
Keluarga besar jemaat GKSBS terdiri dari bermacam suku, bahasa, gereja asal, tempat
tinggal, profesi dan lain-lain. Upaya-upaya apa untuk merajut/ mengelola ini semua?
***
17
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Pemuda Minggu ke 2.
Bacaan: Pengkhotbah 11: 9-10.
GOAL ATAU GAUL
Pengantar
”Prikitrilkitril sekarang jadi pusat perhatian banyak orang, bukan karena ia jadi kembang desa,
tetapi lantaran penampilannya yang sedikit berbeda akhir-akhir ini. Gara-garanya nonton
sinetron di TV Prikitrilkitril sering pakek rok mini, maklumlah Prikitrilkitril baru minum obat
pelangsing yang ada di iklan TV brooo.rambut keritingnya juga sudah direbonding, katanyasih
biar gaul gituloh. Ee…emang dasar om notolmotol, kesempatan ini tidak disia-siakannya,
tante Prikitrilkitril diajak ke mall, katanya sih mau dibelikan HP, ee… nggak tahunya malah
diajak kehotel melati, selama dua hari, nggak pakek rok lagi”.
(Sory brooo ceritanya disensor, kira-kira gimana cerita selanjutnya, dipikir sendiri aja ya.)
Boleh tidak pemuda GKSBS Gaul? Kalau saya yang ditanya tentu saja boleh, tetapi tetap
ada batasan-batasannya. Batasan yang mana? Ya tentu saja menyikapi pergaulan dengan
membedakan hal positif dan negatif. Bukankah lebih mudah meniru yang negatif dari pada
yang positif? Faktanya sih begitu, tetapi sebagai Pemuda GKSBS kita harus punya komitmen
dan ciri khas dong. Nah cirinya Pemuda GKSBS itu adalah membangun Integritas,
Intelektualitas, Moralitas dan Spiritualitas hamba Allah yang setia dalam kebersamaan dan
pengharapan. Kok susah sih bahasanya? Hehehe…. Biar keliatan pinter brooo, jadi gini kita
memang harus gaul, tetapi sebagai motivasi kita untuk kreatif dan inovatif, oleh sebab itu
Paulus berkata, segala sesuatu diperbolehkan; benar, tetapi belum tentu segala sesuatu berguna.
Tetapi ingat jangan kita terjebak pada persoalan boleh atau tidak boleh, pantas atau tidak
pantas, halal atau haram, maqruf atau tidak, tetapi persoalannya adalah membangun karakter
kepribadian pemuda dalam kacamata kristiani. Kalau kita hanya bicara soal pantas atau tidak
pantas, baik atau tidak baik, maka kita hanya mengkotak-kotakkan pikiran kedalam hal yang
baik dan tidak baik. Jadi singkatnya kita harus berbuat sepantas-pantasnya bukan karena
aturan yang ada, tetapi kita berbuat sewajarnya sebagaimana seharusnya.
Bahan Diskusi
1. Menurut anda apa maksud Pengkhotbah 1: 9?
2. Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari cerita pengantar diatas?
3. Apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi pergaulan bebas akibat perkembangan
zaman?
4. Bagaimana caranya agar tidak tergoda pada hal-hal yang negatif.
***
18
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kotbah Minggu, 17 Oktober 2010
Minggu Trinitas21, Warna Hijau
Bacaan: Filipi 4: 7-9
KELUARGA YANG DAMAI DAN HARMONIS
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kritus.
Membangun keluarga yang penuh damai serta harmonis, sehati, sepikiran, seperasaan diantara
individu yang tinggal didalamnya bukanlah perkara yang mudah. Hampir setiap keluarga yang
diangkat dalam cerita Alkitab mengalami dinamika untuk mencapai sebuah keluarga yang
damai dan harmonis.
Setiap keluarga mempunyai seninya masing-masing untuk mengupayakan kedamaian dan
keharmonisan.
Banyak orang sekarang ini bingung mencari damai, bahkan tidak jarang mereka sampai
sanggup berkorban hartanya demi untuk mencari kedamaian, pergi ke dukun, ke tempat-tempat
hiburan dan sebagainya yang sifatnya sementara atau semu dan kenyataannya banyak juga
yang gagal, dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Sebagai orang kristen apakah yang harus kita lakukan/ perbuat untuk mendapatkan damai,
bahagia, tenang, tentram dalam keluarga? Dan tentunya kita semua ingin damai dan harmonis
dalam keluarga.
Dalam bacaan kita: Damai sejahtera dan keharmonisan adalah sangat penting bagi setiap
keluarga kita, karena damai dan keharmonisan akan memelihara hati dan pikiran. Ketegangan
akan membuat kita tidak bisa berpikir jernih, otak kita tidak dapat bekerja dengan baik.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Firman Tuhan hari ini mengajak kita belajar langkah-langkah mendapatkan damai dan
harmonis dalam rumah tangga kristen;
1. Bahwa di dalam Kristus, ada pemeliharaan yang nyata; akal, hati dan pikiran adalah
anugerah yang berasal dari Allah guna mangupayakan dan merasakan damai dan
keharmonisan kehidupan. Tanpa akal, hati dan pikiran yang terarah di dalam pimpinan
Kristus, tak mungkin kedamaian dan keharmonisan dapat diupayakan apalagi dirasakan.
2. Kita menyadari bahwa setiap pribadi anggota keluarga itu unik, tidak ada yang sama satu
dengan yang lain, namun bila masing-masing anggota keluarga mau belajar menyadari
peran dan fungsinya dalam kebersamaan yang kepaduan, sungguh kita akan mampu
menampilkan diri dan merasakan bahwa keluarga kita adalah keluarga yang indah dan
berkualitas, enak dilihat dan didengar, apa lagi dirasakan penghuni di dalamnya. Ibarat
sebuah orkestra; kumpulan berbagai jenis alat musik dengan suara yang berbeda-beda,
namun bila peniupnya, pemetiknya, penggeseknya, penabuhnya dan penyanyinya berlatih
dengan sungguh, pasti akan menghasilkan paduan suara dari berbagai alat musik tersebut
dengan indahnya serta enak didengar. Tetapi sebaliknya; betapapun bagus dan mahalnya
peralatan musik, bila penabuhnya, peniupnya, penggeseknya dan pemetiknya, tidak mau
berlatih, tidak taat dan tidak paham pada pakem irama serta tidak mau tunduk pada
dirigen, sudah pasti dan jelas, akan menghasilkan suara yang super sumbang, blero dan
fales, orang melihatpun males bahkan bisa-bisa jadi mulesss.
3. ”Dirigen” keluarga kita, keluarga-keluarga GKSBS adalah Tuhan Yesus Kristus, yang
mengajak kita untuk memikirkan kemudian melakukannya bersama: semua yang benar,
semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang
19
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kendati sulit tetapi bila
kita yakin bersama Dia, pasti tidak ada yang mustahil. Tuhan yang membangun dan
menjadikan kita keluarga dengan peneguhan dan berkat-Nya, Tuhan pula yang akan
menolong, menopang, menuntun dan mengokohkan keluarga kita dalam perjalanan
selanjutnya.
Di dalam Masa Perayaan Hidup Berkeluarga ini marilah kita mensyukuri akan keberadaan
keluarga kita masing-masing, dengan terus tetap menatap ke depan dan berjalan dengan
sukacita dan berpengharapan, sebab rumah yang ditempati sebuah keluarga (mungkin juga
dengan menantu dan cucu kita), bukan hanya sebuah wadah kebersamaan. Visi sebuah
keluarga kristen adalah memuliakan Allah disepanjang kehidupan. Semua anggota keluarga
kita memiliki cara berpikir, bersikap, berperilaku sendiri, sesuai dengan talenta yang Tuhan
beri.
Tugas kita bersama adalah saling menguatkan agar potensi-potensi positif yang menjadi
kelebihan diri semakin bertumbuh menguat melebihi kekurangan dari setiap pribadi. Karena
setiap orang pasti memiliki kelebihan-kelebihan tetapi juga kekurangan.
Penerimaan, kerja sama dan kerelaan berkorban atau memberi diri adalah syarat untuk
mencapai kehidupan keluarga yang damai dan harmonis.
Akhirnya saudara-saudara; keluarga dan ”rumah” adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Untuk berlanjutnya kehidupan, membangun cita masa depan, menabur iman dan nilai-nilai
kristiani, mewujudkan kasih, sukacita dan kepedulian, setiap keluaga membutuhkan rumah
sebagai wahananya.
Rumah dalam artian juga keluarga adalah tempat tumbuh dan berkembangnya setiap pribadi
penghuninya. Rumah adalah ”istana” bagi jiwa setiap anggota keluarga. Rumah (dalam
artian: keluarga) adalah ”gereja yang sesungguhnya”, tempat mula-mula dan selamanya Tuhan
dan cinta diperkenalkan dan dirasakan.
Dalam kelelahan kerja, ketika letih diperantauan, saat gelisah dalam pergumulan, ketika raguragu dalam ketidak pastian. Bahkan ketika sukacita mengiring keberhasilan, rumah (dalam
artian keluarga) adalah tempat kita untuk ”pulang” , tempat untuk kita mendapat kekuatan dan
kepastian, tempat untuk memperoleh dan membagikan cinta, sukacita dan kehangatan.
Maka sangat patut dan harus dipertanyakan, bila ada anggota keluarga yang tidak rindu untuk
”pulang” ke rumah.
Selamat Merayakan Kehidupan berkeluarga, kiranya kedamaian dan keharmonisan ada dalam
setiap keluarga dan rumahtangga GKSBS, Tuhan memberkati, amin.
***
20
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Renungan Keluarga Minggu ke 3.
Bacaan Markus 10: 13-16
KECERIAAN ANAK DALAM KELUARGA
Keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian juga
keluarga menjadi ujung tombak bagi keberhasilan hidup bermasyarakat. Keluarga yang di
dalamnya meliputi orang tua, anak dan kerabat. Pada umumnya tanggung jawab terbesar
dalam setiap keluarga adalah mendidik dan membimbing anak agar berhasil mencapai cita–cita
nya. Hal ini senantiasa di upayakan oleh orang tua karena anak merupakan milik keluarga
yang paling berharga. Anak dalam setiap masa perkembangannya dihadapkan dengan berbagai
tantangan yang dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian anak. Tantangan terbesar dalam
keluarga adalah ketika anak-anak sudah mulai berani mengambil berbagai keputusan dalam
hidupnya tanpa pertimbangan yang cermat.
Dalam Markus 10: 13 menegaskan pada kita agar orang tua mampu membawa dan
memperkenalkan ajaran-ajaran Tuhan Yesus sejak anak masih berusia dini. Hal ini dilakukan
agar anak betul-betul memahami kasih setia Tuhan Yesus. Anak juga semakin paham bahwa
mereka juga memiliki hak dan tanggung jawab untuk hidup bersama-sama dengan Tuhan
Yesus. Dalam hidupnya anak tidak hanya diperkenalkan dengan pendidikan formal di sekolah
tetapi juga dididik untuk mengerti pergumulan hidup dalam keluarga, bagaimana harus
mendapatkan uang, seberapa pengeluaran, berapa yang harus di persembahkan, bagaimana
menjaga kesetiaan kepada Tuhan, seberapa banyak kita mengajak anak berkomunikasi dengan
Tuhan melalui berdoa dan bagaimana kita harus berbagi dengan orang lain melalui cara yang
berkenan bagi Allah. Kemuliaan Allah harus kita buka lebar-lebar di hadapan anak-anak kita
dan jangan ada yang terhalang.
Tidak sedikit kita jumpai anak-anak yang mengalami rasa takut yang luar biasa ketika mereka
gagal bahkan jatuh dalam dosa. Anak-anak tidak takut untuk mengungkapkan masalah dan
dosanya pada Tuhan, tetapi mereka takut pada orang tua, saudara dan lingkungan. Kasus
terbesar dan paling banyak dalam hidup anak-anak yang harus meninggalkan imannya dari
Tuhan Yesus adalah ketika mereka hamil/ menghamili seseorang yang tidak seiman. Dalam
situasi ini orang tua biasanya tidak mau mengambil resiko terhadap dosa ini. Keputusan lebih
baik meninggalkan Tuhan Yesus dari pada melahirkan tanpa pernikahan merupakan pilihan
kebanyakan orang tua, dan saudara-saudaranya dari pada harus menanggung beban malu di
mata masyarakat. Keputusan-keputusan iman yang demikian sungguh sangat mengecewakan
Tuhan Yesus karena yang diinginkannya adalah ”Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, dan
jangan menghalang-halangi mereka”. (Markus 10:14)
Tuhan Yesus menginginkan supaya anak-anakNya datang tanpa ada rasa takut dan dihalanghalangi rasa malu untuk bertanggung jawab dan menyerahkan serta mengakui semua dosa dan
perbuatan jahat untuk mendapat pengampunan dari Tuhan. Firman Tuhan mengatakan
”Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia
tidak akan masuk kedalamnya”. (Markus 10:15)
Markus 10: 16 menyatakan: ”lalu ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangannya
atas mereka ia memberkati mereka”. Jika anak-anak kita mau mempertahankan imannya,
maka Tuhan akan memeluk dan memberkati dengan tanganNya.
Pokok Doa
1. Berdoa untuk keutuhan keluarga
2. Untuk iman anak-anak dalam melewati pergumulannya.
21
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Dewasa Minggu ke 3.
Bacaan: 1 Samuel 17: 12-19.
PERHATIAN DAN KETAATAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
Pengantar.
Nampaknya keluarga Isai sudah tidak lengkap lagi. Didalam rumah itu hanya ada dia yang
sudah tua sekali dan kedelapan anaknya yang semuanya laki-laki. Anak-anak sudah beranjak
dewasa dan ada yang masih remaja, termasuk si bungsu Daud. Karena Isai sudah sangat tua,
tentu untuk menopang nafkahnya dan pekerjaan sehari-hari; anak-anak menjadi tumpuan dan
andalannya, termasuk pekerjaan yang mestinya dilakukan ibunya. Ikatan batin dengan anakanaknya juga kuat. Isai adalah seorang ayah yang sangat perhatian dan mengasihi anakanaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya yang maju bereperang
melawan orang Filistin (1 Samuel.17: 18).
Daud adalah gambaran seorang anak yang taat dan menghormati orang tua. Hal ini terjadi
karena adanya hubungan yang baik antara ayah dengan anaknya. Ketaatan memang
merupakan salah satu wujud nyata dari iman. Daud yang masih remaja telah mampu
menunjukkan ketaatannya dengan setia menjalankan perintah ayahnya. Daud mengirim
makanan dan mencari tahu keadaan kakak-kakaknya di medan pertempuran. Ini bukan tugas
yang mudah bagi seorang remaja seperti Daud, karena situasinya masih dalam peperangan dan
bukan tidak mungkin ia akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang Filistin. Ketaatannya
beribadah juga tidak diragukan.
Bahan Diskusi.
1. Diantara anggota jemaat tentu ada keluarga yang tidak lengkap; hanya ada bapak dengan
anak, ibu dengan anak, bapak dengan ibu tanpa anak, bapak atau seorang ibu sendirian.
Apabila ada diantara saudara termasuk kategori tersebut, ungkapkan pengalaman saudara!
2. Menyikapi pembagian tugas dalam pekerjaan rumah tangga berdasarkan jenis kelamin;
yang ini pekerjaan laki-laki dan yang itu pekerjaan perempuan. Bagaimana tanggapan
saudara?
3.
Dalam konteks bacaan kita Isai yang sudah tua dengan 8 anaknya itu, memerlukan
perhatian/ perlakuan yang layak pada masa tuanya. Dalam konteks kita sekarang,
bagaimana perhatian yang kita berikan kepada orang tua, sementara karena tuntutan
pekerjaan terpaksa kita jauh dari orang tua?
***
22
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Pemuda Minggu ke 3.
Bacaan : Lukas 1 : 26 - 38
NILAI NILAI PENGORBANAN DALAM KELUARGA
Pengantar
Zaman ini disebut zaman kemajuan atau era teknologi, kemajuan perkembangan teknologi
dirasa sangat pesat terutama dibidang komunikasi, kedokteran, otomotif, dan pertanian dll.
Kemajuan yang dicapai manusia ini secara tidak disadari mempengaruhi mental, pola pikir,
serta cara-cara pengambilan keputusan dalam masalah kehidupan. Manusia pada masa
sekarang ini lebih mengutamakan pertimbangan akal, untung rugi dan kepentingan diri sendiri
atau golongan. Nilai pengorbanan, ketulusan, kejujuran, ketaatan menjadi sesuatu yang
langka dalam kehidupan kita sehari-hari.
Maria sebagai seorang wanita yang dipilih oleh Tuhan menjadi seorang ibu yang melahirkan
Yesus secara biologis merupakan contoh yang nyata, betapa tidak sebagai seorang gadis yang
belum resmi menikah (bertunangan) dia harus mengandung bayi Yesus, pasti lingkungan dan
keluarga tidak akan ada yang percaya dia hamil karena perintah Tuhan. Lingkungan cenderung
curiga dan mencemooh bahkan Maria bisa terancam hukuman sebagai seorang yang dianggap
berzinah, yang jelas Maria secara mental dia menanggung beban yang berat karena hamil
“diluar nikah”. Namun dengan ketaaatan yang luar biasa dia sanggup menjalani konsekwensi
dari ketaatannya kepada Tuhan.
Demikian juga dengan Yusuf dengan ketulusan dan ketaatannya kepada Tuhan dia bersedia
menanggung segala konsekwensi dari hamilnya sang tunangan, Yusuf sebagai seorang calon
Bapak bersedia menjadi “Ayah” Yesus secara mendadak. Berdua dengan Maria, dia bersedia
menjalani hidup yang susah dan penuh bahaya bersama Maria dari sejak dikandungnya Yesus
sampai dengan merawat dan mendidik Yesus hingga dewasa yang akhirnnya menjadi seorang
tokoh, Guru, Juru Selamat dunia yang luar biasa yang menggemparkan dunia.
Bahan Diskusi
1. Sebagai pemuda/ pemudi Kristen, nilai apa saja yang bisa kita kembangkan dari cerita
Yusuf dan Maria?
2. Bersediakah kita tetap taat dan setia kepada Tuhan walaupun harus menderita? mengapa?
3. Berilah contoh perjuangan orang tua dalam mendidik dan mendampingi masa depan anakanaknya?
4. Dengan cara apakah sebagai anak dalam membalas perjuangan orang tuanya ?
***
23
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Khotbah Minggu, 24 Oktober 2010
Minggu Trinitas 22, Warna Hijau.
Bacaan : Kejadian 4:8-16
SAMA ITU BAIK, BERBEDA ITU INDAH
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Ada beberapa ungkapan yang mengatakan bahwa lain kepala lain pikiran, lain mata lain cara
pandang, mesti sedarah namun belum tentu searah. Kenyataan ini seharusnya disadari oleh
keluarga-keluarga masa kini sebagai berkat Tuhan dalam warna-warni hidup berkeluarga.
Mengapa demikian? Perbedaan dalam keluarga jika dikelola dengan baik oleh tiap anggota
keluarga dapat mencegah konflik dalam keluarga yang sering terjadi akhir-akhir ini, baik itu
konflik antara suami dengan istri, orang tua dan anak, mertua dan menantu, saudara kandung
dengan kerabat, dan sebagainya. Singkat kata setiap keluarga yang berupaya memahami dan
mensyukuri perbedaan diantara anggota keluarganya, adalah keluarga yang dapat merayakan
perbedaan itu sebagai anugerah yang indah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Ada sebuah cerita; di sebelah barat Laut Mati, tepatnya bagian selatan dari Gunung Hebron,
tinggallah suku Kaini yang menghuni daratan itu puluhan ribu tahun yang lalu, cerita dari
waktu kewaktu dan masa kemasa, menegaskan kepada anak cucu bahwa mereka merupakan
bagian dari 12 suku bangsa Israel. Sampai saat ini suku Kaini mengenal cerita rakyat yang
dipercayai berasal dari para leluhur mereka, cerita tersebut menceritakan tentang pertengkaran
berdarah nenek moyang mereka, yakni antara Kain dan Habel. Dalam bahasa Ibrani Kain
disebut Qaniti yang berarti Aku telah mendapatkan pertolongan Tuhan, sedangkan Habel
dalam bahasa Ibrani disebut Heberl, yang berarti Hembusan angin.
Habel adalah adik Kain, Habel menjadi Gembala domba, Kain menjadi petani, sampai saat ini
masyarakat perbatasan Palestina tetap mepertahankan dua pekerjaan leluhur mereka, yakni
Pertanian (Fellakh) dan Peternakan (Nemoad). Kain merasa iri dengan Habel, bukan karena
persembahannya diindahkan Tuhan, tetapi karena Kain sebagai kakak tidak mau disaingi, iri
hati yang terpendam dalam diri Kain tidak mampu diredam lagi, akhirnya Kain membunuh
Habel adiknya itu. Oleh karena perbuatan Kain, Allah telah membuat keputusan yang adil,
yakni memberikan tempat perenungan kepada Kain. Bukan karena Hukuman Allah, tetapi agar
Kain mengerti dan menghargai perbedaan. Kain tidak sendiri, Kain membawa saudara
perempuannya lalu pergi meninggalkan ayah dan ibunya. Kini suku Kaini adalah bagian dari
dirinya, mereka berpindah dari timur ke utara, dari padang gurun sampai sebelah barat Laut
Mati.
Walaupun Habel adalah adik Kain, tetapi mereka tidak beribadah bersama-sama, ketika
mempersembahkan hasil tanaman dan hewan, mereka melakukannya secara terpisah,
perbedaan pekerjaan itu telah memisahkan ibadah mereka. Sebagai kakak Kain tidak mau
disaingi dalam segala hal. Ia harus menjadi yang terbaik. Perbedaan antara kakak dan adik
telah menjadi persaingan yang tidak sehat, saudara sekandung telah menjadi musuh abadi, dan
akhirnya dibunuhlah Habel. Kini Kain mengadakan permusuhan dengan Habel dan ketika
Tuhan bertanya; “Dimana Habel adik mu itu?” Kain menjawab: ”aku tidak tahu, apakah aku
penjaga adik ku!”. Kita bisa membayangkan seandainya Kain menyesal, bertelut, bahkan
berurai air mata, seperti film India, mungkin ending ceritanya akan berbeda. Tetapi faktanya
Kain malah menyalahkan Tuhan, padahal Tuhan sudah mengingatkan Kain “ Apakah mukamu
tidak akan berseri, dosa sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda engkau, dan
engkau harus berkuasa atasnya”.
24
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Hubungan cinta kasih dalam keluarga merupakan harmoninya kehidupan, tetapi melalui kisah
Kain dan Habel kita mendapat gambaran bahwa cinta kasih itu telah terhalangi dosa, lihatlah
bagaimana Kain setelah membunuh adiknya, tidak ada penyesalan, tidak ada perasaan sedih
karena kehilangan, tidak ada beban dan ketakutan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita pernah melihat dua anak kembar mengenakan baju yang sama, dari warna dan gambarnya
serupa. Kita sering mendengar artis-artis bercerai dengan alasan prinsip kami berbeda!
Padahal ketidak mampuan mengelola perbedaan itu persoalannya. Kita sering menggunakan
sandal, ada yang ujungnya menekuk kekanan dan ada yang menekuk kekiri, meskipun berbeda
tetap terasa enak di gunakannya. Sebaliknya, coba sama-sama sebelah kiri, atau sama-sama
sebelah kanan, tentu rasanya berbeda, jadi “sama itu baik, tetapi berbeda juga indah”.
Dalam kehidupan lingkungan kita, maupun dalam acara reality show RCTI masihkah kau
mencintai ku, kita mendapatkan gambaran bahwa ada begitu banyak keluarga yang tidak
mampu memahami perbedaan, padahal seharusnya tiap anggota keluarga dapat mensyukuri
perbedaan yang patut dirayakan sebagai anugerah.
Nats ini bukan hanya persoalan persembahan saja, tetapi ketidak siapan kita untuk berbeda,
jadi akhir kata “sama” itu baik tetapi “berbeda” itu indah, mari kita memahami dan
mensyukuri perbedaan dalam anggota keluarga, serta mengelola perbedaan sebagai potensi
positif dalam membangun citra keluarga. Amin.
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Nats Persembahan
Nyanyian
: Mazmur 46:9-12
: Filipi 2 : 1-2
: Amsal 11:24-25
: KJ. 322:1-5, PKJ. 212, PKJ.85:1-2, KJ.37b :1 + 3, PKJ.200,
PKJ. 216:1-, KJ. KJ. 411:1-3
***
25
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Renungan Keluarga Minggu ke 4.
Bacaan: Masmur 120: 1
KASIH MEMBUTUHKAN PENGORBANAN
”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid – murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi”.
(Yohanes 13 : 35)
Bu Wiwik memasuki usia perkawinannya yang ke 6 tahun ketika suaminya mulai terperangkap
dalam perselingkuhan dengan Wanita Idaman Lain (WIL). Rasanya pasti menyakitkan.
Awalnya bu Wiwik tidak bisa mengendalikan emosinya. Kemarahan, sakit hati dan rasa benci
berbaur jadi satu, menggumpal meyesakkan dada. Ditengah proses yang menguji kesabaran
dan ketabahannya, sabda Tuhan kembali mengiang – ngiang dibenaknya : …… “ Yaitu
supaya kamu saling mengasihi ; sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi; “. Diingkatkan hal seperti itu, dia selalu berlutut dan menangis
dihadapan Tuhan, ia berdoa: “Ya, Bapa ampunilah suamiku yang buta dengan tindakannya.
Ampunilah aku, jikalau aku sebagai istri kurang memberi pelayanan dan perhatian dengan
baik. Tolong aku, Bapa, kasihanilah aku, hal apa yang harus kulakukan sebagai istri yang baik
bagi suami, anak–anak, keluarga dan bagi Tuhan.” Tuhan sangat mengasihi Ibu Wiwik. Tuhan
memberi pencerahan dalam pola pikirnya ketika diperhadapkan dengan konflik yang ada dalam
keluarganya. Dia diingatkan bahwa mengasihi, mengampuni dan belajar memahami
pasangannya tidak dibutuhkan biaya, tetapi dibutuhkan waktu, tenaga dan suatu pengorbanan
yang tulus ikhlas. Memang ketika seseorang melukai atau menyusahkan kita, dibutuhkan
tenaga dan kemauan yang tinggi untuk berjalan bersamanya di tengah kesengsaraan dan
penderitaan yang ada. Walau sakit hati, namun itu sebuah penerimaan terhadap seseorang.
Suatu pengampunan tanpa syarat. Suatu bukti yang konkrit apabila saudara bisa
mengedepankan rasa kasih dibanding rasa yang lain di saat menghadapi persoalan, Tuhan akan
mengambil beban saudara.
Ketika Ibu Wiwik melakukan firman Tuhan, kuasa mengalir, membebat tubuh, roh dan
jiwanya. Taktkala kasih dan pengorbanan yang dikedepankan sedikit demi sedikit pemulihan
dari Tuhan mulai nampak nyata. Suaminya kembali ke pelukannya dan mengakui dihadapan
Tuhan. Suaminya bertobat. Keluarga ini dipulihkan. Karya Tuhan sungguh nyata bagi orang
yang mau tetap melibatkan Tuhan dalam kehidupannya.
Pokok Doa :
1. Menjaga dan memelihara kekudusan rumah tangga.
2. Pergumulan dalam kehidupan keluarga.
***
26
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Dewasa Minggu ke 4.
Bacaan: 2 Timotius 1: 3-8
PENDIDIKAN IMAN ANAK YANG UTAMA DIMULAI DARI KELUARGA
Pengantar.
Kepercayaan terbesar yang diberikan Tuhan kepada orang tua adalah mendidik anak-anak
menjadi anak yang baik. Terkadang ada orang tua yang hanya mementingkan kebutuhan anak
secara materi, tetapi mengabaikan kasih, perhatian serta kedekatan dengan anak. Memang
sebagai orang tua kita bertanggungjawab memenuhi kebutuhan anak secara materi, tetapi untuk
kebutuhan rohaninya juga harus diperhatikan. Tidak terpenuhinya kebutuhan rohani anak bisa
menimbulkan berbagai masalah didalam dirinya ketika ia tumbuh dewasa. Perlakuan kita
terhadap anak ketika mereka masih kecil akan menentukan menjadi anak seperti apa mereka
kelak. Seperti dalam bacaan tadi, Timotius yang masih muda telah memiliki kepribadian dan
iman yang tangguh. Hal ini tidak terlepas dari peran neneknya Lois dan ibunya Eunike yang
mengajarkan Kitab Suci kepada Timotius ketika ia masih kecil.
Timotius adalah generasi ke tiga dari orang-orang yang takut akan Tuhan. Mulai dari neneknya
dan kemudian ibunya. Ayahnya berbangsa Yunani dan belum mengenal Kitab Suci, sedangkan
ibunya berkebangsaan Yahudi dan sudah mengenal Allah. Iman Timotius terbentuk dari kedua
wanita yang mengasuhnya sejak kecil. Timotius dibesarkan dalam keluarga yang takut akan
Tuhan. Iman dan kepercayaannya yang sungguh-sungguh menjadikan Paulus (sebagai bapak
rohaninya) merasa terharu dan bangga. Nenek dan ibu Timotius mempersiapkan dia tepat pada
saat Timotius dibutuhkan pada zamannya mendampingi Paulus dalam penderitaan dan
pemberitaan Injil Yesus Kristus.
Bahan Diskusi.
1.
Keteladanan didalam iman dan kasih sayang ibu dan neneknya membentuk Timotius
menjadi pribadi yang tangguh imannya dan siap untuk melayani Tuhan. Tantangan dan
kesulitan mendampingi anak saat ini tentu lebih berat. Apa saja bentuknya dan cara
mengatasinya?
2. Keluarga dan gereja adalah tempat persemaian bibit-bibit generasi manusia pada zamannya
agar memiliki kecakapan hidup, terampil melayani, dan berperan di lingkungan tinggalnya.
Media/ wahana/ tempat apa saja yang harus disediakan keluarga dan gereja untuk melatih
anak-anak kita yang juga anak-anak jemaat.
3. Dalam konteks bacaan di atas, ibu menjadi pendidik utama dan pertama bagi anaknya.
Apakah ibu-ibu sekarang juga sudah menjadi pendidik utama dalam keluarga?
***
27
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Bahan PA Pemuda Minggu ke 4
Bacaan: Yudas 3 – 23
TANTANGAN IMAN
Pengantar
Pada ayat pertama, penulis surat Yudas memperkenalkan dirinya sebagai saudara Yakobus,
hamba Yesus Kristus. Ia menulis suratnya kepada orang-orang Kristen. Nampaknya ia
bermaksud hendak memberikan pengajaran-pengajaran dan gaya hidup Kristen, tetapi
munculnya dan tersebarnya ajaran dari guru-guru palsu yang menyusup di dalam persekutuan
orang Kristen, membuat ia memperingatkan orang-orang Kristen agar tetap berpegang teguh
pada imannya yang telah diajarkan oleh orang-orang kudus.
Selama manusia hidup didalam dunia ini, ada sederet masalah dan persoalan yang harus kita
hadapi dan biasanya hal ini akan berpengaruh terhadap ketahanan Iman kita. Iman berbicara
mengenai 3 unsur yang tak dapat dipisahkan yaitu :
1. Mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru slamatnya
2. Menyerahkan hidup secara total kepadaNya
3. Mempertahankan Iman dengan hidup yang penuh ketaatan
Bagi orang–orang kudus, kualitas Iman kita tercermin dalam gaya hidup, perilaku dan
keberadaan kita sebagai orang kudus. Ditengah arus tantangan yang semakin berat, sangat
dibutuhkan ketahanan iman yang kuat. Oleh karena itu jangan menjadi orang yang pesimis,
karena hal itu pasti melemahkan iman kita. Ingatlah bahwa iman bekerja diatas fakta. Apapun
masalah yang sedang kita hadapi jangan sampai Iman kita melemah, sebaliknya harus kita
pertahankan dan perjuangkan dengan kesetiaan dan ketekunan.
Bahan Diskusi
1.
Mengapa ada orang yang Imannya kandas dan menjadi orang yang gagal dalam Iman,
terutama pada masa remaja dan pemuda?
2.
Bagaimana cara mempertahankan Iman tersebut terutama ketika diperhadapkan dalam
tantangan jaman dalam era globalisasi, era modernisasi dan kemajuan teknologi
telekomunikasi (Media Elektronik) berikan penjelasan dan contohnya?
3.
Sebagai pribadi yang masih setia kepada Tuhan bagaimana tindakan saudara terhadap
teman-teman yang tidak aktif dalam persekutuan?
***
28
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Khotbah Penutupan Minggu, Tanggal 31 Oktober 2010.
Minggu Trinitas 23, Warna Hijau.
Bacaan : 1 Raja-raja 17:7-16.
“KELUARGA YANG BERANI BERBAGI
MESKIPUN HIDUP DALAM KETERBATASAN”
Saudara- saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Seorang anggota majelis berkunjung ke rumah salah satu warga jemaat. Terjadilah percakapan
diantara mereka. Anggota majelis itu bertanya: “Pak, jika bapak mempunyai dua sepeda motor
apakah bapak akan memberikan satu untuk pelayanan gereja?” Anggota jemaat tersebut
menjawab dengan bersemangat: “Bersedia!” Anggota majelis itu senang dengan jawaban
anggota jemaatnya, kemudian anggota majelis itu kembali bertanya: “Jika bapak punya dua
ekor sapi, apakah bapak juga akan berbagi satu untuk gereja?” Anggota jemaat tersebut
menjawab dengan bersemangat: “Bersedia”. Anggota majelis itu semakin senang mendengar
jawaban anggota jemaat tersebut, dan menganggap warga jemaat tersebut adalah orang yang
setia menerapkan nilai-nilai GKSBS yaitu Asketis untuk Berbagi. Untuk lebih meyakinkan
akan kesetiaan warga jemaat tersebut anggota majelis tadi bertanya kembali: “Pak, jika bapak
mempunyai dua ekor ayam apakah bapak bersedia memberikan yang seekor untuk gereja?”
“Tunggu dulu” jawab orang itu “Pak majelis pasti tahu kalau saya memang punya dua ekor
ayam, kalau itu saya belum bersedia”.
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa kebanyakan orang setuju dengan nilai GKSBS asketis
untuk berbagi sebagai nilai yang baik untuk dikembangkan tetapi hanya sebatas wacana saja.
Namun banyak yang undur untuk berbagi ketika diperhadapkan pada kenyataan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada kebaktian penutupan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga ini kita bersama-sama akan
belajar dari satu peristiwa yang dilakukan oleh seorang janda di Sarfat. Kisah seorang janda di
Sarfat adalah contoh keluarga yang sederhana, keluarga miskin dengan satu orang anak, namun
memiliki nilai yang luar biasa tinggi, yaitu keberaniannya untuk berbagi meskipun hidup
dalam keterbatasan. Ini kebalikan dari cerita warga jemaat yang punya dua ekor ayam tadi.
Dalam Alkitab dikisahkan bahwa janda miskin tersebut bertemu dengan nabi Elia, Elia
meminta minum dan makan padanya. Janda tersebut tidak memiliki apa-apa selain segenggam
tepung dan sedikit minyak yang hanya cukup dimakan sekali, bagi dia dan anaknya.
Pergumulan janda di Sarfat sangat berat, akibat kemarau panjang yang dialami. Persediaan
makanan sangat menipis. Ia dan anaknya tidak tahu apa yang akan diperbuatnya untuk hari
esok, menurutnya ia dan anaknya akan mati karena persediaan makanan sudah habis. Dalam
pergumulan yang sedemikian berat, tiba-tiba ada yang meminta makanan kepadanya. Tentu
wajar jika janda itu keberatan untuk berbagi makanannya. Tetapi Elia berusaha meyakinkan
bahwa beras dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli tidak akan habis selama musim
kemarau. Ini memerlukan keyakinan yang sungguh-sungguh dari janda itu untuk mau berbagi
atau tidak. Singkat cerita janda tersebut akhirnya bersedia membagikan sebagian roti yang
dimasaknya untuk nabi Elia. Ternyata benar tepung dalam tempayan dan minyak dalam bulibuli tidak habis walaupun diambil setiap hari sampai datangnya musim penghujan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Pelajaran yang bisa kita petik dari kisah tersebut adalah:
29
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Pertama: Kisah tersebut menunjukkan bahwa Tuhan itu baik kepada setiap keluarga.
Tuhan sangat memperhatikan keluarga miskin dan mengangkat harga dirinya dengan cara
memakai keluarga itu untuk memberi makan nabi Elia.
Hal ini mengingatkan kita semua bahwa pada umumnya orang memandang dan
memperlakukan seorang janda sebagai keluarga yang lemah, tidak mampu, tidak punya andil,
daripada mengangkat harga dirinya sebagai subyek yang sama pentingnya dengan keluargakeluarga yang lain yang secara ekonomi lebih mapan. Sebagai contoh: Jika ada pengumpulan
dana untuk pembangunan gereja dan korban bencana alam mereka dilewati. Dalam kegiatankegiatan gerejapun mereka kurang dilibatkan.
Janda di Sarfat telah menemukan harga dirinya ketika ia mau dipakai Tuhan. Menemukan
harga diri sering terjadi bukan pada saat aman, nyaman, dan makmur, tetapi justru pada situasi
sulit.
Kedua: Melalui janda di Sarfat, kita boleh belajar berani berbagi meskipun hidup dalam
keterbatasan. Kita belajar memberi dari apa yang ada pada kita, bukan dari apa yang ada
diangan-angan kita. Seperti dalam ilustrasi tadi. Bersedia memberi motor karena tidak punya
motor, bersedia memberikan sapi karena tidak punya sapi, tetapi punya ayam tidak bersedia
memberikan ayamnya.
Dalam kesukaran dan kesesakan karena kemarau panjang yang dialami oleh janda miskin di
Sarfat, ada suatu kunci yang membuat ia mau berbagi yaitu kepercayaannya. Percaya terhadap
apa yang dikatakan Elia.
Para keluarga Kristen yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Perlu diwaspadai bahwa kemiskinan
sering membawa orang pada sikap egois dan serakah. Sehingga orang akan kehilangan harga
dirinya. Kehilangan harga diri membuat sulit untuk berbagi dengan sesamanya. Akan tetapi
bukan hanya orang miskin, orang kaya yang kehilangan harga dirinya juga sulit untuk
bermurah hati.
Melalui masa perayaan hidup berkeluarga ini marilah kita bangun keluarga-keluarga yang
mandiri, kuat dan berani berbagi. Kita berbagi dengan apa yang kita punya; uang, tenaga,
pikiran, kepandaian, kasih sayang, penghiburan, suka cita dan sebagainya.
Kita harus berani berbuat sesuatu dari apa yang ada pada kita sekalipun itu sangat minim,
minim untuk kebutuhan hidup diri sendiri. Hidup harus ditata dengan alas kesadaran akan apa
yang ada pada setiap keluarga guna turut berperan membangun kehidupan bersama.
Selama satu bulan kita telah melaksanakan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga, tentu telah
banyak pelajaran berharga yang bisa kita peroleh melalui renungan keluarga, pemahaman
Alkitab, aktivitas keluarga dan kotbah. Mengingat begitu pentingnya kehidupan suatu
keluarga, maka marilah kita rayakan hidup berkeluarga ini tidak hanya sampai disini, tetapi
terus menerus pada setiap saat. Tuhan menyertai setiap upaya baik yang kita lakukan. Amin.
Nats Pembimbing
Hukum Kasih
Berta Anugerah
Persembahan
Nyanyian
: Kis. 20:45-35
: 1 Kor 13:4-7
: Amsal 15:16-17
: Lukas 21:1-4
: KJ 1, PKJ 46:1-3, PKJ 245:1-4, KJ 433:1-3 (persembahan)
PKJ 205:1-3, KJ 448:1-4
30
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 1 (Untuk Keluarga) : Pelaksana Komisi Wanita
“LOMBA RUMAH SEHAT”
Latar Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Sebagaimana sejarah GKSBS yang tumbuh dan berkembang sebagai
gereja migran, sudah barang tentu banyak diantara keluarga jemaat
GKSBS yang tinggal di daerah transmigrasi dan pelosok perdesaan.
Sebagian besar kehidupan anggota jemaat berpencaharian sebagai petani,
yang selalu sibuk dengan usaha yang dikelolanya tersebut, hingga
kadang-kadang kurang memperhatikan kesehatan rumah dan
lingkungannya.
Berdasarkan keadaan tersebut GKSBS melalui Kegiatan Masa Perayaan
Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010, menyelenggarakan salah satu
kegiatan yaitu “Lomba Rumah Sehat”
Meningkatkan kesadaran anggota jemaat akan pentingnya rumah yang
sehat, indah, bersih dan nyaman.
Input dari kegiatan Lomba Rumah Sehat ini adalah : Juri 3 – 5 orang (dari
Komisi Wanita), Panduan penilaian (aspek dan bobot nilai), peserta lomba
diupayakan bukan keluarga Majelis maupun PNS, hadiah dan
perlengkapan lainnya.
a. Terselenggaranya Lomba Rumah Sehat di setiap jemaat maupun di
kelompok-kelompok kebaktian.
b. Adanya semangat untuk menciptakan rumah yang bersih, indah dan
nyaman.
a. Setiap keluarga memahami pentingnya kebersihan dan keindahan
rumah sebagai tempat tinggal.
b. Setiap anggota keluarga termotivasi untuk memelihara tempat tinggal
sebagai tanggung jawab bersama seisi rumah.
a. Setiap anggota keluarga merasakan adanya kenyamanan untuk tinggal
di rumah.
b. Kesehatan anggota keluarga terpelihara.
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Lomba rumah sehat dilaksanakan selama Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga disetiap
jemaat atau kelompok-kelompok kebaktian.
B. Peserta
Peserta lomba rumah sehat adalah keluarga jemaat (bukan keluarga Majelis) dan
diupayakan keluarga non pegawai.
C. Teknis Pelaksanaan
Teknis pelaksanaan dari kegiatan lomba Rumah Sehat ini adalah sebagai berikut:
1. Majelis Jemaat atau Komisi Wanita membentuk Panitia atau Tim Kecil dan menunjuk 3
atau 5 orang sebagai Juri.
2. Tim Kecil menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai serta menetapkan bobot nilai
setiap aspek.
31
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
3. Tim kecil dan juri mewawas keluarga-keluarga yang akan dinilai, dapat juga setiap
kelompok (kring) mengirimkan calon keluarga yang akan dinilai.
4. Tim kecil dan juri melaksanakan penilaian.
5. Penetapan juara berdasarkan jumlah nilai kumulatif dari seluruh aspek yang dinilai.
D. Aspek yang Dinilai
1. Kebersihan rumah dan lingkungan
2. Penyinaran dan Ventilasi
3. Tata letak perabotan
4. Sarana MCK
5. Pemanfaatan Pekarangan/Halaman
6. Dan lain-lain (disesuaikan)
: Skor
: Skor
: Skor
: Skor
: Skor
10 – 100
10 – 100
10 – 100
10 – 100
10 – 100
E. Penghargaan
Kepada pemenang (juara I, II dan III) sebaiknya diberikan hadiah yang disiapkan oleh
Majelis atau Komisi Wanita yang sebagian bersumber dari hasil Persembahan MPHB
Tahun 2010.
***
32
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 2 (Untuk Anggota Jemaat) : Pelaksana Komisi Pemuda.
“LOMBA PEMELIHARAAN KENDARAAN”
Latar Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Kenyamanan seseorang dalam mengendarai kendaraan baik roda dua
maupun roda empat, sangat ditentukan oleh kelengkapan dari kendaraan
tersebut. Sedangkan usia pakai kendaraan ditentukan oleh cara
pemeliharaan pemilik atau pemakainya. Suatu kecenderungan bagi
kalangan muda saat ini, rasanya agak merasa malu/risih bila
menggunakan kendaraan yang masih asli (tanpa adanya modifikasi), hal
ini dibuktikan antara lain : kaca spion dilepas, tanpa lampu sign,
sparkboard dan velg diganti, lampu utama diganti dan sebagainya.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas GKSBS melalui Kegiatan Masa
Perayaan Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010, menyelenggarakan
salah satu kegiatan yaitu “Lomba Pemeliharaan Kendaraan”
Meningkatkan kesadaran anggota jemaat akan pentingnya kelengkapan
dan pemeliharaan kendaraan yang dimilikinya.
Input dari kegiatan Lomba Pemeliharaan Kendaraan ini adalah : Juri 3 – 5
orang (dari Komisi Pemuda), Panduan penilaian (aspek dan bobot nilai),
kendaraan yang akan dinilai, STNK, dan lain-lain.
a. Terselenggaranya Lomba Pemeliharaan Kendaraan di setiap jemaat
maupun di kelompok-kelompok kebaktian
b. Adanya kesadaran tertib lalu lintas.
a. Setiap anggota jemaat menyadari pentingnya kelengkapan dan
pemeliharaan kendaraan.
b. Setiap anggota keluarga termotivasi untuk memelihara kendaraan yang
dipakainya.
a. Setiap anggota jemaat memiliki sikap menghargai hasil karya orang
lain (khususnya terhadap kelengkapan kendaraan yang tentunya sudah
melewati beberapa tahapan penelitian)
b. Setiap anggota jemaat senantiasa tertib dalam berlalu lintas
c. Kendaraan yang digunakan akan lebih awet serta nyaman dipakai
sebagai sarana transportasi pribadi maupun keluarga..
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Lomba pemeliharaan kendaraan dilaksanakan pada salah satu hari Minggu selama Masa
Penghayatan Hidup Berkeluarga di setiap jemaat atau kelompok-kelompok kebaktian.
B. Peserta
Peserta lomba ini adalah semua kendaraan yang ada di halaman/lingkungan Gereja milik
anggota jemaat yang sedang mengikuti kebaktian minggu, yang dikelompokkan
berdasarkan kategori roda dua dan roda empat.
C. Teknis Pelaksanaan
Teknis pelaksanaan dari kegiatan lomba Pemeliharaan Kendaraan ini adalah sebagai
berikut :
33
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
1. Majelis Jemaat atau Komisi Pemuda membentuk Panitia atau Tim Kecil dan menunjuk
3 atau 5 orang sebagai Juri.
2. Tim Kecil menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai serta menetapkan bobot nilai
setiap aspek.
3. Majelis Jemaat mengumumkan bahwa pada kebaktian Minggu hari ini komisi pemuda
mengadakan lomba Pemeliharaan Kendaraan untuk seluruh kendaraan yang ada
(sebaiknya memang secara spontan / tidak diumumkan pada minggu sebelumnya),
dimohon agar surat-surat kendaraan diserahkan kepda Komisi Pemuda.
4. Tim kecil dan juri melaksanakan penilaian berdasarkan aspek dan bobot penilaian.
5. Penetapan juara berdasarkan jumlah nilai kumulatif dari seluruh aspek yang dinilai.
D. Aspek yang Dinilai
1. Kelengkapan Surat Kendaraan (STNK dan SIM)
: Skor 10 – 100
2. Tingkat keaslian Suku Cadang
: Skor 10 – 100
3. Kelengkapan Kendaraan (lampu, sign, spion, dll) : Skor 10 – 100
4. Kebersihan Kendaraan
: Skor 10 – 100
5. Tingkat Kemulusan Kendaraan (cat, body, dll)
: Skor 10 – 100
6. Dan lain-lain (disesuaikan)
Catatan : Khusus aspek nomor 5, sebaiknya setiap kelipatan 3 tahun umur kendaraan (berdasarkan STNK), maka nilainya ditambah 5 point dari nilai fisik
kendaraan yang bersangkutan.
E. Penghargaan
Kepada pemenang (juara I, II dan III) sebaiknya diberikan hadiah yang disiapkan oleh
Majelis atau Komisi Pemuda yang sebagian bersumber dari hasil Persembahan MPHB
Tahun 2010.
****
34
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 3 (Untuk Anak Sekolah Minggu): Pelaksana Komisi Sekolah Minggu
“JAMUAN KASIH”
Latar Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Anak-anak Sekolah Minggu di dalam sebuah jemaat atau kelompok sudah
terbiasa berkumpul dengan komunitasnya, baik teman dekatnya, teman
seangkatan/kelas dan keluarganya. Bahkan apabila mereka bermain, mereka
hanya bersama-sama dengan teman terdekatnya, sedangkan dengan teman lainnya
ataupun teman yang baru mereka kurang akrab. Hal tersebut karena mereka
kurang terbiasa bersosialisasi dengan dunia luar.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas GKSBS melalui Kegiatan Masa Perayaan
Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010, menyelenggarakan salah satu kegiatan
yaitu “Jamuan Kasih”
a. Meningkatkan sikap anak-anak untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain.
b. Menanamkan sikap anak sejak dini untuk dapat berbagi dan suka memberi
kepada orang lain.
Anak Sekolah Minggu, bekal/makanan yang dapat dinikmati bersama dengan
orang lain, sasaran/obyek kunjungan (dapat obyek wisata atau panti asuhan,dll)
a. Terselenggaranya kegiatan jamuan kasih di setiap jemaat maupun di kelompokkelompok kebaktian.
b. Meningkatnya sikap anak untuk bersosialisasi dan suka memberi kepada orang
lain.
a. Setiap anak sekolah minggu menyadari pentingnya bersosialisasi dengan orang
lain.
b. Setiap anak sekolah minggu termotivasi senantiasa merasa berkecukupan dan
dapat berbagi dengan yang lain.
a. Anak-anak jemaat terbiasa bersosialisasi dengan orang lain dengan sikap
persaudaraan (nilai Brotherhood), dan dapat terhindar dari perasaan minder.
b. Tertanamnya sikap anak-anak sejak dini untuk senantiasa merasa
berkecukupan dan ada kesiapkan untuk berbagi dengan orang lain,
sebagaimana nilai Asketik yang dikembangkan oleh GKSBS.
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Jamuan Kasih bagi anak-anak Sekolah Minggu dilaksanakan pada salah satu hari Minggu selama
Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga di setiap jemaat atau kelompok-kelompok kebaktian.
B.
Peserta
Peserta jamuan kasih adalah seluruh anak Sekolah Minggu yang didampingi oleh Komisi Sekolah
Minggu atau Majelis bersama dengan anak-anak panti atau obyek kunjungan lainnya.
C. Teknis Pelaksanaan
Teknis pelaksanaan dari kegiatan Jamuan Kasih ini adalah sebagai berikut:
1. Majelis Jemaat atau Komisi Sekolah Minggu membentuk Tim Kecil untuk mempersiapkan dan
melaksanakan Jamuan Kasih. Dan bila memungkinkan dikaitkan dengan Program Komisi
Sekolah Minggu.
2. Tim Kecil mencari dan menetapkan obyek kunjungan (panti asuhan maupun obyek wisata).
3. Satu minggu sebelum pelaksanaan, tim kecil menyampaikan kepada anak-anak maupun para
orang tuanya, agar membawa makanan untuk kegiatan jamuan kasih tersebut pada hari yang
telah ditetapkan.
4. Tim kecil mempersiapkan acara untuk pelaksanaan Jamuan Kasih, dan sekaligus melaksanakan
bersama dengan anak Sekolah Minggu.
***
35
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 4 (Untuk Keluarga) : Pelaksana Komisi Pemuda / Remaja
“LOMBA KREATIVITAS”
Latar Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Memuliakan nama Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk
maupun cara baik dengan cara bernyanyi, bercerita, puisi dan
sebagainya. Memuliakan Tuhan ini dapat juga dipadukan dengan
sebuah pertunjukan atau hiburan misalnya tarian, dialog, fragmen dan
sebaginya. Kita sadari bersama bahwa setiap keluarga bahkan setiap
anggota jemaat memiliki telenta yang berbeda-beda untuk memuji dan
memuliakan nama Tuhan.
Untuk itu melalui Kegiatan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
(MPHB) Tahun 2010, GKSBS menyelenggarakan salah satu kegiatan
yaitu “Lomba Kreativitas”
1. Meningkatkan daya kreativitas setiap anggota jemaat yang
terhimpun dalam keluarga Kristen.
2. Meningkatkan kesiapan dan keberanian keluarga Kristen dalam
menampilkan talenta-talenta yang dimilikinya.
Input dari kegiatan Lomba Kreativitas ini adalah: Juri 3 – 5 orang (dari
Komisi Pemuda/ Remaja), Panduan penilaian (aspek dan bobot nilai),
lembar penilaian, peserta (keluarga), mic/ sound system, alat musik
dan perlengkapan lainnya.
a. Terselenggaranya Lomba Kreativitas di setiap jemaat maupun di
kelompok-kelompok kebaktian
b. Terciptanya kekompakan dalam sebuah keluarga.
a. Tergalinya potensi-potensi atau talenta keluarga Kristen dalam hal
memuliakan nam Tuhan.
b. Setiap anggota keluarga termotivasi untuk mengembangkan bakat
sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
a. Setiap anggota jemaat menyadari akan talenta yang dimiliki dan
termotivasi untuk mengembangkannya.
b. Setiap anggota jemaat berani untuk tampil di depan jemaat, bukan
sebagai jemaat yang pasif.
c. Kehidupan jemaat menjadi lebih semarak.
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Lomba Kreativitas dilaksanakan pada salah satu hari Minggu (setelah kebaktian) selama
Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga di setiap jemaat atau kelompok-kelompok
kebaktian.
B. Peserta
Peserta lomba ini adalah semua atau beberapa keluarga yang mengajukan untuk ikut
maupun ditunjuk untuk mewakili kelompok-kelompok/ wilayah dalam jemaat. Peserta
lomba agar melibatkan keluarga (batih) dan bukan hanya perwakilan anggota keluarga
saja.
36
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
C. Bentuk Kegiatan Lomba
Bentuk lomba yang ditampilkan sepenuhnya diserahkan kepada keluarga yang
bersangkutan, dapat paduan suara, vocal group, fragmen, puisi dan sebagainya.
D. Teknis Pelaksanaan
Teknis pelaksanaan dari kegiatan lomba Kreativitas ini adalah sebagai berikut:
1. Majelis Jemaat atau Komisi Pemuda/ Remaja membentuk Panitia atau Tim Kecil dan
menunjuk 3 atau 5 orang sebagai Juri.
2. Tim Kecil menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, menetapkan bobot nilai setiap
aspek, durasi waktu penampilan beserta kelengkapan pelaksanaannya.
3. Majelis Jemaat atau Tim Kecil menyampaikan maksud dan tujuan lomba beserta aspek
yang akan dinilai kepada calon peserta lomba.
4. Tim kecil dan juri melaksanakan penilaian berdasarkan aspek dan bobot penilaian.
5. Penetapan juara berdasarkan jumlah nilai kumulatif dari seluruh aspek yang dinilai.
E. Aspek yang Dinilai
1. Jenis Kreativitas yang ditampilkan
2. Pelibatan anggota keluarga yang berperan
3. Kekompakan saat Tampil
4. Kualitas Penampilan
5. Ketepatan Durasi Waktu saat Penampilan
6. Dan lain-lain (disesuaikan)
: Skor
: Skor
: Skor
: Skor
: Skor
10 – 100
10 – 100
10 – 100
10 – 100
10 – 100
F. Penghargaan
Kepada pemenang (juara I, II dan III) sebaiknya diberikan hadiah yang disiapkan oleh
Majelis atau Komisi Pemuda yang sebagian bersumber dari hasil Persembahan MPHB
Tahun 2010.
***
37
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 5 (Untuk Keluarga) : Pelaksana Tim yang ditunjuk Majelis.
“LOMBA BAKIAK”
(Terompa Panjang)
Latar Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Dengan adanya kesibukan masing-masing setiap anggota keluarga akan
berakibat kurangnya komunikasi dan kebersamaan dalam melakukan sebuah
kegiatan bagi setiap anggota keluarga, kegiatan bersama yang dilakukan bagi
setiap anggota keluarga selama ini berkisar antara lain: saat pergi ke Gereja,
rekreasi keluarga atau mungkin hanyalah makan bersama.
Melalui Masa Perayaan Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010, GKSBS
menyelenggarakan salah satu kegiatan untuk melaksanakan kegiatan
kebersamaan antara suami-isteri-anak sambil refreshing yaitu “Lomba Bakiak”.
Meningkatkan kekompakan keluarga Kristen dalam setiap gerak dan langkah
untuk melakukan sebuah kegiatan.
Input dari kegiatan Lomba Bakiak ini meliputi: 1 orang pemandu, 3 orang juri,
peserta lomba (suami-isteri dan satu orang anak), 3 pasang Bakiak masingmasing berkapasitas 3 orang, tanah lapang, tali pembatas dan perlengkapan
lainnya.
a. Terselenggaranya Lomba Bakiak yang diikuti beberapa keluarga di setiap
kelompok kebaktian.
b. Adanya semangat membangun kekompakan dalam keluarga.
a. Setiap keluarga menyadari betapa pentingnya sebuah kekompakan dari
setiap anggotanya.
b. Disadarinya bahwa komitmen merupakan kunci keberhasilan dan pelaksanan
kegiatan.
a. Keluarga dapat membangun komitmen dan kekompakan yang lebih baik
bagi setiap anggota keluarga dalam melaksanakan kegiatan bersama.
b. Adanya pembagian peran dan fungsi setiap anggota keluarga.
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Lomba Bakiak dapat dilaksanakan beberapa hari selama Masa Perayaan Hidup Berkeluarga 2010.
Waktu pelaksanaan dapat mengambil pada hari Minggu atau hari lain pada sore hari, sebaiknya
mengambil tempat di lingkungan Gereja. Kegiatan ini dapat dilakukan beberapa tahapan/ babak
mulai babak penyisihan sampai ke final.
B. Peserta
Peserta setiap keluarga terdiri dari 3 orang dari unsur: suami, isteri dan 1 orang anak, sebaiknya
diikuti semua keluarga jemaat.
C. Teknis Pelaksanaan
Teknis pelaksanaan dari Lomba Bakiak ini sebagai berikut:
1. Majelis Jemaat membentuk Tim Pelaksana yang bertugas untuk mempersiapkan sarana
prasarana, lokasi, aturan pelaksanaan lomba.
2. Lomba diadakan dengan sistem adu cepat (per 3 keluarga secara serentak) melintasi tanah
lapang sepanjang 15 – 20 meter dan pulang kembali ke tempat start.
3. Setiap trip (3 keluarga peserta) hanya diambil 1 keluarga yang berhak mengikuti babak
selanjutnya.
4. Demikian seterusnya sampai dengan babak final, dan diambil Juara I, II dan III.
D. Penghargaan
Kepada pemenang (juara I, II dan III) sebaiknya diberikan hadiah yang disiapkan oleh Majelis
yang sebagian bersumber dari hasil Persembahan MPHB Tahun 2010,
***
38
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 6 : Untuk Seluruh Anggota Jemaat
“BAKTI SOSIAL”
(Gotong Royong)
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
a. Meningkatkan semangat kegotong-royongan setiap anggota jemaat
b. Memperindah lingkungan Gereja dan sekitarnya.
Input dari kegiatan Bakti Sosial ini meliputi: anggota jemaat, peralatan
gotong royong, tanaman/ pohon.
a. Terselenggaranya kegiatan bakti sosial atau gotong royong yang
diikuti setiap anggota jemaat.
b. Tertanamnya beberapa tanaman di lingkungan Gereja.
a. Setiap keluarga menyadari betapa pentingnya kegiatan gotong
royong di lingkungan Gereja.
b. Disadari bahwa keindahan Gereja dan lingkungannya merupakan
tanggung jawab setiap anggota jemaat.
a. Tertanamnya sikap kegotong-royongan bagi setiap anggota jemaat.
b. Setiap anggota jemaat memahami bahwa kebersihan dan keindahan
Gereja dan lingkungannya merupakan tanggung jawab bersama.
c. Terwujudnya kenyamanan dalam ibadah di Gereja.
A. Waktu dan Tempat
Bakti sosial dapat dilaksanakan 1–3 kali selama Masa Perayaan Hidup Berkeluarga 2010,
dengan sasaran Gereja dan sekitarnya yang dilaksanakan oleh seluruh anggota jemaat.
B. Bentuk Kegiatan
1. Gotong Royong (kebersihan, keindahan, keamanan) Gereja dan sekitarnya.
2. Penanaman batang/ pohon yang dibawa dari dan oleh setiap keluarga jemaat, dapat
berupa: tanaman buah, tanaman hias, tanaman pelindung, tanaman pagar dan
sebagainya.
C. Teknis Pelaksanaan
1. Majelis Jemaat menetapkan waktu, jenis kegiatan dan lokasi kegiatan gotong royong,
sambil menghimbau kepada setiap keluarga agar membawa batang tanaman yang akan
ditanam di lingkungan Gereja.
2. Majelis Jemaat atau yang ditunjuk, akan mengatur tata letak tanaman yang akan
ditanam sesuai pengelompokan jenis tanaman.
3. Bakti sosial atau gotong royong ini juga dapat mengambil sasaran sarana umum di
masyarakat sekitar Gereja.
***
39
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
Kegiatan 7 (Untuk Keluarga : Suami – Isteri)
“KUIS KELUARGA BAHAGIA”
Latar
Belakang
Tujuan
Input
Output
Outcomes
Impact
Dengan adanya tuntutan perkembangan zaman dan desakan ekonomi,
mengakibatkan semua anggota keluarga berperan aktif untuk memenuhi
kebutuhan kehidupannya. Dengan kesibukan setiap anggota keluarga tersebut
juga berakibat kurangnya komunikasi setiap anggota keluarga, kurangnya
perhatian dan saling peduli, bahkan berkurangnya kepedulian dan peran
anggota keluarga terhadap tri tugas gereja yaitu persekutuan, pelayanan dan
kesaksian.
Berdasarkan keprihatinan tersebut di atas GKSBS melalui Kegiatan Masa
Perayaan Hidup Berkeluarga (MPHB) Tahun 2010, yang mengambil Tema:
“Tuhan itu baik kepada setiap Keluarga” menyelenggarakan salah satu
kegiatan yaitu “Kuis Keluarga Bahagia”.
Meningkatkan keharmonisan keluarga Kristen melalui peningkatan
komunikasi, persekutuan, kepedulian dan saling memperhatikan satu sama
lain setiap anggota keluarga.
Input dari kegiatan kuis keluarga ini meliputi: 1 orang pemandu, 3 orang juri,
8 – 12 pasang suami-isteri peserta kuis (dapat dari perwakilan kelompok),
papan/ kain sekat, soal/ materi kuis, scoring board, kertas jawaban/ meta plan,
alat tulis, hadiah dan sarana prasarana lainnya.
a. Terselenggaranya Kuis Keluarga Bahagia yang diikuti beberapa pasang di
setiap kelompok kebaktian.
b. Adanya semangat membangun komunikasi dalam keluarga.
a. Setiap keluarga memahami pentingnya makna tritugas gereja (persekutuan,
kesaksian dan pelayanan).
b. Setiap keluarga dapat mengingat dan mengenang kembali peristiwa
penting dalam bergereja maupun dalam berumah tangga.
c. Setiap keluarga dapat memahami kelebihan dan kekurangan setiap anggota
keluarga sehingga satu sama lain dapat saling melengkapinya.
d. Setiap keluarga dapat memahami pentingnya komunikasi dan kesepakatan/
komitmen dalam keluarga.
a. Keluarga dapat meningkatkan peran dan kepedulian terhadap gereja
(persekutuan, kesaksian dan pelayanan)
b. Keluarga dapat membangun komunikasi dan komitmen yang lebih baik
bagi setiap anggota keluarga.
c. Keluarga lebih harmonis/ bahagia dengan saling memperhatikan satu sama
lain setiap anggota keluarga.
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Kuis Keluarga Bahagia dilaksanakan selama 1 (satu) hari, sebaiknya pada hari Minggu bertepatan
dengan Penutupan Masa Perayaan Hidup Berkeluarga 2010 setelah Acara Kebaktian di Gereja,
yang di dalamnya hadir perwakilan keluarga dari setiap kelompok.
B.
Peserta
Peserta Kuis Keluarga Bahagia ini adalah pasangan suami-isteri sebanyak 2-3 pasang per
kelompok, sehingga jumlah keseluruhan antara 8-12 pasang dengan persyaratan peserta sebagai
berikut:
1. Keluarga-keluarga yang merupakan utusan dari setiap kelompok, masing-masing 2-3 pasang.
40
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
C.
D.
2. Sedapat mungkin bukan keluarga Majelis Jemaat, kecuali bila tidak ada yang lain.
3. Sudah mempunyai anak diatas usia Balita.
Pemandu dan Juri
Pemandu dan Juri pada kegiatan ini adalah anggota atau Majelis Jemaat, dengan persyaratan
sebagai berikut:
1. Bukan keluarga peserta kuis.
2. Mampu bertindak sebagai pemandu dan juri secara obyektif.
3. Bertindak adil dan netral.
4. Berdisiplin dan berdedikasi tinggi.
Materi
Materi kuis keluarga bahagia ini terdiri dari 2 (dua) bagian yang masing-masing bagian terdiri
dari 5 – 8 soal terdiri dari:
BAGIAN I: KELUARGA TERHADAP GEREJA (Persekutuan, kesaksian dan pelayanan),
Nilai: 0 atau 5 atau 10 per soal:
Dengan materi soal meliputi: sekitar Kotbah dan MPHB, Kegiatan-kegiatan dalam Gereja dan
sebagainya.
Setiap soal yang dijawab baik oleh suami maupun isteri bila benar mendapat nilai 5, sehingga
setiap nomor nilainya bisa 0 (bila salah semua), 5 (bila salah satu benar), dan 10 (bila keduanya
benar).
Contoh Soal :
1. Apa tema atau judul Kotbah hari ini?
2. Apa tema MPHB tahun 2010 ini? …… dan sebagainya.
BAGIAN II: KELUARGA DALAM KELUARGA/ KESESUAIAN
Nilai : 0 atau 10 per soal:
Dengan materi soal meliputi: kisah-kisah/ sejarah keluarga, komunikasi dan komitmen dalam
keluarga, aturan yang telah disepakati dan sebagainya.
Nilai hanya berdasarkan kesesuaian antara jawaban suami dan isteri, bila sama (nilai 10), bila
tidak sama (nilai 0)
Contoh Soal:
1. Tanggal, bulan dan tahun berapa pernikahan anda dilaksanakan?
2. Jenis masakan apa yang paling disukai oleh suami? … dst. …
E.
F.
Metode dan Teknis Pelaksanaan
Berbagai metode yang diterapkan pada kuis ini meliputi: tanya jawab yang langsung ditulis dalam
kertas meta plan, dikumpulkan oleh petugas, dibacakan, dinilai dan pencatatan di scoring board.
Teknis pelaksanaan:
1. Majelis Jemaat membentuk Tim Pelaksana yang bertugas untuk: pemandu, juri, pembuat soal,
pencatat di scoring board, petugas pengambil hasil jawaban peserta, termasuk komentator
(bila perlu).
2. Majelis di kelompok-kelompok menunjuk 2 – 3 pasang suami-isteri sesuai persyaratan
sebagai peserta yang mewakili/ utusan kelompok.
3. Semua peserta menghadap ke jemaat dengan posisi duduk dikelompokkan untuk para isteri
dan para suami secara terpisah.
4. Antara kelompok isteri dan suami (di tengah) diberi penyekat (papan/ kain) dengan maksud
saat menjawab pertanyaan setiap pasangan tidak dapat berkomunikasi.
5. Nomor tempat duduk baik suami maupun isteri dilakukan secara berurutan, mulai dari nomor
keluarga 1 di paling kiri dan seterusnya ke kanan.
6. Setiap kali menjawab soal, kertas jawaban (di meta plan) langsung diambil oleh juri dan
dicocokkan (suami – isteri) sesuai nomor urut keluarga.
7. Penetapan juara berdasarkan jumlah nilai kumulatif dari seluruh soal.
Penghargaan
Kepada pemenang (juara I, II dan III) sebaiknya diberikan hadiah yang disiapkan oleh Majelis
yang sebagian bersumber dari hasil Persembahan MPHB Tahun 2010, dan bila perlu bagi
pemenang sekaligus dinobatkan sebagai “Keluarga Bahagia” atau “Keluarga Teladan” 2010 yang
diberikan tanda khusus (selempang).
***
41
Masa Perayaan Hidup Berkeluarga
GKSBS - 2010
MASA PERAYAAN HIDUP BERKELUARGA
SINODE GKSBS 2010
Tanggal, 03 - 31 Oktober 2010
Tema:
“ TUHAN ITU BAIK KEPADA SETIAP KELUARGA “
SINODE
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Jl. Yos Sudarso 15 Polos – Metro 34101 – Lampung
Telp. (0725) 42598
E.mail: [email protected] – Website: www.gksbs.org
42
Download