faktor-faktor yang berhubungan dengan

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM
BANDA ACEH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi
Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
Oleh:
CUT ELSYA AZZANIE
NIM : 10010117
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH
Cut Elsya Azzani,1 Cut Efriana2
ix + halaman : 56, 9 tabel, 2 gambar , 7 lampiran
Latar Belakang : Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan
Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, Di Jakarta metode ini sudah diterapkan
dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober
2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan
di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat
sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare.Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3
ibu hamil yang mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui.
Tujuan Penelitian : Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam,berdasarkan
pendidikan, informasi dan pekerjaan
Metode Penelitian :Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan
menggunakan pendekatan cross secctional dengan populasi 56 orang, Accedental sampling. Cara
pengambilan data dengan cara membagikan kuesioner.Sampel 32 responden dilakukan peneltian
tanggal 19-27 agustus 2013 di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
Hasil Penelitian : hasil penelitian tidak ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan water
birth p value 0,798,Tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan pengetahuan water birth nilai p
value 0,265,Tidak adanya hubungan informasi dengan pengetahuan nilai p value 0,678.
Kesimpulan dan saran : Bahwa tidak ada hubungan pendidikan, pekerjaa, informasi dengan
pengetahuan water birth p value 0,798, 0,265, 0,678 diharapkan agar dapat menjadi masukan
untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water
birth. Diharapkan agar dapat menjadi masukan untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para
ibu untuk memilih persalinan melalui water birth.
Kata kunci : Pengetahuan, Waterbirth, Ibu hamil
Sumber
1
: 6 buku (2002 - 2008 ), 13 situs internet (2006-2012)
Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas
rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013” .
Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di
laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan
STIKes U’Budiyah.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmah ini peneliti telah banyak menerima
bimbingan dari ibu Cut Efriana, SST sebagai pembimbing dan bantuan serta
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh.
4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh.
5. Bapak Agussalim, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S-1 Fakultas
Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
6. dr. Prita Amelia Siregar selaku Kepala UPTD Puskesmas Kuta Alam.
7. Terima Kasih kepada pegawai puskesmas kuta alam khususnya untuk ibu –
ibu hamil yang telah memberikan Informasinya tentang pengetahuan
persalinan Water Birth.
8. Teristimewa buat Ayah dan Mama yang telah memberikan pengorbanan
baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan Akademi Kebidanan.
9. Kakak, Adik, Tante dan Keluarga Besar semuanya yang telah memberikan
do’a, dukungan dan semangat bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan
penulisan ini.
10. Soulmate yaitu Bahtiar Faalah yang selalu membantu, memberi dukungan
dan semangat ketika sudah lelah, dan juga do’a bagi peneliti sehingga dapat
selesainya penulisan ini.
11. Sahabat tercinta di Jakarta yaitu ain, tie-tie, sherly, amel dan nopi yang
sudah banyak membantu dan memberi dukungan, semangat dan do’a bagi
peneliti sehingga dapat selesainya penulisan ini.
12. Siti Julita, Dara Khairina dan Raudhatul Jannah yang telah banyak bersusah
payah membantu peneliti dalam membuat penulisan ini sehingga dapat
terselesaikan.
13. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dan berjuang samasama khususnya untuk kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya.
Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan
pada penelitian ini.
Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun
yang terjadi tanpa kehendaknya.
Banda Aceh, 28 Agustus 2013
Tertanda
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PENGESAHAN PENGUJI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
i
ii
iii
iv
v
viii
x
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1
1
4
5
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
B. Water Birth
a. Metode Water Birth
b. Keuntungan Water Birth
c. Kerugian Water Birth
d. Patofisiologi
e. Indikasi dan Kontraindikasi
f. Prosedur Persalinan
C. Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
D. Kerangka Teoritis
6
6
17
17
19
22
27
31
33
36
43
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
C. Hipotesa
44
44
45
46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Instrumen
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Pengolahan Data
G. Analisa Data
47
47
47
48
48
48
48
49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
51
51
51
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
60
60
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
43
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
44
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
45
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
52
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
52
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
53
Tabel 5.5 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Persalinan Water Birth
53
Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Persalinan Water Birth
54
Tabel 5.7 Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Persalinan Water Birth
55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
: Surat Selesai Izin Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Lembaran SPSS Output Analisa Univariat
Lampiran 10 : Lembaran SPSS Output Analisa Bivariat
Lampiran 11 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12 : Biodata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumen modern pertama ditemukan pada suatu desa di Perancis tahun
1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis, dimana terjadi
pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang tidak mengalami
kemajuan dalam proses persalinannya) akan menjadi lebih progresif dengan
menggunakan metode persalinan water birth, di mana bayi akan lahir lebih
mudah. Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti tentang keamanan dan
kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet selama tahun 1960-an. Pada akhir
tahun 1960-an, ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik
baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke
dunia luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang mungkin terjadi. Pada awal
tahun 70-an Dr. Michel Odent, kepala instalasi bedah rumah sakit Pithiviers,
Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran
di dalam air (Febrina, 2010) .
Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa,
dan Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, California Selatan
yang di pimpin oleh Dr. Michael Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin
dan melahirkan di air. Setelah 5 tahun akumulasi pengalaman water birth, pada
tahun 1993 telah terjadi 1000 kelahiran, di Odent’s Birthing Center Pithiviers
tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth
International Project, Barbara Harper mengembangkan “Topic Of Gentle
Alternatives In Childbirth”. Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di
Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat
protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee
membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya
penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya
keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat
tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley
Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth
untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara
dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996,
2004, dan bulan September 2007 (Febrina, 2010).
Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti
Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa
termasuk Inggris dan Jerman terdapat banyak Maternity Clinics yang
menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water Birth Internasional mencatat
lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas tersebut. The
Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of
Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa
komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik
dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan
pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.( Buckley, S.)
Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi
Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water
Birth per tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali
menyediakan fasilitas Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda
(Rhudy, 2011).
Meski proses persalinan dalam air alias Water Birth sudah menjadi trend
di kota-kota besar tanah air, tak terkecuali di provinsi Aceh yang sudah mengenal
teknik tersebut sejak setahun belakangan, nyatanya Water Birth belum banyak
diaplikasikan oleh bidan-bidan lokal. Meski untuk pengetahuan dasarnya sudah
diberikan saat perkuliahan, namun teknik menyeluruh mengenai penanganan
persalinan dalam air belum masuk di kurikulum ilmu kebidanan. Hal tersebut tak
dipungkiri oleh bidan senior Sumiatun Sudemba, S.ST, S.Pd. Karena itulah,
wanita yang akrab disapa Demba itu berharap banyak pada kegiatan seminar
maupun penyuluhan soal Water Birth. “Memang belum semua bidan tahu. Saya
setuju bila sosialisasi Water Birth terus digalakkan di kalangan mahasisiwa
maupun praktisi kebidanan karena banyak manfaat yang akan diperoleh.(Sulis
Tiyani, 2012).
Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana
kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan
keluarga selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk
melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping
juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.(
Nelson, 2000).
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum populer,
berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan
utama ibu untuk melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi
fasilitas untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga
medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin
berdesain khusus (birth pool).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah
satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05
WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan
di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini
telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam
Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3 ibu hamil yang
mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui.
Kunjungan ibu hamil di Puskessmas Kuta Alam dari Januari sampai Febuari 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah : “Apakah Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Tertang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari
pendidikan.
b. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari
pekerjaan.
c. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari
informasi.
D. Manfaat Penelitian
a. Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman serta dapat memperoleh
informasi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth.
b. Tempat Penelitian
Menjadi
masukan yang luar biasa bagi puskesmas dalam rangka
peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 1824 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto,
2010).
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri
persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak
menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan
pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman
dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan
cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer
adalah
persalinan
dalam
air
hangat
atau
dikenal
sebagai
water
birth.(Bayuningrat, 2008).
Sekalipun menganggap Water Birth tak ubahnya merupakan proses
persalinan normal, namun Demba menilai teknik tersebut memiliki banyak
kelebihan. “Sebenarnya standar persalinan normal, namun water birth memiliki
sejumlah
keunggulan.
Tapi
bagaimanapun
setiap
persalinan
harus
mengedepankan beberapa aspek, sebut saja cara kelahiran, kekuatan bayi,
penolong, psikologis si ibu hingga pendampingnya pun harus diperhatikan
(Suparyanto, 2010).
1. Fisiologis Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan:
a).Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia kehamilan 30-60 minggu
sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada
saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan
bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa
saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi
progesterone (Suparyanto, 2010).
b).Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam
otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau
minimal melakukan kerjasama (Suparyanto, 2010).
c). Keregangan Otot Rahim
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban
sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan untuk
berkontraksi makin meningkat (Suparyanto, 2010).
d).Teori Janin
Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin
telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan,
bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal,
persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis
dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui
bentuk sinyalnya (Suparyanto, 2010).
e).Teori Prostaglandin
Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat
meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa
terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk
melakukan “hidrolisis gliserofosfolofid” sehingga terjadi pelepasan dari
asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti
pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam
jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion.
Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua
dan korion leave (Suparyanto, 2010).
Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang
kontraksi bila diberikan dalam bentuk infuse, per os, atau secara intra
vaginal. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa proses mulainya
persalinan merupakan proses yang kompleks dan paling dominant,
tetapi merupakan inisiasi pertama yang masih belum diketahui dengan
pasti (Suparyanto, 2010).
2. Tanda Menjelang Persalinan
Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36
yang disebut lightening :
a.
Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
b.
Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan
menekan kandung kemih.
c.
Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria.
d.
Pada Pemeriksaan : Tinggi fundus uteri semakin turun; Serviks uteri
mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan (Suparyanto, 2010).
3. Tanda Mulai Persalinan
Timbulnya his persalinan dengan ciri :
a. Fundul dominan.
b. Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek.
c. Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang.
d. Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa pembukaan dan
perlunakan.
e. Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah (Manuaba, 2007).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Manuaba, 2007).
4. Tanda dan Gejala Inpartu termasuk :
a. Penipisan dan pembukaan serviks.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
(Suparyanto, 2010).
5. Berlangsungnya Persalinan Normal
a. Persalinan dibagi menjadi 4 kala:
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm).
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2
fase :
a) Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm.
2) Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap ( Suparyanto, 2010 )
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan
pada multipara kira-kira 7 jam( Suparyanto, 2010 ).
2). Kala II
Pengertian Kala II
Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II
persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
f. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah (Suparyanto,2010):
1.
Pembukaan serviks telah lengkap.
2.
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira
2 sampai 3 menit sekali. Oleh karena biasanya kepala janin sudah
masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otototot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak
buang air besar. Perineum menonjol menjadi lebih besar dan anus
membuka. Labia membuka dan tak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih
berelaksasi kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan
mengejan maksimal kepala lahir dengan suboksiput dibawah
simphisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan
anggota bayi. Para primgravida kala II berlangsung rata-rata 1,5
jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Suparyanto,2010).
3. Kala II
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Kala III berlangsung
sampai 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan
( Suparyanto.2010).
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Harus diperhartikan 7 pokok penting
a. Kontraksi uterus harus bagus;
b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya;
c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap;
d. Kandung kencing harus kosong;
e. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada
hematoma;
f. Bayi dalam keadaan baik;
g. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak
ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi
yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala
baik (Suparyanto,2010).
6. Penatalaksanaan Persalinan Normal
a. Anamnesa
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang
riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan
dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis
dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai,
meliputi :
1)
Nama, umur, dan alamat
2)
Gravida dan para
3)
Hari pertama haid terakhir
4)
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5)
Riwayat alergi obat-obat tertentu
6)
Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih, dan lain-lain).
Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan,
atau nyeri epigastrum bagian atas) (Suparyanto,2010).
7.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan
ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi;
pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk
8.
a.
Menentukan tinggi fundus uterus
b.
Memantau kontraksi usus
c.
Memantau denyut jantung janin
d.
Menentukan presentasi
e.
Menentukan penurunan bagian terbawah janin (Suparyanto,2010).
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :
a.
Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
b.
Keadaan serta pembukaan serviks
c.
Kapasitas panggul
d.
Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
e.
Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
f.
Pecah tidaknya ketuban
g.
Presentasi kepada janin
h.
Turunnya kepala dalam ruang panggul
i.
Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
j.
Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah
berlangsung (Prawirohardjo, 2006 : 193).
Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam
patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan
persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan
yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik,
mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
(Suparyanto, 2010).
9.
Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu seperti telah dijelaskanyang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah.
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi
pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.
Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul (Suparyanto,
2010).
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada
mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena
ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan
dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Akibat sumbu kepala janin
yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati
suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala
yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di
dalam rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan
diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm) (Suparyanto, 2010).
Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan
fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis
yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi
elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his
yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran
paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan
berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil
berada di bawah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion,
kepala
mengadakan
(Suparyanto, 2010).
gerakan
defleksi
untuk
dapat
dilahirkan
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan,
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah
kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi
luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
anak. Didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala
telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Selanjutnya dilahirkan bahu depan terebih dahulu baru kemudian bahu
belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru
kemudian
trokanter
belakang,
kemudian
bayi
lahir
seluruhnya
(Prawirohardjo, 2006).
Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas,
interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk
dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus (Fraser,
2009 : 432).
B. Water Birth
Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan
pervaginam, dimana ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan
berendam di air hangat ( yang dilakukan pada bathtub atau kolam ) dengan
tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan member rasa nyaman
(Bayuningrat,2008).
a. Metode Water Birth
Ada 2 metode water birth :
1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami
pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.
2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa
kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
(Rhudy, 2011).
b. Keuntungan Water Birth
Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi
dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara
signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesic pemendekan
persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan
dengan persalinan lainnya ( Rhudy, 2011 )
1. Keuntungan Bagi Ibu
a.
Mengurangi nyeri persalinan dan memberi rasa nyaman.
Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air
hangat yang membuat rileks dan nyaman sehingga rasa sakit dan
stress akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan
utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada
dasarnya sama seperti melahirkan normal, proses dan prosedurnya
sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu
melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang
paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber
glass atau bahan lain (Rhudy,2011 ).
Adanya
mitos
yang
menyebutkan
pemanjangan
fase-fase
persalinan. Pada kenyataannya Water Birth merupakan persalinan
alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi.
Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan
nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan
mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air
sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan
darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Ibu
hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan
penyulit
(distosia) dibandingkan dengan augmentasi
standar
menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan
intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan dapat
mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan
menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth
yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan
air hangat akan membantu mengurangi nyeri ( Rhudy, 2011 ).
b. Mengurangi Tindakan Episiotomi
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala
bayi crowning lambat akan menurunkan risiko robekan dan dapat
mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Selain itu, trauma
perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak
kejadian intak perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu yang
melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami robekan
karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan
episiotomi jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang
melahirkan dalam air hangat kurang mengalami robekan karena air
hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan
jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy,
penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk
melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak
diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan
terdapat keadaan emergensi penolong akan membatalkan pelaksana
metode ini ( Rhudy,2011 ).
c.
Pemendekan Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat
proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan
persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini ibu
dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah,
lebih rileks, nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan
obat-obatan dan intervensi lainnya, member perlindungan secara
pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan
episiotomy, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan
persalinan (Rhudy, 2011).
d.
Menurunkan Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal
Psycology Association of North America Conference, wanita dengan
hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam
dalam
air
hangat
selama
10-15
menit.
Kecemasan
yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi
dengan berendam dalam air hangat (Rhudy, 2011 ).
2.
Keuntungan Bagi Bayi
Persalinan
sendiri
dapat
mejadi
masalah,
mungkin
juga
mengganggu dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth
memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir,
dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu
yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga
memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga
dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi
ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh
karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan
perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan
tempat bersalin umumnya ( Rhudy.2011).
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak
menajdi tenang. Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena
selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air (amnion) sampai
terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula
masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang
tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal
distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu
juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala
bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air
ketuban ( Rhudy,2011 ).
c. Kerugian Water Birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
a.) Risiko Maternal
1.
Infeksi
Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive
Biology 2007, Water Birth merupakan avaluable alternative
persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna ZanettiDaellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian
infeksi maternal maupun neonatal atau parameter laboratorium
termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah dan
keperluan perawatan intensif. Ada pendapat yang menyatakan
bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena
berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan
kotoran saat mengedan dalam kolam air. Namun penelitian
menunjukkan
bahwa
traktus
intestinal
bayi
mendapatkan
keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita
sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion, dan
feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul,
keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam keadaan persalinan kala
aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam
kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke
vagina bagian dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi
tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air. Salah satu cara
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah
menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan
filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko
infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang
suhunya
sekitar
32-370 disesuaikan
dengan
suhu
tubuh
juga
harus
di
Swiss
( Rhudy,2011 ).
2. Perdarahan Postpartum
Risiko
perdarahan
dipertimbangkan.
pada
Walaupun
ibu
dan
comparative
bayi
study
menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di
Inggris tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara
metode Water Birth dengan metode persalinan lainnya. Penyedia
layanan Water Birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai
jumlah perdarahan post partum, sementara metode penanganannya
telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah
penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam
seperti di The University of Michigan Hospital (Rhudy, 2011 ).
3. Trauma Perineum
Penggunaan
episiotomy pada
Water Birth
8,3% tidak
menunjukkan laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dan
25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum
derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi
lebih tinggi. A Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan
bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan
Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada
luaran klinik dalam hal trauma perineum. Pada penelitian tahun
1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of
Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan
pervaginam: water birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth
mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth
27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini
secara statistic sangat bermakna. Disamping angka episiotomy
bedbirth terjadi paling tinggi juga menunjukkan derajat laserasi
perineum III dan IV (4,1%) ( Rhudy,2011 ).
b.) Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah
pernapasan rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi
melalui air (Rhudy,2011).
1.
Terputusnya Tali Pusat
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir
sesegera mungkin dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika
tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan yang berlebihan
pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel,
melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water
birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat.
Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu
cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan
cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan
biasanya( Rhudy,2011 ).
2.
Infeksi
Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan
pada bayi yang dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun
resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus yang mungkin
membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan
berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan
pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan,
infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm. Berdasarkan
laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan
pada swab telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth
(Rhudy,2011 ).
3.
Hipoksia
Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah
beroksigen, sambil bayi merespon stimulasi baru yaitu pertama kali
mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan
pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi
untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi
jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan
dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air
disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan
mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan
respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air
selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan
pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut
Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson (1997) penundaan
pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan
hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat
sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi
ketika kontak dengan udara) ( Rhudy, 2011 ).
4. Aspirasi Air dan Tenggelam
Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar
95%. Risiko masuknya air ke dalam paru-paru bati dapat dihindari
dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke permukaan
air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen
emboli air dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah
setelah persalinan dan juga risiko infeksi (Rhudy,2011 ).
d. Patofisiologi
1. Pengurangan Rasa Nyeri
Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini
adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini
disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih
baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi
endorphin (stress related hormone) ( Rhudy,2011)
Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi
tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi
uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan
sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik.
Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas,
dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil
mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu
kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta
ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat
sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi
oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap
lingkunagn di luar rahim dengan baik (Rhudy,2011 ).
Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut
merupakan salah satu sumber penghilang rasa sakit selama persalinan
dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu
hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air.
Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada
ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi
volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan
vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam
darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat
akan
dapat
menyebabkan
merelaksasi
peningkatan
otot-otot
dan
pelepasan
mental
selanjutnya
katekolamin,
yang
memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus,
sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase
persalinan (Rhudy,2011).
2. Pengurangan Risiko Aspirasi
Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu
bersalin. Pertama, terdapat faktor penghambat yang secara normal
ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan mendapatkan oksigen
dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan
otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia
kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan
melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau
plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir
hingga
30
menit.
Kerja
otot
diaphragma
dan
intercostals
menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital termasuk
otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM)
pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan
spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari
plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan
napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika
bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk
pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon
penghambatan pertama ( Rhudy,2011 ).
Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang
lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini
merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea
dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin
mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengapmengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke
dalam
paru-paru.
Jika
bayi
bermasalah
selama
persalinan,
variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal
ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan
meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir
( Rhudy,2011 ).
Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika
berada di dalam air adalah perbedaan temperatur. Temperatur air
dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam serupa
dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan.
Penelitian terbaru dan observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia
member kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir
berkontribusi pada vigorous baby. Cairan paru diproduksi dalam
paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini
akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir
sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya,
dapat membedakan antara cairan amnion, air, susu, dan ASI yang
diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal
(dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan),
kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi bernapas di dalam
air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan
merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan
tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi
pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan
shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan
pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan
ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk
memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima
oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan
menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk
menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan
udara (Rhudy,2011 ).
3. Pemendekan Fase Persalinan
Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan
intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan.
Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam
pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika
ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan
bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan
menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak
dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu
awal ( Rhudy,2011).
4. Pengurangan Perdarahan Postpartum
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata
darah yang hilang pada water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih
rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan
ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang
berpengalaman pada persalinan dalam air (Rhudy,2011 ).
e. Indikasi dan Kontraindikasi
1.Syarat-syarat
a. Ibu hamil resiko rendah
b. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit
c. Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline,
variabilitas dan ada akselerasi)
d. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan
nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm
e. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari
kolam tempat berendam jika diperlukan (Rhudy, 2011).
2. Kriteria / Indikasi
a. Merupakan pilihan ibu
b. Kehamilan normal ≥ 37 minggu
c. Fetus tunggal presentasi kepala
d. Tidak menggunakan obat-obat penenang
e. Ketuban pecah spontan < 24 jam
f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan
g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak
terkontrol, dll)
h. Denyut jantung normal
i. Cairan amnion jernih
j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau
pitocin (Rhudy,2011).
3. Kontra Indikasi
a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah
b. Infeksi dan demam pada ibu
c. Herpes genitalis
d. HIV, Hepatitis
e. Denyut jantung abnormal
f. Perdarahan pervaginam berlebihan (Rhudy,2011).
f. Prosedur Persalinan
1. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan
dengan metode water birth antara lain:
a. Termometer air
b. Termometer ibu
c. Doppler anti air
d. Sarung tangan
e. Apron
f. jaring untuk mengangkat kotoran
g. Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set
h. Shower air hangat, portable/permanent pool
i. Handuk, selimut
j. Warmer dan peralatan resusitasi bayi (Rhudy, 2011).
2. Selama Berlangsungnya Persalinan
a.) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat
pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik, ibu dapat
mengambil posisi persalinan yang disukainya.
b.) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air
dengan suhu tubuh sekitar 37º C (sesuai dengan suhu air ketuban
dalam rahim).
c.) Observasi dan monitoring antara lain:
1. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30
menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit
selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn sebelum,
selama, setelah kontraksi.
2. Penipisan
dan
pembukaan
serviks
dan
posisi
janin.
Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau
pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
3. Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan
periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban
mekonium pasien harus meninggalkan kolam.
4. Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2
jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa
vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .
5. Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi
ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan
gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL) (Rhudy, 2011).
d.) Manajemen Kala II
1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan
mengedan spontan, risiko ketidakseimbangan oksigen dan
karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan
juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan
meminimalkan stimulasi.
3. Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir,
karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir.
Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak
semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan
air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih
ada di dalam air.
4. Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera
mingkin dibawa kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir
kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannyamasih di
dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi
telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali
(Rhudy,2011).
e.) Manajemen Kala III
1. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu
keluar kolam.
2. aat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan.
3. Estimasikan perdarahan.
4. Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1
jam untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika
perdarahan tidak berlebihan) (Rhudy,2011).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.(Notoatmodjo,2007:143).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting utuk
terbentuknya tindakan seseorang.(Notoatmodjo,2003 : 127).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
tingkatan, yaitu:
2) Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali suatu hal terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar
tentang
okbjek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi terrsebut secara benar.
3.) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagaii kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4). Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a)
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b)
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
(Notoamodjo, 2007).
Menurut teori perkembangan psikososial yang dikutip oleh wheley
dan wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa)
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Early adult hood (21-35 tahun)
Pada masa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah
terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan).
Karakteristik dan krisis psikososial terjadi pada masa ini adalah
“keintiman vs isolasi, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik
akan meningkatkan kemampuan membentuk hubungan dekat dan
membuat komitmen tentang kehidupan.
2. Young and middle adult hood (36-45tahun)
Pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang
terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan
pada masa ini emosi sudah mulai stabil. Karakteristik dari psikososial
yang terjadi pada masa ini adalah “generation vs konsentrasi diri”, dimana
bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan kemampuan
dalam memikirkan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
3. Later adult hood (> 45 tahun)
Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam
kelompoknya. Pada masa ini emosi seseorang cenderung relatif stabil
dengan motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesama dengan
baik. Karakteristik dari psikososial yang terjadi pada masa ini adalah
“keluhan vs kepuasan”, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik
akan meningkatkan kesadaran akan terpenuhnnya kebutuhan/ kehidupan
seseorang dari perasaan puas dan siap menghadapi masa lanjut usia serta
kematian.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan,
khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan
semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan .
(Notoadmojo, 2005).
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
merupakan landasan
seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan
responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam
pembentukan sikap mereka tentang tindakan persalinan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadarannya
tentang hak yang dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan
terhadap hak untuk memperoleh informasi, hak untuk menolak/menerima
pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Sisdiknas, 2003).
Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan
formal dan non formal, jenjang pendidikan formal terdiri dari :
a) Tinggi
: Akademi dan Perguruan Tinggi (S1)
b) Menengah
: SMA
c) Dasar
: SD/ MIN dan SMP
3. Pekerjaan
Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap
pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekutan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban
ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban social sesuai
dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya
diukur dari ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinngi
ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan
(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan
pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti
beban kerjanya relative mudah (Notoatmodjo, 2007).
d. Lingkungan
Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo, 2007).
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
f. Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
g. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,
2007).
D. Kerangka Teoritis
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil adalah sebagai
berikut:
Notoatmodjo,S.2007:
-
Usia
-
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Lingkungan
-
Pengalaman
-
Informasi
-
Sosial Budaya dan
Pengetahuan
Ekonomi
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep tidak
dapat diukur dan diubah secara langsung agar dapat diamati dan diukur maka
konsep tersebut harus digambarkan (Notoadmojo, 2002).
Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya mengambil tiga variabel
yaitu pendidikan, pekerjaan dan informasi.
Variable Independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan ibu hamil
informasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
0perasional
Cara ukur
Alat
ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Menyebar
kuesioner
dengan
ktiteria:
-Tinggi:
x ≥ 6,25
-Rendah:
x < 6,25
Kuesi
oner
- Tinggi
- Rendah
Ordinal
Menyebar
kuesioner
dengan
kriteria:
- Tinggi :
Akademi dan
Perguruan
tinggi
- Rendah :
SMA/
sederajat
- Dasar :
SD,SMP/
sederajat
Menyebar
kuesioner
dengan
kriteria:
- Bekerja: PNS
dan
Swasta,dll
- Tidak
Bekerja: Ibu
rumah
Kuesi
oner
- Tinggi
- Menengah
- Dasar
Ordinal
Kuesi
oner
- Bekerja
- Tidak
Bekerja
Ordinal
Variabel Dependen
1
Pengetahuan Segala sesuatu
yang memberi
pengetahuan
kepada ibu
hamil tentang
persalinan
water birth
Variable Independen
1
Pendidikan
Jenjang
pendidikan
formal terakhir
yang ditempuh
oleh responden
dibuktikan
dengan ijazah
2
Pekerjaan
Aktifitas
seseorang
menghasilkan
pendapat
3
Informasi
Segala hal
yang didapat
oleh responden
baik melalui
audio/ visual
tangga
Menyebar
kuesioner
Kuesi
oner
- Pernah
- Tidak
pernah
C. Hipotesa
1. Ho: Tidak ada hubungan antata pendidikan dengan pengetahuan tentang
Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam.
2. Ho: T idak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan tentang
Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam.
3. Ho: Tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan tentang
Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam.
Ordinal
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan
menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen
dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu
bersamaan untuk mengetahui Hubungan Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013
pada bulan Juni sebanyak 56 orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005) sampel adalah bagian yang diambil
dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 sampel dalam bentuk
Accidental Sampling.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penenlitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19 Agustus sampai 27
Agustus 2013.
D. Instrumen
Pertanyaan yang berjumlah 10 untuk pengetahuan, 2 untuk informasi, 1
untuk pekerjaan dan 1 untuk pendidikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran
kuesioner penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Kuta Alam.
F. Pengolahan Data
Menurut Budiarto (2001) pengolahan data merupakan proses yang
sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan
baik dan benar.
1. Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
kuesioner sehingga jawaban sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2. Coding yaitu kegiatan merubah dan berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan.
3. Tabulating yaitu data yang telah dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk
table distribusi frekuensi.
4. Analisis yaitu data yang sudah dikumpulkan dan di- entry, dianalisis
menggunakan uji statistik.
G. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka analisis data yang akan
dilakukan dengan menggunakan program computer yaitu program Statistical
Program For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang akan dilakukan secara
statistik deskriptif. Analisi data yang dilakukan meliputi :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variable dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005) kemudian ditentukan
presentase (p) dengan menggunakan Rumus sebagai berikut :
P=
100 %
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi yang teramati
n : Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat merupakan hasil dari variable independen yang diduga
mempunyai hubungan dengan variable dependen. Analisa yang digunakan
adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik
dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat kemaknaanya
adalah 95% (p<0,05), sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang
bermakna secara statistik dengan menggunakan program perhitungan uji chisquare selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha
(P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan ada hubungan
bermakna antara variable dependent dengan variable independent.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kuta Alam adalah puskesmas induk yang terletak dijalan Twl.
Hasyim Banda Muda di Kelurahan Mulia Kecamatan Kuta Alam yang
berjarak ± 2 km dari pusat Kota Banda Aceh atau ± 1,5 km dari Rumah Sakit
Provinsi. Puskesmas Kuta Alam pertama kali dibangun tahun 1975, secara
geografis batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam adalah :
1. Sebelah Utara berbatsan dengan Selat Malaka
2. Sebelaha Timur berbatasan dengan Kec.Syiah Kuala
3. Sebelah Selatan bebatasan dengan Kecamatan Baiturrahman
4. Sebelah Barat Berbatsan dengan Kecamatan Kutaraja
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Pendidikan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
No
Pendidikan
f
%
1
Tinggi
11
34,4
2
Menengah
19
59,4
3
Dasar
2
6,2
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden
mayoritas ibu hamil pendidikannya pada kategori menengah sebanyak
orang 19 (59,4%).
b. Pekerjaan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
No
Pekerjaan
f
%
1
Berkerja
10
31,2
2
Tidak Berkerja
22
68,8
3
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang
mempunyai tidak berkerja sebanyak 22 orang (68,8%).
c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
No
Pengetahuan
F
%
1
Tinggi
15
46,9
2
Rendah
17
53,1
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang
pengetahuannya tinggi sebanyak 15 orang (46,9%).
d. Informasi
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013
No
Informasi
F
%
1
Pernah
25
78,1
2
Tidak Pernah
7
21,9
Total
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang
informasi berada pada kategori pernah sebanyak 25 orang (78,1%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth
Tabel 5.5
Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina
Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Tahun 2013
Pendidikan
Tinggi
Menegah
Dasar
Total
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
5
45,5
6
54,5
11
57,9
8
42.1
1
50
1
50
17
53,1 15 46,9
Total
F
%
11
100
19
100
2
100
32
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 19 responden yang
pendidikanya Menengah ternyata pengetahuannya rendah sebanyak 11
orang (57,9%), yang pendidikannya dasar pengetahuannya berada dalam
kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya
tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak
1 orang (50%).
Hasil uji statistik ternyata ada 2 cell yang E < 5 maka table diatas
menjadi 2x2 tinggi – menengah.
Pendidikan
Menengah
Tinggi
Total
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
12
57,1
9
42,9
5
45,5
6
54,5
17
53,1
15
46,9
Total
f
21
11
32
%
100
100
100
p value
0,798
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,798 berarti tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth, maka maka hipotesa dalam penelitian ini tidak
terbukti atau ditolak.
b. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth
Tabel 5.6
Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina
Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Tahun 2013
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Total
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
7
70
3
30
10
45,5
12 54,5
17
53,1
15 46,9
Total
F
10
22
32
p value
%
100
100
100
0,265
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 22 responden yang
tidak berkerja ternyata pengetahuanya tinggi sebanyak 12 orang (54,5%),
dari 10 responden yang berkerja ternyata yang pengetahuannya rendah
sebanyak 7 orang (70%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti
atau ditolak.
c. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth
Tabel 5.7
Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina
Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Tahun 2013
Informasi
Pernah
Tidak pernah
Total
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
f
%
f
%
14
56
11
44
3
42,9
4
57,1
17
53,1
15 46,9
Total
F
25
7
32
p value
%
100
100
100
0,678
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang
informasinya dalam kategori pernah ternyata sebanyak 14 responden
(56%) yang
pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang
informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%)
yang pengetahuannya tinggi.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada
hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tantang
persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak
terbukti atau ditolak.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan analisa
tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth di puskesmas kuta alam.
1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 responden
yang pendidikanny Menengah ternyata pengetahuannya rendah sebanyak
11 orang (57,9%), yang pendidikannya dasar
pengetahuannya berada
dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya
tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak 1
orang (50%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,798 berarti tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti
atau ditolak.
Hasil penelitian Andi, (2010) menyatakan hubungan antara
pendidikan dengan pengetahauan seseorang karena semakin tinggi
pendidikannya semakin tinggi tingkat pengetahuanya dengan p value
0,002.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Moorman (2003)
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan
datang.
Menurut asumsi peneliti tidak semua hasil penelitian orang lain itu
sama dengan peneliatian lainnya, karena menurut hasil penelitian yang
sudah peneliti lakukan, tidak didapatkan hubungan antara pendidikan
dengan penegtahuan ibu hamil tentang pelaksanaan water birth karena
pendidikan di dapat dari jenjang sekolah dengan masing-masing latar
belakang sedangkan pengetahuan di peroleh dari pengalaman dan
lingkungan seseorang.
2. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
dari
22 responden yang tidak berkerja ternyata pengetahuanya tinggi
sebanyak 12 orang (54,5%), dari 10 responden yang berkerja ternyata
yang pengetahuannya rendah sebanyak 7 orang (70%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti
atau ditolak.
Menurut hasil penelitian Jouhari (2009), tidak adanya hubungan
antara pekerjaan dengan pengetahuan, karena pekerjaan dapat membatasi
seseorang dalam mencari dan mendapatkan informasi selain dari hal yang
berhubungan dengan yang dialaminya sehari – hari.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Manuaba (2003),
perkejaan adalah suatu aktivitas yanag dilakukan baik dalam bentuk
positif maupun nengatif dalam segala bidang yangmembeuta kesibukan
bagi seseorang.
Menurut asumsi peneliti tidak adanya hubungan pekerjaan dengan
pengetahuan karena perkejaan membuat seseorang terfokus pada hal –
hal yang sering ia alami sehari – hari. Seperti pekerjaan ibu rumah tangga
yang fokus terhadap pekerjaan - pekerjaan yang berada di dalam rumah
dan sekitarnya, sedangkan kantor berfokus pada pekerjaan kantor yang
menjadi tugasnya.
3. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 25 responden
yang informasinya dalam kategori
pernah ternyata sebanyak 14
responden (56%) yang pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang
informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%)
yang pengetahuannya tinggi.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada
hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang
persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak
terbukti atau ditolak.
Menurut
penelitian
Agustina
(2009),
mengatakan
bahwa
informasi tidakk mempengaruhi daya perkembangan rasa ingin tahu
seseorang, karena informasi tanpa adanya referensi bisa menjadi suatu
data yang hanya menjadi bacaan dan penerangan saja dengan p value
0,11.
Menurut teori Wawan (2006) informasi adalah data yang diolah
dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data
untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. Maka dengan demikian
sumber
informasi
adalah
data.
Data
adalah
kesatuan
yang
menggambarkan suatu kejadian atau kesatuan nyata.
Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan antara informasi
dengan pengetahuan water birth karena, informasi dapat dipengaruhi
oleh perbedaan cara mengasumsi dan menerapkan kedalam kehidupan
dan kedalam pemahaman perindividu. Seperti misalnya informasi yang
disampaikan melalui televisi persepsi yang didapatkan bisa saja berbeda
dengan seseorang yang juga melihat atau menonton televisi tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu
hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,798 berarti p
> 0,05.
2. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil
tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,265 berarti p >
0,05.
3. Tidak terdapat hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil
tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,678 berarti p >
0,05.
B. Saran
1. Diharapkan kepada peneliti agar informasi tentang water birth ini tidak
hanya disampaikan melalui media elektronik saja seperti yang kita
ketahui saat ini, tetapi juga bisa dilakukan sosialisasi secara langsung
kepada ibu – ibu yang tidak mendapatkan informasi melalui elektronik.
2. Diharapkan
kepada
penyuluhan
kesehatan
ibu
hamil
untuk
menyampaikan informasi tentang proses melahirkan di dalam air secara
benar, sehingga informasi yang di dapat oleh ibu- ibu benar dan ibu – ibu
tidak merasa khawatir atau ragu untuk melahirkan didalam air.
`
DAFTAR PUSTAKA
Alfirevic, Z., et al.(2006). Immersion in water during labour and birth (Royal
college ofobstetriciansand gynaecologists/Royal college of midwives joint
statement no.1). http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses
pada tanggal 7 januari 2013
Bayuningrat. (2008). Artikel Water Birth. Jakarta.
.(2008). Artikel Asuhan Persalinan. Jakarta.
Buckley, S. Water Birth : The power of Water (Australia’s parents
pregnancy).(1999);[5screens].Availableat:http://www.onyxii.com/birthson
g/page.cfm?waterbirth. Accessed: August 26th, 2007. ( Diakses pada
tanggal
7
Januari
2013)
dari
:
http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalamair.html
College of Midwives Journal. Cook, E. (2006). Cook, E. Alternative birthing
methods.2006;[5
screens].
Available
at:http://www.americanpregnancy.org.
Accessed:
July
1st,
2007.Cunningham, Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Febrina.
(2010).
Artikel
Melahirkan
dalam
Air.
Diakses
dari
http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalamair.html pada tanggal 7 januari 2013
Fraser, Diane M. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Garland, D., Choo, YP, Coe, M. (2004).In the use of water in labour and birthThe
royal
college
of midwives.
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7
januari 2013
Harper, B. (2003).In taking the plunge: reevaluating waterbirth temperature
guidelines MIDIRS.http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth. di
akses pada tanggal 7 januari 2013
J.PediatricsSingh U, Schereiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J,
Garland D, Davidson J.(2006).Guidelines for Water Birth within the
midwifery led unit and at home (Dartfordand Gravesham-NHS Trust).
Kassim Z, Sellars M, Greenough A.(2005). In underwater birth and neonatal
respiratory distress(Departement of child health, guy’s, king’s and st
thomas’
school
ofmedical, king’s
college hospital). London
SES9RS, Departement of radiology, King’s college hospital.
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Marseno,
Rhudy.
(2011).
Water
Jakarta.www.scribd.com/doc/48191599/water-birth diakses
Januari 2013
Birth.
tanggal 9
McFarland JA.(2007). In waterbirth–myths vs realities. Diakses pada tanggal 7
januari 2013 di http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth
Minerva GinecolThoni A, Zech N, Moroder L. (2005) . In water birth and
neonatal infection experience with 1575deliveries in water (Abstract).
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7
januari 2013
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Prilaku. Jakarta.Rineka Cipta.
.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
.(2007). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta.Rineka Cipta.
OGCCU. (2007). In water therapy – pain management in labour (Clinical
guidelines-obstetrics
and midwifery
guidelines).
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7
januari 2013
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Schroeter K. (2004). In water births:a naked emperor (departement of pediatrics,
division
ofperinatal-neonatal
medicine).
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth
Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Persalinan (Partus). Jakarta. Diakses http://by-one.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-persalinan-partus.html
pada
tanggal 28 Desember 2012
Tirtarahardja,La Sulo. (2008). Pengantar Pendidikan,Rineka Cipta. Jakarta.
Dikutip
dari
:http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan/sisdiknas-menurut-uu-no-20-tahun-2003-/mrdetail/14736/ (pada tanggal 3
Februari 2013).
Tiyani, Sulis. (2012). Artikel Water Birth. Dikutip pada tanggal 28 Desember
2012 dari :http://midewifehomes.blogspot.com/2012/07/water-birth.html
Whaley dan Wong’s, (1999). Nursing Care Of Infant and Children. Fifth Edition,
mosby Year Book, Missouri.
Zanetti RD, Lapaire O, Maertens A, Holzgreve W, HosliI. Arch Gynecol Obstet
(2006);274;6:355-65Wattis L.2005. In waterbirth–Myths and reality.
http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7
januari 2013
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di,Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cut Elsya Azzanie
Nim
: 10010117
Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan
mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang
dimaksud berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013”.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata
dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat
ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian
penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang
kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian
ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan.
Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja
samanya saya ucapkan terimakasih.
Diploma III Kebidanan U’Budiyah
Peneliti,
(Cut Elsya Azzanie)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang
akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :
Nama
: Cut Elsya Azzanie
Nim
: 10010117
Judul
: “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Tahun 2013”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar
manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga
dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, Juni 2013
Responden
(………………………)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI PUSKESMAS
KUTA ALAM BANDA ACEH 2013
I.
II.
Identitas Responden
No. Responden
:
Nama Responden
:
Pendidikan
1. Berikan tanda ceklis (  ) pada kotak yang sesuai dengan criteria ibu
Pendidikan terakhir :
III.
1. Dasar
( SD,SLTP/ Sederajat )
2. Menengah
( SMA/ Sederajat )
3. Tinggi
( Perguruan Tinggi/ Diploma )
Pekerjaan
1. Pekerjaan ibu :
a. Ibu rumah tangga
b. Swasta
c. PNS
d. dll (……………….)
IV.
PETUNJUK PENGISIAN
Pilihlah satu jawaban yang bener menurut anda dan berikan tanda silang
(x) pada jawaban tersebut.
A. Pengetahuan
1. Apa itu water birth ?
a. Melahirkan caesar
b. Melahirkan di dalam air
c. Melahirkan di lapangan
2. Water birth baiknya dilakukan setelah dilatasi (pembukaan) mencapai?
a. 9 – 10
b. 2 – 3
c. 4 – 5
3. Setelah ibu melakukan persalinan pertama melalui water birth, ketika
persalinan berikutnya dapatkah ibu melakukan persalinan kembali?
a. Boleh
b. Tidak boleh
c. Ibu tidak tahu
4. Apa keuntungan bagi ibu melakukan persalinan water birth?
a. Merasa rileks
b. Merasa panik
c. Merasa cemas
5. Persalinan water birth dapat dilakukan pada umur kehamilan?
a. 6 bulan
b. 7 bulan
c. 8 bulan keatas
6. Dalam persalinan water birth berapakah suhu air yang di gunakan?
a. 36 C
b. 37 C
c. 38 C
7. Tujuan kepala bayi berada diatas permukaan air dan badan yang masih
didalam air adalah untuk menghindari ?
a. Kedinginan
b. Kepanasan
c. Kecemasan
8. persalinan water birth merupakan persalinan yang dipilih oleh ?
a. Dokter
b. Perawat
c. Ibu/ Keluarga
9. Kerugian ibu dari water birth dapat menimbulkan ?
a. Infeksi
b. Sakit Kepala
c. Batuk
10. Persalinan water birth dilakukan di dalam?
a. Ember
b. Baskom
c. Kolam
B. Informasi
1. Pernahkah ibu mendengar tentang persalinan water birth?
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Tidak tahu
2. Darimana ibu mendapat informasi tentang persalinan water birth?
a. Teman
b. Media Elektronik
c. Media Cetak
Download