Portunus sp. - IPB Repository

advertisement
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi dan Klasifikasi Rajungan (Portunus sp.)
Rajungan adalah salah satu anggota filum crustacea yang memiliki tubuh
beruas-ruas. Klasifikasi Rajungan (Portunus sp.) menurut Pratt (1953) adalah
sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Crustacea
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Sub ordo
: Reptantia
Famili
: Portunidae
Genus
: Portunus
Spesies
: Portunus sp.
Gambar 1 Rajungan (Portunus sp.)
Sumber: (Lee 2010)
Rajungan (Portunus sp.) banyak ditemukan pada daerah dengan geografi
yang sama seperti ditemukannya kepiting bakau (Scylla serrata). Rajungan
memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan dengan abdomennya. Lebar
karapas pada rajungan dewasa dapat mencapai ukuran 18,5 cm. Abdomennya
berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan melebar pada betina) tereduksi dan
melipat ke sisi ventral karapas. Pada kedua sisi muka karapas terdapat 9 buah duri
yang disebut sebagai duri marginal. Duri marginal pertama berukuran lebih besar
daripada ketujuh duri dibelakangnya, sedangkan duri marginal ke 9 yang terletak
di sisi karapas merupakan duri terbesar. Kaki rajungan berjumlah 5 pasang,
pasangan kaki pertama berubah menjadi capit (cheliped) yang digunakan untuk
4
memegang serta memasukkan makanan ke dalam mulutnya, pasangan kaki ke- 2
sampai ke- 4 menjadi kaki jalan, sedangkan pasangan kaki kelima berfungsi
sebagai pendayung atau alat renang sehingga sering disebut sebagai kepiting
renang (swimming crab). Kaki renang pada rajungan betina juga berfungsi sebagai
alat pemegang dan inkubasi telur (Oemarjati dan Wisnu 1990).
2.2
Komposisi Kimia Limbah Rajungan
Menurut Hirano (1989) dalam Hafiludding (2003) menyatakan bahwa
cangkang merupakan bagian terkeras dari semua komponen rajungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk organik karena kandungan mineralnya,
terutama kandungan kalsiumnya yang cukup tinggi. Selain itu cangkang rajungan
mengandung kitin, protein, CaCO3, serta sedikit MgCO3 dan pigmen astaxanthin.
Muskar (2007) menyatakan bahwa cangkang rajungan diekspor dalam bentuk
kering sebagai sumber kitin, kitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai
industry sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan dan lain-lain. Bahan-bahan
tersebut memegang peranan sebagai anti virus, anti bakteri dan digunakan juga
sebagai obat untuk meringankan dan mengobati luka bakar. Selain itu cangkang
rajungan dapat juga digunakan seabagai bahan pengawet makanan yang murah dan
aman seperti kitosan. Kandungan gizi tepung cangkang rajuangan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel1 Kandungan gizi tepung cangkang rajungan
Zat gizi
Kadar air
Kadar abu
Kadar lemak
Kadar protein
Kadar kalsium
Kadar fosfor
BBPMHP (%)*
4,45
55,21
0,54
13,58
24,78
0,49
*) Cangkang rajungan hasil penelitian BBPMHP (2000)
2.3
Pengembangan Nanokalsium
Sejak tahun 1973, rajungan (Portunus sp.) merupakan hasil laut yang penting
dalam sektor perikanan. Limbah industri rajungan (Portunus pelagicus) adalah berupa
cangkang dan kaki rajungan yang mencapai 75%-85%, dapat diolah menjadi kitin dan
kitosan dengan rentang pemanfaatan yang luas, yaitu dapat diaplikasikan pada bidang
nutrisi, pangan, medis, kosmetik, lingkungan, dan pertanian (Suhartono 2006).
5
Pengembangan produk kitin dan kitosan perlu dilanjutkan dengan upaya
pemanfaatan hasil samping industri tersebut seperti protein dan mineral. Hasil
samping dari proses demineralisasi cangkang rajungan berupa kalsium klorida
(CaCl2). Proses demineralisasi mineral akan larut pada larutan asam seperti asam
klorida (HCl). Mineral hasil recovery limbah demineralisasi juga dapat dimanfaatkan
sebagai sumber kalsium untuk pemanfaatan gips dan suplemen kalsium
(Flick et al. 2000).
Nanokalsium merupakan smart kalsium dengan ukuran partikel yang
sangat kecil hingga mencapai 500x10-9 nm sehingga apabila dikonsumsi akan
langsung terserap oleh tubuh dengan sempurna 100% (Suptijah 2009).
Nanokalsium memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kalsium yang berukuran makro sehingga nanokalsium yang terbuang melalui urin
lebih rendah.
Nanokalsium lebih efektif memasuki sel daripada kalsium mikro karena
ukurannya yang sangat kecil, maka nanokalsium lebih banyak dan lebih cepat
memasuki sel untuk melakukan fungsinya. Gao et al. (2007) menambahkan, tikus
yang diberi pakan nanokalsium memiliki tingkat buangan kalsium yang rendah
pada feses dan urin dibandingkan dengan tikus yang diberi pakan mikro kalsium.
Hal ini menunjukan semakin kecil ukuran partikel, maka tingkat penyerapan
kalsium dalam tubuh semakin meningkat.
2.4
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh,yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Tubuh manusia terdapatkurang
lebih 1 kg kalsium (Granner 2003). Jumlah ini 99% berada di dalam jaringan
keras,yaitu
tulang
dan
gigi
dalam
bentuk
hidroksiapatit
{(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}.Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan
kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/L (9-10,4
mg/100mL). Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian
pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya
kalsium tersebar luas didalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular
kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel,seperti untuk
transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebilitas
6
membran sel. Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor
pertumbuhan (Almatsier2004).
2.5
Kebutuhan Kalsium dalam Tubuh
Kebutuhan kalsium dalam tubuh manusia berbeda menurut usia dan jenis
kelamin. Recommended Daily Allowance (RDA) merekomendasikan konsumsi
umur 1-10 tahun dan 25 tahun ke atas. Umur 11-24 tahun dan untuk wanita hamil
atau menyusui direkomendasikan konsumsi kalsium sebanyak 1.200 mg (Percival
1999). Kebutuhan kalsium per hari yang terekomendasi dalam Widyakarya
Nasional pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar angka kecukupan gizi kalsium
Kelompok umur
Kebutuhan Ca (mg/hari)
Bayi (bulan)
0-6
7-12
Anak (tahun)
1-3
4-6
7-9
Pria (tahun)
10-12
13-15
16-18
19-29
30-49
50-64
>65
Wanita (tahun)
10-12
13-15
16-18
19-29
30-49
50-64
>65
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bulan pertama
6 bulan kedua
Sumber: Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2004).
200
400
500
500
600
1000
1000
1000
800
800
800
800
1000
1000
1000
800
800
800
800
+150
+150
+150
+150
+150
7
2.6
Kegunaan Kalsium dalam Tubuh
Kalsium merupakan mineral essensial yang ditemukan dalam jumlah yang
besar di dalam tubuh. Sembilan puluh sembilan persen dari semua kalsium dalam
tubuh ditemukan dalam tulang dan gigi. Satu persen sisanya dalam darah.
Kalsium memegang peranan penting dalam konduksi saraf, kontraksi otot, dan
pembekuan darah. Jika tingkat kalsium dalam tetesan darah di bawah normal,
kalsium akan diambil dari tulang dan dimasukkan ke dalam darah untuk
mempertahankan tingkat kalsium darah, oleh karena itu, penting untuk
mengkonsumsi kalsium yang cukup untuk menjaga darah yang memadai dan
tingkat kalsium tulang (Houtkooper dan Farrell 2011).
Fungsi kalsium dalam tubuh manusia menurut Almatsier (2006) adalah
sebagai berikut :
(1) Pembentukan tulang dan gigi
Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian
integral dari struktur tulang dan sebagai tempat menyimpan asupan kalsium darah.
Pada ujung tulang panjang ada bagian yang berpori yang dinamakan trabekula,
yang menyediakan suplai kalsium siap pakai guna mempertahankan konsentrasi
kalsium normal dalam darah.
(2) Mengatur pembekuan darah
Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang pembekuan
fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin
mengkatalis perubahan protombin, bagian darah normal, menjadi trombin,
trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lain dari darah,
menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah.
(3) Kontraksi otot
Pada waktu otot berkontraksi, kalsium berperan dalam interaksi protein di
dalam otot, aksin, dan myosin. Bila darah yang mengandung kalsium kurang dari
normal, otot tidak bisa mengendur setelah kontraksi, tubuh akan kaku dan dapat
menimbulkan kejang.
2.7
Penyerapan Kalsium dalam Tubuh
Penyerapan kalsium sebagian besar terjadi di duodenum dan jejunum
bagian proksimal karena keadaannya lebih bersifat asam daripada bagian usus
8
yang
lainnya.Penyerapan
kalsium
di
usus
halus
berlangsung
melalui
duamekanisme, yaitu dengan transpor aktif dan transpor pasif. Mekanisme
transpor aktif diatur oleh 1,25- Dehidroxycholecalciferol [1,25-(OH)2D], suatu
bentuk vitamin D paling aktif yang diproduksi dalam ginjal. Absorbsi kalsium
dalam saluran pencernaan biasanya berkisar antara 30-80 % dari total asupan
kalsium. Tubuh manusia menyerap sekitar 20 % hingga 40 % kalsium dari
makanan yang dikonsumsi, namun pada umumnya disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh. Penyerapan kalsium meningkat apabila terjadi penurunan kadar kalsium
darah. Sebaliknya penyerapan kalsium menurun apabila kadar kalsium darah
tinggi (Murray et al. 2003). Dalam keadaan normal, dari sekitar 1000 mg Ca++
yang rata-rata dikonsumsi perhari, hanya sekitar dua pertiga yang diserap di usus
halus dan sisanya keluar melalui feses (Sherwood 2001). Absorpsi pasif terjadi
pada permukaan saluran cerna. Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium.
Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak
mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat (Almatsier 2004).
2.8
Effervescent
Effervescent
didefenisikan
sebagai
bentuk
sediaan
serbuk
yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang
dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat
memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Liebermanet al. 1992).
Effervescent ini apabila dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi
kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari
asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan
biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena
adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa obat-obat tertentu
(Banker dan Anderson 1986).
Bahan dasar pada pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam tartarat,
natium bikarbonat, sukrosa. Asam sitrat dam asam tartarat berperan dalam
perubahan warna menjadi larutan kuning jernih. Kedua asam tersebut
mempengaruhi perubahan warna pada minuman effervescent. Keuntungan tablet
effervescent sebagai bentuk obat adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika,
9
yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian tablet effervescent adalah
kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.Kelembaban
udara di sekitar tablet setelah wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan
penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen,
karena itu tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran
alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang
udara yang minimum (Banker dan Anderson 1994).
Download