BAB V KONSEP

advertisement
BAB V
KONSEP
5.1 Konsep Tapak
H
5.1.1 Lokasi
Hotel Timore
Bundaran Kasih
221
Gambar. 5.1 Lokasi Perencanaan
Lokasi yng dipilih untuk perencanaan Internasional School di Kota
Kupang adalah alternatif lokasi 1, yakni lokasi yang terletak diantara jalan
Piet A. Tallo dan jalan Adisucipto Penfui Kota Kupang. Luas lokasi ±
40.000 m². Pemilihan Lokasi ini dilatarbelakangi oleh keuntungan tapak,
antara lain:
a) Lokasi perencanaan berada di pusat kota Kupang. Berada
dekat dengan fasilitas-fasilitas umum, dan mudah dijangkau
oleh masyarakat.
b) Aksebilitas tapak yaitu Jalan Piet A.Tallo yang kondisinya
masih bagus. Serta terdapatnya jalan lingkungan untuk
dijadikan akses site entrance dan servis entrance.
c) Bagus dalam hal pengenalan tapak, karena berbatasan
langsung dengan jalan Piet A. Tallo.
d) Lokasi berada pada jalur infra-struktur kota (jaringan listrik,
jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, draenase, dan
lain-lain.
e) Kondisi tapak yang berada pada ketinggian sehingga dapat
menikmati view ke arah hamparan lautan yang luas,
pemukiman, dan view ke pusat kota Kupang .
f) Lokasi berada cukup berdekatan dengan pusat pendidikan
lainnya seperti Kampus UNDANA, SMA N. 4 Kupang,
Kampus UKAW, Kampus STIM, dan Gedung Pramuka.
Sedangkan Penyelesaian untuk kerugian tapak, antara lain:
a). Letak lahan yang berdekatan dengan bundaran berpeluang
menimbulkan kemacetan di sekitar akses menuju tapak.
Penyelesaian:
Menjauhkan letak akses ME dan SE dari persimpangan
sehingga tidak terjadi kemacetan.
b). Mempunyai tingkat kebisingan sedang karena kepadatan lalu
lintas dan berdekatan dengan pusat perhotelan seperti : Hotel
Timore, Neo By Aston dan pusat pendidikan seperti :
Kampus UNDANA, dan SMA N. 4 KUPANG.
222
Penyelesaian:
a) Untuk area bising yang berdekatan dengan sisi jalan Piet A. Tallo
akan dijadikan area parkiran, selain untuk sisi jalan Adisucipto
Penfui akan dijadikan lapangan upacara, selain itu juga akan
dihadirkan vegetasi berdaun kecil dan lebat seperti pohon Mahoni
untuk mengurangi kebisingan.
b) Selain itu juga untuk area sisi jalan Piet A. Tallo dan Adisucipto
Penfui akan dibuat pagar tembok dengan dinding masif. Selain
itu, akan dihadirkan juga vegetasi berdaun kecil dan lebat.
5.1.2 Konsep Topografi
Konsep topografi yang dipilih adalah alternatif 1 dan alternatif 2, yakni:
membiarkan kontur alami dan melakukan cut and fill.
Gambar. 5.2 Kontur
Alasan Kedua alternatif ini dipilih adalah untuk menyesuaikan dan
menempatkan massa bangunan Internasional School dalam lokasi ini.
5.1.3 Konsep Vegetasi
Alternatif vegetasi yang dipilih adalah Alternatif 2, yakni: penggunaan
jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya masing-masing, seperti:
Gambar. 5.3 Jenis vegetasi sesuai fungsinya.
223
5.1.4 Konsep Penzoningan
publik
Semi publik
Publik
Gambar. 5.4 penzoningan
Pemilihan alternatif ini karena dilatarbelakangi oleh keuntungan
penzoningan, antara lain:
1.
Zona publik diletakan di area yang berdekatan dengan jalan Piet
A.
Tallo
dalam
hubungannya
pengenalan.
224
dengan
pencapaian
dan
2.
Zona pendidikan dan perkantoran diletakan berjauhan dengan
Jln Piet A. Tallo dalam hal hubungannya dengan konsentrasi
siswa lebih baik dan terhindar dari kebisingan.
3.
Area hunian diletakan berjauhan dari pusat kebisingan.
4.
Area servis diletakan berdekatan dengan area hunian dan
berdekatan dengan jalan lingkungan ini memudahkan dalam hal
aksesbilitas.
5.1.5 Konsep Pencapaian
Konsep pencapaian yang digunakan dalam perencanaan Internasional
School adalah : Pencapain langsung dan pencapaian melingkar.
Pencapaian langsung ini memudahkan para
pelajar agar cepat sampai kedalam ruang kelas
tanpa harus berputar- putar, sehingga tidak
terlambat dalam mengikuti pelajaran.
Gambar. 5.5 Pencapaian
langsung.
Pencapaian melingkar, pola
pencapaian ini di buat untuk area
lapangan olahraga dan servis
Gambar. 5.6 Pencapaian
meligkar.
225
5.1.6 Konsep Sirkulasi
Sirkulasi dalam tapak
a. Sirkulasi Kendaraan
Gambar. 5.7 Sirkulasi kendaraan
b. Sirkulasi manusia
1.50
0
3.00
Gambar. 5.8 Sirkulasi manusia
c. Sirkulasi kursi roda dan gerobak
Gambar. 5.9 Sirkulasi kursi roda dan gerobak
d. Bahan penutup pada sirkulasi
. Alternatif 1 ( perkerasan dari paving blok )
Keuntungan :
226
a. Panas yang dihasilkan akibat penyinaran lebih rendah
dari jenis perkerasan beton dan aspal.
b. Memiliki pori-pori besar sebagai tempat tumbuhnya
rumput selain cela antara masing-masing paving.
c. Poro-pori yang ditumbuhi rumput menyebar diseluruh
permukaan.
d. Permukaan jalan yang berpori memiliki penyerapan air
yang besar dibanding perkerasan lain.
e. Memiliki banyak variasi bentuk sehingga menambah
unsur estetis pada tapak.
Gambar. 5.10 Perkerasan paving blok
5.1.7 Konsep Parkiran
a. Penetuan letak parkir
Sesuai dengan analisa parkiran yang telah dijelaskan maka alternatif
terpilih adalah Alternatif 2. Parkiran bersifat majemuk, masingmasing masa memiliki parkiran tersendiri.
227
parkiran
parkiran
Gambar. 5.11 Penentuan letak parkiran
Keuntungan :
a. Mudah dicapai
b. Menghindari crossing kendaraan
c. Bagus diterapkan untuk masa bangunan yang jumlahnya
lebih dari 1 masa.
d. Sirkulasi tertata dengan baik.
b. Pola Parkir
Pola parkir yang dijelaskan pada analisa dipakai kedua alternatif yaitu
parkir sudut dan parkir tegak lurus dengan pertimbangan bahwa
bentuk site yang tidak beraturan memungkinkan kedua alternatif untuk
disesuaikan dengan kebutuhan area parkir yang ada.
228
Pola parkir tegak
Pola parkir sudut
Parkiran sepeda motor
Gambar. 5.12 Pola parkir
c. Pengkerasan Parkir
Untuk perkerasan parkir dipilih paving blok karena paving blok
memiliki banyak kelebihan sebagai berikut :
a. Panas yang dihasilkan akibat penyinaran lebih rendah dari
jenis perkerasan beton dan aspal.
b. Memiliki pori-pori besar sebagai tempat tumbuhnya rumput
selain cela antara masing-masing paving.
c. Poro-pori yang ditumbuhi rumput menyebar diseluruh
permukaan.
d. Permukaan jalan yang berpori memiliki penyerapan air yang
besar dibanding perkerasan lain.
e. Memiliki banyak variasi bentuk sehingga dapat menambah
unsur estetis pada tapak.
229
Gambar. 5.13 Perkerasan parkir
d. Peneduh Parkir
Permukaan parkiran di sesuaikan dengan permukaan sirkulasi
kendaraan.
Gambar. 5.14 Peneduh parkir
5.1.8 Konsep Landscape
a. Konsep lampu taman
Alternatif yang diambil adalah alternatif 1 dan 2, Jenis lampu
taman yang digunakan adalah jenis lampu taman hemat energi.
230
Gambar. 5.15 Lampu taman
b. Konsep Pagar
Gambar. 5.16 Pagar
Alternatif yang diambil adalah alternatif 1 dan 2, yakni dengan
menggunakan pagar sebagai pembatas dan tanaman sebagai sebagai
pembatas di taman dan penyaring udara.
c. Konsep Plaza
Berfungsi sebagai tempat berinteraksi sosial antara siswa, guru,
karyawan, pengunjung dan pengelola.
Gambar. 5.17 Plaza
Bentuk plasa pada umumnya berbentuk bulat yang bertujuana
untuk memperoleh kesan yang stabil ke segala arah, dan mampu
menjadi titik simpul/temu dari segala arah.
d. Sculpture
Merupakan elemen pendukung yang berfungsi sebagai titik utama
dalam site. Biasanya sculpture berupa patung, dan sebagainya
yang diletakan ditengah plaza, atau pada depan bangunan sebagai
231
vocal point sehingga dapat menarik perhatian pengunjung pada
tapak.
Gambar. 5.18 Sculpture
e. Gazebo
Gazebo berupa elemen lansekap yang berfungsi sebagai tempat
berteduh sejenak bagi pengguna taman pada aktifitas di luar
ruangan.
Gambar. 5.19 Gazebo
f. Jalan setapak
Berupa jalan dengan berbagai bentuk yang berukuran kecil dan
resifat rekreatif
Gambar. 5.20 Jalan setapak
232
g. Pot bunga
Pot bunga di nilai penting dalam penataan landsecap untuk
mendukung tata hijau yang lebih teratur dan dinamis.
Gambar. 5.21 Pot bunga
233
Konsep penempatan elemen landscape.
Pot bunga
sebagai
media tanam
untuk
tanaman hias
Sculpture sebagai vocal
point
Taman sebagai area
santai atau rekreasi.
Lampu taman
menyebar pada area
tapak
Plaza sebagai pengikat
Dan pusat orientasi
Tanaman peneduh pada
parkiran
Gazebo sebagai tempat
beristirahat sementara bagi
pengguna taman
Gambar. 5.22 Konsep elemen landscape
234
5.1.9 Konsep Tata Hijau
Tata hijau sangatlah penting dalam penataan landsecap karena
penataan tata hijau mempengaruhi pembentukan ruang luar pada
tapak.
A. Tujuan tata hijau
1. Segi fisik
a. Penghasil oksigen dan member rasa sejuk
b. Peredam terhadap angin dan kebisingan
c. Tempat berteduh dari sinar matahari
2. Segi psikologis
a. Terkesan serasi dan seimbang
b. Terkesan tenang dan nyaman
c. Terciptanya unsur dekoratif dalam tapak
3. Segi arsitektonis
Terhilangnya rasa monoton dan lingkungan yang kompak
dengan suasana yang hidup disesuaikan dengan fasilitas yang
ada.
B. Fungsi tata hijau
1. Pengontrolan pandangan
Gambar. 5.23 Tanaman pengontrol
2. Pengendali iklim
Gambar. 5.24 Tanaman pengendali iklim
235
3. Pembatas fisik
Gambar. 5.25 Tanaman pembatas fisik
4. Pencegah erosi
Gambar. 5.26 Tanaman pencegah erosi
5.1.10 Utilitas Tapak
1. Sistem drainase
Sistem drainase pada lokasi perencanaan sangat dipengaruhi oleh :
a. Topografi atau kemiringan tanah
Kondisi topografi pada tapak secara alami relaitf miring
sekitar 1-3%, hal ini memudahkan mengalirnya air hujan
dan pembuangan ke daerah yang lebih rendah bahkan
memungkinkan untuk dialirkan ke dalaam tanah untuk
tetap menjaga kondisi air tanah.
a.
Jenis tanah
Jenis tanah pada tapak adalah tanah keras dan berpori yang
cukup baik dalam menyerap air sehingga air hujan pada
permukaan bisa lebih cepat diserap. Hal ini juga didukung
236
dengan kontur yang sedikit berbukit sehingga air hujan
tidak menggenangi satu titik tapi akan mengalir ke daerah
terendah.
Pada
dasarnya
sistem
drainase
merupakan
saluran
pembuangan air kotor (air dari bangunan dan air hujan).
Saluran pembuangan ini terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Saluran primer, merupakan saluran induk atau saluran
utama dalam tapak yang berhubungan dengan saluran
buangan air di luar tapak atau saluran kota. Saluran ini
menampung debit air yang berasal dari seluruh tapak untuk
dialirkan ke luar tapak.
2. Saluran skunder, adalah saluran yang berhubungan dengan
saluran induk/primer dan merupakan saluran penampung dari
saluran tersier.
3. Saluran tersier, merupakan saluran penampung air buangan
yang terdekat dengan genangan air atau sumber air bangunan.
Saluran pembuangan ini dapat dibuat dengan perkerasan agar
mendapatkan kesan visual yang lebih baik. Penutup yang
digunakan bisa berupa penutup beton atau penutup dengan
grill besi.
Gambar. 5.27 Saluran pembuangan dengan penutup beton
237
2. Sistem persampahan
System penanggulangan sampah sebaiknya menggunakan rumus
pengelolaan sampah berbasis gerakan 3R, yaitu : Reduce, Reuse, dan
Reclycle.
a.
Reduce
: mengurangi timbunan sampah
b.
Reuse
: memanfaatkan barang bekas
c. Recycle
: mendaur ulang sampah
A. Sampah organik
Sampah organik pada Internasional School di daur ulang menjadi
kompos dan kreasi.
Gambar. 5.28 Kreasi daur ulang sampah organik
B. Sampah Anorganik
Jenis sampah anorganik pada umumnya dapat di daur ulang untuk
menjadi kreasi sedangkan yang tidak bisa di daur ulang
(Styrofoam, bekas pembalut/pempers, dan bungkus makanan
yang berlapis alumunium foil) di buang ke tempat pembuangan
akhir.
238
Gambar. 5.29 Penanggulangan sampah anorganik
c. Konsep pengolahan limbah
Melihat akifitas dari Bangunan sekolah internasional, kategori
jenis limbah pada bangunan masih setara dengan limbah rumah
tangga. Limbah berasal dari zona pendidikan dan perkantoran
serta zona hunian berupa limbah air kotor. Limbah air kotor
yaitu air sisa mandi, air cucian dari kamar mandi, air sisa
cucian dari pantry. Air limbah lainnya berasal dari area
penunjang, area pengelola dan area servis. Air limbah diolah
dan dipakai kembali untuk kebutuhan bangunan. Hasil olahan
ini diprioritaskan untuk fasilitas lapangan sepakbola, dan
kebutuhan penghijauan vegetasi.
Penyelesaian
Sistem yang menjadi alternatif untuk penanganan masalah
pengolahan air limbah rumah tangga (domistik) yaitu dengan
proses biofilter anaerob-aerob
239
Gambar. 5.30Konsep proses penyaluran pengolahan air limbah
Jadi secara umum pengolahan dengan dengan proses biofilter
anaerob-aerob. Yaitu air limbah dari bangunan dialirkan ke
reaktor atau tempat pengolahan melalui pipa-pipa penghubung,
kemudian air limbah ditampung di bak penampungan awal,
yang kemudian melalui proses beberapa tahapan penyaringan,
mulai dari zona anaerob II, kemudian zona anaerob II,
kemudian berlanjut ke zona aerob. Untuk hasil akhir air
endapan kemudian dibersihkan melalui bak khlorinasi. Hasil
akhir bisa disalurkan melalui selokan atau melalui pipa menuju
bak penampungan air ataupun menuju saluran kota.
Gambar. 5.31 Konsep pengolahan air limbah
240
5.1.11 Konsep Klimatologi
1. Analisa terhadap curah hujan
a. Penyelesaian pada atap
yakni penggunaan atap datar dengan media rumput atau Green Roof
sebagai penyelesaian terhadap curah hujan.
Gambar. 5.32 Bangunan dengan atap datar
b. Penyelesaian pada tapak
Gambar. 5.3 Konsep antisipasi curah hujan pada tapak
2. Antisipasi terhadap masalah angin
+
u
+
Gambar. 5.33 Konsep antisipasi terhadap masalah angin
Untuk antisipasi terhadap masalah angin digunakan alternatif 1 dan
2. Bukaan pada dinding tembok dan pemamfaatan vegetasi membuat
udara yang masuk ke dalam ruangan terasa sejuk.
241
3. Antisipasi terhadap bunyi
Gambar. 5.34 Konsep antisipasi terhadap bunyi
4. Antisipasi terhadap matahari
Vegatasi
sebagai
penghalau sinar
matahari
Gambar. 5.35 Konsep antisipasi terhadap matahari lansung
Digunakan kedua alternatif yakni penggunaan sunscreen dan
penggunaan vegetasi karena keduanya dapat mengurangi penyinaran
matahari langsung
5.2 Konsep Bangunan
5.2.1 Luasan Ruang
1. Main Entrance
Total luas keseluruhan main entrance adalah 200 m²
2. Fasilitas Pendidikan
Total luas keseluruhan fasilitas pendidikan adalah 12.555,14 m²
3. Fasilitas Perkantoran dan Yayasan
Total luas keseluruhan fasilitas perkantoran dan yayasan adalah
2.571,92 m²
4. Fasilitas Laboratorium
242
Total luas keseluruhan fasilitas laboratorium adalah 1.213,68 m²
5. Fasilitas Olahraga
Total luas keseluruhan fasilitas olahraga adalah 19.283,34 m²
6. Fasilitas Tribun
Total luas keseluruhan fasilitas tribun adalah 975 m²
7. Fasilitas Servis
Total luas keseluruhan fasilitas servis adalah 316,58 m²
8. Pos jaga
Total luas keseluruhan pos jaga adalah 36 m2.
9. Entrance
Total luas keseluruhan entrance adalah 6 m².
11. Pedestrian
Total luas keseluruhan pedestrian adalah 1.6 m².
12. Parkiran
Total luas keseluruhan parkiran adalah 3.330 m².
13. Lapangan Upacara
Total luas keseluruhan parkiran adalah 2.500 m².
5.2.2 Tata Bangunan
Orientasi bangunan dalam perencanaan ini diupayakan agar sesuai
dengan pola tapak yang melingkar sehingga perletakan masa-masa
bangunanpun terpusat. Selain itu sesuai dengan pendekatan rancangan
(arsitektur hijau) yang mensyaratkan penghawaan dan pencahayaan
alami, maka dalam desain ini bukaan yang direncanakan adalah
crrosing bukaan untuk sirkulasi udara dengan luas bukaan yang
optimal bagi penerangan alami namun tetap memperhatikan arah
orientasi matahari.
243
Gambar. 5.36 Orientasi bangunan
5.2.3 Konsep Bentuk dan Tampilan
Gambar. 5.37 Bentuk-bentuk beraturan
Gambar. 5.38 Bentuk-bentuk tidak beraturan
244
Gambar. 5.39 Bentuk-bentuk tiga dimensi.
Bentuk persegi
sebagai bentuk
dasar
Bentuk segitiga
sebagaibentuk dasar
Kesatuan penggabungan bentuk
segitiga dan persegi.
Penggabungan bentuk
segitiga dan persegi.
245
Tanggap
terhadap
bentuk tapak
Bentuk denah
Tanggap
terhadap
bentuk iklim
Gambar 4.74, Bentuk denah sekolah internasional
B. Tanggapan bentuk terhadap pengaruh iklim
246
a. Tanggapan terhadap pengaruh matahari
Penggunaan
sunscreen
sebagai
Tabir surya
terhadap
bukaan yang
ada
Tanaman merambat
sebagai
Tabir surya
Penutup atap dari rumput atau
biasa disebut green roof
Gambar 4.75, Bentuk bangunan tanggap terhadap pengaruh matahari
247
C. Bentuk Tampilan
Analogi tampilan bentuk bangunan Internasional School ini terkesan
organik, sehingga lebih unik dan menjadi daya tarik tersendiri sehingga
dapat menarik minat agar dapat bersekolah disini.
Gambar 4.76, Analogi bentuk bangunan Internasional School
248
2. Bentuk sculpture
Bentuk dasar
Penggabungan bentuk dasar
menjadi komposisi bentuk
249
3. Taman dan plaza
Bentuk dasar
Penggabungan bentuk dasar
menjadi komposisi bentuk
5.2.3 Konsep Struktur dan Konstruksi
A. Sub Struktur
Pada Sistem sub structure atau struktur bawah pada bangunan biasanya
derencanakan sesuai dengan beban bangunan yang dipikulnya dan jenis
tanah pada lokasi. Jenis tanah pada lokasi perencanaan pada umumnya
adalah tanah keras dengan kondisi berbatu. Pada bagian tertentu ada yang
lunak namun hanya sebagian kecil saja
Alternatif pondasi yang digunakan adalah :
a. Pondasi jalur
250
Pondasi ini digunakan sebagai pemikul beban dinding atau non
struktur
b. Pondasi foot plat
Podasi pelat kaki digunakan sebagai pemikul secara struktur beban
bangunan secara keseluruhan, terutama beban yang berasal dari atap
dan badan bangunan diteruskan ke plat kaki untuk diteruskan ke
tanah. Pondasi ini bisa memikul beban bangunan berlantai hingga 4
lantai namun perlu adanya perhitungan yang baik. Perhitungan
dilakukan pada dimensi kolom dan dimensi tulangan yang digunakan.
c. Pondasi tiang pancang
pondasi ini mempunyai fungsi sebagai penyalur gaya atau pemikul
beban dari kolom-kolom bangunan (kolom struktur).
. .
. .
mm
m
. m
.
. .
. .
. .
mm
m
. m
.
. .
Gambar. 5.39 Pondasi jalur.
Gambar. 5.40 Pondasi fotplat dan tiang pancang.
Konsep Material Penutup Lantai
keramik, vynil dan paving blok adalah material penutup lantai yang
akan digunakan bangunan Internasional School.
251
B. Super Struktur
Rigid frame adalah struktur rangka yang mempunyai sistem joint yang
kokoh (rigid) dan kuat terbuat dari beton, baja, kombinasi beton dan baja
Balok
Kolom
Gambar. 5.41 Struktur rigid frame.
C. Upper Struktur.
Atap datar
Gambar. 5.42 Jenis atap.
Pemilihan jenis atap untuk perencanaan Internasional School ini
adalah atap datar dengan struktur plat beton dengan penutup rumput.
Alasannya jenis-jenis atap ini mudah dalam pengerjaannya, hemat
biaya serta berdasarkan pada tema desain arsitektur hijau.
5.2.4 Konsep Utilitas
5.2.1 Konsep Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Kotor
1. Sistem distribusi air bersih
252
Sistem distribusi air bersih pda internasional school yakni menggunakan
system down feed distribution karena tidak ada perubahan tekanan selama
pompa bekerja secara otomatis serta perawatannya sederhana.
Gambar.5.43 Sistem down feed distribution
2. Sistem distribusi air kotor, air hujan dan kotoran.
a.Pengolahan air limbah
Salah satu sistem alternatif pengolahan air limbah untuk digunakan
kembali yaitu sistem Biofilter Anaerob-Aerob, terdiri dari beberapa
bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic),
biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi
dengan bak kontaktor khlor.
Gambar.5.44 , proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter
anaerob-aerob
b. Pemanfaatan air hujan untuk digunakan kembali
253
Air hujan yang jatuh ke atap dialirkan ke talang yang ada di
sekeliling atap, kemudian masuk ke dalam pipa vertikal dan
disalurkan ke roil di sekeliling bangunan, kemudian ditampung
dalam sumur resapan. Dan selebihnya masuk dalam saluran
pembuangan kota.
Gambar.5.45, Sistem pembuangan air hujan.
c. Sistem Penyiram Tanaman
1. Sistem penyiram tanaman dengan tenaga surya
Selain menggunakan sistem manual untuk menyiram tanaman, juga
dapat menggunakan sistem penyiraman tanam dengan alat yang
memakai teknologi matahari sebagai sumber listrik dengan arus DC
yang dihasilkan oleh solar cell/panel surya digunakan untuk
mensuplai baterai accu sebagai sumber listrik utama dari sistem ini,
dan Real Time Clock (RTC) untuk mengatur penjadwalan waktu
254
penyiraman tanaman pada pagi dan sore hari dengan menggunakan
sprinkler yang ditempatkan pada titik-titik penyiraman.
Gambar 5.46, Sistem penyiram tanaman dengan tenaga surya
2. Sistem penyiraman/irigasi tetes (drip irrigation).
Sistem penyiraman/irigasi tanaman adalah dengan memberikan air
secara cukup melalui media penyiraman dengan cara meneteskan
air dengan menggunakan alat yang disebut emiter. Sistem ini
mempunyai keunggulan yaitu:
a.
Distribusi
air
yang
merata
langsung
ke
tanah
dan
terkontrol/tidak berlebihan
b. Tidak ada aliran permukaan (run of) atau faktor yang
menyebabkan erosi
c. Aplikasi pemberian air dan pupuk dapat dilakukan secara
bersamaan
d. Mengurangi/ membatasi pertumbuhan gulma pada daerah yang
terbasahi
255
Gambar 5.47, Sistem penyiram tanaman tetes / drip irrigation
5.2.5 Konsep Sistem Penghawaan/ Pengkondisian Udara
A. Penghawaan alami
a. Penghawaan alami
Penghawaan alami adalah pemanfaatan udara bebas dari alam yang
dimasukan kedalam bangunan dan terjadi pertukaran udara secara terus
menerus. Penghawaan alami ini dilakukan dengan penataan dan
perhitungan yang baik terhadap pintu, jendela serta ventilasi, dan
penempatannya harus disesuaikan dengan orientasi angin ataupun
matahari.
Penghawaan alami dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
penyegaran udara dalam bangunan. Pengaruh dari suhu terhadap ruang
dapat diatur juga dengan memperhatikan letak, bentuk dan lapisan
permukaan gedung, karena bidang yang kurang panas selalu menerima
256
panas dari bidang yang lebih panas. Penyegaran udara terbagi atas
penyegaran pasif dan penyegaran aktif.
I.
Penyegaran Pasif
Penyegaran pasif adalah perlindungan bangunan yang menghindari
pemanasan kulit luar bangunan itu. Penyegaran ini dapat tercapai dengan 3
(tiga) cara, yaitu :
1) Perlindungan terhadap matahari dengan tanaman pada atap
Dilakukan dengan konstruksi atap tambahan yang selain melindungi
manusia terhadap cuaca juga memberi perlindungan terhadap radiasi panas
dengan tanaman peneduh.
Tirai atau langit-langit dari
kayu / logam, atau yang
sering di sebut kanopi,yang
berfungsi sebagai konstruksi
penahan beban yang dipikul
Tanaman peredam
panas
Gambar. 5.48. Penyegaran Pasif dengan
Tanaman Merambat dan Penonjolan Atap
(Sumber: AnlisaPenulis)
2) Perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari yang tetap.
Perlindung pembukaan dinding terhadap matahari yang tetap dapat dicapai
dengan penonjolan atap yang cukup luas atau dengan sirip tetap yang
horizontal, tegak, atau dua-duanya. Dengan ukuran tertentu sirip
menghindari sinar panas matahari masuk pembukaan dinding. Sirip yang
baik tidak melekat langsung pada dinding, melainkan terpasang secara
terpisah sehingga panas tidak dapat masuk ke konstruksi gedung.
Perlindungan pembukaan dinding juga dicapai dengan penggunaan
‘loggia’ (serambi yang tidak menonjol, melainkan mundur ke dalam
gedung) sehingga tidak terkena sinar.
257
B. Penghawaan buatan
Sistem pertukaran udara yang menggunakan alat pengkondisian udara
(Air Conditioning). Sistem penghawaan buatan yang dipakai adalah
dengan menggunakan AC sentral dan AC unit dengan penempatan jenis
AC sesuai dengan cara kerjanya.
Gambar 5.49, AC sentral dan AC unit.
5.3.3 Konsep Jaringan Listrik
Dipilih alternatif 1, 2 dan 3 yakni menggunakan sumber listrik dari PLN,
Panel listrik tenaga surya dan Gen Set. Gen Set digunakan untuk keadaan
emergency, misalnya terjadi pemadaman listrik PLN.
Gambar 5.50, Sistem distribusi listrik dari PLN.
258
Gambar 5.51, Sistem distribusi listrik tenaga surya.
5.3.4 Konsep Sistem Komuniksi
Untuk memperlancar aktifitas pelayanan pendidikan dalam maka
digunakan alat komunikasi berupa:
A. Telepon
B. Telex.
Untuk sistem telepon ada 2 macam, yakni :
a) Sistem saluran biasa (hubungan langsung dengan telkom).
b) Sistem PBX (untuk hubungan keluar bisa langsung tapi untuk masuk
harus melalui operator).
5.3.5 Konsep Sistem Pencahayaan
A. Pencahayaa Alami
Pencahayaan alami dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari
secara optimal melalui bukaan-bukaan ataupun void melalui penataan
dan perhitungan yang baik serta memperhatikan orientasi matahari
agar cahaya yang diperoleh tidak menimbulkan silau dan dapat
mengganggu aktifitas.
B. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan dilakukan dengan memanfaatkan tenaga listrik
untuk menyalakan lampu-lampu yang dipasang dalam sebuah
instalasi. Sumber energi listrik sendiri diperoleh dari sumber yang
berbeda yakni :
259
1. PLN ; sumber utama listrik, terutama untuk penerangan di malam
hari.
2. Genset ;digunakan sebagai cadangan apabila terjadi pemadaman
listrik dari PLN.
3. Sollar cell ; sumber listrik yang diperoleh dari panas matahari,
sangat efektif dalam upaya penghematan energi listrik terutama
pada musim panas.
Data Beberapa Sumber Cahaya
Sumber Cahaya (lampu) Lumen/Watt
Umur rata-rata
Penggunaan
Pijar
11-18
1000 (jam)
Indoor dan outdoor
TL
50-80
9000-1800(jam)
Indoor dan outdoor
Halogen
16-20
1000 (jam)
Mercury
30-60
16000 (jam)
Halide
Sodium
80-100
120-140
7500-15000 (jam)
16000-24000 (jam)
Outdoor (lapangan
tenis)
Outdoor (lamp. jalan,
taman)
Untuk lampu sorort
Untuk lampu jalan
5.3.6Konsep Sistem Pencegah Kebakaran
A. Siste pencegah kebakaran dari luar bangunan
.
APAR
yang
diterapkan
dalam
tapak
menggunakan
pole
hydrant/Siamese dengan jarak ideal antar titik pole hydran maximal
200 m dengan kemampuan mengalirkan air 1.000 liter/menit. Hydran
pole disambungkan dengan pipa induk Ø 6”/15cm. Hydran terhubung
dengan ground tank yang didukung dengan boster pump untuk
menambah tekanan air sehingga memberikan daya semburan air yang
jauh dan dapat menjangkau sisi bangunan yang sulit dicapai tim
rescue.
260
Gambar 5.52, Sistem pemadam kebakaran.
B. Sistem pencegahan kebakaran dalam bangunan.
Alternatif yang dipergunakan adalah:
1. Sprinkler System.
2. Fire Extinguisher
Gambar 5.53, Sistem Sprinkler System dan Fire Extinguisher
5.3.7 Konsep Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Radioaktif atau
Thomas. Hal ini karena Penggunaan sistem ini cocok untuk bangunan
tinggi dan besar pada Internasional School Kupang.
261
Gambar 5.54 Sistem Thomas
5.3.8 Konsep Sistem Keamanan (Security System)
Menggunakan
sistem
keamanan
berupa
CCTV
(Closed
Circuit
Television). CCTV ini dapat bekerja selama 24 jam sesuai dengan
kebutuhan. Setiap gambar dapat ditayang-ulang pada posisi waktu yang
diiinginkan oleh operator. Karena bersifat rahasia, maka perletakan
kamera dan tempat monitor diatur oleh bagian sekuriti.
Gambar 5.55, Sistem keamanan (CCTV)
262
5.3.9 Konsep Sistem Transportasi Vertikal
Tangga
Kebutuhan
akan
tangga
sangat
diperlukan
sehingga
dapat
menghubungkan antara lantai yang satu ke lantai yang lainnya
Gambar 5.56, Tangga
Lift
Lift yang digunakan adalah lift pengangkut manusia/pengunjung dan lift
pengangkut tempat tidur pasien (tempat tidur+manusia). Selain itu, akan
digunakan juga lift pengangkut barang. Untuk menghindari crossing letak
ketiga dari lift ini dibuat terpisah-pisah.
Gambar 5.57, Lift
263
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Kota Kupang, 2013, Kupang Dalam Angka 2013, Badan Pusat
Statistik Kota Kupang.
2. D . Ching, Francis, (1979), Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit
Erlangga.
3. Direktorat Jendral Mandikdasmen Kementrian Nasional, tentang Kebijakan Sekolah
Bertaraf Internasional.
4. Hakim, Utomo Hardi, (2002), Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap
(Prinsip – prinsip dan Aplikasi Desain), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
5. Ishar, H. K, (1992), Pedoman Umum Merancang Bangunan, Penerbit PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
6. Neufert, Ernst, DATA ARSITEKTUR JILID I, Jakarta : Erlangga, 1996.
7. Neufert, Ernst, DATA ARSITEKTUR JILID II, Jakarta : Erlangga, 2002.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
9. Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk
SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA.
10. Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 2005 tentang Syarat – syarat Sekolah
Berstandar Internasional.
264
11. (Sumber PP No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan).
12. (sumber : Skripsi Tugas Akhir, Taman Air Baumata, 2004, hal. 26. Dani Rosa)
13. Sumber Kepala Bagian Pendidikan pada Biro Kesra Setda NTT, Nuhan Andreas (
Yosep Kellen ).
14. ( sumber Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
15. Tangoro, Dwi, ( 2000 ), Utilitas Bangunan Gedung, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
16. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioal pada
Pasal 50 Ayat ( 3 ).
17. Anonim, http://d.wikipedia.org/wiki/pemanasan_global
18. Anonim, http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm
19. Anonim, http://www.nttprov.go.id/ntt_09/index.php?hal=sej
20. Anonim, materi-2-arsitektaman-klasifikasitaman.pdf-foxitreader
21.Anonim,http://www.researchgate.net/publication/43329624_FASADE_KACA_PINTAR
_Teknologi_Inovatif_Bangunan_Tinggi_Hemat_Energi
22. (sumber : www.arsitekturhijau.com)
23. (sumber: www.hydrogen.fc.com)
265
Download