BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak H 5.1.1 Lokasi Hotel Timore Bundaran Kasih 221 Gambar. 5.1 Lokasi Perencanaan Lokasi yng dipilih untuk perencanaan Internasional School di Kota Kupang adalah alternatif lokasi 1, yakni lokasi yang terletak diantara jalan Piet A. Tallo dan jalan Adisucipto Penfui Kota Kupang. Luas lokasi ± 40.000 m². Pemilihan Lokasi ini dilatarbelakangi oleh keuntungan tapak, antara lain: a) Lokasi perencanaan berada di pusat kota Kupang. Berada dekat dengan fasilitas-fasilitas umum, dan mudah dijangkau oleh masyarakat. b) Aksebilitas tapak yaitu Jalan Piet A.Tallo yang kondisinya masih bagus. Serta terdapatnya jalan lingkungan untuk dijadikan akses site entrance dan servis entrance. c) Bagus dalam hal pengenalan tapak, karena berbatasan langsung dengan jalan Piet A. Tallo. d) Lokasi berada pada jalur infra-struktur kota (jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, draenase, dan lain-lain. e) Kondisi tapak yang berada pada ketinggian sehingga dapat menikmati view ke arah hamparan lautan yang luas, pemukiman, dan view ke pusat kota Kupang . f) Lokasi berada cukup berdekatan dengan pusat pendidikan lainnya seperti Kampus UNDANA, SMA N. 4 Kupang, Kampus UKAW, Kampus STIM, dan Gedung Pramuka. Sedangkan Penyelesaian untuk kerugian tapak, antara lain: a). Letak lahan yang berdekatan dengan bundaran berpeluang menimbulkan kemacetan di sekitar akses menuju tapak. Penyelesaian: Menjauhkan letak akses ME dan SE dari persimpangan sehingga tidak terjadi kemacetan. b). Mempunyai tingkat kebisingan sedang karena kepadatan lalu lintas dan berdekatan dengan pusat perhotelan seperti : Hotel Timore, Neo By Aston dan pusat pendidikan seperti : Kampus UNDANA, dan SMA N. 4 KUPANG. 222 Penyelesaian: a) Untuk area bising yang berdekatan dengan sisi jalan Piet A. Tallo akan dijadikan area parkiran, selain untuk sisi jalan Adisucipto Penfui akan dijadikan lapangan upacara, selain itu juga akan dihadirkan vegetasi berdaun kecil dan lebat seperti pohon Mahoni untuk mengurangi kebisingan. b) Selain itu juga untuk area sisi jalan Piet A. Tallo dan Adisucipto Penfui akan dibuat pagar tembok dengan dinding masif. Selain itu, akan dihadirkan juga vegetasi berdaun kecil dan lebat. 5.1.2 Konsep Topografi Konsep topografi yang dipilih adalah alternatif 1 dan alternatif 2, yakni: membiarkan kontur alami dan melakukan cut and fill. Gambar. 5.2 Kontur Alasan Kedua alternatif ini dipilih adalah untuk menyesuaikan dan menempatkan massa bangunan Internasional School dalam lokasi ini. 5.1.3 Konsep Vegetasi Alternatif vegetasi yang dipilih adalah Alternatif 2, yakni: penggunaan jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya masing-masing, seperti: Gambar. 5.3 Jenis vegetasi sesuai fungsinya. 223 5.1.4 Konsep Penzoningan publik Semi publik Publik Gambar. 5.4 penzoningan Pemilihan alternatif ini karena dilatarbelakangi oleh keuntungan penzoningan, antara lain: 1. Zona publik diletakan di area yang berdekatan dengan jalan Piet A. Tallo dalam hubungannya pengenalan. 224 dengan pencapaian dan 2. Zona pendidikan dan perkantoran diletakan berjauhan dengan Jln Piet A. Tallo dalam hal hubungannya dengan konsentrasi siswa lebih baik dan terhindar dari kebisingan. 3. Area hunian diletakan berjauhan dari pusat kebisingan. 4. Area servis diletakan berdekatan dengan area hunian dan berdekatan dengan jalan lingkungan ini memudahkan dalam hal aksesbilitas. 5.1.5 Konsep Pencapaian Konsep pencapaian yang digunakan dalam perencanaan Internasional School adalah : Pencapain langsung dan pencapaian melingkar. Pencapaian langsung ini memudahkan para pelajar agar cepat sampai kedalam ruang kelas tanpa harus berputar- putar, sehingga tidak terlambat dalam mengikuti pelajaran. Gambar. 5.5 Pencapaian langsung. Pencapaian melingkar, pola pencapaian ini di buat untuk area lapangan olahraga dan servis Gambar. 5.6 Pencapaian meligkar. 225 5.1.6 Konsep Sirkulasi Sirkulasi dalam tapak a. Sirkulasi Kendaraan Gambar. 5.7 Sirkulasi kendaraan b. Sirkulasi manusia 1.50 0 3.00 Gambar. 5.8 Sirkulasi manusia c. Sirkulasi kursi roda dan gerobak Gambar. 5.9 Sirkulasi kursi roda dan gerobak d. Bahan penutup pada sirkulasi . Alternatif 1 ( perkerasan dari paving blok ) Keuntungan : 226 a. Panas yang dihasilkan akibat penyinaran lebih rendah dari jenis perkerasan beton dan aspal. b. Memiliki pori-pori besar sebagai tempat tumbuhnya rumput selain cela antara masing-masing paving. c. Poro-pori yang ditumbuhi rumput menyebar diseluruh permukaan. d. Permukaan jalan yang berpori memiliki penyerapan air yang besar dibanding perkerasan lain. e. Memiliki banyak variasi bentuk sehingga menambah unsur estetis pada tapak. Gambar. 5.10 Perkerasan paving blok 5.1.7 Konsep Parkiran a. Penetuan letak parkir Sesuai dengan analisa parkiran yang telah dijelaskan maka alternatif terpilih adalah Alternatif 2. Parkiran bersifat majemuk, masingmasing masa memiliki parkiran tersendiri. 227 parkiran parkiran Gambar. 5.11 Penentuan letak parkiran Keuntungan : a. Mudah dicapai b. Menghindari crossing kendaraan c. Bagus diterapkan untuk masa bangunan yang jumlahnya lebih dari 1 masa. d. Sirkulasi tertata dengan baik. b. Pola Parkir Pola parkir yang dijelaskan pada analisa dipakai kedua alternatif yaitu parkir sudut dan parkir tegak lurus dengan pertimbangan bahwa bentuk site yang tidak beraturan memungkinkan kedua alternatif untuk disesuaikan dengan kebutuhan area parkir yang ada. 228 Pola parkir tegak Pola parkir sudut Parkiran sepeda motor Gambar. 5.12 Pola parkir c. Pengkerasan Parkir Untuk perkerasan parkir dipilih paving blok karena paving blok memiliki banyak kelebihan sebagai berikut : a. Panas yang dihasilkan akibat penyinaran lebih rendah dari jenis perkerasan beton dan aspal. b. Memiliki pori-pori besar sebagai tempat tumbuhnya rumput selain cela antara masing-masing paving. c. Poro-pori yang ditumbuhi rumput menyebar diseluruh permukaan. d. Permukaan jalan yang berpori memiliki penyerapan air yang besar dibanding perkerasan lain. e. Memiliki banyak variasi bentuk sehingga dapat menambah unsur estetis pada tapak. 229 Gambar. 5.13 Perkerasan parkir d. Peneduh Parkir Permukaan parkiran di sesuaikan dengan permukaan sirkulasi kendaraan. Gambar. 5.14 Peneduh parkir 5.1.8 Konsep Landscape a. Konsep lampu taman Alternatif yang diambil adalah alternatif 1 dan 2, Jenis lampu taman yang digunakan adalah jenis lampu taman hemat energi. 230 Gambar. 5.15 Lampu taman b. Konsep Pagar Gambar. 5.16 Pagar Alternatif yang diambil adalah alternatif 1 dan 2, yakni dengan menggunakan pagar sebagai pembatas dan tanaman sebagai sebagai pembatas di taman dan penyaring udara. c. Konsep Plaza Berfungsi sebagai tempat berinteraksi sosial antara siswa, guru, karyawan, pengunjung dan pengelola. Gambar. 5.17 Plaza Bentuk plasa pada umumnya berbentuk bulat yang bertujuana untuk memperoleh kesan yang stabil ke segala arah, dan mampu menjadi titik simpul/temu dari segala arah. d. Sculpture Merupakan elemen pendukung yang berfungsi sebagai titik utama dalam site. Biasanya sculpture berupa patung, dan sebagainya yang diletakan ditengah plaza, atau pada depan bangunan sebagai 231 vocal point sehingga dapat menarik perhatian pengunjung pada tapak. Gambar. 5.18 Sculpture e. Gazebo Gazebo berupa elemen lansekap yang berfungsi sebagai tempat berteduh sejenak bagi pengguna taman pada aktifitas di luar ruangan. Gambar. 5.19 Gazebo f. Jalan setapak Berupa jalan dengan berbagai bentuk yang berukuran kecil dan resifat rekreatif Gambar. 5.20 Jalan setapak 232 g. Pot bunga Pot bunga di nilai penting dalam penataan landsecap untuk mendukung tata hijau yang lebih teratur dan dinamis. Gambar. 5.21 Pot bunga 233 Konsep penempatan elemen landscape. Pot bunga sebagai media tanam untuk tanaman hias Sculpture sebagai vocal point Taman sebagai area santai atau rekreasi. Lampu taman menyebar pada area tapak Plaza sebagai pengikat Dan pusat orientasi Tanaman peneduh pada parkiran Gazebo sebagai tempat beristirahat sementara bagi pengguna taman Gambar. 5.22 Konsep elemen landscape 234 5.1.9 Konsep Tata Hijau Tata hijau sangatlah penting dalam penataan landsecap karena penataan tata hijau mempengaruhi pembentukan ruang luar pada tapak. A. Tujuan tata hijau 1. Segi fisik a. Penghasil oksigen dan member rasa sejuk b. Peredam terhadap angin dan kebisingan c. Tempat berteduh dari sinar matahari 2. Segi psikologis a. Terkesan serasi dan seimbang b. Terkesan tenang dan nyaman c. Terciptanya unsur dekoratif dalam tapak 3. Segi arsitektonis Terhilangnya rasa monoton dan lingkungan yang kompak dengan suasana yang hidup disesuaikan dengan fasilitas yang ada. B. Fungsi tata hijau 1. Pengontrolan pandangan Gambar. 5.23 Tanaman pengontrol 2. Pengendali iklim Gambar. 5.24 Tanaman pengendali iklim 235 3. Pembatas fisik Gambar. 5.25 Tanaman pembatas fisik 4. Pencegah erosi Gambar. 5.26 Tanaman pencegah erosi 5.1.10 Utilitas Tapak 1. Sistem drainase Sistem drainase pada lokasi perencanaan sangat dipengaruhi oleh : a. Topografi atau kemiringan tanah Kondisi topografi pada tapak secara alami relaitf miring sekitar 1-3%, hal ini memudahkan mengalirnya air hujan dan pembuangan ke daerah yang lebih rendah bahkan memungkinkan untuk dialirkan ke dalaam tanah untuk tetap menjaga kondisi air tanah. a. Jenis tanah Jenis tanah pada tapak adalah tanah keras dan berpori yang cukup baik dalam menyerap air sehingga air hujan pada permukaan bisa lebih cepat diserap. Hal ini juga didukung 236 dengan kontur yang sedikit berbukit sehingga air hujan tidak menggenangi satu titik tapi akan mengalir ke daerah terendah. Pada dasarnya sistem drainase merupakan saluran pembuangan air kotor (air dari bangunan dan air hujan). Saluran pembuangan ini terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu : 1. Saluran primer, merupakan saluran induk atau saluran utama dalam tapak yang berhubungan dengan saluran buangan air di luar tapak atau saluran kota. Saluran ini menampung debit air yang berasal dari seluruh tapak untuk dialirkan ke luar tapak. 2. Saluran skunder, adalah saluran yang berhubungan dengan saluran induk/primer dan merupakan saluran penampung dari saluran tersier. 3. Saluran tersier, merupakan saluran penampung air buangan yang terdekat dengan genangan air atau sumber air bangunan. Saluran pembuangan ini dapat dibuat dengan perkerasan agar mendapatkan kesan visual yang lebih baik. Penutup yang digunakan bisa berupa penutup beton atau penutup dengan grill besi. Gambar. 5.27 Saluran pembuangan dengan penutup beton 237 2. Sistem persampahan System penanggulangan sampah sebaiknya menggunakan rumus pengelolaan sampah berbasis gerakan 3R, yaitu : Reduce, Reuse, dan Reclycle. a. Reduce : mengurangi timbunan sampah b. Reuse : memanfaatkan barang bekas c. Recycle : mendaur ulang sampah A. Sampah organik Sampah organik pada Internasional School di daur ulang menjadi kompos dan kreasi. Gambar. 5.28 Kreasi daur ulang sampah organik B. Sampah Anorganik Jenis sampah anorganik pada umumnya dapat di daur ulang untuk menjadi kreasi sedangkan yang tidak bisa di daur ulang (Styrofoam, bekas pembalut/pempers, dan bungkus makanan yang berlapis alumunium foil) di buang ke tempat pembuangan akhir. 238 Gambar. 5.29 Penanggulangan sampah anorganik c. Konsep pengolahan limbah Melihat akifitas dari Bangunan sekolah internasional, kategori jenis limbah pada bangunan masih setara dengan limbah rumah tangga. Limbah berasal dari zona pendidikan dan perkantoran serta zona hunian berupa limbah air kotor. Limbah air kotor yaitu air sisa mandi, air cucian dari kamar mandi, air sisa cucian dari pantry. Air limbah lainnya berasal dari area penunjang, area pengelola dan area servis. Air limbah diolah dan dipakai kembali untuk kebutuhan bangunan. Hasil olahan ini diprioritaskan untuk fasilitas lapangan sepakbola, dan kebutuhan penghijauan vegetasi. Penyelesaian Sistem yang menjadi alternatif untuk penanganan masalah pengolahan air limbah rumah tangga (domistik) yaitu dengan proses biofilter anaerob-aerob 239 Gambar. 5.30Konsep proses penyaluran pengolahan air limbah Jadi secara umum pengolahan dengan dengan proses biofilter anaerob-aerob. Yaitu air limbah dari bangunan dialirkan ke reaktor atau tempat pengolahan melalui pipa-pipa penghubung, kemudian air limbah ditampung di bak penampungan awal, yang kemudian melalui proses beberapa tahapan penyaringan, mulai dari zona anaerob II, kemudian zona anaerob II, kemudian berlanjut ke zona aerob. Untuk hasil akhir air endapan kemudian dibersihkan melalui bak khlorinasi. Hasil akhir bisa disalurkan melalui selokan atau melalui pipa menuju bak penampungan air ataupun menuju saluran kota. Gambar. 5.31 Konsep pengolahan air limbah 240 5.1.11 Konsep Klimatologi 1. Analisa terhadap curah hujan a. Penyelesaian pada atap yakni penggunaan atap datar dengan media rumput atau Green Roof sebagai penyelesaian terhadap curah hujan. Gambar. 5.32 Bangunan dengan atap datar b. Penyelesaian pada tapak Gambar. 5.3 Konsep antisipasi curah hujan pada tapak 2. Antisipasi terhadap masalah angin + u + Gambar. 5.33 Konsep antisipasi terhadap masalah angin Untuk antisipasi terhadap masalah angin digunakan alternatif 1 dan 2. Bukaan pada dinding tembok dan pemamfaatan vegetasi membuat udara yang masuk ke dalam ruangan terasa sejuk. 241 3. Antisipasi terhadap bunyi Gambar. 5.34 Konsep antisipasi terhadap bunyi 4. Antisipasi terhadap matahari Vegatasi sebagai penghalau sinar matahari Gambar. 5.35 Konsep antisipasi terhadap matahari lansung Digunakan kedua alternatif yakni penggunaan sunscreen dan penggunaan vegetasi karena keduanya dapat mengurangi penyinaran matahari langsung 5.2 Konsep Bangunan 5.2.1 Luasan Ruang 1. Main Entrance Total luas keseluruhan main entrance adalah 200 m² 2. Fasilitas Pendidikan Total luas keseluruhan fasilitas pendidikan adalah 12.555,14 m² 3. Fasilitas Perkantoran dan Yayasan Total luas keseluruhan fasilitas perkantoran dan yayasan adalah 2.571,92 m² 4. Fasilitas Laboratorium 242 Total luas keseluruhan fasilitas laboratorium adalah 1.213,68 m² 5. Fasilitas Olahraga Total luas keseluruhan fasilitas olahraga adalah 19.283,34 m² 6. Fasilitas Tribun Total luas keseluruhan fasilitas tribun adalah 975 m² 7. Fasilitas Servis Total luas keseluruhan fasilitas servis adalah 316,58 m² 8. Pos jaga Total luas keseluruhan pos jaga adalah 36 m2. 9. Entrance Total luas keseluruhan entrance adalah 6 m². 11. Pedestrian Total luas keseluruhan pedestrian adalah 1.6 m². 12. Parkiran Total luas keseluruhan parkiran adalah 3.330 m². 13. Lapangan Upacara Total luas keseluruhan parkiran adalah 2.500 m². 5.2.2 Tata Bangunan Orientasi bangunan dalam perencanaan ini diupayakan agar sesuai dengan pola tapak yang melingkar sehingga perletakan masa-masa bangunanpun terpusat. Selain itu sesuai dengan pendekatan rancangan (arsitektur hijau) yang mensyaratkan penghawaan dan pencahayaan alami, maka dalam desain ini bukaan yang direncanakan adalah crrosing bukaan untuk sirkulasi udara dengan luas bukaan yang optimal bagi penerangan alami namun tetap memperhatikan arah orientasi matahari. 243 Gambar. 5.36 Orientasi bangunan 5.2.3 Konsep Bentuk dan Tampilan Gambar. 5.37 Bentuk-bentuk beraturan Gambar. 5.38 Bentuk-bentuk tidak beraturan 244 Gambar. 5.39 Bentuk-bentuk tiga dimensi. Bentuk persegi sebagai bentuk dasar Bentuk segitiga sebagaibentuk dasar Kesatuan penggabungan bentuk segitiga dan persegi. Penggabungan bentuk segitiga dan persegi. 245 Tanggap terhadap bentuk tapak Bentuk denah Tanggap terhadap bentuk iklim Gambar 4.74, Bentuk denah sekolah internasional B. Tanggapan bentuk terhadap pengaruh iklim 246 a. Tanggapan terhadap pengaruh matahari Penggunaan sunscreen sebagai Tabir surya terhadap bukaan yang ada Tanaman merambat sebagai Tabir surya Penutup atap dari rumput atau biasa disebut green roof Gambar 4.75, Bentuk bangunan tanggap terhadap pengaruh matahari 247 C. Bentuk Tampilan Analogi tampilan bentuk bangunan Internasional School ini terkesan organik, sehingga lebih unik dan menjadi daya tarik tersendiri sehingga dapat menarik minat agar dapat bersekolah disini. Gambar 4.76, Analogi bentuk bangunan Internasional School 248 2. Bentuk sculpture Bentuk dasar Penggabungan bentuk dasar menjadi komposisi bentuk 249 3. Taman dan plaza Bentuk dasar Penggabungan bentuk dasar menjadi komposisi bentuk 5.2.3 Konsep Struktur dan Konstruksi A. Sub Struktur Pada Sistem sub structure atau struktur bawah pada bangunan biasanya derencanakan sesuai dengan beban bangunan yang dipikulnya dan jenis tanah pada lokasi. Jenis tanah pada lokasi perencanaan pada umumnya adalah tanah keras dengan kondisi berbatu. Pada bagian tertentu ada yang lunak namun hanya sebagian kecil saja Alternatif pondasi yang digunakan adalah : a. Pondasi jalur 250 Pondasi ini digunakan sebagai pemikul beban dinding atau non struktur b. Pondasi foot plat Podasi pelat kaki digunakan sebagai pemikul secara struktur beban bangunan secara keseluruhan, terutama beban yang berasal dari atap dan badan bangunan diteruskan ke plat kaki untuk diteruskan ke tanah. Pondasi ini bisa memikul beban bangunan berlantai hingga 4 lantai namun perlu adanya perhitungan yang baik. Perhitungan dilakukan pada dimensi kolom dan dimensi tulangan yang digunakan. c. Pondasi tiang pancang pondasi ini mempunyai fungsi sebagai penyalur gaya atau pemikul beban dari kolom-kolom bangunan (kolom struktur). . . . . mm m . m . . . . . . . mm m . m . . . Gambar. 5.39 Pondasi jalur. Gambar. 5.40 Pondasi fotplat dan tiang pancang. Konsep Material Penutup Lantai keramik, vynil dan paving blok adalah material penutup lantai yang akan digunakan bangunan Internasional School. 251 B. Super Struktur Rigid frame adalah struktur rangka yang mempunyai sistem joint yang kokoh (rigid) dan kuat terbuat dari beton, baja, kombinasi beton dan baja Balok Kolom Gambar. 5.41 Struktur rigid frame. C. Upper Struktur. Atap datar Gambar. 5.42 Jenis atap. Pemilihan jenis atap untuk perencanaan Internasional School ini adalah atap datar dengan struktur plat beton dengan penutup rumput. Alasannya jenis-jenis atap ini mudah dalam pengerjaannya, hemat biaya serta berdasarkan pada tema desain arsitektur hijau. 5.2.4 Konsep Utilitas 5.2.1 Konsep Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Kotor 1. Sistem distribusi air bersih 252 Sistem distribusi air bersih pda internasional school yakni menggunakan system down feed distribution karena tidak ada perubahan tekanan selama pompa bekerja secara otomatis serta perawatannya sederhana. Gambar.5.43 Sistem down feed distribution 2. Sistem distribusi air kotor, air hujan dan kotoran. a.Pengolahan air limbah Salah satu sistem alternatif pengolahan air limbah untuk digunakan kembali yaitu sistem Biofilter Anaerob-Aerob, terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Gambar.5.44 , proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob b. Pemanfaatan air hujan untuk digunakan kembali 253 Air hujan yang jatuh ke atap dialirkan ke talang yang ada di sekeliling atap, kemudian masuk ke dalam pipa vertikal dan disalurkan ke roil di sekeliling bangunan, kemudian ditampung dalam sumur resapan. Dan selebihnya masuk dalam saluran pembuangan kota. Gambar.5.45, Sistem pembuangan air hujan. c. Sistem Penyiram Tanaman 1. Sistem penyiram tanaman dengan tenaga surya Selain menggunakan sistem manual untuk menyiram tanaman, juga dapat menggunakan sistem penyiraman tanam dengan alat yang memakai teknologi matahari sebagai sumber listrik dengan arus DC yang dihasilkan oleh solar cell/panel surya digunakan untuk mensuplai baterai accu sebagai sumber listrik utama dari sistem ini, dan Real Time Clock (RTC) untuk mengatur penjadwalan waktu 254 penyiraman tanaman pada pagi dan sore hari dengan menggunakan sprinkler yang ditempatkan pada titik-titik penyiraman. Gambar 5.46, Sistem penyiram tanaman dengan tenaga surya 2. Sistem penyiraman/irigasi tetes (drip irrigation). Sistem penyiraman/irigasi tanaman adalah dengan memberikan air secara cukup melalui media penyiraman dengan cara meneteskan air dengan menggunakan alat yang disebut emiter. Sistem ini mempunyai keunggulan yaitu: a. Distribusi air yang merata langsung ke tanah dan terkontrol/tidak berlebihan b. Tidak ada aliran permukaan (run of) atau faktor yang menyebabkan erosi c. Aplikasi pemberian air dan pupuk dapat dilakukan secara bersamaan d. Mengurangi/ membatasi pertumbuhan gulma pada daerah yang terbasahi 255 Gambar 5.47, Sistem penyiram tanaman tetes / drip irrigation 5.2.5 Konsep Sistem Penghawaan/ Pengkondisian Udara A. Penghawaan alami a. Penghawaan alami Penghawaan alami adalah pemanfaatan udara bebas dari alam yang dimasukan kedalam bangunan dan terjadi pertukaran udara secara terus menerus. Penghawaan alami ini dilakukan dengan penataan dan perhitungan yang baik terhadap pintu, jendela serta ventilasi, dan penempatannya harus disesuaikan dengan orientasi angin ataupun matahari. Penghawaan alami dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penyegaran udara dalam bangunan. Pengaruh dari suhu terhadap ruang dapat diatur juga dengan memperhatikan letak, bentuk dan lapisan permukaan gedung, karena bidang yang kurang panas selalu menerima 256 panas dari bidang yang lebih panas. Penyegaran udara terbagi atas penyegaran pasif dan penyegaran aktif. I. Penyegaran Pasif Penyegaran pasif adalah perlindungan bangunan yang menghindari pemanasan kulit luar bangunan itu. Penyegaran ini dapat tercapai dengan 3 (tiga) cara, yaitu : 1) Perlindungan terhadap matahari dengan tanaman pada atap Dilakukan dengan konstruksi atap tambahan yang selain melindungi manusia terhadap cuaca juga memberi perlindungan terhadap radiasi panas dengan tanaman peneduh. Tirai atau langit-langit dari kayu / logam, atau yang sering di sebut kanopi,yang berfungsi sebagai konstruksi penahan beban yang dipikul Tanaman peredam panas Gambar. 5.48. Penyegaran Pasif dengan Tanaman Merambat dan Penonjolan Atap (Sumber: AnlisaPenulis) 2) Perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari yang tetap. Perlindung pembukaan dinding terhadap matahari yang tetap dapat dicapai dengan penonjolan atap yang cukup luas atau dengan sirip tetap yang horizontal, tegak, atau dua-duanya. Dengan ukuran tertentu sirip menghindari sinar panas matahari masuk pembukaan dinding. Sirip yang baik tidak melekat langsung pada dinding, melainkan terpasang secara terpisah sehingga panas tidak dapat masuk ke konstruksi gedung. Perlindungan pembukaan dinding juga dicapai dengan penggunaan ‘loggia’ (serambi yang tidak menonjol, melainkan mundur ke dalam gedung) sehingga tidak terkena sinar. 257 B. Penghawaan buatan Sistem pertukaran udara yang menggunakan alat pengkondisian udara (Air Conditioning). Sistem penghawaan buatan yang dipakai adalah dengan menggunakan AC sentral dan AC unit dengan penempatan jenis AC sesuai dengan cara kerjanya. Gambar 5.49, AC sentral dan AC unit. 5.3.3 Konsep Jaringan Listrik Dipilih alternatif 1, 2 dan 3 yakni menggunakan sumber listrik dari PLN, Panel listrik tenaga surya dan Gen Set. Gen Set digunakan untuk keadaan emergency, misalnya terjadi pemadaman listrik PLN. Gambar 5.50, Sistem distribusi listrik dari PLN. 258 Gambar 5.51, Sistem distribusi listrik tenaga surya. 5.3.4 Konsep Sistem Komuniksi Untuk memperlancar aktifitas pelayanan pendidikan dalam maka digunakan alat komunikasi berupa: A. Telepon B. Telex. Untuk sistem telepon ada 2 macam, yakni : a) Sistem saluran biasa (hubungan langsung dengan telkom). b) Sistem PBX (untuk hubungan keluar bisa langsung tapi untuk masuk harus melalui operator). 5.3.5 Konsep Sistem Pencahayaan A. Pencahayaa Alami Pencahayaan alami dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari secara optimal melalui bukaan-bukaan ataupun void melalui penataan dan perhitungan yang baik serta memperhatikan orientasi matahari agar cahaya yang diperoleh tidak menimbulkan silau dan dapat mengganggu aktifitas. B. Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan dilakukan dengan memanfaatkan tenaga listrik untuk menyalakan lampu-lampu yang dipasang dalam sebuah instalasi. Sumber energi listrik sendiri diperoleh dari sumber yang berbeda yakni : 259 1. PLN ; sumber utama listrik, terutama untuk penerangan di malam hari. 2. Genset ;digunakan sebagai cadangan apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. 3. Sollar cell ; sumber listrik yang diperoleh dari panas matahari, sangat efektif dalam upaya penghematan energi listrik terutama pada musim panas. Data Beberapa Sumber Cahaya Sumber Cahaya (lampu) Lumen/Watt Umur rata-rata Penggunaan Pijar 11-18 1000 (jam) Indoor dan outdoor TL 50-80 9000-1800(jam) Indoor dan outdoor Halogen 16-20 1000 (jam) Mercury 30-60 16000 (jam) Halide Sodium 80-100 120-140 7500-15000 (jam) 16000-24000 (jam) Outdoor (lapangan tenis) Outdoor (lamp. jalan, taman) Untuk lampu sorort Untuk lampu jalan 5.3.6Konsep Sistem Pencegah Kebakaran A. Siste pencegah kebakaran dari luar bangunan . APAR yang diterapkan dalam tapak menggunakan pole hydrant/Siamese dengan jarak ideal antar titik pole hydran maximal 200 m dengan kemampuan mengalirkan air 1.000 liter/menit. Hydran pole disambungkan dengan pipa induk Ø 6”/15cm. Hydran terhubung dengan ground tank yang didukung dengan boster pump untuk menambah tekanan air sehingga memberikan daya semburan air yang jauh dan dapat menjangkau sisi bangunan yang sulit dicapai tim rescue. 260 Gambar 5.52, Sistem pemadam kebakaran. B. Sistem pencegahan kebakaran dalam bangunan. Alternatif yang dipergunakan adalah: 1. Sprinkler System. 2. Fire Extinguisher Gambar 5.53, Sistem Sprinkler System dan Fire Extinguisher 5.3.7 Konsep Sistem Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Radioaktif atau Thomas. Hal ini karena Penggunaan sistem ini cocok untuk bangunan tinggi dan besar pada Internasional School Kupang. 261 Gambar 5.54 Sistem Thomas 5.3.8 Konsep Sistem Keamanan (Security System) Menggunakan sistem keamanan berupa CCTV (Closed Circuit Television). CCTV ini dapat bekerja selama 24 jam sesuai dengan kebutuhan. Setiap gambar dapat ditayang-ulang pada posisi waktu yang diiinginkan oleh operator. Karena bersifat rahasia, maka perletakan kamera dan tempat monitor diatur oleh bagian sekuriti. Gambar 5.55, Sistem keamanan (CCTV) 262 5.3.9 Konsep Sistem Transportasi Vertikal Tangga Kebutuhan akan tangga sangat diperlukan sehingga dapat menghubungkan antara lantai yang satu ke lantai yang lainnya Gambar 5.56, Tangga Lift Lift yang digunakan adalah lift pengangkut manusia/pengunjung dan lift pengangkut tempat tidur pasien (tempat tidur+manusia). Selain itu, akan digunakan juga lift pengangkut barang. Untuk menghindari crossing letak ketiga dari lift ini dibuat terpisah-pisah. Gambar 5.57, Lift 263 DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik Kota Kupang, 2013, Kupang Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kota Kupang. 2. D . Ching, Francis, (1979), Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga. 3. Direktorat Jendral Mandikdasmen Kementrian Nasional, tentang Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional. 4. Hakim, Utomo Hardi, (2002), Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Prinsip – prinsip dan Aplikasi Desain), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. 5. Ishar, H. K, (1992), Pedoman Umum Merancang Bangunan, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 6. Neufert, Ernst, DATA ARSITEKTUR JILID I, Jakarta : Erlangga, 1996. 7. Neufert, Ernst, DATA ARSITEKTUR JILID II, Jakarta : Erlangga, 2002. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). 9. Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana untuk SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA. 10. Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 2005 tentang Syarat – syarat Sekolah Berstandar Internasional. 264 11. (Sumber PP No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan). 12. (sumber : Skripsi Tugas Akhir, Taman Air Baumata, 2004, hal. 26. Dani Rosa) 13. Sumber Kepala Bagian Pendidikan pada Biro Kesra Setda NTT, Nuhan Andreas ( Yosep Kellen ). 14. ( sumber Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas) 15. Tangoro, Dwi, ( 2000 ), Utilitas Bangunan Gedung, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 16. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioal pada Pasal 50 Ayat ( 3 ). 17. Anonim, http://d.wikipedia.org/wiki/pemanasan_global 18. Anonim, http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm 19. Anonim, http://www.nttprov.go.id/ntt_09/index.php?hal=sej 20. Anonim, materi-2-arsitektaman-klasifikasitaman.pdf-foxitreader 21.Anonim,http://www.researchgate.net/publication/43329624_FASADE_KACA_PINTAR _Teknologi_Inovatif_Bangunan_Tinggi_Hemat_Energi 22. (sumber : www.arsitekturhijau.com) 23. (sumber: www.hydrogen.fc.com) 265