ARTCHA: Teknologi Konservasi Cumi-cumi yang Ramah Lingkungan Dikirim oleh ireneparamita pada 27 September 2016 | Komentar : 0 | Dilihat : 1731 Tim ARTCHA meraih penghargaan pada kompetisi IYIA Artificial Attractor Chepalopodha Habitat (ARTCHA) karya mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) berhasil meraih penghargaan berupaGold Medal dan special award dari Malaysia Research And Inovation Society pada kompetisi internasionalThe 3rdInternational Young Inventors Award (IYIA). Kompetisi ini diselenggarakan olehIndonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) diSurabaya Convention Hall, selama tiga hari, Selasa-Kamis (6-8/9/2016). ARTCHA merupakan teknologi konservasi untuk meningkatkan jumlah stok cumi-cumi serta tempat pemijahan cumi-cumi yang dibuat oleh Muhammad Imam Syafii (FPIK 2013), Muhamad Ridho Firdaus (FPIK 2014), M.Fajarhadi (FPIK 2015), Ferra Fitrtiani Lestari (FPIK 2014), Muhamad Aris Munandar (FPIK 2012). Tim ARTCHA meraih penghargaan pada kompetisi iENVEX Ketua Tim Muhammad Imam Syafii menyampaikan, Indonesia mempunyai segudang potensi kelautan dan perikanan. Namun dengan sistem pengelolaan sumber daya kelautan yang belum optimal mengakibatkan eksplorasi habis-habisan pada salah satu sumber daya. Salah satunya adalah Cumi-cumi. Hewan yang dikenal dengan daging lezat dan tentakelnya ini dari tahun ketahun semakin jarang ditemukan pada pusat-pusat pelabuhan perikanan di Indonesia. Salah satu pemicunya adalah kerusakan alam dan ekspolarasi tidak berkelanjutan. "Untuk itu kami membuat ARTCHA, teknologi pertama di dunia yang ramah lingkungan sebagai rumah baru untuk cumi-cumi. ARTCHA menggunakanBasic Suistanaible Development Environment, yakni membuatkan sebuah rumah atraktor ramah lingkungan dimana Cumi-cumi dapat meletakan telurnya secara aman. Terbuat dari pipa PVC, karung goni bekas, serabut kelapa, beton, dan besi, tak ayal jika ARTCHA disebut sebagai teknologi konservasi Cumi-cumi masa depan yang ramah lingkungan dan murah," papar Imam. Kompetisi IYIA diikuti oleh 100 tim dari jenjang SD, SMP, SMA, dan Universitas lintas dunia seperti Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Korea Selatan, China, Mesir, Jordania, Syria, Romania, Rusia, Kroasia, Amerika, serta Kanada. Sebelumnya, tim ARTCHA juga pernah meraih penghargaan Gold Medal dan special award dari Toronto Canada. Penghargaan tersebut didapatkan melalui kompetisi International Engineering Invention Innovation Exhibition (iENVEX) 2016 yang digelar (8-10/04/2015) di Universiti Malaysia Perlis (UNIMAP). Kompetisi ini diselenggarakan olehIndonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA). Prototype ARTCHA Saat ini Alat ARTCHA yang sudah terdaftar hak paten di Sentra HKI UB. Output dari invensi ini yaitu alat ini dapat dijadikan sebgai daerah penangkapan bagi nelayan di Indonesia dan dapat pula meningkatkan stok cumicumi. "ARTCHA memang kami peruntukan untuk seluruh masyarakat Indonesia. sangat efektif, murah dan ramah lingkungan. Harapan kami masyarakat dapat membuatnya sendiri dengan contoh prototype persis yang telah kita buat," kata Imam yang juga menjabat sebagai Ketua Fisheries Study And Research (FSR) ini. Mahasiswa asal Bojonegoro ini menambahkan, menggunakan produk-produk dalam negeri menjadi salah satu ungkapan rasa cinta tanah air. "ARTCHA dengan keunggulan dan kekuranganya yang perlu diperbaiki perlu bantuan semua elemen masyarakat dan pemerintah demi terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan tetap mencanangkan sumberdaya yang berkelanjutan," pungkasnya. [Irene/Humas UB]