EFEKTIVITAS EKSTRAK ALGA Eucheuma cottonii, Turbinaria decurrens, DAN Ulva reticulate SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP Streptococcus mutans Juniati Binti Lukman1*, Zaraswati Dwyana1, Indah Raya2, Dody Priosambodo 1Jurusan Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin 2Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin 1*Email: [email protected] No Telp: 085242725770 ABSTRAK Penelitian mengenai efektivits pasta gigi dengan penambahan ekstrak makroalga sebagai bahan antimikroba terhadap Streptococcus mutans telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pasta gigi dengan penambahan ekstrak makroalga untuk menghambat pertumbuhan S. mutans. Ekstrak dari Eucheuma cottonii, Turbinaria decurrens, dan Ulva reticulate telah digunakan untuk pengujian terhadap S. mutans dengan menggunakan metode difusi agar dengan masa inkubasi 24 dan 48 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa yang paling besar diameter zona hambat ditemukan pada ekstrak Turbinaria decurrens dengan diameter zona hambat 12,5 mm dan 11,3 mm secara berturut-turut. Kata Kunci: Antimicrobial, Eucheuma cottonii, Turbinaria decurrens, dan Ulva reticulata ABSTRACT Research about effectiveness of toothpaste with the addition of macroalgae extract as an antimicrobial compound has been conducted to Streptococcus mutans. The aim of this research was to know the effectiveness of toothpaste that added by macroalgae extract to inhibit the growth of S. mutans. Extract from Eucheuma cottonii, Turbinaria decurrens, and Ulva reticulate were used to be tested on S. mutans using Agar Diffusion Method with incubation period of 24 and 48 hours. Result showed that the largest diameter of inhibition zone was found in Turbinaria decurrens extract with inhibition diameter zone 12,5 mm and 11,3 mm respectively. Keywords: Antimicrobial, Eucheuma cottonii, Turbinaria decurrens, Ulva reticulata PENDAHULUAN Alga merupakan tumbuhan laut yang tergolong dalam division Thallophyta memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya sebagai bahan kosmetik. Hal ini karena alga 1 mengandung metabolit primer seperti vitamin, mineral, serat, alginate, karaginan serta adanya senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai antimikroba. Jenis mikroba yang menjadi penyebab utama karies gigi adalah Streptococcus mutans. Sehingga S. mutans mendapat perhatian khusus pada penelitian ini karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak atau karies gigi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui jenis alga yang mengandung antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. MATERI DAN METODE Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah alga merah Eucheuma cottonii, alga coklat Turbinaria deccurens dan alga hijau Ulva reticulata yang diambil dari pulau Lae-lae dan Takalar, Sulawesi Selatan. Sampel yang telah diambil dibersihkan dari substratnya dan dimasukkan ke dalam box ice atau styreoform kemudian dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi untuk pekerjaan selanjutnya. Ekstraksi Sampel Sampel dicuci hingga bersih, setelah itu dipotong-potong kecil kemudian dihaluskan dengan digerus menggunakan mortar dan pastel. Sampel yang sudah digerus selanjutnya disaring dengan menggunakan kain kasa dan kapas yang diletakkan menutupi mulut corong sehingga diperoleh cairan dari beberapa alga tersebut. Peremajaan Bakteri Uji Bakteri Streptococcus mutans yang berasal dari biakan murninya diambil sebanyak 1 ose kemudian ditumbuhkan atau diinokulasikan dengan cara digores pada medium Nutrien Agar (NA) miring. Kultur bakteri pada masing-masing agar miring diinkubasi pada suhu 37ĚŠ C selama 18-24 jam. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Bakteri Streptococcus mutans yang telah diremajakan disuspensi menggunakan NaCl steril 0,9%. Kemudian diukur tingkat kekeruhannya menggunakan spektro hingga di peroleh tingkat transmitan 25%. Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Pengujian dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar berlapis yang menggunakan pencadang. Medium GNA (glukosa nutrient agar) steril didinginkan pada suhu 40°C-45°C. kemudian dituang secara aseptis ke dalam cawan petri sebanyak 30 ml dan dibiarkan memadat sebagai lapisan dasar atau “base layer”. Setelah memadat dimasukkan suspense bakteri Streptococcus mutans sebanyak 1 ml ke dalam 15 ml medium GNA kemudian dihomogenkan dan dituang di atas lapisan base layer dan dibiarkan setengah padat sebagai seed layer. Setelah itu 3 buah pencadang diletakkan secara aseptis dengan pinset steril pada permukaan medium dengan 2 jarak pencadang satu dengan yang lain 2-3 cm dari pinggir cawan petri, dan dibiarkan pada suhu kamar. Masing-masing pencadang diisi ekstrak alga Eucheuma cottonii, Turbinaria deccurens dan Ulva reticulata sebanyak 4-5 tetes. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dan 48 jam. Setelah masa inkubasi tersebut, diukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri di sekeliling pencadang dengan menggunakan jangka sorong. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan alga coklat Turbinaria decurrens, alga merah Eucheuma cottonii, dan alga hijau Ulva reticulata asal Takalar dan Lae-Lae. Menurut Angka dan Suhartono (2000), senyawa kimia yang dihasilkan oleh jenis alga hijau adalah senyawa terpenoid dan senyawa aromatik yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antimikroba, antivirus, antimutagen, dan insektisida. Polisakarida mentah yang terkandung dalam pigmen alga coklat tersebut juga bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme, seperti yang dilaporkan oleh Kaewsrithong, dkk. (2007) Turbinaria sp. mengandung methanol, etanol, diklorometana dan petroleum eter yang terdiri dari terpenoid, flavonoid dan alkaloid. Menurut Lalopau (2011) bahwa alga merah khususnya Eucheuma cottonii mengandung senyawa fenolik (flavonoid) dan senyawa steroid/triterpenoid, di mana senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Sabir (2005) menjelaskan bahwa senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri, Mekanisme yang berbeda dikemukakan oleh Di Carlo et al., (1999) dan Estrela, dkk. (1995) dalam Sabir (2005) yang menyatakan bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Streptococcus mutans karena kemampuannya dalam membentuk plak atau karies pada gigi, bakteri ini bersifat non motil, gram positif, anaerob fakultatif dan memiliki bentuk kokus atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Hasil Uji Potensi Antimikroba Ekstrak Alga Terhada Streptococcus mutans Hasil pengamatan diameter hambatan ekstrak beberapa jenis alga yaitu Turbinaria decurrens, Eucheuma cottonii, dan Ulva reticulata terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus 3 mutans setelah masa inkubasi 24-48 jam, diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 1. berikut ini: Tabel 1. Hasil pengukuran diameter hambatan ekstrak dari alga laut Turbinaria decurrens, Eucheuma cottonii, dan Ulva reticulata terhadap pertumbuhan bakteri Steptococcus mutans. No. 1. 2. 3. Ekstrak Alga Laut Turbinaria decurrens Eucheuma cottonii Ulva reticulate Rata-rata Diameter Hambatan (mm) Terhadap Streptococcus mutans 24 Jam 48 Jam 12,5 11,3 10,2 9,0 11,0 10,0 Gambar 1. Hasil Uji diameter hambatan ekstrak dari alga laut Turbinaria decurrens, Eucheuma cottonii, dan Ulva reticulata terhadap pertumbuhan bakteri Steptococcus mutans masa inkubasi 24 jam (A) dan masa inkubasi 48 jam (B). Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan hasil pengukuran rata- rata diameter hambatan di sekitar pencadang pada ketiga ekstrak alga yaitu Turbinaria decurrens, Eucheuma cottonii, dan Ulva reticulata terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Dari hasil pengamatan pada inkubasi selama 24 jam diperoleh zona hambatan terbesar pada alga Turbinaria decurrens yaitu sebesar 12,5 mm. Sedangkan pada Ulva reticulata diperoleh zona hambatan sebesar 11,0 mm dan Eucheuma cottonii sebesar 10,2 mm. Setelah masa inkubasi 48 jam, terjadi penurunan diameter zona hambat pada ketiga ekstrak alga tersebut. Turbinaria decurrens memperlihatkan diameter daya hambat lebih besar yaitu 11,3 mm. Sedangkan Ulva reticulata memperlihatkan daya hambat sebesar 10,0 mm dan Eucheuma cottonii sebesar 9,0 mm. Hasil pengukuran diameter zona hambat membuktikan bahwa ketiga alga tersebut bersifat bakteriostatik. Seluruh alga yang diuji hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada inkubasi pertama dan kedua (24 jam dan 48 jam). Suatu antimikroba bersifat bakteriostatik apabila senyawa antimikroba tersebut hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri jika pemberian senyawa antimikroba terus dilakukan. Jika telah habis atau dihentikan, maka pertumbuhan dan perbanyakan dari bakteri yang dihambat akan kembali meningkat yang ditandai dengan berkurangnya diameter zona hambat 4 pada masa inkubasi kedua (Mycek, 2001). Secara umum ketiga ekstrak alga tersebut mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid yang dapat menghambat bakteri dengan mekanisme kerjanya mendenaturasi protein bakteri dan merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Menurut Gisvold (1982) dalam Sabir (2005) disebutkan bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. Adapun menurut Naim (2004), flavonoid memiliki sifat lipofilik sehingga dimungkinkan akan merusak membran sel bakteri. Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan aseton (Markham, 1998). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Khunaifi (2010) menambahkan bahwa senyawa-senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Senyawa flavanoid dan turunannya memiliki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antibakteri) dan anti virus bagi tanaman. Para peneliti lain juga menyatakan pendapat sehubungan dengan mekanisme kerja dari flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri (Sabir, 2005). Hal ini didukung juga oleh Mirzoeva, dkk. (1997) yang melaporkan bahwa flavonoid mampu menghambat motilitas bakteri. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995). Terpenoid yang terkandung dalam tumbuhan biasanya digunakan sebagai senyawa aromatik yang menyebabkan bau pada eucalyptus, pemberi rasa pada kayu manis, cengkeh, jahe dan pemberi warna kuning pada bunga. Terpenoid tumbuhan mempunyai manfaat penting sebagai obat tradisional, anti bakteri, anti jamur dan gangguan kesehatan (Thomson, 1993). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa terpenoid dapat menghambat pertumbuhan dengan mengganggu proses terbentuknya membran dan atau dinding sel, membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna (Ajizah, 2004). 5 Selain senyawa yang terkandung dalam alga ternyata faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi terbentuknya senyawa kimia yang berpotensi sebagai antimikroba dari alga tersebut. Menurut Angka dan Suhartono (2000), senyawa bioaktif yang disintesis oleh alga laut merupakan suatu bentuk respon terhadap alam. Pada lingkungan laut, alga laut harus memiliki pertahanan terhadap bakteri atau cendawan, agar permukaannya bebas dari epifit atau bebas dari pesaingnya. Menurut Putra (2006), kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrim seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak alga Eucheuma cottonii, Turbinari decurrens, dan Ulva reticulat terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan bersifat bakteriostatik, alga Turbinari decurrens memiliki daya hambatan yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L. Bioscientie. Vol 1(1) : 31-8. Angka, S. L. dan Suhartono M. T. 2000. Bioteknologi hasil laut. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor Kaewsrithong, J., K. Intarak, T. Longpol, V. Chairgulprasert, S. Prasertsongsakun, C. Chotimakorn and T. Ohshima. 2007. Antibacterial activity and bioactive compounds of some brown alga from Thailand, pp. 608-613. In The Proceedings of JSPS-NRCT International Symposium Joint Seminar 2007 . (Sufficiency Economy Philosophy for the Sustained Development of Fishery). Kasetsart University. Thailand. Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sain dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. Lalopau, V. M. N. 2011. Studi Tentang Ekstraksi, Isolasi, Purifikasi, dan Identifikasi Flavonois Dari Alga Merah Kappaphycus alvarezii. 6 Disertasi. Universitas Brawijaya Mirzoeva O.K., Grishanin R.N., Calder P.C. 1997. Microbiol Res : Antimicrobial Action Of propolis And Some Of Its Components: The Effects On Growth, Membrane Potential, And Motility Of Bacteria. 152:239-46. Mycek, M. J. 2001. Farmakologi; Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika. Jakarta Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari Tanaman. Fkh dan Sekolah Pascasarjana IPB Putra, S.E. 2006. Alga Laut Sebagai Bio-target Industri, Situs Web Kimia Indonesia Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Terjemahan Padmawinata K. Penerbit ITB. Bandung. Sabir, A. 2005. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp Terhadap Bakteri Streptococcus mutans (In Vitro). Majalah Kedokteran Gigi (Dent J) 38:135-141. Thomson, R.H. 1993. The Chemistri Of Natural Producst 2 Edition. Chapman and hall ltd.glasgow. UK. 7