EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN

advertisement
1
EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH
RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG
Andre Cahyana1, Erna Juita2, Afrital Rezki 2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
1
ABSTRACT
This research is wanted to analyze and evaluation of changes land cover
areas flood vurnerability in padang city. This research is descriptive quantitative.
Sources of data taken in the primary data obtained from the image Landsat TM7
interpretation and secondary data collection from government instituion Bappeda
and BPBD Padang city. Analysis techniques of data performed with Remote
Sensing Analysis use for land use, Spatial Analysis for land cover change,
Formula Percentage of Population use for factors affecting land cover change, and
weighting flood vulnerebility parameter scores use for analysis of flood
vulnerable areas. The results showed that 1.) Land use in Padang City from 2007
to 2017 consists of 11 land use and dominated by forest 42,092.4 Ha, and
settlement. 2.) Changes in land cover in Padang City from 2007 to 2017 consisted
of 22 land cover changes covering a total area of 15,763.6 Ha and dominated by
rice fields transformed into settlements 3,998,5 Ha, and influenced by settlement
expansion factor with area of 7,886.9 hectares can expand land cover change of
13,902.4 Ha, and population growth rate of 76,778 people can expand land cover
changes of 15,678.1 Ha 3.) Flood vulnerable areas in the city of Padang is divided
into 3 criteria that is : a.) Criteria of low flood vulnerability spread in 5 districts
with a total area of 24,908.8 Ha and dominated in Koto Tangah Sub-district with
an area 13,299.6 Ha, b.) Medium flood vulnerability criteria, spread over 7
districts with a total area of 16,174.8 Ha, and dominated in Pauh sub-district with
an area of 4731.3 Ha, c.) Criteria of high flood vulnerability, spread over 11
districts with an overall area of 28,411.9 Ha, and dominated in Koto Tangah subdistrict with an area of 7,698.4 Ha.
Keyword: Land use, Land cover, Changing of land cover, Flood vurnerability.
PENDAHULUAN
Penggunaan
interaksi
lingkungannya,
terhadap lahan akan menentukan
lahan
manusia
dimana
adalah
dan
fokus
langkah-langkah
aktivitasnya,
sehingga akan meninggalkan bekas
di
atas
lahan
sebagai
lingkungan adalah lahan, sedangkan
penggunaan
lahan
sikap dan tanggap kebijakan manusia
2002 dalam Rifky, 2014).
bentuk
(Ritohardoyo,
2
Menurut
Liliesand
dan
penggunaan lahan pertanian dan
penutupan lahan
penggunaan lahan non pertanian.
berkaitan dengan jenis kenampakan
Penggunaan lahan pertanian meliputi
yang
hutan, sawah, ladang, perkebunan,
Kiefer (1997)
ada
dipermukaan
bumi,
penutupan lahan adalah perwujudan
dan
secara fisik dari vegetasi, benda
nonpertanian
alam, dan unsur-unsur budaya yang
industri, dan perkantoran. (Arsyad,
ada
2006 dalam Nilda, 2014).
di
permukaan
memperhatikan
bumi
kegiatan
tanpa
lainnya.
manusia
Penggunaan
seperti
Daerah
pemukiman,
rawan
banjir
terhadap obyek tersebut. Permukaan
merupakan
bumi
dari
diperkirakan akan menjadi sasaran
penutupan
banjir, wilayah yang rawan akan
lahan seperti vegetasi, salju, dan
terjadinya banjir biasanya terletak
kenampakan hasil aktivitas manusia
pada daerah datar, dekat dengan
dalam penggunaan lahan.
sungai, berada di daerah cekungan
sebagian
kenampakan
terdiri
alamiah
Perubahan penggunaan lahan
diartikan
sebagai
suatu
proses
suatu
lahan
wilayah
yang
dan daerah pasang surut air laut (
Hermon, 2012 ).
perubahan dari penggunaan lahan
Tersedianya berbagai fasilitas
sebelumnya ke penggunaan lain yang
dan kemudahan di daerah perkotaan
dapat bersifat permanen maupun
mendorong terjadinya peningkatan
sementara
perubahan
penggunaan
Akibatnya
terjadi
konsekuensi
pertumbuhan
dan
logis
dan
merupakan
dari
adanya
lahan.
eksploitasi
transformasi
sumberdaya alam yang berlebihan,
perubahan struktur sosial ekonomi
perubahan tata guna lahan yang tak
masyarakat yang sedang berkembang
terkendali, dan menurunnya daya
baik untuk tujuan komersial maupun
dukung
industri (Muiz, 2009).
dampak dari aktivitas tersebut adalah
Sedangkan perubahan tutupan
lingkungan.
Salah
satu
peningkatan
bencana
lahan lebih kepada adanya perubahan
banjir
dari
vegetasi, dalam penggunaan lahan
maupun kualitas (Kodoatie 2013
dapat
dalam Iswandu 2016).
dikelompokan
ke
dalam
baik
segi
khususnya
kuantitas
3
Berdasarkan
pengumpulan
Perubahan
ruang
data dari BPS Kota Padang tahun
menjadi
2014, wilayah kota Padang antara
mendorong
tahun
1988-2014
lahan
terbuka
hijau
terbangun
akan
terjadinya
perluasan
telah
terjadi
daerah berisiko banjir. Hal ini terjadi
lahan.
Lahan
karena semakin sempitnya ruang
(permukiman)
terus
untuk air melakukan infiltrasi, dan
sebaliknya
sebaliknya terjadi peningkatan aliran
luasan daerah resapan mengalami
permukaaan dan wilayah genangan
penyempitan dari tahun ke tahun.
banjir (BPBD Kota Padang, 2012).
dinamika
tutupan
terbangun
bertambah
luasannya,
Luas ruang terbuka hijau (RTH) di
Pertumbuhan penduduk di
Kota Padang sebesar 95.6% dari luas
Kota Padang dari waktu ke waktu
wilayah
terus
pada
mengalami
tahun
1988
penyempitan
dan
menjadi
meningkat
meningkatkan
sehingga
laju
akan
perubahan
88.1% dari luas wilayah tahun 1998,
penggunaan dan penutupan lahan,
tahun
menjadi
dan semakin berkurangnya daerah
83.8% dari luas wilayah, dan pada
resapan menjadi daerah terbangun
tahun
serta
2008
2014
berkurang
berkurang
menjadi
terjadinya
perluasan
83.5% dari luas wilayah. Antara
frekuensi
tahun 1988-2014 RTH di Kota
berisiko bencana banjir dari waktu ke
Padang mengalami konversi menjadi
waktu.
lahan terbangun sebesar 12.1% dari
luas wilayah (BPS 2015).
2009-2012
rawan
yang
serta
melanda
masyarakat
selalu
berkaitan dengan penataan ruang dan
terjadi
pengelolaan lingkungan. Selanjutnya,
daerah
untuk mengidentifikasi luas sasaran
genangan banjir. Peningkatan dan
daerah rawan banjir dengan skala
perluasan daerah banjir di Kota
wilayah yang cukup luas, maka
Padang tidak terlepas dari perubahan
dengan teknologi remote sensing,
penggunaan lahan terbuka menjadi
penginderaan
tutupan lahan terbangun, khususnya
Informasi Geografi (SIG) sangat
untuk pengembangan permukiman.
membantu para pembuat kebijakan
peningkatan
telah
Banjir
pemukiman
Wilayah kota Padang antara
tahun
kawasan
dan
perluasan
jauh
dan
Sistem
4
dalam upaya menentukan perubahan
METODOLOGI PENELITIAN
tutupan lahan terbangun dan zona
kawasan
rawan
banjir,
serta
penanggulangan bencana banjir.
Oleh
adanya
karena
permasalahan
itu,
Penelitian ini menggunakan
metode
pendekatan
kuantitatif
dengan
deskriptif
pendekatan
dengan
analisis spasial dengan bantuan alat
perubahan
analisis GIS (Geography Information
tutupan lahan yang kurang baik dan
System).
nantinya juga berdampak terhadap
Kuantitatif
meningkatnya luasan daerah rawan
meneliti pada populasi atau sampel
banjir di kota Padang, maka penulis
tertentu,
tertarik melakukan suatu penelitian
menggunakan
yang berjudul “Evaluasi Perubahan
penelitian, analisis
Tutupan Lahan Daerah Rawan Banjir
kuantitatif / statistik dengan tujuan
Di Kota Padang”
untuk menguji hipotesis yang telah
Tujuan penelitian ini adalah
Metode
Deskriptif
digunakan
untuk
pengumpulan
data
instrument
dan
bersifat
diterapkan ( Sugiyono, 2013).
untuk mendapatkan data, menperoleh
informasi, dan menganalisis data
Lokasi Dan Populasi
tentang : 1.) Penggunaan lahan di
Lokasi
dan
Populasi
wilayah kota Padang dari Tahun
penelitian ini di lakukan di seluruh
2007, 2012 dan 2017, 2.) Perubahan
wilayah kota Padang yang secara
tutupan lahan dan faktor penyebab
geografis terletak antara 100º 05’
terjadinya perubahan tutupan lahan
05’–100º 34’ 09’’ BT dan 00º 44’
tahun 2007, 2012, dan 2017 di kota
00’’ - 01º 08’ 35’’ LS. Kota Padang
Padang,
daerah
memiliki luas 694.96 km2 dengan
rawan banjir yang terjadi pada
populasi 11 kecamatan dan 104
perubahan tutupan lahan di Kota
kelurahan.
Padang tahun 2017.
Data Primer
3.)
Peningkatan
Data primer yang langsung
diperoleh
dari
interpretasi
Citra
Landsat,
yang
nantinya
dapat
dianalisa dan diamati menghasilkan
5
data berupa Penggunaan lahan dan
arcview 3.3
untuk
mengetahui
Penutupan Lahan.
perubahan penggunaan lahan yang
Data Sekunder
menjadi acuan untuk menghasilkan
Data sekunder adalah data
data perubahan penutupan lahan
yang menjadi sumber acuan dan
tahun 2007 sampai dengan tahun
analisis
dari
2012, 2012 sampai dengan tahun
perpustakaan dan instansi terkait
2017, dan tahun 2007 sampai dengan
yang
tahun 2017. Analisa data sekunder
yang
diperoleh
termasuk
data
sekunder
adalah
Peta Administrasi, Data
digunakan
untuk
Jumlah
dan
faktor-faktor
dominan
Penduduk,
Laju
Pertumbuhan
Data
Perluasan
yang
mempengaruhi
mengetahui
apa
saja
perubahan
Pemukiman, Data Curah Hujan, Data
penutupan lahan yang menghasilkan
Jenis
data perluasan pemukiman, jumlah
Tanah,
Data
Kemiringan
Lereng, dan Data Elevasi.
dan laju pertumbuhan penduduk.
Analisis Citra Penginderaan Jauh
Analisis Daerah Rawan Banjir
Analisis ini dilakukan dengan
interpretasi Citra Landsat
Analisis
terhadap
daerah
melalui
rawan banjir, yaitu dengan cara
teknologi penginderaan jauh yang
scoring (pengharkatan) pada tiap
digunakan untuk inventarisasi data,
parameter kerawanan banjir dan
meliputi identifikasi dan alokasi
overlay,
penyebaran
secara
bantuan Sistem Informasi Geografi
nantinya
menghasilkan
spasial, yang
data
dengan
(SIG) yang
menggunakan
dapat menerima dan
penggunaan lahan kota Padang tahun
memproses data dalam jumlah besar
2007, 2012, dan 2017.
dalam waktu relatif singkat serta
Analisis
Spasial
Perubahan
Penutupan Lahan
Dalam
spasial
teknik
menggunakan
memudahkan penyajian informasi.
Adapun parameter penentu daerah
analisis
rawan banjir antara lain, tutupan
teknik
lahan curah hujan, jenis tanah,
overlay atau tumpang susun peta
kemiringan
penggunaan lahan tahun 2007, 2012,
(Asep Purnama, 2008). Untuk lebih
dan 2017 menggunakan
jelasnya
software
lereng,
penentuan
dan
elevasi.
pembobotan
6
parameter
akan
Nilai daerah rawan banjir
dilakukan dapat dilihat pada tabel 1
ditentukan dari total penjumlahan
berikut:
skor masing-masing parameter banjir
Tabel .1. Pembobotan Parameter
Banjir
yang
No
banjir
yang
Parameter Banjir
Bobot
(%)
1
Tutupan Lahan
30
2
Curah Hujan
20
3
Kemiringan Lereng
20
4
Tekstur Tanah
20
nantinya
menghasilkan
tingkatan nilai rawan banjir sebagai
berikut :
Tabel .2. Nilai Tingkat Daerah
Rawan Banjir
No
Tingkat
Jumlah
Rawan Banjir
Nilai
Parameter
1
Rawan
Banjir
0,75 – 1,5
Banjir
1.5 – 2,25
Banjir
>2,25
Rendah
5
Elevasi
10
2
Sumber: Primayuda (2006) dalam
Suhardiman (2012)
Sedang
3
Dari pembobotan parameter
banjir
tersebut,
penentuan
nilai
maka
daerah
rawan
masing-masing
parameter
menggunakan
persamaan
banjir,
Asep
Purnama,
Rawan
Tinggi
dilakukan
bencana banjir dengan penjumlahan
skor
Rawan
(2008)
sebagai
berikut :
Sumber:
Asep Purnama (2008)
dalam
Suhardiman
(2012)
Setelah
didapat
nilai
kerawanan banjir maka peta tersebut
ditumpang susunkan dengan peta
administrasi daerah kota Padang
sehingga akan didapatkan daerah
Keterangan:
K = Kerawanan Bencana Banjir
W = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas parameter ke-i
cakupan rawan banjir. Hasil analisis
daerah rawan banjir akan diterapkan
pada peta rawan banjir. Penyajian
hasil akan dilakukan dengan bantuan
software ArcGis.
7
Analisis Persentase Jumlah dan
Laju Pertumbuhan Penduduk
adalah angka
Teknik analisis data rumus
yang
digunakan
yaitu
Laju pertumbuhan penduduk
rumus
tingkat
yang
menunjukan
pertambahan
penduduk
pertahun
dalam
jangka
waktu
persentase sesuai dengan jenis data
tertentu. Metode yang paling sering
yang dikumpulkan dalam Deskriptif
digunakan
maka digunakan analisis statistik
geometrik adalah sebagai berikut
Deskriptif, dengan rumus formula
(BPS, 2010) :
di BPS adalah metode
persentase (%) yang diperoleh dari
BPS Kota Padang (2010) yaitu:
Pertumbuhan penduduk alami
yang
merupakan
kenaikan
atau
Keterangan :
penurunan jumlah penduduk yang
r
diakibatkan
kelahiran
oleh
dan
selisih
jumlah
Pt = Jumlah penduduk tahun t
kematian.
Untuk
P0 = Jumlah penduduk awal
menghitung kenaikan atau penurunan
jumlah
pertumbuhan
= Laju pertumbuhan penduduk
penduduk
penduduk
akibat
t = Waktu antara tahun dasar dan
tahun
alami
digunakan rumus sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan lahan di Kota
Padang pada tahun 2007 terdiri dari
11 penggunan lahan dengan luasan
Keterangan:
yang terbesar adalah hutan dengan
Pt = jumlah penduduk tahun akhir
luas 46.519,0 Ha atau 66,9 %,
perhitungan
kemudian sawah dengan luas 7.540,9
Po = jumlah penduduk tahun awal
Ha atau 10,9 %, permukiman dengan
perhitungan
luas 6.315,5 Ha atau 9,1 %, pertanian
L = jumlah kelahiran
campuran dengan luas 4.012,0 Ha
M= jumlah kematian
atau 5,8%, pertanian lahan kering
dengan luas 3.731,2 Ha atau 5,4%,
semak belukar dengan luas 464 Ha
8
atau 0,7%, pertambangan dengan
Pertama,
Perubahan
luas 342,4 Ha atau 0,5%, tubuh air
penutupan lahan di Kota Padang
dengan luas 253,8 Ha atau 0,4%,
tahun 2007 sampai dengan tahun
bandara dengan luas 214,1 Ha atau
2017
0,3%, hutan manggrove sekunder
tutupan
dengan luas 72,7 Ha atau 0,1%,
15.763,6 Ha atau 22,7% dari seluruh
sedangkan penggunaan lahan terkecil
luas wilayah Kota Padang (64.946
adalah tanah terbuka dengan luas
Ha). Tutupan lahan yang mengalami
30,2 Ha atau 0,04%.
perubahan terbesar adalah berupa
Pengunaan lahan di Kota
Padang pada tahun 2017 terdiri dari
11 penggunan lahan dengan luasan
yang terbesar adalah hutan dengan
luas
42.092,4
Ha
atau
60,6%,
kemudian permukiman dengan luas
13.902.4 Ha atau 20,0%, pertanian
campuran dengan luas 5.287,8 Ha
atau 7,6%, pertanian lahan kering
dengan luas 4.997,2 Ha atau 7,2%,
sawah dengan luas 1792.1 Ha atau
2,6%, semak belukar dengan luas
464,7 Ha atau 0,7%, pertambangan
dengan luas 342,4 Ha atau 0,5%,
tubuh air dengan luas 255,2 Ha atau
0,4%, bandara dengan luas 214,1 Ha
atau
0,3%,
hutan
manggrove
sekunder dengan luas 80.5 Ha atau
0,1%, sedangkan penggunaan lahan
terkecil adalah tanah terbuka dengan
luas 30,2 Ha atau 0,04%.
mengalami
22
lahan
perubahan
dengan
luasan
sawah menjadi pemukiman dengan
luas 5.390 Ha atau 7,8%, selanjutnya
hutan menjadi pertanian lahan kering
dengan luas 3.114 Ha atau 4.5%,
pertanian
lahan
kering
menjadi
pemukiman 1.352,4 Ha atau 1,9%,
sawah
menjadi
pertanian
lahan
kering
1.302.5
Ha
1,9%,
pertanian
lahan
atau
kering
menjadi
sawah 1.180.6 Ha atau 1,7%, hutan
menjadi pertanian campuran 1.078,5
Ha
atau
1,6%,
semak
menjadi
pemukiman 587.6 Ha atau 0,5%
pertanian
lahan
kering
menjadi
pertanian campuran 337,9 Ha atau
0,5%, sawah menjadi semak 383,1
Ha
atau
0,5%,
hutan
menjadi
pemukimann 257,6 Ha atau 0,4%,
pertanian
semak
lahan
219,5
Ha
kering
atau
menjadi
0,3
%,
pertanian campuran menjadi semak
127,8 Ha atau 0,2%, pertanian
9
campuran menjadi sawah 113,6 Ha
perubahan tutupan lahan di kota
atau 0,2%, pertanian lahan kering
Padang.
menjadi hutan 91 Ha atau 0,1%,
hutan menjadi sawah 41,7 Ha atau
0,1%, semak menjadi hutan 34,8 Ha
atau 0,1%, semak menjadi pertanian
lahan kering 26,8 Ha atau 0,1%,
semak menjadi sawah 10,3 Ha atau
0,001%,
semak
menjadi
hutan
manggrove sekunder 7,8 Ha atau
0,01%, dan perubahan tutupan lahan
terkecil adalah pemukiman menjadi
tubuh air 1,4 Ha atau 0,002% dan
perubahan tutupan lahan terkecil
adalah pemukiman menjadi tubuh air
1,4 Ha atau 0,002%.
Faktor
perubahan
lahan
pertumbuhan
adalah
penduduk.
Perluasan pemukiman di kota Padang
tahun 2007 sampai dengan 2017
dengan luas 7.586,9 Ha dengan
persentase
kenaikan
pemukiman
10,9%
perluasan
dapat
memperluas perubahan tutupan lahan
di kota Padang tahun 2017 sampai
dengan 2017 sebesar 13.902,4 Ha
atau
20,0
%
dari
jumlah
penduduk di kota Padang pada tahun
2007 secara keseluruhan berjumlah
sebesar 838.190/Jiwa dan pada tahun
2016 berjumlah 914.496/jiwa. Angka
ini
menunjukan
bahwa
laju
pertumbuhan di kota Padang dari
tahun 2007 sampai dengan tahun
2016
mengalami
pertambahan
penduduk sebesar 76.778/Jiwa atau
95.30
%,
yang
menambah
nantinya
dan
akan
memperluas
perubahan tutupan lahan sebesar
keseluruhan kota Padang (69496
Ha).
perluasan pemukiman, jumlah dan
laju
untuk
15.678,1 Ha atau 22,6% dari luas
yang memengaruhi
tutupan
Sedangkan
keseluruhan
Kedua, Perubahan tutupan
lahan di kota Padang dari tahun 2007
sampai
dengan
mengalami
tahun
2017
peningkatan
dan
penurunan
pada
setiap
lahannya,
terutama
di
tutupan
daerah
perkotaan penutupan lahan terbangun
berupa
pemukiman
meningkat
penggunaan
pertanian
akan
luasannya.
lahan
lahan
terus
Sebaliknya
hutan,
kering
sawah
dan
10
campuran, serta semak belukar akan
terus menurun.
Padang tahun 2017 di bagi dalam
Perubahan
tutupan
lahan
tersebut sejalan dengan pernyataan
Rustiadi
Daerah rawan banjir di kota
(2001)
dalam
Iswandu
(2016) bahwa proses alih fungsi
tiga tingkatan kriteria daerah rawan
banjir,
kriteria
yang lebih rendah ke aktivitasaktivitas dengan economic land rent
yang lebih tinggi. Penggunaan lahan
sebagai
kawasan
terbangun
(permukiman,
perkantoran,
pertokoan, dan fasilitas-fasilitas yang
berbentuk
bangunan
lainnya)
memiliki nilai economic land rent
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan penggunaan lahan lainnya.
Faktor yang mempengaruhi
perubahan
tutupan lahan berupa
perluasan
pemukiman
tersebut
sejalan dengan pernyataan Kaur et al.
(2004) dalam Iswandu (2016) bahwa
perubahan penggunaan lahan untuk
permukiman
dipengaruhi
pergerakan
manusia
Daerah Rawan Banjir Rendah
membangun
pindahnya
seperti
permukiman
fungsi-fungsi
pendidikan,
Daerah rawan banjir rendah
tersebar
serta
dalam
lima
kecamatan,
dengan luas keseluruhan 24.908,8 Ha
atau
35,8%.
Kecamatan
yang
tertinggi luasan daerah rawan banjir
rendah
adalah
kecamatan
Koto
Tangah dengan luas 13.299.6 Ha
atau 19,1%, kemudian kecamatan
Pauh dengan luas 7.882.7 Ha atau
11,3%, kecamatan lubuk kilangan
3.149,5 Ha atau 4,5%, kecamatan
Kuranji 510,4 Ha atau 0,7%, dan
kecamatan
yang
terkecil
luasan
daerah rawan banjir rendah adalah
kecamatan Bungus Teluk Kabung
dengan luas 66,6 Ha atau 0,1%.
Daerah Rawan Banjr Sedang
Daerah rawan banjir sedang
oleh
dalam
adalah
sebagai berikut :
lahan umumnya berlangsung dari
aktivitas dengan economic land rent
tersebut
tersebar
dalam
tujuh
kecamatan
dengan luas keseluruhan 16.174,8 Ha
wilayah,
atau
industri,
tertinggi luasan daerah rawan banjir
perdagangan, dan lain sebagainya.
23.3%.
sedang
adalah
Kecamatan
kecamatan
yang
Pauh
11
dengan luas 4731,3 Ha atau 6,8%,
atau
kemudian
Lubuk
Begalung dengan luas 2.360,8 atau
Kilangan dengan luas 3.851 Ha atau
3,4%, kecamatan Padang Selatan
5,5%,
Teluk
1.176,4 Ha atau 1,7%, kecamatan
Kabung dengan luas 3.286,3 Ha atau
Nanggalo 928,4 Ha atau 1,3%,
4,7%,
Tangah
kecamatan Padang Timur 856,8 Ha
dengan luas 2967,9 Ha atau 4,3%,
atau 1,2%, kecamtan Padang Utara
kecamatan
luas
720,8 Ha atau 1,0%, dan kecamatan
788,7 Ha atau 1,1%, kecamatan
yang terkecil luasan daerah rawan
Lubuk Begalung dengan luas 534,2
banjir
atau 0,8% dan kecamatan yang
Padang Barat dengan luas 481,7 Ha
terkecil luasan daerah rawan banjir
atau 0,7%.
kecamatan
kecamatan
kecamatan
Kuranji
Bungus
Koto
dengan
sedang adalah kecamatan Padang
Selatan
dengan luas 15,4 Ha atau
0,02%.
tinggi
adalah
Lubuk
kecamatan
Ketiga, Daerah rawan banjir
di kota Padang tahun 2017 di
lahan
Daerah rawan banjir tinggi
tersebar dalam sebelas kecamatan
dengan luas keseluruhan 28.411,9 Ha
40,9%.
Kecamatan
yang
terbesar luasan daerah rawan banjir
tinggi
kecamatan
pengaruhi oleh perubahan tutupan
Daerah Rawan Banjir Tinggi
atau
3,5%,
adalah
kecamatan
Koto
Tangah dengan luas 7.698,4 Ha atau
11,1%, kemudian kecamatan Bungus
Teluk Kabung dengan luas 4.410,6
Ha atau 6,3%, kecamatan Kuranji
dengan luas 3.856,9 Ha atau 5,5%,
kecamatan Pauh dengan luas 3.465,9
Ha atau 5,0%, kecamatan Lubuk
Kilangan dengan luas 2.464,2 Ha
menjadi
(Pemukiman),
lahan
perubahan
terbangun
tutupan
lahan terbangun antara tahun 2007
sampai
dengan
2017
memiliki
perubahan luasan yang besar hingga
mencapai 13902 Ha atau 20,0 % dari
seluruh luas kota Padang, yang
nantinya dapat memperkecil ruang
terbuka hijau dan daerah resapan air
yang nantinya juga akan berdampak
terhadap
peningkatkan
perluasan
daerah rawan banjir tinggi yang
tersebar di 11 kecamatan dengan
luasan 28.411.9 Ha atau 40% dari
12
keseluruhan
luas
wilayah
kota
Padang.
terbangun serta kawasan budidaya.
Berdasarkan
data
tutupan lahan alami menjadi kawasan
sekunder
dilapangan,
hasil
dan
daerah
analisa
Pada umumnya daerah bagian utara
pengamatan
Kota Padang yakni kecamatan Koto
yang
selalu
Tangah
telah
terjadi
perubahan
digenangi banjir tiap tahun paling
fungsi lahan dari lahan sawah dan
luas berada di kecamatan Koto
kebun campuran menjadi daerah
Tangah. Secara berurutan mengikuti
perumahan.
kecamatan
Nanggalo,
Kuranji,
Menurut
Yusuf
(2005),
Lubuk Begalung, Bungus Teluk
dalam Azhari Syarief (2009) tingkat
Kabung,
bahaya
Padang
Utara,
Padang
banjir
akan
selalu
di
Timur dan kecamatan Padang Barat.
pengaruhi oleh penggunaan lahan.
Tingginya luas dan frekuensi banjir
Banjir dikatakan sebagai bahaya, jika
di kecamatan Koto Tangah dan
genangan
adanya peningkatan perkembangan
kerusakan dan kehilangan harta dan
wilayah terbangun di daerah tersebut
jiwa. Oleh karena itu peningkatan
mengakibatkan tingginya perluasan
daerah terbangun dan pertumbuhan
daerah rawan banjir.
penduduk didaerah rawan terjadi
Penjelasan
daerah
rawan
banjir di kota padang tersebut sejalan
dengan
Kebijakan
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Padang
pengembangan
banjir
menimbulkan
mengakibatkan
tingkat bahaya banjir semakin tinggi.
pemerintahan
Kota Padang, berdasarkan Rencana
Kota
genangan
banjir
2004-2013,
Kota
Padang
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diatas,
maka dapat diketahui bahwa hasil
penelitian
di
simpulkan
sebagai
diarahkan ke bagian timur dan
berikut :
kearah utara. Saat ini perkembangan
Penggunaan lahan di Kota Padang
daerah
banyak
tahun 2007 sampai dengan tahun
daerah
2017 terdiri dari 11 penggunaan
pemukiman penduduk. Hal ini tentu
lahan, yang di dominasi oleh hutan
tersebut
diperuntukkan
akan
lebih
untuk
menimbulkan
perubahan
13
42.092,4
Ha,
dan
pemukiman
13.902,4 Ha.
keseluruhan 28.411,9 Ha.
Perubahan tutupan lahan di
Kota Padang Tahun 2007 sampai
dengan tahun 2017 mengalami 22
perubahan tutupan lahan dengan luas
keseluruhan 15.763.6 Ha, yang di
dominasi oleh
pemukiman
tersebar di 11 kecamatan dengan luas
sawah menjadi
3.998,5
Ha,
dan
DAFTAR PUSTAKA
M.
Rifky Abu Zamroh, 2014.
Analisis Perubahan Penggunaan
Lahan Untuk Permukiman Di
Kecamatan Kaliwungu Dengan
Sistem Informasi Geografis.
Semarang. Institut
Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Veteran
Semarang. Jawa Tengah
dipengaruhi oleh faktor perluasan
pemukiman dengan luas 7.586,9
dapat memperluas perubahan tutupan
lahan seluas 13.902,4 Ha dan faktor
laju pertumbuhan penduduk sebesar
76.778
jiwa
dapat
memperluas
perubahan tutupan lahan sebesar
15.678,1 Ha.
Daerah rawan banjir di kota
Padang yang di akibatkan perubahan
tutupan lahan ke arah tutupan lahan
terbangun akan berdampak terhadap
Lillesand, M.T. dan Kiefer, W.R.
1997. Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Abdul
Muiz.
2009.
Analisis
Perubahan Penggunaan Lahan di
Kabupaten Sukabumi. Insitut
Pertanian Bogor. Jawa Barat
Nilda. 2014. Analisis Perubahan
Penggunaan
Lahan
Dan
Dampaknya Terhadap Hasil Air
Di Daerah Aliran Sungai
Cisadane Hulu. Universitas
Udayana Denpasar. Bali.
meningkatnya luasan terbagi atas tiga
tingkatan
kriteria
yaitu,
kriteria
rawan banjir rendah tersebar di 5
Dedi Hermon. Mitigasi Bencana
Hidrometeorologi.
Padang,
Padang University Press. 2012.
kecamatan dengan luas keseluruhan
24.908,8 Ha, kriteria rawan banjir
sedang, tersebar di 7 kecamatan
dengan luas keseluruhan 16.174,8
Ha, kriteria rawan banjir tinggi,
Iswandi U. 2016. Mitigasi Bencana
Banjir
Pada
Kawasan
Permukiman Di Kota Padang.
Insitut Pertanian Bogor. Jawa
Barat.
BPBD, 2012. Catatan
Bencana
Banjir Kota Padang. Badan
14
Penanggulangan
Daerah Kota Padang.
Bencana
BPS, 2014. Kota Padang Dalam
Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Kota Padang.
Prof.
Dr.
Sugiyono.
Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R & D. Alfabeta Bandung.
2013
Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat
Kerawanan
Banjir
Dengan
Sistem Informasi Geografis
(Sig) Pada Sub Das Walanae
Hilir. Universitas Hassanudin.
Makasar.
Download