peningkatan prestasi belajar ipa materi benda dan sifatnya dengan

advertisement
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS
III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DANANG JATMIKO
NIM 11510088
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2015
i
ii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS
III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DANANG JATMIKO
NIM 11510088
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2015
iii
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َ ُ ‫س َّه َل هللاُ لَه‬
َ ‫سلَ َك‬
‫ط ِر ْيقًا إلَى ْال َجن َّ ِة‬
ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت َِم‬
َ ‫س ِف ْي ِه ِع ْل ًما‬
َ ‫َم ْن‬
Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya
Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku tercinta (Ibu Wartin dan Bapak Kumasri) yang telah
berjuang keras dalam merawat, mendidik, dan membiayai saya sampai
wisuda.
2. Kakak dan adikku tercinta.
3. Guru-guruku semuanya.
4. Pelatih-pelatihku (Mas Abdul Ghoni, Mas Ahmad Ulliyadi Satria R.,dll)
5. Keluarga besar PSHT Komisariat IAIN Salatiga dan PSHT Cab. Salatiga.
6. Saudara-saudaraku di Masjid Fatimah Pengilon yang tercinta.
7. Teman-teman PGMI angkatan 2010.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Skripsi ini yang merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna mendapatkan
gelar kesarjanaan pada program studi PGMI STAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan bekal hidup kita baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang cukup
panjang, maka skripsi dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
IPA
MATERI
BENDA
DAN
SIFATNYA
DENGAN
MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI
MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 “
dapat penulis selesaikan dengan baik, untuk itu penulis mensyukuri atas rahmat
yang telah diberikan-Nya.
Penulis menyadari bahwa dengan motivasi yang ada dalam diri penulis
saja tidak akan terlaksana penyusunan sekripsi ini tanpa bantuan, saran dan arahan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepaa pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua STAIN Salatiga.
viii
2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyyah IAIN Salatiga.
4. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran serta keikhlasan dan
kebijaksanaannya dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah.
6. Agus Rahmad Yuanta, S.Pd. selaku kepala MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Madrasah yang beliau pimpin.
7. Syafi’il Abthohi, S.Pd.I, selaku guru kelas III B yang penulis gunakan
sebagai objek penelitian pada mata pelajaran IPA di kelas yang beliau
pimpin.
8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian di Madrasah tersebut.
9. Siswa-siswi kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian
10. Bapak, Ibuk serta adik-adiku yang telah mencurahkan kasih sayang, doa
dan dukungan demi keberhasilan penulis.
11. Teman seperjuangan PGMI 2010 yang selama ini telah berjuang bersama.
ix
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang
sempurna karena masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini
sehingga bisa lebih baik. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 9 Desember 2014
Penulis
x
ABSTRAK
Jatmiko, Danang. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Benda dan
Sifatnya dengan Model Experiential Learning pada Siswa Kelas III B di MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Fatchurrohman, M. Pd.
Kata kunci: Prestasi belajar, Model Experiential Learning.
Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama bagi bangsa
Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara Indonesia
terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya zaman yang semakin modern, berbagai model dan metode
pembelajaran aktif pun semakin banyak dan berfariasi. Salah satu pembelajaran
aktif yang dapat diterapkan yaitu model Experiential Learning. Berdasarkan latar
belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah model
Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan
Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas sebanyak
dua putaran (siklus). Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek dari penelitian ini
adalah semua siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga dengan jumlah 30
siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Data yang diperoleh yaitu
berupa prestasi belajar IPA yang didapat dari tes dan lembar observasi kegiatan
pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes,
dan dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif. Kajian ini menunjukkan bahwa: Model Experiential
Learning merupakan pembelajaran sebagai proses bagaimana pengetahuan
diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Siswa melakukan secara
langsung apa yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata,
kemudian pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis didapatkan kesimpulan bahwa
penerapan model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA tentang materi Benda dan Sifatnya di kelas III B MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap
prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 70,83
(36,66%) menjadi 85,33 (70%) pada siklus I dan menjadi 92,16 (93,33%) pada
siklus kedua.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................... ii
JUDUL....................................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI.............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .................................. 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
F. Definisi Operasional ............................................................................ 8
G. Metode Penelitian................................................................................ 9
1. Rancangan Penelitian .................................................................... 9
2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 10
3. Langkah-langkah Penelitian .......................................................... 10
xii
4. Instrumen Penelitian ..................................................................... 12
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 13
6. Analisis Data Penelitian ................................................................ 15
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar .................................................................................... 19
1. Pengertian Prestasi .................................................................... 19
2. Pengertian Belajar ..................................................................... 19
3. Ciri-ciri Belajar ......................................................................... 20
4. Prinsip-prinsip Belajar .............................................................. 20
5. Tujuan Belajar ........................................................................... 22
6. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................................. 23
B. Experiental Learning ........................................................................ 24
1.
Pengertian Model Experiental Learning ................................... 24
2.
Penerapan Model Experiental Learning .................................... 26
3.
Dasar-dasar Model Experiental Learning ................................. 28
4.
Tujuan Model Experiental Learning ......................................... 29
5.
Manfaat Model Experiental Learning ....................................... 29
6.
Kelebihan Model Experiental Learning .................................... 30
7.
Kelemahanan Model Experiental Learning............................... 31
C. Ilmu Pengetahuan Alam.................................................................... 31
1.
Pengertian IPA .......................................................................... 31
2.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD/MI ............................ 31
3.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI ......................................... 32
4.
Fungsi IPA ................................................................................ 33
5.
SK dan KD IPA SD/MI Kelas III .............................................. 33
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari …….. ............................. 35
1. Sejarah Berdirinya …….. ........................................................... 35
2. Keadaan Geografis ..................................................................... 35
3. Profil Madrasah .......................................................................... 35
4. Visi dan Misi .............................................................................. 40
5. Keadaan Guru dan Karyawan ..................................................... 41
xiii
6. Keadaan Siswa ........................................................................... 42
7. Data Responden ......................................................................... 42
B. Subjek Penelitian............................................................................... 43
C. Peran Peneliti dan Guru.....................................................................44
1. Peran Peneliti.............................................................................. 44
2. Peran Guru................................................................................. 44
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian…….. ............................................ 45
1. Deskripsi Pra Siklus…….. ......................................................... 45
2. Deskripsi Siklus I…….. ............................................................. 46
3. Deskripsi Siklus II…….. ............................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Persiklus ..................................................................... 59
1. Analisis Data Pra Siklus ............................................................. 59
2. Analisis Data Siklus I................................................................. 61
3. Analisis Data Siklus II ............................................................... 65
B. Pembahasan ...................................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 74
B. Saran ................................................................................................... 74
C. Penutup.................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 77
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas .................................................
11
Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential Learning oleh Kolb...................
30
Tabel 2.2 SK dan KD Kelas V Semester I ....................................................
35
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari ......................
43
Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari .................................
44
Tabel 3.3 Daftar Responden..........................................................................
45
Tabel 4.1 Data Nilai Tes IPA Pra Siklus.......................................................
62
Tabel 4.2 Data Nilai Tes IPA Siklus I ..........................................................
64
Tabel 4.3 Data Nilai Tes IPA Siklus II .........................................................
68
Tabel 4.4 Data Hasil Rekapitulasi Nilai IPA Persiklus ................................
71
Tabel 4.5 Data Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPA ...................................
72
Tabel 4.6 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I-III.........................................
74
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Konsultasi
Nota Pembimbing
Surat Permohonan Izin
Surat Tanda Bukti Penelitian dari Sekolah
Lembar Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Soal Evaluasi Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Soal Evaluasi Siklus II
Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus II
Foto Kegiatan Pembelajaran
Daftar Nilai SKK
Daftar Riwayat Hidup
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama
bagi bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia masih tertinggal dari negaranegara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Padahal sejarah telah
mencatat bahwa ketika Malaysia baru merdeka, mereka mendatangkan
tenaga-tenaga pendidik dari Indonesia untuk mengajarkan ilmunya kepada
masyarakat Malaysia. Namun realitas yang terjadi saat ini telah berbalik,
pendidikan Indonesia kalah dari negara-negara tetangga. Dari tahun ke
tahun kualitas pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan tetapi
sebaliknya, yaitu semakin mengalami kemunduran. Sehingga Indonesia
kalah dari negara Malaysia yang kini kualitas pendidikannya sudah
terbilang tinggi dan maju. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan terus berlarutlarut. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara
Indonesia terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia,
seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 40,
disebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis;
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
1
Banyak faktor yang menjadi latar belakang penurunan kualitas
pendidikan di Indonesia. Baik faktor intern maupun ekstern mulai dari
pemerintah pusat, guru, maupun dari siswa itu sendiri. Dari berbagai
faktor tersebut, salah satunya yaitu rendahnya kreatifitas dan inovasi guru
dalam mengajar. Sebagai pengajar, guru harus menguasai materi yang
akan diajarkan, menguasai model dan metode mengajar yang akan
digunakan untuk menyampaikan bahan ajar (Suparlan, 2005: 28).
Dalam mengajar, guru hendaknya menggukan metode dan model
pembelajaran yang baik dan disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Allah SWT
berfirman:
         
             
 
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125).
Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern,
berbagai model dan metode pembelajaran aktif pun semakin banyak dan
berfariasi. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak
2
peserta didik untuk belajar secara aktif. Belajar aktif sangat diperlukan
oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum
(Zaini, 2008: XIV).
Sedangkan metode mengajar merupakan teknik yang harus
dikuasai oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar
materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa. Dalam memilih
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
materi pelajaran dan model pembelajaran (individu atau kelompok). Jenisjenis metode pembelajaran antara lain: ceramah, diskusi, demonstrasi, dan
masih banyak lagi. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang
paling bagus. Setiap metode pembelajaran masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam mengajar guru harus
memilih dan memilah metode yang tepat yang sesuai dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Sehingga materi yang disampaikan guru
dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik. Apabila guru salah
dalam memilih dan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi
yang akan diajarkan, meteri tersebut akan sulit untuk dipahami oleh siswa.
Dengan menggunakan model dan metode pembelajaran aktif tersebut
diharapkan proses
kegiatan
belajar-mengajar
bisa
menjadi
lebih
menyenangkan bagi siswa. Selain itu, penyampaian materi pelajaran pun
bisa lebih efektif dan efisien.
3
Meskipun demikian, dalam praktiknya masih banyak guru yang
lebih memilih menggunakan cara konvensional dalam mengajar anak
didik. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered),
siswa hanya disuruh duduk dan mendengarkan ceramah dari guru. Masih
banyak guru yang belum mampu menggunakan model pembelajaran aktif
dan pemilihan berbagai metode pembelajaran yang menarik bagi siswa.
Dengan cara pembelajaran yang demikian mengakibatkan siswa cenderung
pasif dan sulit untuk berkembang.
Hal ini pula yang terjadi di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, mayoritas guru masih
menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Dalam kegiatan belajarmengajar IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di
dalam buku yang cenderung berpusat pada teori saja. Siswa hanya dituntut
untuk mendengarkan, membaca dan menghafal materi yang ada di buku.
Sehingga konsep yang tertanam pada siswa tidak kuat dan mudah lupa.
Pada mata pelajaran IPA kelas III B khususnya materi Benda dan
Sifatnya, sebanyak 19 siswa nilainya belum mencapai KKM yang telah
ditentukan yaitu 80. Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan, hal ini
disebabkan karena metode yang digunakan untuk menyampaikan materi
tersebut kurang tepat. Dalam menyampaikan materi tersebut guru
menerapkan metode ceramah dan diskusi. Sehingga siswa hanya berfikir
secara abstrak. Akibatnya konsep yang tertanam masih lemah dan siswa
mudah lupa. Seperti yang dikemukakan oleh Confucius bahwa:
4
What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little.
What I hear, see and ask questions about or discuss with some one
else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and I do, I
acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.
(http://albyjmahfudz.blogspot.com)
Dalam teori perkembangan anak yang dijelaskan oleh Jean Piaget,
anak yang berusiah 7-11 tahun tergolong tahap Operasional Konkrit. Pada
tahap ini anak belum mampu berfikir secara abstrak, karena kemampuan
berfikirnya masih dalam bentuk konkrit. Sehingga apabila guru dalam
mengajar mererapkan metode ceramah dan diskusi, maka anak hanya akan
berfikir secara abstrak. Akibatnya anak akan sulit untuk memahami materi
dengan baik karena pada usia tersebut anak masih dalam tahap
Operasional Konkrit. (http://id.wikipedia.org/)
Berkaitan dengan masalah di atas, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang berkesan bagi peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar yang
berkesan bagi peserta didik yaitu dengan model Experiential Learning.
Experiential Learning merupakan pembelajaran aktif dimana siswa
dituntun untuk mengalami apa yang dipelajarinya. Dengan memberikan
pengalaman belajar secara langsung, diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuan dan keterampilannya secara mendalam dan bermakna
sehingga materi yang dipelajari tersebut akan menjadi pengalaman belajar
yang tertanam dengan kuat pada diri siswa.
5
Berdasarkan latar belakang dan kasus yang telah dijelaskan di
atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas
dengan judul: “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL EXPERIENTIAL
LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF
MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan
Sifatnya dengan model Experiential Learning pada siswa kelas III B di MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga.
6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Menurut Soeratno (dalam Rosady, 2010: 171), hipotesis adalah
suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi
Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model Experiential Learning dikatakan berhasil
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapaun indikator yang
dituliskan penulis adalah ada peningkatan pada nilai tes siswa secara
berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus kedua dan seterusnya.
Siklus berhenti jika jumlah kelulusan sudah mencapai 80% tuntas
dengan KKM 80.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Bagi Siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi Benda dan Sifatnya sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
7
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
serta bisa menjadi bahan rujukan bagi guru dalam mengajar.
3. Bagi Peneliti
Hasil
penelitian
pembelajaran dalam
ini
dapat
menulis karya
dijadikan
sebagai
ilmiah, serta
bahan
menambah
pengetahuan tentang cara memilih model dan metode pembelajaran
aktif yang sesuai dan tepat dalam mata pelajaran tertentu.
F. Definisi Operasional
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
2. Pengertian Pelajaran IPA
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya. Sedangkan
Pusat Kurikulum Depdiknas (2006) mendefinisikan IPA sebagai
pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen. (http://kajianipa.wordpress.com)
8
3. Pengertian Experiential Learning
Experiential Learning mendefinisikan belajar sebagai proses
bagaimana
pengetahuan
diciptakan
melalui
perubahan
bentuk
pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan
mentransformasikan pengalaman (Mubarokah, 2014: 18).
Jadi menurut peneliti, Experiential Learning merupakan model
pembelajaran aktif dimana siswa melakukan secara langsung apa yang
dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata, kemudian
pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro mengutip pendapat
Suyanto
(dalam Jamal, 2011: 24), mendefinisikan PTK sebagai
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Menurut Burns (dalam Jamal, 2011: 102), Kolaborasi atau
kerjasama perlu dan penting dilakukan dalam PTK, karena PTK yang
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu
sendiri.
9
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih
menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi dalam melaksanakan
penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki prestasi belajar siswa.
2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III B MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari
14 laki-laki dan 16 perempuan. Yang menjadi dasar pertimbangan
pemilihan subjek ini adalah karena siswa kelas III B nilai mata
pelajaran IPA pada materi Benda dan Sifatnya masih banyak yang
di bawah KKM, yaitu sebanyak 19 siswa nilainya kurang dari 80.
b. Lokasi
Tempat
penelitian ini
dilakukan di MI Ma’arif
Mangunsari yang berada di Jalan Abdul Syukur No. 3 Salatiga.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai 26 Agustus 2014
sampai dengan terselesainya penelitian ini.
3. Langkah-langkah / Siklus Penelitian
Menurut Suryadi (2011: 50), ada empat
langkah dalam
melakukan PTK, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Untuk dapat melaksanakan penelitian ini penulis melakukan
langkah-langkah seperti yang tergambar dalam tabel 1.1 sebagai
10
berikut:
Tabel 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Penjelasan alur PTK di atas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk
merancang kegiatan pembelajaran IPA dengan materi pokok
Benda dan Sifatnya, kegiatan ini meliputi:
1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2) Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati siswa.
5) Menyiapkan
lembar
observasi
melaksanakan pembelajaran.
6) Membuat soal evaluasi untuk siswa.
11
kegiatan
guru
dalam
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahap
ini,
peneliti
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dan menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran
dari awal sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat
proses kegiatan belajar-mengajar.
d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, data yang diperoleh dari
proses pengamatan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk
mengetahui apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil
atau gagal. Dari hasil analisis tersebut dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan pedoman untuk menentukan siklus selanjutnya.
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen penelitian
yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai
berikut:
a. Silabus.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Lembar observasi untuk mengamati aktifitas siswa.
d. Lembar observasi untuk mengamati peneliti sebagi guru yang
12
mengajar atau melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e. Soal evaluasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa
dengan menyaksikan langsung, dan biasanya peneliti dapat
sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau
mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya (Rosady,
2010: 221).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan peneliti dengan
melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa, kegiatan guru
dalam mengelola kelas serta penggunaan model Experiential
Learning dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai bentuk usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Teknik Wawancara
Menurut Denzin (dalam Goetz dan LeCompte dalam
Rochiati, 2008: 117), wawancara merupakan pertanyaanpertanyaan yang dilajukan secara verbal kepada orang-orang yang
dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal
yang pandang perlu. Teknik wawancara yaitu suatu proses
13
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya-jawab
secara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara
fisik, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Teknik
ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
observasi dan dokumentasi guna menunjang kevalidan data yang
diinginkan.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang
pendapat, teori, dadil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah-masalah penelitian.
Dokumentasi yang dimaksud di sini yaitu daftar nilai IPA
siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Dari data nilai
tersebut diketahui bahwa sebanyak 19 siswa nilai IPA materi
Benda dan Sifatnya masih dibawah 80.
d. Tes Formatif
Tes formatif yang digunakan peneliti berupa tes tertulis
yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan oleh guru
kepada siswa. Tes ini diberikan disetiap akhir pelajaran yang
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
keberhasilan
model
Experiential Learning yang diterapkan dalam pembelajaran IPA
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
14
6. Analisis Data
Analisis
data
adalah
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar (Bungin, 2006: 33). Analisis data ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan model Experiential Learning yang
digunakan peneliti dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik
deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif
presentase, nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk
mengetahui keberhasilan individu dan klasikal sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
Data mentah yang diperoleh dari hasil tes evaluasi
kemudian diolah melalui cara penyekoran dan menghitung ratarata nilai siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai
prestasi belajar IPA. Untuk menghitung nilai setiap siswa dan
nilai rata-rata siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus menghitung nilai siswa
N=
Skor 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Keterangan:
N = Nilai
15
x 100
Rumus menghitung nilai rata-rata siswa
R
R=ΣN
Keterangan:
R
= Nilai rata-rata
ΣR
= Jumlah semua nilai siswa
ΣN
= Jumlah siswa
Hasil
nilai
tes
yang diperoleh
siswa
kemudian
dikonversikan terhadap KKM yang telah ditentukan untuk
mengetahui apakah siswa tersebut tuntas atau tidak tuntas.
Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam
bentuk tabel agar data tersebut mudah dibaca dan dipahami.
Prestasi belajar akan terlihat dari nilai rata-rata kelas, nilai
tertinggi dan nilai terendah. Data yang dianalisis secara kunatitatif
yang berupa angka-angka kemudian dideskripsikan dengan teknik
deskripsi presentase.
Untuk mengetahui persentase ketercapaian hasil belajar
siswa, dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑥
X = Σ N x 100 %
Keterangan:
X
= Ketuntasan belajar
Σ𝑥
= Jumlah siswa yang tuntas belajar
ΣN
= Jumlah siswa
16
b. Data kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi atau
pengamatan,
digunakan
sebagai
bahan
evaluasi
untuk
memperbaiki rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan selanjutnya.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman
judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.
2. Bagian inti
BAB I :
Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II :
Berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian prestasi
belajar, model Experiential Learning, ruang lingkup
pelajaran IPA, SK dan KD mata pelajaran IPA kelas 3.
17
BAB III :
Pelaksanaan penelitian mencakup deskripsi lokasi dan
deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan seterusnya.
BAB IV :
Berisi hasil penelitian dan pembahasan
BAB V :
Penutup mencakup kesimpulan, saran dan penutup.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat penulis.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang
berarti hasil usaha. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar,
prestasi mempunyai arti hasil yang telah dicapai (Meity, 2011: 427).
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya (Slameto dalam Syaiful, 2011: 13).
Dari pengertian dan penjelasan tentang prestasi dan belajar di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai dari usaha seseorang baik berupa pengetahuan ataupun
perubahan tingkah laku yang bersifat tetap sebagai akibat dari proses
latihan dan interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar biasanya
ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru sebagai
bentuk penghargaan hasil belajar siswa.
19
3. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa pengertian belajar di atas, aktifitas belajar
memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Baharudin dan Esa (dalam Lilik,
2011: 18), ciri-ciri belajar antara lain:
a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
b. Perubahan perilaku dari hasil belajar relatif tetap.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
jadi bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan tersebut dapat memberikan penguatan.
4. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu
diikuti untuk melakukan kegiatan belajar (Oemar, 1991: 17).
Dalam
bukunya,
Preston
(dalam
Oemar,
1991:
17)
mengemukakan sejumlah prinsip belajar sebagai berikut:
a. The child requires a suitable background.
b. Motivation toward learning goals increases the effectiveness of
learning.
c. Learning is promoted by reinforcement.
d. Insight is aided through discovery.
e. The child needs opportunity to practice and review what he has
learned.
20
Oemar Hamalik (1990: 28) menyimpulkan beberapa prinsip
belajar, antara lain:
a. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya.
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapanharapnnya.
c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi
yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.
d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu
siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru atau
dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis,
lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan
masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut
telah disadari bersama.
h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari
sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
i. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan agar apa-apa yang
telah dipelajari dapat dikuasai.
j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
21
mencapai tujuan atau hasil.
k. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup
mentransferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktik
sehari-hari.
5. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (1994: 28) tujuan belajar antara lain:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Orang yang belajar akan ditandai dengan kemampuannya
dalam berfikir. Antara pengetahuan dan kemampuan berfikir adalah
dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.
Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir jika
tanpa bahan pengetahuan, dan sebaliknya seseorang yang
menggunakan
kemampuan
berfikirnya
akan
memperkaya
pengetahuannya.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dibagi menjadi dua,
yaitu keterampilan jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan
jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, biasanya berkaitan dengan gerak anggota tubuh seperti
melukis, bernyanyi, bermain alat musik, dan lain-lain. Sedangkan
keterampilan rohaniah lebih rumit karena bersifat abstrak dan
berkaitan dengan penghayatan. Antara keterampilan, kemampuan
22
berfikir
dan
penghayatan
akan
saling
berhubungan
dan
berkolaborasi dalam proses penyelesaian atau merumusakan suatu
masalah.
c. Pembentukan sikap
Salah satu tujuan utama belajar yaitu merubah tingkah
laku dari kurang baik menjadi baik.Seseorang yang belajar akan
mengalami perubahan sikap atau perilaku yang bersifat relatif tetap
atau konstan.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi dua aspek, yakni:
1) Aspek Fisiologis
Keadaan atau kondisi fisik sangat berpengaruh
terhadap intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya
mata minus, tuna rungu, tuna wicara, dan lain-lain. Selain itu
apabila keadaan siswa kurang fit, misalnya pusing, demam,
batuk, dan lain-lain, juga sangat berpengaruh terhadap daya
fikir dan konsentrasi siswa ketika belajar. Oleh karena itu,
sangat penting bagi setiap orang tua untuk senantiasa
mengawasi dan membantu putra-putrinya dalam hal menjaga
23
kesehatan, seperti menyiapkan sarapan sebelum sekolah,
mengatur waktu istirahat anak, dan sebagainya. Agar ketika di
sekolah anak dapat belajar dengan maksimal tanpa terganggu
oleh kondisi kesehatan yang buruk.
2) Aspek Psikologis
Aspek psikologis juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas belajar siswa. Faktor-faktor psikologis antara lain:
tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi siswa.
b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
eksternal dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Lingkungan Sosial, seperti guru, teman-teman.
2) Lingkungan Nonsosial, seperti gedung sekolah, tempat tinggal.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Selain faktor internal dan eksternal, pendekatan belajar
yang digunakan juga berpengaruh terhadap proses belajar.
B. Experiential Learning
1. Pengertian Model Experiential Learning
Pembelajaran berbasis pengalaman mulai berkembang dengan
munculnya karya John Dewey (1938) yang menjelaskan tentang
pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sebagai landasan dalam
24
menetapkan
pendidikan
formal.
Model
pendidikan
ini
terus
berkembang hingga pada tahun 1977 berdiri Association for
Experiential Education (AEE) yang bertujuan untuk memperkenalkan
pendidikan berbasis pengalaman kepada masyarakat luas. Association
for Experiential Education (AEE) mendefinisikan “Experiential
education is a process through which a learner construct knowledge,
skill and value from direct experiences”. (Pendidikan berbasis
pengalaman merupakan sebuah proses dimana para pembelajar
membangun pengetahuan dan nilai-nilai dari pengalaman langsung).
(Mubarokah, 2014: 17)
Pembelajaran
berbasis
pengalaman
ini
kemudian
dikembangkan dan mulai diperkenalkan oleh David Kolb pada tahun
1984 dalam
bukunya
yang berjudul
“Experiential
Learning;
experience as the source of learning and development”. Dalam
teorinya, David Kolb (1984) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
proses
dimana
pengetahuan
diciptakan
melalui
transformasi
pengalaman (Silberman, 2014: 43).
Sedangkan menurut Majid (2013: 93), Experiential Learning
adalah suatu proses belajar-mengajar yang mengaktifkan pembelajar
untuk
membangun
pengetahuan
dan
keterampilan
melalui
pengalamannya secara langsung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Experiential
Learning merupakan model pembelajaran aktif yang menekankan pada
25
pengalaman yang akan dialami oleh siswa. Siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dari pengalaman
yang diperolehnya tersebut kemudian siswa mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Karena siswa belajar secara
langsung dan mengalami sendiri, maka pembelajaran akan lebih
bermakna dan konsep yang tertanam pada diri siswa pun lebih kuat.
2. Penerapan Model Experiential Learning
Menurut Edgar Dale (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 45),
belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.
Dalam belajar melalui pengalaman siswa tidak sekedar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
Di dalam bukunya, Mel Silberman (2014: 10) menjelaskan
pembelajaran experiential mengacu pada:
a. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan konkret yang membuat
mereka mampu untuk “mengalami” apa yang tengah mereka
pelajari.
b. Kesempatan untuk merefleksikan kegiatan tersebut.
Dalam
model
mengkonstruksikan
Experiential
pelajaran-pelajaran
Learning
yang
guru
dapat
harus
memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui eksperimen, melalui
tindakan, atau melalui usaha menciptakan sesuatu (learning by
experiment, by doing, by construction), jadi siswa dituntun untuk
26
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengalami sendiri
apa yang dia pelajari (Miftahul, 2013: 40).
Paradigma pengajaran experiential Dewey dan Kolb umumnya
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun materi pelajaran agar sesuai dan konsisten dengan
pengalaman siswa.
b. Memilih konten pembelajaran yang bermanfaat, konsisten, dan
aplikabel pada pengalaman siswa saat ini, bukan untuk masa
depannya yang masih jauh.
c. Mengelompokkan materi atau konten pelajaran sesuai dengan
pengalaman setiap siswa.
d. Menekankan pembelajaran sambil bekerja (pengalaman) dan
berefleksi.
e. Memperluas konteks pembelajaran pada bidang-bidang yang lain
atau meningkatkan pengalaman siswa dengan menghadapkannya
pada situasi-situasi yang baru (Miftahul, 2013: 41).
David Kolb (dalam Mubarokah, 2014: 24) menyampaikan
penerapan model Experiential Learning melalui proses yang melingkar
dan terdiri dari empat tahap, yaitu:
1) Concrete Experience
Pada fase ini siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam
pengalaman baru.
27
2) Reflective Observation
Siswa mengobsevasi dan merefleksikan atau memikirkan
kembali pengalaman yang diperolehnya.
3) Abstract Conceptualization
Siswa membentuk reaksi terhadap pengalaman yang
diperolehnya menjadi sebuah kesimpulan atau konsep baru.
4) Active Experimentation
Siswa mengimplementasikan pengalaman belajar yang
telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential oleh Kolb
3. Dasar-dasar Model Experiential Learning
Model Experiential Learning didasarkan pada beberapa
keyakinan, antara lain:
a. Para pembelajar belajar yang terbaik adalah ketika mereka
dilibatkan dalam pengalaman-pengalaman pembelajaran.
b. Ide dan prinsip yang dialami dan ditemukan oleh pembelajar akan
lebih efektif dalam perubahan perilaku.
28
c. Terdapat perbedaan gaya pembelajaran yang disukai dari masingmasing individu.
d. Komitmen para pembelajar dalam belajar akan lebih besar bila
mereka turut terlibat pada proses pembelajaran mereka sendiri.
e. Pembelajaran terjadi melalui proses pengalaman yang konkret
(concrete experience), observasi reflektif (reflective observation),
konseptualisasi
abstrak
(abstract
conceptualization)
dan
eksperimentasi aktif (active experimentation).
f. Perilaku pembelajaran akan mempengaruhi keyakinan seseorang.
4. Tujuan Model Experiential Learning
Dari berbagai pengertian yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan tujuan model Experiential Learning, antara lain:
a. Menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan.
b. Menciptakan pembelajaran yang berkesan dan bermakna bagi
siswa.
c. Melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui
pembelajaran dengan pengalaman langsung.
5. Manfaat Model Experiential Learning
Beberapa manfaat yang diperoleh secara individual apabila
menerapkan model Experiential Learning, antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan
pemecahan masalah.
29
c. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi
situasi yang buruk.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
e. Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.
Sedangkan manfaat yang diperoleh secara kelompok apabila
menerapkan model Experiential Learning, antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kekompakan antar sesama
anggota kelompok.
b. Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
c. Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan
kepemimpinan.
d. Meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota
kelompok (Mubarokah. 2014: 29 ).
6. Kelebihan Model Experiential Learning
Kelebihan dari model Experiential Learning, antara lain:
a. Kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara aktif dan
menyenangkan.
b. Memberikan pembelajaran yang berkesan dan mendalam kepada
siswa melalui pengalaman sehingga konsep tertanam dengan kuat.
c. Membentuk karakter siswa yang cerdas dan mandiri, karena siswa
diajarkan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui
pengalaman yang diperolehnya.
30
7. Kelemahan Model Experiential Learning
Kelemahan model Experiential Learning adalah model
pembelajaran ini sulit dipahami oleh sebagian besar guru, karena
pengertian Experiential Learning masih terlalu luas.
C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari
kata-kata Bahasa Inggris yaitu “Natural Science” atau sering disebut
Science. Natural berarti alamiah, berhubungan dengan alam.
Sedangkan Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi pengertian IPA
atau Science secara harfiah adalah ilmu pengetahuan tentang alam
semesta. (http://ayahalby.wordpress.com)
2. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI secara
umum terdiri dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek kerja ilmiah, meliputi:
1) Kegiatan penyelidikan
2) Berkomunikasi ilmiah
3) Pengembangan kreativitas
4) Pemecahan masalah
5) Sikap, dan
6) Nilai ilmiah.
31
b. Aspek pemahaman konsep, meliputi:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan.
2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi:
padat, cair, dan gas.
3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut
saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh
pemahaman atau penemuan konsep IPA.
3. Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut kurikulum
KTSP (Depdiknas, 2006), antara lain:
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
32
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam
dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
4. Fungsi IPA
Fungsi mata pelajaran IPA (Depdiknas, 2004), antara lain:
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek IPA dan
teknologi.
d. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
5. SK dan KD IPA Kelas III Semester 1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas
III Semester 1 dapat dilihat pada tabel 2.2, di bawah ini:
33
Tabel 2.2 SK dan KD IPA Kelas III Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Makhluk Hidup dan
Proses
Kehidupan
ciri-ciri
dan
1. Memahami ciri-ciri dan 1.1.Mengidentifikasi
kebutuhan makhluk hidup.
kebutuhan
makhluk
1.2.
Menggolongkan makhluk hidup
hidup serta hal-hal
secara sederhana.
yang
mempengaruhi
perubahan
pada 1.3.Mendeskripsikan perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup dan halmakhluk hidup
hal
yang
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
anak (makanan, kesehatan, rekreasi,
istirahat dan olah raga.
2. Memahami
kondisi 2.1.Membedakan ciri-ciri lingkungan
lingkungan
yang
sehat dan lingkungan tidak sehat
berpengaruh terhadap
berdasarkan pengamatan.
kesehatan, dan upaya 2.2.Mendeskripsikan
kondisi
menjaga
kesehatan
lingkungan
yang berpengaruh
lingkungan
terhadap kesehatan.
2.3.Menjelaskan
cara
menjaga
kesehatan lingkungan sekitar.
Benda dan Sifatnya
3. Memahami sifat-sifat, 3.1.Mengidentifikasi sifat-sifat benda
perubahan sifat benda
berdasarkan pengamatan meliputi
dan
kegunaannya
benda padat, cair, dan gas.
dalam
kehidupan 3.2.Mendeskripsikan perubahan sifat
sehari-hari
benda (ukuran, bentuk, warna, atau
rasa) yang dapat diamati akibat dari
pembakaran,
pemanasan,
dan
diletakkan di udara terbuka.
3.3.Menjelaskan
kegunaan
benda
plastik, kayu, kaca, dan kertas.
34
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga didirikan pada tanggal 15
Januari 1965 di atas tanah wakaf seluas 1169
. Pada tahun 1969
secara formal MI Ma’arif Mangunsari Salatiga resmi bernaung di
bawah Departemen Agama Kota Salatiga dengan Nomor Akta
Pendirian SK.126/HGB/67.
2. Keadaan Geografis MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga terletak di Jalan Abdul
Syukur No. 03 dusun Cabean, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga. Madrasah ini letaknya sangat strategis
karena berada di tengah lingkungan masyarakat dusun Cabean dan
hanya berjarak 100 meter dari Puskesmas Mangunsari. Selain itu,
madrasah ini juga berada tepat di tepi jalan alternatif ke Ambarawa.
3. Profil Madrasah MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
a. Identitas Madrasah
Nama
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
NPSN
: 20328495
NSM
: 111233730008
No. Sertifikat
: SK.126/HGB/67
35
Akreditasi / tahun
: A / 2012
Alamat
: Jln. Abdul Syukur No. 3 Cabean,
Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga
No. Telpon
: 0298 328782 / 081326158305
Status Madrasah
: Swasta
Nama yayasan
: Ma’arif NU
Tahun Berdiri
: 1965
Luas tanah
: ±1169
b. Struktur Organisasi Kepengurusan Komite MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga
Ketua
: M. Fathur Rahman
Sekretaris
: Yasin
Bendahara
: M. Turis Niagawan, SH
Seksi Pembangunan
: Drs. Susilo Hadi
Seksi Kegiatan
: Drs. Joko Anis S., M. Pd. I
Seksi Penggalian Dana
: Sholeh, SE
Seksi Humas
: Fathul Ghufron, S. Pd. I
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang di miliki MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana
tersebut berasal dari bantuan pemerintah, yaitu Kementerian
Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun sarana dan
prasarana tersebut antara lain:
36
1) Ruang kepala madrasah
2) Ruang guru
Di dalam ruangan guru terdapat 14 meja guru serta 1 set meja
dan kursi untuk menerima tamu.
3) Ruang Kelas
Gedung MI Ma’arif Mangunsari Salatiga ini bertingkat 2 lantai
yang terdiri dari 12 kelas. Jadi setiap angkatan terdiri dari 2
kelas A dan B. Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di madrasah ini sangat tinggi,
sehingga sekolah membuka 2 kelas untuk setiap angkatan.
4) Ruang UKS
Di dalam ruang UKS terdapat 2 tempat tidur dan perlengkapan
P3K.
5) Perpustakaan
Koleksi buku di perpustakaan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
cukup lengkap untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Jenis koleksi buku yang dimiliki antara lain: buku pelajaran,
buku pengetahuan umum, buku agama, buku tentang
keterampilan, majalah, dan masih banyak lagi.
6) Laboratorium Komputer
Sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
agar tidak tertinggal oleh perkembangan zaman, sekolah
37
menyediakan laboratorium komputer bagi siswa. Di dalam
laboratorium ini terdapat 12 komputer yang digunakan ketika
pembelajaran Teknologi Informatika.
7) Kantin
8) Peralatan Musik
9) Peralatan Olahraga
10) Fasilitas Internet
11) Fasilitas Antar-jemput
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur
program yang dilaksanakan siswa di luar jam pelajaran biasa
dengan tujuan untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan
dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan
salah satu bentuk ikhtiar untuk mewujudkan fungsi pendidikan
nasional yang telah dijelaskan dalam UU NO. 20 Tahun 2003:
Pasal 3, bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab”.
Kegiatan ekstrakurikuler MI Ma’arif Mangunsari Salatiga diadakan
38
setiap hari Sabtu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih dan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan
bakatnya. Kegiatan ekstrakurikuler ini diampu oleh guru yang
berkompeten dan juga mendatangkan tenaga dari luar yang
memiliki keahliah dalam bidang tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler
di MI Ma’arif Mangunsari, antara lain:
1) Membaca Tulis Al-Qur’an (MTQ)
2) Rebana
3) Pramuka
4) Seni tari
5) Seni lukis
e. Prestasi
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu
lembaga pendidikan Islam yang mempunyai catatan prestasi baik.
Berbagai prestasi, baik dalam kejuaran mata pelajaran umum,
olahraga maupun agama telah diraih MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga. Berbagai raihan prestasi tersebut diantaranya:
1) Juara I Olimpiade MIPA MI sekota Salatiga 2011
2) Juara I Pesta Siaga Kecamatan Sidomukti tahun 2011
3) Juara I catur putri PORSENI MI tahun 2011
4) Juara II karate PORSENI MI tahun 2011
5) Juara I tartil putri Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012
6) Juara III lomba adzan Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012
39
7) Juara III Komite Karate putri tingkat kota Salatiga 2012
8) Juara umum MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
9) Juara I adzan MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
10) Juara I Tartilul Qur’an MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
11) Juara I pidato MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
12) Juara I adzan pekan maulid Nabi se-Sidomukti tahun 2013
13) Juara III khitobah Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2013
4. Visi dan Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga memiliki visi “CERRIA”
yang merupakan singkatan dari “Cerdas, Religius, dan Berakhlakul
Karimah”.
Sedangkan misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga adalah
“Belajar Enjoy Sepanjang Hayat” dengan rincian sebagai berikut:
a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup bersama sepanjang hayat.
b. Mengembangkan strategi pembelajaran yang ENJOY (Efektif,
Nyaman, Jelas, Obyektif, dan Islami).
c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi Kecerdasan.
d. Menumbuhkan wawasan patriotisme
e. Menumbuhkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi nilai
Islamiyah, budaya lokal yang baik serta nasionalisme.
f. Mengembangkan potensi masyarakat peduli pendidikan.
g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses
pendidikan.
40
5. Keadaan Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Data guru dan karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari
No
Nama
NIP
Jabatan
1
Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd
19610816985031004
Kepala Madrasah
2
Ismiyati, S.Pd.
197307241998032009
Guru Kelas II A
3
Dra. Nurul Aini
196503132005012001
Guru Kelas IV A
4
Fathul Ghufron, S.Pd.I.
198208182007101002
Guru Kelas V A
5
Tri Puji Hastuti, S.Ag.
197205162007102003
Guru Kelas
6
Siti Nasiroh, S.Ag.
197706012007012030
Guru Bidang
Studi
7
Siti Nurkholifah
Guru Tidak Tetap
8
A. Sabiqul Umam, S. Ag.
Guru Tidak Tetap
9
M. Turis Niagawan, S.H.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
Guru Bidang
Studi
Guru Bidang
Studi
Guru Bidang
Studi
10 Khoriyatun Ni’mah
Guru Tidak Tetap
11 Syafi’il Abthohi
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
12 Fauziah, M.Ag.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
13 Dian Mariani, S.Pd.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
14 Susriana Wahyu I. L, S.Ag.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
15 Arifatul Farida, S. Pd.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
16 Tri Handayani, S.Pd.I.
Guru Tidak Tetap
Guru Kelas
17 Mahmud
Pegawai Tidak Tetap
41
Penjaga
6. Keadaan Siswa
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu
lembaga pendidikan Islam tingkat Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang
menjadi favorit di Salatiga. Hal ini terlihat dari tingginya antusiasme
masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di madrasah ini.
Jumlah siswa yang mendaftar setiap tahun ajaran baru pun selalu
mengalami peningkatan. Untuk itu MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
membuka kelas paralel A dan B. Adapun rincian jumlah siswa MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari
No
Kelas
1.
I
2.
II
3.
III
4.
IV
5.
V
6.
VI
JUMLAH
TAHUN PELAJARAN
2013-2014
2014-2015
Jumlah Rombel Jumlah Rombel
69
2
59
2
61
2
67
2
56
2
59
2
37
2
55
2
36
2
48
2
16
1
37
2
275
11
315
12
7. Data Responden
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi
responden yaitu siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.
Daftar responden dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:
42
Tabel 3.3 Data Responden Siswa Kelas III B
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
L/P
L
L
P
L
L
L
P
L
P
P
P
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
L
L
L
P
P
P
P
P
NAMA
Ahmad Ramadhan Nazali
Ahmad Daffa Widianto
Arleen Najwa Azzahra
Denis Darmawan
Farhan Pratama
Fredie Surya Susila
Galuh Sekar Tripasati
Gibran Ahmad Al-Faruqi
Isniatun Hasanah
Isna Auladina Salsabila
Idris Septiani Rahmawati
Muhammad Habibul Khaliq
Muna Salma Mufidah
M. Khuzni Anwar Fuadi
M. Raditiya Agra
M. Ibnu Syaputra
Nisrina Cahya Nabila
Nita Erlina
Netanya Destia Putri
Naisya Arimbi
Najmudin Al-Thof
Ravika Zaki Ningrum
Regad Dwi Lazuard
Rehandika Bakti Nugraha
Ryan Dwi Saputra
Salma Azzahra
Fina Nikmatussania
Velistya Bunga Renata Putri
Zahra Oktaviana
Renata Amelia
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa
kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa,
terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Penelitian ini dilakukan mulai
tanggal 26 September 2014 hingga selesai.
43
Jadwal pelaksanaan tindakan:
1. Pra siklus
: Jum’at, 26 September 2014
2. Siklus I
: Senin, 29 September 2014
3. Siklus II
: Rabu, 1 Oktober 2014
C. Peran Peneliti dan Guru
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi untuk menjalankan PTK ini
peneliti saling bekerja sama dengan guru kelas III B. Supaya tujuan PTK
tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai yang direncanakan, maka
peneliti dan guru membagi tugas masing-masing, yaitu:
1. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, antara lain:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyiapkan media pembelajaran
c. Membuat perangkat evaluasi
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2. Peran Guru
Sedangkan peran guru dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
yaitu menilai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi serta memberi kritik dan saran untuk
perbaikan dalam pelaksanaan disiklus berikutnya.
44
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan model
pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam mengajar. Selama
ini proses pembelajaran terutama mata pelajaran IPA menggunakan
metode ceramah dan diskusi, sehingga siswa mengalami kejenuhan yang
berakibat pada pasifnya siswa serta nilai IPA yang diperolehnya belum
mencapai KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu peneliti berusaha
menerapkan
model
Experiential
Learning
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa khusunya mata pelajaran IPA materi
Benda dan Sifatnya.
Dalam pelaksanaan penelitian jika pada siklus I terdapat
kekurangan, maka pada siklus II lebih difokuskan untuk memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah dilakukan perbaikan, pada
pelaksanaan siklus II apabila nilai siswa telah mencapai KKM yang
ditargetkan, maka siklus dapat dihentikan. Namun apabila disiklus II
masih terdapat kekurangan dan nilai siswa yang mencapai KKM kurang
dari 80% maka penelitian dilanjutkan ke siklus III dengan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
1.
Deskripsi Pra Siklus
Penelitian pra siklus ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 26
September 2014 di kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.
45
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, metode
pembelajaran yang diterapkan untuk mengajar terutama mata
pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Dengan diterapkannya metode tersebut proses
pembelajaran cenderung pasif, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya
siswa yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan
yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu pada saat kerja kelompok, siswa tidak saling berdiskusi
membahas tugas yang diberikan oleh guru tetapi mereka saling diam
bahkan banyak yang bermain sendiri dengan teman sekelompoknya.
Di akhir kegiatan pembelajaran siswa diberikan soal evaluasi
untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
Benda dan Sifatnya. Dari hasil tes tersebut diketahui nilai siswa yang
tuntas atau mencapai KKM sebanyak 11 siswa dan 19 siswa nilainya
masih di bawah standar KKM.
2.
Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksankan pada hari Senin, tanggal 29 September
2014 selama 2 jam pelajaran (70 menit). Tahap-tahap pelaksanaan:
a. Perencanaan
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi pada
saat observasi pra siklus, maka peneliti dengan dibantu guru kelas
yang berperan sebagai kolaborator menyusun rencana kegiatan
46
yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan materi Benda dan Sifatnya, yang meliputi:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
siklus I.
2) Membuat lembar kerja siswa.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk kegiatan siswa.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk kegiatan guru.
5) Membuat soal post-test yang digunakan sebagai alat ukur
tingkat keberhasilan siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah dipersiapkan sebelumnya, yaitu:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru memberikan salam.
b) Guru mengabsen siswa.
c) Guru
melakukan
apersepsi
dengan
memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Contoh:
Siapa yang pernah membeli air Aqua?
Siapa yang pernah meniup balon?
d) Guru menyampaikan tema yang akan dipelajari.
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
47
2) Kegiatan Inti (45 menit)
a) Eksplorasi
(1) Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca
teks bacaan secara bergantian.
(2) Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang isi
bacaan.
(3) Guru menjelaskan pokok materi.
(4) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang
beranggotakan 6 siswa.
(5) Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh siswa bersama kelompoknya untuk
melakukan percobaan.
b) Elaborasi
Tahap Experiential
(1) Concrete
Experiential
Keterangan
Siswa
dihadapkan dengan
benda-
benda yang sudah biasa ditemui dalam
kehidupan
sehari-hari,
seperti
air
dalam botol, batu, dan balon.
Kemudian siswa melakukan beberapa
percobaan dan mengamati perubahan
yang terjadi.
(2) Reflection
Observation
Siswa
mendiskusikan
pengamatan
dengan
sekelompoknya
untuk
hasil
teman
menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Bagaimana bentuk air di dalam botol?
48
Bagaimana bentuk air jika dituangkan
ke wadah yang berbeda?
Bagaimana
bentuk
batu
ketika
diletakkan di atas meja?
Bagaimana
bentuk
batu
jika
dimasukkan ke dalam botol?
Bagaimana bentuk balon?
Apakah isi balon dapat terlihat?
(3) Abstract
Conceptualization
(4) Active
Siswa menyimpulkan sifat-sifat benda
cair, padat dan gas.
Siswa menulis dan mengelompokkan
Experimentation
nama-nama
benda
disekitarnya
berdasarkan sifat-sifatnya.
c) Konfirmasi
(1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing secara bergantian.
(2) Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain.
(3) Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hasil
percobaannya.
(4) Guru memberikan apresiasi terhadap hasil percobaan
siswa.
(5) Guru meluruskan apabila ada kesalahpahaman siswa
terhadap materi.
3) Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi.
49
b. Siswa mengerjakan soal post-test.
c. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi
Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung mulai dari awal hingga akhir.
Pengamatan ini dilakukan secara kolaboratif yaitu oleh peneliti
bersama guru kelas. Sedangkan pengamatan terhadap pengelolaan
pembelajaran dilakukan oleh guru kelas (kolaborator).
Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I ini antara
lain:
1) Kegiatan pembelajaran belum kondusif.
2) Siswa banyak yang ramai dan maju ke depan untuk bertanya
kepada guru karena kelompoknya tidak membawa peralatan
untuk percobaan.
3) Pada saat melakukan percobaan masih ada kelompok yang
bingung dalam melakukan percobaan karena instruksi dari
guru kurang keras.
4) Jumlah anggota kelompok terlalu banya sehingga banyak
siswa yang bermain sendiri dengan teman sekelompoknya.
5) Masih minimnya antusias siswa dalam bertanya ketika guru
memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
50
belum dipahami oleh siswa. Begitu juga ketika guru
memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa saja yang
berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
Sedangkan hasil pengamatan terhadap guru dalam
melaksanakan pembelajaran masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan, antara lain:
1) Dalam menyampaikan materi pembelajaran belum sistematis.
2) Dalam menyampaikan instruksi kurang keras.
3) Belum bisa mengkondisikan kelas.
4) Guru kurang persiapan dalam menyediakan media dan
peralatan cadangan untuk percobaan, sehingga siswa
kebingungan dan ramai sendiri ketika ada yang tidak
membawa peralatan yang dibutuhkan.
d. Refleksi
Setelah diterapkan model Experiential Learning pada
penelitian siklus I terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa
dari pada saat masih menggunakan metode ceramah dan diskusi
(pra siklus), tetapi belum mencapai target yang telah ditentukan
yaitu 80%. Pada siklus I yang perlu diperbaiki antara lain:
1) Guru harus mempelajari dan menguasai materi lebih
mendalam, dan menyampaikan materi harus urut.
2) Dalam memberikan instruksi, suara harus keras dan jelas.
51
3) Guru harus membawa bahan serta peralatan cadangan yang
dibutuhkan untuk percobaan sebagai antisipasi apabila ada
siswa yang tidak membawa bahan dan peralatan yang
ditugaskan.
4) Guru harus bisa bersikap tegas dalam mengkondisikan siswa
agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan
kondusif.
5) Memperkecil jumlah anggota kelompok agar lebih efektif.
6) Guru perlu memberikan reward (penghargaan) untuk
memotivasi siswa agar bisa aktif.
3.
Deskripsi Siklus II
Penelitian Siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Oktober
2014. Tahap-tahap pelaksanaannya yaitu:
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan kegiatan
pembelajaran yang sama seperti pada siklus I yaitu menggunakan
model
Experiential
Learning
serta
melakukan
perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada kegiatan siklus I untuk materi
Benda dan Sifatnya dengan pokok bahasan Perubahan Wujud
Benda. Perencanaan siklus II ini meliputi:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus
II.
52
2) Membuat lembar kerja siswa.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk kegiatan siswa.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk kegiatan guru.
5) Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam
percobaan, untuk mengantisipasi jika ada siswa yang tidak
membawa peralatan dan bahan yang sudah ditugaskan.
6) Membuat soal post-test yang digunakan sebagai alat ukur
tingkat keberhasilan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini mengacu
pada RPP yang telah dipersiapkan. Pada saat kegiatan
pembelajaran guru berusaha fokus agar dalam menyampaikan
materi bisa lebih jelas dan urut, dalam memberikan instruksi
harus dengan suara yang keras dan jelas. Selain itu, guru juga
memberikan rewards (penghargaan) jika siswa aktif dalam
menanggapi pertanyaan dari guru maupun aktif bertanya jika ada
materi yang belum dipahami. Tahap-tahap pelaksanaan:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru memberikan salam.
b) Guru mengabsen siswa.
c) Guru memberikan semangat dan motivasi kepada siswa.
53
d) Guru melakukan apersesi dengan meberikan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Contoh:
Siapa yang pernah menyalakan lilin ketika listrik padam?
Siapa yang pernah mengoleskan minyak kayu putih
dikulit tubuhnya?
e) Guru menyampaikan tema yang akan dipelajari.
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (45 menit)
a) Explorasi
(1) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang
beranggotakan 5 siswa.
(2) Guru menjelaskan langkah-langkah kerja untuk
percobaan.
b) Elaborasi
Tahap Experiential
(1) Concrete
Keterangan
Siswa
Experiential
melakukan
percobaan
beberapa
(pembakaran,
pemanasan, dan meletakkan di
tempat terbuka) dan mengamati
perubahan yang terjadi.
(2) Reflection
Siswa
Observation
mendiskusikan
pengamatan
dengan
hasil
teman
sekelompoknya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
ini:
54
berikut
Bagaimana
sifat
benda
sebelum dibakar?
Bagaimana
sifat
benda
setelah dibakar?
Bagaimana
sifat
benda
sebelum dipanaskan?
Bagaimana
sifat
benda
setelah dipanaskan?
Bagaimana
wujud
benda
sebelum diletakkan di tempat
terbuka?
Bagaimana
wujud
benda
setelah diletakkan di tempat
terbuka?
(3) Abstract
Siswa
Conceptualization
menyimpulkan
perubahan sifat benda setelah
dilakukan
pembakaran,
pemanasan, dan diletakkan di
tempat terbuka.
(4) Active
Siswa mengelompokkan benda-
Experimentation
benda yang dapat mengalami
perubahan wujud berdasarkan
faktor yang memperngaruhinya.
c) Konfirmasi
1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing secara bergantian.
2) Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain.
55
3) Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hasil
percobaannya.
4) Guru memberikan apresiasi terhadap hasil percobaan
siswa.
5) Guru meluruskan apabila ada kesalahpahaman siswa
terhadap materi.
3) Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi (post-test).
c) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
d) Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi
Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung mulai dari awal hingga akhir.
Pengamatan ini dilakukan secara kolaboratif yaitu oleh peneliti
bersama guru kelas. Sedangkan pengamatan terhadap pengelolaan
pembelajaran dilakukan oleh guru kelas (kolaborator).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan
guru kelas III B pada siklus II ini diketahui bahwa:
1) Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
model
Experiential
Learning yang dilakukan oleh peneliti sudah berjalan baik
sesuai dengan rencana.
56
2) Guru dalam menyampaikan materi dan memberikan instruksi
sudah baik dan jelas.
3) Siswa sudah mulai terlihat aktif dalam pembelajaran. Hal ini
terlihat dari antusias siswa yang saling berebutan saat guru
memberikan pertanyaan.
4) Kegiatan pembelajaran sedikit terganggu dengan adanya
pengumuman untuk melakukan kebersihan kelas, serta
banyak anak dari kelas sebelah yang menonton dan berdiri di
depan pintu kelas.
5) Masih ada siswa yang bermain sendiri. Dan diketahui bahwa
siswa tersebut masih kesulitan dalam membaca. Pada saat tes
siswa tersebut tidak membaca soalnya melainkan langsung
mengisi tanpa mengetahui maksud dari soal tersebut.
Akibatnya nilai siswa tersebut tidak tuntas.
d. Refleksi
Dengan bercermin pada siklus I dan telah melakukan
perbaikan-perbaikan, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
dengan menggunakan model Experiential Learning ini sudah
berjalan dengan baik. Hasil post-test siswa pun sangat
memuaskan dan telah mencapai target ketuntasan yaitu sebesar
93,33%. Analisis dari pengamatan pada siklus II ini antara lain:
1) Pemberian reward kepada siswa sangat efektif untuk
memotivasi siswa. Dengan adanya reward siswa menjadi
57
lebih bersemangat, lebih aktif dan saling berebut ketika guru
memberikan pertanyaan. Reward yang diberikan tidak harus
berupa barang, melainkan bisa berupa pujian atau pemberian
nilai tambahan untuk siswa.
2) Selain
pemberian
reward
(penghargaan),
pemberian
panishment (hukuman) yang disepakati bersama siswa juga
perlu dikakuan oleh guru. Hal ini dapat digunakan guru untuk
mengendalikan kelas agar siswa dapat belajar dengan tenang
dan kondusif. Hukuman yang diberikan dapat berupa
pengurangan nilai, dan lain-lain.
3) Guru perlu memberikan pelajaran membaca tambahan di luar
jam pelajaran kepada siswa yang masih kurang lancar dalam
membaca agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya.
Sesuai dengan penjelasan di bab sebelumnya, apabila
target ketuntasan nilai siswa telah mencapai 80%, maka siklus
dapat dihentikan. Jadi peneltian tindakan kelas dengan model
Experiential Learning ini sudah dianggap berhasil dan berhenti
sampai siklus II karena sebanyak 93,33% nilai siswa tuntas.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Persiklus
1. Analisis Data Pra Siklus
Penelitian pra siklus ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 29
September 2014 selama 2 jam pelajaran (70 menit). Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan siswa yang menjadi
responden serta proses pembelajaran sebelum menerapkan model
Experiential Learning di kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga ini.
Pada pembelajaran IPA ini guru menggunakan metode ceramah
dan diskusi. Ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung siswa
cenderung pasif, pelajaranpun terasa monoton dan membosankan. Setelah
guru menerangkan materi, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan
disuruh
mengerjakan
LKS
dengan
berdiskusi.
Setelah
selesai
mengerjakan, setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi mereka
tanpa melakukan presentasi. Kemudian guru melanjutkan dengan
memberi soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu.
Data hasil tes ulangan harian siswa kelas III B pada prasiklus
menunjukkan tingkat kelulusan siswa masih rendah. Masih banyak nilai
siswa yang belum mencapai KKM. Data nilai tes IPA siswa kelas III B
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
59
Tabel 4.1 Data Nilai Tes IPA Siswa Kelas III B
NO. L/P
NAMA
1
L Ahmad Ramadhan Nazali
2
L Ahmad Daffa Widianto
3
P Arleen Najwa Azzahra
4
L Denis Darmawan
5
L Farhan Pratama
6
L Fredie Surya Susila
7
P Galuh Sekar Tripasati
8
L Gibran Ahmad Al-Faruqi
9
P Isniatun Hasanah
10
P Isna Auladina Salsabila
11
L Idris Septiani Rahmawati
12
L Muhammad Habibul Khaliq
13
P Muna Salma Mufidah
14
L M. Khuzni Anwar Fuadi
15
L M. Raditiya Agra
16
L M. Ibnu Syaputra
17
P Nisrina Cahya Nabila
18
P Nita Erlina
19
P Netanya Destia Putri
20
P Naisya Arimbi
21
L Najmudin Al-Thof
22
P Ravika Zaki Ningrum
23
L Regad Dwi Lazuard
24
L Rehandika Bakti Nugraha
25
L Ryan Dwi Saputra
26
P Salma Azzahra
27
P Fina Nikmatussania
28
P Velistya Bunga Renata Putri
29
P Zahra Oktaviana
30
P Renata Amelia
Jumlah
Rata-rata
Nilai
85
80
95
75
75
60
75
55
70
55
75
85
70
50
45
80
90
70
60
65
45
85
90
45
45
85
85
75
65
90
2.125
70,83
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa:
Jumlah seluruh siswa (Σ N)
= 30
Jumlah siswa yang tuntas belajar (∑ )
= 11
Jumlah nilai seluruh siswa (∑ R)
= 2.125
60
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Nilai rata-rata siswa (R) =
R
N
=
= 70,83
Presentase ketuntasan belajar (X) =
X=
N
x 100%
x 100%
X = 36,66 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan prasiklus ini,
ternyata tingkat ketuntasan belajar siswa masih dalam kategori rendah
yaitu hanya 11 siswa yang tuntas (36,66%) dan sebanyak 19 siswa tidak
tuntas (63,34%) dengan nilai rata-rata kelas 72,33. Dengan data yang
telah diperoleh tersebut, selanjutnya peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan model Experiential Learning dengan
tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPA tentang Benda dan Sifatnya.
2. Analisis Data Siklus I
a. Data Hasil Pengamatan
Pada siklus I ini pembelajaran IPA dengan materi Benda dan
Sifatnya sudah mulai menerapkan model Experiential Learning.
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini, selain menyampaikan
materi pelajaran peneliti juga melakukan pengamatan terhadap
61
aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh guru kelas yang
berperan sebagai kolaborator yang mengamati pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti.
Kegiatan pembelajaran ini diakhiri dengan mengerjakan soal
tes, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
menguasai materi. Hasil nilai siswa tersebut juga dijadikan sebagai
indikator keberhasilan pembelajaran dengan model Experiential
Learning. Data nilai tes siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Nilai Tes IPA Siswa Kelas III B pada Siklus I
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
L/P
L
L
P
L
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
NAMA
Ahmad Ramadhan Nazali
Ahmad Daffa Widianto
Arleen Najwa Azzahra
Denis Darmawan
Farhan Pratama
Fredie Surya Susila
Galuh Sekar Tripasati
Gibran Ahmad Al-Faruqi
Isniatun Hasanah
Isna Auladina Salsabila
Indri Septiani Rahmawati
Muhammad Habibul Khaliq
Muna Salma Mufidah
M. Khuzni Anwar Fuadi
M. Raditiya Agra
M. Ibnu Syaputra
Nisrina Cahya Nabila
Nita Erlina
Netanya Destia Putri
Naisya Arimbi
Najmudin Al-Thof
Ravika Zaki Ningrum
62
Nilai
90
80
95
95
75
95
100
75
100
65
85
80
90
80
75
80
95
75
70
100
30
100
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
23
24
25
26
27
28
29
30
L
L
L
P
P
P
P
P
Regad Dwi Lazuard
Rehandika Bakti Nugraha
Ryan Dwi Saputra
Salma Azzahra
Fina Nikmatussania
Velistya Bunga Renata Putri
Zahra Oktaviana
Renata Amelia
Jumlah
Rata-rata
100
100
70
95
100
100
70
95
2.560
85,33
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa:
Jumlah seluruh siswa (Σ N)
= 30
Jumlah siswa yang tuntas belajar (∑ ) = 21
Jumlah nilai seluruh siswa (∑ R)
= 2560
Nilai rata-rata siswa (R)
=
R
N
=
= 85,33
Presentase ketuntasan belajar (X) =
X=
N
x 100%
x 100%
X = 70 %
Berdasarkan data di
atas, setelah menerapkan model
Experiential Learning dalam pembelajaran siklus I, nilai dan jumlah
ketuntasan siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 70%.
Meskipun telah mengalami peningkatan namun jumlah ketuntasan
63
belajar siswa belum mencapai target. Sehingga peneliti akan
melanjutkan
penelitian
di
siklus
selanjutnya
dengan
model
pembelajaran yang sama yaitu model Experiential Learning dengan
memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam siklus I.
b. Refleksi
Setelah menerapkan model Experiential Learning aktifitas
pembelajaran dapat berlangsung menarik, ini terlihat dari siswa yang
sangat antusias dalam melakukan percobaan secara langsung. Selain
itu, nilai belajar siswa juga mengalami peningkatan dibandingkan
dengan nilai pada saat prasiklus namun belum mencapai target.
Dalam pelaksanaan siklus I ini, masih banyak kekurangan dan
kelemahan yang perlu diperbaiki, antara lain:
1) Dalam menyampaikan materi belum sistematis.
2) Suara kerang keras.
3) Guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga
siswa masih banyak yang bermain sendiri.
4) Guru kurang persiapan dalam menyediakan media dan peralatan
cadangan untuk percobaan, sehingga siswa kebingungan dan
ramai sendiri ketika ada yang tidak membawa peralatan yang
dibutuhkan.
5) Siswa masih pasif dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan
oleh guru karena kurang menarik.
64
Dari hasil analisis di atas, maka peneliti perlu untuk
melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Perbaikan yang
harus dilakukan antara lain:
1) Dalam menyampaikan materi harus urut.
2) Dalam menyampaikan materi suara harus keras dan jelas.
3) Guru harus menyiapkan media serta peralatan cadangan yang
dibutuhkan untuk percobaan.
4) Guru harus bisa bersikap tegas dalam mengkondisikan siswa agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif.
5) Memperkecil jumlah anggota kelompok agar lebih efektif.
6) Guru perlu memberikan rewards kepada siswa untuk menarik
perhatian siswa agar bersemangat dan berlomba-lomba untuk
bertanya maupun menjawab pertanyaan.
3. Analisis Data Siklus II
a. Data Hasil Pengamatan
Pada siklus II ini pembelajaran IPA dengan materi Benda dan
Sifatnya masih menerapkan model Experiential Learning dengan
melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I.
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini, selain menyampaikan
materi pelajaran peneliti juga melakukan pengamatan terhadap
aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh guru kelas yang
65
berperan
sebagai
kolaborator
yang
mengamati
pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan soal tes
untuk dikerjakan siswa. Tujuan tes ini untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi. Hasil nilai siswa tersebut
juga dijadikan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran dengan
model Experiential Learning. Data nilai tes IPA siswa kelas III B
pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Nilai Tes IPA Siswa Kelas III B pada Siklus II
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
L/P
L
L
P
L
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
L
L
L
P
NAMA
Ahmad Ramadhan Nazali
Ahmad Daffa Widianto
Arleen Najwa Azzahra
Denis Darmawan
Farhan Pratama
Fredie Surya Susila
Galuh Sekar Tripasati
Gibran Ahmad Al-Faruqi
Isniatun Hasanah
Isna Auladina Salsabila
Indri Septiani Rahmawati
Muhammad Habibul Khaliq
Muna Salma Mufidah
M. Khuzni Anwar Fuadi
M. Raditiya Agra
M. Ibnu Syaputra
Nisrina Cahya Nabila
Nita Erlina
Netanya Destia Putri
Naisya Arimbi
Najmudin Al-Thof
Ravika Zaki Ningrum
Regad Dwi Lazuard
Rehandika Bakti Nugraha
Ryan Dwi Saputra
Salma Azzahra
66
Nilai
100
95
100
100
90
100
100
90
85
90
90
90
85
90
85
95
95
90
85
100
55
95
100
100
65
100
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
27
28
29
30
P
P
P
P
Fina Nikmatussania
Velistya Bunga Renata Putri
Zahra Oktaviana
Renata Amelia
Jumlah
Rata-rata
100
100
95
100
2.765
92,16
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa:
Jumlah seluruh siswa (Σ N)
= 30
Jumlah siswa yang tuntas belajar (∑ ) = 28
Jumlah nilai seluruh siswa (∑ R) = 2765
Nilai rata-rata siswa (R) =
R
N
=
= 92,16
Presentase ketuntasan belajar (X) =
X=
N
x 100%
x 100%
X = 93,33 %
Berdasarkan data di atas, setelah melakukan perbaikanperbaikan dalam melaksanakan pembelajaran siklus II sudah
dikategorikan berhasil karena tingkat ketuntasan belajar siswa sudah
melampaui target yaitu sebesar 93,33.% dengan nilai rata-rata kelas
92,16.
67
b. Refleksi
Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti telah berhasil
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi Benda dan
Sifatanya pada siswa kelas kelas III B MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga yaitu sebesar 93,33% telah mencapai KKM. Oleh karena itu,
pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II. Namun meskipun
demikian, masih ada PR yang harus dilakukan oleh guru. Salah
satunya yaitu memberikan perhatian dan tambahan jam pelajaran
khusus untuk siswa yang belum lancar dalam membaca dan menulis.
Hal ini perlu dilakukan agar siswa tersebut tidak tertinggal oleh
teman-temannya.
Selain itu, guru harus tetap selalu melakukan inovasi baru
dalam melaksanakan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II dengan menerapkan model Experiential Learning menunjukkan
adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi
Benda dan Sifatnya. Data tersebut dapat kita lihat pada tabel rekapitulasi 4.4
berikut ini:
68
Tabel 4.4 Data Hasil Rekapitulasi Nilai IPA Persiklus
NO.
L/P
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
L
L
P
L
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
L
L
L
P
P
P
P
P
Ahmad Ramadhan Nazali
Ahmad Daffa Widianto
Arleen Najwa Azzahra
Denis Darmawan
Farhan Pratama
Fredie Surya Susila
Galuh Sekar Tripasati
Gibran Ahmad Al-Faruqi
Isniatun Hasanah
Isna Auladina Salsabila
Indri Septiani Rahmawati
Muhammad Habibul Khaliq
Muna Salma Mufidah
M. Khuzni Anwar Fuadi
M. Raditiya Agra
M. Ibnu Syaputra
Nisrina Cahya Nabila
Nita Erlina
Netanya Destia Putri
Naisya Arimbi
Najmudin Al-Thof
Ravika Zaki Ningrum
Regad Dwi Lazuard
Rehandika Bakti Nugraha
Ryan Dwi Saputra
Salma Azzahra
Fina Nikmatussania
Velistya Bunga Renata Putri
Zahra Oktaviana
Renata Amelia
Jumlah
Rata-rata
69
Pra
Siklus
85
80
95
75
75
60
75
55
70
55
75
85
70
50
45
80
90
70
60
65
45
85
90
45
45
85
85
75
65
90
2.125
70,83
Siklus I
Siklus II
90
80
95
95
75
95
100
75
100
65
85
80
90
80
75
80
95
75
70
100
30
100
100
100
70
95
100
100
70
95
2.560
85,33
100
95
100
100
90
100
100
90
85
90
90
90
85
90
85
95
95
90
85
100
55
95
100
100
65
100
100
100
95
100
2.765
92,16
Tabel 4.5 Data Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPA
Pelaksanaan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus I
Tuntas
11
21
28
Tidak Tuntas
19
9
2
Ketuntasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
saat pra siklus di kelas III B MI Ma’arif Mangunsari khususnya mata
pelajaran IPA, pembelajaran sudah berpusat pada siswa (student centered).
Namun metode yang digunakan belum efektif, karena hanya menggunakan
metode ceramah dan diskusi. Jadi siswa belajar secara abstrak dan tidak
mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya. Sehingga konsep yang
tertanam pada diri siswa sangat lemah, akibatnya nilai mata pelajaran IPA
materi Benda dan Sifatnya sebanyak 19 siswa masih di bawah KKM yang
telah ditentukan yaitu 80.
Selanjutnya dari hasil pengamatan pra siklus tersebut, kemudian
peneliti berusaha untuk melakukan inovasi dengan cara menerapkan model
Experiential Learning pada mata pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya.
Dengan menerapkan model Experiential Learning tersebut diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti mulai melakukan tindakan siklus I dengan menerapkan model
Experiential Learning yang dilaksanakan pada tanggal 29 September 2014.
Pada siklus I ini siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan percobaan.
70
Dalam melakukan percobaan tersebut siswa mengalami kebingungan karena
dalam menjelaskan langkah-langkah percobaan suara guru kurang keras dan
tidak urut seperti yang ada di lembar kerja siswa (LKS). Setelah selesai
melakukan percobaan, guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan
dilanjutkan dengan mengatur jalannya presentasi setiap kelompok. Dalam
kesempatan tanya-jawab di siklus I ini siswa kurang aktif, hanya ada
beberapa siswa yang berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Sebelum pembelajaran selesai, guru membagikan soal tes. Ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang telah disampaikan sekaligus sebagai indikator
keberhasilan pembelajaran.
Dari data hasil tes siklus I tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan. Dari sebelumnya pada pra siklus yang tuntas hanya
11 siswa (36,66 %), pada siklus I ini yang tuntas meningkat sebanyak 21
siswa (70%). Dalam pelaksanaan siklus I ini masih banyak kekurangan yang
harus diperbaiki. Selain itu, meskipun ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan, namun belum mencapai target yaitu sebanyak 80% siswa tuntas.
Oleh karena itu, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 1
Oktober 2014. Dalam siklus II ini peneliti masih menerapkan model dan
metode pembelajaran yang sama dengan memperbaiki kekurangankekurangan dari siklus I.
71
Berbeda dengan siklus I sebelumnya, pembelajaran siklus II ini bisa
berjalan lebih kondusif dan siswa juga lebih aktif dan bersemangat untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Karena sebelumnya guru telah menjanjikan
kepada siswa, bahwa siswa yang serius dalam pembelajaran, aktif bertanya
ataupun menjawab pertanyaan akan mendapatkan tambahan nilai serta yang
bermain atau ramai sendiri nilainya akan dikurangi. Seperti biasanya, sebelum
pembelajaran selesai, guru membagikan soal tes untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan
sekaligus sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.
Dari data hasil tes siklus II, menunjukkan peningkatan prestasi belajar
siswa yaitu sebanyak 28 siswa (93,33%) telah mencapai KKM. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya dengan model Experiential
Learning dianggap berhasil dan pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II.
Tabel 4.6 Diagaram Hasil Belajar IPA Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III B
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus
Siklus I
Pra Siklus
72
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Dari grafik di atas dapat kita lihat adanya peningkatan prestasi belajar
siswa kelas III B pada mata pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya. Pada
saat pra siklus sebelum menerapkan model Experiential Learning tingkat
ketuntasan siswa hanya 36,66%. Kemudian pada siklus I setelah menerapkan
model Experiential Learning ketuntasan belajar siswa meningkat sebanyak
70% dan setelah melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II berhasil
mencapai target yaitu sebesar 93,33% siswa kelas III B nilainya mencapai
KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 92,16.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model Experiential
Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya
pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi
Benda dan Sifatnya dengan Model Experiential Learning pada Siswa
Kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015” dapat disimpulkan bahwa penerapan model Experiential
Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPA tentang materi Benda dan Sifatnya di kelas III B MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi nilai ratarata siswa persiklus yang mengalami peningkatan dari nilai rata-rata kelas
70,83 menjadi 85,33 pada siklus I dan menjadi 92,16 pada siklus kedua.
Jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM mengalami peningkatan dari
11 siswa (36,66%) meningkat menjadi 21 siswa (70%) pada siklus I dan
bertambah menjadi 28 siswa (93,33%) pada siklus kedua.
B. Saran
Telah
terbuktinya
model
Experiential
Learning
dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa
kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga, maka kami sarankan halhal sebagai berikut:
74
1.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, guru harus
menyiapkan materi, metode, media, dan sebagainya dengan matang
agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan
siswa pun akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
2.
Sebagai guru harus selalu berinovasi dengan menerapkan model
pembelajaran aktif yang berfariasi sehingga kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung menyenangkan dan siswa tidak cepat bosan.
Salah satunya yaitu dengan menerapkan model Experiential
Learning yang menekankan kegiatan belajar melalui pengalaman
langsung, sehingga pembelajaran bisa lebih bermakna bagi siswa.
3.
Guru hendaknya selalu berusaha untuk melibatkan siswa secara
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas (student
centered) bukan sebaliknya guru yang aktif, peran guru hanya
sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
4.
Guru harus rela meluangkan waktu untuk memberikan jam
pelajaran tambahan untuk siswa yang masih dalam kategori rendah.
Hal ini perlu dilakukan agar siswa tersebut tidak ketinggalan
dengan teman-temannya. Jika dibiarkan hal tersebut dapat
mengganggu dan menghambat proses pembelajaran.
75
C. Penutup
Rasa syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT
atas terselesainya penelitian ini. Dengan menyadari akan kekurangan dan
kekhilafan yang ada pada diri penulis. Oleh karena, itu penulis mengharap
kritik dan saran dari para pembaca demi lebih sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Pintar Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta:
Laksana.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. 2011. Kamus
Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta Timur: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1990. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Hamalik, Oemar. 199. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan
CBSA. Bandung: CV. Sinar Baru Offset Bandung.
Hatimah, Ihat. 2001. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1954040219
80112001IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_d
an.pdf (Diakses: 24 September 2014).
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Garnida, D dan Rudy Budiman. 2002. Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran
Pendidikan IPA Madrasah Ibtidaiyah. Ditjen Binbaga Departemen
Agama.
77
Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali.
Kecil,
Lentera.
2012.
Penulisan
Daftar
Pustaka
dari
Internet.
http://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet
(Diakses:
14 Agustus 2014).
Mahfudz,
Alby.
2011.
Model
Pembelajaran
Experiential
Learning.
http://albymahfudz.blogspot.com/ (Diakses: 18 Juli 2014).
Mubarokah, Ikfi. 2014. Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Dengan Model Experiential Learning. Skripsi.
Jakarta: UIN Jakarta.
Mulyasa, E. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nahwiyah,
Sopiyatun.
2012.
Definisi
Pembelajaran
Experiential.
http://sopiatunnahwiyah.blogspot.com/2012/10/definisi-pembelajaranexperiental.html. (Diakses: 23 Nopember 2014).
Priyono dan Titik Sayekti. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas
III. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Purnami, Rahayu S. dan Rohayati. 2013. Implementasi Metode Experiential
Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang
Integrasi
Teknologi,
Manajemen
dan
Bisnis.
[Pdf].
http://repository.upi.edu/pdf. (Diakses: 18 Juli 2014).
Rindu,
Jari.
2012.
Pengertian
Pendekatan
Metode.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metodeteknik.html (Diakses: 24 September 2014).
Rositawati, S. dan Aris Muharram. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan Depdiknas.
78
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Septi.
2012.
Pengertian
Prestasi
Belajar
Menurut
Para
Ahli.
http://gugutlutfichasepti.blogspot.com (Diakses: 14 Agustus 2014).
Silbermen, Mel. 2014. Handbook Experiential Learning. Bandung: Nusa Media.
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Sriyanti, L, Erawati, M, & Suwardi. 2008. Teori-Teori Pembelajaran. Salatiga:
STAIN Salatiga.
Sularmi dan Wijayanti. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI 3. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suyadi. 2013. Panduan Penelitian Tindakan Kelas; cet.ke-X; Yogyakarta: Diva
Press.
Syah, Habibi. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Wikipedia
Bahasa
Indonesia.
2014.
Teori
Perkembangan
Kognitif.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif (Diakses: 3
September 2014).
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
W.J.S. Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Revisi.
Jakarta: Balai Pustaka.
Zaini, H, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
2
3
4
5
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA GURU
Daftar Pertanyaa:
1. Metode apa saja yang guru terapkan dalam mengajar IPA kelas III B?
2. Kalau IPA khususnya materi Benda dan Sifatnya menggunakan metode
apa?
3. Berapa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran IPA kelas
III?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengajar siswa kelas III B?
HASIL WAWANCARA GURU
1. Peneliti : “Metode apa saja yang guru terapkan dalam mengajar IPA kelas
III B?”
Guru
: “Ya, seperti pelajaran biasanya. Metode ceramah, diskusi, tanya-
jawab, penugasan”.
2. Peneliti : “Kalau IPA khususnya materi Benda dan Sifatnya menggunakan
metode apa?”
Guru
: “Untuk materi ini menggunakan metode ceramah kemudian
diskusi”.
3. Peneliti : “Berapa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran
IPA kelas III?”
Guru
: “KKM nya 80”.
4. Peneliti : “Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengajar siswa kelas III
B?”
Guru
: “Kendalanya biasa, Mas. Masih anak-anak, jadi susah diatur”.
6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester
: III B / 1
Pertemuan Ke-
: Siklus I
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
Waktu Pelaksanaan : Senin, 29 September 2014
A. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda
padat, cair, dan gas.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengidentifikasi sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.
2. Membandingkan sifat benda padat, cair, dan gas.
3. Menyebutkan sifat benda padat, cair, dan gas.
4. Mengelompokkan benda padat, cair, dan gas.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.
2. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat benda padat melalui praktik.
3. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat benda cair melalui praktik.
4. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat benda gas melalui prkatik.
5. Siswa dapat mengelompokkan benda-benda di sekitarnya sebagai
benda padat, cair, dan gas.
7
E. Materi Pelajaran
1. Wujud Benda
a. Benda Padat
Sifat-sifat benda padat antara lain: keras, dapat dilihat, dapat
dipegang, bentuk tetap. Contoh: buku, bolpoin, pensil, kayu, besi.
b. Benda Cair
Sifat-sifat benda padat antara lain: dapat disentuh tetapi tidak dapat
di pegang, bentuknya selalu berubah sesuai dengan wadahnya,
selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Permukaannya selalu datar. Contoh: air, minyak goreng,
kecap, dan lain-lain.
c. Benda Gas
Sifat-sifat benda padat antara lain: tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan, bentuk selalu berubah sesuai dengan tempatnya,
menekan ke segala arah.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model
Experiential
3. Metode eksperimen
Learning
4. Metode diskusi
2. Metode Ceramah
5. Metode tanya-jawab
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Dalam kegiatan ini, guru:
a. Memberi salam.
b. Mengabsen siswa.
c. Memberikan semangat dan motivasi kepada siswa.
d. Melakukan apersepsi.
e. Menyampaikan tema yang akan dipelajari.
f. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
8
2. Kegiatan Inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1) Siswa membaca teks bacaan secara bergantian.
2) Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang isi bacaan dan benda-benda
yang ada di sekitarnya.
3) Guru menjelaskan pokok materi.
4) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 6 siswa.
5) Guru menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan percobaan.
b. Elaborasi
No. Tahap
Experiential
1)
Concrete
Experiential
2)
3)
4)
Keterangan
Siswa dihadapkan dengan benda-benda yang sudah
biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti
air dalam botol, batu, dan balon.
Kemudian siswa melakukan beberapa percobaan dan
mengamati perubahan yang terjadi.
Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dengan
Reflection
teman sekelompoknya untuk menjawab pertanyaanObservation
pertanyaan berikut ini:
a) Bagaimana bentuk air di dalam botol?
b) Bagaimana bentuk air jika dituangkan ke wadah
yang berbeda?
c) Bagaimana bentuk batu ketika diletakkan di atas
meja?
d) Bagaimana bentuk batu jika dimasukkan ke
dalam botol?
e) Bagaimana bentuk balon?
f) Apakah isi balon dapat terlihat?
Siswa menyimpulkan sifat-sifat benda cair, padat
Abstract
Conceptualization dan gas.
Siswa menulis dan mengelompokkan nama-nama
Active
benda disekitarnya berdasarkan sifat-sifatnya.
Experimentation
c. Konfirmasi
1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing
secara bergantian.
2) Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain.
3) Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hasil percobaannya.
4) Guru memberikan apresiasi terhadap hasil percobaan siswa.
5) Guru meluruskan apabila ada kesalahpahaman siswa terhadap materi.
2
3. Kegiatan Penutup (15 menit)
a. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi.
b. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Belajar
1. Media Pembelajaran
a. Benda-benda yang ada di dalam
kelas, seperti: meja, kursi, buku,
dan sebagainya.
b. Botol mineral berisi air.
c. Gelas
d. Mangkok
e. Balon
f. Plastik bening
g. Air sirup
3
2. Sumber Belajar:
a. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
untuk Kelas III SD/MI, Penerbit: Pusat Perbukuan Depdiknas, hal: 65-71.
b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas III, Penerbit: Pusat
Perbukuan Depdiknas, hal: 67-78.
I. Penilaian
1. Jenis Tes
: Tertulis
2. Bentuk Tes : Pilihan ganda dan esay
3. Atal Tes
: Soal-soal tes (terlampir)
4. Prosedur Penilaian:
A. Benar X 5
→ 10 X 5 = 50
B. Benar X 10
→ 5 X 10 = 50
Total = 100
Salatiga, 29 September 2014
Mengetahui,
Guru Kelas
Peneliti
Syafi’il Abthohi
Danang Jatmiko
NIP.
NIM. 11510088
5
Nama
: ........................................
Kelas
: ............
No. Absen
: ............
POST-TEST
SIKLUS 1
A. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cara memberi tanda
silang (X) pada jawaban yang benar!
1.
2.
3.
Di bawah ini adalah contoh benda padat, kecuali...
a. Kayu
c. Sirup
b. Pensil
d. Batu
Di bawah ini yang merupakan contoh benda gas adalah...
a. Minyak
c. Kapur
b. Asap pabrik
d. Sendok
Sifat benda padat adalah...
a. Bentuk dan besarnya selalu berubah
b. Bentuk selalu berubah tetapi besarnya selalu tidak berubah
c. Bentuk selalu tidak berubah tetapi besarnya selalu berubah
d. Bentuk dan besarnya selalu tidak berubah
4.
Jika air di sungai dimasukkan ke dalam tangki truk, maka bentuk
air akan....
5.
a. Tetap
c. Menjadi lebih besar
b. Seperti tangki truk
d. Menjadi lebih kecil
Sifat benda cair adalah....
a. Bentuk dan volumenya selalu berubah
b. Bentuk dan volumenya selalu tetap
c. Bentuk selalu berubah tetapi volumenya tetap
d. Bentuk selalu tetap tetapi volumenya selalu berubah
6.
Di bawah ini yang merupakan contoh benda cair adalah...
a. Oksigen
c. Angin
b. Embun
d. Pasir
6
7.
8.
9.
Di bawah ini adalah contoh benda padat, kecuali.. .
a. Kecap
c. Botol
b. Poci
d. Gelas
Contoh benda yang selalu mengisi seluruh ruangan adalah....
a. Air
c. Piring
b. Gelas
d. Udara
Ketika memompa ban sepeda, sebenarnya kita memasukkan.....
ke dalam ban tersebut.
a. Pasir
c. Angin
b. Debu
d. Air
10. Benda yang bentuknya selalu berubah tetapi volumenya selalu
tetap adalah...
a. Udara
c. Angin
b. Minyak
d. Kayu
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!
1. Berdasarkan wujudnya, benda-benda dapat dibedakan
menjadi...
2. Bentuk selalu berubah tetapi volume selalu tetap adalah sifat
benda...
3. Benda gas yang dibutuhkan manusia untuk bernafas adalah...
4. Bensin, minyak tanah, dan minyak goreng termasuk contoh
benda...
5. Buku dan papan tulis adalah contoh benda....
7
Kunci Jawaban (Post-Test Siklus 1)
A.
B.
1.
C
6. B
1. Tiga (3)
2.
B
7. A
2. Cair
3.
D
8. D
3. Oksigen
4.
B
9. C
4. Cair
5.
C
10. B
5. Padat
Prosedur Penilaian
1. Soal pilihan ganda
Benar X 5
→ 10 X 5
= 50
2. Soal esay
Benar X 10 → 5 X 10
= 50
Total
= 100
8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester
: III B / 1
Pertemuan Ke-
: Siklus II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
Waktu Pelaksanaan : Rabu, 1 Oktober 2014
A. Standar Kompetensi
3. Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau
rasa) yang dapat diamati akibat dari pembakaran, pemanasan, dan
diletakkan di udara terbuka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mengubah sifat benda.
2. Menjelaskan adanya perubahan sifat benda akibat pembakaran,
pemanasan, dan diletakkan di tempat terbuka.
3. Membandingkan benda sebelum dan sesudah mengalami perubahan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mengubah sifat
benda.
2. Siswa dapat menjelaskan adanya perubahan sifat benda akibat
pembakaran melalui eksperimen.
9
3. Siswa dapat menjelaskankan adanya perubahan sifat benda akibat
pemanasan melalui eksperimen.
4. Siswa dapat menjelaskan adanya perubahan sifat benda akibat di
letakkan di tempat terbuka melalui eksperimen.
5. Siswa dapat menjelaskan perbandingan benda sebelum dan sesudah
dibakar.
6. Siswa dapat menjelaskan perbandingan benda sebelum dan sesudah
dipanaskan.
7. Siswa dapat menjelaskan perbandingan benda sebelum dan sesudah
diletakkan ditempat terbuka.
E. Materi Pelajaran
2. Perubahan Wujud Benda
a. Pembakaran
Benda yang dibakar akan berubah sifat. Contohnya, pembakaran
kayu menjadi arang.
b. Pemanasan
Proses pemanasan juga dapat mengubah sifat benda. Misalnya, air
setelah dipanaskan akan menguap, nasi yang semula lunak setelah
dipanaskan akan menjadi keras.
c. Diletakkan di Tempat Terbuka
Beberapa jenis benda akan berubah sifat jika diletakkan di tempat
terbuka. Misalnya, bensin jika diletakkan ditempat terbuka lamakelamaan akan habis karena berubah menjadi gas.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Experiential Learning
4. Metode diskusi
2. Metode ceramah
5. Metode tanya-jawab
3. Metode eksperimen
10
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan ini, guru:
a. Memberi salam.
b. Mengabsen siswa.
c. Memberikan semangat dan motivasi kepada siswa.
d. Melakukan apersepsi.
e. Menyampaikan tema yang akan dipelajari.
f. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
(3) Guru bertanya-jawab tentang benda-benda di sekitarnya.
(4) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang beranggotakan
5 siswa.
(5) Guru menjelaskan langkah-langkah kerja untuk percobaan.
b. Elaborasi
No. Tahap
Keterangan
Experiential
1)
Concrete
Siswa melakukan beberapa percobaan
Experiential
(pembakaran,
pemanasan,
dan
meletakkan di tempat terbuka) dan
mengamati perubahan yang terjadi.
2)
Reflection
Siswa mendiskusikan hasil pengamatan
Observation
dengan teman sekelompoknya untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
g) Bagaimana sifat benda sebelum
dibakar?
h) Bagaimana
dibakar?
11
sifat
benda
setelah
i) Bagaimana sifat benda sebelum
dipanaskan?
j) Bagaimana
sifat
benda
setelah
dipanaskan?
k) Bagaimana wujud benda sebelum
diletakkan di tempat terbuka?
l) Bagaimana wujud benda setelah
diletakkan di tempat terbuka?
3)
Abstract
Siswa menyimpulkan perubahan sifat
Conceptualization
benda setelah dilakukan pembakaran,
pemanasan, dan diletakkan di tempat
terbuka.
4)
Active
Siswa mengelompokkan benda-benda
Experimentation
yang
wujud
dapat
mengalami
berdasarkan
perubahan
faktor
yang
memperngaruhinya.
c. Konfirmasi
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masingmasing secara bergantian.
7) Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain.
8) Guru
bertanya-jawab
dengan
siswa
tentang
hasil
percobaannya.
9) Guru memberikan apresiasi terhadap hasil percobaan siswa.
10) Guru meluruskan apabila ada kesalahpahaman siswa terhadap
materi.
3. Kegiatan Penutup
e. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi.
f. Siswa mengerjakan soal evaluasi (post-test).
g. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
12
h. Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Belajar
1. Media Pembelajaran
a. Korek api
e. Air
b. Lilin
f. Nasi
c. Kertas
g. Alkohol
d. Setrika
h. Bensin
2. Sumber Belajar:
a. Buku
Sekolah
Elektronik
(BSE)
“Senang
Belajar
Ilmu
Pengetahuan Alam untuk Kelas III SD/MI, Penerbit: Pusat
Perbukuan Depdiknas, hal: 72-74.
b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas III, Penerbit:
Pusat Perbukuan Depdiknas, hal: 73-78.
I. Penilaian
1. Jenis Tes
: Tertulis
2. Bentuk Tes : Pilihan ganda dan esay
3. Atal Tes
: Soal-soal tes (terlampir)
4. Prosedur Penilaian:
A. Benar X 5
→ 10 X 5 = 50
B. Benar X 10
→ 5 X 10 = 50
Total = 100
Salatiga, 1 Oktober 2014
Mengetahui,
Guru Kelas
Peneliti
Syafi’i Abthohi
Danang Jatmiko
NIP.
NIM. 11510088
13
Nama
: ........................................
Kelas
: ............
Soal Post-test
Siklus 2
No. Absen
: ............
A. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cara memberi tanda
silang (X) pada jawaban yang benar!
1.
Kayu jika dibakar akan berubah menjadi...
c. Batu
c. Tetap kayu
d. Arang
d. Daun
2.
Bensin akan habis jika...
c. Disimpan di dalam botol
terbuka
d. Disimpan di dalam kulkas
tangki
3.
Batu jika dipanaskan akan...
e. Tetap tidak berubah
f. Meleleh
c. Diletakkan di tempat
d. Disimpan di dalam
c. Hancur
d. Mencair
4.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang dapat merubah wujud
benda, kecuali....
c. Diletakkan di tempat terbuka
c. Dibakar
d. Dipanaskan
d. Dibingkai
5.
Contoh benda yang berubah sifatnya saat diletakkan ditempat
terbuka adalah....
e. Kecap
c. Minyak goreng
f. Kapur barus
d. Batu
6.
Warna arang kayu adalah...
c. Merah
d. Kuning
c. Hitam
d. Hijau
2
7.
Jika dibakar dengan suhu yang sangat tinggi, besi akan.. .
c. Tetap tidak berubah
c. Menjadi padat
d. Menjadi arang
d. Meleleh
8.
Air jika dipanaskan akan berubah menjadi...
c. Es
c. Uap
d. Kecap
d. Arang
Di bawah ini adalah contoh benda yang berubah sifatnya saat
diletakkan ditempat terbuka, kecuali....
c. Karet
c. Kapur barus
d. Bensin
d. Minyak kayu putih
9.
10. Nasi akan berubah menjadi keras jika...
c. dimakan
c. dibungkus
d. dipanaskan
d. direbus
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!
1. Kertas akan berubah wujud jika...
2. Bensin jika diletakkan di tempat terbuka lama-lama akan...
3. Air akan berubah menjadi uap jika...
4. Apel, kentang, es batu, es krim, akan berubah wujud jika....
5. Arang dibuat dengan cara....................................... kayu.
(Kunci Jawaban (Post-test Siklus 2)
B.
B.
1. dibakar
2. habis
3. dipanaskan
4. diletakkan di
6.
7.
8.
9.
B
6. C
C
7. D
A
8. C
D
9. A
tempat terbuka
10. B
10. B
5. membakar
3
Prosedur Penilaian
3. Soal pilihan ganda
Benar X 5
→ 10 X 5
= 50
4. Soal esay
Benar X 10 → 5 X 10
= 50
Total
= 100
4
LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Sekolah
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Kelas
: III B
Mata Pelajaran
: IPA
Materi
: Benda dan Sifatnya
Hari/Tanggal
: Senin, 29 September 2014
Jam Pelajaran Ke- : 3-4
Jumlah Siswa Hadir :
No.
1.
2.
Aspek yang Diamati
Pendahuluan
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
tema yang akan dipelajari.
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa.
Pembelajaran
a. Siswa memperhatikan teks bacaan yang dibaca
oleh siswa lain.
b. Siswa aktif bertanya-jawab dengan guru
tentang benda-benda yang berada di sekitarnya.
c. Tahap Experiential Learning
1) Concrete Experiential
Siswa
saling
bekerjasama
dalam
melakukan pengamatan dan percobaan
tentang sifat-sifat benda sesuai dengan
prosedur.
2) Reflection Observation
Siswa saling berdiskusi dengan teman
sekelompok tentang sifat-sifat benda yang
telah diamati pada percobaan
3) Abstract Conceptualization
Siswa bekerjasama dengan kelompoknya
menyimpulkan sifat-sifat benda yang telah
5
Aspek
Penelitian
B
C
K
diamati dalam percobaan
4) Active Experimentation
Siswa
mampu
menyebutkan
dan
mengelompokkan benda padat, cair dan
gas berdasarkan sifat-sifatnya
d. Siswa menyiapkan laporan hasil kerja
kelompok.
e. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
f. Siswa aktif menanggapi presentasi kelompok
lain.
g. Siswa aktif bertanya-jawab dengan guru.
Penutup
a. Siswa menyimpulkan seluruh materi.
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Salatiga, 29 September 2014
Observer
Danang Jatmiko
NIM. 11510088
6
LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Sekolah
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Kelas
: III B
Mata Pelajaran
: IPA
Materi
: Benda dan Sifatnya
Hari/Tanggal
: Rabu, 1 Oktober 2014
Jam Pelajaran Ke- : 3-4
Jumlah Siswa Hadir :
No.
1.
2.
Aspek yang Diamati
Pendahuluan
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
tema yang akan dipelajari.
d. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa.
Pembelajaran
h. Siswa memperhatikan teks bacaan yang dibaca
oleh siswa lain.
i. Siswa aktif bertanya-jawab dengan guru
tentang benda-benda yang berada di sekitarnya.
j. Tahap Experiential Learning
5) Concrete Experiential
Siswa
saling
bekerjasama
dalam
melakukan pengamatan dan percobaan.
6) Reflection Observation
Siswa saling berdiskusi dengan teman
sekelompok tentang hasil percobaan.
7) Abstract Conceptualization
Siswa bekerjasama dengan kelompoknya
menyimpulkan perubahan wujud benda
akibat pembakaran, pemanasan, dan
meletakkan di tempat terbuka.
7
Aspek
Penelitian
B
C
K
8) Active Experimentation
Siswa mampu menjelaskan perubahan
wujud
benda
akibat
pembakaran,
pemanasan, dan meletakkan di tempat
terbuka.
k. Siswa menyiapkan laporan hasil kerja
kelompok.
l. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
m. Siswa aktif menanggapi presentasi kelompok
lain.
n. Siswa aktif bertanya-jawab dengan guru.
Penutup
b. Siswa menyimpulkan seluruh materi.
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Salatiga, 1 Oktober 2014
Observer
Danang Jatmiko
NIM. 11510088
8
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
DENGAN STRATEGI EXPERIENTIAL LEARNING
Satuan Pendidikan
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Kelas
: III B
Mata Pelajaran
: IPA
Materi
: Benda dan Sifatnya
Hari/Tanggal
: Senin, 29 September 2014
Jam Pelajaran ke-
: 3-4
Berikut ini daftar pengelolaan pembelajaran dengan strategi Experiential
Learningyang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Berikan penilaian anda dengan
memberikan tanda contreng (√) pada kolom yang sesuai.
No
Aspek yang diamati
1.
A. Pendahuluan
1. Memberikan motivasi kepada siswa.
2. Melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan untuk mengetahui konsep-konsep
yang sudah dikuasai oleh siswa.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa.
A. Pembelajaran
1. Membagi siswa dalam kelompok
2. Menjelaskan prosedur dalam melakukan
percobaan
3. Tahap-tahap Experiential
a. Concrete Experiential
Memberikan permasalahan terkait materi
yang akan dipelajari.
b. Reflection Observation
Mengatur jalannya diskusi yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok.
c. Abstract Conceptualization
Guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan
sifat-sifat benda yang telah didiskusikan
bersama kelompoknya.
2.
9
Skala Penilaian
B
C
K
3.
d. Active Experimentation
Guru menyuruh siswa untuk mencatat dan
mengelompokkan nama-nama benda yang
ada di sekitarnya berdasarkan sifat-sifatnya.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil percobaan dan
diskusi kelompoknya.
5. Guru meminta anggota kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi.
6. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil
presentasi siswa.
B. Penutup
1. Membimbing siswa untuk menyimpulkan
seluruh materi pembelajaran.
2. Memberikan soal evaluasi (posttest)
Jumlah
Keterangan:
K: Kurang
C: Cukup
B: Baik
Salatiga, 29 September 2014
Observer
Syafi’i Abthohi, S.Pd.I
10
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
DENGAN STRATEGI EXPERIENTIAL LEARNING
Satuan Pendidikan
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Kelas
: III B
Mata Pelajaran
: IPA
Materi
: Benda dan Sifatnya
Hari/Tanggal
: Rabu, 1 Oktober 2014
Jam Pelajaran ke-
: 3-4
Berikut ini daftar pengelolaan pembelajaran dengan strategi Experiential Learning
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Berikan penilaian dengan memberikan
tanda centang (√) pada kolom yang sesuai.
No
Aspek yang diamati
1. A. Pendahuluan
1. Memberikan motivasi kepada siswa.
2. Melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan untuk mengetahui konsep-konsep
yang sudah dikuasai oleh siswa.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa.
2. C. Pembelajaran
7. Membagi siswa menjadi 6 kelompok
8. Menjelaskan prosedur dalam melakukan
percobaan
9. Tahap-tahap Experiential
a. Concrete Experiential
Memberikan permasalahan terkait materi
yang akan dipelajari.
b. Reflection Observation
Mengatur jalannya diskusi yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok.
c. Abstract Conceptualization
Guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan
benda-benda yang berubah wujud jika
dibakar, dipanaskan, diletakkan di tempat
terbuka.
11
Skala Penilaian
B
C
K
3.
d. Active Experimentation
Guru menyuruh siswa untuk mencatat dan
mengelompokkan nama-nama benda yang
ada di sekitarnya yang dapat berubah wujud
jika dibakar, dipanaskan, diletakkan di
tempat terbuka.
10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil percobaan dan
diskusi kelompoknya.
11. Guru meminta anggota kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi.
12. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil
presentasi siswa.
D. Penutup
3. Membimbing siswa untuk menyimpulkan
seluruh materi pembelajaran.
4. Memberikan soal evaluasi (post test)
Jumlah
Keterangan:
K: Kurang
C: Cukup
B: Baik
Salatiga, 1 Oktober 2014
Observer
Syafi’i Abthohi, S. Pd. I
12
Kegiatan Pembelajaran Siklus I
13
Kegiatan Pembelajaran Siklus II
14
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Danang Jatmiko
P.A
NIM
Progdi : Tarbiyah PGMI
: 11510088
No
1
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan
Jabatan
Nilai
Orientasi Pengenalan Akademik
25-27 Agustus
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
6
Peserta
3
Panitia
3
26 Januari 2011
Peserta
3
9 Maret 2011
Peserta
2
dan Kemahasiswaan (OPAK)
2
User Education UPT
2010
2-25 September
Perpustakaan STAIN Salatiga
3
PLCPP XX Racana STAIN
2010
8-11 November
Salatiga
4
: Peni Susapti, M.Si
2010
Nasional Workshop of
19 Desember
Entrepreneurship and Basic
2010
Cooperation 2010
5
International Religius Dialogue
22-24 Desember
2010
6
Kursus Pembina Pramuka
25-30 Januari
Tingkat Lanjut (KML)
7
Seminar politik Pilwakot yang
2011
ideal untuk masa depan Salatiga
yang lebih baik
8
Public Hearing
15
9
The Cultural Exchange Program
6-8 Juni 2011
Peserta
3
10
Kick 4 Peace
9-24 Juni 2011
Peserta
3
11
Public Hearing
25 Juni 2011
Peserta
2
12
Akhirussanah Ma’had STAIN
10 Agustus
Panitia
2
Peserta
3
Peserta
4
20 Mei 2012
Peserta
6
29 Mei 2012
Peserta
6
Salatiga
13
Dauroh Harlah 1 KAMMI
2011
21-23 Oktober
Salatiga
14
2011
Seminar Regional MENWA:
26 Oktober
“Meningkatkan Nasionalisme di
2011
tengah goncangan disintegrasi
dan pengikisan ideologi
Nasional”
15
Seminar Nasional Kristoogi dan
Tabligh Akbar
16
Seminar Nasional HMJ Tarbiyah
“Pendidikan Multikultural
sebagai Pilar Bangsa”
16
17
Seminar Nasional: “Ekonomi
2 Juni 2012
Peserta
6
8 Juni 2012
Peserta
3
20 Juni 2012
Peserta
3
23 Juni 2012
Peserta
6
7-8 Juli 2012
Peserta
3
18-23 Juli 2012
Peserta
3
23 Februari
Peserta
4
Syari’ah Bukan Ekonomi Biasa”
18
Entrepreneur School and
Training “Usaha Lancar Kuliah
Sukses”
19
Sertifikat santri Ma’had STAIN
Salatiga
20
Seminar Nasional “Mewaspadai
Gerakan Islam Garis Keras di
Perguruan Tinggi”.
21
Workshop Entrepreneurship:
“Mencetak Mahasiswa
Entrepreneur Perubahan
Ekonomi Kerakyatan di Masa
Depan”.
22
English trainer: “English
Holiday Program”
23
Seminar Nasional:
“Kepemimpinan dan Masa
2013
Depan Bangsa”
24
Entrepreneurship Training
25 Maret 2013
Peserta
3
25
English Holiday Program
21-28 Juni 2013
Peserta
3
17
18
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Diri
Nama
: Danang Jatmiko
Tempat, tanggal lahir : Kudus, 2 Maret 1991
Nama Ayah
: Kumasri
Nama Ibu
: Wartin
2. Riwayat Pendidikan
Madrasah Ibtida’iyah Tamrinut Thullab Undaan Lor lulus tahun 2004.
SMP N 2 Undaan Kudus lulus tahun 2007.
SMA N 2 Bae Kudus lulus tahun 2010.
Masih menyelesaikan pendidikan S1 Tarbiyah Program Studi PGMI di
IAIN Salatiga.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 13 Januari 2014
Yang menyatakan,
Danang Jatmiko
19
Download