MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Website : http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Muwazah SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI Danik Fujiati Mahasiswa S2 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Email: [email protected] Abstract: This paper examines the culture of patriarchy, which dominate and discriminate against women. Control of patriarchy on female sexuality, making them no longer have authority over his own body. Culture that built into the foundations of a patriarchal society with control over female sexuality, be threatening the existence of women was regarded as liyan, so that it becomes the root of the problem of gender inequality. Contributions patriarchy over the control of women's sexuality, make women experiencing the condition in which, when there are any problem affecting the female body (biological), then it happens because women's own fault. Ironically, in a society characterized by patriarkhisme, then the control, domination and discrimination both in the public and domestic over women's bodies become considered reasonable by the community, even countries. Keywords: sexuality, patriarchy, gender inequity and domination Abstrak: Paper ini mengkaji tentang budaya patriarkhi yang mendominasi dan mendiskriminasi kaum perempuan. Kontrol patriarkhi terhadap seksualitas perempuan, menjadikan mereka tidak lagi memiliki otoritas atas tubunya sendiri. Kultur yang dibangun dalam pondasi masyarakat patriarkhi dengan kontrol atas seksualitas perempuan mengancam eksistensi perempuan yang dianggap sebagai liyan, sehingga menjadi akar masalah ketidakadilan gender. Kontribusi patriarki atas kontrol terhadap seksualitas perempuan menjadikan kaum perempuan mengalami kondisi dimana, ketika ada masalah apapun yang menimpa tubuh perempuan (biologis), maka hal tersebut terjadi karena kesalahan perempuan sendiri. Ironis lagi, dalam masyarakat yang diwarnai oleh patriarkhisme, maka penguasaan, dominasi dan diskriminasi baik di ranah publik maupun domestik atas tubuh perempuan menjadi hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, bahkan negara. Kata Kunci: seksualitas, patriarkhi, ketidakadilan gender dan dominasi 1. norma yang ada, sehingga tubuh perempuan PENDAHULUAN Mengkaji seksualitas identik dengan tabu, dan pembicaraan apapun Perempuan, tidak lepas dari realitas hak atas tentang seksualitas perempuan akan divonis tubuh perempuan yang selama ini tidak pernah sebagai amoral. Himpitan patriarkhi yang dimiliki secara utuh oleh perempuan sendiri. begitu dalam terhadap tubuh perempuan Hal tersebut disebabkan oleh budaya patriarkhi menjadikan kaum perempuan dianggap sebagai yang selama ini mengejawantah dalam pola sumber masalah, ketika ada keja-dian yang pikir masyarakat. Budaya “tabu, ora ilok” melibatkan dalam masyarakat tradisional Jawa sebenarnya perempuan dengan segala atribut biologisnya merupakan konstruksi budaya patriarkhi yang menjadi sumber masalah dalam pola relasi memang dengan sengaja dijadikan sebagai dengan sarana atau alat untuk mendis-kriminasikan patriarkhis justru akan menyalahkan kaum kaum perempuan. Patriarki mendiskriminasi perempuan jika mereka mengalami kejadian tubuh perempuan agar tunduk dan patuh pada atau peristiwa yang menimpa tubuhnya. 26 | tentang tubuh laki-laki, perempuan. sehingga Artinya, masyarakat Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Stereotype perempuan sebagai bagi perempuan, seksualitas adalah eksistensi makhluk seksi, makhluk penggoda, makhluk dan perayu, janda kembang, perawan ting-ting, keperawanan dan perkosaan; maka bagi laki- STW (Setengah Tua), perawan kasep dan lain- laki, seksualitas adalah medan permainan dan lain yang sering dilekatkan pada perempuan kekuasaan. Inilah sebenarnya asimetris itu, sebagai makhluk biologis, bahkan dianggap dimana perempuan tidak memiliki hak atas “kotor” jika mereka sedang menstruasi, adalah otonomi tubuhnya, karena adanya konstruksi berbagai sosial patriarkhi, yang tidak pernah berpihak contoh perempuan. Hal ketidakadilan tersebut senada terhadap dengan harga diri, terutama dalam narasi pada kaum perempuan. pendapat para feminis, bahwa konstruksi sosial tentang seksualitas menyebabkan ketidakadilan 2. PEMBAHASAN yang menimpa kaum perempuan. Artinya, 2.1. Seks, Gender dan Seksualita. diskriminasi tersebut muncul sebagai hasil Istilah “seks” secara etimologis, konstruksi sosial berupa pembedaan antara berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian sifat (ciri) kelaki-lakian (maskulinitas) dan diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno kewanitaan (femininitas), dan bukan dari “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa perbedaan adanya Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada konstruksi ide bahwa perempuan itu lemah, periode 1150-1500 M. Seks secara leksikal emosional, lembut dan setia. Sebaliknya pria berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata digambarkan agresif. sifat (adjective), maupun kata kerja transitif Padahal sifat sifat tersebut relatif terdapat baik (verb of transitive). Secara terminologis seks dalam perempuan maupun pria. adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan genitalnya. kuat, Misalnya, rasional dan Budaya patriarkhi yang menempatkan pendorong hidup yang biasanya disebut posisi sosial kaum laki-laki lebih tinggi dari dengan insting atau naluri yang dimiliki oleh kaum setiap manusia, laki-laki maupun perempuan perempuan, sehingga mewajarkan adanya sikap dan perilaku laki-laki yang yang merendahkan konteks meneruskan keturunan. Dibandingkan istilah biologis. Misalnya, dengan menggoda atau sex, maka istilah gender bisa dikatakan muncul bersiul kepada perempuan di jalan atau belakangan. Kata sex berasal dari bahasa ditempat lainnya. Artinya, berbagai kasus yang Inggris yang berarti jenis kelamin. Dalam menimpa kaum perempuan terkait dengan kamus dikatakan bahwa sex memiliki arti ciri- tubuhnya, selalu dianggap wajar dan ironisnya, ciri yang membedakan antar jenis kelamin perempuan juga dijadikan sebagai kambing laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. hitam atas kejadian yang menimpa dirinya. Sementara gender berasal dari bahasa latin Patriarki memang tidak mungkin hidup kekal genus yang berarti jenis atau tipe Echols dan tanpa hebatnya Shadily, 1997, h.143). Menurut bahasa, kata mendiskriminasikan kaum perempuan. Jika gender diartikan sebagai kelompok kata yang perempuan dominasi, dalam dengan mempertemukan Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) mereka guna | 27 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 mempunyai sifat masfkulin, feminin atau tanpa adalah sebuah istilah yang menunjukkan keduanya, netral (Moose, 1996.h.23). Dengan pembagian peran social antara laki-laki dan demikian untuk mengurangi kesalahpahaman perempuan dan mengacu kepada pemberian maka konsep gender pertama kali harus cirri emosional dan psikologis yang diharapkan dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin oleh budaya tertentu disesuaikan dengan fisik secara biologis. laki-laki dan perempuan. Adapun istilah sex Pengertian seks atau jenis kelamin mengacu kepada perbedaan secara bilogis dan secara biologis merupakan pensifatan atau anatomis antara laki-laki dan perempuan pembagian dua jenis kelamin manusia yang (Moose. 1996, h.25). Sementara Joan Scoot, ditentukan secara biologis, bersifat permanen memberikan arti gender sebagai a constitutive (tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan element of social relationships based on perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan perceived differences between the sexes, pemberian Tuhan; sebagai seorang laki-laki and…a primary way of signifying relationships atau seorang perempuan. Melalui penentuan of power.” (Reni, 2009, h. 221). jenis kelamin secara biologis ini maka Di dalam Women’s Studies dikatakan bahwa seseorang akan disebut Encylopedia dijelaskan bahwa gender adalah berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki suatu konsep cultural yang berupaya membuat penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi perbedaan (distinction) dalam hal peran, sperma. Sementara seseorang disebut berjenis perilaku, mentalitas dan karakter emosional kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina antara dan rahim sebagai alat reproduksi, memiliki berkembang di dalam masyarakat (Zakiyudin alat dan Baidawi, 1997). Dengan demikian gender mengalami kehamilan dan proses melahirkan. bukanlah kodrat karena itu dibentuk oleh Ciri biologis ini sama di semua tempat, di manusia. Dari peran ataupun tingkah laku yang semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak diproses pembentukannya di masyarakat itu dapat dipertukarkan satu sama lain. terjadi pembentukan yang “mengharuskan” untuk menyusui (payudara) laki-laki atau perempuan yang Sementara itu, gender adalah sifat dan misalnya perempuan itu harus lemah lembut, perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan emosional, cantik, sabar, penyayang, sebagai perempuan yang dibentuk secara sosial - pengasuh anak, pengurus rumah dan lain-lain. budaya. dan Sedangkan laki-laki harus kuat, rasional, Antropologi, Gender itu sendiri adalah perilaku wibawa, perkasa (macho), pencari nafkah dan atau pembagian peran antara laki-laki dan lain-lain. Menurut Ilmu Sosiologi perempuan yang sudah dikonstruksikan atau Paparan di atas secara gamblang dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa menunjukkan bahwa gender merupakan suatu waktu tertentu pula. Artinya, gender adalah istilah yang dikonstruksi secara sosial dan konstruksi social atau bentukan masyarakat itu kultural untuk jangka waktu yang lama, yang sendiri. Mosse mengatakan bahwa gender disosialisasikan secara turun temurun maka 28 | Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 pengertian yang baku tentang konsep gender Perbedaan fungsi dan peran antara ini pun belum ada sampai saat ini, sebab laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan pembedaan laki-laki dan perempuan karena antar keduanya terdapat perbedaan berlandaskan hubungan gender dimaknai biologi atau kodrat, tetapi dibedakan atau secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dipilih-pilah menurut kedudukan, fungsi dan dari satu budaya ke budaya lain dan dari waktu peranannya masing-masing dalam berbagai ke waktu. bidang kehidupan. Diantara perbedaan seks dan gender dapat diragaan sebagai berikut: Tabel 1 Perbedaan Seks dan Gender Sumber Seks Gender Sumber pembeda Tuhan Manusia (Masyarakat) Visi dan misi Kesetaraan Kebiasaan Unsure pembeda Biologis (alat reproduksi) Kebudayaan (tingkah laku) Sifat Kodrta, tertentu, tidak dapat Harkat, martabat dapat dipertukarkan dipertukarkan Dampak Terciptanya nilai-nilai, Terciptanya norma-norma ketentuan kesempurnaan, kenikmatan, tentang pantas atau tidak pantas. Laki-laki kedamaian dll sehingga pantas jadi pemimpin, perempuan pantas menguntungkan kedua dipimpin dll sering merugikan salah satu belah pihak Keberlakuan pihak kebetulan adalah perempuan Sepanjang masa, dimana Dapat berubah, musiman dan berbeda saja tidak mengenal antara kelas pembedaan kelas Dari tabel di atas, maka dapat pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini diketahui bahwa gender bisa dipertukarkan dianggap sebagai pekerjaan kaum perempuan. satu sama lain, gender bisa berubah dan Demikian juga sebaliknya seseorang dengan berbeda dari waktu ke waktu, di suatu daerah jenis kelamin perempuan bisa saja bertubuh dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah, kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan identifikasi seseorang dengan menggunakan perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap perspektif gender tidaklah bersifat universal. maskulin Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki kekuasaan kaum laki-laki. mungkin saja bersifat keibuan dan lemah dan Jika dianggap seks sebagai diartikan wilayah sebagai jenis lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia kelamin biologis dan gender diartikan sebagai untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan jenis kelamin Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) sosial, maka seksualitas | 29 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 (sexuality) memiliki arti lebih luas yang Seksualitas tidak sama mencakup daya tarik seksual dan sifat atau Seksualitas ialah interaksi karakteristik dari masing-masing jenis seks, biologis, psikologi personal, dan lingkungan. baik yang bersifat biologis maupun sosial. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan Seksualitas terkait dengan ranah sosial yang individu mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dari masing-masing jenis kelamin. Seksualitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu merupakan suatu istilah yang mencakup segala pada pemahaman dalam diri individu tentang sesuatu yang berkaitan dengan seks. Dalam seksualitas pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran seksualitas, yaitu seks dalam arti sempit dan peran-peran maskulin atau feminin. Nilai atau seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang aturan sempit berarti kelamin, yang mana dalam membentuk individu berhubungan dengan pengertian kelamin ini, antara lain: 1) organ dunia kelamin : penis dan vagina; 2) Anggota badan berhubungan seksual dengan orang lain. atau ciri fisik : payudara, testis, dan lain-lain; (Bobak: 2004). 3) kelenjar-kelenjar dalam tubuh : dan hormon-hormon testosteron, progesteron, untuk memberi seperti sosio dan citra budaya bagaimana Sementara Abdullah, dengan itu, seksualitas seks. faktor-faktor dan menerima diri, identifikasi membantu mereka dalam memilih menurut secara Irwan etimologis estrogen, dan lain-lain; 4) Hubungan seksual. memiliki beberapa makna, yang terkait dengan Seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal jenis kelamin, kesenangan, dan gender. Makna yang terjadi sebagai akibat (konsekuensi) dari seksualitas yang berhubungan dengan jenis adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain: 1) kelamin biologis, maka terkait dengan faktor pembedaan tingkah laku : kasar, lembut, biologis, yaitu vagina, payudara, dan rahim feminin, maskulin, dan lain-lain; 2) perbedaan merupakan seksualitas perempuan, sedangkan atribut : pakaian, nama; 3) perbedaan peran penis adalah seksualitas pria. Sedangkan dan pekerjaan; 4) hubungan antara perempuan makna dan laki – laki : norma sosial, relasi, pacaran, menampilkan adanya peran sosial dalam perkawinan dan lain-lain ((Mardiana: 2012). mengkonstruksi seksualitas manusia sehingga seksualitas sebagai gender maka Menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas tidak hanya semata-mata terkait seksualitas adalah suatu aspek inti manusia dengan aspek biologis, melainkan terkait sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, dengan faktor sosial. Untuk memperjelas identitas dan peran gender, orientasi seksual, pemahaman erotisme, diilustrasikan dengan contoh berikut ini. kenikmatan, reproduksi. identitas Seksualitas adalah komponen yang Pertama, rahim, maka secara akan biologis merupakan milik perempuan, yang secara terpisahkan dan berkembang dan semakin kodrati membedakannya dengan laki-laki. matang Dengan sepanjang individu dan tersebut, tidak 30 | personal kemesraan makna kehidupan individu. rahim, perempuan mengalami Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 beberapa pengalaman seksual, mulai dari yang berkaitan dengan perilaku dan orientasi menstruasi, kehamilan, melahirkan sampai seksual, yang meliputi sex acts dan sex pada menopause. Rahim secara biologis, behavior. Sex acts merupakan konsepsi seksual memiliki implikasi terhadap penataan sosial. yang berkaitan dengan pengertian seks sebagai Rahim dianggap memiliki cacat bawaan karena aktivitas persetubuhan, baik dalam pengertian membawa serta serangkaian ’penyakit’ yang sex as procreational (bertujuan untuk memiliki harus diderita perempuan, yang oleh David anak), sex as recreational (bertujuan untuk Moris terjadinya mencari kesenangan), dan sex as relational histeria yang merupakan gangguan terhadap (bertujuan untuk mengungkapkan rasa sayang keseluruhan pengaturan suhu tubuh dalam dan cinta). Sexual behavior berkaitan dengan proses biologisnya. Penyakit seperti ini telah psikologis, sosial, dan budaya, seperti hal-hal menimbulkan dikotomi yang tegas antara yang berkenaan dengan ketertarikan seseorang ’penyakit perempuan dan penyakit laki-laki pada erotisitas, sensitivitas, pornografi, dan Santoso (Ed.), 2002, h. 3-4). ketertarikan pada lawan jenis ( Sodiq (Ed.) dikatakan menyebabkan Kedua, menstruasi, merupakan proses 2004, h 116). biologis terkait dengan pencapaian kematangan Made Oka Negara memberikan makna seks, kesuburan, ketidak-hamilan, normalitas, seksualitas kesehatan tubuh, dan pembaharuan tubuh itu berhubungan dengan seks, yang meliputi nilai, sendiri sikap, dimaknai penyakit kaum secara negatif orientasi semua dan aspek perilaku. yang Dimensi Mitos-mitos seksualitas menurut Oka Negara, meliputi menstruasi dan menstrual taboo merupakan dimensi biologi, psikososial, perilaku, klinis, representasi dari sifat negatif menstruasi. Hal dan kultural. Pertama, dimensi biologi, mulai itu kemudian memunculkan ritual khusus dari bentuk anatomis organ seks hingga fungsi terhadap perempuan yang sedang menstruasi, dan proses biologis. Sisi biologi seksualitas seperti pengaturan makan di Malaysia atau mempengaruhi pengucilan di hutan atau di gubuk terpencil seksual, dan kepuasan seksual. Kedua, dimensi disertai dengan larangana seperti yang terjadi psikososial meliputi faktor psikis yaitu emosi, di Papua (Santoso (Ed.), 2002 h. 3-4). Menurut pandangan, perspektif relasi gender, menstrual taboo berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu dijadikan sebagai mekanisme untuk membatasi bagaimana partisipasi perempuan di rnah publik. Mitos lingkungannya secara seksual. Ketiga, dimensi tentang menstrual taboo sekaligus menjadi alat klinis menangani per-soalan fisik seperti laki-laki untuk mendomes-tifikasi peran dan penyakit, aktivitas perempuan. masalah-masalah pe-rasaan atau psikis, seperti Gunawan perempuan. sebagai sebagai (1993,h..18) dorongan dan fungsi kepribadian, manusia trauma, seksual, berinteraksi atau yang dengan obat-abatan, dan mengartikan kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi dan seksualitas sebagai suatu kompleksitas emosi, konflik, yang keduanya dapat mengganggu perasaan, kepribadian, sikap, dan watak sosial fungsi reproduksi dan seksualitas. Dimensi Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) | 31 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 klinis seksualitas memberikan solusi terhadap seks, dan apa yang mereka lakukan ketika masalah tersebut dan masalah lain yang mereka melakukan hubungan seks. menghambat tercapainya kebahagiaan seksual. Dimensi Agama dan etik. Seksualitas Keermpat, dimensi kultural, menekankan pada juga berkaitan dengan standar pelaksanaan konstruksi kultural terhadap seksualitas yang agama dan etik. Ide tentang pelaksanaan menjadikan makna dan norma seksualitas seksual etik dan emosi yang berhubungan berbeda dari budaya yang satu dengan budaya dengan seksualitas mem-bentuk dasar untuk yang lain (Jurnal Perempuan, No. 41, pp 8-9). pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap Sedangkan menurut Perry & Potter (2005), dimensi meliputi, dari pandangan tradisional tentang hubungan sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi seks yang hanya dalam perkawinan sampai psikologis dan dimensi biologis. sikap yang memperbolehkan individu menen- Dimensi seksualitas yang ditunjukan pada seksualitas direntang Sosiokultural. Seksualitas tukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural seksual yang melewati batas kode etik individu yang dapat mengakibatkan konflik internal. menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural Dimensi Psikologis. Seksualitas secara global menciptakan variabilitas yang bagaimana pun mengandung perilaku yang sangat dan dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai menghadapi spectrum tentang keyakinan dan dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan mengamati perilaku biasanya luas dalam yang norma seksual diper-bolehkan selama perilaku orangtua. Orangtua mempunyai pengaruh signifikan berpacaran, apa yang dianggap merangsang, pertama pada anak-anaknya. Mereka sering tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan mengajarkan dalam komunikasi perilaku seksual, dengan siapa tentang yang seksualitas halus dan melalui nonverbal. seseorang menikah dan siapa yang diizinkan Seseorang memandang diri mereka sebagai untuk menikah. Setiap masyarakat memainkan makhluk seksual berhubungan dengan apa peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai yang telah orangtua mereka tunjukan kepada dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau mereka tentang tubuh dan tindakan mereka. menghambat perkem-bangan dan ekspresi Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial perempuan secara berbeda berdasarkan jender. mempunyai aturan dan norma sendiri yang Dimensi Biologis. Seksualitas memandu perilaku anggotanya. Peraturan ini berkaitan dengan pebedaan biologis antara menjadi bagian integral dari cara berpikir laki-laki dan perempuan yang ditentukan pada individu masa konsepsi. Material genetic dalam telur dan menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana yang seseorang menemukan pasangan hidupnya, kromosom seberapa sering mereka melakukan hubungan seksual. 32 | telah dibuahi yang Ketika terorganisir menjadikan hormone dalam perbedaan seks mulai Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 mempengaruhi membentuk jaringan janin, laki-laki pendekatan anatomis, maka seksualitas dan berbicara lebih jauh lagi, yakni adanya bentuk- perempuan. Hormon mempengaruhi individu bentuk lain di luar itu, termasuk masalah kembali saat pubertas, dimana anak perempuan norma. Jika seks berorientasi fisik-anatomis mengalami menstruasi dan perkembangan dan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki seksualitas adalah kompleksitas dari dua jenis mengalami orientasi sebelumnya, mulai dari fisik, emosi, (sperma) karakteristik genitalia pembentukan yang spermatozoa relatif konstan dan perkembangan karakteristik seks sekunder. gender berorientasi sosial, maka sikap, bahkan moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat. Berdasarkan pemikiran di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa, istilah seks, 2.2. Isu seksualitas perempuan. gender dan seksualitas memiliki kesamaan, sehingga banyak memperbincangkan orang ketiga yang istilah tersebut Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa seksualitas memiliki makna yang luas yang meliputi seks dan gender atau secara tumpang tindih, padahal jika dicermati kompleksitas dari dua jenis istilah tersebut, antara sebenarnya mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan moral berbada. Kesamaan yang paling menonjol dan norma-norma sosial. Oleh karena itu adalah berbincang ketiga istilah bahwa, tersebut ketiga istilah tersebut mengenai isu seksualitas membicarakan mengenai jenis kelamin sebagai perempuan, tidak lepas dari kondisi fisik identitas seseorang. Sedangkan perbedaan (bioloogis) yang istilah melibatkan kultur sosial, nilai dan norma lebih masyarakat. Hal ini sejalan dengan Deklarasi ditekankan pada keadaan anatomis manusia Kairo tahun 1994 pasal VII butir 7.34 yang secara biologis yang kemudian memberi secara jelas menyatakan bahwa seksualitas dan "identitas" relasi gender adalah saling berkait dan substansial tersebut, antara antara lain: kepada yang ketiga 1) seks bersangkutan. tubuh perempuan Misalnya perempuan memiliki vagina dan laki mempengaruhi – laki memiliki penis. 2) Gender adalah "jenis perempuan kelamin sosial" yang identifikasinya bukan mempertahankan karena secara kodrati, melainkan lebih karena mengelola konstruksi sosial. Misalnya : pekerja kantoran Komitmen Kairo tersebut diperkuat dalam bukan saja milik laki -laki. Pekerjaan rumah Deklarasi dan Rencana Aksi Beijing tahun tangga bukan kodrat perempuan, tetapi laki – 1995 laki pun bisa melakukannya. 3) Seksualitas Internasional -- dalam paragraf 96 yang lebih luas lagi maknanya mencakup tidak menyatakan bahwa “hak asasi perempuan hanya seks, tapi bahkan juga gender. Jika seks meliputi hak mereka untuk menguasai dan mendefinisikan jenis kelamin fisik hanya pada secara bertanggung jawab memutuskan soal- "jenis" soal yang menyangkut seksualitasnya termasuk laki-laki dan perempuan dengan – kemampuan sekaligus untuk yaitu Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) mencapai kesehatan kehidupan laki-laki Konferensi dan seksual reproduksi dan dan mereka. Perempuan | 33 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 kesehatan seksual dan reproduksinya, bebas seyogyanya bukan merupakan aktifitas yang dari pemaksaan, diskriminasi dan kekerasan”. berbahaya. Sedangkan hak reproduksi adalah: Isu-isu seksualitas perempuan, misalnya isu bagian kesehatan reproduksi, termasuk HIV/AIDS dan perempuan penyakit menular seksual lainnya, aborsi dan reproduksi (Lis Marcoes Natsir, Menakar lain-lain; isu pelecehan dan kekerasan seksual Harga Perempuan, 1999,h. 19). Hal tersebut pada perempuan, isu sunat perempuan dan senda dengan difinisi yang mneyatakan bahwa, lain-lain. hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dari keseluruhan selaku HAM terutama pengemban fungsi dimiliki oleh setiap manusia yang berkaitan 2.2.1. Isu kesehatan seksual dan reproduksi kehidupan reproduksinya. Hak reproduksi memiliki spektrum yang luas, perempuan. Berbicara dengan kesehatan dan mencakup pembi-caraan tentang relasi laki-laki reproduksi tidak bisa dilepaskan dari hak dan perem-puan, baik dalam ranah domestik seksual dan reproduksi, khususnya hak seksual maupun ranah publik, misalnya: masalah dan reproduksi kaum perempuan sebagai perka-winan, kehamilan, kelahiran, perawatan kelompok rentan yang terkena dampak paling dan pengasuhan anak, termasuk di dalam-nya nyata dari perilaku seksual dan reproduksi adalah aborsi, penyakit menular sek-sual dan yang tidak sehat. Menurut Deklarasi Kairo, HIV/ AIDS, Keluarga Berencana (KB) berikut kesehatan reproduksi adalah kondisi fisik, alat-alat mental, yang problemnya, serta masalah prilaku seksual. berhubungan dengan sistem reproduksi berikut Hak reproduksi merupakan hak setiap individu fungsi untuk mendapatkan, kemampuan reproduksi; sosial dan secara seksual menyeluruh proses-prosesnya Internasional (Konferensi Kependudukan dan Pembangunan/ ICPD , Kairo 1994). Menurut kontrasepsi keberhasilan dengan reproduksi dan; seluruh keamanan reproduksi. World bank, kesehatan reproduksi diartikan Secara lebih tegas, kesehatan seksual sebagai kondisi sehat baik secara mental dan dan kesehatan reproduksi adalah kemampuan sosio-kultural dari sistem, fungsi dan proses seseorang reproduksi (World Bank , 2000). Kesehatan mental reproduksi mencakup tiga komponen yaitu: seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang kemampuan bebas ("ability"), keberhasilan mencapai dan namun sosial kesejah-teraan yang bertanggung terkait jawab fisik, dengan dalam ("safety"). kehidupan pribadi dan sosial-nya, misalnya bereproduksi. dalam menjaga hubungan dengan teman atau Keberhasilaan berarti dapaat menghasilkan pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh anak sehat yang tumbuh dan berkembang. norma dalam masyarakat atau agama. Bukan Keamanan ("safety") berarti semua proses hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau reproduksi seks, gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus dicapai bila hak seksual individu perempuan ("succes") Kemampuan 34 | dan keamanan berarti termasuk dapat hubungan Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, reproduksinya, termasuk agar terhindar dari 2006). Komitmen terbaru dunia internasional kematian akibat proses reproduksi, misalnya dalam jaminan kesehatan agar perempuan terhindar pertemuan menelurkan UNGASS Deklarasi tahun Politik 2006 tentang dari kematian akibat kehamilan atau HIV/AIDS yang dalam paragraf 30 menya- melahirkan. Hak ini tidak boleh dibedakan atau takan bahwa negara-negara berjanji untuk didiskriminasikan menghapuskan keti- perkawinan perempuan atau usia atau status dakadilan gender serta meningkatkan kapa- ekonominya. Semua perempuan baik remaja, sitas perempuan untuk melindungi dirinya dari lajang, maupun yang berstatus menikah berhak resiko untuk mendapatkan dan menikmati hak ini. ketidaksetaraan terinfeksi HIV dan melalui kebijakan pelayanan kesehatan, khususnya ke-sehatan berdasarkan hak Ketiga, untuk status kebebasan berpikir tentang hak reproduksi. Setiap seksual dan kesehatan reproduksi. Kesehatan seksual dan reproduksi akan perempuan berhak untuk mengungkapkan terwujud secara maksimal, jika hak reproduksi pikiran dan keyakinannya untuk menjaga khusunya hak reproduksi dan seksual kaum kesehatan dan kehidupan reproduksinya tanpa perempuan dijamin, dilindungi dan dihargai paksaan dan siapa pun. oleh masyarakat dan negara. Berdasarkan Keempat, hak untuk menentukan Internasional jumlah anak dan jarak kelahiran.Setiap Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 perempuan berhak unutk menentukan jumah di anak Kesepakatan Kairo, Konferensi pemerintah Indonesia telah yang akan kelahiran anak serta menyetujui 12 hak seksual dan reproduksi, menentukan antara lain: diinginkannya, tanpa paksaan dari siapa pun. Pertama, hak untuk mendapatkan jarak dilahirkannya yang Kelima, hak untuk hidup, yaitu hak kesehatan untuk dilindungi dari kematian karena reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk kehamilan dan proses melahirkan. Setiap mendapatkan informasi dan pendidikan yang perempuan hamil dan yang akan melahirkan jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait berhak untuk mendapatkan perlindungan , dengan reproduksi, termasuk pelayanan kesehatan yang baik termasuk banyaknya pilihan alat kontrasepsi sehingga ia dapat mengambil keputusan secara yang dapat dipilih oleh perempuan atau laki- cepat mengenai kelanjutan kehamilannya bila laki dan efek samping dari berbagai alat proses kelahirannya beresiko kematian atau kontrasepsi. terjadi komplikasi. informasi dan masalah pendidikan kesehatan Kedua, hak untuk mendapatkan Keenam, hak atas kebebasan dan pelayanan dan perlindungan kesehatan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk reproduksi. Artinya setiap perempuan harus mendapatkan dan dijamin agar tidak mengalami pemaksaan, perlindungan yang memadai bagi kehidupan pengucilan, dan tekanan yang menyebabkan pelayanan kesehatan Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) | 35 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 kebebasan dan keamanan yang diperolehnya yang tidak dapat digunakan, termasuk kebebasan reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk memilih alat kontrasepsi yang dianggappnya menyampaikan paling aman. mengenai kehidupan reproduksi secara pribadi Ketujuh, hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk berkaitan kekerasan, kehidupan pelecehan atau aspirasinya Keduabelas, hak untuk bebas dari , segala dan pendapat kesehatan atau melalui organisasi atau partai. termasuk perlindungan dari perkosaan, penyiksaan, dengan bentuk diskriminasi berkeluarga dan dalam kehidupan seksual. Setiap perempuan berhak untuk reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk dilindungi dari ancaman bentuk-bentuk terbebaskan kekerasan yang dapat mmenimbulkan berdasarkan gender/perbedaan jenis kelamin, penderitaan secara fisik, seksual, dan psikis ras, status perkawinan atau kondisi sosial- yang mengganggu kesehatan fisik, mental, dan ekonomi, reproduksinya. kehidupan keluarga dan proses reproduksinya. Kedelapan, hak untuk mendapatkan dari perlakuan diskriminasi agama/keyakinan-nya Misalnya, orang tidak mampu dalam harus manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang terkait dengan kesehatan reproduksi. yang berkualitas, demikian pula remaja yang Setiap perempuan berhak untuk memanfaatkan hamil di luar nikah. kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait kesehatan informasi yang reproduksi, jelas dan misalnya benar Berdasarkan pengertian di atas, maka seseorang dikatakan memiliki reproduksi yang serta sehat, jika sistem,fungsi dan proses reproduksi kemudahan akses untuk mendapatkan alat dinyatakan sehat secara mental dan sosio- kontrasepsi baru. kultural. Artinya, kesehatan reproduksi tidak Kesembilan, hak atas kerahasiaan hanya terletak pada sesuatu yang bersifat fisik, pribadi dengan kehidupan reproduksinya. berupa alat reproduksi ( ovarium atau indung Setiap dijamin telur, fimbria, oviduct atau saluran telur, atau reproduksi-nya, Tuba Fallopi, Uterus (Rahim), Vagina adalah misalnya tentang informasi tentang kehidupan alat reproduksi perfempuan; sedangkan alat seksualnya, masa menstruasi dan jenis alat reproduksi kontrasepsi yang digunakan. skrotum, saluran sperma, penis dan Urethtra), perempuan kerahasiaan berhak kesehatan untuk laki-laki, merencanakan Setiap bagaimana pemilik alat reproduksi tersebut perempuan berhak untuk menentukan kapan, di memiliki hak sepenuhnya atas alat reproduksi mana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan tersebut, termasuk sistem, fungsi dan proses membangun perkawinan atau keluarganya. reproduksinya beserta seksualnya. Kesebelas, hak atas substansial testis, namun keluarga. lebih lain: Kesepuluh, hak untuk membangun dan yang antara adalah kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik 36 | Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 2.2.2. Isu pelecehan dan kekerasan seksual Indonesia. Inilah yang membuat 100% pelaku kekerasan seksual adalah lelaki. perempuan. Menurut Catatan Tahunan Komnas Menurut penelitian Komnas Perempuan 2016, kasus pemerkosaan semakin Perempuan, meningkat. Kasus kekerasan seksual naik berpotensi berujung pada amarah, jika sang menjadi peringkat kedua dari keseluruhan lelaki mulai merasa inferior atau merasa tidak kasus kekerasan terhadap perempuan. Bentuk berdaya. Kemarahan dan inferioritas itulah kekerasan yang seksual tertinggi pada ranah ‘kekuasaan’ mendorong pada lelaki laki-laki menunjukkan personal adalah pemerkosaan, yakni sebanyak kekuasaannya dengan cara lain: memperkosa. 2.399 kasus. Pelakunya didominasi oleh kaum Syaldi Sahude, seorang aktivis Aliansi Laki- laki-laki. Data tersebut diperkuat dengan laki Baru, menyetujui pernyataan Komnas mencuatnya kasus seorang siswi SMP di Perempuan. Sahude menilai, solusi utama Bengkulu berinisial YN (14 tahun) yang untuk menekan jumlah kekerasan seksual pada diperkosa dan dibunuh dalam perjalanan perempuan, pulang sekolah. YN diperkosa oleh 14 orang pengesahaan Undang Undang Penghapusan pelaku yang beberapa di antaranya masih Kekerasan Seksual, karena dalam KUHP dari merupakan anak di bawah umur (JAKARTA, 15 jenis kekerasan seksual, baru tiga yang KOMPAS.com ). diakomodasi, adalah dengan bahkan mendorong penerapan Undang- Menurut Mariana Amiruddin, Ketua undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Subkomisi Partisipasi Masyarakat Komnas Tangga (PKDRT) tidak berjalan sebagaimana Perempuan, lebih dari 60% kasus kekerasan mestinya. Keadaan ini jugalah yang mendesak seksual, terjadi di dalam rumah dengan pelaku Komnas Perempuan menyebut kekerasan yaitu ayah, paman, kakak, atau suami korban. seksual sebagai kejahatan terhadap Berdasarkan kemanusiaan (BBC Indonesia.com). catatan Komnas Perempuan, kekerasan seksual masih menjadi momok Konsideran deklarasi PBB tentang paling mengerikan pada daftar kasus kekerasan penghapusan kekerasan terhadap perempuan terhadap perempuan. Pada 2014 lalu, dari menyebutkan secara tegas bahwa akar masalah 3.860 kasus kekerasan pada perempuan di kekerasan ranah komunitas, sebanyak 2.183 kasus atau didalamnya adalah kekerasan seksual adalah 56%-nya adalah kasus kekerasan seksual ketim-pangan historis dari hubungan kekua- berupa saan antara laki-laki dan perempuan yang perkosaan, pencabulan, pelecehan terhadap perempuan, termasuk seksual dan paksaan berhubungan badan. menimbulkan Mariana mengklaim, selain banyaknya korban terhadap perempuan. Secara lebih detail, akar yang menilai kekerasan seksual sebagai hal penyebab kekerasan terhadap perempuan dus ‘wajar’, terutama di dalam rumah tangga, pelecehan dan kekerasan seksual terhadap tingginya angka kekerasaan seksual pada perempuan, antara lain: pertama, ketimpangan perempuan muncul karena budaya patriarki di gender. Pola relasi yang tidak seimbang antara Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) dominasi dan diskriminasi | 37 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 laki-laki dan mengakibatkan perempua adanya (subordinasi) superioritas dan Asia, Pasifik, Amerika Latin, Amerika Utara, dan Eropa. Di Asia, praktik ini familiar di inferioritas antara keduannya mengakibatkan kalangan Negara-negara perempuan menjadi objek seksual bagi kaum Malaysia, Philipina, laki-laki; kedua, perlidungan hukum yang (Haifa Jawad, 2002: 182). Banyak masyarakat belum memadai; ketiga, dominasi nilai-nilai yang patriarki. Budaya patriarki memberikan stigma merupakan tradisi yang seringkali dikaitkan terhadap dengan perempuan sehingga posisi termasuk menganggap agama. Muslim, Hal sunat ini seperti Indonesia. perempuan juga masih perempuan menjadi lemah. Tubuh seksual menimbulkan pro dan kontra. Praktik ini perempuan dianggap ancaman berbahaya bagi dilakukan kemurnian laki-laki dan menjadi alasan untuk Katolik, animisme,dinamisme, salah satu sekte membenarkan aniaya verbal dan fisik terhadap Yahudi, dan juga atheis. Penelitian yang perempuan. Tubuh perempuan sebagai sasaran dilakukan menunjukkan bahwa latar belakang objek dan; tradisi lebih dominan, bukan perintah agama. bias Praktik sunat perempuan ini diduga telah mengenai status perempuan dalam keluarga. dimulai sejak 4000 tahun silam (Donna L interpretasi dan tafsir agama misoginis seperti Wong, 2009, h. 258). yang mudah keempat, pemahaman dieksploitasi agama yang inilah yang justru banyak disosialisasikan. oleh penganut Islam, Kristen, Menurut WHO sunat perempuan atau Konsekuansinya, tafsir agama yang lebih biasa ramah terhadap perempuan dituduh menentang Cirkumtation pendapat arus utama yang sudah mapan di tindakan/prosedur yang meliputi pengangkatan masyarakat. sebagian atau total dari organ genitalia Kesimpulannya dengan Female Genital (FGC) adalah semua banyaknya eksterna perempuan atau bentuk perlukaan lain kasus pelecehan seksual dan kekerasan seksual terhadap organ genital perempuan dengan terhadap kaum perempuan terjadi karena alasan budaya, atau alasan non-medis. Tipe adanya kultur Female Genital Cirkumtation (FGC), yaitu :1) patriarkhi yang menganggap bahwa tubuh clitoridotomy, yakni eksisi (pemotongan) dari perempuan adalah objek seks yang menjadi permukaan (prepuce) klitoris, dengan atau sasaran tanpa eksisi sebagian atau seluruh klitoris. Tipe ketimpangan bagi kaum adalah disebut gender laki-laki dan termasuk eksploitasi. ini yang di beberapa negara muslim dikenal dengan sunnat atau sirkumsisi; 2) clitoridectomy, yaitu eksisi sebagian atau total 2.2.3. Isu sunat perempuan Sunat perempuan dilakukan hampir di dari labia minora. Tipe ini banyak dilakukan di 28 negara, dan yang terbanyak dilakukan di negaranegara bagian Afrika Sahara, Afrika sebagian besar Negara Afrika, khususnya di Timur, Mesir, Sudan, dan Peninsula; 3) Negara bagian Afrika Sahara, beberapa Negara Infibulasi/Pharaonic Circumcision/khitan ala Timur Tengah, serta sebagian kecil Negara di Fir’aun, yaitu eksisi sebagian atau seluruh 38 | Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 bagian genitalia eksterna dan penjahitan untuk positif dari seksualitas yang disembunyikan menyempitkan Penyempitan dan diingkari. Hal itu membuat manusia tidak vulva dilakukan dengan hanya menyisakan mengerti tentang pentingnya pemenuhan hak lubang sebesar diameter pensil, agar darah saat seksual. mulut vulva. menstruasi dan urine tetap bisa keluar. Ini Perempuan dan laki-laki memiliki hak merupakan tipe terberat dari FGC. (Haifa atas tubuhnya. Mereka berhak atas kesehatan Jawad, 2002: h.180). dan kenikmatan tubuhnya. Tubuh perempuan Berdasarkan pemikiran di atas, maka bukan sesuatu yang tabu, melainkan hal yang perempuan apapun positif. Perempuan mempunyai hak untuk memang merugikan kaum perempuan. Oleh mengapresiasi dan mengekspresikan tubuhnya karena itu, larangan sunat perempuan menjadi sendiri. hal yang harus segera diwujudkan oleh alamiah pemerintah. Larangan tersebut dimaksudkan reproduksi sebagai upaya pencegahan agar, hal-hal yang kehamilan, melahirkan dan menyusui telah terkait dengan sunat perempuan dan praktik diartikan bahwa tubuh perempuan dianggap sunat perenpuan di berbagai wilayah di berbahaya dan tidak dapat dikontrol, bahkan Indonesia paling tidak bisa diminimalisir. sama sekali tidak dapat dipahami secara sunat dengan alasan Fakta bahwa memiliki perempuan secara kemampuan berupa berupa fungsi menstruasi, rasional. Konstruksi sosial mengenai relasi 2.3. Bagaimana patriarkhi mengontrol seksual juga masing sangat didominasi paradigma heterono-mativitas dan ideologi Seksualitas Perempuan. Seksualitas merupakan suatu ekspresi patriarki yang sarat dengan ketidakadilan hasrat erotik atau berahi manusia yang gender. dikonstruksikan dan diwariskan dari satu diskriminasi generasi perempuan, tetap terjadi di masyarakat. Semua ke melibatkan generasi terhadap Seksualitas anak, perkosaan, trafficking (perdagangan merupakan esensi kemanusiaan paling nyata perempuan), prostitusi, poligami, perceraian, karena menunjukkan jati diri manusia yang penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular paling dalam. Seksualitas juga tidak bekerja lainnya semakin merebak dalam masyarakat. ajaran ekonomi, kekerasan bentuk itu membuat kasus-kasus perkawinan anak- dan politk, dengan dan berbagai nilai budaya faktor berikutnya Akibatnya, agama. secara alami dalam diri manusia, melainkan harus dipelajari karena merupakan unsur terpenting dari Hak Asasi unsur-unsur Manusia (HAM). setiap orang memiliki hak anatomi tubuh, nilai-nilai etika, hak asasi atas seksualnya yang tidak dapat diabaikan manusia, kesehatan reproduksi, dan nilai-nilai sedikit pun tanpa mengenal pembedaan dalam spiritual yang dalam. Masyarakat umumnya identitas masih melihat seksualitas sebagai hal negatif, orientasi seksualnya. Karena itu, negara dan bahkan tabu dibicarakan, sehingga banyak hal masyarakat terdapat dengan pengetahuan seksama Hak seksual adalah bagian integral dan tentang kelamin, Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) identitas berkewajiban gender, dan membantu | 39 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 terpenuhinya hak seksual mempromosikan prinsip tersebut serta nondiskriminasi, dalam permainan dan politisasi seksualitas perempuan sebagai sebuah dekadensi. prinsip nonkekerasan, dan prinsip kesetaraan Perempuan yang baik tak boleh main-main bagi semua orang termasuk kaum perempuan. dengan kelaminnya. Hal itu tak berlaku bagi Berbagai laki-laki (HAM) instrumen Hak internasioanl Asasi Manusia menyatakan bahwa Dominasi dalam rumah seksualitas besar dalam patriarki. sistem ini pemenuhan hak seksual manusia didasarkan merupakan erotisme ultim yang sangat disukai pada tujuh prinsip utama. Prinsip hak seksual oleh laki-laki yang berkuasa, sehingga muncul sebagai hak asasi manusia yaitu, (1) Prinsip adagium: tahta, harta, wanita. Sebagaimana perlindungan 2) Prinsip nondiskriminasi, (3) dipaparkan di atas, Seksualitas tidak hanya Prinsip kenikmatan dan kenyamanan, (4) berbincang mengenai soal kelamin, karena Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab, (5) dalam perkosaan, persoalan paling pertama Prinsip penghargaan, (6) Prinsip kebebasan adalah bukan soal hasrat menyetubuhi, tetapi manusia, (7) Prinsip pemenuhan hak. Dalam hasrat untuk menguasai. Penguasaan ini erat mempromosikan kaitannya sebagai penanda utama dominasi. hak-hak seksual dalam kehidupan bermasyarakat ada 3 hal yang menjadi hambatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat ham- Kristeva, yang menolak untuk mendiskusikan batan kultural atau budaya. Budaya patriarki di seksualitas dengan merujuk kelamin. Menurut masyarakat masih memandang perempuan Kristeva, seksualitas teerletak pada sistem ego sebagai manusia, yaitu hasrat dan keinginan manusia objek seksual. struktural berupa peraturan Pertama, Kedua, hambatan kebijakan publik dan perundang-undangan yang melampaui kelamin. yang “ Sexuality, then, is a complex pattern diskriminatif, khususnya terhadap perempuan. of responses and meanings in the Ketiga, ham-batan interpretasi ajaran agama. relations between one open system and Umum-nya, yang another, one articulate subject and tersosialisasi luas di masyarakat masih belum another. Hence it is more than what is ramah terhadap perempuan (Musdah Mulia, called "erotic" in pulp novels and 2015.pp 47). pornographic magazines. Analysts not interpretasi agama Seksualitas di mata feminis bukan merupakan fakta namun even more paradoxically, they look for merupakan perasaan, sensasi dan perilaku yang traces of the libido even in narcissism, muncul dan berkembang dalam struktur sosial where the erotic appeal of the "other" yang is ‘biasanya’ dieksploitasi terisolasi, dipermainkan patriarki dan nil. Preverbal or transverbal (MacKinnon, manifestations of organic stimuli or 1989). Misalnya, penciptaan diksi, perempuan functional impairments are seen as baik-baik, pelacur, pecun, janda, perawan tua, variants, dissimulated perhaps but not dan lain-lain. Divisi sosial kemudian terbentuk obscure, of a sexuality that is always 40 | oleh yang only speak of infantile sexuality but, Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 meaningful and always seeking a kestabilan name. Even the death instinct is a kekuasaan karier patriarki dalam sistem manifestation of sexuality when it Lebih lanjut mengenai hal tersebut subtends aggressive desires, desires to Foucault menciptakan satu kosa kata untuk inflict pain on another person or on mendeskripsikan kondisi eksistensi perempuan oneself (even to the point of death). dan minoritas seksual, sebagai docile body atau Extinction of the libido (in the sense of tubuh yang dijinakkan. Untuk menguasai meaningful desire for an object) is subjektivitas liyan, tubuh perempuan harus conceivable only in situations in which dilanggengkan dalam “diam”, ketakberdayaan, there is total divestment of all ties to yang terus menerus dipaksakan atas mereka other people and even to one's own sampai mereka tak sadar menerima itu sebagai (Kristeva:, sebuah status. Hal terebut tidak hanya terlihat narcissistic identity.” 1987.h.: 45-46). Pemikiran dalam masyarakat tradisional, namun juga Kristeva bisa dalam masyarakat modern dengan segala diterjemahkan bahwa seksualitas lebih pada skenarionya. Misalnya, dalam hingar-bingar aktualisasi, ekspresi, dan ingin-ingin yang iklan di dunia modern, hampir sulit dijumpai merupakan kumparan pada diri yang narsistik, sang penindas, kecuali tampil dalam realitas sebelum berhubungan dan berelasi dengan diri semu yang hadir dalam idealitas-idealitas di luar dirinya, bahkan sebelum menggunakan kebohongan kelamin sebagai alat ekspresinya. Seksualitas divisualisasikan media via iklan-iklan. Disiplin adalah pengandaian atas diri yang utuh, yaitu untuk memutihkan kulit, menguruskan tubuh, diri dari hasrat. Patriarki tahu benar, bahwa meluruskan rambut, dan lain-lain merupakan kontrol atas seksualitas adalah kontrol atas diri penindas tak terlihat yang digunakan untuk dan eksistensi perempuan dan mereka yang menjinakkan tubuh perempuan. Meskipun dianggap perempuan modern telah bebas pergi kemana- sebagai liyan tersebut, dan mengancam yang dinarasikan dan kekuasaan. Oleh karena itu,kontribusi patriarki mana, dalam kontrol seksualitas perempuan juga membebaskan perempuan dari peran dan status mengambil rupa yang bermacam-macam, tak reproduksi hanya melalui kontrol atas cara berpakaian pengibuan, kecantikan, dan lain-lain dalam tetapi juga glorifikasi peran-peran kehamilan, perangkap mesin uang. Mesin-mesin uang ini menyusui, menciptakan dan lain-lain yang kemudian tetapi iklan-iklan femininitas, tak seperti sedang pasivitas, kebutuhan-kebutuhan baru, memenjarakan perempuan pada adab-adab ibu seperti kebutuhan untuk jadi putih, kebutuhan yang baik ‘saja’—di luar itu, maka perempuan untuk rambut lurus, kebutuhan untuk wangi, adalah sunat kebutuhan untuk tubuh seksi, langsing dan perempuan, kawin paksa, dan lain-lain adalah lain-lain. Tubuh kemudian benar-benar jinak praktik penindasan yang dijadikan mitos untuk dalam realitas semu ini. Tekanan pada kemudian dipelihara sebagai bagian dari perempuan ini hampir berada di mana-mana, salah. Tes keperawanan, Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) | 41 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 anonim, dan tak dapat dihindari. Ada semacam reaksi resistensi yang harus keluar terlebih mata-mata di mana-mana yang mengamati dahulu dari sistem kekuasaan. Nalar kekuasaan perilaku perempuan. Ukuran, kontur, gaya, adalah nalar yang rakus akan idealitas. Nalar nada, ekspresi, tampilan tubuh perempuan resistensi kemudian dapat berangkat dari dikontrol benar, baik dalam pelbagai lokus keinginan atau oleh perbagai jenis orang. Hal yang kekuasaan selalu merujuk pada utopia yang terlihat memang seolah perempuan sedang menghendaki seluruh emansipasi kekuasaan dimanjakan oleh teknologi, padahal yang adalah pada idealitas. Seperti kekuasaan ibu terjadi menjinakkan yang jinak adalah ibu yang sempurna dalam perempuan dalam tahapan yang tak ada beda rumah patriarki, kesempurnaannya dipenuhi dari dengan kesempurnaan kerja-kerja domestik adalah masyarakat sebaliknya, yang tak bertek-nologi sekalipun ( tradisional). untuk tak sempurna. Nalar dan pengasuhan. Bila tak sempurna, maka, Operasi ‘normalisasi tubuh’ menurut para ibu, pantas dan boleh dihujat. Sumber Foucault merupakan proses pendisiplinan, resistensi adalah sebuah keberangkatan bahwa yaitu sebagai usaha korektif dalam disiplin ibu juga manusia biasa, yang bisa salah, bisa kekuasaan. Problem yang dihadapi perempuan tak sempurna, bahkan boleh, pada titik ekstrem terkait tertentu, menolak menjadi ibu. dengan seksuslitasnya dalam mengapropriasi teori Foucault adalah dalam Kultur patriarkhi membentuk memeriksa catatan resistensi dalam praktik perbedaan perilaku, status dan otoritas laki-laki disiplin ini. Menurut Foucault, tubuh direduksi dan perempuan di masyarakat kemudian menjadi yang tunduk dan dijinakkan lalu menjadi hirarki gender. Perbedaan biologis kemudian mendapatkan antara laki-laki dan perempuan dianggap kebebasan dan semangat pemberontakannya sebagai awal pem-bentukan budaya patriarkhi. (Sawicki, 1998, h. 293). Reduksi Foucault atas Masyarakat memandang perbedaan biologis tubuh perempuan sebagai sesuatu yang subor- antara keduanya merupakan status yang tidak dinat atas relasi kekuasaan membuatnya tidak setara, perempuan yang tidak memiliki otot banyak melakukan analisis atas pola-pola dipercayai resistensi dalam dunia penindasan. Padahal meletakkan perempuan pada posisi lemah. subjektivitas mengandaikan di dalam dirinya Laki-laki dianggap memiliki fisik kuat. Tetapi kemampuan dan kekuatan untuk melakukan kekuatan fisik itu bukanlah sebuah factor resistensi penting dalam hubungan antara laki-laki dan mustahil atas relasi untuk kekuasaan tersebut. sebagai alasan masyarakat Menurut Foucault: “there are no relations of perempuan. power without resistances; the latter are all partiarkhi merupakan sistem terstruktur dan the more real and effective because they are praktek sosial yang menempatkan kaum laki- formed right at the point where relations of laki power are exercised” (Foucault 1980, h.142). melakukan operasi dan mengeksploitasi kaum Resistensi Foucault atas patriarki merupakan perempuan. Sistem ini ada dalam dua bentuk 42 | sebagai Walby pihak mengatakan yang bahwa mendominasi, Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 yakni : 1) Private patriarkhi (partiarkhi pakan “problem utama” dalam sejarah pe- domestic) yakni yang menekankan kerja dalam rempuan dan bahkan merupakan masalah rumah tangga sebagai steorotipe perempuan, terbesar dalam sejarah manusia (Bennett, dan; 2) Public patriarkhi (patriarkhi public) 2006,h. yakni yang mensteorotipkan laki-laki sebagai perjuangan kesetaraan, tetapi patriarki masih pekerja di sektor public yang sarat dengan tumbuh besar, segar, pesat dan subur sebagai karakter keras penuh tantangan (Walby, 1998, anakronisme baru abad ini. 58). h. 20). Kuatnya cengkeraman patriarkhi ini Meskipun Walby telah banyak menggarisbawahi “patriarki menyebabkan perempuan lebih banyak berada sebagai sebuah sistem tempat dimana laki-laki pada posisi marginal dan subordinat dalam mendominasi, budaya kerja maskulin, karena posisi ini melakukan dibentuk yang (Walby, 1990,h. 151, 155, 57, 56). Menurut mahluk Walby, ada enam struktur dasar patriarki, lemah, dimana pendapat tersebut telah menjadi yaitu: 1) Patriarki beroperasi melalui pekerjaan ideologi yang dibayar di mana perempuan menghadapi oleh meneguhkan ideology perempuan umum patriarkhi sebagai yang tidak hanya melakukan eksploitasi opresi atas dan perempuan” mempengaruhi masyarakat awam tetapi juga segregasi menjadi cara pandang negara dalam melihat mengarah secara sistematis dalam sistem dan menempatkan perempuan. pengupahan Dalam Transformations buku terbarunya Walby (1997), Gender juga horisontal dan vertikal kapitalisme. beroperasi melalui 2) yang Patriarki pembagian kerja berdasarkan gender dalam rumah tangga yang menguraikan bagaimana patriarki melaku-kan memaksa transformasi dengan berubah bentuk wajah tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah yang diakselerasi oleh percepatan globalisasi. tangga Yaitu bahwa segolongan perempuan muda perempuan sedang dalam pekerjaan penuh- telah lebih maju secara pendidikan dari ibu- waktu di luar rumah. Perempuan mungkin ibunya yang lebih tua. Perempuan-perempuan terjebak muda ini men-dapatkan banyak ruang dalam memuaskan perjuangan-perjuangan demokrasi, menemukan pekerjaan yang dibayar dengan perlindungan alam, dan melawan perdagangan baik untuk mendukung diri mereka sendiri dan manusia. Kelompok perempuan baru ini, masih anak-anak mereka. 3) Perempuan selalu dalam me-miliki ciri ketertindasannya, yaitu sebagai “kerugian ibu tunggal, atau sebagai perempuan single, femininitas, yaitu jika perempuan menolak atau justru masih bergantung sepenuhnya pada akan suaminya, yang kemu-dian membuatnya sulit Hubungan heteroseksual dilihat oleh Walby untuk mencapai posisi yang adil dalam struktur pada dasarnya patriarkal, meskipun Sylvia kerja masyarakat patriarkhi. Sedangkan, Judith Walby berpendapat bahwa perempuan telah Bennett menuliskan bahwa patriarki meru- mendapat beberapa keuntungan dalam hal ini, sosial perempuan dan untuk pengasuhan dalam budaya” mengalami Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) anak, pernikahan karena mengambil mereka yang kerugian meskipun yang tidak tidak dapat mengglorifikasi budaya. 4) | 43 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 misalnya akibat kontrasepsi modern dan potensi laki-laki untuk mengasuh dikebiri, dan liberalisasi dalam potensi perempuan untuk mengasuh terlalu hukum. 5). Patriarki sering ditopang oleh diglorifikasi, sehingga seorang perempuan kekerasan laki-laki terhadap perempuan. 6). tidak boleh cacat dalam pengasuhan. Padahal Patriarki ditopang dan dipelihara dengan baik dalam oleh negara. sempurna mengasuh anak-anaknya, dan ada aborsi Walby dan perceraian mendeskripsikan bagaimana kenyataannya, perempuan yang ada buruk laki-laki mengasuh yang anak- patriarki berubah dan mengalami evolusi serta anaknya. Menurut Foucault, Derrida, Lacan migrasinya, dari rumah (private) menuju luar yang dinarasikan oleh Elaine Showalter, bahwa rumah (public). Secara bertahap, perempuan perebutan ini merupakan ‘fungsi di dalam mendapatkan akses yang lebih besar ke ruang konstruksi bahasa’ yang kemudian menjadikan publik; untuk referensi atas tubuh menjadi tidak berdasar. pekerjaan meningkat, tetapi sistem kapitalisme Pertarungan dalam bahasa ini yang kemudian tetap menjadikan mereka sebagai sapi-perah didedahkan secara lengkap dalam kajian-kajian yang menguntungkan—dalam konsep buruh Julia Kristeva, bahwa “perempuan seperti itu murah dan atap-kaca yang tak pernah pecah sesungguhnya (never kesempurnaan terutama peluang shattered mereka glass-ceiling). Dus, tidak ada”. atau Misal, glorifikasi narasi peran perempuan (tidak lagi atau masih) dieksploitasi pengibuan. oleh leluhur-individu (yaitu ayah atau suami) memandang bahwa perempuan bukanlah terre tetapi dieksploitasi oleh orang-orang secara femme, manusia super, yang dicitra-kan dalam kolektif di ruang publik (dalam profesi dan kosmologi patriarki, dan ia juga tak sedang pekerjaannya). bahwa Walby dalam berbagai menunjukkan mengabarkan masyarakat kontemporer Ringkasnya, kelompok dimanfaatkan kebijakan juga oleh publik perempuan berbagai yang Ideologi feminisme eksen-trisme meskipun kemudian berbahaya. patriarki sekarang dapat dianggap sebagai terminologi kuno, atau kombinasi sesuatu yang anakronistik, tetapi kekuataannya buta-gender dan dan perubahan wajah dan pola kekuasaannya, kepentingan rumah keluarga kaya (misal masih utuh dan terasa kuat dalam sistem paling getir di Indonesia adalah berpindahnya politik perempuan TKW Indonesia ke dalam keluarga kontemporer. kaya di Saudi Arabia via kebijakan negara yang tidak melindungi buruh migran). sosial ekonomi dunia paling Menurut catatan klasik Marxisme, kekuasaan adalah dominasi yang dipahami Simone de Beauvoir, The Second Sex sebagai model eksploitasi kelas; dominasi (1949) juga mengatakan bahwa, secara licik dipahami sebagai proses apropriasi kapitalisme patriarki telah melekatkan definisi ‘pengasuhan atas nilai surplus yang diproduksi oleh buruh. anak’ sebagai ‘pekerjaan perempuan’. Hal Seperti telah diprotes oleh banyak feminis, tersebut tidak hanya mendiskriminasi kaum bahwa pandangan Marx ini buta-gender, perempuan, namun juga kaum laki-laki, karena karena mengingkari status perempuan yang 44 | Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 lebih banyak dirugikan dalam matra gender Power: Toward (seperti pemikiran Firestone 1970, Hartmann Materialism (1983), yangmana ia melacak dua 1980, Hartsock 1983, dan Rubin 1976). Marx persoalan: 1) bagaimana hubungan garis tak mengindahkan cara eksploitasi kelas dan dominasi subordinasi gender sebagai sebuah kelindan dipelihara; 2) bagaimana pemahaman atas yang tak terpisahkan, karena ia hanya berfokus dominasi sosial ini kemudian terdistorsi oleh pada eksploitasi kelas dan produksi ekonomi. dominasi laki-laki atas perempuan (Hartsock, Ini yang kemudian membuat Marx tak 1983,h. 1). Ia menyampaikan bahwa hubungan mengindahkan bagaimana kerja-kerja domestik antara kekuasaan dan dominasi sangat erat kemudian sistem kaitannya dengan maskulinitas. Maka dari itu kapitalisme mutakhir sekalipun (Eisenstein, kekuasaan perlu didefinisikan ulang oleh 1979). Iris Young menyebut ini sebagai teori perempuan sebagai proses untuk mendapatkan sistem yang membuat perempuan tertindas, kembali kekuasaan yang ia butuhkan dalam yaitu dari sistem dominasi laki-laki, kerap dunia yang dicitakan sebagai adil (Hartsock, disebut sebagai patriarki dan sistem yang 1983,h. 12). Misalnya, supremasi maskulinitas mengalienasi pekerjaan militer merupakan contoh paling dominan strategis di luar rumahnya (Young, 1990,h. sebagai penjaga ekonomi kapitalisme. Patriarki 21). Meskipun Young setuju bahwa alasan dan adalah representasi dari identitas maskulin tujuan untuk menteorisasikan dominasi kelas yang memiliki kehendak atas kekuasaan. dan gender bukanlah teori yang satu dan Kekuasaan ini tidak serta merta dioperasi-kan universal, Young juga mengidentifikasi lima dari laki-laki pada perempuan, tetapi paling wajah ekonomi, pertama ketiadaan kekuasaan” yang dapat dipakai siapapun, baik otonomi dan kuasa atas pekerjaan seseorang, oleh perempuan dan laki-laki untuk melakukan imperialisme budaya, dan kekerasan sistematik penindasan. tak perempuan penindasan: marginalisasi (Young dihargai dalam dari eksploitasi sosial-ekonomi, 1992,h.183-193). Ketiga wajah a antar Feminist gender adalah, Historical dikonstruksi membangun Berdasarkan dan “sistem pemikiran-pemikiran pertama merupakan alasan ekonomi dalam tersebut, Bennet mengingatkan bahwa untuk ideologi Marxian yang tak diindahkan itu. tidak terjebak pada patriarki, maka kaum Menurut Young ketertindasan tak bermatra perempuan harus memandang patriarki sebagai satu, ia memiliki matra plural yang harus sebuah “konstruksi yang dapat diubah” dan dilacak satu demi satu untuk dapat mengurai kata ‘perempuan’ atau ‘laki-laki’ tidak bisa perlawanan, misalnya matra agama, ras-etnis, diidentifikasi dari tubuhnya, karena sebagai afiliasi politik, preferensi seksualitas, dan lain- kata-kata, mereka merupakan konstruksi yang lain. sesungguhnya dapat berubah, cair, dan Kekuasaan patriarki atas perempuan kontekstual pada lokus, tempus dan fokus juga dilacak secara detil oleh Nancy Hartsock tertentu. Imajinasi, citra dan representasi atas dalam identitas bukunya Money, Sex, and kata Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) tersebut, menurut Bennet, | 45 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 merupakan tempat dimana kekuasaan saling sumber masalah jika terjadi sesuatu yang berebut, bersitegang, dan sama sekali tak ada menimpa mereka terkait dengan tubuhnya. hubungannya dengan realitas alam, biologis atau objektif (Bennett, 2006, h. 9, 60, 80). REFERENSI Pemikiran Anastasia, Bannet tersebut dimaksudkan Reni, 2009 Rekonstruksi bahwa, patriarkhi adalah konstruksi sosial Kelembagaan masya-rakat yang tidak bersifat “given” atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga kodrat, oleh karena itu bisa dirubah dan Yang Berkeadilan Rektoaktif, Jurnal berubah sesuai dengan waktu dan tempat Masalah-Masalah dimana masyarakat tersebut berada. UNDIP, Semarang Penanganan Korban Hukum Vol. 1, Baidawi, Zakiyudin, 1997, Wacana Teologi Feminis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 3. KESIMPULAN Seksualitas memiliki makna yang luas yang meliputi seks dan gender atau Bennett, Judith M. 2006. History Matters: Patriarchy and the Challenge of kompleksitas dari dua jenis istilah tersebut, Feminism. mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan moral Pennsylvania Press. dan norma-norma sosial. Oleh karena itu, berbagai persolan yang terkait dengan seksualitas perempuan tidak bisa dilepaskan dari konstruksi sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks masyarakat patriarkhi, seksualitas perempuan diletakkan Philadelphia: Univ of Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Echols. J.M dan Shadily, Hasan1997, Kamus Bahasa Inggris, Gramedia, Jakarta. Herdiansyah, Herdis. 2006. Seksualitas pada posisi inferior, tidak memiliki peran Postmodernis penting dan menjadi kelompok marginal, dan Landasan Filosofis atas Keragaman terdiskriminasi karena tubuhnya yang dianggab Seksualitas Masyarakat Posmodernis. berbeda dengan laki-laki. Artinya, perempuan Tesis. Program Magister Ilmu Filsafat kehilangan hak atas otoritas tubunya sendiri, FIB. Depok: FIB UI. sehingga tubuh perempuan dianggap sebagai seksualitas Kritis dan Kristeva, Julia. 1987. In the Beginning was perempuan Love: Psychoanalysis and Faith. Trans bukan merupakan fakta yang terisolasi, namun Arthur Goldhammer. NY: Columbia merupakan perasaan, sensasi dan perilaku yang UP. liyan. Sebenarnya, Refleksi muncul dan berkembang dalam struktur sosial MacKinnon. Catherine A. 1989. “Sexuality, yang dipermainkan dan dieksploitasi oleh Pornography, and Method: “Pleasure patriarki. Kontrol patriarkhi terhadap tubuh under Patriarchy” in Ethics 99 (2): perempuan, mengakibatkan kaum perempuan 314-346. dianggap dan menganggap dirinya sebagai McKinnon, Catherine, Toward a Feminist Theory of The State, (Cambridge: 46 | Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Harvard University Press, 1989) dalam in The Later Foucault: politics and Pakasi, Diana Teresa. 2006. Teks dan philosophy, J. Moss (ed.), London; Pembaca: Konstruksi Tubuh, Hasrat, Thousand Oaks: Sage Publications. dan Relasi Seksual Perempuan dalam Mosse, Shirley Lie, 2005. Pembebasan Tubuh Fitur Majalah Popular. Tesis. Jakarta: Perempuan: Gugatan Etis Simone de Program Kajian Wanita Pascasarjana Beauvoir terhadap Budaya Patriarkat. Universitas Indonesia. Jakarta: Grasindo. J. Cloves 1996, dan Sodiq, Muhammad (Ed.), 2004, Telaah Ulang Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka Wacana Seksualitas, Yogyakarta: PSW Pelajar, IAIN Sunan Kalijaga dan CIDA Gender Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia dan Surur Miftahus dan Anoegrajekti, Novi. 2004. Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik Politik Tubuh: Seksualitas Perempuan Geriatric RS Pusat Angkatan Udara Seni, dalam Srinthil mengenai Politik dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur Tubuh tahun 2011. Skripsi. Depok. FKM UI Perempuan Desantara. Melliana, Annastasia, 2006, Menjelajah Tubuh Perempuan. Depok: Kajian Walby, Sylvia. 1990. Theorizing Patriarchy. London: Wiley-Blackwell. Perempuan dan Mitos Kecantikan Yogyakarta: LKiS, Mulia, Musdah, 2015, Mengupas Seksualitas, Jakarta:Opus Press. Internet: Http://www.kompasiana.com/manajemenamal. blogspot/seksualitas-dalam- Negara, Made Oka “Mengurai Persoalan Kehidupan Seksual dan Reproduksi agama_5529119ff17e6162338b45c0 Perempuan”, dalam Jurnal Perempuan, Suara Merdeka, 29 April 2009 Dewi No. 41 Santoso, S. Edy (Ed.), 2002, Islam dan Konstruksi Seksualitas Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sawicki, J. 1998. “Feminism, Foucault and Candraningrum, Karier patriarkhi, [email protected] om Hhttp://www.psychologymania.com/2012/09/d imensi-seksualitas.html "Subjects" of Power and Freedom” Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati) | 47