seksualitas perempuan dalam budaya patriarkhi - e

advertisement
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
Website : http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Muwazah
SEKSUALITAS PEREMPUAN
DALAM BUDAYA PATRIARKHI
Danik Fujiati
Mahasiswa S2 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstract: This paper examines the culture of patriarchy, which dominate and discriminate against
women. Control of patriarchy on female sexuality, making them no longer have authority over his own
body. Culture that built into the foundations of a patriarchal society with control over female
sexuality, be threatening the existence of women was regarded as liyan, so that it becomes the root of
the problem of gender inequality. Contributions patriarchy over the control of women's sexuality,
make women experiencing the condition in which, when there are any problem affecting the female
body (biological), then it happens because women's own fault. Ironically, in a society characterized by
patriarkhisme, then the control, domination and discrimination both in the public and domestic over
women's bodies become considered reasonable by the community, even countries.
Keywords: sexuality, patriarchy, gender inequity and domination
Abstrak: Paper ini mengkaji tentang budaya patriarkhi yang mendominasi dan mendiskriminasi kaum
perempuan. Kontrol patriarkhi terhadap seksualitas perempuan, menjadikan mereka tidak lagi
memiliki otoritas atas tubunya sendiri. Kultur yang dibangun dalam pondasi masyarakat patriarkhi
dengan kontrol atas seksualitas perempuan mengancam eksistensi perempuan yang dianggap sebagai
liyan, sehingga menjadi akar masalah ketidakadilan gender. Kontribusi patriarki atas kontrol
terhadap seksualitas perempuan menjadikan kaum perempuan mengalami kondisi dimana, ketika ada
masalah apapun yang menimpa tubuh perempuan (biologis), maka hal tersebut terjadi karena
kesalahan perempuan sendiri. Ironis lagi, dalam masyarakat yang diwarnai oleh patriarkhisme, maka
penguasaan, dominasi dan diskriminasi baik di ranah publik maupun domestik atas tubuh perempuan
menjadi hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, bahkan negara.
Kata Kunci: seksualitas, patriarkhi, ketidakadilan gender dan dominasi
1.
norma yang ada, sehingga tubuh perempuan
PENDAHULUAN
Mengkaji
seksualitas
identik dengan tabu, dan pembicaraan apapun
Perempuan, tidak lepas dari realitas hak atas
tentang seksualitas perempuan akan divonis
tubuh perempuan yang selama ini tidak pernah
sebagai amoral. Himpitan patriarkhi yang
dimiliki secara utuh oleh perempuan sendiri.
begitu dalam terhadap tubuh perempuan
Hal tersebut disebabkan oleh budaya patriarkhi
menjadikan kaum perempuan dianggap sebagai
yang selama ini mengejawantah dalam pola
sumber masalah, ketika ada keja-dian yang
pikir masyarakat. Budaya “tabu, ora ilok”
melibatkan
dalam masyarakat tradisional Jawa sebenarnya
perempuan dengan segala atribut biologisnya
merupakan konstruksi budaya patriarkhi yang
menjadi sumber masalah dalam pola relasi
memang dengan sengaja dijadikan sebagai
dengan
sarana atau alat untuk mendis-kriminasikan
patriarkhis justru akan menyalahkan kaum
kaum perempuan. Patriarki mendiskriminasi
perempuan jika mereka mengalami kejadian
tubuh perempuan agar tunduk dan patuh pada
atau peristiwa yang menimpa tubuhnya.
26 |
tentang
tubuh
laki-laki,
perempuan.
sehingga
Artinya,
masyarakat
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
Stereotype
perempuan
sebagai
bagi perempuan, seksualitas adalah eksistensi
makhluk seksi, makhluk penggoda, makhluk
dan
perayu, janda kembang, perawan ting-ting,
keperawanan dan perkosaan; maka bagi laki-
STW (Setengah Tua), perawan kasep dan lain-
laki, seksualitas adalah medan permainan dan
lain yang sering dilekatkan pada perempuan
kekuasaan. Inilah sebenarnya asimetris itu,
sebagai makhluk biologis, bahkan dianggap
dimana perempuan tidak memiliki hak atas
“kotor” jika mereka sedang menstruasi, adalah
otonomi tubuhnya, karena adanya konstruksi
berbagai
sosial patriarkhi, yang tidak pernah berpihak
contoh
perempuan.
Hal
ketidakadilan
tersebut
senada
terhadap
dengan
harga
diri,
terutama
dalam
narasi
pada kaum perempuan.
pendapat para feminis, bahwa konstruksi sosial
tentang seksualitas menyebabkan ketidakadilan
2. PEMBAHASAN
yang menimpa kaum perempuan. Artinya,
2.1. Seks, Gender dan Seksualita.
diskriminasi tersebut muncul sebagai hasil
Istilah
“seks”
secara
etimologis,
konstruksi sosial berupa pembedaan antara
berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian
sifat (ciri) kelaki-lakian (maskulinitas) dan
diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno
kewanitaan (femininitas), dan bukan dari
“sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa
perbedaan
adanya
Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada
konstruksi ide bahwa perempuan itu lemah,
periode 1150-1500 M. Seks secara leksikal
emosional, lembut dan setia. Sebaliknya pria
berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata
digambarkan
agresif.
sifat (adjective), maupun kata kerja transitif
Padahal sifat sifat tersebut relatif terdapat baik
(verb of transitive). Secara terminologis seks
dalam perempuan maupun pria.
adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan
genitalnya.
kuat,
Misalnya,
rasional
dan
Budaya patriarkhi yang menempatkan
pendorong
hidup
yang
biasanya
disebut
posisi sosial kaum laki-laki lebih tinggi dari
dengan insting atau naluri yang dimiliki oleh
kaum
setiap manusia, laki-laki maupun perempuan
perempuan,
sehingga
mewajarkan
adanya sikap dan perilaku laki-laki yang
yang
merendahkan
konteks
meneruskan keturunan. Dibandingkan istilah
biologis. Misalnya, dengan menggoda atau
sex, maka istilah gender bisa dikatakan muncul
bersiul kepada perempuan di jalan atau
belakangan. Kata sex berasal dari bahasa
ditempat lainnya. Artinya, berbagai kasus yang
Inggris yang berarti jenis kelamin. Dalam
menimpa kaum perempuan terkait dengan
kamus dikatakan bahwa sex memiliki arti ciri-
tubuhnya, selalu dianggap wajar dan ironisnya,
ciri yang membedakan antar jenis kelamin
perempuan juga dijadikan sebagai kambing
laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis.
hitam atas kejadian yang menimpa dirinya.
Sementara gender berasal dari bahasa latin
Patriarki memang tidak mungkin hidup kekal
genus yang berarti jenis atau tipe Echols dan
tanpa
hebatnya
Shadily, 1997, h.143). Menurut bahasa, kata
mendiskriminasikan kaum perempuan. Jika
gender diartikan sebagai kelompok kata yang
perempuan
dominasi,
dalam
dengan
mempertemukan
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
mereka
guna
| 27
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
mempunyai sifat masfkulin, feminin atau tanpa
adalah sebuah istilah yang menunjukkan
keduanya, netral (Moose, 1996.h.23). Dengan
pembagian peran social antara laki-laki dan
demikian untuk mengurangi kesalahpahaman
perempuan dan mengacu kepada pemberian
maka konsep gender pertama kali harus
cirri emosional dan psikologis yang diharapkan
dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin
oleh budaya tertentu disesuaikan dengan fisik
secara biologis.
laki-laki dan perempuan. Adapun istilah sex
Pengertian seks atau jenis kelamin
mengacu kepada perbedaan secara bilogis dan
secara biologis merupakan pensifatan atau
anatomis antara laki-laki dan perempuan
pembagian dua jenis kelamin manusia yang
(Moose. 1996, h.25). Sementara Joan Scoot,
ditentukan secara biologis, bersifat permanen
memberikan arti gender sebagai a constitutive
(tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
element of social relationships based on
perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan
perceived differences between the sexes,
pemberian Tuhan; sebagai seorang laki-laki
and…a primary way of signifying relationships
atau seorang perempuan. Melalui penentuan
of power.” (Reni, 2009, h. 221).
jenis kelamin secara
biologis ini maka
Di
dalam
Women’s
Studies
dikatakan bahwa seseorang akan disebut
Encylopedia dijelaskan bahwa gender adalah
berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki
suatu konsep cultural yang berupaya membuat
penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi
perbedaan (distinction) dalam hal peran,
sperma. Sementara seseorang disebut berjenis
perilaku, mentalitas dan karakter emosional
kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina
antara
dan rahim sebagai alat reproduksi, memiliki
berkembang di dalam masyarakat (Zakiyudin
alat
dan
Baidawi, 1997). Dengan demikian gender
mengalami kehamilan dan proses melahirkan.
bukanlah kodrat karena itu dibentuk oleh
Ciri biologis ini sama di semua tempat, di
manusia. Dari peran ataupun tingkah laku yang
semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak
diproses pembentukannya di masyarakat itu
dapat dipertukarkan satu sama lain.
terjadi pembentukan yang “mengharuskan”
untuk
menyusui
(payudara)
laki-laki
atau
perempuan
yang
Sementara itu, gender adalah sifat dan
misalnya perempuan itu harus lemah lembut,
perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan
emosional, cantik, sabar, penyayang, sebagai
perempuan yang dibentuk secara sosial -
pengasuh anak, pengurus rumah dan lain-lain.
budaya.
dan
Sedangkan laki-laki harus kuat, rasional,
Antropologi, Gender itu sendiri adalah perilaku
wibawa, perkasa (macho), pencari nafkah dan
atau pembagian peran antara laki-laki dan
lain-lain.
Menurut
Ilmu
Sosiologi
perempuan yang sudah dikonstruksikan atau
Paparan di atas secara gamblang
dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa
menunjukkan bahwa gender merupakan suatu
waktu tertentu pula. Artinya, gender adalah
istilah yang dikonstruksi secara sosial dan
konstruksi social atau bentukan masyarakat itu
kultural untuk jangka waktu yang lama, yang
sendiri. Mosse mengatakan bahwa gender
disosialisasikan secara turun temurun maka
28 |
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
pengertian yang baku tentang konsep gender
Perbedaan fungsi dan peran antara
ini pun belum ada sampai saat ini, sebab
laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan
pembedaan
laki-laki
dan
perempuan
karena antar keduanya terdapat perbedaan
berlandaskan
hubungan
gender
dimaknai
biologi atau kodrat, tetapi dibedakan atau
secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain,
dipilih-pilah menurut kedudukan, fungsi dan
dari satu budaya ke budaya lain dan dari waktu
peranannya masing-masing dalam berbagai
ke waktu.
bidang kehidupan. Diantara perbedaan seks
dan gender dapat diragaan sebagai berikut:
Tabel 1
Perbedaan Seks dan Gender
Sumber
Seks
Gender
Sumber pembeda
Tuhan
Manusia (Masyarakat)
Visi dan misi
Kesetaraan
Kebiasaan
Unsure pembeda
Biologis (alat reproduksi)
Kebudayaan (tingkah laku)
Sifat
Kodrta, tertentu, tidak dapat Harkat, martabat dapat dipertukarkan
dipertukarkan
Dampak
Terciptanya
nilai-nilai, Terciptanya
norma-norma
ketentuan
kesempurnaan, kenikmatan, tentang pantas atau tidak pantas. Laki-laki
kedamaian
dll
sehingga pantas jadi pemimpin, perempuan pantas
menguntungkan
kedua dipimpin dll sering merugikan salah satu
belah pihak
Keberlakuan
pihak kebetulan adalah perempuan
Sepanjang masa, dimana Dapat berubah, musiman dan berbeda
saja
tidak
mengenal antara kelas
pembedaan kelas
Dari
tabel
di
atas,
maka
dapat
pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini
diketahui bahwa gender bisa dipertukarkan
dianggap sebagai pekerjaan kaum perempuan.
satu sama lain, gender bisa berubah dan
Demikian juga sebaliknya seseorang dengan
berbeda dari waktu ke waktu, di suatu daerah
jenis kelamin perempuan bisa saja bertubuh
dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah,
kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan
identifikasi seseorang dengan menggunakan
perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap
perspektif gender tidaklah bersifat universal.
maskulin
Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki
kekuasaan kaum laki-laki.
mungkin saja bersifat keibuan dan lemah
dan
Jika
dianggap
seks
sebagai
diartikan
wilayah
sebagai
jenis
lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia
kelamin biologis dan gender diartikan sebagai
untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan
jenis
kelamin
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
sosial,
maka
seksualitas
| 29
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
(sexuality) memiliki arti lebih luas yang
Seksualitas
tidak
sama
mencakup daya tarik seksual dan sifat atau
Seksualitas
ialah
interaksi
karakteristik dari masing-masing jenis seks,
biologis, psikologi personal, dan lingkungan.
baik yang bersifat biologis maupun sosial.
Fungsi biologis mengacu pada kemampuan
Seksualitas terkait dengan ranah sosial yang
individu
mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial
kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas
dari masing-masing jenis kelamin. Seksualitas
dan konsep diri seksual psikologis mengacu
merupakan suatu istilah yang mencakup segala
pada pemahaman dalam diri individu tentang
sesuatu yang berkaitan dengan seks. Dalam
seksualitas
pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari
sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran
seksualitas, yaitu seks dalam arti sempit dan
peran-peran maskulin atau feminin. Nilai atau
seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang
aturan
sempit berarti kelamin, yang mana dalam
membentuk individu berhubungan dengan
pengertian kelamin ini, antara lain: 1) organ
dunia
kelamin : penis dan vagina; 2) Anggota badan
berhubungan seksual dengan orang lain.
atau ciri fisik : payudara, testis, dan lain-lain;
(Bobak: 2004).
3)
kelenjar-kelenjar
dalam
tubuh
:
dan
hormon-hormon
testosteron,
progesteron,
untuk
memberi
seperti
sosio
dan
citra
budaya
bagaimana
Sementara
Abdullah,
dengan
itu,
seksualitas
seks.
faktor-faktor
dan
menerima
diri,
identifikasi
membantu
mereka
dalam
memilih
menurut
secara
Irwan
etimologis
estrogen, dan lain-lain; 4) Hubungan seksual.
memiliki beberapa makna, yang terkait dengan
Seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal
jenis kelamin, kesenangan, dan gender. Makna
yang terjadi sebagai akibat (konsekuensi) dari
seksualitas yang berhubungan dengan jenis
adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain: 1)
kelamin biologis, maka terkait dengan faktor
pembedaan tingkah laku : kasar, lembut,
biologis, yaitu vagina, payudara, dan rahim
feminin, maskulin, dan lain-lain; 2) perbedaan
merupakan seksualitas perempuan, sedangkan
atribut : pakaian, nama; 3) perbedaan peran
penis adalah seksualitas pria. Sedangkan
dan pekerjaan; 4) hubungan antara perempuan
makna
dan laki – laki : norma sosial, relasi, pacaran,
menampilkan adanya peran sosial dalam
perkawinan dan lain-lain ((Mardiana: 2012).
mengkonstruksi seksualitas manusia sehingga
seksualitas
sebagai
gender
maka
Menurut WHO dalam Mardiana (2012)
seksualitas tidak hanya semata-mata terkait
seksualitas adalah suatu aspek inti manusia
dengan aspek biologis, melainkan terkait
sepanjang kehidupannya dan meliputi seks,
dengan faktor sosial. Untuk memperjelas
identitas dan peran gender, orientasi seksual,
pemahaman
erotisme,
diilustrasikan dengan contoh berikut ini.
kenikmatan,
reproduksi.
identitas
Seksualitas
adalah
komponen
yang
Pertama,
rahim,
maka
secara
akan
biologis
merupakan milik perempuan, yang secara
terpisahkan dan berkembang dan semakin
kodrati membedakannya dengan laki-laki.
matang
Dengan
sepanjang
individu
dan
tersebut,
tidak
30 |
personal
kemesraan
makna
kehidupan
individu.
rahim,
perempuan
mengalami
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
beberapa pengalaman seksual, mulai dari
yang berkaitan dengan perilaku dan orientasi
menstruasi, kehamilan, melahirkan sampai
seksual, yang meliputi sex acts dan sex
pada menopause. Rahim secara biologis,
behavior. Sex acts merupakan konsepsi seksual
memiliki implikasi terhadap penataan sosial.
yang berkaitan dengan pengertian seks sebagai
Rahim dianggap memiliki cacat bawaan karena
aktivitas persetubuhan, baik dalam pengertian
membawa serta serangkaian ’penyakit’ yang
sex as procreational (bertujuan untuk memiliki
harus diderita perempuan, yang oleh David
anak), sex as recreational (bertujuan untuk
Moris
terjadinya
mencari kesenangan), dan sex as relational
histeria yang merupakan gangguan terhadap
(bertujuan untuk mengungkapkan rasa sayang
keseluruhan pengaturan suhu tubuh dalam
dan cinta). Sexual behavior berkaitan dengan
proses biologisnya. Penyakit seperti ini telah
psikologis, sosial, dan budaya, seperti hal-hal
menimbulkan dikotomi yang tegas antara
yang berkenaan dengan ketertarikan seseorang
’penyakit perempuan dan penyakit laki-laki
pada erotisitas, sensitivitas, pornografi, dan
Santoso (Ed.), 2002, h. 3-4).
ketertarikan pada lawan jenis ( Sodiq (Ed.)
dikatakan
menyebabkan
Kedua, menstruasi, merupakan proses
2004, h 116).
biologis terkait dengan pencapaian kematangan
Made Oka Negara memberikan makna
seks, kesuburan, ketidak-hamilan, normalitas,
seksualitas
kesehatan tubuh, dan pembaharuan tubuh itu
berhubungan dengan seks, yang meliputi nilai,
sendiri
sikap,
dimaknai
penyakit
kaum
secara
negatif
orientasi
semua
dan
aspek
perilaku.
yang
Dimensi
Mitos-mitos
seksualitas menurut Oka Negara, meliputi
menstruasi dan menstrual taboo merupakan
dimensi biologi, psikososial, perilaku, klinis,
representasi dari sifat negatif menstruasi. Hal
dan kultural. Pertama, dimensi biologi, mulai
itu kemudian memunculkan ritual khusus
dari bentuk anatomis organ seks hingga fungsi
terhadap perempuan yang sedang menstruasi,
dan proses biologis. Sisi biologi seksualitas
seperti pengaturan makan di Malaysia atau
mempengaruhi
pengucilan di hutan atau di gubuk terpencil
seksual, dan kepuasan seksual. Kedua, dimensi
disertai dengan larangana seperti yang terjadi
psikososial meliputi faktor psikis yaitu emosi,
di Papua (Santoso (Ed.), 2002 h. 3-4). Menurut
pandangan,
perspektif relasi gender, menstrual taboo
berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu
dijadikan sebagai mekanisme untuk membatasi
bagaimana
partisipasi perempuan di rnah publik. Mitos
lingkungannya secara seksual. Ketiga, dimensi
tentang menstrual taboo sekaligus menjadi alat
klinis menangani per-soalan fisik seperti
laki-laki untuk mendomes-tifikasi peran dan
penyakit,
aktivitas perempuan.
masalah-masalah pe-rasaan atau psikis, seperti
Gunawan
perempuan.
sebagai
sebagai
(1993,h..18)
dorongan
dan
fungsi
kepribadian,
manusia
trauma,
seksual,
berinteraksi
atau
yang
dengan
obat-abatan,
dan
mengartikan
kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi dan
seksualitas sebagai suatu kompleksitas emosi,
konflik, yang keduanya dapat mengganggu
perasaan, kepribadian, sikap, dan watak sosial
fungsi reproduksi dan seksualitas. Dimensi
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
| 31
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
klinis seksualitas memberikan solusi terhadap
seks, dan apa yang mereka lakukan ketika
masalah tersebut dan masalah lain yang
mereka melakukan hubungan seks.
menghambat tercapainya kebahagiaan seksual.
Dimensi Agama dan etik. Seksualitas
Keermpat, dimensi kultural, menekankan pada
juga berkaitan dengan standar pelaksanaan
konstruksi kultural terhadap seksualitas yang
agama dan etik. Ide tentang pelaksanaan
menjadikan makna dan norma seksualitas
seksual etik dan emosi yang berhubungan
berbeda dari budaya yang satu dengan budaya
dengan seksualitas mem-bentuk dasar untuk
yang lain (Jurnal Perempuan, No. 41, pp 8-9).
pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap
Sedangkan menurut Perry & Potter
(2005),
dimensi
meliputi,
dari pandangan tradisional tentang hubungan
sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi
seks yang hanya dalam perkawinan sampai
psikologis dan dimensi biologis.
sikap yang memperbolehkan individu menen-
Dimensi
seksualitas
yang ditunjukan pada seksualitas direntang
Sosiokultural.
Seksualitas
tukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan
dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural
seksual yang melewati batas kode etik individu
yang
dapat mengakibatkan konflik internal.
menentukan
apakah
perilaku
yang
diterima di dalam kultur. Keragaman kultural
Dimensi
Psikologis.
Seksualitas
secara global menciptakan variabilitas yang
bagaimana pun mengandung perilaku yang
sangat
dan
dipelajari. Apa yang sesuai dan dihargai
menghadapi spectrum tentang keyakinan dan
dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan
mengamati
perilaku
biasanya
luas
dalam
yang
norma
seksual
diper-bolehkan
selama
perilaku
orangtua.
Orangtua
mempunyai
pengaruh
signifikan
berpacaran, apa yang dianggap merangsang,
pertama pada anak-anaknya. Mereka sering
tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan
mengajarkan
dalam
komunikasi
perilaku
seksual,
dengan
siapa
tentang
yang
seksualitas
halus
dan
melalui
nonverbal.
seseorang menikah dan siapa yang diizinkan
Seseorang memandang diri mereka sebagai
untuk menikah. Setiap masyarakat memainkan
makhluk seksual berhubungan dengan apa
peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai
yang telah orangtua mereka tunjukan kepada
dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau
mereka tentang tubuh dan tindakan mereka.
menghambat perkem-bangan dan ekspresi
Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan
seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial
perempuan secara berbeda berdasarkan jender.
mempunyai aturan dan norma sendiri yang
Dimensi
Biologis.
Seksualitas
memandu perilaku anggotanya. Peraturan ini
berkaitan dengan pebedaan biologis antara
menjadi bagian integral dari cara berpikir
laki-laki dan perempuan yang ditentukan pada
individu
masa konsepsi. Material genetic dalam telur
dan
menggarisbawahi
perilaku
seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana
yang
seseorang menemukan pasangan hidupnya,
kromosom
seberapa sering mereka melakukan hubungan
seksual.
32 |
telah
dibuahi
yang
Ketika
terorganisir
menjadikan
hormone
dalam
perbedaan
seks
mulai
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
mempengaruhi
membentuk
jaringan
janin,
laki-laki
pendekatan
anatomis,
maka
seksualitas
dan
berbicara lebih jauh lagi, yakni adanya bentuk-
perempuan. Hormon mempengaruhi individu
bentuk lain di luar itu, termasuk masalah
kembali saat pubertas, dimana anak perempuan
norma. Jika seks berorientasi fisik-anatomis
mengalami menstruasi dan perkembangan
dan
karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki
seksualitas adalah kompleksitas dari dua jenis
mengalami
orientasi sebelumnya, mulai dari fisik, emosi,
(sperma)
karakteristik
genitalia
pembentukan
yang
spermatozoa
relatif
konstan
dan
perkembangan karakteristik seks sekunder.
gender
berorientasi
sosial,
maka
sikap, bahkan moral dan norma-norma sosial
dalam masyarakat.
Berdasarkan pemikiran di atas, bisa
diambil
kesimpulan
bahwa,
istilah
seks,
2.2. Isu seksualitas perempuan.
gender dan seksualitas memiliki kesamaan,
sehingga
banyak
memperbincangkan
orang
ketiga
yang
istilah
tersebut
Sebagaimana dikemukakan di atas,
bahwa seksualitas memiliki makna yang luas
yang
meliputi
seks
dan
gender
atau
secara tumpang tindih, padahal jika dicermati
kompleksitas dari dua jenis istilah tersebut,
antara
sebenarnya
mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan moral
berbada. Kesamaan yang paling menonjol
dan norma-norma sosial. Oleh karena itu
adalah
berbincang
ketiga
istilah
bahwa,
tersebut
ketiga
istilah
tersebut
mengenai
isu
seksualitas
membicarakan mengenai jenis kelamin sebagai
perempuan, tidak lepas dari kondisi fisik
identitas seseorang. Sedangkan perbedaan
(bioloogis)
yang
istilah
melibatkan kultur sosial, nilai dan norma
lebih
masyarakat. Hal ini sejalan dengan Deklarasi
ditekankan pada keadaan anatomis manusia
Kairo tahun 1994 pasal VII butir 7.34 yang
secara biologis yang kemudian memberi
secara jelas menyatakan bahwa seksualitas dan
"identitas"
relasi gender adalah saling berkait dan
substansial
tersebut,
antara
antara
lain:
kepada
yang
ketiga
1)
seks
bersangkutan.
tubuh
perempuan
Misalnya perempuan memiliki vagina dan laki
mempengaruhi
– laki memiliki penis. 2) Gender adalah "jenis
perempuan
kelamin sosial" yang identifikasinya bukan
mempertahankan
karena secara kodrati, melainkan lebih karena
mengelola
konstruksi sosial. Misalnya : pekerja kantoran
Komitmen Kairo tersebut diperkuat dalam
bukan saja milik laki -laki. Pekerjaan rumah
Deklarasi dan Rencana Aksi Beijing tahun
tangga bukan kodrat perempuan, tetapi laki –
1995
laki pun bisa melakukannya. 3) Seksualitas
Internasional -- dalam paragraf 96 yang
lebih luas lagi maknanya mencakup tidak
menyatakan bahwa “hak asasi perempuan
hanya seks, tapi bahkan juga gender. Jika seks
meliputi hak mereka untuk menguasai dan
mendefinisikan jenis kelamin fisik hanya pada
secara bertanggung jawab memutuskan soal-
"jenis"
soal yang menyangkut seksualitasnya termasuk
laki-laki
dan
perempuan
dengan
–
kemampuan
sekaligus
untuk
yaitu
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
mencapai
kesehatan
kehidupan
laki-laki
Konferensi
dan
seksual
reproduksi
dan
dan
mereka.
Perempuan
| 33
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
kesehatan seksual dan reproduksinya, bebas
seyogyanya bukan merupakan aktifitas yang
dari pemaksaan, diskriminasi dan kekerasan”.
berbahaya. Sedangkan hak reproduksi adalah:
Isu-isu seksualitas perempuan, misalnya isu
bagian
kesehatan reproduksi, termasuk HIV/AIDS dan
perempuan
penyakit menular seksual lainnya, aborsi dan
reproduksi (Lis Marcoes Natsir, Menakar
lain-lain; isu pelecehan dan kekerasan seksual
Harga Perempuan, 1999,h. 19). Hal tersebut
pada perempuan, isu sunat perempuan dan
senda dengan difinisi yang mneyatakan bahwa,
lain-lain.
hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang
dari
keseluruhan
selaku
HAM
terutama
pengemban
fungsi
dimiliki oleh setiap manusia yang berkaitan
2.2.1. Isu kesehatan seksual dan reproduksi
kehidupan
reproduksinya.
Hak
reproduksi memiliki spektrum yang luas,
perempuan.
Berbicara
dengan
kesehatan
dan
mencakup pembi-caraan tentang relasi laki-laki
reproduksi tidak bisa dilepaskan dari hak
dan perem-puan, baik dalam ranah domestik
seksual dan reproduksi, khususnya hak seksual
maupun ranah publik, misalnya: masalah
dan reproduksi kaum perempuan sebagai
perka-winan, kehamilan, kelahiran, perawatan
kelompok rentan yang terkena dampak paling
dan pengasuhan anak, termasuk di dalam-nya
nyata dari perilaku seksual dan reproduksi
adalah aborsi, penyakit menular sek-sual dan
yang tidak sehat. Menurut Deklarasi Kairo,
HIV/ AIDS, Keluarga Berencana (KB) berikut
kesehatan reproduksi adalah kondisi fisik,
alat-alat
mental,
yang
problemnya, serta masalah prilaku seksual.
berhubungan dengan sistem reproduksi berikut
Hak reproduksi merupakan hak setiap individu
fungsi
untuk mendapatkan, kemampuan reproduksi;
sosial
dan
secara
seksual
menyeluruh
proses-prosesnya
Internasional
(Konferensi
Kependudukan
dan
Pembangunan/ ICPD , Kairo 1994). Menurut
kontrasepsi
keberhasilan
dengan
reproduksi
dan;
seluruh
keamanan
reproduksi.
World bank, kesehatan reproduksi diartikan
Secara lebih tegas, kesehatan seksual
sebagai kondisi sehat baik secara mental dan
dan kesehatan reproduksi adalah kemampuan
sosio-kultural dari sistem, fungsi dan proses
seseorang
reproduksi (World Bank , 2000). Kesehatan
mental
reproduksi mencakup tiga komponen yaitu:
seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
kemampuan
bebas
("ability"),
keberhasilan
mencapai
dan
namun
sosial
kesejah-teraan
yang
bertanggung
terkait
jawab
fisik,
dengan
dalam
("safety").
kehidupan pribadi dan sosial-nya, misalnya
bereproduksi.
dalam menjaga hubungan dengan teman atau
Keberhasilaan berarti dapaat menghasilkan
pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh
anak sehat yang tumbuh dan berkembang.
norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
Keamanan ("safety") berarti semua proses
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau
reproduksi
seks,
gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa
kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus
dicapai bila hak seksual individu perempuan
("succes")
Kemampuan
34 |
dan
keamanan
berarti
termasuk
dapat
hubungan
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN,
reproduksinya, termasuk agar terhindar dari
2006). Komitmen terbaru dunia internasional
kematian akibat proses reproduksi, misalnya
dalam
jaminan kesehatan agar perempuan terhindar
pertemuan
menelurkan
UNGASS
Deklarasi
tahun
Politik
2006
tentang
dari
kematian
akibat
kehamilan
atau
HIV/AIDS yang dalam paragraf 30 menya-
melahirkan. Hak ini tidak boleh dibedakan atau
takan bahwa negara-negara berjanji untuk
didiskriminasikan
menghapuskan
keti-
perkawinan perempuan atau usia atau status
dakadilan gender serta meningkatkan kapa-
ekonominya. Semua perempuan baik remaja,
sitas perempuan untuk melindungi dirinya dari
lajang, maupun yang berstatus menikah berhak
resiko
untuk mendapatkan dan menikmati hak ini.
ketidaksetaraan
terinfeksi
HIV
dan
melalui
kebijakan
pelayanan kesehatan, khususnya ke-sehatan
berdasarkan
hak
Ketiga,
untuk
status
kebebasan
berpikir tentang hak reproduksi. Setiap
seksual dan kesehatan reproduksi.
Kesehatan seksual dan reproduksi akan
perempuan berhak untuk mengungkapkan
terwujud secara maksimal, jika hak reproduksi
pikiran dan keyakinannya untuk menjaga
khusunya hak reproduksi dan seksual kaum
kesehatan dan kehidupan reproduksinya tanpa
perempuan dijamin, dilindungi dan dihargai
paksaan dan siapa pun.
oleh masyarakat dan negara. Berdasarkan
Keempat, hak untuk menentukan
Internasional
jumlah anak dan jarak kelahiran.Setiap
Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994
perempuan berhak unutk menentukan jumah
di
anak
Kesepakatan
Kairo,
Konferensi
pemerintah
Indonesia
telah
yang
akan
kelahiran
anak
serta
menyetujui 12 hak seksual dan reproduksi,
menentukan
antara lain:
diinginkannya, tanpa paksaan dari siapa pun.
Pertama, hak untuk mendapatkan
jarak
dilahirkannya
yang
Kelima, hak untuk hidup, yaitu hak
kesehatan
untuk dilindungi dari kematian karena
reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk
kehamilan dan proses melahirkan. Setiap
mendapatkan informasi dan pendidikan yang
perempuan hamil dan yang akan melahirkan
jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait
berhak untuk mendapatkan perlindungan ,
dengan
reproduksi,
termasuk pelayanan kesehatan yang baik
termasuk banyaknya pilihan alat kontrasepsi
sehingga ia dapat mengambil keputusan secara
yang dapat dipilih oleh perempuan atau laki-
cepat mengenai kelanjutan kehamilannya bila
laki dan efek samping dari berbagai alat
proses kelahirannya beresiko kematian atau
kontrasepsi.
terjadi komplikasi.
informasi
dan
masalah
pendidikan
kesehatan
Kedua, hak untuk mendapatkan
Keenam, hak atas kebebasan dan
pelayanan dan perlindungan kesehatan
keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk
reproduksi. Artinya setiap perempuan harus
mendapatkan
dan
dijamin agar tidak mengalami pemaksaan,
perlindungan yang memadai bagi kehidupan
pengucilan, dan tekanan yang menyebabkan
pelayanan
kesehatan
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
| 35
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
kebebasan dan keamanan yang diperolehnya
yang
tidak dapat digunakan, termasuk kebebasan
reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk
memilih alat kontrasepsi yang dianggappnya
menyampaikan
paling aman.
mengenai kehidupan reproduksi secara pribadi
Ketujuh, hak untuk bebas dari
penganiayaan
dan
perlakuan
buruk
berkaitan
kekerasan,
kehidupan
pelecehan
atau
aspirasinya
Keduabelas, hak untuk bebas dari
,
segala
dan
pendapat
kesehatan
atau melalui organisasi atau partai.
termasuk perlindungan dari perkosaan,
penyiksaan,
dengan
bentuk
diskriminasi
berkeluarga
dan
dalam
kehidupan
seksual. Setiap perempuan berhak untuk
reproduksi. Setiap perempuan berhak untuk
dilindungi
dari
ancaman
bentuk-bentuk
terbebaskan
kekerasan
yang
dapat
mmenimbulkan
berdasarkan gender/perbedaan jenis kelamin,
penderitaan secara fisik, seksual, dan psikis
ras, status perkawinan atau kondisi sosial-
yang mengganggu kesehatan fisik, mental, dan
ekonomi,
reproduksinya.
kehidupan keluarga dan proses reproduksinya.
Kedelapan, hak untuk mendapatkan
dari
perlakuan
diskriminasi
agama/keyakinan-nya
Misalnya,
orang
tidak
mampu
dalam
harus
manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
yang terkait dengan kesehatan reproduksi.
yang berkualitas, demikian pula remaja yang
Setiap perempuan berhak untuk memanfaatkan
hamil di luar nikah.
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
terkait
kesehatan
informasi
yang
reproduksi,
jelas
dan
misalnya
benar
Berdasarkan pengertian di atas, maka
seseorang dikatakan memiliki reproduksi yang
serta
sehat, jika sistem,fungsi dan proses reproduksi
kemudahan akses untuk mendapatkan alat
dinyatakan sehat secara mental dan sosio-
kontrasepsi baru.
kultural. Artinya, kesehatan reproduksi tidak
Kesembilan, hak atas kerahasiaan
hanya terletak pada sesuatu yang bersifat fisik,
pribadi dengan kehidupan reproduksinya.
berupa alat reproduksi ( ovarium atau indung
Setiap
dijamin
telur, fimbria, oviduct atau saluran telur, atau
reproduksi-nya,
Tuba Fallopi, Uterus (Rahim), Vagina adalah
misalnya tentang informasi tentang kehidupan
alat reproduksi perfempuan; sedangkan alat
seksualnya, masa menstruasi dan jenis alat
reproduksi
kontrasepsi yang digunakan.
skrotum, saluran sperma, penis dan Urethtra),
perempuan
kerahasiaan
berhak
kesehatan
untuk
laki-laki,
merencanakan
Setiap
bagaimana pemilik alat reproduksi tersebut
perempuan berhak untuk menentukan kapan, di
memiliki hak sepenuhnya atas alat reproduksi
mana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan
tersebut, termasuk sistem, fungsi dan proses
membangun perkawinan atau keluarganya.
reproduksinya beserta seksualnya.
Kesebelas,
hak
atas
substansial
testis,
namun
keluarga.
lebih
lain:
Kesepuluh, hak untuk membangun
dan
yang
antara
adalah
kebebasan
berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
36 |
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
2.2.2. Isu pelecehan dan kekerasan seksual
Indonesia. Inilah yang membuat 100% pelaku
kekerasan seksual adalah lelaki.
perempuan.
Menurut Catatan Tahunan Komnas
Menurut
penelitian
Komnas
Perempuan 2016, kasus pemerkosaan semakin
Perempuan,
meningkat. Kasus kekerasan seksual naik
berpotensi berujung pada amarah, jika sang
menjadi peringkat kedua dari keseluruhan
lelaki mulai merasa inferior atau merasa tidak
kasus kekerasan terhadap perempuan. Bentuk
berdaya. Kemarahan dan inferioritas itulah
kekerasan
yang
seksual
tertinggi
pada
ranah
‘kekuasaan’
mendorong
pada
lelaki
laki-laki
menunjukkan
personal adalah pemerkosaan, yakni sebanyak
kekuasaannya dengan cara lain: memperkosa.
2.399 kasus. Pelakunya didominasi oleh kaum
Syaldi Sahude, seorang aktivis Aliansi Laki-
laki-laki. Data tersebut diperkuat dengan
laki Baru, menyetujui pernyataan Komnas
mencuatnya kasus seorang siswi SMP di
Perempuan. Sahude menilai, solusi utama
Bengkulu berinisial YN (14 tahun) yang
untuk menekan jumlah kekerasan seksual pada
diperkosa dan dibunuh dalam perjalanan
perempuan,
pulang sekolah. YN diperkosa oleh 14 orang
pengesahaan Undang Undang Penghapusan
pelaku yang beberapa di antaranya masih
Kekerasan Seksual, karena dalam KUHP dari
merupakan anak di bawah umur (JAKARTA,
15 jenis kekerasan seksual, baru tiga yang
KOMPAS.com ).
diakomodasi,
adalah
dengan
bahkan
mendorong
penerapan
Undang-
Menurut Mariana Amiruddin, Ketua
undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Subkomisi Partisipasi Masyarakat Komnas
Tangga (PKDRT) tidak berjalan sebagaimana
Perempuan, lebih dari 60% kasus kekerasan
mestinya. Keadaan ini jugalah yang mendesak
seksual, terjadi di dalam rumah dengan pelaku
Komnas
Perempuan
menyebut
kekerasan
yaitu ayah, paman, kakak, atau suami korban.
seksual
sebagai
kejahatan
terhadap
Berdasarkan
kemanusiaan (BBC Indonesia.com).
catatan
Komnas
Perempuan,
kekerasan seksual masih menjadi momok
Konsideran deklarasi PBB tentang
paling mengerikan pada daftar kasus kekerasan
penghapusan kekerasan terhadap perempuan
terhadap perempuan. Pada 2014 lalu, dari
menyebutkan secara tegas bahwa akar masalah
3.860 kasus kekerasan pada perempuan di
kekerasan
ranah komunitas, sebanyak 2.183 kasus atau
didalamnya adalah kekerasan seksual adalah
56%-nya adalah kasus kekerasan seksual
ketim-pangan historis dari hubungan kekua-
berupa
saan antara laki-laki dan perempuan yang
perkosaan,
pencabulan,
pelecehan
terhadap
perempuan,
termasuk
seksual dan paksaan berhubungan badan.
menimbulkan
Mariana mengklaim, selain banyaknya korban
terhadap perempuan. Secara lebih detail, akar
yang menilai kekerasan seksual sebagai hal
penyebab kekerasan terhadap perempuan dus
‘wajar’, terutama di dalam rumah tangga,
pelecehan dan kekerasan seksual terhadap
tingginya angka kekerasaan seksual pada
perempuan, antara lain: pertama, ketimpangan
perempuan muncul karena budaya patriarki di
gender. Pola relasi yang tidak seimbang antara
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
dominasi
dan
diskriminasi
| 37
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
laki-laki
dan
mengakibatkan
perempua
adanya
(subordinasi)
superioritas
dan
Asia, Pasifik, Amerika Latin, Amerika Utara,
dan Eropa. Di Asia, praktik ini familiar di
inferioritas antara keduannya mengakibatkan
kalangan
Negara-negara
perempuan menjadi objek seksual bagi kaum
Malaysia,
Philipina,
laki-laki; kedua, perlidungan hukum yang
(Haifa Jawad, 2002: 182). Banyak masyarakat
belum memadai; ketiga, dominasi nilai-nilai
yang
patriarki. Budaya patriarki memberikan stigma
merupakan tradisi yang seringkali dikaitkan
terhadap
dengan
perempuan
sehingga
posisi
termasuk
menganggap
agama.
Muslim,
Hal
sunat
ini
seperti
Indonesia.
perempuan
juga
masih
perempuan menjadi lemah. Tubuh seksual
menimbulkan pro dan kontra. Praktik ini
perempuan dianggap ancaman berbahaya bagi
dilakukan
kemurnian laki-laki dan menjadi alasan untuk
Katolik, animisme,dinamisme, salah satu sekte
membenarkan aniaya verbal dan fisik terhadap
Yahudi, dan juga atheis. Penelitian yang
perempuan. Tubuh perempuan sebagai sasaran
dilakukan menunjukkan bahwa latar belakang
objek
dan;
tradisi lebih dominan, bukan perintah agama.
bias
Praktik sunat perempuan ini diduga telah
mengenai status perempuan dalam keluarga.
dimulai sejak 4000 tahun silam (Donna L
interpretasi dan tafsir agama misoginis seperti
Wong, 2009, h. 258).
yang
mudah
keempat, pemahaman
dieksploitasi
agama
yang
inilah yang justru banyak disosialisasikan.
oleh
penganut
Islam,
Kristen,
Menurut WHO sunat perempuan atau
Konsekuansinya, tafsir agama yang lebih
biasa
ramah terhadap perempuan dituduh menentang
Cirkumtation
pendapat arus utama yang sudah mapan di
tindakan/prosedur yang meliputi pengangkatan
masyarakat.
sebagian atau total dari organ genitalia
Kesimpulannya
dengan
Female
Genital
(FGC)
adalah
semua
banyaknya
eksterna perempuan atau bentuk perlukaan lain
kasus pelecehan seksual dan kekerasan seksual
terhadap organ genital perempuan dengan
terhadap kaum perempuan terjadi karena
alasan budaya, atau alasan non-medis. Tipe
adanya
kultur
Female Genital Cirkumtation (FGC), yaitu :1)
patriarkhi yang menganggap bahwa tubuh
clitoridotomy, yakni eksisi (pemotongan) dari
perempuan adalah objek seks yang menjadi
permukaan (prepuce) klitoris, dengan atau
sasaran
tanpa eksisi sebagian atau seluruh klitoris. Tipe
ketimpangan
bagi
kaum
adalah
disebut
gender
laki-laki
dan
termasuk
eksploitasi.
ini yang di beberapa negara muslim dikenal
dengan
sunnat
atau
sirkumsisi;
2)
clitoridectomy, yaitu eksisi sebagian atau total
2.2.3. Isu sunat perempuan
Sunat perempuan dilakukan hampir di
dari labia minora. Tipe ini banyak dilakukan di
28 negara, dan yang terbanyak dilakukan di
negaranegara bagian Afrika Sahara, Afrika
sebagian besar Negara Afrika, khususnya di
Timur, Mesir, Sudan, dan Peninsula; 3)
Negara bagian Afrika Sahara, beberapa Negara
Infibulasi/Pharaonic Circumcision/khitan ala
Timur Tengah, serta sebagian kecil Negara di
Fir’aun, yaitu eksisi sebagian atau seluruh
38 |
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
bagian genitalia eksterna dan penjahitan untuk
positif dari seksualitas yang disembunyikan
menyempitkan
Penyempitan
dan diingkari. Hal itu membuat manusia tidak
vulva dilakukan dengan hanya menyisakan
mengerti tentang pentingnya pemenuhan hak
lubang sebesar diameter pensil, agar darah saat
seksual.
mulut
vulva.
menstruasi dan urine tetap bisa keluar. Ini
Perempuan dan laki-laki memiliki hak
merupakan tipe terberat dari FGC. (Haifa
atas tubuhnya. Mereka berhak atas kesehatan
Jawad, 2002: h.180).
dan kenikmatan tubuhnya. Tubuh perempuan
Berdasarkan pemikiran di atas, maka
bukan sesuatu yang tabu, melainkan hal yang
perempuan
apapun
positif. Perempuan mempunyai hak untuk
memang merugikan kaum perempuan. Oleh
mengapresiasi dan mengekspresikan tubuhnya
karena itu, larangan sunat perempuan menjadi
sendiri.
hal yang harus segera diwujudkan oleh
alamiah
pemerintah. Larangan tersebut dimaksudkan
reproduksi
sebagai upaya pencegahan agar, hal-hal yang
kehamilan, melahirkan dan menyusui telah
terkait dengan sunat perempuan dan praktik
diartikan bahwa tubuh perempuan dianggap
sunat perenpuan di berbagai wilayah di
berbahaya dan tidak dapat dikontrol, bahkan
Indonesia paling tidak bisa diminimalisir.
sama sekali tidak dapat dipahami secara
sunat
dengan
alasan
Fakta
bahwa
memiliki
perempuan
secara
kemampuan
berupa
berupa
fungsi
menstruasi,
rasional. Konstruksi sosial mengenai relasi
2.3. Bagaimana
patriarkhi
mengontrol
seksual
juga
masing
sangat
didominasi
paradigma heterono-mativitas dan ideologi
Seksualitas Perempuan.
Seksualitas merupakan suatu ekspresi
patriarki yang sarat dengan ketidakadilan
hasrat erotik atau berahi manusia yang
gender.
dikonstruksikan dan diwariskan dari satu
diskriminasi
generasi
perempuan, tetap terjadi di masyarakat. Semua
ke
melibatkan
generasi
terhadap
Seksualitas
anak, perkosaan, trafficking (perdagangan
merupakan esensi kemanusiaan paling nyata
perempuan), prostitusi, poligami, perceraian,
karena menunjukkan jati diri manusia yang
penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular
paling dalam. Seksualitas juga tidak bekerja
lainnya semakin merebak dalam masyarakat.
ajaran
ekonomi,
kekerasan
bentuk
itu membuat kasus-kasus perkawinan anak-
dan
politk,
dengan
dan
berbagai
nilai
budaya
faktor
berikutnya
Akibatnya,
agama.
secara alami dalam diri manusia, melainkan
harus
dipelajari
karena
merupakan unsur terpenting dari Hak Asasi
unsur-unsur
Manusia (HAM). setiap orang memiliki hak
anatomi tubuh, nilai-nilai etika, hak asasi
atas seksualnya yang tidak dapat diabaikan
manusia, kesehatan reproduksi, dan nilai-nilai
sedikit pun tanpa mengenal pembedaan dalam
spiritual yang dalam. Masyarakat umumnya
identitas
masih melihat seksualitas sebagai hal negatif,
orientasi seksualnya. Karena itu, negara dan
bahkan tabu dibicarakan, sehingga banyak hal
masyarakat
terdapat
dengan
pengetahuan
seksama
Hak seksual adalah bagian integral dan
tentang
kelamin,
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
identitas
berkewajiban
gender,
dan
membantu
| 39
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
terpenuhinya
hak
seksual
mempromosikan
prinsip
tersebut
serta
nondiskriminasi,
dalam permainan dan politisasi seksualitas
perempuan
sebagai
sebuah
dekadensi.
prinsip nonkekerasan, dan prinsip kesetaraan
Perempuan yang baik tak boleh main-main
bagi semua orang termasuk kaum perempuan.
dengan kelaminnya. Hal itu tak berlaku bagi
Berbagai
laki-laki
(HAM)
instrumen
Hak
internasioanl
Asasi
Manusia
menyatakan
bahwa
Dominasi
dalam
rumah
seksualitas
besar
dalam
patriarki.
sistem
ini
pemenuhan hak seksual manusia didasarkan
merupakan erotisme ultim yang sangat disukai
pada tujuh prinsip utama. Prinsip hak seksual
oleh laki-laki yang berkuasa, sehingga muncul
sebagai hak asasi manusia yaitu, (1) Prinsip
adagium: tahta, harta, wanita. Sebagaimana
perlindungan 2) Prinsip nondiskriminasi, (3)
dipaparkan di atas, Seksualitas tidak hanya
Prinsip kenikmatan dan kenyamanan, (4)
berbincang mengenai soal kelamin, karena
Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab, (5)
dalam perkosaan, persoalan paling pertama
Prinsip penghargaan, (6) Prinsip kebebasan
adalah bukan soal hasrat menyetubuhi, tetapi
manusia, (7) Prinsip pemenuhan hak. Dalam
hasrat untuk menguasai. Penguasaan ini erat
mempromosikan
kaitannya sebagai penanda utama dominasi.
hak-hak
seksual
dalam
kehidupan bermasyarakat ada 3 hal yang
menjadi
hambatan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
ham-
Kristeva, yang menolak untuk mendiskusikan
batan kultural atau budaya. Budaya patriarki di
seksualitas dengan merujuk kelamin. Menurut
masyarakat masih memandang perempuan
Kristeva, seksualitas teerletak pada sistem ego
sebagai
manusia, yaitu hasrat dan keinginan manusia
objek
seksual.
struktural berupa
peraturan
Pertama,
Kedua, hambatan
kebijakan
publik dan
perundang-undangan
yang melampaui kelamin.
yang
“ Sexuality, then, is a complex pattern
diskriminatif, khususnya terhadap perempuan.
of responses and meanings in the
Ketiga, ham-batan interpretasi ajaran agama.
relations between one open system and
Umum-nya,
yang
another, one articulate subject and
tersosialisasi luas di masyarakat masih belum
another. Hence it is more than what is
ramah terhadap perempuan (Musdah Mulia,
called "erotic" in pulp novels and
2015.pp 47).
pornographic magazines. Analysts not
interpretasi
agama
Seksualitas di mata feminis bukan
merupakan
fakta
namun
even more paradoxically, they look for
merupakan perasaan, sensasi dan perilaku yang
traces of the libido even in narcissism,
muncul dan berkembang dalam struktur sosial
where the erotic appeal of the "other"
yang
is
‘biasanya’
dieksploitasi
terisolasi,
dipermainkan
patriarki
dan
nil.
Preverbal
or
transverbal
(MacKinnon,
manifestations of organic stimuli or
1989). Misalnya, penciptaan diksi, perempuan
functional impairments are seen as
baik-baik, pelacur, pecun, janda, perawan tua,
variants, dissimulated perhaps but not
dan lain-lain. Divisi sosial kemudian terbentuk
obscure, of a sexuality that is always
40 |
oleh
yang
only speak of infantile sexuality but,
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
meaningful and always seeking a
kestabilan
name. Even the death instinct is a
kekuasaan
karier
patriarki
dalam
sistem
manifestation of sexuality when it
Lebih lanjut mengenai hal tersebut
subtends aggressive desires, desires to
Foucault menciptakan satu kosa kata untuk
inflict pain on another person or on
mendeskripsikan kondisi eksistensi perempuan
oneself (even to the point of death).
dan minoritas seksual, sebagai docile body atau
Extinction of the libido (in the sense of
tubuh yang dijinakkan. Untuk menguasai
meaningful desire for an object) is
subjektivitas liyan, tubuh perempuan harus
conceivable only in situations in which
dilanggengkan dalam “diam”, ketakberdayaan,
there is total divestment of all ties to
yang terus menerus dipaksakan atas mereka
other people and even to one's own
sampai mereka tak sadar menerima itu sebagai
(Kristeva:,
sebuah status. Hal terebut tidak hanya terlihat
narcissistic
identity.”
1987.h.: 45-46).
Pemikiran
dalam masyarakat tradisional, namun juga
Kristeva
bisa
dalam masyarakat modern dengan segala
diterjemahkan bahwa seksualitas lebih pada
skenarionya. Misalnya, dalam hingar-bingar
aktualisasi, ekspresi, dan ingin-ingin yang
iklan di dunia modern, hampir sulit dijumpai
merupakan kumparan pada diri yang narsistik,
sang penindas, kecuali tampil dalam realitas
sebelum berhubungan dan berelasi dengan diri
semu yang hadir dalam idealitas-idealitas
di luar dirinya, bahkan sebelum menggunakan
kebohongan
kelamin sebagai alat ekspresinya. Seksualitas
divisualisasikan media via iklan-iklan. Disiplin
adalah pengandaian atas diri yang utuh, yaitu
untuk memutihkan kulit, menguruskan tubuh,
diri dari hasrat. Patriarki tahu benar, bahwa
meluruskan rambut, dan lain-lain merupakan
kontrol atas seksualitas adalah kontrol atas diri
penindas tak terlihat yang digunakan untuk
dan eksistensi perempuan dan mereka yang
menjinakkan tubuh perempuan. Meskipun
dianggap
perempuan modern telah bebas pergi kemana-
sebagai
liyan
tersebut,
dan
mengancam
yang
dinarasikan
dan
kekuasaan. Oleh karena itu,kontribusi patriarki
mana,
dalam kontrol seksualitas perempuan juga
membebaskan perempuan dari peran dan status
mengambil rupa yang bermacam-macam, tak
reproduksi
hanya melalui kontrol atas cara berpakaian
pengibuan, kecantikan, dan lain-lain dalam
tetapi juga glorifikasi peran-peran kehamilan,
perangkap mesin uang. Mesin-mesin uang ini
menyusui,
menciptakan
dan
lain-lain
yang
kemudian
tetapi
iklan-iklan
femininitas,
tak
seperti
sedang
pasivitas,
kebutuhan-kebutuhan
baru,
memenjarakan perempuan pada adab-adab ibu
seperti kebutuhan untuk jadi putih, kebutuhan
yang baik ‘saja’—di luar itu, maka perempuan
untuk rambut lurus, kebutuhan untuk wangi,
adalah
sunat
kebutuhan untuk tubuh seksi, langsing dan
perempuan, kawin paksa, dan lain-lain adalah
lain-lain. Tubuh kemudian benar-benar jinak
praktik penindasan yang dijadikan mitos untuk
dalam realitas semu ini. Tekanan pada
kemudian dipelihara sebagai bagian dari
perempuan ini hampir berada di mana-mana,
salah.
Tes
keperawanan,
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
| 41
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
anonim, dan tak dapat dihindari. Ada semacam
reaksi resistensi yang harus keluar terlebih
mata-mata di mana-mana yang mengamati
dahulu dari sistem kekuasaan. Nalar kekuasaan
perilaku perempuan. Ukuran, kontur, gaya,
adalah nalar yang rakus akan idealitas. Nalar
nada, ekspresi, tampilan tubuh perempuan
resistensi kemudian dapat berangkat dari
dikontrol benar, baik dalam pelbagai lokus
keinginan
atau oleh perbagai jenis orang. Hal yang
kekuasaan selalu merujuk pada utopia yang
terlihat memang seolah perempuan sedang
menghendaki seluruh emansipasi kekuasaan
dimanjakan oleh teknologi, padahal yang
adalah pada idealitas. Seperti kekuasaan ibu
terjadi
menjinakkan
yang jinak adalah ibu yang sempurna dalam
perempuan dalam tahapan yang tak ada beda
rumah patriarki, kesempurnaannya dipenuhi
dari
dengan kesempurnaan kerja-kerja domestik
adalah
masyarakat
sebaliknya,
yang
tak
bertek-nologi
sekalipun ( tradisional).
untuk
tak
sempurna.
Nalar
dan pengasuhan. Bila tak sempurna, maka,
Operasi ‘normalisasi tubuh’ menurut
para ibu, pantas dan boleh dihujat. Sumber
Foucault merupakan proses pendisiplinan,
resistensi adalah sebuah keberangkatan bahwa
yaitu sebagai usaha korektif dalam disiplin
ibu juga manusia biasa, yang bisa salah, bisa
kekuasaan. Problem yang dihadapi perempuan
tak sempurna, bahkan boleh, pada titik ekstrem
terkait
tertentu, menolak menjadi ibu.
dengan
seksuslitasnya
dalam
mengapropriasi teori Foucault adalah dalam
Kultur
patriarkhi
membentuk
memeriksa catatan resistensi dalam praktik
perbedaan perilaku, status dan otoritas laki-laki
disiplin ini. Menurut Foucault, tubuh direduksi
dan perempuan di masyarakat kemudian
menjadi yang tunduk dan dijinakkan lalu
menjadi hirarki gender. Perbedaan biologis
kemudian
mendapatkan
antara laki-laki dan perempuan dianggap
kebebasan dan semangat pemberontakannya
sebagai awal pem-bentukan budaya patriarkhi.
(Sawicki, 1998, h. 293). Reduksi Foucault atas
Masyarakat memandang perbedaan biologis
tubuh perempuan sebagai sesuatu yang subor-
antara keduanya merupakan status yang tidak
dinat atas relasi kekuasaan membuatnya tidak
setara, perempuan yang tidak memiliki otot
banyak melakukan analisis atas pola-pola
dipercayai
resistensi dalam dunia penindasan. Padahal
meletakkan perempuan pada posisi lemah.
subjektivitas mengandaikan di dalam dirinya
Laki-laki dianggap memiliki fisik kuat. Tetapi
kemampuan dan kekuatan untuk melakukan
kekuatan fisik itu bukanlah sebuah factor
resistensi
penting dalam hubungan antara laki-laki dan
mustahil
atas
relasi
untuk
kekuasaan
tersebut.
sebagai
alasan
masyarakat
Menurut Foucault: “there are no relations of
perempuan.
power without resistances; the latter are all
partiarkhi merupakan sistem terstruktur dan
the more real and effective because they are
praktek sosial yang menempatkan kaum laki-
formed right at the point where relations of
laki
power are exercised” (Foucault 1980, h.142).
melakukan operasi dan mengeksploitasi kaum
Resistensi Foucault atas patriarki merupakan
perempuan. Sistem ini ada dalam dua bentuk
42 |
sebagai
Walby
pihak
mengatakan
yang
bahwa
mendominasi,
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
yakni : 1) Private patriarkhi (partiarkhi
pakan “problem utama” dalam sejarah pe-
domestic) yakni yang menekankan kerja dalam
rempuan dan bahkan merupakan masalah
rumah tangga sebagai steorotipe perempuan,
terbesar dalam sejarah manusia (Bennett,
dan; 2) Public patriarkhi (patriarkhi public)
2006,h.
yakni yang mensteorotipkan laki-laki sebagai
perjuangan kesetaraan, tetapi patriarki masih
pekerja di sektor public yang sarat dengan
tumbuh besar, segar, pesat dan subur sebagai
karakter keras penuh tantangan (Walby, 1998,
anakronisme baru abad ini.
58).
h. 20). Kuatnya cengkeraman patriarkhi ini
Meskipun
Walby
telah
banyak
menggarisbawahi “patriarki
menyebabkan perempuan lebih banyak berada
sebagai sebuah sistem tempat dimana laki-laki
pada posisi marginal dan subordinat dalam
mendominasi,
budaya kerja maskulin, karena posisi ini
melakukan
dibentuk
yang
(Walby, 1990,h. 151, 155, 57, 56). Menurut
mahluk
Walby, ada enam struktur dasar patriarki,
lemah, dimana pendapat tersebut telah menjadi
yaitu: 1) Patriarki beroperasi melalui pekerjaan
ideologi
yang dibayar di mana perempuan menghadapi
oleh
meneguhkan
ideology
perempuan
umum
patriarkhi
sebagai
yang
tidak
hanya
melakukan
eksploitasi
opresi
atas
dan
perempuan”
mempengaruhi masyarakat awam tetapi juga
segregasi
menjadi cara pandang negara dalam melihat
mengarah secara sistematis dalam sistem
dan menempatkan perempuan.
pengupahan
Dalam
Transformations
buku
terbarunya
Walby
(1997),
Gender
juga
horisontal
dan
vertikal
kapitalisme.
beroperasi
melalui
2)
yang
Patriarki
pembagian
kerja
berdasarkan gender dalam rumah tangga yang
menguraikan bagaimana patriarki melaku-kan
memaksa
transformasi dengan berubah bentuk wajah
tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah
yang diakselerasi oleh percepatan globalisasi.
tangga
Yaitu bahwa segolongan perempuan muda
perempuan sedang dalam pekerjaan penuh-
telah lebih maju secara pendidikan dari ibu-
waktu di luar rumah. Perempuan mungkin
ibunya yang lebih tua. Perempuan-perempuan
terjebak
muda ini men-dapatkan banyak ruang dalam
memuaskan
perjuangan-perjuangan
demokrasi,
menemukan pekerjaan yang dibayar dengan
perlindungan alam, dan melawan perdagangan
baik untuk mendukung diri mereka sendiri dan
manusia. Kelompok perempuan baru ini, masih
anak-anak mereka. 3) Perempuan selalu dalam
me-miliki ciri ketertindasannya, yaitu sebagai
“kerugian
ibu tunggal, atau sebagai perempuan single,
femininitas, yaitu jika perempuan menolak
atau justru masih bergantung sepenuhnya pada
akan
suaminya, yang kemu-dian membuatnya sulit
Hubungan heteroseksual dilihat oleh Walby
untuk mencapai posisi yang adil dalam struktur
pada dasarnya patriarkal, meskipun Sylvia
kerja masyarakat patriarkhi. Sedangkan, Judith
Walby berpendapat bahwa perempuan telah
Bennett menuliskan bahwa patriarki meru-
mendapat beberapa keuntungan dalam hal ini,
sosial
perempuan
dan
untuk
pengasuhan
dalam
budaya”
mengalami
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
anak,
pernikahan
karena
mengambil
mereka
yang
kerugian
meskipun
yang
tidak
tidak
dapat
mengglorifikasi
budaya.
4)
| 43
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
misalnya akibat kontrasepsi modern dan
potensi laki-laki untuk mengasuh dikebiri, dan
liberalisasi
dalam
potensi perempuan untuk mengasuh terlalu
hukum. 5). Patriarki sering ditopang oleh
diglorifikasi, sehingga seorang perempuan
kekerasan laki-laki terhadap perempuan. 6).
tidak boleh cacat dalam pengasuhan. Padahal
Patriarki ditopang dan dipelihara dengan baik
dalam
oleh negara.
sempurna mengasuh anak-anaknya, dan ada
aborsi
Walby
dan
perceraian
mendeskripsikan
bagaimana
kenyataannya,
perempuan
yang
ada
buruk
laki-laki
mengasuh
yang
anak-
patriarki berubah dan mengalami evolusi serta
anaknya. Menurut Foucault, Derrida, Lacan
migrasinya, dari rumah (private) menuju luar
yang dinarasikan oleh Elaine Showalter, bahwa
rumah (public). Secara bertahap, perempuan
perebutan ini merupakan ‘fungsi di dalam
mendapatkan akses yang lebih besar ke ruang
konstruksi bahasa’ yang kemudian menjadikan
publik;
untuk
referensi atas tubuh menjadi tidak berdasar.
pekerjaan meningkat, tetapi sistem kapitalisme
Pertarungan dalam bahasa ini yang kemudian
tetap menjadikan mereka sebagai sapi-perah
didedahkan secara lengkap dalam kajian-kajian
yang menguntungkan—dalam konsep buruh
Julia Kristeva, bahwa “perempuan seperti itu
murah dan atap-kaca yang tak pernah pecah
sesungguhnya
(never
kesempurnaan
terutama
peluang
shattered
mereka
glass-ceiling).
Dus,
tidak
ada”.
atau
Misal,
glorifikasi
narasi
peran
perempuan (tidak lagi atau masih) dieksploitasi
pengibuan.
oleh leluhur-individu (yaitu ayah atau suami)
memandang bahwa perempuan bukanlah terre
tetapi dieksploitasi oleh orang-orang secara
femme, manusia super, yang dicitra-kan dalam
kolektif di ruang publik (dalam profesi dan
kosmologi patriarki, dan ia juga tak sedang
pekerjaannya).
bahwa
Walby
dalam
berbagai
menunjukkan
mengabarkan
masyarakat
kontemporer
Ringkasnya,
kelompok
dimanfaatkan
kebijakan
juga
oleh
publik
perempuan
berbagai
yang
Ideologi
feminisme
eksen-trisme
meskipun
kemudian
berbahaya.
patriarki
sekarang
dapat
dianggap sebagai terminologi kuno, atau
kombinasi
sesuatu yang anakronistik, tetapi kekuataannya
buta-gender
dan
dan perubahan wajah dan pola kekuasaannya,
kepentingan rumah keluarga kaya (misal
masih utuh dan terasa kuat dalam sistem
paling getir di Indonesia adalah berpindahnya
politik
perempuan TKW Indonesia ke dalam keluarga
kontemporer.
kaya di Saudi Arabia via kebijakan negara
yang tidak melindungi buruh migran).
sosial
ekonomi
dunia
paling
Menurut catatan klasik Marxisme,
kekuasaan adalah dominasi yang dipahami
Simone de Beauvoir, The Second Sex
sebagai model eksploitasi kelas; dominasi
(1949) juga mengatakan bahwa, secara licik
dipahami sebagai proses apropriasi kapitalisme
patriarki telah melekatkan definisi ‘pengasuhan
atas nilai surplus yang diproduksi oleh buruh.
anak’ sebagai ‘pekerjaan perempuan’. Hal
Seperti telah diprotes oleh banyak feminis,
tersebut tidak hanya mendiskriminasi kaum
bahwa pandangan Marx ini buta-gender,
perempuan, namun juga kaum laki-laki, karena
karena mengingkari status perempuan yang
44 |
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
lebih banyak dirugikan dalam matra gender
Power: Toward
(seperti pemikiran Firestone 1970, Hartmann
Materialism (1983), yangmana ia melacak dua
1980, Hartsock 1983, dan Rubin 1976). Marx
persoalan: 1) bagaimana hubungan garis
tak mengindahkan cara eksploitasi kelas dan
dominasi
subordinasi gender sebagai sebuah kelindan
dipelihara; 2) bagaimana pemahaman atas
yang tak terpisahkan, karena ia hanya berfokus
dominasi sosial ini kemudian terdistorsi oleh
pada eksploitasi kelas dan produksi ekonomi.
dominasi laki-laki atas perempuan (Hartsock,
Ini yang kemudian membuat Marx tak
1983,h. 1). Ia menyampaikan bahwa hubungan
mengindahkan bagaimana kerja-kerja domestik
antara kekuasaan dan dominasi sangat erat
kemudian
sistem
kaitannya dengan maskulinitas. Maka dari itu
kapitalisme mutakhir sekalipun (Eisenstein,
kekuasaan perlu didefinisikan ulang oleh
1979). Iris Young menyebut ini sebagai teori
perempuan sebagai proses untuk mendapatkan
sistem yang membuat perempuan tertindas,
kembali kekuasaan yang ia butuhkan dalam
yaitu dari sistem dominasi laki-laki, kerap
dunia yang dicitakan sebagai adil (Hartsock,
disebut sebagai patriarki dan sistem yang
1983,h. 12). Misalnya, supremasi maskulinitas
mengalienasi
pekerjaan
militer merupakan contoh paling dominan
strategis di luar rumahnya (Young, 1990,h.
sebagai penjaga ekonomi kapitalisme. Patriarki
21). Meskipun Young setuju bahwa alasan dan
adalah representasi dari identitas maskulin
tujuan untuk menteorisasikan dominasi kelas
yang memiliki kehendak atas kekuasaan.
dan gender bukanlah teori yang satu dan
Kekuasaan ini tidak serta merta dioperasi-kan
universal, Young juga mengidentifikasi lima
dari laki-laki pada perempuan, tetapi paling
wajah
ekonomi,
pertama
ketiadaan
kekuasaan” yang dapat dipakai siapapun, baik
otonomi dan kuasa atas pekerjaan seseorang,
oleh perempuan dan laki-laki untuk melakukan
imperialisme budaya, dan kekerasan sistematik
penindasan.
tak
perempuan
penindasan:
marginalisasi
(Young
dihargai
dalam
dari
eksploitasi
sosial-ekonomi,
1992,h.183-193).
Ketiga
wajah
a
antar
Feminist
gender
adalah,
Historical
dikonstruksi
membangun
Berdasarkan
dan
“sistem
pemikiran-pemikiran
pertama merupakan alasan ekonomi dalam
tersebut, Bennet mengingatkan bahwa untuk
ideologi Marxian yang tak diindahkan itu.
tidak terjebak pada patriarki, maka kaum
Menurut Young ketertindasan tak bermatra
perempuan harus memandang patriarki sebagai
satu, ia memiliki matra plural yang harus
sebuah “konstruksi yang dapat diubah” dan
dilacak satu demi satu untuk dapat mengurai
kata ‘perempuan’ atau ‘laki-laki’ tidak bisa
perlawanan, misalnya matra agama, ras-etnis,
diidentifikasi dari tubuhnya, karena sebagai
afiliasi politik, preferensi seksualitas, dan lain-
kata-kata, mereka merupakan konstruksi yang
lain.
sesungguhnya
dapat
berubah,
cair,
dan
Kekuasaan patriarki atas perempuan
kontekstual pada lokus, tempus dan fokus
juga dilacak secara detil oleh Nancy Hartsock
tertentu. Imajinasi, citra dan representasi atas
dalam
identitas
bukunya
Money,
Sex,
and
kata
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
tersebut,
menurut
Bennet,
| 45
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
merupakan tempat dimana kekuasaan saling
sumber masalah jika terjadi sesuatu yang
berebut, bersitegang, dan sama sekali tak ada
menimpa mereka terkait dengan tubuhnya.
hubungannya dengan realitas alam, biologis
atau objektif (Bennett, 2006, h. 9, 60, 80).
REFERENSI
Pemikiran
Anastasia,
Bannet
tersebut
dimaksudkan
Reni,
2009
Rekonstruksi
bahwa, patriarkhi adalah konstruksi sosial
Kelembagaan
masya-rakat yang tidak bersifat “given” atau
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
kodrat, oleh karena itu bisa dirubah dan
Yang Berkeadilan Rektoaktif, Jurnal
berubah sesuai dengan waktu dan tempat
Masalah-Masalah
dimana masyarakat tersebut berada.
UNDIP, Semarang
Penanganan
Korban
Hukum
Vol.
1,
Baidawi, Zakiyudin, 1997, Wacana Teologi
Feminis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
3. KESIMPULAN
Seksualitas memiliki makna yang luas
yang
meliputi
seks
dan
gender
atau
Bennett, Judith M. 2006. History Matters:
Patriarchy and the Challenge of
kompleksitas dari dua jenis istilah tersebut,
Feminism.
mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan moral
Pennsylvania Press.
dan norma-norma sosial. Oleh karena itu,
berbagai
persolan
yang
terkait
dengan
seksualitas perempuan tidak bisa dilepaskan
dari konstruksi sosial dan budaya yang ada
dalam masyarakat. Dalam konteks masyarakat
patriarkhi, seksualitas perempuan diletakkan
Philadelphia:
Univ
of
Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Echols. J.M dan Shadily, Hasan1997, Kamus
Bahasa Inggris, Gramedia, Jakarta.
Herdiansyah,
Herdis.
2006.
Seksualitas
pada posisi inferior, tidak memiliki peran
Postmodernis
penting dan menjadi kelompok marginal, dan
Landasan Filosofis atas Keragaman
terdiskriminasi karena tubuhnya yang dianggab
Seksualitas Masyarakat Posmodernis.
berbeda dengan laki-laki. Artinya, perempuan
Tesis. Program Magister Ilmu Filsafat
kehilangan hak atas otoritas tubunya sendiri,
FIB. Depok: FIB UI.
sehingga tubuh perempuan dianggap sebagai
seksualitas
Kritis
dan
Kristeva, Julia. 1987. In the Beginning was
perempuan
Love: Psychoanalysis and Faith. Trans
bukan merupakan fakta yang terisolasi, namun
Arthur Goldhammer. NY: Columbia
merupakan perasaan, sensasi dan perilaku yang
UP.
liyan.
Sebenarnya,
Refleksi
muncul dan berkembang dalam struktur sosial
MacKinnon. Catherine A. 1989. “Sexuality,
yang dipermainkan dan dieksploitasi oleh
Pornography, and Method: “Pleasure
patriarki. Kontrol patriarkhi terhadap tubuh
under Patriarchy” in Ethics 99 (2):
perempuan, mengakibatkan kaum perempuan
314-346.
dianggap dan menganggap dirinya sebagai
McKinnon, Catherine, Toward a Feminist
Theory of The State, (Cambridge:
46 |
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016
Harvard University Press, 1989) dalam
in The Later Foucault: politics and
Pakasi, Diana Teresa. 2006. Teks dan
philosophy, J. Moss (ed.), London;
Pembaca: Konstruksi Tubuh, Hasrat,
Thousand Oaks: Sage Publications.
dan Relasi Seksual Perempuan dalam
Mosse,
Shirley
Lie,
2005.
Pembebasan
Tubuh
Fitur Majalah Popular. Tesis. Jakarta:
Perempuan: Gugatan Etis Simone de
Program Kajian Wanita Pascasarjana
Beauvoir terhadap Budaya Patriarkat.
Universitas Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
J.
Cloves
1996,
dan
Sodiq, Muhammad (Ed.), 2004, Telaah Ulang
Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka
Wacana Seksualitas, Yogyakarta: PSW
Pelajar,
IAIN Sunan Kalijaga dan CIDA
Gender
Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia dan
Surur Miftahus dan Anoegrajekti, Novi. 2004.
Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik
Politik Tubuh: Seksualitas Perempuan
Geriatric RS Pusat Angkatan Udara
Seni, dalam Srinthil mengenai Politik
dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur
Tubuh
tahun 2011. Skripsi. Depok. FKM UI
Perempuan Desantara.
Melliana, Annastasia, 2006, Menjelajah Tubuh
Perempuan.
Depok:
Kajian
Walby, Sylvia. 1990. Theorizing Patriarchy.
London: Wiley-Blackwell.
Perempuan dan Mitos Kecantikan
Yogyakarta: LKiS,
Mulia, Musdah, 2015, Mengupas Seksualitas,
Jakarta:Opus Press.
Internet:
Http://www.kompasiana.com/manajemenamal.
blogspot/seksualitas-dalam-
Negara, Made Oka “Mengurai Persoalan
Kehidupan Seksual dan Reproduksi
agama_5529119ff17e6162338b45c0
Perempuan”, dalam Jurnal Perempuan,
Suara Merdeka, 29 April 2009
Dewi
No. 41
Santoso, S. Edy (Ed.), 2002, Islam dan
Konstruksi
Seksualitas
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sawicki, J. 1998. “Feminism, Foucault and
Candraningrum,
Karier
patriarkhi,
[email protected]
om
Hhttp://www.psychologymania.com/2012/09/d
imensi-seksualitas.html
"Subjects" of Power and Freedom”
Seksualitas Perempuan dalam Budaya Patriarkhi (Danik Fujiati)
| 47
Download