model bimbingan perkembangan tingkah laku

advertisement
Jurnal Lemlit UHAMKA
MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA
AUTIS DI SD AL-JANNAH PONDOK RANGON CIBUBUR DEPOK
Oleh:
Titik Haryati
Email: [email protected]
ABSTRACT
Model Behavior Guidance Development be applicable to improve communication skills of students
with autism . The research aims to implement behavioral models of development assistance as an
effort to improve communication skills . Communication skills of students with autism in
elementary Inclusive is not increased, presumably because of low teacher knowledge and do not
understand the behavior of the model guidance development. Pre-test is given to measure the ability
of teachers to provide training through the model prior to treatment . Training provides knowledge
and skills is to use the model guidance to students with autism, to be applied as an effort to improve
communication skills. Communication skills of students with autism increased after autistic
students willing and able to utter the words, and to communicate with teachers and other students,
through the exercise of speech, listening to stories, imitating the sound by using the audio tools.
Media tools images and words can help improve communication so that interaction with peers and
created well over enthusiastic children can practice speaking, eye contact, body language and
attention and concentration exercises facial expressions. Guidance development of behavior models
can improve communication ability, because children are able to use eye contact, listening to
instructions, imitating, repeating the names, shapes, colors, numbers, and able to endure sitting for
learning. In general concluded that effective behavioral model of developmental guidance to
improve communication skills of students with autism in inclusive elementary school.
Words - keyword : autistic students, the model guidance, inclusive, ability, communication.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
nak autis di dunia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan
cukup memprihatinkan. Penelitian
dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat atau
yang lebih dikenal dengan Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) dalam
http://rri.co.id/index.php/berita/48495/Dari-66Juta-Penyandang-Autis-di#.UWXCpnqvmjc di
akses pada 09 April 2013 Pkl 14:30,
menyatakan bahwa “Perbandingan autis pada
anak umur 8 tahun yang terdiagnosa dengan
autis adalah 1:80”. Indonesia belum
melakukan penelitian tentang autis secara
khusus.
A
Autis merupakan gangguan perkembangan
yang kompleks, gangguan perkembangan yang
menyebabkan keterlambatan komunikasi pada
anak autis sangat kompleks mulai dari
gangguan dan hambatan sejak masih dalam
kandungan sampai anak usia tiga tahun yang
disebabkan oleh perkembangan sehingga tidak
berfungsi secara optimal syaraf yang
menghubungkan
fungsi
komunikasi.
Kemampuan Komunikasi merupakan alat
untuk memenyampaikan dan menerima
informasi dari seseoorang kepada orang dalam
melakukan interaksi. Hambatan dalam
berkomunikasi sangat mengganggu untuk
melaksanakan interaksi sehingga ketika anak
107
autis melakukan komunikasi dianggaap tidak
dapat melakukan komunikasi dengan orang
lain sebab keterbatasan dalam menggunakan
kata-kata dan pungucapan yang tidak
sempurna sulit untuk dimengerti arti dan
maksud apa yang dikatakan.
Gangguan syaraf yang menghubungkan
fungsi komunikasi tidak mudah untuk
disembuhkan sebab syaraf ada pada otak
manusia sehingga sulit untuk memberikan
pengobatan atau tindakan secara medis.
Latihan wicara merupakan upaya yang dapat
dilakukan untuk memberikan bantuan pada
anak autis agar terlatih untuk bicara dengan
olah kata sesuai dengan potensi yang dimiliki
masing-masing anak autis. Pelatihan dengan
menggunakan model tingkah laku merupakan
suatu upaya untuk memberikan pembiasaan
secara kontinyu yang dapat dilakukan oleh
siapa saja dalam memberikan latihan. Model
bimbingan tingkah laku bertujuan untuk
memberikan latihan bicara pada anak autis
sehingga dapat membantu perkembangan
bahasa dan anak autis dapat melakukan
interaksi dengan orang lain sehingga akan
memperoleh informasi secara optimal.
Kemampuan
komunikasi
dapat
dipelajari dengan mudah oleh anak normal,
namun apabila bagi anak berkebutuhan khusus
terutama siswa autis yang mengalami
keterbatasan dalam berkomunikasi, sosialisasi,
emosional dan perilaku repetitive akan sulit.
Anak autis cenderung untuk melakukan
komunikasi satu arah atau dengan diri sendiri
dan mampu untuk berkomunikasi dua arah,
maka perlu ada suatu model tingkah laku
untuk meningkatkan komunikasi seoptimal
mungkin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah
dalam
penelitian adalah penerapan model bimbingan
tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan
Komunikasi Siswa Autis di SD Al-Jannah
Pondok Rangon, Cipayung Depok, yang
diduga mempunyai hambatan fungsi syaraf
untuk komunikasi sehingga sulit untuk bicara.
Suatu keunikan tersendiri dari siswa
autis, sehingga perlu ada bimbingan tingkah
laku, sebab gangguan neurobiologis sehingga
spektrum syaraf yang menghubungkan fungsi
komunikasi
mengalami
hambatan
perkembangan
kemampuan
komunikasi.
Jumlah siswa dalam satu kelas yang melebihi
jumlah ideal yaitu 30 siswa menyebabkan guru
tidak dapat memberikan bimbingan secara
individu. Permasalahan penelitian secara
umum membahas
permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan penerapan
model bimbingan tingkah laku dengan
menggunakan pendekatan seperti :
1. Pemberian
latihan-latihan
menggunakan model bimbingan
untuk
guru
agar
memiliki
pengetahuan dan ketrampilan dalam
menerapkan
model bimbingan
tingkah laku.
2. Emosi siswa autis yang tidak stabil,
tiba – tiba marah atau tantrum,
bahkan memukul diri sendiri, dan
berteriak, sulit untuk diketahui apa
penyebab, bahkan
pernah ketika
tantrum memukul–mukulkan kepala
sendiri kedinding serta berteriakteriak.
3. Konsentrasi siswa autis sering
mengalami gangguan emosional dan
dapat muncul sewaktu–waktu, bahkan
pada saat sedang belajar di kelas
sehingga
sering
emosi
tidak
terkendali karena hambatan dalam
komunikasi.
4. Kesulitan bersosialisasi, rata-rata
siswa autis tidak mau bermain dengan
teman–teman, dan lebih senang
dengan bermain sendiri dengan
memainkan sesuatu barang yang
disukai,
tanpa
mempedulikan
lingkungan sekitar.
5. Terhadap mata pelajaran yang
diajarkan, siswa autis mengalami
kesulitan dalam menerima pelajaran
seperti mata pelajaran bahasa,
Model bimbingan tingkah laku
berorientasi pada pemberian bantuan kepada
siswa autis agar memiliki peningkatan
kemampuan komunikasi sehingga siswa autis
dapat berkembang secara optimal. Upaya guru
dalam menerapkan model bimbingan tingkah
laku kepada siswa autis melalui penerapan
bimbingan yang mengarah pada perubahan
108
Jurnal Lemlit UHAMKA
perilaku sehingga peningkatan kemampuan
dapat diamati melalui perilaku siswa autis
yang nampak dalam kegiatan sehari–hari.
Kemampuan
guru
dalam
menerapkan
bimbingan merupakan wujud kompetensi
profesional
dalam
menerapkan
model
bimbingan kepada siswa autis, sehingga
kemapuan komunikasi siswa autis meningkat.
Pengembangan
Model
Bimbingan
tingkah laku untuk meningkatkan komunikasi,
siswa autis, yang akan dikembangkan dalam
penelitian
merupakan
perwujudan
kemampuan guru sebagai implementasi dari
kompetensi profesionalisme. Kemampuan
guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan
antara lain kemampuan dalam menerapkan
model bimbingan tingkah laku sebagai bentuk
pemberian layanan kepada siswa autis sebagai
stakeholder. Perumusan masalah dalam
penelitian adalah : “Model bimbingan
bagaimakankah
yang
efektif
untuk
meningkatkan komunikasi, siswa autis di SD
Inklusif Al-Jannah ?.
KAJIAN PUSTAKA/TEORT
Kemampuan komunikasi siswa autis
merupakan suatu hal yang sangat penting
utnuk
memperoleh
informasi
dan
menyampaikan informasi dari orang lai agar
dapat melakukan interaksi dengan baik,
sehingga perlu ada suatu upaya yang harus
dilakukan melalui penelitian antara lain :
1.
Judul
: Pengenbangan Komunikasi
Siswa Autis Menggunakan Pendekatan
MetodePicture Exchange Communicatio
(PEC)
Penulis
: Adityo Nugroho, S. Dn. S.
Msi
Penerbit: Thesis
Tahun
: 2011
Penelitian
dilaksanakan
untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa autis dengan menggunakan metode
Picture Exhange Communication yang diduga
akan
ada
pengembangan
kemampuan
komunikasi.
Komunikasi
anak
autis
berkembang karena menggunakan metode
PEC, metode PEC efektif diberikan kepada
anak autis terlihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan ada peningkatan komunikasi
anak autis yang menggunakan metode PEC.
Melalui berbagai macam gambar yang dibuat
oleh penelitian mampu memberikan latihan
dan penguasaan bicara setelah anak autis
mengetahui gambar yang diberikan dan
disuruh untuk menirukan tentang tulisan yang
ada digambar dan menirukan kata-kata yang
ada digambar. Latiah dilakukan berulangulang sehingga terbentuk suatu kebiasaa, dan
akhir berkembang sesuai dengan potensi anak
autis
2.
Judul : Memahami Spektrum Autistik
Secara Holistik,
Penulis : Andriana Soekandar Ginanjar
Tahun : tahun 2007.
Hasil penelitian diperoleh suatu hasil
bahwa anak autis mengalami hambatan dalam
spektrum otak yang berada pada simpton–
simpton antara lain yang menghubungkan
dalam berkomunikasi penelitian memperoleh
hasil bahwa hambatan yang terjadi pada anak
autis berbnagai macam penyebab dan sangat
individual sehingga perlu dilakukan suatu
penangan secara individual, dan klasikal.
3.
Judul penelitian : Diagnostik Statistical
Manual-III (DSM-III).
Peneliti : Krech
Tahun : 1982.
Penelitian tentang ciri-ciri anak autistik
berhasil menentukan kriteria diagnosis yang
digunakan dalam Diagnostik Statistical
Manual-III (DSM-III). Gangguan autistik
didefinisikan sebagai gangguan perkembangan
dengan tiga ciri utama, yaitu gangguan pada
interaksi sosial, komunikasi, dan keterbatasan
minat serta kemampuan imajinasi. Krech dkk,
(1982:273), mengatakan bahwa proses
komunikasi terjadi melalui bahasa. Bentuk
bahasa dapat berupa isyarat, atau gestur,
simbul atau wicara. Proses komunikasi terjadi
karena antara komunikator dengan komunikan
dapat terjalin hubungan saling memahami.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi
merupakan
alat
untuk
menyampaikan
informasi atau pesan. Melalui pesan yang
109
disampaikan
antara
komunikan
dan
komunikator dapat dilakukan dengan interaksi
dan dalam interkasi diperlukan untuk bicara
dan bicara adalah komunikasi, sehingga
komunikasi sangat penting untuk dilakukan
dalam memperoleh informasi, jadi anak autis
yang mengalami hambatan komunikasi
penting untuk dilatih dan ditingkatkan
walaupun ada hambatan dalam perkembangan
pada fungsi syaraf otak.
Schmidt ,( 1993 P. 8 ). dalam James J.
Muro dalam Guadiance and Conseling in the
Elementary and Midle School ( 1995 : 2 )
bahwa : " the purpose of these guidance
lessons has to help student develop character,
avoid problem behavior, and relate vocational
interest to curriculum subjects ".
Untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan
mengapa guru harus memahami karakteristik
siswa autis ? maka penulisan ini akan meneliti
lebih dalam Bagaimana pemberian layanan
bimbingan yang diberikan guru dalam
meningkatkan komunikasi, motorik, sosial dan
perhatian? Pemberian model bimbingan di
Sekolah Dasar diberikan oleh guru, sebagai
langkah awal yang perlu dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan dan keterampilan
guru tentang pemahaman dan karakteristik
siswa autis yang sangat individual sehingga
guru dalam menerapkan model bimbingan
memiliki ketrampilan dengan menggunakan
suatu alat-alat yang mendukung untuk
melakukan melatih secara rutin kepada siswa
autis dalam aspek komunikasi, motorik, sosial
dan perhatian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dicapai dalam
penelitian
adalah
memperoleh
hasil
peningkatan kemampuan Komunikasi siswa
autis yang diduga mengalami hambatan
neobirologis pada fungsi syaraf otak yang
menghubungkan pada fungsi komunikasi.
Hambatan kemampuan komunikasi siswa autis
pada siklus 1 dan siklus 2, diperoleh hasil
peningkatan yang tidak menonjol karena pada
pertemuan ketiga pada siklus 1 masih rendah
dan baru mulai kelihatan peningkatan yang
lebih tinggi setelah dilaksanakan siklus 2 pada
pertemuan kedua dan peningkatan kemampuan
komunikasi mulai kelihatan ketika siswa autis
melakukan interaksi dengan teman sebaya dan
guru terlihat mulai ada perhatian kontak mata
dan mengetahui pesan yang diberikan dari
teman bicara sehingga ekspresi wajah mulai
kelihatn senang, ceria jarang tantrum. Hasil
yang dicapai agar lebih tertata, maka penyajian
penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian,
yaitu deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan.
1. Deskripsi Data
Sesuai dengan uraian pada tujuan
penelitian
adalah
menerapkan
model
bimbingan perkembangan tingkah laku untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa
autis, maka sebagai subyek penelitian siswa
autis yang berjumlah 60 orang di SD Inklusif,
dan tidak semua dijadikan sebagai subyek
penelitian.
Sampel
penelitian
diambil
sebanyak
30
siswa
autis
kemudian
pelaksanaan penelitian dilakukan melalui dua
siklus dengan menerapakan empat kali
pertemuan untuk dilakukan intervensi atau
perlakuan. Tahap awal adalah uji validasi
materi model bimbingan secara kualitatif
melalui 10 orang validator yang memahami
dan memiliki pengalaman tentang siswa autis.
Validator dilaksanakan secara kualitatif terdiri
dari 2 orang psikolog, 2 orang dokter, 2 orang
guru, 2 orang tua murid, dan 2 orang
pemerhati pendidikan. Hasil validasi materi
model bimbingan perkembangan tingkah laku
diperoleh suatu kesimpulan bahwa 100 %
materi model bimbingan tingkah laku untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa
autis. Model bimbingan tingkah laku, yang
akan dijadikan sebagai model untuk
menerapkan atau interfensi alat ukur dan
mengetahui
peningkatan
kemampuan
komunikasi dapat dilakukan dengan langkah–
langkah sebagai berikut:
1.
Model
bimbingan
Perkembangan
tingkah laku untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, siswa autis.
Model bimbingan perkembangan
tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan
110
Jurnal Lemlit UHAMKA
komunikasi, mencakup komponen–komponen
sebagai berikut : ( a ) rasional; ( b ) Visi dan
Misi model bimbingan; ( c ) tujuan penerapan
model bimbingan; ( d ) tahapan pelaksanaan
penerapan model bimbingan; ( e ) materi
model bimbingan perkembangan tingkah laku;
(f ) evaluasi model; ( g ) dukungan sistem.
Uraian masing–masing komponen disajikan
antara lain dengan langkah-langkah sebabai
berikut :
a. Rasional
Berawal dari kebutuhan model
bimbingan perkembangan tingkah laku siswa
autis dalam meningkatkan kemampuan
komunikas di Sekolah Inklusif maka perlu
dilakukan suatu pemecahan masalah untuk
mengatasi.
Hambatan
kemampuan
komunikasi, siswa autis disebabkan karena ada
hambatan perkembangan yang nampak melalui
perilaku atau sikap siswa autis, sehingga perlu
ada suatu solusi yang sesuai dalam mengatasi
hambatan perkembangan neubiorologis fungsi
syaraf otak yang mneghubungkan fungsi
syaraf
untuk
berkomunikasi.
Solusi
pemecahan permasalahan melalui upaya untuk
menerapkan model bimbingan perkembangan
tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi. Guru mempunyai
peran sangat penting dalam pembelajaran
sebab guru adalah orang pertama dan utama
paling dekat dengan siswa, bahkan berhadapan
langsung dengan siswa autis melalui tatap
muka dan interaksi. Pengetahuan dan
ketrampilan dalam menerapkan model
bimbingan perkembangan tingkah laku,
merupakan suatu keharusan yang dimiliki
untuk membantu terjadi suatu perubahan
dalam perilaku siswa autis. Salah satu upaya
dalam memecahkan permasalahan dengan
memberikan
bekal
pengetahuan
dan
ketrampilan melalui pelatihan menggunakan
model bimbingan.
Upaya meningkatkan komunikasi,
dengan menggunakan “Model Bimbingan
tingkah
laku
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi, Siswa Autis“.
Landasi dalam menerapkan model bimbingan
perkembangan
tingkah
laku
dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi, adalah
(1) model bimbingan merupakan suatu proses
untuk membantu siswa autis dalam
mewujudkan suatu perubahan melalui tingkah
laku. Efektifitas pemberian model bimbingan
tidak semata hanya melalui perubahan
perilaku, namun dengan di atas merupakan
unsur-unsur terkait dalam proses penerapan
model bimbingan perkembangan tingkah laku
termasuk penggunaan tehnik dan pendekatan.
(2) pendekatan penerapan model bimbingan
perkembangan tingkah laku merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi.
Uraian
diperkuat
dengan
pendapat dari Shertzer & Stone, (1982 :76);
Robert D Myrick dalam Sunaryo K, (1996 :
99); Dedi Supriadi, (1997 : 7); Syamsu
Yusuf , (1999: 76), yang mengatakan bahwa:
Bimbingan merupakan salah satu model yang
dibutuhkan
sebagai
upaya
untuk
mengembangkan potensi individu secara
optimal.
(3) model bimbingan perkembangan tingkah
laku untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi,
menuntut
keterlibatan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
guru dalam menerapkan model bimbingan
melalui pembelajaran dan interaksi.
Keterlibatan kemampuan guru dalam
menerapkan model bimbingan perkembangan
tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi, diasumsikan cukup tinggi dan
sangat mempengaruhi melalui penerapan
model bimbingan. Implementasi keberhasilan
guru dalam menerapkan model bimbingan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi,
disebabkan ada perlakuan sebagai interfensi
dari pengetahuan dan ketrampilan guru ketika
menerapkan model bimbingan. Keberhasilan
guru dalam memberikan interfensi akan
terlihat saat guru menerapkan model
bimbingan perkembangan tingkah laku kepada
siswa autis dengan melakukan komunikasi
kepada orang lain sehingga siswa autis akan: (
a) mampu menggunakan bahasa dengan tepat;
( b) mampu mengenal huruf–huruf abjad; (c)
111
mampu menghafal kata-kata dengan benar; (d)
mampu berbicara dengan lancar ; (e) mampu
melafalkan kata–kata dengan baik; (f) mampu
menyalin kata–kata dengan baik; ( g) mampu
menyalin kalimat dengan baik; (h) mampu
bercerita dengan benar; ( i) mampu
mendengarkan dengan baik; (j) mampu
mengenal angka-anagka bulat; (k) mampu
mengenal angka-angka ganjil; (l) mampu
mendikte kalimat dengan baik. Uraian materi
model bimbingan perkembangan tingkah laku
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi,
siswa
autis
tepat
digunakan
untuk
meningatkan kemampuan siswa autis. Upaya
untuk melihat peningkatan kemampuan siswa
autis ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama, ada kemampuan dalam melakukan
komunikasi dengan orang lain secara tepat dan
benar, sesuai dengan konteks yang dilakukan
dalam berkomunikasi.
Kedua, kemampuan siswa autis dalam
komunikasi, terlihat ketika siswa melakukan
interaksi dengan orang lain melalui perubahan
tingkah laku dan sikap.
Ketiga, ada kemampuan dalam memberikan
suatu respons saat menerima informasi dari
orang lain dan menyampaikan informasi
kepada orang lain.
Keempat, ada kemampuan mengucapkan kata
dan kalimat sesuai dengan yang dimaksud.
Kelima, ada ekspresi wajah saat berbicara dan
gerak tubuh.
Keenam, memiliki kemampuan komunikasi
secara interaktif.
b. Visi dan Misi Kemampuan Guru
dalam
Menerapkan
Model
Bimbingan Perkembangan Tingkah
laku
untuk
Meningkatkan
Komunikasi Siswa Autis.
Visi dalam menerapkan model
bimbingan perkembangan tingkah laku untuk
meningkatkan
kemampuan,
adalah
kemampuan guru dalam menerapkan model
bimbingan sebagai upaya untuk memberikan
suatu pelayanan, mengarahkan, memfasilitasi,
memotivasi, mengevaluasi, sebagai upaya
untuk kemampuan komunikasi siswa autis.
Misi
kemampuan
guru
dalam
menerapkan model bimbingana adalah untuk
meningkatkan
kemampuan
komunikasi,
melalui upaya mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh setiap siswa autis sehingga dapat
berkembang secara optimal. Upaya dengan
menerapkan model bimbingan perkembangan
bimbingan tingkah laku yang dapat membantu
dalam
mengembangkan
kemampuan
komunikasi, berarti mampu memecahkan
permasalahan
yang
sering
terjadi
permasalahan
dan
yang
menghambat
perkembangan
siswa
autis
sehingga
menimbulkan
suatu
permasalahan
perkembangan yang tidak optimal.
c. Tujuan Kemampuan Guru dalam
Menerapkan
Model Bimbingan
Perkembangan Tingkah laku untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi Siswa Autis.
Tujuan Umum: Kemampuan guru
dalam menerapkan model bimbingan
untuk meningkatkan komunikasi, adalah
untuk membantu siswa autis dalam
mengembangkan segala potensi serta
kemampuan diri siswa autis secara
optimal, agar siswa autis memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang
optimal diperlukan suatu bimbingan orang
lain termasuk guru melalui penerapan
model bimbingan perkembangan tingkah
laku.
Penerapan
model
Bimbingan
perkembangan tingkah laku dalam upaya
meningkatkan
komunikasi,
melalui
penelitian adalah untuk mengarahkan dan
membantu
siswa
autis
dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki
disebabkan ada hambatan neurobiologis
sehingga terjadi hambatan perkembangan
dalam spketrum otak manusia yang
menghubungkan fungsi syaraf untuk
komunikasi.
112
Jurnal Lemlit UHAMKA
Tujuan khusus, penerapan model
bimbingan
untuk
meningkatkan
kemampuan komunikasi, siswa autis
adalah agar siswa : (1) memiliki
kemampuan dalam memahami diri
sendiri; (2)
melakukan komunikasi
dengan orang lain dengan baik dan benar;
(3) menggunakan gerak seluruh anggota
tubuh dalam menerima informasi dari
orang lain; (4) memiliki tanggung jawab
terhadap apa yang dilakukan dalam
pergaulan; (5) memiliki disiplin diri
terhapap suatu kegiatan yang dilakukan;
(6) meningkatkan kemampuan setiap
potensi
yang
dimiliki
sehingga
berkembang secara optimal; (7) memiliki
suatu kompetensi dalam akademik
sehingga dapat berprestasi baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Penerapan model bimbingan
perkembangan tingkah laku di sekolah,
diharapkan
siswa
autis
dapat
mengembangakan segala kemampuan, dan
dapat belajar sesuai dengan potensi yang
dimiliki, sehingga memiliki pengetahuan
dan ketrampilan sebagai bekal kehidupan
sehari–hari, mampu berpresatsi bahkan
berani dan siap bersaing dengan orang lain
dan tidak ada lagi sisa–sisa autis.
d. Tahapan Pelaksanaan Model
Bimbingan Perkembangan Tingkah
laku untuk meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Siswa Autis.
suatu pelatihan selam 20 menit tentang
cara menggunakan model.
(3) menerapkan model sesuai dengan
kebutuhan siswa autis: pada tahap ini guru
langsung praktek dan menerapkan materi
dalam pandun kepada siswa autis.
(4)
mengeavaluasi
peningkatan
kemampuan untuk komunikasi, motorik
siswa autis: pada tahap evaluasi guru
mencatat perubahan–perubahan yang
terjadi pada siswa autis melalui sikap dan
perilaku yang nampak.
(5) menerapkan
kembali model
bimbingan sesuai dengan hasil evaluasi :
pada tahap evaluasi guru terus
mendapatkan suatu perlakuan selama 4
kali, dan mencatat perubahan yang ada
kemudian diberikan evaluasi melalui post
test untuk mengetahu perkembangan
kemampuan komunikasi setiap pertemuan.
e.
Materi
Model
Bimbingan
Perkembangan Tingkah laku untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi Siswa Autis.
Materi
model
bimbingan
perkembangan tingkah laku untuk
meningkatkan
komunikasi
dapat
dilakukan
melalui
langkah–langkah
sebagai berikut:
(1) kemampuan memahami materi model
bimibingan.
Tahapan pelaksanaan model
bimbingan perkembangan tingkah laku
untuk
meningkatkan
kemampuan
komunikasi, dimulai dari :
(2) kemampuan
bimbingan.
(1)
mengetahui
panduan
model
bimbingan. Guru diberikan pengetahuan
secara teoritis dan nyata tentang ciri–ciri,
latar belakang penyebab autis, cara
memahami tingkah laku
siswa autis
melalui suatu pelatihan.
(4)
kemampuan
mengevaluasi
pelaksanaan model bimbingan.
(2)
memahami
petunjuk
dalam
menggunakan model bimbingan. pada
tahap memahami petunjuk guru diberikan
menerapkan
model
(3) kemampuan melaksanakan model
bimbingan.
Panduan petunjuk praktis
dalam menggunakan model
bimbingan
perkembangan
tingkah laku sebagai berikut
:
113
f. Layanan Bimbingan Tingkah laku
Komunikasi
Upaya
meningkatkan
kemampuan
komunikasi
melalui
penerapan model bimbingan tingkah laku
pada siswa autis dapat dilakukan melalui
tahap – tahap sebagai berikut:
(1) Materi Kumunikasi.
(a) Materi
Komunikasi:
latihan
kemampuan
mengenal
angka,
kemampuan berhitung, operasi hitung,
pemahaman konsep-konsep dasar:
waktu, arah, warna, dan ruang,
perbendaharaan
kata
ekspresif,
komunikasi sesuai dengan konteks
atau tidak, kemampuan membaca,
kemampuan
menulis,
artikulasi
pengucapan dan lafal.
(b) Layanan Bimbingan tingkah laku
Komunikasi.
Layanan bimbingan tingkah laku
komunikasi sisiwa autis dilakukan
melalui
bimbingan individual,
kelompok dan klasikal.
(2) Langkah – langkah kegiatan
layanan bimbingan individual
tingkah laku Komunikasi siswa
autis anatra lain antara lain
sebagai berikut:
(a) Melatih siswa autis untuk menyebutkan
angka 1 – 50.
(b) Melatih
siswa
autis
untuk
menggunakan
angka
dalam
penambahan, pengurangan, perkalian,
pembagian.
(c) Melatih siswa autis untuk mengenal
nama-nama benda yang ada di dalam
kelas dan di uar kelas.
(d) Mengenalkan warna–warna dengan
kertas berwarna.
(e) Menggunakan gambar–gambar seperti
gambar orang sedih, gembira, kecewa,
marasa untuk melatih ekspresi siswa
auti.
(3)
Langkah-langkah
kegiatan
layanan bimbingan kelompok
tingkah laku komunikasi siswa
autis, anatara lain sebagai
berikut:
(a) Melalui bimbingan kelompok siswa
autis dilatih untuk berbicara dengan
kegiatan
sosiodrama
dengan
memerankan.
(b) Melalui bimbingan kelompok siswa
autis mengerjakan tugas guru.
(c) Bimbingan kelompok siswa autis
berlatih menulis, mendekte, berbicara
tentang sesuatu cerita.
(4) Langkah – langkah kegiatan
layanan
bimbingan
klasikal
tingkah laku komunikasi siswa
autis, sebagai berikut:
(a) mendikte kata dan kalimat dan siswa
autis mnyalin di buku
(b) Siswa autis mnegucapkan lafal kata
dan kalimat melalui buku bacaan dan
siswa lain menyimak..
(5) Evaluasi
Model
Bimbingan
Perkembangan Tingkah laku
untuk
meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Siswa
Autis.
Tujuan diadakan evaluasi model
bimbingan untuk mengetahui kemampuan
dan ketrampilan guru dalam menerapkan
bimbingan perkembangan tingkah laku
kepada siswa autis adalah untuk
memberikan
suatu
penilaian
atau
pengukuran
keberhasilan
dalam
memberikan bimbingan tingkah laku
dengan cara observasi dan melakukan
berbagai kegiatan antara lain:
(a) mengamati aktivitas guru dalam
menerapkan
model
bimbingan
perkembangan tingkah laku kepada
siswa autis secara langsung dalam
upaya meningkatkan kemampuan
komunikasi.
(b) mengamati perubahan perilaku siswa
autis ketika guru menerapkan model
bimbingan perkembangan tingkah
laku sebagai upaya meningkatkan
komunikasi siswa autis.
114
Jurnal Lemlit UHAMKA
(c) mengamati respons aktif siswa autis
ketika guru memberikan stimulus.
(d) mencatat kelancaran siswa autis
dalam menerima perintah atau
instruksi dari guru.
(e) mengamati gerak tubuh yang
dilakukan ketika siswa autis diberikan
suatu
latihan-latihan.
Evaluasi
keberhasian
dalam
menerapkan
model bimbingan perkembangan
tingkah laku untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi, siswa autis
melalui post test sebagai Alat Ukur
Guru. (AUG).
(6)
Dukungan Sistem Model
Bimbingan
Perkembangan
Tingkah
laku
untuk
Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Siswa Autis.
Dukungan sistem adalah dukungan
yang diberikan kepada semua guru di SD
Inklusif dalam menerapkan model
bimbingan perkembangan tingkah laku
untuk
meningkatkan
kemampuan
komunikasi siswa autis. Dukungan yang
diberikan dalam implemnetasi model
bimbingan perkembangan perkembangan
tingkah laku ditujukan kepada:
(a) kemampuan guru yang mengajar
siswa autis di SD Inklusif.
(b) sekolah
dalam
menyediakan
fasilitas, sarana prasarana, yang
dapat menunjang kegiatan dalam
menerapkan model bimbingan
perkembangan
tingkah
laku
kepada siswa autis.
(c) program
pendidikan
dalam
melakukan kolaborasi dengan para
ahli, seperti dokter, psikater,
psikolog, dan orang tua murid.
(7)
Pelaksanaan
Model
Bimbingan
Perkembangan
Tingkah
laku
untuk
Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Siswa Autis.
Penerapan model bimbingan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa autis dilakukan selama 3 bulan.
Pelatihan pemahaman materi model
bimbingan dan pelatihan dilaksanakan
satu kali satu minggu selama 40 menit
secara
langsung menerapkan model
bimbingan kepada siswa autis.
KESIMPULAN
Hasil pembahasan dan hasil observasi
selama melaksanakan peneitian diperoleh
suatu hasil bahwa :
1. Kemampuan komunikasi siswa
autis
sebelum
memperoleh
perlakuan
model
bimbingan
perkembangan tingkah laku sangat
rendah,
siswa
autis
dalam
komunikasi menggunakan bahasa
echolia atau membeo, masih
diulang-ulang,
2. Dampak
hambatan
dalam
berkomunikasi
mengakibatkan
siswa autis sering tantrum atau
mengamuk kepada siapa saja dan
sering tidak diketahui penyebab
mengamuk.
3. Kemampuan siswa autis dapat
ditingkatkan
ketika
guru
menerapkan bimbingan model
tingkah laku. Peningkatan baru
mulai
kelihatan
setelah
melaksanakan siklus kedua secara
signifikan.
4. Latihan wicara yang lebih serius
dan penjelasan yang lebih baik
dapat meningkatkan kemampuan
omunikasi.
5. Peningkatan
kemampuan
komunikasi disesuaiakan dengan
potensi yang dimiliki masingmasing
siswa.
Peningkatan
kemampuan komunikasi siswa
autis sangat lamban sekali sehingga
diperlukan latihan yang kontinyu.
6. Upaya
dalam
meningkatkan
kemampuan komunikasi anak autis
harus
dilakukan
dengan
menggunakan berbagai alat media
cetak atua elektronik untuk
membantu pengucapan atau dalam
bicara.
115
7. Latihan bicara dilakukan dengan
menggunakan gambar akan lebih
mempercepat kemampuan bicara,
sehingga
perlu
penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan guru
Hasil Pembahasan penerapan model
bimbingan perkembangan tingkah laku
mampu
meningkatkan
kemampuan
komunikasi
siswa
autis,
walaupun
peningkatan masih dirasakan lamban.
Latihan secara kontinyu, kesabaran
merupakan kunci keberhasilan guru dalam
meningkatkan kemmapuan komunikasi.
Kemampuan komunikasi merupakan salah
satu hambatan yang terjadi pada setiap
siswa autis. Hambatan lain yang sering
terjadi adalah ketrampilan, perhatian dan
sosial. Perlu ada suatu model untuk
meningkatkan kemampuan ketrampilan,
perhatian dan sosial siswa autis.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Johann Cristoph. ( 2002 ).
Bahaya ; Anak Anda dalam Bahaya.
Jakarta: Grasindo.
Ahmadi, Abu. ( 1991 ). Psikologi
Perkembangan: Jakarta: Rineka Cipta.
Burhan Bungin, H.M. ( 2008 ).
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Corey, Gerald. ( 1995 ). Teori dan
Praktek Dari Konseling dan
Psikoterapi. Semarang: IKIP
Semarang Press. Charman, Tony
& Stone, Wendy. ( 2006 ). Social
and
Communication
Development
in
Autism
Spectrum Disorders. New York:
The Guilford Press.
Fachruddin Saudagar, Ali Idris, ( 2009
). Pengembangan Profesionalitas
Guru. Jakarta : GP. Press.
Furqon. ( 2005 ). Konsep dan Aplikasi
Bimbingan Konseling untuk
Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka
Bani Quarisy.
Fauzia Wardhani, Yurike, dkk. 2009.
Apa dan Bagaimana Autisme
Terapi Medis Alternatif. Jakarta :
Lembaga Penerbit FE UI
Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Autistik.
Bandung : Alfabeta.
Handojo, Y. 2003. Autisma: Petunjuk
Praktis dan Pedoman Materi
untuk Mengajar Anak Normal,
Autis, dan Perilaku Lain.
Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan
Inklusif dan Upaya
Implementasinya. Jakarta : PT.
Luxima Metro Media
Mulyadi, Kresno. 2011. Autism is
Treatable. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
116
Download