Jurnal Lemlit UHAMKA MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA AUTIS DI SD AL-JANNAH PONDOK RANGON CIBUBUR DEPOK Oleh: Titik Haryati Email: [email protected] ABSTRACT Model Behavior Guidance Development be applicable to improve communication skills of students with autism . The research aims to implement behavioral models of development assistance as an effort to improve communication skills . Communication skills of students with autism in elementary Inclusive is not increased, presumably because of low teacher knowledge and do not understand the behavior of the model guidance development. Pre-test is given to measure the ability of teachers to provide training through the model prior to treatment . Training provides knowledge and skills is to use the model guidance to students with autism, to be applied as an effort to improve communication skills. Communication skills of students with autism increased after autistic students willing and able to utter the words, and to communicate with teachers and other students, through the exercise of speech, listening to stories, imitating the sound by using the audio tools. Media tools images and words can help improve communication so that interaction with peers and created well over enthusiastic children can practice speaking, eye contact, body language and attention and concentration exercises facial expressions. Guidance development of behavior models can improve communication ability, because children are able to use eye contact, listening to instructions, imitating, repeating the names, shapes, colors, numbers, and able to endure sitting for learning. In general concluded that effective behavioral model of developmental guidance to improve communication skills of students with autism in inclusive elementary school. Words - keyword : autistic students, the model guidance, inclusive, ability, communication. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah nak autis di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan cukup memprihatinkan. Penelitian dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat atau yang lebih dikenal dengan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam http://rri.co.id/index.php/berita/48495/Dari-66Juta-Penyandang-Autis-di#.UWXCpnqvmjc di akses pada 09 April 2013 Pkl 14:30, menyatakan bahwa “Perbandingan autis pada anak umur 8 tahun yang terdiagnosa dengan autis adalah 1:80”. Indonesia belum melakukan penelitian tentang autis secara khusus. A Autis merupakan gangguan perkembangan yang kompleks, gangguan perkembangan yang menyebabkan keterlambatan komunikasi pada anak autis sangat kompleks mulai dari gangguan dan hambatan sejak masih dalam kandungan sampai anak usia tiga tahun yang disebabkan oleh perkembangan sehingga tidak berfungsi secara optimal syaraf yang menghubungkan fungsi komunikasi. Kemampuan Komunikasi merupakan alat untuk memenyampaikan dan menerima informasi dari seseoorang kepada orang dalam melakukan interaksi. Hambatan dalam berkomunikasi sangat mengganggu untuk melaksanakan interaksi sehingga ketika anak 107 autis melakukan komunikasi dianggaap tidak dapat melakukan komunikasi dengan orang lain sebab keterbatasan dalam menggunakan kata-kata dan pungucapan yang tidak sempurna sulit untuk dimengerti arti dan maksud apa yang dikatakan. Gangguan syaraf yang menghubungkan fungsi komunikasi tidak mudah untuk disembuhkan sebab syaraf ada pada otak manusia sehingga sulit untuk memberikan pengobatan atau tindakan secara medis. Latihan wicara merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan bantuan pada anak autis agar terlatih untuk bicara dengan olah kata sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing anak autis. Pelatihan dengan menggunakan model tingkah laku merupakan suatu upaya untuk memberikan pembiasaan secara kontinyu yang dapat dilakukan oleh siapa saja dalam memberikan latihan. Model bimbingan tingkah laku bertujuan untuk memberikan latihan bicara pada anak autis sehingga dapat membantu perkembangan bahasa dan anak autis dapat melakukan interaksi dengan orang lain sehingga akan memperoleh informasi secara optimal. Kemampuan komunikasi dapat dipelajari dengan mudah oleh anak normal, namun apabila bagi anak berkebutuhan khusus terutama siswa autis yang mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi, sosialisasi, emosional dan perilaku repetitive akan sulit. Anak autis cenderung untuk melakukan komunikasi satu arah atau dengan diri sendiri dan mampu untuk berkomunikasi dua arah, maka perlu ada suatu model tingkah laku untuk meningkatkan komunikasi seoptimal mungkin. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian adalah penerapan model bimbingan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan Komunikasi Siswa Autis di SD Al-Jannah Pondok Rangon, Cipayung Depok, yang diduga mempunyai hambatan fungsi syaraf untuk komunikasi sehingga sulit untuk bicara. Suatu keunikan tersendiri dari siswa autis, sehingga perlu ada bimbingan tingkah laku, sebab gangguan neurobiologis sehingga spektrum syaraf yang menghubungkan fungsi komunikasi mengalami hambatan perkembangan kemampuan komunikasi. Jumlah siswa dalam satu kelas yang melebihi jumlah ideal yaitu 30 siswa menyebabkan guru tidak dapat memberikan bimbingan secara individu. Permasalahan penelitian secara umum membahas permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan penerapan model bimbingan tingkah laku dengan menggunakan pendekatan seperti : 1. Pemberian latihan-latihan menggunakan model bimbingan untuk guru agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menerapkan model bimbingan tingkah laku. 2. Emosi siswa autis yang tidak stabil, tiba – tiba marah atau tantrum, bahkan memukul diri sendiri, dan berteriak, sulit untuk diketahui apa penyebab, bahkan pernah ketika tantrum memukul–mukulkan kepala sendiri kedinding serta berteriakteriak. 3. Konsentrasi siswa autis sering mengalami gangguan emosional dan dapat muncul sewaktu–waktu, bahkan pada saat sedang belajar di kelas sehingga sering emosi tidak terkendali karena hambatan dalam komunikasi. 4. Kesulitan bersosialisasi, rata-rata siswa autis tidak mau bermain dengan teman–teman, dan lebih senang dengan bermain sendiri dengan memainkan sesuatu barang yang disukai, tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. 5. Terhadap mata pelajaran yang diajarkan, siswa autis mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran seperti mata pelajaran bahasa, Model bimbingan tingkah laku berorientasi pada pemberian bantuan kepada siswa autis agar memiliki peningkatan kemampuan komunikasi sehingga siswa autis dapat berkembang secara optimal. Upaya guru dalam menerapkan model bimbingan tingkah laku kepada siswa autis melalui penerapan bimbingan yang mengarah pada perubahan 108 Jurnal Lemlit UHAMKA perilaku sehingga peningkatan kemampuan dapat diamati melalui perilaku siswa autis yang nampak dalam kegiatan sehari–hari. Kemampuan guru dalam menerapkan bimbingan merupakan wujud kompetensi profesional dalam menerapkan model bimbingan kepada siswa autis, sehingga kemapuan komunikasi siswa autis meningkat. Pengembangan Model Bimbingan tingkah laku untuk meningkatkan komunikasi, siswa autis, yang akan dikembangkan dalam penelitian merupakan perwujudan kemampuan guru sebagai implementasi dari kompetensi profesionalisme. Kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan antara lain kemampuan dalam menerapkan model bimbingan tingkah laku sebagai bentuk pemberian layanan kepada siswa autis sebagai stakeholder. Perumusan masalah dalam penelitian adalah : “Model bimbingan bagaimakankah yang efektif untuk meningkatkan komunikasi, siswa autis di SD Inklusif Al-Jannah ?. KAJIAN PUSTAKA/TEORT Kemampuan komunikasi siswa autis merupakan suatu hal yang sangat penting utnuk memperoleh informasi dan menyampaikan informasi dari orang lai agar dapat melakukan interaksi dengan baik, sehingga perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan melalui penelitian antara lain : 1. Judul : Pengenbangan Komunikasi Siswa Autis Menggunakan Pendekatan MetodePicture Exchange Communicatio (PEC) Penulis : Adityo Nugroho, S. Dn. S. Msi Penerbit: Thesis Tahun : 2011 Penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa autis dengan menggunakan metode Picture Exhange Communication yang diduga akan ada pengembangan kemampuan komunikasi. Komunikasi anak autis berkembang karena menggunakan metode PEC, metode PEC efektif diberikan kepada anak autis terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan ada peningkatan komunikasi anak autis yang menggunakan metode PEC. Melalui berbagai macam gambar yang dibuat oleh penelitian mampu memberikan latihan dan penguasaan bicara setelah anak autis mengetahui gambar yang diberikan dan disuruh untuk menirukan tentang tulisan yang ada digambar dan menirukan kata-kata yang ada digambar. Latiah dilakukan berulangulang sehingga terbentuk suatu kebiasaa, dan akhir berkembang sesuai dengan potensi anak autis 2. Judul : Memahami Spektrum Autistik Secara Holistik, Penulis : Andriana Soekandar Ginanjar Tahun : tahun 2007. Hasil penelitian diperoleh suatu hasil bahwa anak autis mengalami hambatan dalam spektrum otak yang berada pada simpton– simpton antara lain yang menghubungkan dalam berkomunikasi penelitian memperoleh hasil bahwa hambatan yang terjadi pada anak autis berbnagai macam penyebab dan sangat individual sehingga perlu dilakukan suatu penangan secara individual, dan klasikal. 3. Judul penelitian : Diagnostik Statistical Manual-III (DSM-III). Peneliti : Krech Tahun : 1982. Penelitian tentang ciri-ciri anak autistik berhasil menentukan kriteria diagnosis yang digunakan dalam Diagnostik Statistical Manual-III (DSM-III). Gangguan autistik didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dengan tiga ciri utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, dan keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi. Krech dkk, (1982:273), mengatakan bahwa proses komunikasi terjadi melalui bahasa. Bentuk bahasa dapat berupa isyarat, atau gestur, simbul atau wicara. Proses komunikasi terjadi karena antara komunikator dengan komunikan dapat terjalin hubungan saling memahami. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau pesan. Melalui pesan yang 109 disampaikan antara komunikan dan komunikator dapat dilakukan dengan interaksi dan dalam interkasi diperlukan untuk bicara dan bicara adalah komunikasi, sehingga komunikasi sangat penting untuk dilakukan dalam memperoleh informasi, jadi anak autis yang mengalami hambatan komunikasi penting untuk dilatih dan ditingkatkan walaupun ada hambatan dalam perkembangan pada fungsi syaraf otak. Schmidt ,( 1993 P. 8 ). dalam James J. Muro dalam Guadiance and Conseling in the Elementary and Midle School ( 1995 : 2 ) bahwa : " the purpose of these guidance lessons has to help student develop character, avoid problem behavior, and relate vocational interest to curriculum subjects ". Untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan mengapa guru harus memahami karakteristik siswa autis ? maka penulisan ini akan meneliti lebih dalam Bagaimana pemberian layanan bimbingan yang diberikan guru dalam meningkatkan komunikasi, motorik, sosial dan perhatian? Pemberian model bimbingan di Sekolah Dasar diberikan oleh guru, sebagai langkah awal yang perlu dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru tentang pemahaman dan karakteristik siswa autis yang sangat individual sehingga guru dalam menerapkan model bimbingan memiliki ketrampilan dengan menggunakan suatu alat-alat yang mendukung untuk melakukan melatih secara rutin kepada siswa autis dalam aspek komunikasi, motorik, sosial dan perhatian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dicapai dalam penelitian adalah memperoleh hasil peningkatan kemampuan Komunikasi siswa autis yang diduga mengalami hambatan neobirologis pada fungsi syaraf otak yang menghubungkan pada fungsi komunikasi. Hambatan kemampuan komunikasi siswa autis pada siklus 1 dan siklus 2, diperoleh hasil peningkatan yang tidak menonjol karena pada pertemuan ketiga pada siklus 1 masih rendah dan baru mulai kelihatan peningkatan yang lebih tinggi setelah dilaksanakan siklus 2 pada pertemuan kedua dan peningkatan kemampuan komunikasi mulai kelihatan ketika siswa autis melakukan interaksi dengan teman sebaya dan guru terlihat mulai ada perhatian kontak mata dan mengetahui pesan yang diberikan dari teman bicara sehingga ekspresi wajah mulai kelihatn senang, ceria jarang tantrum. Hasil yang dicapai agar lebih tertata, maka penyajian penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. 1. Deskripsi Data Sesuai dengan uraian pada tujuan penelitian adalah menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa autis, maka sebagai subyek penelitian siswa autis yang berjumlah 60 orang di SD Inklusif, dan tidak semua dijadikan sebagai subyek penelitian. Sampel penelitian diambil sebanyak 30 siswa autis kemudian pelaksanaan penelitian dilakukan melalui dua siklus dengan menerapakan empat kali pertemuan untuk dilakukan intervensi atau perlakuan. Tahap awal adalah uji validasi materi model bimbingan secara kualitatif melalui 10 orang validator yang memahami dan memiliki pengalaman tentang siswa autis. Validator dilaksanakan secara kualitatif terdiri dari 2 orang psikolog, 2 orang dokter, 2 orang guru, 2 orang tua murid, dan 2 orang pemerhati pendidikan. Hasil validasi materi model bimbingan perkembangan tingkah laku diperoleh suatu kesimpulan bahwa 100 % materi model bimbingan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa autis. Model bimbingan tingkah laku, yang akan dijadikan sebagai model untuk menerapkan atau interfensi alat ukur dan mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi dapat dilakukan dengan langkah– langkah sebagai berikut: 1. Model bimbingan Perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, siswa autis. Model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan 110 Jurnal Lemlit UHAMKA komunikasi, mencakup komponen–komponen sebagai berikut : ( a ) rasional; ( b ) Visi dan Misi model bimbingan; ( c ) tujuan penerapan model bimbingan; ( d ) tahapan pelaksanaan penerapan model bimbingan; ( e ) materi model bimbingan perkembangan tingkah laku; (f ) evaluasi model; ( g ) dukungan sistem. Uraian masing–masing komponen disajikan antara lain dengan langkah-langkah sebabai berikut : a. Rasional Berawal dari kebutuhan model bimbingan perkembangan tingkah laku siswa autis dalam meningkatkan kemampuan komunikas di Sekolah Inklusif maka perlu dilakukan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi. Hambatan kemampuan komunikasi, siswa autis disebabkan karena ada hambatan perkembangan yang nampak melalui perilaku atau sikap siswa autis, sehingga perlu ada suatu solusi yang sesuai dalam mengatasi hambatan perkembangan neubiorologis fungsi syaraf otak yang mneghubungkan fungsi syaraf untuk berkomunikasi. Solusi pemecahan permasalahan melalui upaya untuk menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Guru mempunyai peran sangat penting dalam pembelajaran sebab guru adalah orang pertama dan utama paling dekat dengan siswa, bahkan berhadapan langsung dengan siswa autis melalui tatap muka dan interaksi. Pengetahuan dan ketrampilan dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku, merupakan suatu keharusan yang dimiliki untuk membantu terjadi suatu perubahan dalam perilaku siswa autis. Salah satu upaya dalam memecahkan permasalahan dengan memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan menggunakan model bimbingan. Upaya meningkatkan komunikasi, dengan menggunakan “Model Bimbingan tingkah laku untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Siswa Autis“. Landasi dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku dalam meningkatkan kemampuan komunikasi, adalah (1) model bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu siswa autis dalam mewujudkan suatu perubahan melalui tingkah laku. Efektifitas pemberian model bimbingan tidak semata hanya melalui perubahan perilaku, namun dengan di atas merupakan unsur-unsur terkait dalam proses penerapan model bimbingan perkembangan tingkah laku termasuk penggunaan tehnik dan pendekatan. (2) pendekatan penerapan model bimbingan perkembangan tingkah laku merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. Uraian diperkuat dengan pendapat dari Shertzer & Stone, (1982 :76); Robert D Myrick dalam Sunaryo K, (1996 : 99); Dedi Supriadi, (1997 : 7); Syamsu Yusuf , (1999: 76), yang mengatakan bahwa: Bimbingan merupakan salah satu model yang dibutuhkan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi individu secara optimal. (3) model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, menuntut keterlibatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan guru dalam menerapkan model bimbingan melalui pembelajaran dan interaksi. Keterlibatan kemampuan guru dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, diasumsikan cukup tinggi dan sangat mempengaruhi melalui penerapan model bimbingan. Implementasi keberhasilan guru dalam menerapkan model bimbingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, disebabkan ada perlakuan sebagai interfensi dari pengetahuan dan ketrampilan guru ketika menerapkan model bimbingan. Keberhasilan guru dalam memberikan interfensi akan terlihat saat guru menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku kepada siswa autis dengan melakukan komunikasi kepada orang lain sehingga siswa autis akan: ( a) mampu menggunakan bahasa dengan tepat; ( b) mampu mengenal huruf–huruf abjad; (c) 111 mampu menghafal kata-kata dengan benar; (d) mampu berbicara dengan lancar ; (e) mampu melafalkan kata–kata dengan baik; (f) mampu menyalin kata–kata dengan baik; ( g) mampu menyalin kalimat dengan baik; (h) mampu bercerita dengan benar; ( i) mampu mendengarkan dengan baik; (j) mampu mengenal angka-anagka bulat; (k) mampu mengenal angka-angka ganjil; (l) mampu mendikte kalimat dengan baik. Uraian materi model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, siswa autis tepat digunakan untuk meningatkan kemampuan siswa autis. Upaya untuk melihat peningkatan kemampuan siswa autis ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, ada kemampuan dalam melakukan komunikasi dengan orang lain secara tepat dan benar, sesuai dengan konteks yang dilakukan dalam berkomunikasi. Kedua, kemampuan siswa autis dalam komunikasi, terlihat ketika siswa melakukan interaksi dengan orang lain melalui perubahan tingkah laku dan sikap. Ketiga, ada kemampuan dalam memberikan suatu respons saat menerima informasi dari orang lain dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Keempat, ada kemampuan mengucapkan kata dan kalimat sesuai dengan yang dimaksud. Kelima, ada ekspresi wajah saat berbicara dan gerak tubuh. Keenam, memiliki kemampuan komunikasi secara interaktif. b. Visi dan Misi Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk Meningkatkan Komunikasi Siswa Autis. Visi dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan, adalah kemampuan guru dalam menerapkan model bimbingan sebagai upaya untuk memberikan suatu pelayanan, mengarahkan, memfasilitasi, memotivasi, mengevaluasi, sebagai upaya untuk kemampuan komunikasi siswa autis. Misi kemampuan guru dalam menerapkan model bimbingana adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, melalui upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa autis sehingga dapat berkembang secara optimal. Upaya dengan menerapkan model bimbingan perkembangan bimbingan tingkah laku yang dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan komunikasi, berarti mampu memecahkan permasalahan yang sering terjadi permasalahan dan yang menghambat perkembangan siswa autis sehingga menimbulkan suatu permasalahan perkembangan yang tidak optimal. c. Tujuan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. Tujuan Umum: Kemampuan guru dalam menerapkan model bimbingan untuk meningkatkan komunikasi, adalah untuk membantu siswa autis dalam mengembangkan segala potensi serta kemampuan diri siswa autis secara optimal, agar siswa autis memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang optimal diperlukan suatu bimbingan orang lain termasuk guru melalui penerapan model bimbingan perkembangan tingkah laku. Penerapan model Bimbingan perkembangan tingkah laku dalam upaya meningkatkan komunikasi, melalui penelitian adalah untuk mengarahkan dan membantu siswa autis dalam mengembangkan potensi yang dimiliki disebabkan ada hambatan neurobiologis sehingga terjadi hambatan perkembangan dalam spketrum otak manusia yang menghubungkan fungsi syaraf untuk komunikasi. 112 Jurnal Lemlit UHAMKA Tujuan khusus, penerapan model bimbingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, siswa autis adalah agar siswa : (1) memiliki kemampuan dalam memahami diri sendiri; (2) melakukan komunikasi dengan orang lain dengan baik dan benar; (3) menggunakan gerak seluruh anggota tubuh dalam menerima informasi dari orang lain; (4) memiliki tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dalam pergaulan; (5) memiliki disiplin diri terhapap suatu kegiatan yang dilakukan; (6) meningkatkan kemampuan setiap potensi yang dimiliki sehingga berkembang secara optimal; (7) memiliki suatu kompetensi dalam akademik sehingga dapat berprestasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penerapan model bimbingan perkembangan tingkah laku di sekolah, diharapkan siswa autis dapat mengembangakan segala kemampuan, dan dapat belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga memiliki pengetahuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupan sehari–hari, mampu berpresatsi bahkan berani dan siap bersaing dengan orang lain dan tidak ada lagi sisa–sisa autis. d. Tahapan Pelaksanaan Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. suatu pelatihan selam 20 menit tentang cara menggunakan model. (3) menerapkan model sesuai dengan kebutuhan siswa autis: pada tahap ini guru langsung praktek dan menerapkan materi dalam pandun kepada siswa autis. (4) mengeavaluasi peningkatan kemampuan untuk komunikasi, motorik siswa autis: pada tahap evaluasi guru mencatat perubahan–perubahan yang terjadi pada siswa autis melalui sikap dan perilaku yang nampak. (5) menerapkan kembali model bimbingan sesuai dengan hasil evaluasi : pada tahap evaluasi guru terus mendapatkan suatu perlakuan selama 4 kali, dan mencatat perubahan yang ada kemudian diberikan evaluasi melalui post test untuk mengetahu perkembangan kemampuan komunikasi setiap pertemuan. e. Materi Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. Materi model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan komunikasi dapat dilakukan melalui langkah–langkah sebagai berikut: (1) kemampuan memahami materi model bimibingan. Tahapan pelaksanaan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, dimulai dari : (2) kemampuan bimbingan. (1) mengetahui panduan model bimbingan. Guru diberikan pengetahuan secara teoritis dan nyata tentang ciri–ciri, latar belakang penyebab autis, cara memahami tingkah laku siswa autis melalui suatu pelatihan. (4) kemampuan mengevaluasi pelaksanaan model bimbingan. (2) memahami petunjuk dalam menggunakan model bimbingan. pada tahap memahami petunjuk guru diberikan menerapkan model (3) kemampuan melaksanakan model bimbingan. Panduan petunjuk praktis dalam menggunakan model bimbingan perkembangan tingkah laku sebagai berikut : 113 f. Layanan Bimbingan Tingkah laku Komunikasi Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi melalui penerapan model bimbingan tingkah laku pada siswa autis dapat dilakukan melalui tahap – tahap sebagai berikut: (1) Materi Kumunikasi. (a) Materi Komunikasi: latihan kemampuan mengenal angka, kemampuan berhitung, operasi hitung, pemahaman konsep-konsep dasar: waktu, arah, warna, dan ruang, perbendaharaan kata ekspresif, komunikasi sesuai dengan konteks atau tidak, kemampuan membaca, kemampuan menulis, artikulasi pengucapan dan lafal. (b) Layanan Bimbingan tingkah laku Komunikasi. Layanan bimbingan tingkah laku komunikasi sisiwa autis dilakukan melalui bimbingan individual, kelompok dan klasikal. (2) Langkah – langkah kegiatan layanan bimbingan individual tingkah laku Komunikasi siswa autis anatra lain antara lain sebagai berikut: (a) Melatih siswa autis untuk menyebutkan angka 1 – 50. (b) Melatih siswa autis untuk menggunakan angka dalam penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian. (c) Melatih siswa autis untuk mengenal nama-nama benda yang ada di dalam kelas dan di uar kelas. (d) Mengenalkan warna–warna dengan kertas berwarna. (e) Menggunakan gambar–gambar seperti gambar orang sedih, gembira, kecewa, marasa untuk melatih ekspresi siswa auti. (3) Langkah-langkah kegiatan layanan bimbingan kelompok tingkah laku komunikasi siswa autis, anatara lain sebagai berikut: (a) Melalui bimbingan kelompok siswa autis dilatih untuk berbicara dengan kegiatan sosiodrama dengan memerankan. (b) Melalui bimbingan kelompok siswa autis mengerjakan tugas guru. (c) Bimbingan kelompok siswa autis berlatih menulis, mendekte, berbicara tentang sesuatu cerita. (4) Langkah – langkah kegiatan layanan bimbingan klasikal tingkah laku komunikasi siswa autis, sebagai berikut: (a) mendikte kata dan kalimat dan siswa autis mnyalin di buku (b) Siswa autis mnegucapkan lafal kata dan kalimat melalui buku bacaan dan siswa lain menyimak.. (5) Evaluasi Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. Tujuan diadakan evaluasi model bimbingan untuk mengetahui kemampuan dan ketrampilan guru dalam menerapkan bimbingan perkembangan tingkah laku kepada siswa autis adalah untuk memberikan suatu penilaian atau pengukuran keberhasilan dalam memberikan bimbingan tingkah laku dengan cara observasi dan melakukan berbagai kegiatan antara lain: (a) mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku kepada siswa autis secara langsung dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi. (b) mengamati perubahan perilaku siswa autis ketika guru menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku sebagai upaya meningkatkan komunikasi siswa autis. 114 Jurnal Lemlit UHAMKA (c) mengamati respons aktif siswa autis ketika guru memberikan stimulus. (d) mencatat kelancaran siswa autis dalam menerima perintah atau instruksi dari guru. (e) mengamati gerak tubuh yang dilakukan ketika siswa autis diberikan suatu latihan-latihan. Evaluasi keberhasian dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, siswa autis melalui post test sebagai Alat Ukur Guru. (AUG). (6) Dukungan Sistem Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. Dukungan sistem adalah dukungan yang diberikan kepada semua guru di SD Inklusif dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa autis. Dukungan yang diberikan dalam implemnetasi model bimbingan perkembangan perkembangan tingkah laku ditujukan kepada: (a) kemampuan guru yang mengajar siswa autis di SD Inklusif. (b) sekolah dalam menyediakan fasilitas, sarana prasarana, yang dapat menunjang kegiatan dalam menerapkan model bimbingan perkembangan tingkah laku kepada siswa autis. (c) program pendidikan dalam melakukan kolaborasi dengan para ahli, seperti dokter, psikater, psikolog, dan orang tua murid. (7) Pelaksanaan Model Bimbingan Perkembangan Tingkah laku untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Autis. Penerapan model bimbingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa autis dilakukan selama 3 bulan. Pelatihan pemahaman materi model bimbingan dan pelatihan dilaksanakan satu kali satu minggu selama 40 menit secara langsung menerapkan model bimbingan kepada siswa autis. KESIMPULAN Hasil pembahasan dan hasil observasi selama melaksanakan peneitian diperoleh suatu hasil bahwa : 1. Kemampuan komunikasi siswa autis sebelum memperoleh perlakuan model bimbingan perkembangan tingkah laku sangat rendah, siswa autis dalam komunikasi menggunakan bahasa echolia atau membeo, masih diulang-ulang, 2. Dampak hambatan dalam berkomunikasi mengakibatkan siswa autis sering tantrum atau mengamuk kepada siapa saja dan sering tidak diketahui penyebab mengamuk. 3. Kemampuan siswa autis dapat ditingkatkan ketika guru menerapkan bimbingan model tingkah laku. Peningkatan baru mulai kelihatan setelah melaksanakan siklus kedua secara signifikan. 4. Latihan wicara yang lebih serius dan penjelasan yang lebih baik dapat meningkatkan kemampuan omunikasi. 5. Peningkatan kemampuan komunikasi disesuaiakan dengan potensi yang dimiliki masingmasing siswa. Peningkatan kemampuan komunikasi siswa autis sangat lamban sekali sehingga diperlukan latihan yang kontinyu. 6. Upaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis harus dilakukan dengan menggunakan berbagai alat media cetak atua elektronik untuk membantu pengucapan atau dalam bicara. 115 7. Latihan bicara dilakukan dengan menggunakan gambar akan lebih mempercepat kemampuan bicara, sehingga perlu penguasaan pengetahuan dan ketrampilan guru Hasil Pembahasan penerapan model bimbingan perkembangan tingkah laku mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa autis, walaupun peningkatan masih dirasakan lamban. Latihan secara kontinyu, kesabaran merupakan kunci keberhasilan guru dalam meningkatkan kemmapuan komunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu hambatan yang terjadi pada setiap siswa autis. Hambatan lain yang sering terjadi adalah ketrampilan, perhatian dan sosial. Perlu ada suatu model untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan, perhatian dan sosial siswa autis. DAFTAR PUSTAKA Arnold, Johann Cristoph. ( 2002 ). Bahaya ; Anak Anda dalam Bahaya. Jakarta: Grasindo. Ahmadi, Abu. ( 1991 ). Psikologi Perkembangan: Jakarta: Rineka Cipta. Burhan Bungin, H.M. ( 2008 ). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Corey, Gerald. ( 1995 ). Teori dan Praktek Dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press. Charman, Tony & Stone, Wendy. ( 2006 ). Social and Communication Development in Autism Spectrum Disorders. New York: The Guilford Press. Fachruddin Saudagar, Ali Idris, ( 2009 ). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta : GP. Press. Furqon. ( 2005 ). Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling untuk Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Bani Quarisy. Fauzia Wardhani, Yurike, dkk. 2009. Apa dan Bagaimana Autisme Terapi Medis Alternatif. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung : Alfabeta. Handojo, Y. 2003. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta : PT. Luxima Metro Media Mulyadi, Kresno. 2011. Autism is Treatable. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo 116