PERKEMBANGAN BAKTERI PROBIOTIK DAN NILAI ORGANOLEPTIK MINUMAN FERMENTASI DARI MEDIA NIRA AREN (Arenga pinnata Merr), NIRA TEBU (Saccharum officinarum L.) DAN AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) SKRIPSI SARJANA BIOLOGI Oleh: MUHARANI B.P 07133050 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 ABSTRAK Penelitian tentang Perkembangan Bakteri Probiotik dan Nilai Organoleptik Minuman Fermentasi dari Media Nira Aren (Arenga pinnata Merr.), Nira Tebu (Saccharum officinarum L.) dan Air Kelapa (Cocos nucifera L.)” telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2011 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dianalisa deksriptif dan nilai organoleptik dianalisa dengan menggunakan Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon, dengan menggunakan tiga (3) jenis media fermentasi, yaitu nira aren, nira tebu dan air kelapa yang difermentasi oleh bakteri probiotik selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri probiotik pada jam ke-48 adalah 1,60 x 109 cfu/ml pada air kelapa, 42,5 x 109 cfu/ml pada air tebu, dan 26,5 x 109 cfu/ml pada nira aren. Sedangkan total bakteri probiotik optimum terdapat pada jam ke-24 dengan jumlah 45,35 x 1013 cfu/ml dengan pH 5,58 dan kadar gula sisa 12,05 % Brix pada nira aren, 34,50 x 1013 cfu/ml dengan pH 4,43 dan kadar gula sisa 13 % Brix pada air tebu, 4,290 x 1013 cfu/ml pada pH 5,05 dan kadar gula sisa 4,3 % Brix pada air kelapa. Nilai organoleptik terhadap rasa minuman probiotik nira aren, air tebu dan air kelapa cenderung diterima dan disukai oleh panelis dengan nilai organoleptik tertinggi yaitu 3,40 pada nira aren dan terendah yaitu 2,07 pada air kelapa. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, minuman probiotik sedang populer di kalangan masyarakat. Berbagai macam minuman berbasis kesehatan telah banyak beredar di pasaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sadar akan pentingnya probiotik. Sebagai contoh yaitu yoghurt, yang mengandung bakteri probiotik. Bakteri probiotik ini mampu bertahan hidup di saluran pencernaan manusia dan dapat menekan pertumbuhan bakteri “jahat”. Minuman probiotik merupakan minuman dengan kandungan bakteri probiotik di dalamnya. Jenis-jenis minuman probiotik antara lain seperti susu fermentasi, yogurt, dan lain-lain. Probiotik memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia. Probiotik dapat membantu kelancaran fungsional metabolisme tubuh. Umumnya produk probiotik mengandung 4 bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophillus, Bifidobacerium sp. dan Streptococcus thermophillus. Keempat bakteri ini tidak bisa dipisahkan dari dunia probiotik karena peranannya dalam melakukan fermentasi asam laktat pada produk-produk probiotik. Bahan dasar dari minuman probiotik terbagi atas dua, yaitu susu dan non susu. Minuman probiotik yang terbuat dari susu seperti susu fermentasi. Sedangkan yang terbuat dari non susu contohnya kedelai yang terkenal dengan nama soygurt. Bahan dasar minuman probiotik non susu sebenarnya sangat banyak. Karena probiotik menyukai gula sederhana dengan mengandung sedikit unsur nitrogen, sehingga probiotik dapat tumbuh dan berkembang pada media yang mengandung gula sederhana dan protein. Oleh karena itu, untuk media probiotik bisa digunakan cairan tumbuhan yang mengandung gula dan kandungan nutrisi lainnya, seperti nira aren (Arenga pinnata Merr), nira tebu (Saccharum officinarum L.), dan air kelapa (Cocos nucifera L.). Minuman probiotik yang beredar di masyarakat saat ini, kebanyakan merupakan minuman yang terbuat dari bahan susu. Tapi sayangnya, ada beberapa dari masyarakat yang tidak menyukai susu dan terkadang memiliki kelainan pencernaan di mana mereka tidak dapat mencerna susu (Lactose Intolerance). Sehingga apabila mereka tetap meminum susu, maka akan berakibat muntah dan reaksi alergi lainnya. Nira aren merupakan cairan yang berasal dari penyadapan pada bunga jantan maupun betina pohon aren (Arenga pinnata Merr.) dan menjadi minuman yang cukup dikenal oleh masyarakat. Nira aren dapat dibuat menjadi minuman maupun diproduksi menjadi gula (gula merah). Nira memiliki rasa yang manis karena mengandung gula. Bakteri probiotik akan dapat tumbuh dan berkembang pada substrat yang mengandung gula dan merombak senyawa gula tersebut menjadi asam laktat. Oleh karena itu, bakteri probiotik dapat tumbuh dan berkembang pada media nira aren. Sehingga nira aren juga dapat dijadikan minuman probotik dengan penambahan bakteri probiotik ke dalamnya. Nira tebu merupakan cairan dari tanaman tebu yang tumbuh biasanya di daerah tropis. Menurut Yukamgo (2007), nira tebu merupakan bahan baku utama dalam produksi gula. Air gula pada batang tebu mencapai 20 % mulai dari pangkal sampai ujungnya, dan kadar air gula di bagian pangkal lebih tinggi dari pada bagian ujung. Dengan kadar gula tersebut, bakteri asam laktat diharapkan dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat dihasilkan organoleptik yang baik. Demikian juga halnya dengan cairan tumbuhan yang lain seperti air kelapa yang juga mengandung banyak khasiat untuk kesehatan tubuh kita. Air kelapa mengandung protein, lemak, mineral, karbohidrat, dan berbagai vitamin (C dan B kompleks) yang amat baik untuk kesehatan dan kecantikan (Nadira, 2006). Minuman probiotik merupakan minuman sehat karena mengandung probiotik. Sementara itu nira aren, nira tebu dan air kelapa juga sehat, mengandung gula, bernilai gizi dan tidak mengandung alkohol sehingga dapat dijadikan minuman penyegar. Dengan sifat-sifat dari cairan tumbuhan tersebut, maka alangkah baiknya jika nira aren, nira tebu dan air kelapa dijadikan minuman probiotik. Dengan demikian, masyarakat juga dapat menikmati alternatif lain dari minuman probiotik yang kebanyakan berasal dari susu, yaitu nira aren, air kelapa maupun nira tebu. Dalam arti kata, ketiga cairan tumbuhan tersebut merupakan alternatif lain dari susu sebagai bahan minuman probiotik. Untuk itu, perlu diketahui perkembangan fermentatif bakteri probiotik di dalam masing-masing media tersebut, sehingga dapat ditentukan waktu yang efektif (optimum) dalam lama fermentasi untuk menghasilkan total populasi probiotik tertinggi saat pemanenan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah perkembangan total probiotik di dalam nira aren, nira tebu dan air kelapa? 2) Bagaimanakah perkembangan nilai pH dan kadar gula dalam minuman fermentasi nira aren, nira tebu dan air kelapa? 3) Saat manakah dihasilkan total probiotik tertinggi pada masing-masing media fermentasi? 4) Bagaimanakah nilai organoleptik (rasa) pada masing-masing media setelah 48 jam fermentasi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui perkembangan total probiotik di dalam nira aren, nira tebu dan air kelapa 2) Mengetahui perkembangan nilai pH dan kadar gula dalam minuman fermentasi nira aren, nira tebu dan air kelapa 3) Mengetahui waktu yang efektif untuk menghasilkan total populasi probiotik tertinggi dalam pembuatan minuman fermentasi dari media nira aren, nira tebu dan air kelapa 4) Mengetahui nilai organoleptik (rasa) pada masing-masing media setelah 48 jam fermentasi Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang probiotik serta memberikan informasi bahwa minuman probiotik dapat dibuat dari nira aren, nira tebu dan air kelapa. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Media nira aren, nira tebu dan air kelapa cocok untuk dijadikan minuman probiotik dengan total bakteri probiotik optimum tertinggi yaitu pada nira aren dihasilkan 45,35 x 1013 cfu/ml, pada nira tebu 34,50 x 1013 cfu/ml dan air kelapa 4,29 x 1013 cfu/ml. 2. Penurunan nilai pH tertinggi terdapat pada nira aren yaitu 1,49, selanjutnya pada nira tebu 0,96 dan air kelapa 0,79. Sedangkan penurunan kadar gula tertinggi terdapat pada nira tebu yaitu 4,15 % Brix, selanjutnya pada nira aren 2,95 % Brix dan air kelapa 1,9 % Brix. 3. Waktu yang efektif dalam pembuatan minuman probiotik dari nira aren, nira tebu dan air kelapa adalah pada jam ke-24, yaitu saat tercapainya total probiotik tertinggi. 4. Nilai organoleptik pada produk minuman probiotik dari nira aren yaitu 3,40 (suka), air tebu 3,00 (suka) dan air kelapa 2,07 (agak suka). 5.2 Saran Dari penelitian ini disarankan penelitian tentang bakteri probiotik berikutnya agar lama fermentasi kurang dari 48 jam. Karena pertumbuhan optimum terjadi pada jam ke-24. Di samping itu, disarankan untuk melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan produk minuman probiotik lain yang berasal dari non susu yang belum tereksplorasi agar meningkatkan nilai potensi dari minuman tersebut. DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonimous. 2006. Kimia. http://books.google.co.id. 22 Maret 2011. _________. 2007. Probiotik dari Tapai Ketan. http://www.republika.co.id. 30 Januari 2007. _________. 2009. Pengolahan Gula Tebu. http://lordbroken.wordpress.com. 15 Januari 2011. _________. 2010a. Menyadap Pohon Aren. http://arenindonesia.wordpress.com. 9 November 2010. _________. 2010b. Kelapa (Cocos nucifera Linn). http://forum.um.ac.id. 13 Januari 2011. _________. 2011a. Budidaya Kelapa. http://www.dekindo.com. 2 Januari 2011. _________. 2011b. Tryptone Glucose Extrac Agar. http://www.arb-ls.com. 24 Maret 2011. Ardana, A. 2010. Manfaat Air Kelapa Muda bagi Penyembuhan Racun dan Jerawat. http://www.agusta27.info. 2 Januari 2011. Chaniago, A. 2010. Mikroflora Alami pada Fermentasi Asam Durian Secara Spontan. Skripsi Sarjana Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Padang. Djarwanto, P. S. 1983. Statistik Non Parametrik. BPFE. Yogyakarta. Darojat, D. 2011. Penggunaan Briket Batubara dalam Pengolahan Gula Merah Cetak dan Pengolahan Gula Merah Pasta dari Nira Aren (Arenga pinnata Merr.). 2 Oktober 2011. Effendi, D. S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Nira Aren (Arenga pinnata Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Indonesian Center for Estate Crops Research and Development 9 (1): 36-46. Erickson, L. E. 2004. Lactic Acid Fermentation. National Agricultural Biosecurity Center. Kansas State University. Garro, M. S. 2005. Biological activity of Bifidobacterium longum in response to environmental pH. Applied Microbial And Cell Physiology (2006) 70: 612617. Guarner F. and Malagelada. 2003. Gut flora in health and disease. The Lancet. Volume 361: 512-519. 8 Februari 2003. Gunsalus, I. C. and Charles F. Niven. 1942. The Effect of pH on the Lactic Acid Fermentation. www.jbc.org. 13 Desember 2010. Hardiningsih, R., R. Nonta, R. Napitupulu, T. Yulinery. 2006. Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Rendah. Biodiversitas. 7 (1). 15-17. ISSN 1412-033X Haryanto, R. 2004. Antara Antibiotik, Probiotik dan Prebiotik. http://www. pikiranrakyat.com. 9 November 2010. Her, S. L. 2004. A repeated batch process for cultivation of Bifidobacterium longum. J Ind Microbiol Biotechnol (2004) 31: 427–432. Kiswanto, Y. dan S. Saryanto. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Air Kelapa terhadap Produksi Nata de Coco. http://images.institutyogyakarta. multiply.multiplycontent.com. 2 Januari 2011. Kusumanto, Dian. 2011. Kebun Aren. http://kebunaren.blogspot.com. 22 Maret 2011. Kwantes, J. 1998. Lactobacillus acidophillus. http://web.umr.edu. 21 Desember 2006. Lahay, R.R. 2009. Pemuliaan Tanaman Tebu. http://repository.usu.ac.id. 2 Januari 2011. Lee, Y. and Siew-Fai Wong. 1993. Stability of Lactic Acid Bacteria in Fermented Milk. In: Salminen,S. and Atte von Wright. 1993. Lactic Acid Bacteria. Marcel Dekker Inc. New York. 97-107. Lichstein, H. C and P. P. Cohen. 1944. Transamination in Bacteria. http://www.jbc.org. 24 Maret 2011. Listyanto. 2010. Budidaya Tanaman Tebu. http://www.internetjakarta.com. 2 Januari 2011. Lunggani, A. T. 2007. Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergillus flavus. Bioma. 9 (2) : 45-51. ISSN 1410-8801. Lyles, Sanders. 1969. Biology of Microorganisms. Toppan Company, Ltd. Tokyo. Maisyah, R. 2009. Metode sterilisasi. http://rgmaisyah.wordpress.com. 22 Maret 2011. Marsigit, W. 2005. Penggunaan Bahan Tambahan pada Nira dan Mutu Gula Aren yang Dihasilkan di Beberapa Sentra Produksi di Bengkulu. Jurnal penelitian UNIB 11 (1): 42-48. Mega, M. 2008. Isolasi Khamir Nira Aren dan Potensinya dalam produksi Etanol. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Nadira. 2006. Multikhasiat Air Kelapa. http://www.dekindo.com. 2 Januari 2011. Nur, H. S. 2009. Suksesi Mikroba dan Aspek Biokimiawi Fermentasi Mandai dengan Kadar Garam Rendah. Makara Sains. 13 (1) : 13-16. Nurhidayati, T. 2003. Pengaruh konsentrasi enzim papain dan suhu fermentasi terhadap kualitas keju Cottage. KAPPA. 4 (1) : 13-17. ISSN 1411-4046. Nurmiati, I. Agus dan Periadnadi. 2006. Kajian Potensi dan Selektifitas Probiotik Alami dalam Upaya Perbaikan Mutu Makanan Tradisional. Laporan Hasil Penelitian Dasar Dirjen DIKTI-2006. 1 Februari 2006. Pato, U. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Dadih untuk Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur Indonesia 5 (2). 162-166. ISSN 1410-9379. Prangdimurti, E. 2001. Probiotik dan Efek Perlindungannya terhadap Kanker Kolon. Makalah Falsafah Sains. 31 Desember 2001. Praweda. 2010. Biologi. http://kambing.ui.ac.id. 13 Desember 2010. Prevost, H. C. Divies and E. Rousseau. 1985. Continuous Yoghurt Production with Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus Entrapped in CaAlginate. Biotechnology Letters 7 (4): 247-252. Pribadi, N. 2009. Aren, Sumber Energi Alernatif. Warta Pengembangan dan Penelitian Pertanian 31 (2): 1-3. Ratnakomala, S., R. Ridwan, G. Kartina dan Y. Widyastuti. 2006. Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Biodiversitas. 7 (2). 131-134. ISSN 1412-033X. Rindiastuti, Y. 2008. Aspek Immunologi Probiotik. http://www.google.co.id. 14 Desember 2010. Salminen, Seppo and Atte Von Wright. 1993. Lactic Acid Bateria. Marcel Dekker Inc. New York. Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum Ed. Ke-6. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Schmidt and Hansens. 2006. Refractometer. http://www.Schmidt-Haensch. 22 Maret 2011. Steinberg, M. L and Cosloy, S. D. 2006. The Facts on File Dictionary of Biotechnology and Genetic Engineering. http://books.google.co.id. 22 Maret 2011. Suin, N. M. 2005. Rancangan Percobaan dan Statistika Non Parametrik. Universitas Andalas. Padang. Sujaya, N. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner 9 (2): 52-59. Surahman, D. N. 2005. Pengaruh Jenis Penstabil (Gelatin dan Agar Batang) dan Konsentrasi Penstabil terhadap Produk Soyghurt. Widyariset. 8 (1). 144-156 Susanto, R. 2010. 8 Keajaiban Minum Air Kelapa. http://acil.menlh.go.id. 2 Januari 2011. Suryono, 2003. Produk Olahan Susu Fermentasi Tradisional yang Berpotensi sebagai Pangan Probiotik. IPB. Bogor. Tampubolon, L. 2008. Pembuatan Material Selulosa-Kitosan Bakteri dalam Medium Air Kelapa dengan Penambahan Pati dan Kitosan Menggunakan Acetobacter xylinum. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Woodland, D. W. 1997. Contemporary Plant Systematic Second Edition. Andrews University Press. Michigan. Widowati, S. dan Misgyarta. 2002. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. 360-373. Yukamgo, E. dan Nasih. 2007. Peran Silikon sebagai unsur bermanfaat pada tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7 (2): 103-116.