JATI RISMAWATI F1206098

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN
JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)”
(Studi pada Perusahaan Go public di BEI)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh:
JATI RISMAWATI
F1206098
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit
to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
¨ “Karena
Sesungguhnya
Sesudah
Kesulitan
Ada
Kemudahan, Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu
Ada Kemudahan”. (QS. Al Insyirah : 94: 6,7)
¨ “Semakin Malam Semakin Dekat Dengan Fajar,
Semakin Berat Persoalan Semakin Dekat Dengan
Jalan Keluar”.
¨ “It’s true you don’t know what you’ve got until it’s
gone, but it’s also true You don’t know what you’ve
been missing until it arrives!!! Jadi….Berhentilah
Mengeluh,
Hadapilah
Manis
Pahitnya
Hidup
Dengan Bersyukur Terhadap Semua Yang Telah
TUHAN Berikan....
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan syukur kepada Allah dan rasa terima kasih
kepada Rosullnya, sebuah karya kecil ini kupersembahkan
untuk:
v Orangtua tercinta. Bapak dan Ibu.
v Kakakku. Mas Jati dan Mba Rusi.
v Keluarga Besar Rono Atmojo
v Sahabat dan Teman-Teman Manajemen
Non Reguler Angkatan ’06.
v Sahabat-sahabatku Penghuni Kost Bardoe.
v Almameterku.
Sebagai penghargaan atas pengertian dan
dukungannya
commit
to user selama penyusunan skripsi ini
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil ’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan
Jangka Panjang pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO)” (Studi pada Perusahaan Go Public di BEI). Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, dorongan, petunjuk, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Sehingga
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. Atmadji, M.M selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi
kepada penulis.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Endang Suhari, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen.
4. Drs. Wiyono, M.M selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Non Reguler
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Lilik Dwi Sunardianto, SU selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan selama masa studi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengaharapkan masukan dan kritikan yang
membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 16 September 2010
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …..…………………………………………………...........
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
HALAMAN MOTTO………....………………………………………................
HALAMAN PERSEMBAHAN…....…………………………………................
KATA PENGANTAR………………....……………………………...................
DAFTAR ISI ……….…………………………………………………...............
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………................
DAFTAR TABEL ...........................………….........……………………….……
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
ABSTRAK ………………………………………………………………...….....
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xii
xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….......
B. Rumusan Masalah................…………………………………............
C. Batasan Masalah..................................................................................
D. Tujuan Penelitian ................................................................................
E. Manfaat Penelitian...............................................................................
1
8
9
9
10
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
12
1. Initial Public Offering....................................................................
12
2. Kinerja Saham…………………………………............................ 20
3. Pasar Modal…………………………............................................ 33
4. Wealth Relative Index……………................................................ 33
5. Underpricing……..........................................................................
34
6. Manajemen Laba di Seputar IPO………………………………...
45
B. Penelitian Terdahulu …………………………………………….......
47
C. Kerangka Pemikiran …………………………………………............ 51
commit to user
D. Perumusan Hipotesis…………………………………………............
52
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………...... 54
1. Tujuan Studi……………………………………………………………
54
2. Lingkungan Penelitian………………………………………………….
55
3. Unit Analisis……………………………………………………………
55
4. Horison Waktu………………………………………………………….
55
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................
1. Populasi………………………………………………………......
2. Sampel ....................................…..…………………………….....
3. Teknik Sampling…………………………………………………
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………………...........
D. Sumber dan Jenis Data.........................................……………….......
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...
F. Metode Analisis Data ………………………………………............
1. Uji Normalitas Data……………………………………….....................
2. Uji Parsial (Uji t)……………………………………………………….
56
56
56
57
58
61
62
63
63
63
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif .............................................................................
68
B. Analisis Data………………………....................................................
73
1. Pengujian Normalitas Data ............................................................ 73
2. Hasil Pengujian Hipotesis ……………………………………………
C. Pembahasan………………………...............................................................
74
77
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….......
82
B. Keterbatasan....................................……………………………...... 83
C. Implikasi .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR
2. 1.
Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………..….... 51
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL
1. 4.1. : Gambaran Umum Sampel Perusahaan yang IPO
Periode 2005-2007………………………………………………….. 68
2. 4.2. : Daftar Perusahaan yang Memenuhi Syarat ………………………... 69
3. 4.3. : Statistik Deskriptif Perusahaan Abnormal Return ................……... 70
4. 4.4. : Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov ..........................................................
73
5. 4.5. : Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Setelah IPO.........................................................................................
74
6. 4.6. : Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang…….
76
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1.
Hasil Uji Normalitas
2.
Hasil Statistik Deskriptif
3.
Hasil Uji Beda One Sample T-Test Abnormal Return Jangka Pendek dan
Jangka Panjang
4.
Hasil Uji Beda T-Test Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang
5.
Rata-Rata Abnormal Return
6.
Rata-Rata Return Saham, Return Pasar dan Wealth Relative
7.
Rata-Rata Return Saham dan Return Pasar
8.
Wealth Relative Index
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
“ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN
JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)”
(Studi pada Perusahaan Go public di BEI)
JATI RISMAWATI
NIM :F1206098
Penelitian ini merupakan studi peristiwa atau event study. Dalam
penelitian ini, untuk dapat mengetahui terjadinya reaksi pasar terhadap
pengumuman IPO adalah dengan mencari ada tidaknya abnormal return yang
diperoleh para investor jika membeli saham penawaran perdana. Tujuan penelitian
ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka
panjang dan jangka pendek, serta untuk memperoleh bukti empiris adanya
perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham jangka panjang
pada perusahaan go public di Indonesia.
Kinerja saham diukur dengan menggunakan abnormal return. Periode
penelitian diambil pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Dengan teknik
purposive sampling didapatkan 33 sampel perusahaan yang melakukan IPO pada
periode tersebut. Data yang digunakan adalah kombinasi data antara time series
dan cross section. Alat analisis data yang digunakan meliputi pengujian
normalitas, uji parsial (uji t) antara lain uji beda paired sample t-test dan uji beda
one sample t-test.
Dari hasil penelitian uji beda one sample t-test dapat diketahui bahwa
kinerja saham dalam jangka panjang mengalami underperformance dan kinerja
saham jangka pendek mengalami outperformance.
Sedangkan hasil penelitian uji beda paired sample t-test dapat diketahui
bahwa tidak adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek dengan kinerja
saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
Kata kunci: initial public offerings (IPO), abnormal return, underperfomance,
outperformance, kinerja saham jangka panjang, kinerja saham
jangka pendek.
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
“ANALISIS PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN
JANGKA PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)”
(Studi pada Perusahaan Go public di BEI)
JATI RISMAWATI
NIM :F1206098
This research represents event study or study event. The objective of this
study is to find empirical evidence about performance share in the short run and in
the long run period, and also to find empirical evidence about existence of
difference of share performance in the short run with the long run share
performances at company of go public in Indonesia.
Share performance measured with abnormal return. There are 42
companies that issued IPO during 2005-2007. After choosing them with purposive
sampling method, there are 33 companies to be analyzed in this study. Analyze of
data method which is used consists of descriptive statistical analysis and
statistical analysis of inferential for the examination of done hypothesis by
using t test to two sample which is paired (paired sample t test) and one sample t
test.
Result from one sample t-test show that in the short run, the performance
is outperformed and in the long run, the performance is underperformed. Result
from paired sample t-test show that there is no significant defference between
short and long run stock performance in companies issued IPO.
Keyword: initial public offerings (IPO), abnormal
underperformance, outperformance.
commit to user
ii
return,
performance
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPO (initial public offering) atau penawaran saham perdana merupakan
saat yang terpenting yang dilakukan suatu perusahaan privat untuk
memperoleh dana tambahan yang digunakan untuk pembiayaan dan ekspansi
perusahaan. Salah satu syarat yang ditetapkan oleh pengawas pasar modal
untuk perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (initial
public offering) adalah menyediakan dokumen prospektus. Informasi yang
disajikan dalam prospektus adalah laporan keuangan perusahaan yang berisi
informasi keuangan dan nonkeuangan yang secara teoritis informasi keuangan
memang merupakan salah satu sumber utama dalam proses penentuan harga
suatu IPO. Informasi keuangan dapat diperoleh melalui laporan keuangan
yang terdiri atas neraca, laporan laba atau rugi, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan. Sebaliknya, informasi nonkeuangan berisi informasi
tentang penjamin emisi, auditor independen, konsultan hukum, nilai
penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan
informasi lain yang mendukung (Kim et al., 1993)
Keputusan untuk going public atau tetap menjadi perusahaan privat
merupakan keputusan yang harus dipikirkan masak-masak. Jika perusahaan
memutuskan untuk going public dan melemparkan saham perdananya ke
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
public (Initial Public Offerings), isu utama yang akan muncul adalah tipe
saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk
selembar sahamnya dan kapan waktunya yang paling tepat (Jogiyanto, 2004).
Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi
efek). Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga
perdana yang tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha
untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Dalam tipe penjaminan full
commitment, pihak underwriter akan membeli saham yang tidak terjual di
pasar perdana. Keadaan ini membuat underwriter tidak berkeinginan untuk
membeli saham yang tidak laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan
bernegosiasi dengan emiten agar saham-saham tersebut tidak terlalu tinggi
harganya, bahkan cenderung underpriced.
Sebagai penjamin emisi, underwriter lebih sering berhubungan dengan
pasar daripada emiten sehingga pihak underwriter dimungkinkan mempunyai
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan emiten. Emiten adalah
pendatang baru yang belum mengetahui seperti apa keadaan pasar yang
sebenarnya. Kondisi asimetri informasi inilah yang menyebabkan terjadinya
underpricing, di mana underwriter merupakan pihak yang memiliki kelebihan
informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil risiko
(Husnan, 1991).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
digunakan oleh investor potensial dan underwriter untuk menilai perusahaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
yang akan go public. Agar laporan keuangan dapat lebih dipercaya, maka
laporan keuangan harus diaudit. Salah satu persyaratan dalam proses go public
adalah laporan keuangannya telah diaudit oleh KAP (Keputusan Menteri
Keuangan RI No 859/KMK.01/1987). Laporan keuangan yang telah diaudit
akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar kepada pemakainya.
Adanya laporan keuangan yang dapat dipercaya pemakai tersebut akan
mengurangi terjadinya asimetri informasi (Rosyati dan Sabeni, 2002).
Underpricing adalah penentuan harga saham di pasar perdana lebih
rendah daripada harga di pasar sekunder untuk saham yang sama. Harga
perdana yang underpriced akan memberikan initial return yang positip bagi
investor segera saham tersebut mulai diperdagangkan di pasar bursa.
Underpricing merupakan fenomena yang menarik karena dialami oleh
sebagian besar pasar modal di dunia. Beberapa penelitian membuktikan
fenomena ini, antara lain di New York Stock Exchange (Miller dan Keilley,
1987), di UK (Herbert, 1981), di Hongkong (Dawson, 1985), di Korea (Kim,
et al., 1993; Guness, 1988), di Kanada (Clarkson dan Simunic, 1992), di
Australia (Philip, et al., 1995) dalam Trisnawati (1999). Di Indonesia,
fenomena serupa ditemukan oleh Husnan (1996), dalam penelitiannya yang
menyimpulkan bahwa IPO pada perusahaan-perusahaan privat maupun
perusahaan milik negara (BUMN) biasanya mengalami underpriced.
Pada saat IPO terdapat kecenderungan terjadinya underpricing
(Hanafi, M. dan Suad Husnan,1991). Di beberapa negara berkembang di
Amerika Latin gejala adanya underpricing dalam jangka pendek juga terjadi,
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tetapi dalam jangka panjang kondisi sebaliknya (overpricing) yang terjadi
(Aggarwal et al., 1993). Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat
meminimalisasi
underpricing
karena
terjadinya
underpricing
akan
menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor
(Beatty, 1989).
Apabila terjadi underpricing, dana yang diperoleh perusahaan dari go
public tidak maksimum. Sebaliknya, bila terjadi overpricing, maka investor
akan merugi karena mereka tidak menerima initial return. Initial return (IR)
adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham saat IPO dengan
menjualnya pada hari pertama. Underpricing disebabkan oleh adanya asimetri
informasi (Beatty, 1989 dalam Daljono, 2000; Beatty dan Ritter, 1986). Studi
yang memfokuskan asimetri informasi antara pemilik dengan investor
dilakukan oleh Leland dan Pyle (1977). Di dalam menentukan harga, pihak
penentu harga sangat memperhatikan informasi perusahaan. Apabila di antara
mereka tidak memiliki informasi yang lengkap tentang perusahaan, maka akan
terjadi perbedaan harga. Perbedaan harga di kedua pasar tersebut mestinya
dapat dihindarkan apabila penentu harga di kedua pasar tersebut memiliki
informasi yang sama terhadap perusahaan go public.
Hudiyanto (2002), meneliti mengenai besaran underpricing penawaran
saham perdana: sebelum dan sesudah krisis moneter bulan Juli 1997.
Penelitian mengambil sampel dari semua emiten-emiten yang melakukan IPO
di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1996 sampai dengan 2000. Dengan abnormal
return ukuran dari underpricing sebagai variabel terikat dan kondisi pasar
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode
tahun 1996 sampai dengan tahun 2000, saham perdana mengalami
underpricing sebesar 21,96% secara rata-rata dan siginifikan pada saat
pertama kali diperdagangkan. Perhitungan tersebut menggunakan metode
market adjusted abnormal return. Penelitian juga mendapatkan fakta bahwa
kondisi bursa yang terpengaruh oleh krisis moneter Juli 1997 mempengaruhi
secara signifikan terhadap tingkat underpricing.
Mahartha (2007), meneliti perilaku harga saham perusahaan keuangan
pada penawaran IPO di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2002 dengan abnormal
return ukuran dari underpricing sebagai variabel terikat, Return on Equity
(ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel bebas. Sampel yang
diambil yaitu semua perusahaan keuangan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Jakarta periode 1999-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Debt
to Equity Ratio (DER) yg relative lebih besar dapat memberikan pengaruh
positif terhadap tingkat underpricing dan sebaliknya tingkat ROE yg relatif
lebih besar dapat memberikan pengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal, et al. (1993) menyatakan
bahwa
kinerja
IPO
dalam
jangka
pendek
menunjukkan
terjadinya
underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif. Prastiwi
dan Kusuma (2001) meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di
Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO
jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan kinerja jangka panjang
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance).
Jain dan Kini (1994) menyatakan bahwa terdapat penurunan kinerja
operasi perusahaan setelah IPO. Penurunan kinerja tersebut merupakan
indikasi telah terjadinya menajemen laba menjelang IPO. Manajemen laba
didefinisi sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa
keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada
saat IPO mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk melakukan
manajemen laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian (Richardson,
1998), dalam M.G Kentris (2004), membuktikan bahwa semakin tinggi
informasi asimetri, maka semakin tinggi manajemen laba. Aharoney et al.
(1993) membuktikan bahwa tingkat manajemen laba saat IPO pada
perusahaan kecil relatif lebih tinggi daripada perusahaan besar. Hal ini
disebabkan adanya keterbatasan informasi yang tersedia pada perusahaan kecil
yang melakukan IPO daripada perusahaan besar karena perusahaan besar
sebelum IPO pun telah dikenal oleh masyarakat luas.
Dalam penelitian ini ingin melakukan uji beda terhadap variabel
kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang dengan menggunakan
abnormal return sebagai alat ukur untuk periode jangka pendek (3 bulan)
maupun jangka panjang (24 bulan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7
digilib.uns.ac.id
Perusahaan publik yang diukur kinerjanya dalam penelitian ini adalah
perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode Januari
2005 sampai dengan Desember 2007 sebagai populasi penelitian.
Penelitian terhadap kinerja saham baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang dalam kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum
stabil ini masih perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pegangan bagi investor dalam melakukan strategi perdagangan. Dengan
melakukan analisis kinerja saham tersebut, diharapkan investor dapat
mengurangi risiko seminimal mungkin dan dapat menghasilkan return yang
menguntungkan. Dengan mengetahui
kecenderungan kinerja saham pada
saat penawaran perdana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang,
investor dapat menghindari kerugian akibat return yang negatif dari surat
berharga tersebut.
Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti
empiris mengenai kinerja saham jangka panjang dan kinerja saham jangka
pendek pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI), serta untuk
memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kinerja saham jangka pendek
dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
Dalam penelitian ini berdasarkan pada fenomena yang terjadi dan
beberapa penelitian yang sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada data penelitian yang sama-sama diambil
di Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia, dan ada
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel yang pernah diteliti kembali untuk membuktikan kebenaran teori
tersebut apa masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya pada jumlah
sampel dan perusahaan sampel serta periode pengamatan. Berdasarkan alasan
di atas penulis mengadakan penelitian dengan judul : “ANALISIS
PERBEDAAN KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA
PANJANG PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL
PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi pada Perusahaan Go Public di BEI
Tahun 2005 - 2007)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah dalam jangka panjang kinerja saham di pasar modal Indonesia
(BEI) mengalami underperformance?
2. Apakah dalam jangka pendek kinerja saham di pasar modal Indonesia
(BEI) mengalami outperformance?
3. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka pendek
dan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public di
Indonesia?
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Batasan Masalah
Untuk menghindari agar pembahasan masalah dalam penulisan ini
tidak terlalu meluas, maka penulis memberikan batasan-batasan, antara lain:
1. Kinerja saham yang diuji dalam penelitian ini adalah dua macam yaitu:
untuk kinerja saham dalam jangka pendek diuji selama 3 bulan setelah IPO
karena sesuai dengan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh
Arum Prastiwi dan Indra Wijaya (2001), menemukan bahwa abnormal
return yang positif itu masih bisa dinikmati oleh investor sampai tiga
bulan setelah penawaran perdana, dan kinerja saham dalam jangka panjang
diuji selama 24 bulan setelah IPO.
2. Penulisan ini dikhususkan pada perusahaan go public periode tahun 20052007 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2007.
D. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka panjang
pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI).
2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai kinerja saham jangka pendek
pada perusahaan go public di pasar modal Indonesia (BEI).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
3. Untuk memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kinerja saham jangka
pendek dengan kinerja saham jangka panjang pada perusahaan go public
di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam dunia pasar
modal khususnya tentang
perbedaan kinerja saham jangka panjang
maupun kinerja saham jangka pendek pada saat melakukan IPO.
Kegunaan lainnya untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya dan
menjadi dasar dalam kajian berikutnya bagi para peneliti yang berminat
dalam pasar modal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor
Untuk memberikan pegangan bagi investor dalam melakukan strategi
perdagangan. Dengan melakukan analisis kinerja saham tersebut,
diharapkan investor dapat mengurangi resiko seminimal mungkin dan
dapat menghasilkan return yang menguntungkan. Dengan mengetahui
kecenderungan kinerja saham pada saat penawaran perdana baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang, investor dapat menghindari
commit
usersurat berharga tersebut.
kerugian akibat return yang
negatiftodari
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bagi Emiten
Untuk menilai sejauh mana perkembangan perusahaannya di bursa saham
dan menilai kinerja manajemen.
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. LANDASAN TEORI
1. Initial Public Offering (IPO)
a. Definisi Initial Public Offering (IPO)
Pengertian go public menurut Pangastuti dalam Mahfoesdz (1999)
adalah:
“Upaya perolehan dana segar dari masyarakat dengan
mengeluarkan saham baru atau mengeluarkan saham yang ada dalam
portepel”. (Pangastuti dalam Mahfoesdz, 1999).
Saham dan portepel merupakan jumlah saham yang masih dapat
dikeluarkan suatu perusahaan sehingga tidak mengubah modal dasar
perusahaan. Go public merupakan salah satu alternatif pendanaan yang
bisa ditempuh perusahaan jika dilihat dari struktur permodalan.
Definisi lain tentang go public juga dikemukakan oleh Sunariyah
sesuai dengan UU Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar
modal, menyebutkan bahwa
“Penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran
saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan go
public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan
tata cara yang diatur oleh UU dan peraturan pelaksanaanya”. (Sunariyah,
2006:32).
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jogiyanto (2000) mendefinisikan Initial Public Offering (IPO)
sebagai penawaran saham perusahaan untuk pertama kalinya.
b. Tujuan Initial Public Offering
Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat
meningkatkan kebutuhan dana dengan menempuh beberapa alternative
(Jogiyanto, 2000). Pertama, menjual langsung kepada pemegang saham
yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual kepada karyawan lewat
Employee Stock Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat
dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual
langsung kepada pembeli tunggal (misalnya investor institusional) secara
privat. Kelima, menjual kepada publik lewat pasar saham.
Tujuan penawaran umum perdana (Initial Public Offering) adalah
bagian dari prospektus emiten yang berisi pernyataan tentang alasanalasan atau tujuan go public suatu perusahaan.
Pagano et al (1998) menyatakan alasan perusahaan untuk
melakukan go public yaitu:
1) Mengatasi kendala pinjaman
Manfaat yang paling utama adalah memperoleh akses sumber
pembiayaan alternatif selain pinjaman dari bank. Kesempatan bagi
public market untuk mendanai akan bertujuan khusus bagi perusahaan
dengan investasi sekarang dan masa mendatang yang besar, dengan
tingkat leverage dan pertumbuhan yang tinggi. Faktor- faktor inilah
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berhubungan positif dengan keinginan untuk melakukan
penawaran perdana.
2) Mempunyai bargaining yang lebih besar dengan bank.
Dengan memperoleh akses ke bursa efek dan menebarkan
informasi kepada investor, sebuah perusahaan akan melakukan
kompetisi diluar terhadap peminjamnya dan menjamin biaya kredit
yang lebih rendah serta supply pembiayaan dari luar yang besar.
3) Diversifikasi likuiditas dan portofolio
Keputusan untuk go public mempengaruhi tingkat likuiditas
saham perusahaan, dimana tingkat likuiditas merupakan fungsi dari
perdagangan sehingga likuiditas saham akan meningkat seiring dengan
tersebarnya kepemilikan saham yang semula hanya dipegang oleh
beberapa pemegang saham awal.
4) Monitoring
Pasar modal juga dapat memberikan penilaian terhadap
kebijakan yang diambil oleh manajemen. Para pemegang saham dapat
menggunakan informasi yang tersedia untuk menilai apakah kebijakan
manajemen
telah
dilakukan
secara
wajar,
sehingga
nantinya
berpengaruh terhadap harga saham.
5) Pengakuan Investor
Pencatatan saham di bursa yang cukup terkenal dan besar,
commit to user
seolah-olah menjadi pengakuan bagi investor bahwa perusahaan
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut memang cukup layak. Hal ini menumbuhkan kesadaran bagi
investor dan mereka tertarik untuk memilikinya.
6) Perubahan Kontrol
Keputusan untuk go public yang dilakukan oleh pemilik adalah
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik juga
menjadikan penawaran perdana sebagai langkah untuk mengubah
struktur kepemilikan serta memaksimalkan hasil penjualan sahamnya.
Alasan sebuah perusahaan go public adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan akan dana untuk melunasi hutang, baik hutang jangka
panjang maupun jangka pendek sehingga mengurangi beban bunga.
2) Meningkatkan modal kerja.
3) Membiayai perluasan perusahaan.
4) Memperluas jaringan perusahaan.
5) Meningkatkan teknologi.
6) Membayar sarana penunjang (pabrik, perawatan, kantor dan lain-lain).
Kim et al., (1993) mengemukakan ada dua alasan mengapa
perusahaan go public, yaitu karena pemilik lama ingin mendiversifikasikan
portofolio mereka dan karena perusahaan tidak memiliki alternatif sumber
dana lain untuk membiayai proyek investasinya.
Apa pun motivasi go public, perusahaan menginginkan dana yang
terkumpul dari IPO bisa maksimum. Agar perusahaan dapat segera
mendapatkan dana dari pelemparan sahamnya ke publik, perusahaan
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyerahkan masalah yang berkaitan dengan IPO ke underwriter. Dengan
adanya underwriter, perusahaan akan segera mendapatkan dana sebesar
harga IPO. Harga saham saat IPO merupakan kesepakatan antara
underwriter dan perusahaan emiten.
c. Tahapan-tahapan Go Public
Menurut
Mohamad
Samsul
tahapan
go
public
dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1) Rencana Go Public
Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan
kondisi internal perusahaan seperti:
a) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan
komisaris.
b) Kesiapan mental personel.
c) Perbaikan organisasi.
d) Perbaikan sistem informasi.
e) Perbaikan aspek hukum.
f) Perbaikan struktur permodalan.
g) Persiapan dokumen.
2) Persiapan Go Public
a) Penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi.
b) Uji
tuntas
(due
diligence)
dengan
emisi/profesi.
c) Pernyataan pendaftaran
kepada
Bapepam.
commit
to user
penjamin
pelaksana
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Public Expose dan Road show.
3) Pelaksanaan Go Public.
Kegiatan pelaksanaan go public meliputi:
a) Penyerahan dokumen ke Bapepam.
b) Tanggapan dari Bapepam.
c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran.
d) Mini Expose di Bapepam.
e) Penentuan harga perdana.
f) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi.
4) Penawaran umum
Kegiatan penawaran umum meliputi:
a) Distribusi prospektus.
Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan
penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli saham
yang ditawarkan.
b) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan.
c) Periode penawaran (offering period)
d) Periode penjatahan (allotment period)
e) Periode pengembalian dana (refund period)
f) Periode penyerahan saham (delivery period)
g) Periode pencatatan di bursa efek (listing date)
5) Kewajiban dan konsekuensi emiten setelah Go Public
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sesuai
dengan
ketentuan
SK
Menteri
Keuangan
No.
1199/KMK.013/1991, yang dapat melakukan penawaran umum adalah
emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada
BAPEPAM untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat dan
pernyataan pendaftaraan tersebut telah efektif (Sunariyah, 2006:33).
Menurut Sunariyah, sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
No. 1548/KMK.013/1990, perusahaan publik harus memenuhi beberapa
kewajiban sebagai berikut:
1) Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure)
2) Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan.
3) Gaya manajemen yang berubah dari informal ke formal.
4) Kewajiban membayar dividen.
5) Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan
perusahaan.
d. Keuntungan dan Kerugian Go Public
Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham
perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh
pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor.
Sebagaimana biasanya, jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal
tambahan sangat dirasakan. Pada saat tersebut, perusahaan harus
menentukan untuk menambah modal dengan cara hutang atau menambah
jumlah dari pemilikan commit
denganto user
menerbitkan saham baru. Dalam
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengambilan keputusan menjadi perusahaan publik atau tetap menjadi
perusahaan privat perlu dipertimbangkan trade-off antara beberapa faktor
keuntungan maupun kerugiannya.
Jogiyanto (2000) menyebutkan beberapa keuntungan menjadi
perusahaan publik yaitu:
1) Kemudahan dalam meningkatkan modal di masa yang akan datang.
2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
3) Nilai pasar perusahaan diketahui.
Terdapat beberapa kerugian yang timbul disamping keuntungan
yang mungkin diperoleh yaitu:
1) Biaya
laporan
kewajiban
yang
meningkat
untuk menyerahkan
karena
laporan
perusahaan
kuartalan
dan
memiliki
tahunan
kepada regulator (misalnya di Indonesia adalah BAPEPAM).
2) Dampak negatif pengungkapan.
3) Ketakutan untuk diambil alih.
Sedangkan Manfaat go public menurut Darmadji dan Fakhrudin
(2001:43) adalah sebagai berikut:
1) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus.
2) Biaya go public lebih murah.
3) Proses relatif mudah.
4) Pembagian deviden berdasarkan keuntungan.
to tidak
user masuk dalam manajemen.
5) Penyertaan masyarakatcommit
biasanya
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu
perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme.
7) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki
saham perusahaan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
8) Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
9) Memberi kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk
membeli saham.
2. Kinerja Saham
a. Pengertian Saham
Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan,
artinya pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Saham juga
merupakan suatu bentuk modal penyertaan atau bukti posisi kepemilikan
dalam suatu entitas. Saham yang dapat menjadi alat investasi adalah yang
dikenal sebagai emisi yang diperdagangkan secara umum yaitu saham
yang tersedia bagi masyarakat umum dan dibeli serta dijual di pasar
terbuka.
Menurut (Pandji Anaroga 2001:54) saham merupakan tanda
penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas.
Definisi lain tentang saham juga dikemukakan oleh Fabozzi yang
menyebutkan bahwa saham menunjukkan suatu kepemilikan atas bunga
perusahaan. (Fabozzi, 1999 : 29). Jadi saham adalah tanda penyertaan
modal atau tanda bukti pengambilan bagian dalam suatu perseroan
terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
b. Manfaat dari Kepemilikan Saham
Manfaat dari kepemilikan saham yaitu (Anaroga dan pakarti 2001: 59):
1) Dividen, bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik
saham.
2) Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual
dengan harga belinya.
3) Manfaat non-financial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menetukan jalannya perusahaan.
c. Jenis-jenis Saham
1) Berdasarkan Hak Kepemilikan (Jogiyanto 2003: 67) saham dibagi
menjadi:
a) Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh hak
untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh
keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham). Sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi persero,
pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayan
setelah semua dilikuidasi.
b) Saham preferen
Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk
mendapatkan deviden dan atau bagian kekayaan pada saat
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan dilikuidasi dan atau bagian kekayaan pada saat
perusahaan dilikuidasi lebih dulu daripada saham biasa, di samping
itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan
direksi/komisaris.
2) Berdasarkan Fungsinya
Menurut Anaroga (2001 : 100) nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis
yaitu :
a) Par Value (nilai nominal)
yaitu nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi.
Jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan dikalikan dengan nilai
nominalnya dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat
sebagai modal perusahaan di dalam neraca.
b) Base Price (Harga dasar)
Merupakan harga yang terjadi pada saat penawaran perdana. Harga
perdana digunakan dalam perhitungan indeks harga saham.
c) Market price (harga pasar)
Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung
atau jika pasar sudah ditutup (closing price). Harga pasar ini
menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan
di surat kabar atau media lainnya. Untuk menghitung nilai pasar
yaitu harga pasar dikalikan dengan total saham yang beredar
(kapitalisasi pasar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
d. Harga Saham
Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter),
sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar
(permintaan dan penawaran). Apabila penentuan harga saham saat IPO
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di
pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Sebaliknya
apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama,
maka terjadi overpricing. Underpricing dan overpricing merupakan dua
hal atau perilaku saham yang selalu terjadi pada penawaran perdana.
Namun sejalan dari penelitian terdahulu dan banyak dari literatur yang
menyatakan bahwa rata-rata harga saham pada saat masuk pasar sekunder
dihari pertama selalu cenderung terjadi underpricing.
Menurut (Sawidji Widoatmojo 1996:46) harga saham dibedakan
menjadi 3 :
1) Harga nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2) Harga Perdana
Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
commit
to user
emisi (underwritter) dan
emiten.
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi.
Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi antara harga
investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang artinya
harga saham terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran. Menurut
Sitompul, (1996: 175), hal-hal yang dapat mempengaruhi harga saham
adalah:
1) Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang bersangkutan
karena secara otomatis investor akan menjual sahamnya guna
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2) Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang dapat
mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lainnya yang ada di
bursa efek.
3) Kebijakan dividen perusahaan, kebijakan ini memberikan isyarat
mengenai kondisi dan prospek perusahaan terutama mengenai
kemampuan untuk menghasilkan laba.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Cash flow perusahaan, aliran kas perusahaan penerbit saham yang
lebih lancar dan likuid lebih disukai oleh investor karena hal ini
menyangkut likuiditas perusahaan.
5) Tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, tingkat laba yang dicapai
perusahaan menjadi salah satu pertimbangan investor yang akan
melakukan investasinya di pasar modal.
Dalam
membuat
keputusan
investasi
saham,
investor
membutuhkan data historis mengenai pergerakan saham yang beredar
dibursa. Bentuk informasi yang dapat menggambarkan pergerakan harga
saham adalah indeks harga saham. Jenis-jenis indeks harga saham adalah:
1) Indeks Harga Saham Individual
Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga masing-masing saham,
sampai pada tanggal tertentu.
2) Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan terdiri dari: a) seluruh saham, b)
kelompok saham (indeks LQ 45 yang terdiri dari 45 saham dengan
likuiditas tinggi dan indeks Jakarta Islamic Index yang terdiri dari 30
saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah
Islam), c) jenis usaha.
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Deskripsi Kinerja Saham
Definisi Kinerja (performance) di dalam kamus akuntansi
didefinisikan sebagai ukuran hasil yang sesungguhnya dari aktivitas
sejumlah orang atau suatu badan usaha selama beberapa periode (Syahrul
dan Afni, 2000).
Kinerja dalam kamus manajemen didefinisikan sebagai hasil nyata
yang dicapai, kadang digunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang
positif atau juga bisa diartikan sebagai perusahaan secara keseluruhan
dalam menggunakan sumber daya (man, method, machine, material)
dalam perusahaan.
Pengertian kinerja juga dikemukakan oleh Munawir sebagai
berikut:
”Kinerja adalah pengukuran prestasi yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu
perusahaan pada kurun waktu tertentu. Pengukuran prestasi perusahaan
didasarkan atas laba yang dihasilkan dibandingkan dengan investasi
yang ditanam perusahaan”. (Munawir, 2000).
Kinerja saham perusahaan berkaitan dengan perolehan harga dan
nilai saham di pasar modal yang dipengaruhi oleh kinerja operasi dan
kinerja keuangan. Kinerja saham yang positif dapat menarik minat
investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan, selain itu kinerja
perusahaan
yang
baik
akan
menguntungkan
perusahaan
dengan
membangun kesan positif ke pasar dalam pengadaan penjualan saham
tambahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut diatas didukung oleh penelitian A. Muslimin (1995)
yang menyebutkan bahwa kurs saham suatu perusahaan tergantung dari
faktor fundamental yang dapat diketahui dari laporan keuangan
perusahaan yaitu laba bersih perusahaan, deviden setiap saham dan laba
per saham. Faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang positif
terhadap fluktuasi kurs saham. Bila kinerja perusahaan baik maka
umumnya kurs sahamnya meningkat pula. Selain itu pengumuman yang
berhubungan dengan laba dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi harga dari saham (Hartono, 2003:373).
Kinerja perusahaan publik atau perusahaan yang listed di bursa
bagi pemegang saham dapat diartikan dengan prospek perusahaan yang
sahamnya dibeli.
Penilaian atas kinerja suatu perusahaan merupakan faktor
terpenting dalam rangka untuk mengetahui sehat tidaknya kondisi suatu
perusahaan. Penilaian atau pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur
organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997:419). Pada dasarnya
penilaian kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari laporan keuangan akan
dapat diperoleh informasi tentang kondisi dan prestasi perusahaan di masa
lalu, sedangkan untuk masa depan laporan keuangan ini dapat dijadikan
pedoman dan dasar pijakan dalam rangka menetapkan rencana kebijakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
perusahaan di masa depan. Informasi yang didasarkan pada analisis
keuangan mencakup penilaian, keadaan, keuangan perusahaan baik yang
telah lampau, saat sekarang dan ekspektasi masa depan (Husnan, 1994).
Penilaian kinerja perusahaan merupakan upaya untuk mengetahui
prestasi yang ingin dicapai oleh perusahaan sebagai suatu unit usaha yang
umumnya banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap eksistensi perusahaan. Sedangkan pada perusahaan yang go
public, penilaian kinerja sebenarnya merupakan upaya untuk mengetahui
apakah go public akan menimbulkan pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan sebagai satu unit usaha.
Menurut Fabozzy (2003:25), yang dimaksud dengan kinerja saham
adalah:
1) Return saham adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
beberapa periode tertentu, umumnya satu tahun, melalui investasi yang
dilakukan oleh investor.
2) Risk (risiko) saham, pada umumnya diukur sebagai perbedaan
pengembalian dari waktu ke waktu, yaitu berapa besar selisih
pengembalian terhadap rata-rata pengembalian.
1) Return Saham
Dalam melakukan investasi, investor menghendaki tingkat keuntungan
(return) tertentu yang diharapkan untuk masa-masa yang akan datang.
Dengan kata lain, return merupakan hasil yang dinikmati oleh para
pemodal (investor) atas suatu investasi yang dilakukannya. (Prasetio
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Astuti, 2003). Return adalah pengembalian yang diperoleh dalam
berinvestasi selama periode tertentu.
2) Risiko Saham
Expected return dan risiko merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan
dalam
mempertimbangkan
suatu
investasi. Expected
return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar
risiko yang ditanggung, maka akan semakin besar pula expected
return yang ingin diupayakan sebagai kompensasi risiko. Definisi
risiko menurut Vaughan (1997:8) adalah “risk is condition in which
there is possibility of an adverse deviation from a desired outcome that
is expected or hope for”. Sedangkan menurut Jones (2002)
mendefinisikan “risk is the uncertainty that expected outcomes will not
be fulfilled”. Jadi pengertian resiko secara umum adalah sebagai
probabilitas atau kemungkinan atas terjadinya perbedaan antara tingkat
pengembalian aktual dari suatu investasi dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan.
Menurut Jones (2002:127) risiko dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a) Risiko sistematis (systematic risk), yakni risiko yang berpengaruh
terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini
timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial
budaya,
dimana mempunyai pengaruh
commit to user
secara keseluruhan.
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Termasuk dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga,
risiko daya beli. Risiko ini juga disebut indivertible risk.
b) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), yakni risiko yang
melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang unik dari
perusahaan. Risiko ini dapat dikurangi dengan mengadakan
diversifikasi. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko keuangan
dan risiko bisnis. Risiko ini juga disebut diversifiable risk.
f. Kinerja Saham Jangka Pendek setelah IPO
Banyak peneliti menunjukkan bahwa umumnya penawaran
perdana saham adalah underpricing. Para peneliti menunjukkan mean
initial return adalah 4,3547% (Widjaja, 1999), 12,4891% (Rizka, 1995),
dan 39,07% (Prastiwi dan Kusuma, 2001). Return saham akan tetap positif
dalam jangka pendek dan akan negatif dalam jangka panjang.
Dawson (1987) dalam Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti
kinerja IPO untuk tiga Negara yaitu Hongkong, Malaysia, dan Singapura
untuk periode 1978 sampai dengan 1983. sampel yang digunakan untuk
Hongkong dan Malaysia sebanyak 21 perusahaan sedangkan Singapura 39
perusahaan. Hasil yang ditemukan di Hongkong dan di Singapura
konsisten dengan pola di Negara lain, tetapi di Malaysia menunjukkan
kinerja jangka panjang yang masih positip. Kinerja jangka pendek untuk
Hongkong, Singapura, dan Malaysia adalah 13,80% , 39,40%, dan
166,67% , sedangkan kinerja setahun kemudian adalah – 9,3%, -2,7% dan
18,2%.
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Levis dalam Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti IPO di Inggris
dengan mengunakan sampel sebanyak 632 perusahaan pada periode 1980
sampai dengan 1988. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka
pendek adalah 14,08% sedangkan kinerja tiga tahun kemudian adalah –
31%.
Aggarwal et al (1993) meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu
Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak
62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk
Brasilia 9,4%, Chili 4,4%, dan Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun
kemudian adalah –47%, -23,7%, dan –19,6%.
Suatu penjelasan mengenai fenomena underpricing adalah adanya
hipotesis asimetri informasi (Senbert dan Guiness, 1992) dalam Rosyati
dan Sabeni (2002). Informasi asimetri terjadi antara perusahaan emiten
dengan underwriter (model Baron) atau antara informed investor dan
uninformed investor (model Rock). Pada model Baron (1982), penjamin
emisi dianggap memiliki informasi yang lebih tinggi mengenai permintaan
saham perusahaan emiten daripada perusahaan emiten meskipun
perusahaan emiten mungkin melakukan manajemen laba sebelum IPO
untuk meningkatkan harga sahamnya (Friedlan, 1994). Penjamin emisi
akan
memanfaatkan
informasi
yang
dimiliki
untuk
memperoleh
kesepakatan optimal dengan emiten untuk menjual saham yang
underpriced. Underwriter melakukan penjualan saham perdana yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
underpriced brtujuan untuk memperkecil risiko kemungkinan saham tidak
laku dijual serta keharusan membeli saham yang tidak terjual itu (full
commitment).
g.
Kinerja Saham Jangka Panjang setelah IPO
Penelitian mengenai kinerja IPO menunjukkan bahwa pada jangka
panjang terjadi return yang negatif (Aggarwal, et al., 1993). Lebih lanjut
beberapa peneliti (Allen dan Faulhaber, 1989; Grinblatt dan Hwang, 1989;
Welsch, 1989) dalam Rosyati dan Sabeni (2002) menunjukkan bahwa
perusahaan menggunakan underpricing sebagai suatu mekanisme untuk
menandai kualitas perusahaan.
Menurut Ritter (1991), faktor yang bisa menjelaskan terjadinya
underperformance adalah kesalahan dalam pengukuran risiko, bad luck
dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan. Friedlan
(1994) membuktikan bahwa ada kecenderungan perusahaan emiten
melakukan manipulasi dengan meningkatkan laba (earning management)
sebelum melakukan IPO. Apabila perusahaan melakukan manajemen laba
akan berdampak pada kinerja jangka panjangnya yang diukur dengan
besarnya return yang diterima investor. Aggarwal et al (1993) meneliti
kinerja IPO di negara-negara Amerika Latin (Brasil, Chilil, Meksiko)
untuk periode 1980 sampai 1990. Hasil yang ditemukan di tiga negara ini
konsisten dengan pola yang ditemukan di negara lain, termasuk Indonesia
(Prastiwi dan Kusuma, 2001) yaitu kinerja jangka pendek positif namun
kinerja jangka panjang menurun setelah itu.
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pasar Modal
Menurut undang-undang no.8 tahun 1995 tentang pasar modal,
dinyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkan, dan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.
Jenis pasar di pasar modal ada dua macam, yaitu pasar perdana
(primary market) dan pasar sekunder (secondary market).
a. Pasar Perdana
Pasar dimana untuk pertama kalinya efek ditawarkan kepada investor
melalui agen penjual. Harga saham pada pasar perdana ini harga saham
tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan dilakukan
melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk saham.
b. Pasar sekunder
Pasar untuk memperjual-belikan efek yang telah diterbitkan di pasar
perdana. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan
pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan
dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas.
4. Wealth Relative Index
Wealth Relative Index adalah indeks yang digunakan untuk melihat
kinerja saham suatu perusahaan dalam jangka panjang dibandingkan dengan
kinerja saham dari pasar.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Outperformance
Jika kinerja suatu saham lebih besar (dilihat dari total return selama
periode tertentu) dibandingkan dengan total return pasar maka mengalami
outperformance.
b. Underperfomance
Jika total return suatu saham selama periode tertentu lebih kecil bila
dibandingkan
dengan
total
return
pasar
maka
mengalami
underperformance.
5.
Underpricing
a. Pengertian Underpricing
Underpricing adalah suatu keadaan, dimana harga saham pada saat
penawaran
perdana
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
ketika
diperdagangkan di pasar sekunder.
Studi tentang IPO secara internasional menyatakan bahwa 9 dari 10
penelitian menyimpulkan telah terjadi underpricing (Aggarwal et al.,
1993). Ibbotson (1975) mengemukakan bahwa dari penelitian tentang IPO
di Amerika Serikat, terdapat rata-rata underpricing 1% dari bulan kedua
sampai dengan keempat. Beberapa studi di beberapa negara mengenai
kinerja IPO dalam jangka pendek menunjukkan terjadi underpricing, tetapi
dalam jangka panjang terjadi return yang negatif (Aggarwal et. al., 1993).
Penyebab terjadinya underpricing dicoba dijelaskan oleh beberapa
peneliti, tetapi penelitian empiris membuktikan penyebabnya berbedabeda.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa model asimetri informasi (asymmetric of information)
telah diajukan untuk menerangkan fenomena underpricing. Dalam model
Baron, investment banker merupakan pihak yang mempunyai informasi
yang lebih baik (better informed) daripada pihak emiten yang meminta
untuk menerbitkan sahamnya (Baron, 1982). Dalam model Rock,
diasumsikan bahwa investor dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
yang memperoleh informasi dan yang tidak memperoleh informasi (Rock,
1986; Beatty dan Ritter, 1986). Pada setiap model tersebut bank
investment atau investor yang tidak memiliki informasi akan berhadapan
dengan ketidakpastian berkaitan dengan nilai perusahaan yang melakukan
IPO.
Ketepatan
distribusi
ketidakpastian
nilai
perusahaan
telah
digambarkan sebagai ex ante uncertainty (Beatty dan Ritter, 1986). Kedua
model tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara ex ante
uncertainty dengan underpricing saat IPO. Beatty (1989) mengungkapkan
bahwa kualitas auditor merupakan salah satu pengurang terhadap
ketidakpastian.
Titman dan Trueman (1986) menyajikan signalling model yang
menyatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas menghasilkan informasi
yang berguna bagi investor di dalam menaksir nilai perusahaan yang
melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang
dikemukakan Leland dan Pyle (1977) yang menunjukkan bahwa laporan
keuangan yang audited dan persentase kepemilikan saham akan
mengurangi tingkat ketidakpastian. Menon dan Williams (1991)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
mengemukakan bahwa kualitas auditor berpengaruh terhadap kredibilitas
laporan keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu,
underwriter yang memiliki reputasi tinggi menginginkan emiten yang
dijaminnya untuk memakai auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula
(Menon dan Williams, 1991; Balver et. al., 1988). Bukti keinginan untuk
memakai auditor yang berkualitas oleh perusahaan yang melakukan IPO
juga dikemukakan oleh Firth dan Liau-Tan (1998).
Penelitian yang dilakukan oleh Beatty (1989) menunjukkan bahwa
auditor yang memiliki reputasi tinggi berhubungan negatif dengan initial
return. Beatty (1989) juga mengemukakan faktor lain yang juga
mempunyai hubungan negatif dengan initial return adalah reputasi
underwriter, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, jenis
kontrak underwriter, dan indikator perusahaan minyak dan gas. Bukti
empiris lain mengenai hubungan negatif antara reputasi underwriter
dengan initial return dikemukakan oleh Balvers et. al. (1988), Carter dan
Manaster (1990). Trisnawati (1999) melakukan penelitian di Bursa Efek
Jakarta dengan mengambil data tahun 1994 sampai dengan tahun 1995.
Dari penelitiannya ia tidak berhasil mendukung hipotesisnya tentang
hubungan auditor yang berkualitas dengan initial return. Akan tetapi, ia
berhasil mendukung hipotesisnya tentang hubungan umur perusahaan
dengan initial return.
Sebaliknya, Fatchan (1999) dengan menggunakan data tahun 1994
sampai dengan tahun 1997 mengungkapkan ada hubungan positif antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
leverage dan ukuran perusahaan dengan initial return. Daljono (2000)
mencoba mengembangkan penelitian Trisnawati dengan memperluas
periode penelitian menjadi tahun 1990—1997 dan menambah variabel
rasio solvabilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi
underwriter dan financial leverage yang memiliki hubungan secara
statistis positif dan signifikan dengan initial return.
Nasirwan (2000) menguji lebih lanjut hubungan faktor-faktor
signaling tidak hanya terhadap initial return, tetapi juga terhadap return 15
hari dan return selama setahun setelah IPO. Variabel yang ditambah
adalah deviasi standar return 15 hari sebagai ukuran ketidakpastian.
Hasilnya menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter dan deviasi
standar return berhubungan secara statistis signifikan dan positif terhadap
return awal dan return 15 hari sesudah IPO. Sebaliknya, persentase
penawaran saham dan nilai penawaran saham berhubungan secara statistis
signifikan dan negatif dengan return hari sesudah IPO.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
1) Reputasi Underwriter
Underwriter adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten,
dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Peran
dari underwriter adalah dalam mengurangi ketidakpastian. Dalam
commit
to user
melakukan penawaran saham
perdana,
untuk mengurangi risiko yang akan
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dihadapi, maka emiten akan meminta underwriter untuk menjamin
penjualan saham tersebut.
Adanya fungsi penjaminan saham tersebut berarti underwriter
mempunyai peranan kunci bagi kesuksesan emisi surat berharga suatu
perusahaan. Ditinjau dari tanggung jawab underwriter sebagai penjamin
emisi, terdapat empat tipe penjaminan, yaitu :
a) Full Commitment
Underwriter sebagai penjamin dengan tipe full commitment ini
memberikan jaminan kepada emiten, bahwa penjamin emisi akan membeli
surat berharga yang ditawarkan dan kemudian menjualnya kembali kepada
masyarakat dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang
dibayarkan kepada emiten dengan risiko jika sebagian atau seluruh efek
tersebut tidak laku terjual maka seluruhnya menjadi beban penjamin emisi.
b) Best Effort
Underwriter sebagai penjamin dengan tipe best effort ini menempatkan
para penjamin emisi hanya berperan sebagai agen dari emiten saja, yaitu
dengan menjualkan emisi surat berharga sebaik – baiknya. Penjamin emisi
tipe ini hanya akan membayar sebesar harga efek yang laku terjual.
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Standby Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe standby commitment ini
bertanggungjawab untuk menawarkan dan menjual suatu emisi surat
berharga dan menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak laku
terjual dengan tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang dijanjikan.
d) All or None Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe all or none commitment
ini, sebelum menjual efek, sudah memiliki dan membeli efek tersebut
sehingga mereka dapat menjual dengan harga tertentu. Pada umumnya
underwriter mempunyai tiga fungsi (Jogiyanto, 2000) yaitu:
1) Sebagai pemberi saran kepada perusahaan yang akan melakukan go
public (advisory function).
2) Sebagai penjamin penjualan saham perdana dan bersedia membeli sisa
sekuritas yang tidak terjual (underwriting function).
3) Sebagai pemasar saham kepada investor (marketing function).
Namun
dalam
prakteknya
tidak
semua
underwriter
bersedia
memberikan jaminan full commitment (menjamin semua saham akan
terjual), tetapi biasanya hanya berani memberikan jaminan best effort
(berusaha sebaik mungkin) untuk menjual saham yang diterbitkan oleh
perusahaan. Dengan adanya reputasi underwriter akan mampu
menaikan harga saham dan akan meningkatkan kepercayaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
masyarakat sekaligus kualitas perusahaan yang IPO. Reputasi
underwriter akan dapat menyakinkan emiten bahwa saham yang
ditawarkan akan laku terjual, karena underwriter akan mengalami
kerugian bila saham yang ditawarkan tidak laku dijual. Reputasi
underwriter berpengaruh signifikan terhadap tinggi rendahnya tingkat
underpriced, karena pihak underwriter sangat berperan dalam
penentuan harga saham dipasar perdana dan underwriter yang lebih
tahu keadaan pasar. Semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat
underpricing akan semakin rendah.
2) Reputasi Auditor
Menurut pasal 64 UU No. 8 tahun 1995, auditor berfungsi untuk
memberikan pendapat atas kewajiban laporan keuangan emiten atau calon
emiten dan bertanggungjawab atas kewajiban keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta peraturan
BAPEPAM.
Persyaratan yang diharuskan oleh BEJ untuk dipenuhi oleh
perusahaan yang akan melakukan proses go public adalah laporan
keuangan perusahaan calon emiten harus wajar tanpa syarat. Oleh karena
itu auditor sebagai pemeriksa laporan keuangan mempunyai peran yang
sangat besar bagi perusahaan calon emiten untuk menentukan bisa atau
tidaknya listing di pasar modal. Dengan menyewa auditor yang memiliki
commit
to user harga penawaran yang paling
reputasi tinggi, maka akan
memberikan
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi. Bila harga penawaran tinggi maka tingkat underpricing emiten
akan semakin rendah.
3) Ukuran Perusahaan
Perusahaan
yang
berskala
besar
umumnya
lebih
dikenal
masyarakat luas apabila dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya
kecil. Skala atau ukuran perusahaan ini berpengaruh terhadap tingkat
underpriced. Pada umumnya skala atau ukuran perusahaan menjadi faktor
dalam memutuskan untuk membeli saham di bursa efek. Hasil penelitian
Kim, Krinsky, Lee, (1993) menunjukan adanya hubungan yang negatif
antara ukuran perusahaan dengan tingkat underpriced. Sehingga semakin
besar ukuran perusahaan, maka tingkat underpriced-nya akan semakin
rendah.
4) Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba merupakan proksi yang digunakan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan perusahaan antara dua periode. Semakin
baik tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin baik posisi perusahaan
tersebut mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industri maupun
dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini diduga
pertumbuhan laba berpengaruh terhadap terjadinya underpricing, karena
dalam keputusan investasinya diduga investor akan mempertimbangkan
pertumbuhan laba untuk melihat apakah perusahaan bisa mempertahankan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42
digilib.uns.ac.id
bahkan meningkatkan pertumbuhan labanya dimasa mendatang. Sehingga
semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka semakin rendah tingkat
Underpricing-nya.
5) Komposisi Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu inti dari mekanisme
pengendalian internal. Tugas utama dewan komisaris adalah melakukan
pengawasan terhadap dewan direksi dan manjemen atas pengelolaan
sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efisien dan efektif
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, selain itu juga menyeleksi,
mengganti dewan direksi, serta mengawasi jalannya pergantian direksi.
Perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta
memiliki independensi. Kredibilitas dapat dibentuk dengan melakukan
penataan terhadap dewan komisaris. Terdapat faktor-faktor yang harus
dicermati, yaitu:
a) Menentukan jumlah komisaris yang efektif, jumlah komisaris tidak
boleh terlalu sedikit karena akan mengganggu kinerja dewan direksi itu
sendiri tetapi juga tidak boleh terlalu banyak karena akan berdampak
pada efisiensi.
b) Faktor pendidikan, dimana tugas-tugas pokok dewan komisaris adalah
berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat strategik. Oleh karena itu,
dukungan dari latar belakang pendidikan yang memadai akan sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43
digilib.uns.ac.id
menentukan kualitas keahlian, pengetahuan, dan pengolahan informasi
sehingga akan berdampak pada pengawasan yang diberikan.
c) Faktor pengalaman, dimana anggota dewan komisaris yang memiliki
latar belakang pendidikan yang baik akan lebih baik apabila didukung
oleh pengalaman yang cukup.
Dalam code for good corporate governance yang dituangkan
dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep315/BEI/062000 butir C mengenai pembentukan dewan komisaris
independen, menjadi salah satu hal yang diwajibkan bagi perusahaanperusahaan publik yang listing di BEI. Keberadaan komisaris independen
sangat diperlukan karena tujuan dibentuknya dewan komisaris adalah
sebagai wakil dari pemegang saham khususnya dan stakeholders lain,
yang bertugas mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetris
informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan
asumsi dewan komisaris mewakili pemegang saham, maka dewan
komisaris merupakan alat pengendali dan merupakan elemen yang sangat
penting. Anggota dewan komisaris terdiri dari orang-orang yang berasal
dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). anggota
dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan ini disebut juga sebagai
komisaris independen (Utama dan Afriani, 2005).
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia
mengenai pembentukan komisaris independen, ditetapkan bahwa jumlah
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komisaris independen sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah seluruh
anggota komisaris. Presentase 30 persen ini dianggap bisa mewakili
pemilik saham yang dianggap minoritas, sehingga kemungkinan terjadinya
perbedaan perlakuan antara pemilik saham mayoritas dan minoritas tidak
perlu terjadi.
Dalam menjamin pelaksanaan pengelolaan perushaan yang baik,
maka diperlukan dewan komisaris yang berintegrasi, mempunyai
kemampuan, mempunyai latar belakang pendidikan yang baik, tidak cacat
hukum, serta tidak memiliki hubungan bisnis dengan pihak lain yang dapat
merugikan perusahaan. Komposisi dewan komisaris harus sedemikian
rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat,
dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti tidak
mempunyai
kepentingan
yang
menganggu
kemampuannya
untuk
melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis. Komposisi dewan
komisaris harus memiliki kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan, agar
tujuan
perusahaan
dalam
menjaga
kualitas
manajemen
dan
mempertahankan nilai perusahaan di mata investor tercapai sesuai dengan
standar corporate governance yang diwajibkan oleh Bapepam kepada
perusahaan yang go public. peraturan di Indonesia mengenai board
governance merupakan suatu bentuk upaya dari pemerintah sebagai pihak
regulator untuk memperbaiki corporate governance di Indonesia,
terutama paska krisis ekonomi tahun 1997.
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian semakin baik komposisi dewan komisaris maka
akan meningkatkan nilai perusahaan. Semakin baik komposisi dewan
komisaris, maka semakin kecil tingkat ketidakpastian di masa mendatang,
sehingga tingkat underpricing-nya akan rendah.
6. Manajemen Laba di Seputar IPO
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan
eksternal dengan sengaja memperoleh keuntungan pribadi. Healy dan Wahlen
(1998) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajemen
menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder tentang
kinerja
ekonomi
perusahaan
atau
untuk
mempengaruhi
hasil
yang
berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada laba akuntansi yang
dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk
mencapai tujuan khusus (Scott, 2000).
Tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui manajemen laba
meliputi mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi
keputusan pelaku pasar modal, menghindari pelanggaran perjanjian utang, dan
menghindari biaya politik (Watt dan Zimmerman, 1986). Healy dan Wehlen
(1998) membagi motivasi yang mendorong manajemen laba ke dalam tiga
kelompok. Pertama, motivasi dari pasar modal yang ditunjukkan dengan
return saham. Penelitian Teoh, et al. (1998) dan Rangan (1998) memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
bukti bahwa ketika melakukan penawaran saham ke publik, baik IPO maupun
SEO (penawaran saham tambahan), manajemen cenderung melaporkan laba
lebih tinggi (overstate). Kedua, motivasi kontrak yang dapat berupa kontrak
utang (Sweeney, 1994) dan kontrak kompensasi manajemen (Holthausen,
Larcker, dan Sloan, 1995). Ketiga, motivasi regulatory seperti yang
dikemukakan oleh Na’im dan Hartono (1996) dan Key (1997).
Informasi asimetri antara manajemen dan investor potensial untuk
perusahaan yang belum pernah melakukan IPO sangat mungkin terjadi. Hal ini
disebabkan informasi mengenai perusahaan yang belum go public relatif sulit
diperoleh oleh investor potensial tersebut. Ketika dilakukan IPO, investor
hanya mengandalkan informasi yang terdapat dalam prospektus. Kondisi ini
akan mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan
harapan harga saham akan tinggi pada penawaran perdana sehingga
meningkatkan kemakmurannya.
Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada
saat IPO akan mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk menaikkan
laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian (Richardson, 1998) dalam M.G
Kentris (2004) membuktikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri, maka
semakin tinggi manajemen laba.
Penelitian mengenai manajemen laba saat IPO di Bursa Efek Jakarta
pernah dilakukan oleh Gumanti (2001). Hasil penelitian terhadap 39
perusahaan yang go public pada tahun 1995 sampai dengan tahun 1997,
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan bahwa perusahaan menaikkan laba pada dua tahun sebelum
IPO. Setiawati (2002) menemukan bahwa ada tingkat akrual yang
descreationary pada laporan keuangan satu periode sebelum dan setelah IPO.
Hasil ini membuktikan bahwa perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO
melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2002)
terhadap 44 perusahaan yang IPO di Bursa Efek Jakarta tahun 1991-1994
menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan pada periode dua tahun
sebelum IPO. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Gumanti (2001).
G. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Bessler dan Thies (2007) tentang
kinerja jangka panjang dari IPO di Jerman menyatakan salah satu faktor
terpenting yang menentukan arah dan besarnya abnormal return atau kinerja
adalah kesempatan pembiayaan (financing opportunities) di tahun yang akan
datang. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisa return behavior
dari IPO dengan menyelidiki kinerja jangka panjang dari IPO di Jerman untuk
periode 1977-1995.
Penelitian lainnya mengenai kinerja jangka panjang dari IPO di
Malaysia, Corhay dan Teo (2002) menyatakan bahwa analisis regresi dari
variable-variabel berikut : book-to-market equity (B/M), earnings-to-price
(E/P), cashflows-to-price (C/P) dan rentang waktu antara permintaan yang
ditutup dan IPO yang terdaftar berkorelasi positif dengan cumulative market
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
adjusted returns. Harga dan jumlah dari IPO mempunyai hubungan negative
dengan cumulative market adjusted returns.
Penelitian yang dilakukan oleh Nickolaos (2004) tentang nilai kinerja
dari IPO di Yunani periode 1993-1997 menunjukkan bahwa perusahaan yang
baru yang melakukan listing menawarkan saham mereka ke Athens Stock
Exchange (ASE) dengan harga dibawah dari yang mereka jumpai ketika
memulai trading di bursa efek. Bukti yang menunjukkan underpricing
khususnya berdasar pada perilaku dari return yang dihitung berkaitan dengan
harga saham yang ditawarkan ketika hari pertama trading dan 23, 45, dan 365
hari berikutnya yang sama baiknya dengan return yang telah diperkirakan
berkaitan dengan harga ketika pertama kali trading dan dalam interval satu,
dua dan sebelas bulan setelah listing secara berturut-turut. Sampel secara
keseluruhan, raw dan market-adjusted (exess) return menunjukkan bahwa
investor yang membeli pada saat harga penawaran memperoleh return yang
memiliki substantial positif untuk periode minimal satu tahun setelah listing,
return rata-rata yang bernilai positif berkisar antara 39% sesuai dengan
substantial underpricing dari IPO di Yunani. Menganggap bahwa initial
return dari IPO di Yunani sesuai dengan bukti international pada perilaku
jangka pendek dari IPO, bagaimanapun return positif jangka panjang dari IPO
di Yunani secara umum tidak sesuai dengan kinerja jangka panjang di Negara
lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Loughran, Ritter dan Rydqvist (2008)
yang mendiskusikan tentang bukti-bukti dari kinerja jangka pendek ataupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
kinerja jangka panjang dari perusahaan yang going public di berbagai Negara.
Perbedaan rata-rata initial return dianalisis dengan UU yang berlaku saat itu,
mekanisme kontrak dan karakteristik perusahaan yang going public. Penelitian
ini menyarankan kelanjutan pada tahun yang akan datang oleh kebanyakan
Negara Asia Timur untuk menurunkan campur tangan dari UU atas harga
saham yang ditawarkan yang hasilnya underpricing menjadi lebih rendah
dalam jangka pendek pada tahun 1990 daripada tahun 1980.
Aggarwal et al (1993) meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu
Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62
perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia
9,4%, Chili 4,4%, dan Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun kemudian
adalah –47%, -23,7%, dan –19,6%.
Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti tentang kinerja surat berharga
setelah IPO di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan
bahwa kinerja IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan
kinerja jangka panjang (24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja
(underperformance).
Penelitian yang dilakukan oleh Asmaul Aziz, yang bertujuan untuk
memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan performance (kinerja) jangka
pendek dengan performance (kinerja) jangka panjang dari surat berharga
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah
penawaran
perdana
(IPO).
Dalam
penelitian
ini
mengukur
performance suatu saham dengan melihat return dari saham pada saat
penawaran perdana baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
jangka pendek, pengukuran performance dilakukan selama masa hari
perdagangan aktif dalam waktu satu bulan dimulai sejak hari pertama
perdagangan. Sedangkan dalam jangka panjang, pengukuran dilakukan selama
24 bulan sejak hari pertama perdagangan dengan menggunakan data harga tiap
akhir bulan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dalam jangka pendek
(hari ke-1 sampai dengan hari ke-30) rata-rata return saham yang dihasilkan
perusahaan-perusahaan sampel penelitian adalah sebesar 0,57%, sedangkan
dalam jangka panjang rata-rata return saham yang dihasilkan perusahaan
adalah sebesar -2,7%. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada
perbedaan antara return jangka pendek dan return jangka panjang atas saham
pada perusahaan yang melakukan IPO dengan menunjukkan hasil pengujian
statistik inferensial dengan paired sample t test dengan angka t sebesar 2,051
dan angka signifikansi t sebesar 0,049.
Penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, Yohanes dan Andi K.
(2004) tentang analisis perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka
panjang pada perusahaan yang melakukan initial public offerings (IPO) di
pasar modal Indonesia yang diukur dengan menggunakan abnormal return
untuk periode 1998 sampai 2000, yang bertujuan untuk memperoleh bukti
empiris tentang dugaan bahwa fenomena underpricing terjadi pada perusahaan
di Indonesia yang melakukan IPO dan terjadi manajemen laba di seputar IPO
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditandai dengan menurunnya kinerja saham pada jangka panjang. Hasil
analisis dengan metode one sample t test terhadap kinerja saham jangka
panjang
menunjukkan
kinerja
saham
jangka
panjang
mengalami
underperformed, sedangkan hasil analisis dengan metode paired sample t test
terhadap kinerja jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham
jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang IPO di Indonesia,
hal itu terbukti dengan nilai t hitung (2,827) > t table (1,960) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,008.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Perusahaan Go Public
RETURN JANGKA
PANJANG
RETURN JANGKA
PENDEK
Dibandingkan
Abnormal Return
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan model penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian
ini akan melakukan uji beda antara variabel X (return jangka pendek) dengan
variabel Y (return jangka panjang) yang diukur menggunakan abnormal
return dari saham perusahaan go public.
I. HIPOTESIS
Penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal et al (1993) tentang kinerja
IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan Meksiko. Sampel yang digunakan
di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili 19 perusahaan dan di Meksiko 44
perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kinerja IPO jangka pendek
untuk Brasilia, Chili, dan Meksiko menunjukkan nilai yang sedangkan kinerja
setahun kemudian menunjukkan nilai yang negative. Hasil penelitian tersebut
konsisten dengan hasil penelitian dari Prastiwi dan Kusuma (2001) yang
meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO di Indonesia pada periode
1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja IPO jangka pendek (3
bulan) adalah positip dan kinerja jangka panjang (24 bulan) adalah negatip.
Bukti ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan
kinerja (underperformance).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh MG Kentris, (2004) tentang
analisis perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada
perusahaan yang melakukan initial public offerings (IPO) di pasar modal
Indonesia yang diukur dengan menggunakan abnormal return untuk periode
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1998 sampai 2000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja saham
dalam jangka panjang mengalami underperformed dan hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham
jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang IPO di Indonesia.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan nampak bahwa kinerja
saham dalam jangka pendek outperformance (positif) dan dalam jangka
panjang akan mengalami penurunan bahkan menjadi negatif. Berdasarkan
hasil peneliltian tersebut, maka diturunkan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1: Kinerja saham jangka panjang mengalami underperformance.
H2: Kinerja saham jangka pendek mengalami outperformance.
H3: Terdapat perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja
jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia.
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid,
obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Secara umum yang perlu
ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari
penelitiannya meliputi: tujuan studi, lingkungan (setting) studi, unit analisis,
horizon waktu, dan pengukuran construct (Indriantoro dan Supomo, 2002).
1. Tujuan Studi
Penelitian ini merupakan studi peristiwa atau event study. Studi
peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman.
(Jogiyanto, 2000:392). Jika suatu pengumuman mengandung informasi
(information content) maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai dari perubahan harga atau dengan
menggunakan abnormal return.
Adapun dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui terjadinya reaksi
pasar terhadap pengumuman IPO adalah dengan mencari ada tidaknya
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
abnormal return yang diperoleh para investor jika membeli saham penawaran
perdana.
2. Lingkungan (setting) Penelitian
Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan
yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting)
dari penelitian ini adalah lingkungan yang natural karena merupakan kejadiankejadian alamiah yang berlangsung secara normal dengan mengambil subyek
penelitian di Bursa Efek Indonesia.
3. Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam
penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena
mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan data, dan analisis data. Unit
analisis penelitian ini adalah tingkat industri karena meneliti tingkat kinerja
dari perusahaan-perusahaan go public di BEI.
4.
Horison Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu
titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang
relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab.
Penelitian ini merupakan kombinasi antara studi cross sectional yang
merupakan tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subyek pada
waktu tertentu, dan studi time series yang lebih menekankan pada data
penelitian yang berupa data rentetan waktu (Indriantoro dan Supomo, 1999:
94).
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini periode horison waktunya yaitu tahun 2005
sampai dengan tahun 2007.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan dari orang, kejadian atau sesuatu yang
menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi juga dapat
diartikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung
ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam
setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan populasi
sasaran, karena populasi dan populasi sasaran penelitian merupakan sumber
data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi paling
sedikit mempunyai sifat yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang listing di
BEI periode 2005-2007.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota
yang dipilih dari populasi untuk diteliti (Sekaran, 2003). Syarat utama dalam
pengambilan sampel adalah bahwa sampel harus mewakili populasi, dan
sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil (miniature population)
(Djarwanto, 2000).
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian perusahaan yang ada di
BEI.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari
populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2006). Pemilihan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak
(Indriantoro dan Supomo, 1999) pada perusahaan yang melakukan IPO.
Penelitian ini menggunakan perusahaan go public dari tahun 2005-2007
dengan alasan bahwa peneliti ingin mengetahui kinerja perusahaan yang
melakukan IPO dalam waktu yang terkini. Pemilihan sampel penelitian
didasarkan pada metode purposive sampling, dengan kriteria pemilihan:
a. Perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) mulai 1 Januari 2005
sampai dengan 31 Desember 2007. Berdasarkan studi pendahuluan,
terdapat 33 perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode
tersebut. Jumlah tersebut dianggap representative untuk dilakukan
analisis statistic parametrik.
b. Memiliki laporan keuangan dua tahun sebelum dan sesudah IPO.
c. Harga perdana dan data harga penutupan hari pertama tersedia.
d. Data harga saham harian, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
mulai bulan Januari 2005 - Desember 2007 tersedia.
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Definisi Operasional, Instrumen Penelitian Dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian yang dapat
diukur. Nilai ini dapat terjadi pada objek yang sama untuk waktu yang berbeda
atau pada objek berbeda dengan dimensi waktu yang sama. (Sekaran, 2006:
64).
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kinerja saham. Untuk
melihat kinerja dari saham perusahaan dilakukan dengan cara melihat
abnormal return. Abnormal return merupakan kelebihan harga saham yang
sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan harga saham hari sebelumnya
dianggap sebagai harga saham ekspektasi (harga yang diharapkan oleh
investor). Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan harga ekspektasi. (Jogiyanto, 2000: 415).
Abnormal return ini digunakan untuk mengukur performance saham
penawaran perdana baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
jangka pendek, pengukuran performance dilakukan selama masa hari
perdagangan aktif dalam waktu tiga bulan dimulai sejak hari pertama
perdagangan. Sedangkan dalam jangka panjang, pengukuran dilakukan selama
24 bulan sejak hari pertama perdagangan dengan menggunakan data indeks
harga saham gabungan harian.
Menurut Prastiwi dan Kusuma (2001:180 dalam Asmaul Aziz), dasar
untuk menghitung
adalah harga perdana harga penutupan pada hari
pertama perdagangan dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan
oleh Aggarwal et al (1993) yaitu sebagai berikut:
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Konsep
: Return Saham
Definisi Operasional : Merupakan pendapatan per lembar saham yang
dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang
dilakukan.
Indikator Empirik
Keterangan
:
(3.1)
Rit
= Return Saham
Pit
= Harga saham pada saat t
Pi0
= Harga saham saat penawaran
: a. Untuk jangka pendek return saham dihitung
secara harian selama 90 hari.
b. Untuk jangka panjang return saham dihitung
secara harian selama 480 hari.
2. Konsep
: Return Pasar
Definisi Operasional : Perbandingan antara harga pasar pada saat t
dengan harga pasar pada periode pasar saat
penawaran.
Indikator Empirik
:
(3.2)
Rmt = Return Pasar
Pmt = Nilai IHSG pada saat t
Pm0 = Nilai IHSG saat penawaran
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan
: a. Untuk jangka pendek return saham dihitung
secara harian selama 90 hari.
b. Untuk jangka panjang return saham dihitung
secara harian selama 480 hari.
3. Konsep
: Market-Adjusted Abnormal Return
Definisi Operasional : Alat untuk mengukur abnormal return saham
dengan asumsi abnormal return pasar.
Indikator Empirik
:
(3.3)
Rit = Return Saham
Rmt = Return Pasar
Kriteria Kinerja Saham : a. Return abnormal return > 0, menunjukkan
kinerja yang outperformance.
b. Return abnormal return < 0, menunjukkan
kinerja yang underperformance.
4. Konsep
: Wealth Relative
Definisi Operasional : Pengukur kinerja untuk menginterprestasikan total
return secara kelompok (grup) setiap periode.
Angka indeks yang digunakan sebagai patokan
dalam melihat kinerja suatu perusahaan adalah 1.
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator Empirik
:
(3.4)
Keterangan
: a. Untuk jangka pendek wealth relative dihitung
secara harian selama 90 hari.
b. Untuk jangka panjang wealth relative dihitung
secara harian selama 480 hari.
Kriteria Kinerja Saham : a. Jika WR > 1, maka kinerja saham perusahaan
dikatakan outperfomance, yang berarti kinerja
saham perusahaan lebih besar daripada kinerja
pasar.
b. Jika WR < 1, maka kinerja saham perusahaan
dikatakan
underperfomance,
yang
berarti
kinerja saham perusahaan lebih kecil daripada
kinerja pasar.
c. Jika WR = 1, maka kinerja saham perusahaan
dikatakan marketperfomance, yang berarti
kinerja saham perusahaan sama dengan kinerja
pasar.
D. Sumber dan Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder,
commit to user
yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), (Indriantoro dan
Supomo, 2002:147).
Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk
periode 2005 sampai dengan 2007, dimana pada periode tersebut dianggap
cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal. Data harga saham harian
masing-masing perusahaan sampel diperoleh dari database yahoo finance
(finance.yahoo.com/historical_data).
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Metode dokumentasi. Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya.
Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk
periode 2005 sampai dengan 2007, dimana pada periode tersebut dianggap
cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal.
Data harga saham harian masing-masing perusahaan sampel diperoleh
dari database yahoo finance (finance.yahoo.com/historical_data).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
F. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Syarat penggunaan one sample t.test dan paired sample t.test yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah data
terdistribusi normal. Uji normalitas data digunakan untuk membuktikan
bahwa data dalam penelitian ini berasal dari distribusi normal. Pengujian
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorovsmirnov. Teknik ini digunakan karena sampel dalam penelitian ini
jumlahnya relatif kecil dan cenderung tidak normal. Uji ini dapat
dilakukan pada setiap variabel dengan logika bahwa jika secara individual
masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara
simultan variabel-variabel tersebut juga dapat dianggap memenuhi asumsi
normalitas. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan melihat besaran
Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian sebagai berikut (Koncoro,
2001):
a.
Angka signifikansi (SIG) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b.
Angka signifikansi (SIG) < 0,05 maka data berdistribusi tidak
normal.
2.
Uji Parsial (Uji t)
Adapun proses pengambilan keputusan dengan menggunakan alat uji
statistik Paired Sample T-Test adalah sebagai berikut:
Apabila nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas ≥ 0.05 maka
commit
to user
Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya
bahwa variabel bebas berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
64
digilib.uns.ac.id
terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila nilai probabilitas dari masingmasing variabel bebas < 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat
secara individual.
Jika data berdistribusi normal maka akan dilakukan uji statistik dengan
metode parametrik dengan menggunakan Paired Sample T-Test. Namun
apabila data tidak berdistribusi normal maka akan dilakukan uji statistik
dengan metode non parametrik dengan menggunakan uji peringkat
bertanda wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test).
a. Proses pengambilan keputusan uji peringkat tanda Wilcoxon (Wilcoxon
Signed Rank Test) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ sebelum = µ sesudah, artinya tidak terdapat perbedaan antara
kinerja saham jangka panjang dan kinerja saham jangka pendek yang
diukur dengan menggunakan abnormal return.
Ha : µ sebelum ≠ µ sesudah, artinya terdapat perbedaan antara kinerja
saham jangka panjang dan kinerja saham jangka pendek yang diukur
dengan menggunakan abnormal return.
2) Besarnya α adalah 5% untuk menguji tingkat signifikansi.
3) Dasar pengambilan keputusan
Dengan membandingkan angka z hitung dengan z tabel.
Jika Z hitung < Z tabel, maka Ho diterima.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak.
Dengan melihat angka profitabilitas, dengan ketentuan:
Profitabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
Profitabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
4) Keputusan
Dengan membandingkan angka Z hitung dengan Z tabel.
Mencari Z hitung:
T - [1 / 4 N ( N + 1)]
Rumus :
Z=
Dimana:
T = Selisih Terkecil
1 / 24( N )( N + 1)(2 N + 1)
N = Jumlah Sampel
Mencari Z tabel:
Untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi (standar untuk
perhitungan di SPSS), di dapat nilai Z tabel adalah ± 1,96.
Hasil pengujian Wilcoxon dapat berupa (Santoso, 2001:147):
a) Negative differences atau selisih antara ‘jangka panjang’ dan
‘jangka pendek’ yang bernilai negatif, dalam arti angka ‘jangka
panjang’ lebih kecil dari ‘jangka pendek’.
b) Positive differences atau selisih antara ‘jangka panjang’ dan
‘jangka pendek’ yang bernilai positif, dalam arti angka ‘jangka
panjang’ lebih besar dari ‘jangka pendek’.
c) Ties atau data ‘jangka panjang’ dan ‘jangka pendek’ yang bernilai
sama.
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis, apakah
terdapat
perbedaan
kinerja
jangka
pendek
dan
jangka
panjang
dari saham perusahaan yang melakukan penawaran perdana. Untuk
keperluan ini, dilakukan pengujian return dengan menggunakan uji t untuk
dua sample yang berpasangan (paired sample t test). Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan periode pengamatan untuk masing-masing perusahaan
dengan berdasarkan tanggal perusahaan tersebut melakukan penawaran
perdana.
2) Menghitung return untuk saham i dalam jangka pendek, yaitu hari ke-1
sampai dengan hari ke 90.
3) Menghitung return pasar untuk saham i dalam jangka pendek yaitu
hari ke-1 sampai dengan hari ke 90.
4) Menghitung return untuk saham i dalam jangka panjang, yaitu bulan
ke 1 sampai dengan bulan ke 24.
5) Menghitung return Pasar untuk saham i dalam jangka panjang, yaitu
bulan ke 1 sampai dengan bulan ke 24.
6) Menghitung Market-Adjusted Abnormal Return untuk perusahaan yang
IPO dalam jangka pendek.
7) Menghitung Market-Adjusted Abnormal Return untuk perusahaan yang
IPO dalam jangka panjang.
8) Menghitung nilai Wealth Relatives (WR) untuk setiap periode jangka
pendek (3 bulan) dan periode jangka panjang (24 bulan).
commit to user
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Membandingkan
rata-rata
abnormal return
jangka
pendek
dengan jangka panjang masing-masing perusahaan dengan alat uji
statistik paired sample t test, melalui bantuan software SPSS.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan onesample t-test. Pengujian ini digunakan untuk membuktikan dugaan bahwa
dalam jangka panjang telah terjadi underperformance pada perusahaan yang
go public di Indonesia.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan onesample t-test. Pengujian ini digunakan untuk membuktikan dugaan bahwa
dalam jangka pendek telah terjadi outperformance pada perusahaan yang go
public di Indonesia.
Hipotesis ketiga akan diuji dengan menggunakan paired sample t-test.
Teknik ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel yang berpasangan
mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda. Sampel berpasangan
(paired sample) adalah sebuah sampel dengan subyek yang sama namun
mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan
Initial public Offering (IPO) di BEI pada tahun 2005 s/d 2007. Perusahaan
yang melakukan IPO pada periode tersebut sebanyak 42 perusahaan.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling,
diperoleh sampel sebanyak 33 perusahaan.
Tabel 4.1.
Gambaran Umum Sampel Perusahaan Yang IPO Periode 2005-2007
Tahun
2005
2006
2007
Total
Delisting
7
2
0
9
Memenuhi syarat
1
10
22
33
Total
8
12
22
42
Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini adalah daftar saham-saham yang memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini:
Tabel 4.2.
Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Syarat
NO.
1
2
3
KODE
ACES
ASRI
BACA
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
BISI
BKDP
BTEL
COWL
CPRO
CSAP
CTRP
DEWA
DGIK
EXCL
FREN
GPRA
IATA
ITMG
JKON
JSMR
LCGP
MAIN
MCOR
MNCN
PKPK
PTSN
RAJA
RUIS
SDRA
SGRO
TOTL
TRUB
WEHA
WIKA
NAMA PERUSAHAAN
ACE HARDWARE INDONESIA TBK
ALAM SUTERA REALTY TBK
BANK CAPITAL INDONESIA TBK
BISI INTERNATIONAL TBK
BUKIT DARMO PROPERTY TBK
BAKRIE TELECOM TBK
COWELL DEVELOPMENT TBK
CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK
CATUR SENTOSA ADIPRANA TBK
CIPUTRA PROPERTY TBK
DARMA HENWA TBK
DUTA GRAHA INDAH TBK
XL XIATA TBK
MOBILE-8 TELECOM TBK
PERDANA GAPURAPRIMA TBK
INDONESIA AIR TRANSPORT TBK
INDO TAMBANGRAYA MEGAH TBK
JAYA KONSTRUKSI MANGGALA PRATAMA TBK
JASA MARGA (PERSERO) TBK
LAGUNA CIPTA GRIYA TBK
MALINDO FEEDMILL TBK
BANK WINDHU KENJTANA INT. 1 TBK
MEDIA NUSANTARA CITRA TBK
PERDANA KARYA PERKASA TBK
SAT NUSAPERSADA TBK
RUKUN RAHARJA TBK
RADIANT UTAMA INTERINSCO TBK
BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906 TBK
SAMPOERNA AGRO TBK
TOTAL BANGUN PERSADA TBK
TRUBA ALAM MANUNGGAL ENGINEERING TBK
PANORAMA TRANSPORTASI TBK
WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK
commit to user
TANGGAL LISTING
06 Nov 2007
18 Des 2007
04 Okt 2007
28 Mei 2007
15 Juni 2007
03 Feb 2006
19 Des 2007
28 Nov 2006
12 Des 2007
07 Nov 2007
26 Sep 2007
19 Des 2007
29 Sep 2005
29 Nov 2006
10 Okt 2007
13 Sep 2006
18 Des 2007
04 Des 2007
12 Nov 2007
13 Juli 2007
10 Feb 2006
03 Juli 2007
22 Juni 2007
11 Juli 2007
08 Nov 2007
19 April 2006
12 Juli 2006
15 Des 2006
18 Juni 2007
25 Juli 2006
16 Okt 2006
31 Mei 2007
29 Okt 2007
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Statistik deskriptif untuk 33 perusahaan yang melakukan IPO tersebut
disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. menyajikan nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, standar error, nilai maksimum, dan nilai minimum dari kinerja jangka
pendek dan kinerja jangka panjang yang diukur dengan besarnya abnormal
return dari saham saat melakukan IPO.
Tabel 4.3.
Mean, Standar deviasi, Standar Error, Nilai Maksimum, dan Nilai Minimum
Abnormal Return
N
Statistic
Minimum Maximum
Statistic
Statistic
Mean
Statistic
Std. Error
Std.
Deviation
Statistic
ar_1bln
33
-,01966
,04215 ,0046858 ,00242223
,01391465
ar_2bln
33
-,01241
,03209 ,0031640 ,00168625
,00968676
ar_3bln
33
-,02278
,03817 ,0021347 ,00195311
,01121977
ar_jpndek
33
-,01596
,03747 ,0033280 ,00159367
,00915496
ar_jpnjng
33
-,00264
,01775 ,0029661 ,00082713
,00475147
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui besarnya nilai rata-rata
standar deviasi, standar error, nilai maksimum dan nilai minimum dari
abnormal return pada periode bulan ke-1 (ar_1bln), bulan ke-2 (ar_2bln),
bulan ke-3 (ar_3bln), serta periode jangka pendek selama 3 bulan (ar_jpndek)
dan periode jangka panjang selama 24 bulan(ar_jpnjng). Nilai mean pada
periode bulan ke-1 sebesar 0,0046 menunjukkan bahwa apabila investor
membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 bulan,
commit to user
maka ia akan mendapatkan rata-rata abnormal return sebesar 0,46%. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id
71
digilib.uns.ac.id
mean pada periode jangka pendek sebesar 0,0033 menunjukkan bahwa apabila
investor membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama
periode jangka pendek (3 bulan), maka ia akan mendapatkan rata-rata
abnormal return sebesar 0,33%. Sedangkan Nilai mean pada periode jangka
panjang sebesar 0,0029 menunjukkan bahwa apabila investor membeli saham
pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang
(24 bulan), maka ia akan mendapatkan rata-rata abnormal return sebesar
0,29%.
Standar deviasi pada periode bulan ke-1 menunjukkan besarnya risiko
yang harus ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada
penawaran perdana dan menyimpannya selama 1 bulan yaitu sebesar 1,4%.
Standar deviasi pada periode jangka pendek menunjukkan besarnya risiko
yang harus ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada
penawaran perdana dan menyimpannya selama 3 bulan yaitu sebesar 0,91%.
Sedang dalam jangka panjang standar deviasinya sebesar 0,47% itu
menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh investor apabila ia
membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 24 bulan
yaitu sebesar 0,47%. Standar error menunjukkan nilai penyimpangan
abnormal return dari rata-ratanya, semakin besar nilai standar error maka
semakin besar penyimpangan abnormal return dari rata-ratanya.
Nilai maksimum pada periode bulan ke-1 menunjukkan angka 0,042
berarti bahwa abnormal return tertinggi yang dapat dicapai oleh investor
yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 1
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulan adalah sebesar 4,2%. Nilai minimum pada periode bulan ke-1 sebesar 0,019 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin ditanggung oleh
investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya
selama 1 bulan adalah sebesar 1,9%. Nilai maksimum pada periode jangka
pendek menunjukkan angka 0,037 berarti bahwa abnormal return tertinggi
yang dapat dicapai oleh investor yang membeli saham pada penawaran
perdana dan menyimpannya selama periode jangka pendek (3 bulan) adalah
sebesar 3,7%. Nilai minimum pada periode jangka pendek sebesar -0,015
menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin ditanggung oleh
investor yang membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya
selama periode jangka pendek (3 bulan) adalah sebesar 1,5%. Sedangkan Nilai
maksimum pada periode jangka panjang menunjukkan angka 0,017 berarti
bahwa abnormal return
tertinggi yang dapat dicapai oleh investor yang
membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode
jangka panjang (24 bulan) adalah sebesar 1,7%. Nilai minimum pada periode
jangka panjang sebesar -0,0026 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang
mungkin ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran
perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan) adalah
sebesar 0,26%.
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisis Data
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis
statistik untuk pengujian hipotesis. Adapun hasilnya diuraikan sebagai berikut:
1.
Uji Normalitas
Syarat penggunaan one sample t.test dan paired sample t.test yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah data
terdistribusi normal. Uji normalitas data digunakan untuk membuktikan bahwa
data dalam penelitian ini berasal dari distribusi normal. Pengujian normalitas
data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Tabel 4.4.
berikut ini adalah hasil uji kolmogorov-smirnov dari 33 sampel untuk periode
jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
ar_jpndek
N
Normal Parametersa,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : Data sekunder yang diolah.
ar_jpnjng
33
33
,0033280
,0029661
,00915496
.191
,00475147
.173
.191
-.147
1.096
.173
-.132
.994
.181
.277
Berdasarkan tabel 4.4. tersebut dapat diketahui bahwa distribusi data
abnormal return dari 33 sampel pada periode jangka pendek dan jangka
commit
to user
panjang adalah normal, karena
nilai kolmogorov-smirnov
hitung > 0,05. Jadi
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data tersebut telah memenuhi syarat normalitas, sehingga dapat dilakukan uji
statistik one-sample t-test dan paired sample t.test.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-1
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah kinerja
saham jangka panjang mengalami underperfomance (terdapat penurunan
kinerja yang diukur dengan menggunakan abnormal return). Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji statistik one-sample t-test. Uji ini digunakan
untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dari suatu sampel. Hasil
pengujian dengan one-sample t-test disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Kinerja Saham (Jangka Pendek dan Jangka Panjang) Setelah IPO
Periode
N
ar_1bln
ar_2bln
ar_3bln
ar_jpndek
ar_jpnjng
33
33
33
33
33
Std.
Deviation
0,0046858 0,01391465
0,003164 0,00968676
0,0021347 0,01121977
0,003328 0,00915496
0,0029661 0,00475147
Mean
Thitung
1.934
1.876
1.093
2.088
3.586
WR
Sig.
1,0045
1,0033
1,001
1,0032
1,0026
.062
.070
.283
.045
.001
Sumber : Data sekunder yang diolah.
Dari tabel 4.5. tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal
return dari 33 perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
adalah positif.
Dalam jangka pendek rata-rata abnormal return sebesar
0,33%, pada bulan pertama rata-rata abnormal return mencapai 0,46% dan
mengalami penurunan menjadi 0,31% pada bulan kedua dan menjadi 0,21%
pada bulan ketiga. Pada periode jangka panjang, rata-rata abnormal return
commit to user
masih memiliki nilai positif sebesar 0,29%. Berdasarkan uji t diperoleh hasil
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami underperfomance. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk kinerja jangka panjang sebesar 0,001.
Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kinerja saham
jangka panjang mengalami underperformance diterima.
b. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-2
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kinerja
saham jangka pendek mengalami outperfomance. Untuk menguji hipotesis
tersebut digunakan uji statistik one-sample t-test. Uji ini digunakan untuk
menguji apakah ada perbedaan rata-rata dari suatu sampel. Hasil pengujian
dengan one-sample t-test disajikan pada tabel 4.5.
Dari tabel 4.5. tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal
return dari 33 perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
adalah positif.
Dalam jangka pendek rata-rata abnormal return sebesar
0,33%, pada bulan pertama rata-rata abnormal return mencapai 0,46% dan
mengalami penurunan menjadi 0,31% pada bulan kedua dan menjadi 0,21%
pada bulan ketiga.
Nilai wealth relative (WR) menunjukkan besarnya rata-rata return
secara kelompok dari 33 perusahaan yang melakukan IPO. Dari perhitungan
wealth relative untuk periode 3 bulan menunjukkan angka 1,0032 yang berarti
bahwa kinerja saham jangka pendek (3 bulan) mengalami outperformance,
karena nilai wealth relative > 1. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa
to user
kinerja saham jangka pendekcommit
mengalami
outperformance. Hal ini dapat dari
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai signifikansi kinerja saham jangka pendek sebesar 0,045. Dengan
demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka
pendek mengalami outperformance diterima.
c. Hasil Pengujian Hipotesis Ke-3
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang
pada perusahaan go public di Indonesia. Untuk membuktikan hipotesis ketiga
tersebut digunakan uji statistik paired sample t-test. Uji tersebut digunakan
untuk menguji perbedaan antara rata-rata abnormal return jangka pendek (3
bulan) dan rata-rata abnormal return jangka panjang (24 bulan). Hasil
pengujian hipotesis dengan paired sample t-test terhadap 33 perusahaan
disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Perbedaan Kinerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang
3 Bulan
24 Bulan
T-hitung
Sig.
Mean (%)
0,003328
0,002966
.254
.801
Std. Deviasi
0,009155
0,004751
33
33
N
Sumber : Data sekunder yang diolah.
Berdasarkan tabel 4. tersebut dapat diketahui tidak adanya perbedaan
rata-rata dan standar deviasi antara kinerja jangka pendek (3 bulan) dan
kinerja jangka panjang (24 bulan). Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa
nilai signifikansi t sebesar 0,801. Angka signifikasi t yang berada di atas 0,05
menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak, yang berarti tidak terdapat
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek (3 bulan) dan kinerja
jangka panjang (24 bulan).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-1, penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa kinerja saham jangka panjang mengalami
underperfomance. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa kinerja saham
jangka panjang underperformance. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi
sebesar 0,001. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-2, penelitian
ini berhasil membuktikan bahwa kinerja saham jangka pendek mengalami
outperformance. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa kinerja saham jangka
pendek outperformance. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar
0,045. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kinerja
saham jangka pendek mengalami outperformance terbukti didukung oleh fakta
empiris.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh MG
Kentris, Yohanes dan Andi K. (2004). Ia meneliti kinerja IPO untuk periode
1998 sampai 2000. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja jangka panjang
underperformed dengan rata-rata abnormal return sebesar -8,6878. Hasil
tersebut berdasarkan hasil uji t, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,000.
Sebaliknya pada jangka pendek kinerja IPO outperformance dengan nilai ratarata abnormal return sebesar 53,8846.
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi
dan Kusuma (2001) yang meneliti tentang kinerja surat berharga setelah IPO
di Indonesia pada periode 1994-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja
IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positip (39,67%) dan kinerja jangka
panjang (24 bulan) adalah negatip (-238,83%). Bukti ini menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja (underperformance).
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Aggarwal et
al (1993) yang meneliti kinerja IPO untuk 3 negara yaitu Brasilia, Chili dan
Meksiko. Sampel yang digunakan di Brasilia sebanyak 62 perusahaan, di Chili
19 perusahaan dan di Meksiko 44 perusahaan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan kinerja IPO jangka pendek untuk Brasilia 9,4%, Chili 4,4%, dan
Meksiko 4%, sedangkan kinerja setahun kemudian adalah –47%, -23,7%, dan
–19,6%.
Kinerja saham jangka panjang yang underperformance dan kinerja
saham jangka pendek yang outperformance pada perusahaan yang melakukan
IPO periode 2005 sampai 2007, Kinerja saham jangka pendek yang
outperfomance itu disebabkan karena sebagian besar perusahaan yang
melakukan IPO pada periode 2005 sampai 2007 memang memiliki kinerja
yang baik. Hal itu terbukti pada nilai abnormal return sebagian besar
perusahaan yang positif, selain itu hasil ini juga membuktikan bahwa ada
kemungkinan
perusahaan-perusahaan
yang
memilliki
kinerja
buruk
melakukan manajemen laba (earning management) sebelum mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79
digilib.uns.ac.id
melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan temuan Gumanti (2001), Setiawati
(2002) dan Saiful (2002) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta melakukan manajemen laba. Penelitian
ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan Friedlan (1994), yaitu
ada kecenderungan perusahaan-perusahaan melakukan manajemen laba
sebelum mereka melakukan IPO.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-3, penelitian ini
gagal membuktikan adanya perbedaan signifikan antara kinerja jangka pendek
dan kinerja jangka panjang pada perusahaan go public di Indonesia. Tidak
terjadinya perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek (3 bulan)
dan jangka panjang (24 bulan) dapat dilihat berdasarkan hasil uji t, di mana
nilai signifikansi t sebesar 0,801.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh MG
Kentris, Yohanes dan Andi K. (2004) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka
panjang pada perusahaan yang melakukan IPO periode 1998 sampai 2000.
Hasil tersebut berdasarkan uji paired sample t test, di mana nilai signifikansi t
sebesar 0,008. Dalam penelitian tersebut dalam menghitung abnormal return
menggunakan data harga saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG)
bulanan saat penutupan (closing price). Penelitian ini dilakukan pada periode
krisis dan setelah krisis moneter, sehingga dimungkinkan krisis tersebut
berdampak pada pasar modal Indonesia dalam jangka panjang, karena saat
user
krisis moneter terjadi, tingkat commit
inflasi ditoIndonesia
mengalami kenaikan.
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan dalam peneliltian ini dalam menghitung abnormal return
menggunakan data harga saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG)
harian saat penutupan (closing price), sehingga mencerminkan nilai abnormal
return yang sebenarnya dan dilakukan pada periode yang memiliki kondisi
perekonomian yang relatif normal dan tidak memiliki tingkat inflasi yang
tinggi.
Berdasarkan likuiditas perusahaan dapat dilihat bahwa perusahaan
yang melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tahun 2005-2007 adalah
perusahaan-perusahaan yang memiliki likuiditas kecil atau bahkan cenderung
merupakan saham yang tidak aktif diperdagangkan di bursa. Dari 42
perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) perusahaan yang
memiliki likuiditas tinggi dan termasuk dalam LQ-45 hanya sekitar 12
perusahaan sedangkan sisanya banyak yang merupakan saham yang tidak aktif
diperdagangkan di bursa . Hal ini mengakibatkan saham-saham yang tidak
aktif tersebut harganya tidak mencerminkan fundamental perusahaan
sesungguhnya.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, dapat diketahui ternyata perusahaan
yang mengalami outperformance belum tentu memiliki kinerja saham yang
baik. Hal ini dikarenakan saham tersebut memiliki kapitalisasi yang kecil.
Karena memiliki kapitalisasi yang kecil, saat harga saham tersebut mengalami
peningkatan, peningkatan tersebut tidak direspon dengan peningkatan harga
pasar. Tetapi ada beberapa perusahaan yang memang dapat mempertahankan
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja saham jangka panjangnya sehingga dalam jangka waktu dua tahun
kinerja sahamnya masih dapat berada diatas kinerja pasar.
Penelitian ini mengasumsikan bahawa perusahaan yang mengalami
underperformance telah melakukan earning management pada saat menyusun
laporan prospektus di waktu penawaran perdana. Penelitian ini tidak dapat
mendeteksi perusahaan yang mengalami underperformance yang memang
betul-betul karena kondisi penurunan kinerja yang sesungguhnya dari masingmasing individu perusahaan.
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis dengan metode one-sample t-test terhadap kinerja saham
jangka panjang menunjukkan bahwa kinerja saham jangka panjang
mengalami underperformance. Hal itu terbukti dari nilai signifikansi
kinerja saham jangka panjang sebesar (0,001) < 0,05. Dengan demikian H1
dalam penelitian ini diterima yang berarti kinerja saham dalam jangka
panjang mengalami underperfomance.
2. Hasil analisis dengan metode one-sample t-test terhadap kinerja saham
jangka pendek menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek
mengalami outperformance. Hal itu terbukti dari nilai signifikansi kinerja
saham jangka panjang sebesar (0,045) < 0,05. Dengan demikian H2 dalam
penelitian ini diterima yang berarti kinerja saham dalam jangka pendek
mengalami outperfomance.
3. Hasil analisis dengan metode paired sample t-test terhadap kinerja saham
jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan) menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham jangka
pendek dan jangka panjang
pada to
perusahaan
go public di Indonesia. Hal
commit
user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu terbukti dari nilai signifikansi sebesar 0,801 > 0,05. Dengan demikian
H3 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan
signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada
perusahaan go public di Indonesia.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan yang
ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Periode pengamatan yang relatif pendek (3 tahun), yaitu periode 2005
sampai dengan 2007 sehingga diperoleh sampel dalam jumlah yang relatif
kecil.
2. Jangka waktu pengamatan atas kinerja saham terbatas sampai 24 bulan
mengingat keterbatasan waktu, data yang tersedia, serta aktivitas
perdagangan saham yang belum terjadi.
3. Penelitian ini tidak membuktikan lebih jauh tentang adanya dugaan
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang akan
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas, maka dapat diberikan
implikasi sebagai berikut:
1. Sebaiknya periode pengamatan diperpanjang sehingga jumlah sampel yang
ada lebih banyak sehingga memungkinkan dapat diambil kesimpulan yang
lebih baik.
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jangka waktu pengamatan atas kinerja saham dapat lebih diperpanjang
lagi, terutama untuk kinerja saham jangka panjang sehingga hasil
penelitian mencerminkan fenomena yang sesungguhnya dan hasil
penelitian akan lebih baik.
3. Sebaiknya peneliti selanjutnya juga membuktikan kemungkinan adanya
kecenderungan
perusahaan
melakukan
manajemen
laba
(earning
management) sebelum melakukan IPO yang berdampak pada kinerja
jangka panjang.
4. Bagi investor perlu memperhatikan bahwa dimungkinkan perusahaan yang
melakukan penawaran saham perdana melakukan earning management.
Untuk itu investor disamping melihat laporan prospektus sebagai dasar
pengambilan keputusan pembelian saham, juga perlu melihat riwayat
kinerja keuangan perusahaan tersebut sebelum melakukan penawaran
perdana. Hal ini bermanfaat untuk melihat kinerja dalam jangka panjang.
5. Bagi emiten perlu memperhatikan kinerja saham yang dikeluarkannya
dalam jangka panjang tidak hanya dalam jangka pendek karena menurut
hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja saham
jangka panjang mengalami underperformance.
commit to user
Download