HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh: M. Khairul Anwar F 100 010 213 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA ABSTRAK Interaksi sosial merupakan modal dalam hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial di organisasi rumah sakit berbeda dengan interaksi sosial dalam masyarakat umum. Karena di rumah sakit para perawat dibebani dengan pekerjaan yang berat sebagai bentuk tanggung jawab profesi pekerjaannya, namun di sisi lain dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik kepada pasien, keluarga pasien, sesama perawat, sesama karyawan, dokter, dan semua pengunjung yang datang ke rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Hubungan antara konsep diri dengan interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta, 2) Sumbangan konsep diri terhadap interaksi sosial, 3) Tingkat konsep diri pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta, 4) Tingkat interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Subjek penelitian ini yaitu perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta yang berada di poli maupun bangsal rumah sakit. Jumlah subjek penelitian sebanyak 104 orang subjek. Alat pengumpulan data menggunakan skala konsep diri dan skala interaksi sosial dengan metode insidental sampling. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,547; artinya ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial. Sumbangan efektif variabel konsep diri terhadap variabel interaksi sosial sebesar 30 %. Berdasarkan pengkategorian diketahui variabel konsep diri sebesar 64,41% yang berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Sedangkan variabel interaksi sosial sebesar 68,02% yang berarti interaksi sosial pada subjek penelitian tergolong sedang. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin tinggi interaksi sosialnya, sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin rendah interaksi sosialnya. Kata kunci : konsep diri, interaksi sosial, perawat ABSTRACT Social interaction is a capital in social relations with others. The social relations concerning the relationship between the individual, the individual with the group, and group by group. Social interaction in different hospitals organizations with social interaction in public. Because the hospital nurses burdened with a heavy workload as a form of professional responsibility work, but on the other hand required to be able to communicate well with patients, families of patients, fellow nurses, fellow employees, physicians, and all the visitors who come to the hospital , The purpose of this study was to determine: 1) The relationship between self- 1 concept and social interaction to nurses in Islamic Hospital Surakarta, 2) contribution of the self-concept of the social interaction, 3) The level of selfconcept in a nurse at the Hospital of Islam Surakarta, 4) The level of interaction social to nurses in Surakarta Islamic Hospital. These research subjects are nurses in Surakarta Islamic Hospital located in poly and hospital wards. The number of research subjects, 104 subjects. Data collection tools using self-concept scale and the scale of social interaction with incidental sampling method. Methods of data analysis using product moment correlation technique. Based on the results obtained by the analysis of product moment correlation coefficient (r) of 0.547; meaning that there is a significant positive relationship between self-concept and social interaction. Effective contribution to variable variable self concept of social interaction by 30%. Based on the concept of self-categorization of unknown variables at 64.41%, which means self-concept research subject is high. While social interaction variables of 68.02%, which means social interaction in research subjects classified as moderate. It is concluded that there is a positive relationship between self-concept and social interaction to nurses in Surakarta Islamic Hospital. The higher the self-concept, the higher their social interactions, conversely the lower the lower the self-concept of social interaction. Keywords: self-concept, social interaction, nurse 1. Pendahuluan Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk berinteraksi sosial semakin besar ketika berada dalam suatu kelompok baik itu suatu perusahaan, industri atau organisasi lainnya. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat atau suatu organisasi. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, maka interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik. Menurut Homans (dalam Ali, 2004) interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Hal senada juga dikemukakan oleh Bonner (dalam Ali, 2004) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih, 2 dimana perilaku individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun Basrowi (2015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan sejenisnya. Soekanto (2002) mengemukakan aspek interaksi sosial yaitu : a. Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara individu satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama. b. Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi, pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator maupun penerima atau komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku seseorang menuju ke arah positif. Menurut Gerungan (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial yaitu : a. Imitasi, mempunyai peran yang penting dalam proses interaksi. Salah satu segi positif dari imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Tetapi imitasi juga dapat menyebabkan hal-hal negatif, misalnya yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi seseorang. 3 b. Sugesti, hal ini terjadi apabila individu memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain. Berlangsungnya sugesti bisa terjadi pada pihak penerima yang sedang dalam keadaan labil emosinya sehingga menghambat daya pikirnya secara rasional. Biasanya orang yang memberi sugesti orang yang berwibawa atau mungkin yang sifatnya otoriter. c. Identifikasi, sifatnya lebih mendalam karena kepribadian individu dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi. Proses ini dapat berlangsung dengan sendirinya ataupun disengaja sebab individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. d. Simpati, merupakan suatu proses dimana individu merasa tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan individu memegang peranan penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk kerjasama. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri, konsep diri merupakan kerangka acuan yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Fitts, dalam Sutaminingsih, 2010). Senada dengan pernyataan Prihatin, dkk (2012) bahwa konsep diri merupakan semua persepsi kita terhadap aspek diri, aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Merujuk pada kemampuan untuk menjadikan diri sebagai objek (Ritzer dan Goodman, 2010). Konsep diri menurut Fitts (1972) memiliki 4 aspek, yaitu : a. Aspek pertahanan diri (self defensiveness) Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Aspek pertahanan diri ini membuat seorang individu mampu untuk “menyimpan” keburukan dari dirinya dan tampil dengan baik sesuai yang diharapkan oleh lingkungan dari dirinya. 4 b. Aspek penghargaan diri (self esteem) Label-label dan simbol yang ada dan diberikan pada dirinya menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga dan kompeten. Jika label baik yang ditanamkan, maka akan semakin baik pula penghargaan pada dirinya sendiri. Sebaliknya, jika label kurang baik pada dirinya maka akan diinternalisasikannya dan membentuk penghargaan yang kurang baik pada dirinya sendiri. c. Aspek integritas diri (self integration) Mengacu pada integrasi antara bagian-bagian dalam diri seseorang. Semakin tinggi integrasi bagian-bagian diri seseorang, maka akan semakin baik pula individu tersebut menjalankan fungsinya dan eksistensinya. d. Aspek kepercayaan diri (self confidence) Kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualisasi diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Menurut Fitts (dalam Efendi, 2013) beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara konsep diri dengan interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta; 5 Sumbangan konsep diri terhadap interaksi sosial; Tingkat konsep diri pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta, Tingkat interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta 2. Metode Variabel-variabel yang digunakan peneliti berfokus sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung : Interaksi Sosial 2. Variable Bebas : Konsep Diri Populasi dalam penelitian bisa sangat luas tetapi dapat dibatasi menurut situasi dan tujuan penelitian dengan syarat tidak menyimpang dari penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jumlah totalnya adalah 308 orang perawat. Sampel adalah sejumlah individu yang dikenai perilaku untuk diambil kesimpulan dan digeneralisasikan pada populasi. Maka sampel yang akan digunakan adalah 104 orang perawat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling, yaitu memperoleh data hanya dari subjek yang dapat ditemui saja yang dijadikan sampel penelitian (Hadi, 2004). Alat ukur yang digunakan adalah skala konsep diri dan skala interaksi sosial perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan professional judgment dengan satu expert judment dari pembimbing. Untuk menguji daya beda aitem, dilihat dari hasil corrected item total corelation. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha croncbach (Azwar, 2007). dan menganalisis dengan korelasi product moment dari Pearson. 3.Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,547; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang signifikan 6 antara konsep diri dengan interaksi sosial. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ” Ada hubungan positif antara konsep diri dengan interaksi sosial pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta” dapat diterima. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin tinggi interaksi sosial, sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin rendah interaksi sosial. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ini ternyata sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh para tokoh dan peneliti terdahulu. Konsep diri yang positif mampu berkontribusi dalam meningkatkan harga diri seseorang (Fitts, 1972). Dalam hal ini, ketika berinteraksi sosial dengan orang lain maka akan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya dihadapan orang lain, sehingga jauh dari rasa pesimistis dan minder. Akan tetapi, harga diri yang rendah cenderung khawatir dengan apa yang orang lain katakan tentang dirinya. Ketakutan dengan evaluasi negatif dari orang lain dan kecenderungan terlalu memikirkan pendapat orang lain lebih besar daripada menghargai kemampuan dan usahanya sendiri. Hal inilah yang dapat mengacaukan dan menimbulkan keengganan seseorang dalam proses interaksi sosialnya. Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh Yuliantoro (2012) yang berjudul hubungan konsep diri dengan interaksi sosial pada remaja awal di Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) Satria Baturraden Kabupaten Banyumas dengan jumlah sampel 110 subjek dengan menggunakan 2 skala yaitu skala konsep diri dan skala interaksi sosial. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas, koefisien validitas skala konsep diri bergerak dari 0,372 sampai 0,666. Hasil uji coba skala konsep diri yang dilakukan terhadap N = 36, dari 60 butir pernyataan terdapat 45 butir valid karena nilai validitasnya lebih besar dari 0,329 dan 15 butir gugur karena nilai validitasnya kurang dari 0,329. Dan koefisien validitas skala interaksi sosial bergerak dari 0,329 sampai 0,647. Hasil uji coba skala interaksi sosial yang dilakukan terhadap N = 36, dari 90 butir pernyataan terdapat 60 butir valid karena nilai validitasnya lebih besar dari 0,329 dan 30 butir gugur karena nilai validitasnya kurang dari 0,329. Uji reliabilitas skala konsep diri diperoleh nilai α = 0,918, sedangkan uji reliabilitas skala interaksi sosial diperoleh α = 0,941. Sedangkan hasil analisis data dengan uji korelasi 7 product moment diperoleh rxy = 0,684 (P = 0,000) yang berarti ada hubungan sangat signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial. Dengan demikian kesimpulannya adalah ada hubungan yang positif konsep diri dengan interaksi sosial yaitu semakin tinggi konsep diri maka interaksi sosial tinggi, begitu pula sebaliknya apabila konsep diri rendah, maka interaksi sosial rendah. Berdasarkan hasil pengkategorian variabel diketahui konsep diri memiliki rerata empirik (RE) sebesar 64,41 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55 yang berarti konsep diri subjek penelitian tergolong kategori tinggi. Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan dengan orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan hal itu bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan oleh orang lain kepada diri individu tersebut (Mulyana, 2000). Variabel interaksi sosial mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 68,02 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti interaksi sosial pada subjek penelitian tergolong kategori sedang. Interaksi sosial di organisasi rumah sakit tentu berbeda dengan interaksi sosial dalam masyarakat umum. Di rumah sakit para perawat dibebani dengan tanggung jawab yang berat sebagai bentuk tanggung jawab profesi pekerjaannya, namun di sisi lain dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik kepada setiap pasien Sumbangan efektif konsep diri terhadap interaksi sosial sebesar 30% yang ditunjukkan oleh r square (r²) sebesar 0,300. Berarti terdapat 70% variabel lain yang mempengaruhi interaksi sosial selain konsep diri misalnya jenis kelamin, kepribadian, pendidikan, perhatian orangtua. 4.Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan “Ada hubungan positif antara konsep diri dengan interaksi sosial pada perawat di 8 Rumah Sakit Islam Surakarta” dapat diterima. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin tinggi interaksi sosial, sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin rendah interaksi sosial. 2. Sumbangan efektif konsep diri terhadap interaksi sosial sebesar 30 % yang ditunjukkan oleh r square (r²) sebesar 0,300. Berarti terdapat 70% variabel lain yang mempengaruhi interaksi sosial selain konsep diri misalnya jenis kelamin, kepribadian, pendidikan, perhatian orangtua. 3. Variabel konsep diri memiliki rerata empirik (RE) sebesar 64,41 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55 yang berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Berdasarkan kategorisasi diketahui dari 104 subjek terdapat 4 subjek (3,84 %) memiliki konsep diri sangat tinggi, 77 subjek (74,03 %) memiliki konsep diri tinggi, 22 subjek (21,15 %) memiliki konsep diri sedang dan 1 subjek (0,96 %) memiliki konsep diri rendah. 4. Variabel interaksi sosial mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 68,02 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti interaksi sosial pada subjek penelitian tergolong sedang. Berdasarkan kategorisasi diketahui dari 104 subjek terdapat 18 subjek (17,30 %) memiliki interaksi sosial tinggi, dan 86 subjek (82,69 %) memiliki interaksi sosial sedang. 5.Saran 1. Secara Teoritik : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial. Yaitu semakin tinggi konsep diri maka akan semakin tinggi pula tingkat interaksi sosial, sehingga dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu psikologi dan pendidikan. 2. Secara praktis : a. Sebagai sarana rujukan bagi peneliti-peneliti yang lain dari aspek masalah yang berbeda dengan harapan akan menjadikan berkembang khazanah keilmuan psikologi b. Dengan hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi pihak manajemen untuk menjadi instrument evaluasi diri dalam 9 rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan dan peningkatan hubungan yang harmonis antara semua pihak yang terkait, yaitu: yayasan, direksi, karyawan terutama para perawat, juga antar karyawan dengan karyawan. c. Agar menjadi masukan yang berharga bagi para perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta untuk pentingnya kesadaran akan konsep diri yang baik sebagai bekal dalam rangka menjaga dan memperbaiki cara berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan sesama perawat, dengan pasien, dokter dan semua pihak yang berhubungan langsung dengan para perawat untuk mewujudkan d. pelayanan prima di RumahSakit Islam Surakarta. Daftar Pustaka Ahmadi, H.A. dan Supriyono, W. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Ali, M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bumi Aksara. Azwar, S. 2003. Validitas dan Reliabilitas (Edisi III). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _________. 2007. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Andi Offset. Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Burns, R. B. 1993. Konsep Diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta : PT. Arcan. Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta : Andi. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya”. Bandung : CV. Penerbit J-Art. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Balai Pustaka. Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 10 Efendi, A.M. 2013. Hubungan Antara Konsep Diri Dan Pola Asuh Orangtua Dengan Konfromitas Santri. Thesis : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ensiklopedi Seri Indonesia Geografi. 1990. Jakarta : PT. Intermasa. Fatimah, E. 2006. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Interaksi Sosial Pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Fitts, W.H. 1972. The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles California, western psychology service. A division of manson western corporation. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Tarsito. Gunarsa, S. D. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK, Gunung Mulia. Hadi, S. 1987. Analisis Regresi. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. _______. 2000. Manual Seri Program Statistik (SPSS-2000). Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta : _______. 2004. Metodologi Riset. Yogyakarta : Andi Offset. Hamalik, O. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. __________. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisisus. Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. __________. 2003. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi ke-5). Jakarta : Erlangga. Hidayati, I.A. 2014. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecemasan Berbahasa Asing pada Mahasantri Pesma K.H. Mas Mansyur UMS. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UMS. Kasijan, Z. 1984. Psikologi Pendidikan. Jilid I. Surabaya : PT Bina Aksara. Kumaidi. 2004. Interpretasi Korelasi Skor Butir dengan Skor Total Uji Kebermaknaan Koefesien Relliabilitas KR-20 dalam Penelitian 11 Pendidikan Dan Psikologi. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 2. Nomor : 2. 2004. Mahmud, DM. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE. Meichati, SM. 1983. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Miraningsih, W. 2013. Hubungan Antara Interaksi Sosial dan Konsep Diri Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Pada Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri Purworejo. Skripsi (tidak diterbitkan). FIP BK Unnes Seamarang. Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya. Monks, F.J, Kneers, dan Haditomo. 1984. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagian. Yogyakarta : gajah mada university press. Monks, F.J, Kneers, AMP, Haditono, SR. 2002. Psikologi Perkembangan Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Murjono. 1996. Intelegensi Dalam Hubungannya Dengan Prestasi Belajar. Journal Anima. Volume XI. Nomor 42. Naga, D.S. 2004. Pengantar Teori Skor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta : Gunadarma. Nita, PD. 2014. Hubungan Antara Intensitas Bermain Game Online dengan Interaksi Sosial pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UMS. Partowisastro, R. 2003. Perbandingan konsep diri dan Interaksi Sosial anak-anak remaja WNI asli dengan keturunan Tionghoa. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi UI. Puspitayanti, N. W. W., Sulastri, M., Sedanayasa, G. 2014. Hubungan Konsep Diri dan Interaksi Sosial terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Sukasada Semester Genap TP. 2013/2014. Skripsi. Singaraja : e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vl 2 No.1. Santosa, S. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Singgih, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 12 Soekanto, S. 2002. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali. Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan. Edisi Baru. Jakarta : Rineka Cipta. Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Cetakan I. Jakarta : Balai Pustaka. Walgito, B. 2007. Piskologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset. Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia. Witherington, CH. 1984. Psikologi Pendidikan (Alih Bahasa : M.Buchori). Jakarta : Aksara Baru. Yuliantoro, Y. P. 2012. Hubungan Konsep Diri Dengan Interaksi Social Pada Remaja Awal Di Panti Social Petirahan Anak (PSPA) Satria Baturraden Kabupaten Banyumas. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UMP. 13