SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 21 – 22/10/2016 GALATIA 3 : 15-­‐29 ; 4 : 12-­‐20 A.Pengantar Pemberitaan Injil seringkali berhadapan dengan ajaran-­‐ajaran yang menolak kebenaran Injil atau yang memodifikasi ajaran yang sesat/salah sehingga terlihat seperti kebenaran Injil. Surat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia berisi kekuatirannya tentang pilihan hidup jemaat yang dulunya begitu takjub dengan berita Injil tetapi kemudian berpaling pada tawaran dari para pengajar yang menawarkan ajaran yang sesat (Gal. 1:6). Kebenaran akan anugerah keselamatan yang jemaat Galatia terima, rupanya belum dipahami secara utuh mungkin karena mereka hanya mencari hal-­‐hal membuat takjub atau hal baru yang hanya memuaskan keingintahuan mereka. Menyadari bahwa jemaat Galatia sedang berjalan menuju kebinasaan, maka Paulus berupaya dengan penuh kasih untuk membawa umat kembali kepada pemahaman yang benar tentang Injil keselamatan atau Anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Paulus memberikan dirinya sebagai contoh tentang bagaiman hidup dalam anugerah keselamatan walaupun dahulunya ia adalah orang yang hidup dalam legalisme taurat dan memegang adat istiadat Yahudi tetapi setelah mengenal Kristus kemudian meninggalkan semua itu (Gal. 1:13,14) karena bagi Paulus, anugerah keselamatan dalam Kristus tidak ternilai harganya. B. Hukum Taurat (Perbuatan Baik) atau Anugerah Keselamatan Ketika kita percaya bahwa kita dibenarkan oleh karena perbuatan baik kita, terpisah dari iman, berarti kita menerima ajaran Legalisme; yaitu ajaran yang mementingkan pelaksanaan hukum secara harafiah. Paham seperti ini tidak benar. Yang memegang paham seperti ini misalnya orang Farisi dan Ahli Taurat. Yesus mengecam mereka karena mereka melaksanakan hukum Taurat secara harafiah, sehingga mereka jatuh kedalam dosa kemunafikan dan kesombongan. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa hanya karena iman saja tanpa menghasilkan perbuatan-­‐perbuatan baik, bahwa setelah Injil diberitakan, maka anugerah Allah sajalah yang dapat menyelamatkan sehingga hukum moral tidak berguna lagi dan tidak perlu diindahkan. Paham inipun salah. Relasi antara iman dan perbuatan baik merupakan suatu hal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, meskipun perbuatan-­‐perbuatan baik kita tidak menambahkan apa-­‐apa bagi iman dan keselamantan kita di hadapan Allah, dan meskipun keselamatan kita hanya oleh karena anugerah Allah melalui Iman kepada Yesus Kristus, tetapi apabila perbuatan baik tidak mengikuti pengakuan iman kita maka itu merupakan indikasi yang nyata bahwa kita tidak memiliki iman yang menyelamatkan. Rumusan pengajaran reformasi mengatakan bahwa kita di selamatkan hanya oleh karena anugerah, dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus saja, tetapi apabila seseorang telah menerima anugerah keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus, maka hal itu akan tampak dalam sikap hidupnya sehari-­‐hari. Orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah Allah pasti berbuat baik, tetapi orang yang berbuat baik belum tentu adalah orang percaya yang sudah menerima anugerah keselamatan. Posisi perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan syarat keselamatan. Jadi perbuatan baik mengikuti keselamatan, bukan keselamatan yang mengikuti perbuatan baik. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang kepada keselamatan, namun keselamatan akan membuahkan perbuatan baik. Tidak ada yang diselamatkan karena perbuatan baik/melakukan hukum Taurat (Gal. 2:16). Kita tidak memiliki amal baik pada diri kita sendiri yang dapat Allah perhitungkan untuk menyelamatkan kita. Sola Gracia (hanya karena anugerah Tuhan), keselamatan merupakan karya ilahi, oleh Allah dan dari Allah (Ef.2:8-­‐9). Iman dan perbuatan baik harus dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, iman yang sejati adalah anugerah Allah dan selalu menghasilkan perbuatan-­‐perbuatan baik. Kita berbuat baik karena kita telah diselamatkan dan perbuatan baik kita adalah buah dari keselamatan yang sudah kita terima. Kasih karunia/anugerah merupakan belas kasihan atau kemurahan Allah bagi kita yang sesungguhnya tidak layak menerima. Allah berikan dengan cuma-­‐Cuma berdasarkan Kedaulatan dan Kasih-­‐Nya. Kita harus menjadi orang yang senantiasa bersyukur pada Allah atas anugerah keselamatan yang kita terima dari pada-­‐Nya. C. Ancaman bagi Persekutuan (Gal. 4) Jemaat Galatia telah mengenal Allah melalui karya Kristus. Mereka telah dimerdekakan dari perhambaan dosa dan ilah-­‐ilah lain (ayat 8). Namun, yang menjadi persoalan adalah mereka telah kembali memperhambakan diri pada roh-­‐roh dunia ini oleh karena mereka mengikuti ajaran yang menyesatkan itu (ayat 9-­‐10). Paulus telah berusaha meyakinkan mereka akan kebenaran Injil itu melalui pengalaman iman mereka (ayat 3:1-­‐5) dan melalui ajaran-­‐ajaran Alkitabiah dari Perjanjian Lama (ayat 3:6-­‐4:7). Kini ia hendak menggugah hati jemaat di Galatia melalui relasi yang selama ini terbina baik dan intim antara dirinya dengan mereka (ayat 4:12). Dahulu ketika Paulus pertama kali memberitakan Injil kepada mereka, mereka menerimanya dengan tangan terbuka dan penuh sukacita. Padahal Paulus ketika itu sedang dalam keadaan sakit. Menurut para ahli, mungkin Paulus menderita salah satu dari penyakit ini, rabun mata, malaria, atau epilepsi/ayan. Mereka menerima Paulus dan pemberitaannya karena melihat ketulusan hatinya dalam memberitakan Injil sejati itu. Mereka begitu berbahagia dalam iman yang dikaruniakan Allah kepada mereka (ayat 13-­‐15). Sekarang Paulus hadir melalui suratnya, tetap dalam ketulusan, untuk memberitakan kebenaran. Apakah mereka akan menerima atau malah membenci Paulus (ayat 16)? Mengapa mereka begitu cepat berubah? Oleh karena penghayatan yang salah akan hukum Taurat, mereka kembali diperhamba olehnya. Akibatnya mereka kehilangan relasi yang intim dengan Tuhan dan juga dengan Paulus (ayat 17). Tanda-­‐tanda orang yang beriman kepada Kristus adalah sukacita, kasih, dan ketulusan terhadap sesama. Sebaliknya, orang yang diperhamba oleh berbagai peraturan agamawi akan hidup dalam belenggu kepura-­‐puraan, kesombongan dan merasa diri paling benar. Rasul Paulus berusaha menggugah mata iman dan hati nurani jemaat supaya mereka dapat melihat dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pekerjaan Paulus semakin berat karena begitu banyak orang yang telah tergoda untuk mengikuti ajaran dari para pengajar sesat yang berusah menarik kembali mereka yang telah percaya kepada Kristus untuk kembali kepada ajaran taurat. Kehadiran para pengajar sesat ini menjadi ancaman yang serius bagi persekutuan jemaat Galatia. Paulus secara tegas menolak untuk berkompromi dengan ajaran yang tidak benar dan memilih untuk menegaskan kembali ajaran yang benar kepada Jemaat. Paulus melakukan pendekatan pribadi untuk merangkul jemaat. Ia mengingatkan bahwa demi merekalah ia telah menjadi non-­‐Yahudi; ia telah melepaskan diri dari tradisi-­‐tradisi yang dikenalnya sejak kecil; ia menjadi sama seperti mereka dan itulah sebabnya ia menghimbau mereka untuk tidak menjadi Yahudi lagi, tetapi menjadi sama seperti dia. Paulus adalah seorang bapa rohani yang baik; ia pandai mengimbangi teguran dengan kasih. Sekarang ia beralih dari “pukulan” ke “pelukan”sementara ia mengingatkan orang-­‐orang percaya akan kasih mereka kepadanya. Pada suatu saat mereka bersedia mengorbankan apapun bagi Paulus. Demikian besarnya kasih mereka, tetapi sekarang mereka telah menjadi musuhnya. Para penganut Yudaisme telah datang dan mencuri kasih mereka. Kasih yang melimpah yang dimiliki Paulus untuk Jemaat Galatia digambarkan seperti hubungan ibu dan anaknya, ungkapan “anak-­‐anakku”dan ”menderita sakit bersalin” menunjukkan pengorbanan yang dirasakan Paulus merupakan bukti dari betapa besarnya kasih dia kepada Jemaat-­‐jemaat Galatia. Sebagai pemberita Injil yang membangun Jemaat, diperlukan kasih yang besar untuk melayani, kadang kekecewaan karena Jemaat tidak tumbuh seperti yang diharapkan sering membuat seorang hamba Tuhan putus asa, semua pengorbananpun terasa sia-­‐sia saja. Hamba Allah yang sejati tidak “memanfaatkan orang”untuk membesarkan diri atau pekerjaannya; ia melayani di dalam kasih untuk menolong orang mengenal Kristus dengan lebih baik dan memuliakan dia. Belajar dari Sang Guru Agung kita Yesus Kristus yang kasihNya melimpah bahkan rela mati untuk menebus dosa manusia. Ketika kita merasa kurang mengasihi, biarlah Dia yang telah lebih dulu mengasihi kita, melimpahkan kasihNya. Kasih yang rela berkorban untuk orang-­‐orang yang bahkan tidak menunjukkan kasih kepada kita. Perlu keberanian untuk menyatakan kebenaran, ketika Rasul Paulus mendengar bahwa Jemaat-­‐ jemaat Galatia mulai dibingungkan dengan ajaran sesat, segera Paulus mengirimkan surat yang berisi teguran dan peringatan agar mereka kembali kepada kebenaran Injil yang memerdekakan. Walaupun itu membuat dia dimusuhi, dianggap musuh oleh Jemaat yang begitu dia kasihi karena Paulus berani menyatakan kebenaran bukanlah keadaan yang menyenangkan. Sebagai pelayan Tuhan seringkali kita harus memilih diam atau menyatakan kebenaran, perasaan dimusuhi atau dianggap aneh karena menyatakan kebenaran bukanlah hal yang mudah. Tapi itu bukan berarti kita putus asa dan menjadi tidak peduli. Jemaat tetap perlu tahu apa yang benar atau salah sepahit apapun itu. Seperti orangtua yang selalu ingin yang baik untuk anak-­‐anaknya walaupun terkadang si anak tidak mau mendengar atau menerimanya, para presbyter jemaat perlu terus menunjukkan kebenaran dalam Kristus dalam pengajaran dan kesaksian tentang hidupnya yang berkenan bagi Tuhan Yesus Kristus.