PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ARTIKEL PENELITIAN OLEH RUDIANSYAH NIM F34211083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK Mei 2013 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL RUDIANSYAH NIM F34211085 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Siti Halidjah, M.Pd. NIP 19720528 200212 2 002 Dra. K. Y. Margiati, M.Si. NIP 19531216 198003 2 001 Disahkan, Dekan Dr. Aswandi. NIP 19580513 198603 1 002 Ketua Jurusan Pendidikan Dasar Drs. H. Maridjo Abdul Hasjmy, M.Si. NIP 19510128 197603 1 001 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Rudiansyah, Siti Halidjah, K.Y. Margiati PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak e-mail: [email protected] Abstrak: Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian Tindakan di Kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang). Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan dampak penerapan model cooperative learning tipe number head together (NHT) terhadap hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroon Action Research). Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran sebesar 0,66. Terdapat peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 0,93. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 82,40 (tuntas). Terjadi peningkatan sebesar 28,80 poin. Kata Kunci: penerapan, model cooperative learning tipe number head together (NHT), pembelajaran ilmu pengetahuan sosial Abstract: Application of Cooperative Learning Model Type Number Head Together (NHT) in the Social Sciences Learning (Action Research in the Classroom VI SDN 14 South Matan Hilir Ketapang). This study aimed to describe the impact of the application of cooperative learning model of type number head together (NHT) to student learning outcomes. The method used is descriptive method of research is a form of classroom action research (Classroon Action Research). Based on the results of the research are increasing the ability of teachers in designing learning by 0.66. There is an increase in the ability of teachers to implement learning by 0.93. There is an increase in student learning outcomes at 82.40 (completed). An increase of 28.80 points. Key Words: application, type of cooperative learning models number head together (NHT), social science learning. PENDAHULUAN Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Didalam Depdiknas KTSP (2006:575) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Dalam prakteknya pembelajaran IPS yang terjadi saat ini lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan atau mencatat. Metode ceramah merupakan metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 97). Selama ini, hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang masih dibawah KKM sebesar 60. Salah satu cara yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa selama di kelas adalah penerapan model pembelajaran, dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Syaiful Sagala, 2010: 62). Model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran. Pusat pembelajaran bukan lagi terletak pada guru melainkan pusat pembelajaran pada siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek dalam pembelajaran namun sebagai subjek pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPS, diantaranya adalah Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka model pembelajaran yang dapat menjawab berbagai permasalahan tersebut adalah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT). Penulis ingin mengkaji masalah ini dengan mengadakan penelitian mengenai dampak pengaruh penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 14 Matan Hilir Selatan. Tujuan umum dari penelitian ini adalah “Mendeskripsikan penerapan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan. Kemudian dari tujuan umum di atas maka dapat dirumuskan menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan rancangan pembelajaran IPS dengan menerapakan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) di kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan, (2) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) di Kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan, (3) Mendeskripsikan dampak penerapan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Nursid Sumaatmajda (1984: 10) diartikan sebagai “ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut” Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (Saidihardjo, 2005: 109). Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1) Manusia, tempat dan lingkungan, (2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) Sistem sosial dan budaya, (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 3). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim (2000: 17) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : (1) Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, (2) Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, (3) Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu : (1) Pembentukan kelompok, (2) Diskusi masalah, (3) Tukar jawaban antar kelompok Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut : (1) Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, (2) Pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar, (3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket. Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru, (4) Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum, (5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas, (6) Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah : (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) Memperbaiki kehadiran, (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) Pemahaman yang lebih mendalam, (6) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (7) Hasil belajar lebih tinggi. METODE Menurut Sumanto (1993:77) metode dekriptif pada prinsipnya mendiskripsikan dan menginterprestasikan apa yang ada dan biasanya mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang. Menurut Hadari Nawawi (1998: 63) metode deskriptif adalah prosedur pemecah masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang lembaga masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Bentuk Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Selanjutnya Suharsimi (2008:3) menyatakan “penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan secara bersama melihat kondisi kelas untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Penelitian ini bersifat kolaboratif, karena merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) yang bertujuan memperbaiki pembelajaran. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI B Sekolah Dasar Negeri 14 Matan Hilir Selatan tahun pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 25 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 14 perempuan. Peneliti menetapkan subjek siswa kelas VI tersebut, karena menurut studi pendahuluan, kelas ini sesuai dengan apa yang akan menjadi tujuan dari penelitian ini. Latar penelitian ini adalah di dalam kelas. tempat yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data yang di inginkan di SDN 14 Matan Hilir Selatan, Desa Pesaguan Kanan, Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru, untuk mengetahui kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, dan lembar jawaban siswa. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan menggunakan observasi langsung dan studi dokumenter. Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VI Sekolah Dasar 14 Matan Hilir Selatan dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT). Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Analisis data yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase merupakan langkah ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan kualitatif. Jadi, pernyataan dalam pernyataan dalam presentase bukan merupakan hasil analisis kualitatif. Analisis data kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjukkan pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas. Oleh karena itu, hasil penilaian yang berupa bilangan tersebut harus diubah menjadi sebuah predikat, yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang baik. (Suharsimi Arikunto, 2007:269). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus penelitian terfokus pada bagaimana penerapan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together pada pembelajaran IPS dapat berdampak terhadap hasil belajar siswa kelas VI SDN 14 matan Hilir Selatan Ketapang. Proses pelaksanaan penelitian berupa penilaian terhadap kemampuan guru dalam merancang RPP dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Data proses yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut. Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran memiliki ratarata 2,60. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki rata-rata 2,80. Sedangkan hasil belajar siswa memiliki rata-rata kelas 53,60. Data proses yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut. Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran memiliki ratarata 3,26. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki rata-rata 3,73. Sedangkan hasil belajar siswa memiliki rata-rata kelas 82,40. Pembahasan Pada bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pelaksanaan tindakan kelas. Penelitian dimulai tanggal 08-11 Februari 2013. Tahap pelaksanaan tindakan kelas merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun guna meningkatkan kemampuan guru dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah serta bagaimana pelaksanaan penerapannya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan siswa. Dari hasil observasi siklus I terhadap penilaian kemampuan guru dalam merancang RPP ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah terlihat bahwa rata-rata kemampuan guru sebesar 2,60 yang termasuk dalam kategori “cukup”. Dengan nilai rata-rata instrumen penilaian kinerja guru sebesar 2,60. Ini menunjukkan bahwa guru cukup dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran . Dengan sub bagian aspek yang telah mencapai skor 3 (nilai baik) adalah pada sub bagian perumusan tujuan pembelajaran, sedangkan untuk sub-sub bagian lainnya masih belum tercapai (nilainya kurang dari 3). Dari hasil observasi siklus I terhadap penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 2,80 yang masuk dalam kategori “cukup”. Ini menunjukkan bahwa guru cukup dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Dengan sub bagian aspek yang telah mencapai skor 3 (nilai baik) adalah pada sub bagian pra pembelajaran, memberikan penghargaan dan penutup. Sedangkan untuk subsub bagian lainnya masih belum tercapai (nilainya kurang dari 3). Dari hasil penilaian evaluasi belajar siswa siklus I terlihat bahwa rata-rata kelas hasil belajar siswa adalah 53,60. Ini menunjukkan bahwa guru belum berhasil melaksanakan pembelajaran IPS. Hanya 14 orang siswa tuntas sedangkan 11 orang anak masih dibawah KKM. Dari hasil observasi siklus II terhadap penilaian kemampuan guru dalam merancang RPP matematika dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah terlihat bahwa rata-rata kemampuan guru sebesar 3,26 yang termasuk dalam kategori “baik”. Dari rata-rata tersebut menunjukkan bahwa guru sudah terampil dalam merancang RPP dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe NHT. Rata-rata kemampuan guru dalam merancang pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dari rata-rata siklus I sebesar 0,66 poin. Dari hasil observasi pada siklus II menunjukkan meningkat dan makin baiknya kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS dengan model Cooperative Learning Tipe NHT. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada siklus II menjadi 3,73 yang berarti baik. Peningkatan ini dikarenakan makin pahamnya guru dalam penguasaan dan penyampaian materi IPS kepada siswa. Dari hasil penilaian evaluasi belajar terlihat nilai rata-rata kelas sebesar 81,60. Ini menunjukkan bahwa guru berhasil melaksanakan pembelajaran IPS. Dan juga semua siswa berhasil mencapai nilai KKM. Dari pembahasan hasil penelitian pada siklus I, dan siklus II, maka dapat dipaparkan hasil penelitian secara detail peraspek sebagai berikut. Hasil penilaian kemampuan guru dalam merancang pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe NHT pada siklus I, dan II adalah sebagai berikut: Hasil Penilaian Kemampuan Guru Dalam Merancang RPP No Aspek yang diamati A Perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran Skenario/kegiatan pembelajaran Penilaian hasil belajar Skor rata-rata B C D E Siklus I Siklus II Peningkatan 3,00 3,33 0,33 2,50 3,50 1,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,50 0,50 2,50 2,60 3,00 3,26 0,50 0,66 Dari hasil penilaian kemampuan guru pada siklus I dan siklus II dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS terdapat peningkatan rata-rata nilai akhir sebesar 0,66. Dengan demikian, guru telah mencapai penguasaan dalam menyusun RPP. Untuk melihat hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe NHT pada siklus I, dan II peraspek adalah sebagai berikut. Hasil Penilaian Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran No I II III IV V VI Aspek yang diamati Pra pembelajaran Menyajikan/menyampaikan informasi Kegiatan inti pembelajaran Pelaksanaan dalam kerja kelompok Evaluasi Penutup Skor rata-rata Siklus I 3,50 3,5 2,75 Siklus II 4,00 4 3,09 Peningkatan 0,5 0,5 0,34 2,66 2,97 3,33 3,35 0,67 0,41 Dari hasil penilaian kemampuan guru pada siklus I dan siklus II dalam melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) terdapat peningkatan rata-rata nilai akhir untuk semua aspek sebesar 0,93. Dengan demikian, guru telah mencapai penguasaan dalam menyusun melaksanakan pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan penerapan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) pada siklus I dan II adalah sebagai berikut: Hasil Evaluasi Individu Belajar Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Kode Siswa AR AN BA DK DH DW DP EP ER LY MN M. DA M. GG M. HSZ MY NM RA RN ST SA SR TW WY WR WI Skor total Skor rata-rata Siklus I Siklus II Peningkatan 40 60 60 40 40 40 60 80 80 60 60 40 60 40 40 60 60 40 60 60 80 60 40 40 40 100 80 80 60 60 60 80 100 100 80 100 80 80 80 60 80 80 100 100 80 100 80 100 60 80 1340 53,60 2060 82,40 60 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 40 20 40 20 20 20 60 40 20 20 20 60 20 40 720 28,80 Dari hasil rata-rata penilaian pembelajaran IPS pada siklus I dan siklus II setelah menerapkan model Cooperative Learning Tipe NHT terdapat peningkatan rata-rata nilai akhir yaitu sebesar 28,80. Dengan demikian, guru telah mencapai tujuan pembelajaran. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 14 Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang”, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Penerapan rancangan pembelajaran diurutkan dari tahap eksplorasi yaitu tanya jawab guru dan siswa, siswa berfikir bersama dalam mengerjakan LKS. Tahap elaborasi yaitu kelompok mempersentasikan jawaban dan ditanggapi oleh kelompok lain. sedangkan tahap konfirmasi yaitu guru mengarahkan jika jawaban dari hasil diskusi terdapat kesalahan serta guru memberikan pujian bagi kelompok yang menjawab benar. (2) Pelaksanaannya dalam mengimplementasikan di sekolah sesuai dengan yang di rancang dalam RPP dengan upaya guru mengoptimalkan kerja kelompok melalui mimbingan. (3)Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) pada pembelajaran IPS kelas VI SDN 14 Matan Hilir Selatan Ketapang, yaitu pada siklus I sebesar 53,60 (tidak tuntas), siklus II 82,40 (tuntas). Terjadi peningkatan sebesar 28,80 poin. Dari paparan di atas disimpulkan bahwa dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran terjadi peningkatan baik pada kemampuan guru merancang pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, maupun hasil belajar siswa. Peningkatan yang dihasilkan mencapai kriteria “baik”. Dengan demikian guru dikategorikan berhasil. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Guru harus lebih terampil merancang pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) terutama pada sub pemilihan dan pengorganisasian materi ajar. Perencanaan pembelajaran yang baik sangat menentukan keberhasilan dan tercapainya tujuan pembelajaran. (2) Guru harus lebih meningkatkan lagi kemampuan melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) dan menguasai langkah-langkah Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT). Perencanaan yang baik tidak akan mencapai keberhasilan apabila tidak dilaksanakan dengan baik. (3) Guru harus lebih banyak membimbing dan memberikan penguatan kepada siswa dalam menerapkan model Cooperative Learning Tipe Number Head Together (NHT) sehingga dalam proses pembelajaran terjadi suasana yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP SD/MI). Departemen Pendidikan Nasional. Gulo. W.( 2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. HB. Sutopo. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Pers. Ibrahim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. M. Sobby Sutikno. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Moedjiono Moh. Dimyati. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud, dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan. Nana Sudjana & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Oemar Hamalik. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.. Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sumaatmadja, Nursid (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung. Alumni. Suryobroto B. (2002). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. SW Widodo, Mulyadi HP. IPS untuk SD/MI kelas VI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pusaka. Inovatif Berorientasi Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Wijaya Kusuma, Dedi Dwitagama. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.