pengembangan pusat inovasi usaha mikro, kecil

advertisement
PENGEMBANGAN PUSAT INOVASI USAHA MIKRO,
KECIL DAN MENENGAH (PI UMKM) DALAM KERANGKA
SISTEM INOVASI DAERAH (SID)
Ignatius Subagjo
Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing
BPPT
ABSTRAK
Pengembangan sistem inovasi daerah diyakini dapat dijadikan landasan dalam
pembangunan ekonomi daerah untuk meningkatkan daya saing. Dalam konsep
pengembangan sistem inovasi daerah, yang harus dilakukan adalah penguatan
kerangka elemen sistem inovasi daerah dan pelaksanaan 6 (enam) agenda
kebijakan pengembangan sistem inovasi daerah. Sebagai simpul dari jaringan
kemitraan yang memberikan jasa pelayanan terpadu untuk menumbuhkembangkan
UMKM yang inovatif, PI UMKM berperan penting dalam memperkuat elemen bisnis/
industri yang ada di dalam kerangka elemen sistem inovasi daerah.
Pemerintah Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang telah mengadopsi
pengembangan sistem inovasi daerah sebagai platform pembangunan ekonomi di
daerahnya. Beberapa agenda kebijakan pengembangan sistem inovasi daerah telah
dijalankan. Demikian juga, penguatan kerangka elemen sistem inovasi daerah juga
telah dilakukan. Salah satunya adalah penguatan PI UMKM melalui kerjasama
dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kata Kunci : kebijakan, pengembangan, sistem, inovasi, daerah, UMKM, PI UMKM.
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.
Diyakini bahwa kemampuan suatu daerah untuk menawarkan lingkungan usaha yang
kondusif, menarik investor dan orang-orang berbakat bisnis, serta kemampuan meyakinkan untuk
dapat berkinerja unggul di daerahnya akan memampukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerahnya. Semakin diyakini pula bahwa semua kemampuan itu hanya mungkin
dapat dicapai bila dalam membangun ekonomi di daerah menggunakan landasan pengembangan
sistem inovasi daerah, bukan lagi berlandaskan melimpahnya sumber daya alam ataupun
murahnya tenaga kerja kurang terampil.
Sebagai suatu bentuk cara pandang sistem, sistem inovasi daerah yang dimaksud di sini
pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan,
jaringan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan
inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran di
daerah (Taufik, 2005). Sistem inovasi daerah tak hanya dipengaruhi oleh aspek/faktor-faktor
universal tetapi juga aspek/faktor spesifik lokal-lokasional serta bagaimana dinamika interaksinya
dengan dunia luar.
Disadari atau tidak, upaya pengembangan sistem inovasi daerah telah banyak dilakukan
oleh Pemerintah Daerah di Indonesia. Namun pada umumnya, diantara sekian banyak aktor di
dalam sistem inovasi daerah, pengembangan PI UMKM sebagai aktor pendukung salah satu
elemen penting dalam pengembangan sistem inovasi daerah masih sering kurang mendapat
perhatian yang serius. Hal ini antara lain mengakibatkan kurang berkembangnya industri di daerah
yang dikarenakan kurangnya layanan PI UMKM untuk menumbuhkembangkan UMKM yang
1
inovatif baik melalui penguatan kinerja UMKM yang ada maupun melalui penumbuhan UMKM
pemula yang inovatif.
PI UMKM yang dimaksud adalah Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu
suatu organisasi atau unit organisasi sebagai simpul dari jaringan kemitraan yang memberikan
jasa pelayanan terpadu untuk menumbuhkembangkan UMKM yang inovatif. Jasa layanan PI
UMKM yang diberikan kepada UMKM dapat berupa layanan teknologi, pengembangan sumber
daya manusia (SDM), intermediasi bisnis, inkubasi bisnis, akses informasi bisnis, maupun fasilitasi
akses pembiayaan bisnis.
I.2. Tujuan dan Manfaat.
Makalah ini bertujuan untuk mengingatkan para pemangku kepentingan pembangunan
ekonomi di daerah agar memberikan perhatian dan penanganan yang berimbang pada seluruh
elemen penting beserta seluruh aktor pendukungnya di dalam sistem inovasi daerah. Adapun
yang dimaksud dengan elemen penting dalam sistem inovasi daerah dapat dilihat pada uraian di
sub bab 2.1.2. berikut di bawah.
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai masukan bagi para pemangku
kepentingan pembangunan ekonomi di daerah dalam merencanakan program atau kegiatan
pembangunan ekonomi di daerahnya dalam kerangka agenda kebijakan pengembangan sistem
inovasi daerah. Uraian mengenai agenda kebijakan pengembangan sistem inovasi daerah juga
dapat ditemui pada sub bab 2.1.4. berikutnya.
II.
GAMBARAN UMUM
II.1. Konsep Pengembangan Sistem Inovasi Daerah.
II.1.1. Pemahaman Pengertian Sistem Inovasi Daerah.
Sebagaimana definisi sistem inovasi daerah seperti diuraikan di atas, di dalam pengertian
sistem inovasi daerah mengandung sekelompok pelaku pembangunan ekonomi di daerah baik
individu maupun organisasi yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam suatu jaringan untuk
menghasilkan inovasi dan mendifusikannya. Ditekankan juga bahwa agar dapat terus mengikuti
perubahan yang berkembang, kelompok pelaku pembangunan ekonomi di daerah ini perlu terus
menjalani proses pembelajaran.
Pada dasarnya, sistem inovasi daerah hanya mungkin dapat dikembangkan bila ada
kehendak kuat, kepeloporan dan konsistensi dari Kepala Daerah untuk membangun kompetensi
dan memperkuat kolaborasi sinergis berbagai pihak dalam pembangunan ekonomi daerahnya
melalui kebijakan dan instrumen kebijakan yang ditetapkan. Dengan kata lain, kunci keberhasilan
pengembangan sistem inovasi daerah adalah adanya kehendak kuat, kepeloporan dan
konsistensi dari Kepala Daerah baik dalam penetapan agenda kebijakan pengembangan sistem
inovasi daerah, penguatan kerangka elemen sistem inovasi daerah, maupun dalam penyediaan
anggaran pengembangan sistem inovasi daerah.
Unsur-unsur utama Sistem Inovasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1)
Daya dukung pihak penyedia;
2)
Daya serap pihak pengguna;
3)
Kelembagaan antarmuka dan keterkaitan para pihak yang saling menguntungkan;
4)
Infrastruktur yang terspesialisasi;
5)
Pendanaan/pembiayaan inovasi dan/atau pendanaan/pembiayaan berisiko;
6)
Kebijakan yang mendukung.
II.1.2. Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah.
2
Taufik (2005) menggambarkan skema Kerangka dan Elelemen Penting Bagi Perkembangan
Sistem Inovasi Daerah sebagai berikut :
Gambar Kerangka Dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah.
Sumber : Taufik (2005)
Skema ini memberikan sandaran dan kerangka kerja baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama tentang pentingnya pendekatan sistemik/holistik, sifat ketidaklinieran, dan pentingnya
interaksi, kemitraan dan sinergitas berbagai elemen sistem serta pentingnya peran pemerintah,
baik pusat maupun daerah, untuk menghasilkan koherensi berbagai kebijakan terkait yang biasa
disebut dengan kebijakan inovasi.
Elemen yang tergambar dalam skema di atas merupakan elemen-elemen penting utama
saja. Di luar itu, masih banyak elemen pendukung yang juga perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan yang berimbang dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan sistem inovasi
daerah. Salah satu elemen pendukung yang dimaksud adalah Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (PI UMKM) yang berperan untuk menumbuhkembangkan UMKM inovatif yang
akan memperkuat elemen industri/ bisnis.
II.1.3. Landasan Utama Sistem Inovasi Daerah.
Menurut Taufik (2005), dengan mencermati konsep/model sistem inovasi dan beberapa
praktik yang berkembang, konsep sistem inovasi daerah pada intinya mengandung beberapa
landasan penting seperti diilustrasikan pada gambar berikut :
3
Gambar Konsep Landasan Mengembangkan SID
Sumber : Taufik (2005)
Konsep ini dipandang dapat membantu bagaimana daerah mengembangkan/ menyusun
strateginya untuk mengembangkan/ memperkuat sistem inovasinya dalam mengatasi persoalanpersoalan yang dihadapi.
Beberapa landasan utama konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1)Daerah.
Konsep SID memang merupakan cara pandang tentang sistem inovasi pada tataran daerah.
Dari perspektif administratif pemerintahan, pengertian daerah secara formal administratif
(misalnya kabupaten/kota ataupun propinsi) sering menjadi alat paling mudah untuk menetapkan
batasan sistem. Namun pemajuan sistem inovasi daerah membutuhkan cara pandang yang lebih
terbuka dan menguntungkan bagi daerah lebih dari sekedar pertimbangan batasan administratif.
Kerjasama dengan daerah lain merupakan aspek yang harus digali dan dikembangkan oleh setiap
daerah dalam memperkuat daerah masing-masing. Hal-hal seperti ini memang semakin
membutuhkan kemampuan daerah untuk menghadapi paradoks yang berkembang, bahwa
bersaing dan bekerjasama merupakan kemampuan yang perlu terus dikembangkan secara
bersamaan. Konsep daerah dalam sistem inovasi, pada dasarnya dapat diartikan secara fleksibel
agar memiliki pengertian kontekstual.
2)
Interaksi.
Konsep sistem mengindikasikan bahwa elemen-elemen dalam sistem berinteraksi satu
dengan lainnya dan berproses ke arah yang lebih baik, sesuai dengan peran masing-masing.
Sistem tanpa interaksi antar elemen hanyalah sistem yang semu. Interaksi yang sehat adalah
interaksi yang produktif dan menghasilkan keuntungan timbal-balik bagi para pihak yang
berinteraksi, meskipun dalam bentuk yang mungkin berbeda. Dinamika sistem inovasi daerah
akan ditentukan oleh bagaimana interaksi terjadi dalam sistem tersebut.
3)
Keterkaitan dan jaringan.
Keterkaitan dan jaringan rantai nilai menjadi dasar bagi penguatan sistem inovasi dan perlu
ditumbuhkembangkan. Keterkaitan dan jaringan ini tidak saja menyangkut aktivitas bisnis tetapi
juga non-bisnis. Hubungan non-bisnis yang semakin baik merupakan kunci bagi peran para pihak,
termasuk pemerintah dan lembaga non-pemerintah, dalam mendukung aktivitas inovasi dan
4
bisnis. Dari kepentingan sosial dan ekonomi, hubungan inilah yang mempengaruhi spillovers atau
eksternalitas ekonomi positif dalam masyarakat, terutama di daerah.
4)
Pembelajaran.
Inti dari perkembangan sistem inovasi adalah proses pembelajaran. Sistem inovasi akan
berkembang jika sistem tersebut mampu menjadi sistem yang belajar dan mampu
mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai serta beradaptasi terhadap perubahan yang
berkembang. Daerah yang telah relatif maju sekalipun, ketika berhenti dalam proses pembelajaran
akan menjadi statis, bahkan mungkin menurun dan selanjutnya tertinggal.
5)
Pengetahuan dan Inovasi.
Perkembangan sistem inovasi daerah tentu akan ditentukan oleh kemajuan pengetahuan
dan inovasi. Aliran pengetahuan yang terhambat karena kelemahan penyedia, saluran (misalnya
intermediaries, mekanisme atau lainnya), dan pengguna, akan menghambat berkembangnya
sistem inovasi daerah. Pengetahuan, baik yang bersifat tacit maupun eksplisit/ terkodifikasi perlu
terus dikembangkan, tidak saja dengan mengadopsi dari luar, tetapi juga dengan
mengembangkan pengetahuan sendiri dan mengkombinasikan, mengintegrasikan serta
mengembangkan keduanya sesuai dengan kebutuhan setempat dan kebutuhan pemenuhan
relung pasar luar yang potensial.
II.1.4. Agenda Kebijakan Pengembangan Sistem Inovasi Daerah.
Taufik (2005) mengajukan 6 (enam) kelompok agenda utama kebijakan inovasi yang perlu
dikembangkan di daerah untuk mengembangkan sistem inovasi daerah walaupun tidak
seluruhnya merupakan ranah daerah dan harus dilakukan oleh daerah.
Keenam agenda utama ini, yang juga merupakan tujuan strategis pengembangan sistem
inovasi daerah adalah:
1)Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi.
Tujuan utama agenda ini pada dasarnya adalah mengembangkan kerangka umum yang
kondusif bagi perkembangan inovasi. Bagian pertama yang perlu dibenahi di daerah secara umum
adalah berkaitan dengan kerangka mendasar bagi pengembangan sistem inovasi. Penataan
mendasar termasuk penataan/pengembangan basisdata daerah berkaitan dengan sistem inovasi
daerah.
2)Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbangyasa dan mengembangkan
kemampuan absorpsi industri.
Tujuan utama agenda ini adalah mengembangkan/memperkuat atau mereorganisasi unsur unsur lembaga yang penting agar berfungsi tepat bagi pemajuan sistem inovasi daerah,
meningkatkan daya ungkit peran iptek/litbangyasa yang sesuai dan spesifik bagi daerah, serta
meningkatkan kemampuan UKM dalam mengakses dan memanfaatkan pengetahuan dan hasil
litbangyasa/inovasi serta mengembangkannya.
3)Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi,
praktikbaik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa.
Tujuan utamanya adalah mendorong interaksi produktif multipihak yang saling
menguntungkan bagi perkembangan inovasi dan difusinya, penyebarluasan praktik baik dan hasilhasil litbangyasa yang sesuai dengan potensi terbaik daerah.
Dampak inovasi atau pengetahuan/teknologi secara signifikan atas kemajuan ekonomi
daerah sebenarnya akan ditentukan oleh seberapa cepat dan luas difusinya dapat didorong di
daerah yang bersangkutan. Bagi negara seperti Indonesia, agenda ini merupakan faktor yang
penting dibanding dengan di negara maju, mengingat sebagian besar pelaku bisnis (yaitu UKM)
pada dasarnya merupakan pelaku yang relatif tertinggal kemampuan dan aksesibilitasnya
terhadap beragam kemajuan teknis.
4)Mendorong budaya inovasi.
5
Tujuan agenda ini adalah membangun landasan budaya inovatif dan kewirausahaan,
menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan baru yang inovatif, serta memperkuat kohesi
sosial di daerah. Persoalan ketertinggalan bisnis dari pesaing, kemampuan menyerap kemajuan
iptek, penyesuaian diri terhadap perubahan persaingan bisnis yang dinamis, serta rendahnya
perkembangan perusahaan baru yang inovatif membutuhkan perhatian yang sangat serius dari
banyak pihak.
5)Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan
klaster industri daerah dan nasional.
Tujuan utamanya adalah mendorong investasi dan aktivitas dalam sistem inovasi sejalan
dengan penguatan rantai nilai dalam jaringan ataupun klaster industri di daerah dalam upaya
membangun ekonomi wilayah/lokal dengan pendekatan sistem.
6)
Penyelarasan dengan perkembangan global.
Tujuan utama upaya ini adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesiapan
pemangku kepentingan di daerah agar semakin dapat memahami dan menguasai perkembangan
global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan daerah dan kemajuan daerah.
II.2. Posisi dan Peran PI UMKM Dalam Kerangka Elemen Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah.
Dalam skema Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah
seperti digambarkan pada sub bab 2.1.2. di atas, tidak terlihat secara eksplisit posisi PI UMKM.
Oleh sebab itu dalam upaya pengembangan sistem inovasi daerah yang telah banyak dilakukan
dan dipelopori oleh Pemerintah Daerah, masih banyak elemen pendukung yang kurang
mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius.
Salah satu elemen pendukung yang tidak tergambarkan di dalam kerangka tersebut adalah
PI UMKM yang berposisi sebagai pendukung dan pemerkuat elemen “bisnis” di dalam Kerangka
Elemen Pengembangan Sistem Inovasi Daerah. Di dalam kerangka tersebut, PI UMKM berperan
sebagai simpul dari suatu jaringan kemitraan yang memberikan jasa pelayanan terpadu untuk
menumbuhkembangkan UMKM inovatif baik melalui peningkatan kinerja UMKM yang telah ada
maupun penumbuhkembangan UMKM baru yang inovatif. Jasa layanan terpadu yang dapat
diberikan PI UMKM antara lain meliputi : 1). Jasa layanan berbasis teknologi, 2). Pengembangan
SDM UMKM, 3). Intermediasi bisnis UMKM, dan 4). Fasilitasi akses pembiayaan bisnis.
Terkait dengan Agenda Kebijakan Pengembangan Sistem Inovasi Daerah seperti diuraikan
dalam sub bab 2.1.4. di atas, PI-UMKM berperan dalam menjalankan sebagian dari agenda
kebijakan nomor 2), 3) dan 4) sebagai berikut :
Agenda Kebijakan Inovasi 2) : Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/
litbangyasa dan mengembangkan kemampuan absorpsi industri. Dalam menjalankan peran untuk
mengisi Agenda Kebijakan Inovasi 2) ini, PI-UMKM Daerah diharapkan mampu memodernisasi
UMKM. Usaha kecil bukan kelompok yang terisolasi tetapi merupakan kelompok usaha yang
berantaraksi dan bertransaksi dengan lingkungannya dalam kegiatan ekonomi. Karena sebagian
besar UMKM merupakan kelompok lemah, maka perlu dilakukan perkuatan, terutama peningkatan
daya serapnya terhadap teknologi karena teknologi merupakan pemicu nilai tambah. Modernisasi
UMKM antara lain meliputi kemampuan pengusaha, ketrampilan pekerja, sistem manajemen
termasuk model bisnis.
Agenda Kebijakan Inovasi 3) : Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa. Dalam menjalankan
peran untuk mengisi Agenda Kebijakan Inovasi 3) ini, PI-UMKM Daerah diharapkan mampu
melakukan Peningkatan Difusi Inovasi, Praktik Baik dan Hasil Litbang. Program ini dijalankan
antara lain melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.
Diseminasi Praktik Baik dan Hasil Litbang.
6
Hasil-hasil litbang perlu disebarluaskan kepada masyarakat luas. Pemilihan media maupun
modus difusi dipilih dengan mempertimbangkan efektifitas penyampaian. Demikian pula halnya
dengan praktik baik.
b.
Peningkatan Transaksi Bisnis dan Non-Bisnis.
Transaksi bisnis perlu lebih ditingkatkan, apakah relasi antar pelaku dalam klaster yang
sudah relatif matang, atau pada fase inisiasi klaster industri. Selain transaksi bisnis, transaksi nonbisnis juga perlu mendapat perhatian. Transaksi pengetahuan antar anggota masyarakat, antar
pelaku bisnis, antara pemerintah dan masyarakat perlu difasilitasi agar terjadi alih pengetahuan
yang berujung pada inovasi.
c.
Pemanfaatan Kepakaran Khusus oleh Swasta, Lembaga Pemerintah dan Non
Pemerintah Lainnya.
Proses difusi inovasi tidak saja melalui penyebarluasan praktik baik atau hasil litbang,
namun bisa juga melalui pemanfaatan kepakaran yang dimiliki oleh seseorang. Suatu lembaga
(pemerintah, swasta) dapat meminjam atau meminjamkan seorang pakar untuk dimanfaatkan
sebagai katalisator terjadinya difusi inovasi.
d.
Alih/ Difusi Inovasi atau Hasil Litbangyasa.
Untuk beberapa topik tertentu, diseminasi inovasi secara luas perlu dilanjutkan dengan
proses alih inovasi yang intensif. Dalam proses ini indikator keberhasilan harus dititikberatkan
pada tingkat pemanfaatan oleh penerima/ adopter.
Agenda Kebijakan Inovasi 4) : Mendorong budaya inovasi. Untuk mendorong budaya
inovasi di daerah, setiap daerah perlu bersaing dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan bisnis, kewirausahaan, dan inovasi di daerah masing-masing. Sumberdaya
manusia (SDM) bertalenta sangat penting bagi perkembangan inovasi dan daya saing daerah.
Mempertahankan dan menarik talenta yang diperlukan daerah merupakan agenda penting yang
perlu dipertimbangkan. Pengembangan SDM daerah seyogyanya tidak diartikan sekedar
mengistimewakan putra asli daerah, melainkan benar-benar membangun talenta, bahkan menarik
talenta dari luar daerah yang benar-benar dibutuhkan bagi kemajuan daerah. Sistem pendidikan di
daerah perlu terus dikembangkan dengan penekanan pada pengembangan budaya
kewirausahaan yang perlu dilakukan sejak dini.
Dalam hal ini, peran yang dapat dijalankan oleh PI-UMKM Daerah antara lain adalah
melakukan dinamisasi perkembangan inovasi, bisnis dan manajemen yang dijalankan antara lain
melalui pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan teknis peningkatan kapasitas pelaku bisnis.
Pelaku bisnis merupakan penggerak inovasi yang dominan. Pada kondisi yang ideal, sumbersumber inovasi (termasuk pelaku bisnis) berantaraksi dan bertransaksi bisnis dan non-bisnis
secara intensif. Jika belum terjadi kondisi yang ideal, proses peningkatan kapasitas dapat
dirangsang dengan bantuan teknis secara terpilih dengan melakukan pemilihan topik yang dapat
memunculkan proses inovasi selanjutnya.
III.
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH
Salah satu daerah yang telah mengadopsi platform Sistem Inovasi Daerah dalam
pembangunan ekonomi di daerahnya adalah Kota Surakarta. Beberapa prakarsa yang dilakukan
Pemerintah Kota Surakarta dalam memperkuat sistem inovasi daerahnya antara lain :
1)
Penguatan Kelembagaan Penguatan Sistem Inovasi Daerah. Terkait dengan hal ini
Pemerintah Kota Surakarta membentuk Dewan Riset Daerah. Lembaga yang dimaksud
adalah merupakan lembaga non struktural dan bukan merupakan suatu badan pelaksana.
Karena merupakan sebuah dewan maka segala keluarannya merupakan produk yang
dihasilkan dari kegiatan bersama sebagai hasil pemikiran dan pertimbangan kolektif.
Lembaga ini akan dapat pula menganalisis, mengidentifikasi dan menampung keperluan
pengemban amanah kepentingan (stakeholder meliputi masyarakat, pemerintah daerah,
7
lembaga, industri, cerdik cendikiawan dan lingkungan lain) yang dilayaninya di wilayah
kerjanya. Karena keuniversalan sifat ilmu dan teknologi lembaga ini dapat dengan mudah
menggalang kerja sama yang saling menguntungkan dengan mitra kerjanya antar daerah
secara kawasan, nasional, regional, maupun internasional. Oleh karena itu melalui lembaga
ini maka Pemerintah Daerah akan dapat mengerahkan dukungan iptek yang sangat luas
untuk keperluan pembangunan daerahnya.
DRD Kota Surakarta mempunyai tugas pokok membantu Pemerintah Kota Surakarta
dalam :
•
menentukan arah dan prioritas program dukungan riset, ilmu pengetahuan dan
teknologi (riptek) bagi pembangunan daerah
•
merumuskan berbagai aspek kebijakan dan sistem kelembagaan yang perlu
dikembangkan untuk menstimulasi, menghimpun dan mengsinergikan kapasitas unsur
pembentuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah
•
menganalisis kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertumbuhan
kapasitas prasarananya di daerah dalam kaitannya dengan perkembangan nasional,
regional maupun internasional
•
menampung keperluan pengemban amanah kepentingan (stakeholder yang
meliputi pemerintah, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, institusi akademik,
industri dan masyarakat umum) akan iptek
•
menganalisis strategi dan mengevaluasi efektifitas proses difusi ilmu pengetahuan
dan teknologi pada program Pemerintahan Daerah
•
merumuskan, merancang dan menilai program daerah dalam bidang
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan.
2)
Penyusunan Dokumen Strategi Inovasi Daerah. Dokumen strategi inovasi daerah pada
dasarnya memuat arah kebijakan, kerangka strategis dan rencana tindak jangka menengah
yang dipandang urgen untuk dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan dalam
mengembangkan sistem inovasi daerah. Di dalam rencana tindak jangka menengah
diuraikan secara detail mengenai program, kegiatan, indikator, dan target tahunan yang
hendak dicapai, serta SKPD penanggung jawab dalam rangka upaya penguatan sistem
inovasi daerah. Dokumen ini disiapkan oleh Dewan Riset Daerah dan dikomunikasikan
kepada SKPD untuk kemudian disahkan oleh Walikota Surakarta untuk dijadikan sebagai
salah satu acuan SKPD dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan.
3)
Pengembangan lingkungan yang kondusif bagi inovasi dan bisnis. Berkaitan dengan hal ini,
prakarsa yang dilakukan antara lain meliputi penyederhanaan birokrasi perijinan bisnis,
pengembangan infrastruktur dasar inovasi melalui pembangunan “Solo Technopark”,
penataan lingkungan, dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
4)
Prakarsa Koordinasi Kebijakan Inovasi Antar Daerah. Dalam hal ini Pemerintah Kota
Surakarta memprakarsai koordinasi kebijakan inovasi antar daerah Kota Surakarta,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten.
5)
Penyelarasan dengan perkembangan global. Berkaitan dengan hal ini yang dilakukan
antara lain melaksanakan standarisai produk mengacu ISO 9001:2000, dan melakukan
kerjasama internasional dengan Indonesia German Institute (IGI).
6)
Pengembangan PI UMKM. Beberapa Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PI
UMKM) yang dikembangkan di Kota Surakarta antara lain adalah : a). I-Cell BizTech
Incubator Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI), b). Pusat Pengembangan Kewirausahaan
(PPKwu)-LPPM-UNS, c). Business Development Services (BDS)-UNS, d). Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-Universitas Muhammadiyah Surakarta (LPPMUMS), e). LPPM Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Pengembangan ini dilakukan melalui
kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk memberikan
capacity building dan insentif kepada PI UMKM untuk menumbuhkembangkan UMKM
inovatif.
8
Kegiatan yang dilakukan masing-masing PI UMKM antara lain adalah sebagai berikut :
a). I-Cell BizTech Incubator Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI).
I-CELL kependekan dari Innovation Cell. Dengan motto “Innovation for a Brighter Future”,
I-CELL bertujuan mengembangkan dan menguji potensi serta usaha bisnis baru. Dalam
program ini generasi muda berbakat diberikan kesempatan untuk membentuk masa depan
mereka menjadi pelaku-pelaku utama dalam pengembangan dunia industri. Melalui I-CELL
diharapkan akan menghasilkan ahli-ahli teknologi dan pengusaha-pengusaha baru. I-CELL
melatih generasi muda yang telah dipilih dari seluruh Indonesia yang dibentuk dalam
sebuah tim selama 4 bulan. Tim ini akan bekerja dalam proyek-proyek inovatif. Setiap
proyek didukung jaringan konsultan dan trainer yang handal dan dibimbing oleh para
pendamping teknik yang pengalaman serta eksekutif bisnis dari berbagai perusahaan. ICELL menyediakan lingkungan kerja yang mendukung proses inovasi. Dalam proses
pelatihan, peserta dapat bertemu secara langsung dengan pemimpin-pemimpin bisnis dan
teknologi regional untuk berdiskusi sekaligus menimba ilmu dan pengalaman yang berguna
untuk perkembangan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan. I-CELL mengadopsi prinsipprinsip manajemen inovasi dalam program pelatihannya. Konsep yang diusung dalam
I-CELL adalah menggabungkan berbagai perspektif untuk menggarap ide-ide inovatif yang
dimunculkan dari permasalahan industri. Inovasi lebih mungkin terjadi ketika orang dari
berbagai latar belakang disiplin ilmu dan bidang keahlian yang berbeda bekerja sama dan
membagikan yang mereka miliki untuk memecahkan suatu masalah. Dengan konsep ini,
I-CELL merekrut generasi muda untuk terlibat dan berinovasi di dalamnya.
Layanan yang diberikan meliputi : 1. Inisiasi Usaha/Bisnis Baru 2. Inkubasi Bisnis
3. Pendampingan Teknologi (Technical Assistance). 4. Pelatihan. 5. Penyusunan Rencana
Bisnis (Bussines Plan).
Di tahun 2010, I-Cell BizTech Incubator – ATMI menginkubasi 15 orang peserta yang dibagi
dalam 3 (tiga) tim calon pengusaha baru di bidang Bioethanol, Pengolahan Limbah Rumput
Laut Gracilaria, dan Casava Crispy. Inkubasi dilakukan mulai dari introduksi dan team
building sampai dengan pendampingan dalam menjalankan usaha baru yang dibiayai oleh
investor. Ketiga calon pengusaha baru tersebut telah difasilitasi oleh I-CELL dalam
mendapakan investor di masing-masing usahanya, yaitu kelompok Bioethanol yang
mengolah tetes tebu menjadi Biogell yang selanjutnya usaha ini bernama Power Team,
kelompok Seaweed yang mengolah limbah rumput laut menjadi pakan ternak sapi yang
selanjutnya usaha ini bernama Green Waste Solution Team, dan kelompok Cassava Chips
yang mengolah ubi kayu yang selanjutnya usaha ini bernama Incasindo.
b). Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu)-LPPM-UNS.
Pusat Pengembangan Kewirausahaan (selanjutnya disingkat PPKwu) merupakan salah
satu pusat dibawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang bergerak dalam bidang pengembangan
kewirausahaan dan bisnis bagi civitas akademika dan masyarakat. Pada awalnya PPKwu
merupakan lembaga non struktural yang menjalankan program pengembangan
kewirausahaan sejak tahun 1996 yang berada di dalam lembaga dengan nama Pusat
Pengembangan Kewirausahaan sesuai dengan SK Rektor No. 237/PT.40.H/I/1996 tanggal
20 Mei 1996. Kemudian untuk mengantisipasi besarnya tuntutan masyarakat, dikeluarkan
SK Rektor No. 207/J27/PP/97 tanggal 7 Juli 1997 tentang perubahan dari Pusat
Pengembangan Kewirausahaan menjadi Lembaga Pengembangan Kewirausahaan yang
memiliki tiga pusat yaitu (1) Pusat Pengembangan Bisnis (Pusbangnis), (2) Pusat
Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM), dan (3) Pusat Pengembangan dan
Pelayanan Hak Atas Kekayaan Intelektual (P3HAKI). PPKWu didirikan dengan tujuan: 1.
Mengembangkan budaya belajar, bekerja dan berusaha, berwawasan kewirausahaan bagi
warga kampus dan masyarakat. 2. Mengembangkan layanan informasi, konsultasi,
pendidikan dan pelatihan di bidang kewirausahaan dan bisnis 3. Mengembangkan
percepatan lahirnya wirausaha baru dari kalangan terdidik. 4. Mengembangkan layanan
inkubasi wirausaha baru dari kalangan terdidik berbasis Iptek. 5. Mengembangkan programprogram riset dan pengembangan bidang kewirausahaan dan bisnis. 6. Mengembangkan
dan menerapkan hasil temuan iptek melalui usaha produktif untuk mendukung self
financing. 7. Mendampingi dan memberdayakan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi
9
menuju kemandirian, profesionalitas dan kompetitifnes. 8. Mengembangkan jaringan
kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam bidang kewirausahaan
dan pengembangan bisnis di dalam dan luar negeri.
Secara umum layanan (intermediasi) yang diberikan PPKwu LPPM UNS adalah meliputi : 1.
Layanan teknologi 2. Pengembangan SDM UKM/UMKM 3. Pengembangan Jejaring dan
Pemasaran 4. Fasilitasi Akses Manajemen.
Beberapa UMKM yang telah dibina dari PPKWu LPPM UNS adalah: Jaya Art yang bergerak
di bidang Handycraff dan beralamat di Tempurejo Rt.01/05 Kemiri Boyolali, Rimpang Jaya
yang bergerak di bidang makanan Jahe Legit. Di tahun 2010, PPKwu khusus
mengembangkan usaha susu sapi di Kabupaten Semarang. Hasil yang dicapai antara lain :
peningkatan keterampilan UMKM susu dalam teknologi pengolahan produk susu,
pemasaran produk berbasis susu, keterampilan pengolahan limbah ternak, peningkatan
jaringan kerjasama, dan pendirian kelompok usaha baru (Badan Usaha Milik Desa).
c). Bussiness Development Services (BDS)-UNS.
Bussiness Development Services Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Sebelas Maret (BDS LPPM UNS) merupakan suatu lembaga layanan
pengembangan bisnis dan UMKM yang beralamat di Jl. Urip Sumoharjo 110 Surakarta.
Sesuai dengan namanya, BDS yang didirikan pada 30 Oktober 2004 ini merupakan
lembaga konsultan dan pendamping UMKM yang berada di bawah LPPM UNS. Misi BDS
LPPM UNS adalah : - Menciptakan kondisi untuk menggairahkan pengembangan sektor
swasta termasuk di dalamnya pengembangan UKM. - Memprioritaskan pengembangan
pasar. Tujuan BDS LPPM UNS adalah : - Memberikan layanan dan konsultasi
pengembangan bisnis pada sentra UKM maupun sektor swasta lainnya. - Melakukan proses
transformasi pembinaan UKM atau swasta lainnya agar menjadi industri jasa yang dapat
dilakukan oleh swasta secara profesional melalui pasar. BDS LPPM UNS, dipimpin oleh
seorang Kepala dan Sekretaris (memiliki 10 staf). Selain itu BDS LPPM UNS juga didukung
oleh Bagian Tata Usaha. Sebagai unit kerja di bawah, LPM UNS telah memiliki sumber daya
manusia dalam jumlah besar di bidang kepakaran sesuai dengan variasi fakultas dan
jurusan/program studi yang ada di UNS. BDS LPPM UNS didukung oleh peer group yang
terdiri dari para dosen berbagai fakultas di lingkungan UNS, para pakar profesional, praktisi
bisnis, serta staf administrasi yang memadai. Fasilitas yang tersedia seperti laboratorium,
gedung inkubator bisnis dan industri/UKM mitra merupakan sumber belajar bidang
kewirausahaan yang signifikan.
Layanan dan pendampingan yang diberikan oleh BDS LPPM UNS berupa 1. Layanan
Konsultasi 2. Layanan Pelatihan 3. Penelitian 4. Penyelenggaraan Kontak Bisnis.
d). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-Universitas Muhammadiyah Surakarta
(LPPM-UMS).
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Surakarta (LPPM UMS) didirikan dengan SK Rektor nomor: 029/IV/2005 tanggal 1 April
2005. LPPE UMS, dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh wakil bidang penelitian
dan wakil bidang pengabdian kepada masyarakat, tenaga ahli dan staf administrasi. Ketua
LPPM UMS diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor UMS. Misi LPPM UMS adalah :
- Mewadahi kegiatan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat bagi para dosen UMS
dan para pelaku pembangunan. - Memberikan arah perubahan pada masyarakat menuju
masyarakat mandiri dan sejahtera melalui penerapan IPTEK secara berkelanjutan,
khususnya masyarakat Jawa Tengah. - Menghimpun, mengkaji, membangkitkan IPTEK
tepat guna yang dibutuhkan masyarakat. - Pengembangan sinergi kerjasama pemerintah,
masyarakat dan bisnis. - Melaksanakan penataan sumberdaya manusia dan kelembagaan
LPPM-UMS dengan membangun sistem kepemimpinan dan manajemen, serta jaringan
yang luas bagi pengembangan masyarakat yang mendorong tercapainya visi UMS. Ketua
LPPM UMS secara periodik melakukan pertemuan baik untuk merencanakan,
melaksanakan, memantau maupun mengevaluasi pelaksanaan program yang
direncanakan. Wakil Bidang Penelitian mengkoordinasi, memantau dan mengevaluasi
semua kegiatan penelitian. Sedangkan wakil bidang pengabdian kepada masyarakat
mengkoordinasi, memantau dan mengevaluasi semua kegiatan pengabdian. Sesuai Struktur
10
organisasi LPPM UMS, bidang keahlian yang dikembangkan dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat adalah : Penerapan dan Pengembangan Teknologi, Studi Budaya dan
Perubahan Sosial Kewirausahaan, Studi Lingkungan, Studi Arsitektur Islam, HaKI, Layanan
Pendidikan Masyarakat.
Secara umum layanan yang diberikan LPPM UMS adalah meliputi : 1. Layanan teknologi.
2. Pengembangan SDM UKM/UMKM 3. Pengembangan Jejaring dan Pemasaran
4. Penyusuanan Sistem Informasi Manajemen Aset.
Bidang usaha yang telah dibina meliputi : 1. Kelompok pengrajin kompor 2. Kelompok tani
tanaman obat 3. Kelompok pengrajin batik. Di tahun 2010, LPPM-UMS memberikan layanan
teknologi pada UMKM di Desa Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta yang
bergerak di bidang peralatan ambulasi pasien (kruk, tripod, walker), pembuatan tangan
palsu dan kaki palsu. Layanan teknologi yang diberikan ini menghasilkan peningkatan
produktivitas dan kualitas produk.
e). LPPM Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
LPPM Universitas Slamet Riyadi Surakarta didirikan tahun 2006. Sampai saat ini memiliki
binaan 12 UMKM dan yang masih aktif sebanyak 12 UMKM yang bergerak dalam bidang
usaha Agroindustri, industri kreatif, pertanian, perikanan dan makanan.
Layanan yang diberikan meliputi : Business Gathering/Temu Bisnis, Akses pendanaan/
permodalan, Inisiasi Pendirian Start Up Company, Pelatihan.
IV.
PENUTUP
Dalam Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah. PI
UMKM tidak tergambarkan secara eksplisit. Namun PI UMKM memiliki peran yang sangat penting
dalam mendukung elemen bisnis/industri yang tergambar di dalam Kerangka dan Elemen Penting
Bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah. Sebagai unit organisasi, PI UMKM berperan sebagai
simpul dari suatu jaringan kemitraan yang memberikan jasa pelayanan terpadu untuk
menumbuhkembangkan UMKM inovatif baik melalui peningkatan kinerja UMKM yang telah ada
maupun penumbuhkembangan UMKM baru yang inovatif. Untuk itu, jasa layanan terpadu yang
diberikan PI UMKM meliputi : 1). Jasa layanan berbasis teknologi, 2). Pengembangan SDM
UMKM, 3). Intermediasi bisnis UMKM, dan 4). Fasilitasi akses pembiayaan bisnis.
Kota Surakarta mengembangkan PI UMKM dalam kerangka sistem inovasi daerah.
Beberapa PI UMKM Surakarta difasilitasi untuk mendapatkan insentif dan capacity building untuk
memperkuat elemen industri di dalam Kerangka dan Elemen Penting Bagi Perkembangan Sistem
Inovasi Daerah. Dalam prakteknya, peran dan fungsi utama yang dijalankan oleh PI UMKM
tersebut meliputi :
Peran
Fungsi Utama
1. Pengembangan Bisnis
•
•
Jasa konsultansi peningkatan produktivitas
Jasa pengembangan keuangan & non-keuangan
2.
•
Prototyping
3. Inkubasi Bisnis/Teknologi
•
Pengembangan Perusahaan Baru/Pemula Inovatif
4. Pengembangan SDM
•
•
Pelatihan khusus
Pengembangan kewirausahaan
5. Akses Keahlian
•
•
Kepakaran
Konsultansi khusus
Bantuan teknis (technical assistance)
Pengembangan
Teknologi
•
11
6. Akses Informasi
•
Layanan informasi
7. Akses Pembiayaan
•
Fasilitasi investor
8. Intermediasi
•
•
9. Jejaring
•
•
Fasilitasi jasa pembiayaan, termasuk bank dan non
bank (pembiayaan berisiko/risk capital)
Fasilitasi akses sumber daya pasar dan lainnya
Kemitraan bisnis & teknologi
Forum fasilitasi
Sebagaimana yang semestinya, seperti telah diuraikan di atas, Pemerintah Kota Surakarta
memprakarsai 6 (enam) agenda tindak kebijakan pengembangan sistem inovasi daerah secara
bertahap. Tiap elemen dalam kerangka sistem inovasi daerah diperkuat dengan memanfaatkan
peluang yang ada. Salah satu contoh penguatan yang dilakukan adalah penguatan Pusat Inovasi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PI UMKM) dengan memanfaatkan peluang kerjasama dengan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sebagai catatan akhir, kepeloporan dan konsistensi dari pimpinan daerah dalam upaya
pengembangan sistem inovasi daerah akan membawa keberhasilan dalam pembangunan
ekonomi daerahnya yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budisetio, Kawi, Sistem Inovasi menuju Daya Saing Daerah : Pedoman Penyusunan Agenda
Prakarsa Pembangunan Sistem Inovasi dan Daya Saing Daerah, Bahan Presentasi,2008.
Pujiana, Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu)-LPPM-UNS, 2010. URL : http://portal.piumkm.net/id/database-lembaga-intermediasi.html.
Pujiana, I-CELL Akademi Teknik Mesin Indonesia,
umkm.net/id/database-lembaga-intermediasi.html.
2010.
URL
:
http://portal.pi-
Pujiana, Business Development Services Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. URL :
http://portal.pi-umkm.net/id/database-lembaga-intermediasi.html.
Pujiana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta
(LPPM-UMS), 2010. URL : http://portal.pi-umkm.net/id/database-lembaga-intermediasi.html.
Pujiana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Slamet Riyadi, Jakarta,
2010. URL : http://portal.pi-umkm.net/id/database-lembaga-intermediasi.html.
Rusiantoro, AM Bambang, Laporan Akhir : Business and Technology Seed Incubator Innovation
Cell (I-CELL 3) Program, PI UMKM ATMI, Surakarta, 2010.
Taufik, Tatang A, Pengembangan Sistem Inovasi Daerah : Perspektif Kebijakan, P2KT PUDPKMBPPT, Jakarta, 2005.
Taufik, Tatang A, Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah, Bahan Presentasi,
Surakarta, 2008.
Taufik, Tatang A, Pokok-pokok Perbaikan Pelaksanaan Program PI UMKM 2010, Bahan
Presentasi, Jakarta, 2010.
Taufik, Tatang A, Mendorong Inovasi Usaha Kecil dan Menengah, Bahan Presentasi, Jakarta,
2010.
Taufik, Tatang A, Konsep Kelembagaan PI UMKM, Bahan Presentasi, Jakarta, 2010.
Taufik, Tatang A dan Ign.Subagjo, Panduan Penyusunan Strategi Inovasi Daerah, P2KT
PUDPKM-BPPT, Jakarta, 2006.
12
Triharyanto, Edy, Laporan Akhir : Inovasi Teknologi Pada Integrated Farming System Guna
Membangun Industri Petenakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang, PI UMKM PPKwu
LPPM UNS, Surakarta, 2010.
Wahyuni, Laporan Akhir : Pengembangan Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Sebagai
Klaster Industri Kecil Rehabilitasi di Kota Solo, PI UMKM LPPM UMS, Surakarta, 2010.
13
Download