PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE MALCOLM BALDRIGE CRITERIA FOR PERFORMANCE EXCELLENCE DI PT. DAIDO METAL INDONESIA Ir. Herlina KN, MT 1, Dian Eko Adi Prasetio, ST 2 Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam As-Syafiiyah [email protected], [email protected] Abstrak Salah satu model yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas suatu perusahaan atau organisasi adalah Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence. Pendekatan Baldrige ini telah menjadi pilihan standar di Amerika Serikat, dan pengakuan berkaitan dengan pendekatan Baldrige merupakan penghargaan paling bergengsi dalam industri Amerika. Kriteria Baldrige dan nominasi penghargaan dapat diterapkan di berbagai industri dan organisasi dalam perusahaan. PT. Daido Metal Indonesia menginginkan produktifitas terus meningkat, tetapi di satu pihak perusahaan tidak memberikan motivasi kepada karyawan sehingg perusahaan sangat perlu memberi rangsangan atau motivasi kepada karyawan. Tujuan dari penelitian ini menilai kinerja perusahaan dengan pendekatan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence pada PT. Daido Metal Indonesia dan menentukan prioritas perbaikan dengan metode Analitycal Hierarchy Process. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode MBCfPE, hasil skor yang diperoleh perusahaan mendapat nilai 377,85 poin. Mengindikasikan posisi kelas kinerja perusahaan saat ini berada pada level early improvement. Penilaian kelas perusahaan berada pada level average. Untuk mencapai posisi excellent perusahaan perlu banyak melakukan perbaikan. Integrasi program kerja antar unit kerja perlu dilakukan agar setiap unit kerja mempunyai persepsi yang sama dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan manajemen. Dari lima alternatif usulan perbaikan kinerja perusahaan, setelah dilakukan pembobotan menggunakan metode AHP maka alternatif production manager mendapat prioritas utama dalam usulan perbaikan yang mendapat bobot prioritas 0,487. Kata Kunci : Kinerja Perusahaan, Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence, Bobot Kriteria, Analitycal Hierarchy Process, I. Pendahuluan Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat didalamnya sangat penting. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisas, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dalam motivasi. Akibat dari persaingan antar perusahaan yang semakin tajam, sehingga sumber daya manusia dituntut untuk terus-menerus mampu mengembangkan diri secara proaktif. SDM harus menjadi manusia-manusia pembelajar 1 yaitu pribadi-pribadi yang mau belajar dan bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensinya berkembang maksimal. Salah satu model yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas suatu perusahaan atau organisasi adalah Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence. Pendekatan Baldrige ini telah menjadi pilihan standar di Amerika Serikat, dan pengakuan berkaitan dengan pendekatan Baldrige merupakan penghargaan paling bergengsi dalam industri Amerika. Kriteria Baldrige dan nominasi penghargaan dapat diterapkan di berbagai industri dan organisasi dalam perusahaan. Banyak perusahaan dan organisasi merasa pendekatan Baldrige ini merupakan pendekatan yang efektif untuk mengukur kinerja suatu organisasi atau perusahaan, karena kriteria Baldrige menawarkan suatu pengukuran komitmen terhadap kualitas dan suatu kerangka untuk diskusi dan langkahlangkah perbaikan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah menilai kinerja perusahaan dengan pendekatan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence pada PT. Daido Metal Indonesia dan menentukan prioritas perbaikan dengan metode Analitycal Hyerarchi Proses. II. Kerangka Teori Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional (Mink, 1993) Robert L. Mathias dan John H. Jackson (2001) mengatakan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja adalah : 1. Kemampuan mereka 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi Evaluasi kinerja adalah suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian pencapaian hasil kerja setiap individu yang bekerja di dalam dan untuk perusahaan tersebut. Evaluasi atau pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan memalui dua pendekatan. Pertama, membandingkan hasil yang dicapai dengan standar atau tolok ukur hasil atau tujuan yang harus dicapai. Kedua, terutama untuk mengukur kinerja yang hasilnya non fisik, yaitu dengan membandingkan pekerjaan atau tugas yang nyata-nyata dilakukan dengan uraian jabatan atau uraian tugas yang selayak-layaknya dikerjakan dengan benar dan tepat. Standar hasil dan uraian jabatan dapat dirumuskan atau ditetapkan melalui analisis jabatan. Dengan demikian evaluasi atau pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan : • Merumuskan dan menetapkan standar tolok ukur • Mengumpulkan dan menyeleksi informasi • Mendeskripsikan dan menginterprestasikan data • Mengembangkan dan mengkaji informasi • Menarik kesimpulan Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang 2 kukuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok (Cascio, 1992). Tujuan penilaian kinerja menurut Syafarudin Alwi (2001) dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. The Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) atau sering disebut secara singkat sebagai Baldrige National Quality Program adalah, Sistem manajemen kualitas formal yang berlaku di Amerika Serikat. Diciptakan pertama kali oleh U.S. Congress pada tahun 1987 dibawah Public Law 100-107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige, Commerce Departement Secretary, yang meninggal dunia dalam kecalakaan olahraga berkuda pada tahun 1987. Sampai tahun 2007, Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) telah diadopsi oleh puluhan ribu perusahaan di lebih dari 70-an negara di dunia, termasuk Indonesia yang mengadopsi MBNQA mennjadi Indonesian Quality Award (IQA) for BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Tujuan dari Malcolm Baldrige National Quality Award adalah Membantu meningkatkan praktekpraktek kinerja organisasi, kemampuan, dan hasil-hasil. Memudahkan komunikasi dan sharing informasi tentang praktek-praktek terbaik di antara organisasi-organisasi, Berfungsi sebagai alat manajemen untuk memahami dan mengelola kinerja serta untuk pedoman perencanaan dan kesempatan. Malcolm Baldridge Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) tahun 2007 untuk kategori bisnis (manufaktur, jasa, dan usaha kecil) terdapat tujuh ketegori yang dinilai yaitu : 1. Kepemimpinan (120 poin) 2. Perencanaan strategis (85 poin) 3. Fokus pasar dan pelanggan (85 poin) 4. Pengukuran, analisis dan menajemen pengetahuan (90 poin) 5. Fokus sumber daya manusia (85 poin) 6. Manajemen proses (85 poin), dan 7. Hasil-hasil (450 poin) Pendekatan yang digunakan untuk implementasi kriteria MBCfPE yaitu ADLI, suatu akronim untuk : Aproach (Pendekatan), Deployment (Penyebarluasan), Learning (Pembelajaran), dan Intergration (Integrasi). Menurut IQAF (2007), istilas hasil mengacu pada output dan outcomes perusahaan dalam mencapai persyaratan setiap kriteria tujuh. Posisi/Kelas Perusahaan menurut MBCfPE Posisi/Kelas Perusahaan Skor Total Early Development 0 – 275 Early Result 276 – 375 Early Improvement 376 – 475 Good Performance 476 – 575 Emegging Industry Leader 576 – 675 Idustri Leader 676 – 775 Benchmark Leader 776 – 875 World Leader 876 – 1000 3 III. Metodologi Penelitian Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. Selain itu juga diperoleh dengan melakukan kunjungan langsung ke lapangan sebagai konfirmasi terhadap data hasil wawancara yang didapat. Data sekunder dikumpulkan berdasarkan pengkajian terhadap arsip data laporan perusahaan serta melakukan studi kepustakaan terhadap literature dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Selain itu juga data sekunder juga diperoleh melalui penelusuran internet. Setelah fakta dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pemetaan menggunakan matriks bantu pemetaan kinerja. Hasil pemetaan yang diperoleh merupakan gambaran kondisi kinerja perusahaan yang kemudian dapat dipakai untuk membantu penentuan strength dan OFI (Opportunity for Inprovement) perusahaan. Tahap berikutnya, data hasil pemetaan, ditansformasikan kedalam bentuk skor menggunakan table bantu penilaian setiap item kriteria kinerja skor yang diperoleh dikalikan bobotnya masing-masing kemudian hasilnya dijumlahkan, sehingga akan didapat skor total perusahaan. Skor total perusahaan digunakan untuk menentukan posisi kelas kinerja perusahaan berdasarkan kerangka kelas kinerja dunia MBCfPE, selanjutnya usulan alternatif faktor yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Tahap terakhir menyusun rekomendasi atau saran perbaikan kepada perusahaan mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dan dilengkapi kinerjanya. Analisis ini meliputi penggunaan metode MBCfPE untuk menentukan kelas perusahaan dan metode AHP untuk memilih alternatif kriteria yang paling berpengaruh untuk meningkatkan kinerja perusahaan IV. Hasil Penelitian PT. Daido Metal Indonesia mempunyai visi yaitu menjadikan perusahaan dapat memenuhi tuntutan pasar Indonesia baik domestik dan ekspor, mampu menunjang Daido’s Global Strategy sekaligus menjadi no 1 diantara Daido’s Joint Venture. Sedangkan misi PT. Daido Metal Indonesia yaitu mengembangkan faktor MSQDE (Management, Safety, Quality, Cost, Delivery dan Environment) untuk menunjang Costumer, Employee dan Share Holder Satisfaction Kuesioner Kriteria MBCfPE bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan dari 7 (tujuh) kriteria MBCfPE. Oleh karena itu kuesioner ini disebarkan kepada personel perusahaan yang dianggap menguasi fungsi yang dipertanyakan dalam kuesioner ini yaitu Supervisor dan Staff. Skor tiap kategori berdasarkan kriteria MBCfPE No 1 Poin Pertanyaan Kepemimpinan (120) Kepemimpinan Senior Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat 2 Perancangan Strategi (85) 3 Pengembangan Strategi Penyebarluasan Strategi Fokus pada Steakeholder (85) Poin Maksimal Skor Point Item 70 45% 31.5 50 45% 22.5 Point Kategori 54 44.25 40 45 60% 45% 24 20.25 41.07 4 No Poin Pertanyaan Pengetahuan tentang Stakeholder Hubungan dan Kepuasan Pelanggan 4 5 6 7 Poin Maksimal 40 45 40% Point Item 16 56% 25.07 Skor Pengkuran, Analisis dan Pengetahuan Manajemen (90) 32.34 Pengukuran, Analisa dan Peningkatan Kinerja Organisasi 45 38% 17.04 Manajemen Informasi, Teknologi Informasi dan Pengetahuan 45 34% 15.30 Fokus pada Sumber Daya Manusia (85) Pemberdayaan SDM Lingkungan Kerja SDM 27.38 45 40 38% 28% 15 12.38 Proses Manajemen (85) Perancangan Sistem Kerja Manajemen Proses Kerja dan Peningkatannya Hasil-hasil (450) Hasil Pengetahuan Stakeholder Hasil Fokus pada Stakeholder Hasil Anggaran Belanja, Keuangan dan Pasar Hasil Fokus pada SDM Hasil Kepemimpinan Hasil Proses Efektif TOTAL Point Kategori 29.35 35 36% 12.69 50 33% 16.67 149.47 100 70 30% 33% 30 22.75 70 30% 21 70 70 70 1000 32% 43% 34% 22.17 29.75 23.8 377.85 Kelas/Posisi PT. Daido Metal Indonesia berdasarkan MBCfPE Posisi/Kelas Perusahaan Skor Total Posisi Perusahaan Early Development 0 - 275 Early Result 276 – 375 Early Improvement 376 – 475 PT. Daido Metal Indonesia Good Performance 476 – 575 Emegging Industry Leader 576 – 675 Idustri Leader 676 – 775 Benchmark Leader 776 – 875 World Leader 876 - 1000 5 Hasil akhir dari pengolahan data berdasarkan metode AHP adalah Bobot Prioritas Setiap Kriteria Kriteria Bobot Prioritas Leadership 0,13 Strategic Planning 0,07 Stakeholder Focus 0,05 Measurement Analysis and Knowladge Management 0,31 Human Focus Process Management Result Consisteny Ratio = 0,082 0,15 0,22 0,07 Rekapitulasi bobot prioritas Tujuan Kriteria Leadership Strategic Planning Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan Stakeholder Focus Mesurement Analysis and Knowladge Management Human Focus Process Management Result Bobot Alternatif Prioritas 0,13 Production Manager 0,07 Engginering Manager 0,05 Production Manager 0,31 0,15 0,22 PPIC Manager Sales & Marketing Manager Bobot Prioritas 0,488 0,167 0,488 0,382 0,284 0,07 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan keputusan dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan adalah faktor Production Manager karena mempunyai nilai atau skor tertinggi. Perbaikan yang harud dilakukan adalah: 1. Sebaiknya dibuatkan display jadwal produksi yang menyeluruh agar lebih mudah mengontrol dan mengevaluasi proses produksi, sehingga produk yang dibuat dapat selesai dan dikirim tepat waktu kepada pelanggan. 2. Pengecheckan setiap proses perlu lebih ditingkatkan guna mengurangi terkirimnya barang yang tidak sesuai spesifikasi yang diminta. Penerapan bahwa proses selanjutnya adalah pelanggan kita perlu lebih di tingkatkan. 3. Perusahaan perlu menciptakan harmonisasi terhadap rencana, proses, hasil, analisa dan tindakan antar proses dan unit kerja. Dapat dengan memaksimalkan penerapan Total Quality Management (TQM). Setiap unit harus saling bersinergi agar tujuan perusahaan dapat tercapai maksimal. 4. Gaya kepemimpinan sebaiknya dievaluasi apakah sudah efektif dan tepat. 5. Perusahaan perlu mengevaluasi terhadap sistem evaluasi kinerja, apakah sistem yang diterapkan sudah objektif dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan. 6 6. Total Preventive Maintenance agar lebih ditingkatkan untuk menjaga kestabilan proses produksi. 7. Perlunya dilakukan pelatihan proses produksi kepada operator untuk meminimalisir human error. V. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode MBCfPE, hasil skor yang diperoleh perusahaan mendapat nilai 377,85 poin. Mengindikasikan posisi kelas kinerja perusahaan saat ini berada pada level early improvement. 2. Kelas perusahaan berada pada level average. Untuk mencapai posisi excellent perusahaan perlu banyak melakukan perbaikan. Integrasi program kerja antar unit kerja perlu dilakukan agar setiap unit kerja mempunyai persepsi yang sama dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan manajemen. 3. Dari lima alternatif usulan perbaikan kinerja perusahaan, setelah dilakukan pembobotan menggunakan metode AHP maka alternatif production manager mendapat prioritas utama dalam usulan perbaikan yang mendapat bobot prioritas 0,487. VI. Daftar Pustaka Gaspersz, V. 2011, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi BSC dengan Malcolm Baldridge dan Lean Six Sigma Supply Chain Management. Vinchristo Publication, Bogor. Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, New Jersey: Prentice Hall Inc., 7 Edition. Terjemahan Indonesia oleh PT. Prenhallindo. Sadikin, I. 2009. Self-Assessment Berbasis MBNQA. Pekanbaru. Sadikin, I. 2009. Bunga Rampai Kriteria MBNQA, Edisi 6. Pekanbaru. Sadikin, I. 2009. Penuntun Menyusun Aplikasi Baldridge Criteria for Performance Excellence. Pekanbaru. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung. 7