PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK INDIGENUS TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN IMUNOGLOBULIN M (IgM) PADA MENCIT (Mus musculus) Sartini, Habibie, Dewita Fatiah, Dian Dewi Astuti, dan Wiwi Hasmita Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Sistem imun merupakan kontributor penting untuk mencegah penyakit infeksi, gangguan saluran pencernaan, kanker dan alergi. Salah satu efek menguntungkan dari bakteri asam laktat sebagai probiotik adalah kemampuannya sebagai imunostimulan. Bakteri probiotik dapat diisolasi dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini digunakan bakteri asam laktat indegenus yang diisolasi dari air susu ibu, susu kambing, dan asinan sawi sebagai probiotik. Untuk mengetahui efek immunostimulan dari bakteri asam laktat digunakan model hewan uji mencit dengan mengamati peningkatan aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM) setelah pemberian bakteri probiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga isolat mampu meningkatkan aktivitas IgG dan IgM. Galur probiotik yang berpotensi untuk dikembangkan untuk sediaan imunostimulan adalah isolat Lactobacillus sp yang berasal dari air susu ibu. Kata kunci : bakteri asam laktat, IgG, IgM, Mus musculus PENDAHULUAN aktivitas antibodi, dan kadar interferon, yang membantu leukosit melawan penyakit. Lactobacillus yang merupakan kelompok utama bakteri probiotik yang diisolasi dari sampel air susu ibu ditemukan dapat mengendalikan gangguan pencernaan yang sebagian disebabkan oleh peningkatan respon imun pada imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin A (IgA) dan imunoglobulin M (IgM) (4). Pada strain Lactobacillus tertentu dapat bertranslokasi di mukosa usus tanpa menyebabkan infeksi sehingga mempengaruhi kekebalan sistemik. Efek imunostimulan dari bakteri asam laktat juga tergantung pada derajat kontak dengan jaringan limfoid dan kolonisasinya dalam lumen usus (5). Efek imunostimulan tidak dimiliki oleh semua bakteri asam laktat, tergantung pada galur bakteri yang digunakan, sehingga pencarian galurgalur bakteri asam laktat masih perlu terus dilakukan. Seleksi bakteri asam laktat sebagai imunostimulan perlu mempertimbangkan ketahanannya terhadap asam dan garam empedu, karena kerja bakteri asam laktat terdapat di usus. Untuk mengetahui efek imunostimulan dari bakteri asam laktat, maka dapat digunakan model hewan uji dan diuji aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hemaglutinasi, yaitu antibodi diinduksi dengan antigen dari sel darah merah domba (SDMD), dan 24 jam setelah induksi dilakukan pemberian isolat bakteri probiotik yang diperoleh dari berbagai sumber selama 5 hari berturut-turut. Efek imunomodulator diamati dari terjadinya aglutinasi pada serial pengenceran serum (mengandung antibodi) saat SDMD ditambahkan kembali pada sumur mikrotiter. Penyakit infeksi oleh mikroorganisme patogen dan kanker makin meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit ini erat kaitannya dengan lemahnya immunologic surveillance yang dilakukan oleh sistem imun baik selular maupun humoral. Peningkatan aktivitas sistem imun sekarang ini berkembang ke arah penggunaan bahan alam sebagai imunostimulator. Saat ini perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat sebagai agen probiotik dalam bidang industri telah mengalami peningkatan. Bakteri asam laktat merupakan salah satu bakteri yang masuk dalam status Generally Recognized As Safe (GRAS), aman bagi manusia, di samping itu termasuk bakteri probiotik, yaitu mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah tertentu memberikan manfaat menguntungkan bagi inangnya antara lain meningkatkan sistem imun (1,2,3). Sejak beberapa tahun terakhir para ahli imunologi menyadari bahwa selain organ dari sistem retikulum endoteilum, saluran usus juga merupakan organ imunologi yang sangat penting bagi ketahanan tubuh. Mikroflora dalam usus besar terdiri dari 400 – 500 jenis. Untuk memperbaiki keseimbangan mikrobial dalam usus diperlukan asupan bakteri nonpatogen sebagai suplemen makanan berupa probiotik yang terutama terdiri atas bakteri asam laktat dan Bifidobacterium Penelitian-penelitian mengenai efek bakteri asam laktat dalam meningkatkan sistem imun pada usus dan level sistemik, antara lain meningkatkan limfosit B yang mengenal benda-benda asing, aktivitas fagositosis yang menolong menghancurkan benda-benda asing, sekresi sel Ig A, Ig G, Ig M dan kadar serum Ig A, yang meningkatkan 10 Sartini, Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Indigenus Terhadap Aktivitas IgG dan IgM Pada Mencit Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bakteri probiotik indigenus yang mampu meningkatkan IgG dan IgM untuk dimanfaatkan dalam pembuatan se-diaan imunostimulan. 11 diimunisasi dengan antigen sel darah merah domba (SDMD) 2 % v/v secara intraperitoneal sebanyak 1 ml/ 30 gram BB mencit. Pengamatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dilakukan pada hari keenam dengan metode hemaglutinasi titer antibodi. METODE PENELITIAN Uji Hemaglutinasi Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain inku® bator, sentrifuge (Hettich ), sumur mikrotiter tipe U (Well plate 96 lubang), mikropipet (socorex®), tabung vakum yang telah berisi EDTA. Bahan yang digunakan antara lain isolat bakteri asam laktat dari air susu ibu (Lactobacillus sp), susu kambing (Lactococcus sp), dan asinan sawi (Lactobacillus sp), media MRS agar dan MRS broth (Hi-Media), sel darah merah domba 2 %, larutan Phosphate Buffer Saline pH 7 Penyiapan Isolat Bakteri Probiotik Masing-masing isolat bakteri asam laktat diremajakan terlebih dahulu. Selanjutnya, dilakukan perbanyakan isolat bakteri dalam medium MRSB pada suhu inkubasi 37 C selama 18 jam, lalu disentrifus pada kecepatan 10000 rpm selama 30 menit untuk memperoleh biomassa sel bakteri probiotik. Biomassa yang diperoleh dikeringkan dengan maltodekstrin 1 : 10. Perhitungan Jumlah Sel Bakteri Probiotik Biomassa diencerkan hingga 10-10. Hasil pengenceran masing-masing diinokulasikan ke dalam medium MRS agar yang mengandung CaCO3 1%, lalu diinkubasi selama 2 x 24 jam dan jumlah koloni yang tumbuh dihitung. Perhitungan jumlah bakteri didasarkan atas perhitungan SPC (Standard Plate Count). Dosis ditentukan berdasarkan jumlah bakteri per gram biomassa. Uji Aktivitas Imunoglobulin G Tiga jenis sumber bakteri probiotik yang berbeda yaitu ASI, susu kambing, dan asinan sawi, yang diberikan secara peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama sepuluh hari. Setiap hewan diimunisasi dengan antigen sel darah merah domba (SDMD) 2 % v/v secara intraperitoneal sebanyak 1 ml/30 g BB mencit. Pengamatan aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dilakukan pada hari kesebelas dengan metode haemaglutinasi titer antibodi. Uji Aktivitas Imunoglobulin M Tiga jenis sumber bakteri probiotik yang berbeda yaitu ASI, susu kambing, dan asinan sawi, yang diberikan secara peroral sebanyak 1 ml (106 sel)/30 g bobot badan mencit selama lima hari. Sebelum diberi sampel uji, setiap hewan Serum diencerkan secara “double dilution” dengan Phosphat Bufferred Saline dengan perbandingan 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/512. Dari masing-masing perbandingan sebanyak 50 μl dipipet dan ditempatkan pada 8 sumur piring mikrotiter (well plate 96) untuk setiap isolat bakteri probiotik ASI, susu kambing, yakult, dan asinan sawi, lalu ditambah 50 μl suspensi sel darah merah domba 2 % pada setiap sumur dan digoyang-goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya dilakukan diinkubasi pada suhu 37 C selama 60 menit dan didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengenceran tertinggi dari setiap serum darah mencit yang masih dapat mengaglutinasi sel darah merah domba. Pengumpulan dan Analisis data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pengenceran tertinggi serum darah mencit jantan yang masih dapat mengaglutinasi sel darah merah domba dikumpulkan lalu dikonversi dengan menggunakan rumus [2.log(titer)+1] dan selanjutnya dianalisis secara statistik dengan rancangan acak lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) HASIL DAN PEMBAHASAN Dosis yang diberikan kepada hewan uji 6 sebanyak 10 sel bakteri probiotik/gram bobot badan mencit. Pengamatan aktivitas IgM dan IgG dilakukan dengan melihat titer antibodi, yaitu pengenceran tertinggi dari larutan yang masih menunjukkan reaksi aglutinasi. Hasil perhitungan dengan mengkonversi nilai titer antibodi dengan rumus [2 log (titer)] + 1] dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas IgM dan IgG setelah pemberian isolat ASI, susu kambing dan asinan sawi, dibandingkan larutan koloidal NaCMC 1 % sebagai kontrol negatif (cairan pendispersi dari isolat). Data pada diagram menunjukkan peningkatan aktivitas imunoglobulin M (IgM) lebih tinggi pada kelompok perlakuan yang diberi isolat probiotik jika dibandingkan kontrol negatif yang hanya diberi natrium CMC 1 %. Selain peningkatan aktivitas IgM, isolat probiotik juga menunjukkan efek meningkatkan aktivitas IgG bila dibandingkan dengan efek pemberian larutan natrium CMC 1 %. Penelitian-penelitian mengenai efek bakteri probiotik (bakteri asam laktat) dalam meningkatkan sis- 12 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 3 – Maret 2011, hlm. 10 – 12 tem imun pada usus dan level sistemik, antara lain bakteri asam laktat meningkatkan kadar B-limfosit yang mengenal benda-benda asing, aktivitas fagositosis – yang menolong menghancurkan bendabenda asing, sekresi sel Ig A, Ig G, Ig M dan kadar serum Ig A yang meningkatkan aktivitas antibodi, dan kadar interferon, yang membantu leukosit melawan penyakit. Bakteri asam laktat juga meningkatkan aktivitas immun dalam mukosa usus. 3 2,5 ASI 2 susu kambing 1,5 asinan sawi 1 kontrol negatif 0,5 0 IgM Gambar 1. Histogram Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) Setelah Pemberian Isolat probiotik. *titer antibodi mencit telah ditransformasi dengan rumus [2 log (titer)]+1. Hal ini menunjukkan bahwa isolat probiotik indigenus dapat menginduksi terbentuknya imunoglobulin G (IgG) setelah pembentukan imunoglobulin M (IgM) yaitu sel B dapat mengenal antigen sehingga dapat berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi IgG. Di antara ketiga isolat probiotik yang diberikan, isolat probiotik ASI memperlihatkan efek peningkatan aktivitas IgG dan IgM lebih besar daripada isolat susu kambing dan asinan sawi. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri probiotik dari ASI memiliki efek yang paling besar sebagai imunostimulator. Berdasarkan penelitian (4) bahwa Lactobacillus yang merupakan kelompok utama bakteri probiotik yang diisolasi dari sampel ASI ditemukan dapat mengendalikan gangguan pencernaan yang sebagian disebabkan oleh peningkatan respon imun pada imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin A (IgA) dan imunoglobulin M (IgM). Pada strain Lactobacillus tertentu dapat bertranslokasi di mukosa usus tanpa menyebabkan infeksi sehingga mempengaruhi kekebalan sistemik. Beberapa Lactobacillus langsung dapat merangsang sistem kekebalan pada permukaan mukosa usus melalui sel limfoid lokal pada saluran pencernaan. KESIMPULAN 3,5 3,01 3 2,5 kontrol negatif 2,01 2 susu kambing 1,21 1,5 Isolat bakteri probiotik indigenus yang diperoleh dari ASI, susu kambing, dan asinan sawi mampu meningkatkan aktivitas IgG dan IgM mencit. Probiotik yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sediaan imunostimulan adalah isolat Lactobacillus sp yang berasal dari air susu ibu. 1 0,5 asinan sawi 0,2 0 IgG ASI Gambar 2. Histogram Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) Setelah Pemberian Isolat probiotik UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ini merupakan bagian yang dibiayai oleh Reseach Grant MHERE B1 tahun 2010. Oleh karena menyampaikan terima kasih kepada proyek I-MHERE B1. penelitian proyek Iitu penulis pengelola DAFTAR PUSTAKA 1. Reid, G., & Jass, J. 2003. Potential Uses of Probiotics in Clinical Practice. Clinical Microbiology Reviews 16 (4) : 658 – 672. 2. Surono, I. 2004. Probiotik; Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT. Tri Cipta Karya, Jakarta 3. Kusumawati, N. 2003. Seleksi Bakteri Asam Laktat Indigenus sebagai Galur Probiotik dengan Kemampuan Menurunkan Kolesterol. Jurnal Mikrobiologi Indo-nesia. 8 (2 ): 39 – 43. 4. Beasley, S. 2004. Isolasi, Identifikasi dan Eksploitasi Bakteri Asam Laktat dari Manusia dan Hewan Mikrobiota (thesis). http://ethesis. helsinki.fi/julkaisut/maa/skemi/vk/beasley/isolat io.pdf 5. Meydani, S.N. and Ha, W.K. 2000. Immunologic effects of yogurt. American Journal of Clinical Nutrition 71 (4) : 861– 872.