BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Periklanan Sebagai Proses Komunikasi Definisi dasar komunikasi adalah keberhasilan penyampaian suatu makna kepada orang lain. Dilingkungan pemasar, suatu komunikasi pemasaran dikatakan berhasil jika pesan yang disampikan itu dapat dipahami oleh pemirsa (audience) serta membuat pemirsa itu melakukan sesuatu mengenai isi pesan tersebut. AD farbey menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran merupakan sebuah usaha untuk membantu mempromosikan produk, jasa dan gagasan serta membantu mencapai tujuan komersial bisnis. 7 Untuk mempromosikan tujuan komersial dan bisnis maka kegiatan komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui jenis komunikasi tidak langsung, antara lain dengan menggunakan periklanan. Disini daya sihir iklan cukup ampuh mempengaruhi konsumennya. Lewat tayangan televisi ataupun gambaran dimedia massa, iklan sanggup menjadi bahasa promosi yang paling efektif. Iklan berkiblat pada pemasaran. Itu sebabnya iklan senantiasa menggaris bawahi kepuasan konsumen. 8 7. 8. A.D. Farbey, How to Produce Succesfull Advertising, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal 5 Didik Siswantono, “Sihir Iklan dalam Peluncuran BNI Baru”, GEMA SWADHARMA No.63/VI Agustus 2004, hal.60 15 16 Dalam wacana marketing, hal ini dianggap wajar mengingat biaya promosi mampu menyedot biaya yang tidak kecil. Periklanan tidak sematamata merupakan kekuatan bagi organisasi atau industri yang berskala besar. Lebih dari itu, periklanan adalah sebuah metode yang digunakan ditengahtengah masyarakat untuk tujuan bisnis komersial, jasa keuangan dan industri hiburan, produk dan jasa kesehatan dan lain-lain. Sehingga periklanan tidak hanya sekedar memberikan informasi kepada khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Usaha pengiklan atau produsen untuk dapat selalu mempengaruhi audience sasaran atau konsumennya ini merupakan cirri-ciri sebuah kegiatan komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hofland dan kawan-kawan yaitu bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana komunikator menyampaikan stimuli kepada kepada komunikan dengan tujuan merubah tingkah laku komunikan tersebut. 9 Jadi komunikan tidak dengan sendirinya menjual barang atau jasa (kecuali pada pemasaran langsung), melainkan menciptakan kondisi untuk menjual barang. 2.2. Aspek komunikasi S-O-R (Stimulus – Organism – Response) Dalam penelitian ini penulis menggunakan model teori S-O-R (Stimulus- Organism-Response, berasal dari teori Stimulus-Response, menurut pendekatan psikologis yang dimodifikasi oleh De Fleur dengan memasukkan unsur Organism 9. Werner severing dan James Tankard Jr, Communications Theories: Origin Methods Uses, (New York, Husting House Publser, 1982), hal.12 17 Teori S-O-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Gambar teori S-O-R adalah sebagai berikut: (Sumber: Effendy, 2003:255) Gambar II.1 Model S-O-R Menurut Stimulus, Organism dan Response ini, efek yang ditimbulkan setelah pesan itu diolah melalui perhatian, pengertian dan penerimaan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah; 1) Pesan (stimulus, S) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini, tetapi bila stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2) Komunikan (organism, O) Apabila stimulus telah mendapat perhatian, pengertian dan penerimaan dari organism (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 18 3) Efek (Response, R) Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organism. Dalam meyakinkan organism ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelley menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : a. perhatian, b. pengertian, dan c. penerimaan Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 19 Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. 2.3. Aspek Psikologis Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan adalah: 1) Aspek Kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan. 2) Aspek Afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya. 3) Aspek Konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah). Dalam pembahasan ini penulis ingin mengulas tentang aspek kognitif dalam psikologi persepsi. Kognisi/proses merupakan proses mental yang 20 artinya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak akan terlepas dari aspek kognisi, seperti misalnya persepsi, atensi terhadap stimulasi tertentu, ingatan, pengetahuan, dan lain-lain. Pandangan Psikologi Kognitif banyak berpengaruh pada bidangbidang psikologi lain. Sebagai contoh, pendekatan Psikologi Kognitif tentang aspek kognisi banyak dipergunakan dalam Psikologi Sosial seperti persepsi masyarakat terhadap lingkungan sosial, Psikologi Konseling misal mengubah cara berpikir yang salah, Psikologi Pendidikan misal fungsi ingatan dan intelegensi terhadap prestasi, dan Psikologi Konsumen misal upaya membentuk persepsi konsumen. Melalui prinsip kognisi, seseorang dapat menangani dan memproses informasi secara efesien dan terorganisasi dengan baik. Dengan memahami aspek kognisi serta proses-proses yang terkait, manusia menjadi lebih tahu dan mampu menciptakan cara-cara mengolah informasi agar ber-manfaat bagi diri dan lingkungannya secara lebih baik. Misal: menciptakan komputer untuk mempermudah pekerjaan dan komunikasi dengan orang lain, berbicara secara lebih efektif dan efisien, menciptakan kode/digit angka untuk bantuan mengingat nomor telephone atau KTP secara lebih cepat, dan lain-lain. Asumsi-asumsi dalam Psikologi Kognitif a. Proses Kognitif lebih bersifat aktif daripada pasif. Psikologi kognitif mendasarkan pandangannya pada kenyataan bahwa manusia adalah aktif/tidak pasif. Artinya, manusia selalu berupaya 21 mencari informasi, memperoleh pengetahuan, dan mengikuti perkembangan pengetahuan baru. Pandangan ini berbeda dengan behavioristik yang memandang manusia itu pasif (merespon hanya jika ada stimulus) b. Proses Kognitif terjadi secara sangat efisien dan akurat. Dalam perkembangan berbahasa seseorang manusia, dari sekedar katakata tak berarti sampai dapat mengucapkan kalimat panjang dengan bahasa yang beraneka macam, sebenarnya dilandasi dengan kemampuan kognitif manusia untuk mengenal kata-kata baru, struktur bahasa yang kompleks dan menyimpannya banyak informasi yang terkait dalam memori. Oleh karena itu manusia mampu memanfaatkan kemampuannya tersebut secara efisien (sejauh diperlukan) dan akurat (sesuai dengan kapasitas yang memang dibutuhkan). Kalau terjadi kesalahan dalam pemanfaatan informasi yang tersimpan, maka ini terjadi karena ketidaktepatan penggunaan strategi dalam mengenal dan menyimpan informasi ke dalam kognitifnya. c. Proses Kognitif cenderung lebih baik apabila berkaitan dengan informasi yang positif dari pada informasi yang negatif. Artinya individu akan lebih mudah memahami bentuk stimulus positif dari pada stimulus negatif. Kebanyakan orang yang cenderung lebih akurat dalam mengingat informasi positif dari pada informasi negatif. Artinya, dalam membentuk konsep, kinerja pikiran lebih baik dalam memilih contoh-contoh konsep yang positif daripada contoh konsep 22 yang negatif. Termasuk dalam tugas penalaran, lebih mudah bila berhubungan dengan informasi positif dari pada negatif. d. Umumnya Proses Kognitif tidak dapat diamati secara langsung. Kita tidak dapat melihat apa yang terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melihat suatu obyek, membuat keputusan/memecahkan masalah. Sehingga agak sulit untuk menerangkan proses kognitif secara langsung. Untuk itu sering digunakan 2 (dua) atau 3 (tiga) teori dalam menerangkan serta menggunakan cara menterjemahkan proses kognitif tersebut kedalam respon-respon tertentu yang dapat diamati dan diukur. e. Proses Kognitif saling berkaitan antara unit satu dengan yang lain, dan tidak bisa bekerja secara terpisah. Persepsi, sebagai salah satu yang melibatkan proses kognitif, bukanlah semata-mata pemrosesan stimulus dari luar (bottom-up processing), tapi yang melibatkan pengolahan pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan (top-down processing) 2.4. Persepsi Persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. 10 10. Arindita S, Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank 23 Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. 11 Pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 (dua) orang terhadap 1 (satu) objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan), (Sarwono, 1983). Terdapat dua tahap terjadinya persepsi, yaitu perhatian (attention) dan penafsiran (interpretations). 12 2.4.1 Perhatian (Attentions) Perhatian adalah proses selektif, terjadi karena setiap individu tidak dapat menghindari sebuah stimuli yang menerpanya. Perhatian 11. 12. Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia Jalaludin Rakhmat, Phsikologi Komunikasi, Bandung, Remadja Rosdakarya, 1994, hal 65 24 adalah tahap yang mengawali proses persepsi, terjadi pada saat memperhatikan suatu stimuli. Perhatian merupakan penyaringan pesan yaitu, suatu mekanisme pemilihan yang mengendalikan jumlah dan sifat pesan yang akan diterima. Kennet E.Enderson memberikan definisi tentang perhatian yang merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lamanya melemah. 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. A. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktorfaktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain: 1) Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda. 2) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang 13. Kenneth E. Endersen, Advertising Management, New Jersey; Prentice-Hall Inc, 1996, hal 218 25 terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. 3) Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. 5) Pengalaman dan Ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. 6) Suasana seseorang, hati. Keadaan mood emosi mempengaruhi perilaku ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. B. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut 26 pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana Sementara seseoarang itu merasakannya faktor-faktor eksternal atau menerimanya. yang mempengaruhi persepsi adalah: 1) Ukuran dan penempatan dari stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. 2) Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. 3) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. 27 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam. Penyaringan atensi/perhatian dijalankan dengan berbagai tingkat usaha dan kesadaran, antara lain: 14 a) Pencarian Aktif (Aktive Search) Penerima aktif mencari informasi karena adanya rasa ketertarikan, penasaran dan keingintauan terhadap suatu berita atau materi komunikasi yang ada melalui apa yang pernah diliahatnya. b) Pencarian Pasif (Passive Search) Penerima mencari informasi hanya dari sumber-sumber yang biasa menerpanya selama ini. c) Perhatian Pasif (Passive Attention) Penerima memiliki sedikit kebutuhan informasdi dan tidak berusaha untuk mencapainya. 2.4.2. Penafsiran (Interpretation) Pada tahap ini terjadinya proses penyederhanaan (simplifications), pengelolaan (distort), serta penyusunan (organize). Proses adalah stimuli yang masuk akan disederhanakan berdasarkan ciri-ciri pokok stimuli tersebut, detail pada bagian tertentu akan menjadi suatu figure yang penting dan akan dijadikan titik focus, sedangkan detail 14. David A. Aaker and JhonG. Mayer, Advertising Management, New Jersey, Prentice- Hall Inc, 1996, hal.218 28 diolah hingga menjadi pola tertentu yang kemudian akan disusun untuk ditafsirkan maknanya. 15 Menurut Beach laslie dan Clark Elon, persepsi adalah suatu proses yang melibatkan penerimaan pengorganisasian serta penafsiran suatu rangsangan seseorang. 16 Tentu saja makna yang diberikan seseorang individu mengorganisasi rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya. Dengan demikian ragam penafsiran akan muncul pada setiap individu walaupun stimulinya sama. Kemudian setelah terjadi tahap atensi dan interpretasi, akan timbul suatu respon yang disebut kognisi. Proses kognisi adalah proses dimana stimuli-stimuli yang masuk ditransformasikan, dikurangi, diperinci, disimpan, diselubungi maupun digunakan. Menurut John S, wreight, struktur dan proses kognisi mempunyai fungsi: 1) Sebagai pedoman atau landasan usaha individu untuk mencapai kepuasan. 2) Sebagai pengatur dalam menentukan arah dan langkah yang akan diambil dalam mencapai kepuasan dari kebutuhan-kebutuhannya. Tahap kognisi yang termasuk dalam proses respon adalah aspek penting yang harus diketahui untuk membangun program komunikasi 15. 16. Sandra E. Moritary, Creative Advertising, Theory and Practice, New Jersey;Englewood Cliffs Prentice-Hall Inc, 1986, hal 158 Beach Laslie and Clark Elon, Advertising Management, 2 nd edition, Indana Polis, 1983, hal.233 29 yang efektif, agar khalayak bergerak kearah tujuan produsen. Tahap-tahap pembentukan persepsi menurut Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi yang mencakup sensasi dan atensi, organisasi yang melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “ meletakkan suatu rangsanga bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespons atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain, dan juga diri sendiri. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun kita tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung; melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut. Jadi, pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. Dalam proses persepsi, banyak rangsangan sampai kepada kita melalui pancaindera kita, namun kita tidak dapat mempersepsi semua itu secara acak. Hal ini terjadi karena persepsi kita adalah suatu proses aktif 30 yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses persepsi. Sumber: Devito, 1997 (Sobur, 2003: 449) Gambar II.2 Proses Persepsi 1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation) Pada tahap pertama, alat-alat indra disimulasi (dirangsang). 2. Stimulasi terhadap alat indra diatur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang paling sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity), atau kemiripan. Prinsip yang lain adalah kelengkapan (closure). 3. Stimulasi Alat Indra ditafsirkan-dievaluasi. Langkah ketiga dalam proses persepsi adalah penafsiran-evaluasi. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi 31 oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Dari penjelasan proses persepsi diatas, cara penafsiran-evaluasi masing-masing individu berbeda. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut: a) Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan sulit diramalkan. b) Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya). c) Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain, objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu, persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi seseorang tidak dapat timbul begitu saja. Ada faktor–faktor yang mempengaruhi timbulnya persepsi itu. Bila Siagian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi 32 persepsi secara umum meliputi diri orang yang bersangkutan sendiri, sasaran persepsi tersebut, dan faktor situasi, David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977:235) menyebutnya factor fungsional dan factor structural. Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal- hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Persepsi terkait dengan Field of Experience dan Frame of Reference. Field of Experince adalah sejumlah pengalaman yang tersimpan dalam memori, sedangkan Frame of Reference adalah pengetahuan atau pengertian yang dijadikan acuan untuk menafsirkan pesan. Field of Experince dan Frame of Reference adalah faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi. Faktor Struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer (1959), dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsipprinsip ini menyatakan bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, maka kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Dalam komunikasi, perhatian terhadap persepsi adalah hal yang mendasar. Efektivitas komunikasi antara lain ditentukan faktor persepsi. 33 2.5 Brand Awareness Brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand dan yang menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya dalam kategori produk tertentu. Ada 4 tingkatan brand awareness yaitu: A. Unaware of brand (tidak menyadari merek). Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. B. Brand recognition (pengenalan merek). Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. C. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. D. Top of mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. 34 Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah brand antara lain: 1. Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa saja yang diingat. 2. Recognition yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk dalam kategori tertentu. 3. Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam alternatif pilihan ketika akan membeli produk/layanan. 4. Consumption yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika sedang menggunakan produk/layanan pesaing. 2.6 Media Periklanan Media penyampai pesan memegang peranan yang penting dalam perikalanan, menurut Bovee dan Arens, media merujuk kepada suatu metode atau alat yang digunakan untuk mentransmisikan pesan-pesan pengiklan, yang bentuknya dapat berupa radio, televise, Koran majalah dan lain-lain. Tanpa media, pesan tidak akan sampai kepada kelompok audience yang kita inginkan, oleh karena itu, memilih media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran sampai atau tidak. Selain itu media juga berperan dalam penyediaan ruang atau waktu yang memungkinkan terjadinya proses komunikasi. 17 17. A.D. Farbey, How to Produce Succesfull Advertising, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal 10 35 Media didefinisikan pula oleh A.M. Hoeta Soehoet sebagi alat perantara dalam proses penyampain isi pernyataan (message) dari komunikator sampai kepada komunikan atau penyampaian umpan balik (feeback) dari komunikan. 18 Terence Shimp mendefinisikan media periklanan sebagai’’ the general communication methods that carry advertising message.’’ 19 Dijelaskan oleh Rheinald Kasali dalam bukunya Manajemen Periklanan, bahwa media periklan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu: a) Media lini atas ,yang terdiri dari iklan-iklan yang dimuat di Media Cetak ( majalah, Koran, tabloid), Media Elektronik (radio, televisi, bioskop) dan Media Luar ruang (billboard dan Transportasi). b) Media Lini Bawah, terdiri dari seluruh media selain media diatas seperti pameran pont of sale, display material, agenda, dan lain sebagainya . 20 2.7 Print Ad Sebagai Media Penggunaan media komunikasi yang dipilih secara tepat, sesuai dengan produk atau jasa yang ditawarkan akan memberi efek dapat menarik cukup banyak perhatian khalayak. Penyajian iklan yang baik tentunya akan mampu mengintimidasi, mempengharuhi dan mendominasi calon konsumennya, Kenyataan ini tidak mungkin terbantahkan. Sebab, penyajian 18. 19. 20. A.M. Hoeta Soehoet, Media Komunikasi, (Jakarta, Yayasan Kapus Tercinta-IISIP, 2003), hal.1 Terrence A. Shimp, Advertising, Promotion and Suplemental Aspect of Integrated Marketing Communications, (Ohio, Thomson South Western, 3003), hal.625 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Cetakan 4 (Jakarta Pusaka Utama Grafiti, 1995) hal.23 36 iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan keterampilan kreatif. 21 Dari sini banyak barang dan jasa dapat dijual dengan mudah apabila konsumen diberi tulisan atau literatur yang secara rinci menjelaskan kegunaan, karakteristik, benefit dan deferensiasi produk terhadap produk lain dan berbagai aspek lainnya dari produk yang bersangkutan yang dikenal sebagai literatur penjualan. Para produsen dalam melakukan komunikasi dengan konsumennya, biasanya akan menggunakan sebuah media yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan khalayak. Perusahaan barang dan jasa kerap menerbitkan iklan penjaulan yang berisikan keterangan ikhwal layananlayanan barang dan jasa yang mereka sediakan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Print Ad. Seperti yang telah dijelaskan bahwa Print Ad sebagai sebuah media iklan dalam kegiatan promosi memiliki kelebihan dalam memuat berbagai informasi dan gambaran tentang produk secara garis besar dan konkret. Terutama apabila produk tersebut memiliki banyak informasi yang tidak mungkin dapat dijabarkan secara singkat dan mudah. 2.8 Unsur – Unsur dalam Print Ad 2.8.1 Headline Headline atau judul berfungsi dalam menarik perhatian, menyatakan tema kampanye, membangkitkan minat untuk bagian lain dari iklan. 21 21. Didik Siswantono, “Sihir Iklan dalam Peluncuran BNI Baru”, GEMA SWADHARMA No.63/VI Agustus 2004, hal.46 37 Headline merujuk pada “the word in the leading position of the adverstisment that is” “the word that will be read first or that are position to draw the most attention” Artinya kata-kata tersebut berada dalam posisi yang paling penting dalam iklan, karena katakata tersebut diposisikan untuk dapat segera menarik perhatian dan dibaca pertama kali. a) Headline dapat menarik perhatian konsumen terhadap iklan b) Headline mampu menyeleksi pembaca karenanya headline harus dapat menjelaskan pokok materi iklan yang dapat menarik perhatian pembaca c) Headline dapat menggiring pembaca menuju bagian body copy dari iklan d) Hedaline mempresentasikan dan menceritakan keseluruhan dari gagasan penjualan. e) Headline berisi informasi tentang keuntungan dari produk f) Headline mempresentasikan informasi produk yang dapat menarik perhatian pembaca. Karena itu headline dibuat agar lebih mudah terbaca, terpahami dan menarik perhatian, berpengaruh menggunakan kata-kata yang cocok dan sesuai dengan panjang ruang yang tersedia atau banyaknya katakata yang paling baik untuk memberikan pengaruh optimal. 38 2.8.2 Ilustrasi Ilustasi merupakan unsur yang paling penting dalam iklan cetak. 22 Ilustrasi merupakan penghubung antara isi dengan bentuk lahiriah sebuah iklan. Disini tugas iliustrasi adalah mengalihkan pesan iklan dan menciptakan suasana yang menguntungkan bagi apa yang sedang diiklankan. 23 Ilustrasi merupakan elemen visual yang sangat penting dalam iklan cetak Fungsi Ilustrasi dalam iklan cetak adalah: a) Menarik perhatian khalayak sasaran b) Mengkomsumsi ide relevan dengan cepat dan efektif c) Menarik minat khalayak dengan headline dan copy. d) Membantu membuat periklanan lebih dipercaya.24 Ilustrasi juga digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat, cepat serta tegas, dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. 25 Ilustrasi yang digunakan dalam iklan cetak dapat berupa foto-foto berwarna (tonal phothographs) dan gambar kuas (wash grawing) atau gambar garis (line drawing) 22. 23. 24. 25. S. Watson Dunn and Arnold M, Barban, Advertising: It’s Role in Modern Marketing, (The Drydeb Press, 1979) hal 417 Winardi, SE, Ilmu Reklame. Bandung. Hal.101 Ibid. Ibid. 39 2.8.3 Naskah Iklan Dalam menyusun naskah meliputi pesan berupa kata-kata, penulis harus menentukan apakah pesan “naskah panjang” atau naskah singkat yang akan digunakan “naskah panjang” merupakan suatu ketepatan untuk mengisi bidang iklan dengan kata-kata, dan secara panjang lebar menjelaskan produk atau jasa yang di iklankan “Naskah singkat’’ sering digunakan bila tujuannya adalah untuk meraih perhatian pembaca dan sekilas mengenai kehadiran produk.26 2.8.4 Logo Logo digunakan untuk memberi tanda pada barang-barang yang dijual dipasaran dengan kata lain logo adalah sebuah identitas produk atau perusahaan. Logo adalah penyajian atau tampilan nama, bentuk seragam tulisan, atau cirri-ciri khas perusahaan secara visual. 27 Sebagai corporate identity, logo ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau perusahaan. dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi identitas yang membedakan sebuah produk dengan produk lainnya. Kesemuanya itu tidak lepas dari hakikat logo itu sendiri, sebagai sebuah karya seni rupa yang biasa berupa Dwi matra (dua dimensi) atau tri matra (tiga dimensi). Sebagai karya seni 26. 27. Winardi, Loc.cit Frank Jafkins, Periklanan, (Jakarta Erlangga, 1997) hal.391 40 rupa, sebuah logo tidak bisa lepas dari elemen-elemen senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi dll. 28 Pembagian jenis logo secara sederhana terbagi atas dua bagian yaitu: 1. Word Mark atau Brand name yaitu Logo yang tersusun dari bentuk terucapkan. 2. Device Marks atau Brand Mark yang tersusun dari bentuk tak terucapkan. Bisa pula logo terdiri atas keduanya, yang merupakan kombinasi dari brand name dan brand mark. Iklan meliputi tulisan dan desain, dalam kata-kata dan gambar. Perbedaan-perbedaan iklan dengan yang lain seringkali terletak pada kualitas input kreatif ini. Menurut Bovee dan Arens, pesan iklan diartikan sebagai apa yang perusahaan telah direncanakan untuk dikatakan pada iklannya dan bagaimana mengatakannya secara verbal dan ilustrasi pada brosur adalah elemen yang sangat penting dalam menentukan apakah pesan telah diterima atau tidak. 28. www.logoresource.com