BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Impor
Impor merupakan sebagian dari kegiatan bisnis international yaitu
menyangkut usaha perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
secara perorangan maupun badan usaha dalam melakukan transaksi jual-beli
antar negara. Dengan kata lain, kegiatan impor adalah kegiatan jual-beli yang
melibatkan penjual dan pembeli yang berada di negara yang berdeda atau
transaksi perdagangan antara negara yang satu dengan negara lainya dan
merupakan bagian dari bisnis international.
Sementara itu, perdagangan internasional adalah setiap kegiatan bisnis
yang melintas batas-batas internasional atau teritorial antar negara yang dapat
berupa perdagangan impor-ekspor, investasi portofolio, perdagangan layanan
atau jasa, dan investasi langsung. Adanya berbagai kepentingan dalam negeri
suatu negara mengakibatkan terjadinya kegaitan ekspor dan impor. Kegiatan
ini tersebut pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Impor adalah suatu proses transportasi barang atau komoditas dari
suatu negara ke negara lain secara legal, umunya dalam proses perdagangan.
Menurut Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. : P-08/BC/2009
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai No. : P42/BC/2008 Tetang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor untuk
pasal 1, bahwa Barang impor adalah barang yang dimasukkan ke dalam
daerah pabean. Sedangkan menurut masyarakat umum pengertian impor
adalah membeli barang dari luar negeri. Undang-undang kepabeanan
selanjutnya mengartikan daerah pabean adalah wilayah republik indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat
tempat tertentu di wilayah Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku undang-undang kepabeanan. Importir adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang mengimpor.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa barang impor
merupakan proses transportasi barang atau komoditas yang masuk dari luar
negeri ke dalam negeri akan tetapi dalam proses transportasi tersebut telah
melewati wilayah atau daerah pabean untuk dilakukan pengawasan dan
pemeriksaan oleh Bea Cukai atau Kantor Pelayanan Direktorat Jendral Bea
dan Cukai. Barang yang dikatakan sudah memasuki wilayah pabean dan legal
maka akan dikenakan pungutan pajak bea masuk, sehingga penerimaan negara
dapat bertambah.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 : Alur Proses Impor
Keterangan:
1. Importir dalam negeri dan supplier (eksportir) di luar negeri
mengadakan korespondensi dan tawar-menawar harga barang yang
akan diimpor. Jika terjadi kesepakatan antara ke dua belah pihak
(Importir-Eksportir), makan dibuat suatu perjanjian jual-beli (Sales
Contract).
2. Importir membuat Latter of Credit (L/C) ke Bank Devisa dalam negeri
kemudian
bank
dalam
negeri
memberitahukan
kepada
bank
korespondensi luar negeri tentang pembukaan Latter of Credit. Bank
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
luar negeri menghubungi eksportir dilura negeri. Setelah itu bank luar
negeri mengirim dokumen kepada bank devisa dalam negeri.
3. Eksportir melakukan proses packing diluar negeri untuk dilakukan
proses pengiriman kepelabuhan
4. Eksportir melakukan proses custom clerance diluar negeri
5. Proses pengiriman dengan terbitnya Bill of Loading (B/L)
6. Setelah kapal tiba di dalam negeri proses selanjutnya yaitu custom
clerance impor di dalam negeri.
7. Barang keluar dari peredaran bebas / diserahkan kepada importir.
2.2 Syarat- Syarat Menjadi Importir
a. API ( Angka Pengenal Importir)
API atau Angka Pengenal Importir adalah tanda pengenal importir.
Importir itu sendiri adalah orang perseorangan atau badan hukum pemilik
Angka Pengenal Impor (API) atau Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT)
yang mengimpor barang. Impor hanya bisa dilakukan oleh importir yang
sudah terdaftar di Kementerian Perdagangan dan memiliki Angka pengenal
Impor (API) atau mempunyai ijin impor tanpa API. Menurut pasal 3 Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 Tahun 2009 tentang
Angka Pengenal Importir Permendag API, ada dua macam API, yaitu:
API Umum (API-U). API – U diberikan kepada importir yang
melakukan impor barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memperdagangkan atau memindah tangankan barang kepada pihak
lain.
API Produsen (API-P). API – P diberikan kepada importir yang
melakukan impor barang untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk
mendukung
proses
produksi dan
tidak
diperbolehkan
untuk
memperdagangkan atau memindahtangankan kepada pihak lain.
Menurut pasal 11 ayat (1) Permendag API, permohonan untuk
mendapatkan API-U diajukan dengan mengisi formulir kepada Kepala Dinas
Provinsi dan tembusan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat,
dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya jika ada
Surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku
dari kantor Kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa tempat
berusaha dengan pengelola atau pemilik bangunan;
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau izin usaha lain yang sejenis
yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang berwenang di bidang
perdagangan.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan
Penanggung Jawab Perusahaan.
Pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing
Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4; dan
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
KTP atau Paspor dari Pengurus atau Direksi Perusahaan.
Sedangkan, untuk permohonan API – P bagi badan usaha atau
kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan
sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
perjanjian kontrak kerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia,
menurutpasal 11 ayat (2) Permendag API, diajukan dengan mengisi formulir
yang ditujukan pada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, dalam hal
ini Direktur Impor, dengan melampirkan dokumen berikut:
Salinan Kontrak Kerjasama dengan Pemerintah atau Badan Pelaksana
yang dibentuk oleh Pemerintah untuk melakukan pengendalian
kegiatan usaha di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta
pengelolaan sumber daya alam lainnya;
Asli Rekomendasi dari Pemerintah atau Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan usaha atau kontraktor;
Pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing
penanggung jawab Kontraktor Kontrak Kerjasama 2 (dua) lembar
ukuran 3x4; dan
Bukti identitas/paspor masing-masing penanggung jawab.
Permohonan API – P yang diajukan pada BKPM, dilakukan dengan
mengisi formulir dan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku
dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau
kontrak tempat berusaha.
Surat Pendaftaran Penanaman Modal.
Izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain yang sejenis yang
diterbitkan oleh Kepala BKPM.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan sesuai dengan
domisilinya.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
Pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing
Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4; dan
KTP atau Paspor dari Pengurus atau Direksi.
Izin Menetap Tenaga Asing (IMTA), khusus untuk tenaga kerja asing
yang menandatangani API.
Sedangkan API – P yang diajukan pada Kepala Dinas Perdagangan
Provinsi, diajukan dengan mengisi formulir dan melampirkan dokumendokumen sebagai berikut:
Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya.
Surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku
dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa tempat
berusaha.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain yang sejenis yang
diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang berwenang.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan sesuai dengan
domisilinya.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing
Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4.
KTP atau Paspor dari Pengurus atau Direksi Perusahaan.
Menurut pasal 4 Permendag API, API – U diterbitkan oleh Kepala
Dinas Provinsi Perdagangan. Sedangkan untuk API – P, penerbitannya dibagibagi, yaitu:
Bagi badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas
bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang
melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama
dengan Pemerintah Republik Indonesia, API – P dimohonkan kepada
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan.
Bagi perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan penanaman
modal dalam negeri kepada dimohonkan kepada Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (“BKPM”).
Bagi importir pemilik izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain
yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berwenang, selain dari perusahaan-perusahaan di point 1 dan 2 di atas,
API – P dimohonkan kepada Kepala Dinas Perdagangan Provinsi.
b. NIK ( Nomor Identitas Kepabeanan)
Setiap impor wajib melakukan registrasi impor ke Direktorat Jendral
Bea dan Cukai untuk mendapatkan Nomor Indentitas Kepabeanan (NIK). NIK
merupakan nomor identitas yang bersifat pribadi yang diberikan oleh Direktur
Jendral Bea dan Cukai kepada Importir yang telah melakukan registrasi untuk
mengakses atau berhubungan dengan sistem kepabeanan yang menggunakan
teknologi informasi maupun secara manual dalam rangka pemenuhan
kewajiban kepabeanan.
Berikut ini adalah dokumen yang diperlukan pada saat pengajuan
registrasi untuk memperoleh NIK ke Direktur Jendral Bea dan Cukai.
Surat Ijin Usaha (SIUP/IUT) atau Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Angka Pengenal Importir (API).
Surat Keterangan Domisili Perusahaan.
Kartu NPWP dan SP-PKP Perusahaan.
Akte pendirian perusahaan dan pengesahannya dari kementerian
Hukum dan HAM.
Akte perubahan terakhir dan pengesahannya dari kementerian hukum
dan HAM.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bukti penguasaan atas tempat usaha (Setifikat HM/HGB atau Bukti
Sewa).
Bukti indentitas (KTP/KITAS/Paspor) pengurus/ Penanggung jawab
perusahaan (direktur/komisaris atau lainnya).
Kartu NPWP pengurus/ penaggung jawab perusahaan.
Laporan keuangan terakhir (minimal Neraca dan laporan Laba Rugi).
Bagan stuktur organisasi perusahaan.
Rekening koran perusahaan.
Bagan rekening (chart of account) sistem pembukuan perusahaan.
Contoh bukti pembukuan.
SK Fasilitas impor dan Bukti PIB (Jika sudah ada).
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2 : Alur Proses Registrasi Impor NIK
Orang atau pengguna jaa kepabeanan dapat melakukan kewajiabn
kepabeanan diwajibkan melakukan Registrasi Kepabeanan ke Direktorat
Jendral Bea dan CUkai secara on line ke http://www.beacukai.go.id sebagai
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mana
diatur
dalam
pearaturan
Kementerian
Keuangan
Nomor:
54/PMK.04/2014 tetang Registrasi Kepabeanan dan ditindak lanjuti dengan
Peraturan Direktur jendral Bea dan Cukai No: Per-10/BC/2014 tetang
Petunjuk pelakanaan Registrasi Kepabeanan tanggal 30 Mei 2014
2.3 Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Pemberitahuan Impor Barang adalah persyaratan yang dibuat oleh
importir dalam bentuk data elektronik atau diatas formulir dalam rangka
pemenuhan kewajaiban pabean di bidang impor dan digunakan untuk
memberitahukan barang impor yang akan dikeluarkan dari kawasan berikat.
PIB dibuat berdasarkan dokumen pelengkap pabean berdasarkan
prinsip self assessment (Direktorat Jendral Bea dan Cukai). Bentuk dan isi PIB
berukuran A4 (201x297mm), untuk pengadaan formulir PIB dapat dilakukan
oleh umum. PIB dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Lembar asli atau ke 1 untuk pengeluaran barang
b. Lembar ke 2 untuk BPS Jakarta
c. Lembar ke 3 untuk Bank Indonesia bagian pengolahan data dan
informasi ekonomi dan moneter.
Dasar hukum dokumen PIB adalah Peraturan Menteri Keuangan No
:155/PMK.04/2008 tanggal 27 Oktober 2008 dan Peraturan Direktur Bea dan
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cukai sebagai petunjuk pelaksanaannya dan terakhir diatur dengan Peraturan
Direktur Jendral Bea dan Cukai No: Per-44/BC/2011.
PIB dibuat berdasarkan modul PIB yang dibedakan menjadi module
PIB importir dan modul PIB PPJK. Modul PIB untuk importir hanya bisa
digunakan untuk merekam data PIB milik importirnya saja pemegang NIK
yang bersangkutan, sedangkan Modul PIB PPJK dapat digunakan untuk
perekaman data PIB importir pelanggan dari PPJK yang bersangkutan
sehingga memungkinkan untuk dapat merekam data PIB lebih dari satu
importir. Versi module PIB sudah banyak mengalami pembaharuan, Modul
PIB terbaru yaitu modul PIB versi PIB 5.0 pertanggal 07-November 2012.
Gambar 2.3 : Modul/Aplikasi PIB Versi PIB 5.0.
Secara
garis
besar
Modul
PIB
membantu
importir
dalam
menyampaikan data importasi mereka dengan cara yang lebih mudah dan
cepat. Modul PIB ini sangat dibutuhkan bagi importir dalam rangka
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyampaikan dokumen Pemberitahuan Impor Barang untuk dapat
dikirimkan ke Bea dan Cukai dan menerima semua respon dari bea cukai.
Dokumen sumber data pembuatan PIB atau yang biasa disebut
dokumen pelengkap pabean yaitu semua dokumen yang digunakan sebagai
pelengkap pemberitahuan pabean impor melalui jalur laut, dokumen yang
dimaksud antara lain :
a. Angka Pengenal Importir (API)
b. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK)
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak (SSPCP)
e. Bukti Penerimaan Jaminan (BPJ)
f. Comerrcial Invoice
g. Packing List
h. Bill of Loading
i. Surat keputusan Pembebasan
j. Bukti Penerimaan Jaminan
k. Rekomendasi atau izin pemasukan atas barang-barang yang terkena
lartas (larangan dan pembatasan) dari intansi terkait yang
berwenang dan atau
l. Dokumen lainya yang dipersyaratkan.
2.4 EDI (Electronic Data Interchange)
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pertukaran informasi bisnis pada saat ini umumnya dilakukan dengan
cara yang konvensional, yaitu menggunakan media kertas. Seiring dengan
meningkatnya transaksi bisnis suatu perusahaan tentu akan meningkat pula
penggunaan kertas. Hal ini dapat menimbulkan banyak masalah seperti
keterlambatan dalam pertukaran informasi, kebutuhan akan bertambah jumlah
personil yang sekaligus juga berarti menambah beban keuangan dalam
perusahaan. Fakta-fakta ini telah menyebabkan ketidakefisienan dalam dalam
bisnis,
khususnya
yang
berkaitan
dengan
pertukaran
informasi
bisnis. Persoalan di atas tentu harus kita cara jalan keluarnya agar efisiensi
dalam transaksi bisnis dapat ditingkatkan. Kehadiran internet menjadi sebuah
jawaban untuk mengatasi berbagai problema di atas. Namun, jaminan
keamanan dalam transaksi melalui internet telah menimbulkan kekhwatiran
orang untuk bertransaksi melalui media maya ini. Kehadiran Electronic Data
Interchange (EDI) telah menjadi salah satu solusi untuk membuat keefisienan
dalam transaksi bisnis di Internet dan sekaligus memberikan jaminan
keamanan dalam bertransaksi tersebut.
Electronic Data Interchange (EDI) atau Pertukaran Data Elektronik
adalah pertukaran informasi dalam bentuk pesen-pesan dengan format tertentu
yang mewakili suatu dokumen diluar instrumen-instrumen moneter. EDI ini
berbentuk pesan-pesan sekuensial antara kedua belah pihak, baik sebagai
pengirim maupun sebagai penerima. Data yang terformat yang mewakili
dokumen tersebut dapat saja dikirimkan oleh pengirim ke penerima melalui
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
media
telekomunikasi
atau
dipisahkan
secara
fisik
melalui
media
penyimpanan elektronis (FIPS PUB, 1993).
EDI adalah pertukaran data komputer antar aplikasi melintasi batasbatas organisasi, sehingga intervensi manusia atau interpretasi atas data
tersebut oleh manusia dapat ditekan seminimum mungkin. Akibatnya data
dalam EDI tentunya harus dalam format terstruktur yang bisa dipahami oleh
masing-masing komputer. EDI (Electronic Data Interchange) merupakan
suatu sistem yang memungkinkan data bisnis seperti dokumen pesanan
pembelian dari suatu perusahaan yang telah memiliki sistem informasi
dikirimkan ke perusahaan lain yang telah memiliki sistem informasi. EDI juga
merupakan mekanisme untuk pertukaran data-data untuk keperluan bisnis
secara elektronis. Adanya EDI dapat mempercepat proses bisnis. Kehadiran
Electronic Data Interchange (EDI) telah menjadi salah satu solusi untuk
membuat keefisienan dalam transaksi bisnis di Internet dan sekaligus
memberikan jaminan keamanan dalam bertransaksi tersebut.
Salah satu aplikasi penggunaan EDI dalam membantu sistem
infrormasi seperti yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam jangka panjang,
usaha pemerintah untuk meningkatkan cadangan devisa harus didukung oleh
kegiatan ekspor. Oleh karena itu, kegiatan ekspor harus digalakkan. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka pelabuhan, khususnya jasa pelayanan kepabeanan
yang berada di pelabuhan, memegang peranan penting untuk menjamin
kelancaran arus barang. Sebagai salah satu usaha untuk memperlancar arus
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
barang di pelabuhan diterapkan sistem Electronic Data Interchange ( EDI).
Sistem ini diharapkan dapat menggantikan secara berangsur-angsur Billof
Lading (Cognosement).Sistem EDI ini akan diterapkan diseluruh Indonesia
dengan proyek percontohan yang dimulai di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya.Meskipun penerapan sistem EDI ini belum murni “paperless
system” karena masih rnenyertakan dokumen kertas lain (B/L) namun sistem
ini merupakan sistem yang efektif dan efisien. Dengan sistem EDI, importir
dapat mencek atau memerintahkan transfer atau pemindahan barang-barang
impornya lewat sambungan komputer di kantornya, tanpa harus kontak
langsung dengan aparat Bea dan Cukai di lapangan. Dengan sistem ini hanya
butuh waktu 4 jam untuk pengurusan dokumen kepabeanan, sebelumnya
butuh waktu 3 hari. Sehingga hal ini akan dapat mempercepat kelancaran arus
barang dan dokumen di KIBC Tanjung Perak Surabaya yang per harinya
terdapat 30 – 40 PIB (Pemberitahuan Impor Barang) atau 1300 PIB per bulan.
Selain itu juga sistem ini dapat mengurangi biaya sewa gudang, karena
SPPB (Surat pemberitahuan Pengeluaran Barang) cepat keluar bahkan SPPB
ini dapat langsung dicetak/diprint di komputer kantor perusahaan yang
bersangkutan, dan perusahaan bisa langsung mengambil barangnya di gudang.
Pemakaian sistem EDl ini, juga akan menghindari “human error” dalam
pemasukan data, karena pertukaran data/dokumen semuanya dilakukan
secara “Computerized” yaitu
antar
aplikasi
komputer-antar
perusahaan
dengan menggunakan standar tertentu yang disepakati bersama. Sistem EDI
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini juga dapat mengurangi praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
khususnya yang berkait dengan pengurusan PIB (Pemberitahuan Impor
Barang) karena dengan sistem ini antara pengguna jasa sistem PIB – EDI
dengan petugas KIBC tidak perlu bertatap langsung. Selain itu juga EDI dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan keuangan.
2.5 Sistem EDI Kepabeanan
Sistem EDI Kepabeanan adalah penyerahan pemberitahuan pabean
oleh mitra kerja pabean serta pemberian keputusan oleh administrasi pabean
dengan menggunakan format standar internasional melalui sistem komputer
dan sarana komunikasi data. System EDI kepabeanan secara international
adalah dalam bentuk UN/EDIFACT. Sejak saat itu banyak negara-negara yang
menggunakan UN/EDIFACT banyak mengalami perkembanagan dan banyak
administrasi kepabeanan mulai mengimplementasikan sistem ini.
UN/EDIFACT merupakan suatu aturan tentang penggunaan EDI
dalam bidang administrasi (Kepabeanan), perdagangan dan transportasi.
Secara lengkap definisi dari UN/EDIFACT adalah :
United nations rules for electronic data interchange for administration,
commerce and transport. They comprise a set internationally agreed
standards directories and guidelines for the electronic interchange of
structured data, and in particular that relate to trade in goods and services,
between independent computerized information system.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Masalah administrasi, perdagangan dan transportasi merupakan
masalah yang sangat berkaitan dengabn kepabeanan. Dengan demikian
pengembangan sistem EDI dibidang kepabeanan harus didasari oleh standar
atau format sebagaimana yang telah ditetapkan oleh UN/EDIFACT.
UN/EDIFACT merupakan suatu standar atau pedoman internationsal dalam
melakukan pertukaran data, khususnya yang berhubungan dengan perdangan
barang atau jasa dengan menggunakan sistem informasi komputer.
Pada prinsipnya sistem EDI kepabeanan bertujuan agar para pelaku
perdagangan international dalam hal ini eksportir dan importir dapat
menyampaiakan data ekspor dan data impor serta memperoleh ijin ata barang
secara elektronik.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.4 : Sistem Aplikasi Impor Melalui Jaringan EDI
Manfaat EDI sistem kepabeanan:
Pelayanan dokumen kepabaeanan lebih mudah dan cepat
Pengawasan
2.6 Prosedur Kepabeanan di Bidang Impor
Untuk mendapat mengelurkan barang impor dari kawasan pabean,
maka importir wajib melaksanakan prosedur-prosedur kepabeanan sebagai
berikut ini :
a. Dokumen Pengeluaran Barang
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam proses pengeluaran barang impor maka importir sebelumnya
wajib menyerahkan dokumen kepada pejabat bea dan cukai untuk
dapat diperiksa kelengkapan dan kesesuaian antara dokumen dan
barang yang diberitahukan. Dokument tersebut terdiri dari atas
dokumen wajib dan dokument pendukung.
Dokumen Wajib yaitu :
Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Dokumen
PIB
yang
merupakan
pemberitahuan
oleh
pemberitahu atas barang yang akan diimpor berdasarkan
dokumen pelengkap. Dokumen PIB dibuat berdasarkan aplikasi
atau module PIB seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Invoice
Invoice adalah dokumen yang diterbitkan oleh penjual
(eksportir) kepada pembeli (importir) yang didalam invoice
tersebut dicantumkan nama barang, harga barang, jumlah
barang, nomor invoice, nama penjual dan nama pembeli
barang, nama pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar dan lainlain.
Packing List
Packing list merupakan dokument yang menjelaskan mengenai
daftar dan jenis kemasan barang.
Bill of Loading (B/L) atau Air Way Bill
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bill of loading atau air way bill merupakan surat muatan
angkutan laut atau udara yang diterbitkan oleh pengangkut
barang atau shipping agnet, yang didalam dokumen tersebut
menyatakan bahwa barang-barang yang tersebut telah diterima
dan disetujui oleh pengangkut untuk dilakukan pengankutan ke
pelabuhan atau bandara tujuan.
Sales Kontrak
Dokumen yang memuat mengenai transaksi antara pihak
importir dan eksportir. Isi dari dokumen ini terdiri atas uraian
barang, jumlah item barang, harga satuan dan total harga, dan
sistem pembayaran.
Delivery Order
Delivery Order adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat
perintah penyerahan barang kepada pembawa surat tersebut,
yang kemudian ditujukan kepada bagian penyimpan barang
(gudang) milik perusahaan atau bagian gudang perusahaan lain
yang memiliki konsensus dengan perusahaan yang menerbitkan
Delivery Order.
Cargo Manifest
Dokumen cargo manife yaitu daftar cargo atau barang yang
dibawa saat datang atau masuk kawasan pabean, sedangkan
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
outward manifes yaitu daftar kargo yang dibawa saat sarana
pengangkut keberangkatan atau keluar kawasan pabean.
Polis Asuransi Barang
Dokumen yang berisi mengenai surat bukti penangguhan dari
perusahaan asuransi atas permintaan eksportir ataupun importir
sebagai jaminan atas keselamatan barang pada saat dikirim dari
kecelakaan yang tidak diinginkan.
Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Import
(SSPCP)
Dokumen SSPCP dalam rangka impor merupakan surat setoran
pajak yang digunakan oleh importir atau wajib bayar dalam
rangka impor yaitu bea masuk (BM), Pph, dan PPN.
Dokument Pendukung yaitu :
Angka Pengenal Importir (API)
b. Penetapan Jalur Pengeluaran Barang Impor
Pejabat Bea dan Cukai telah menentukan jalur atau response yang akan
digunakan untuk setiap barang impor yang akan dikeluarkan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai No.: P08/BC/2009 tetang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendal Bea dan
Cukai No.: P-42/BC/2008 tetang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Barang Impor Untuk Dipakai. Terdapat pada pasal 14 dan 15 ayat 1
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14 : Dalam rangka pemeriksaan pabean secara efektif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat 1 menjelaskan terhadap
barang impor yang telah diajukan PIB dilakukan pemeriksaan pabean
secara efektif berdasarkan manajemen risiko, ditetapkan jalur
pengeluaran Barang Impor.
Pasal 15 ayat 1 : Jalur pengeluaran impor sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 adalah sebagai berikut :
1. Jalur Merah.
2. Jalur Kuning.
3. Jalur Hijau.
4. Jalur MITA Non-Prioritas dan
5. Jalur MITA Prioritas.
Berikut ini adalah pengertian dari setiap jalur pengeluaran barang
impor yang diambil berdasarkan uraian diatas :
1. Jalur merah adalah proses dimana pelayanan dan pengawasan
pengeluaran barang impor dilakukan dengan pemerkisaan fisik
barang dan penelitian dokumen impor sebelum diterbitkan
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Kriteria yang
diberikan oleh bea cukai terhadap barang importir adalah
sebagai berikut ini :
 Importir tersebut merupakan importir baru.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
 Importir yang termasuk dalam kategori mengimpor
barang beresiko tinggi (high risk).
 Barang yang diimpor bersifat sementara (temporary
import).
 Barang yang di impor termasuk barang operasional
perminyakan golongan II.
 Barang re-impor.
 Barang yang terkena pemeriksaan secara acak.
 Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Barang impor yang termasuk dalam komoditi beresiko
tinggi dan/atau barang berasal dari negara beresiko
tinggi.
2. Jalur kuning merupakan proses pelayanan dan pengawasan
pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan
fisik barang akan tetapi dilakukan penelitian dokumen impor
sebelum diterbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB). Jalur kuning telah ditetapkan oleh setiap Kantor
Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai, namun hanya untuk
program aplikasi pertukaran data elektronik.
3. Jalur Hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan
pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan
fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen impor yang diajukan
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
setelah diterbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB).
4. Jalur MITA non prioritas merupakan proses pelayanan dan
pengawasan yang diberikan kepada MITA Non Prioritas untuk
pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik
barang dan penelitian dokumen, kecuali dalam hal :
 Barang ekspor untuk di impor kembali.
 Barang terkena pemeriksaan secara acak; atau
 Barang impor sementara (temporary import)
5. Jalur MITA prioritas merupakan proses pelayanan dan
pengawasan yang diberikan kepada MITA Prioritas untuk
pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik
barang dan penelitian dokumen impor. Jalur MITA hanya
ditetapkan di Kantor Pelayanan Utama.
2.7 Perhitungan Dasar Tarif Pajak Impor
1. Bea Masuk (BM) adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang
yang dikenakan terhadap barang impor yang memasuki daerah pabean.
2. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan
dalam Undang-undang Cukai Cukai dikenakan terhadap Barang Kena
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cukai yang terdiri dari etil alkohol atau etanol, minuman yang
mengandung etil alkohol dan hasil tembakau
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertamabahan nilai barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang
dikenakan pada barang atau produk yang dipandang bukan sebagai
barang kebutuhan pokok dan dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
yang memiliki penghasilan tinggi. Contohnya Mobil Mewah.
5. Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap
orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperoleh selama satu tahun pajak
Berikut ini contoh perhitungan tarif pajak impor
No
Nama Barang
1 Dry Battery
Qty
HS Code
5000 8507.20.9900
GTZ-5S
Tabel 2.1 : Table Uraian Barang
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Harga/
Total Harga
Pcs USD
CIF (USD)
4.80
24,000.00
Note:
Total
Harga
Barang
dalam
Rupiah
=
$24,000.00x
kurs
=
$24,000.00xRp12,653 = Rp303,672,000
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai pajak impor sebagai berikut :
a. Bea Masuk berdasarkan tarif hs code atas barang tersebut dikenakan BM
sebesar 5% maka bea masuk yang harus dibayarkan adalah
BM = Nilai Total Harga Barang x 5%
BM = Rp303,672,000x5%
BM = Rp15,184,000
b. PPN = BM + Total Harga Barangx10%
PPN =Rp15,184,000+Rp303,672,000x10%
PPN = Rp31,886,000
c. Pph = BM + Total Harga Barang x2.5%
PPh = Rp15,184,000+Rp303,672,000x2.5%
PPh = Rp7,972.000
No
Tarif
Dasar
Dibayarkan
Tarif
1
BM
5%
2
Cukai
-
3
PPN
10%
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rp15,184,000
Rp31,886,000
4
PPnBM
-
5
PPh
2.5%
Total
Rp7,972,000
Rp55,042,000
Dari hasil perhitungan diatas maka tarif impor atas barang Dry Battery
GTZ-5S adalah Rp55,042,000
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download