Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS UNIT 8 MASYARAKAT MULTIKULTURAL Pendahuluan Pada materi ini akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan masyarakat multikulutar dan pengelompokkan masyarakat multi kultural secara teoritik maupun praktik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi yang diukur dalam materi ini antara lain: Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.: 1. Mampu membedakan apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural dan membedakan dengan aspek globalisasi 2. Mampu mengidentifikasi berbagai kelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam lingkuangan masyarakat. 125 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS Sub Unit 8.1 URAIAN MATERI MASYARAKAT MULTIKULTURAL Sifat kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang mendorong untuk selalu hidup bersama dengan orang lain (gregariousness), dapat kita pahami ketika terjadinya peristiwa kosmik, dimana Adam membutuhkan Hawa untuk hidup bersama-sama di dalam Surga. Manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendak untuk menghadapi lingkungan yang ia hadapi. Manusia yang hidup di daratan maka ia akan beburu, untuk menghadapi cuaca dingin, panas, hujan manusia membuat rumah, dan pakaian. Manusia yang hidup di pantai ia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendak untuk memancing dan membuat perahu untuk dapat berlayar ke tengah lautan untuk mendapatkan ikan Proses interaksi dalam rangka mempertahankan hidup dan keturunan tersebut akan membentuk suatu kelompok-kelompok sosial tersendiri, yang merupakan kesatuan dari setiap manusia yang hidup secara bersama-sama. Kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat Indonesia, begitu banyak terdapat dari mulai sabang sampai meroke. Terbagi kedalam 3 wilayah Indonesia badian Timur, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia Bagian Barat. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia tercantum dalam slogan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Sehingga masyarakat Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multi cultural (memiliki banyak budaya). Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural A. Ciri-ciri Masyarakat Multi Kultural Negara bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis, budaya, dan agama. Sehingga bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang memiliki multi kultural. Multi kulturalisme ialah pandangan dunia dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan 126 aingkumaha.blogspot.com Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS terhadap ralitas keragaman, pluralitas, dan multi kultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Parekh (1997: 183-185) membedakan lima macam multikulturalisme. Pertama, “multikulturalisme isolasionis” yang mengacu kepada masyarakat dimana berbagai kelompk kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi hanya minimal satu sama lain. Contoh warga tiong hoa pada satu sisi mereka menerima keragaman yang terjadi di masyarakat Indonesia, akan tetapi pada saat yang besamaan mereka berusaha mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya. Kedua, multikulturalisme akomodatif, yakni masyarakat plural yang memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasiakomodasi kultural tertentu kaum bagi kebutuhan minoritas. Masyarakat multikultural akomodatif merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, kepada dan memberikan kaum mempertahankan monoritas dan kebebasan untuk mengembangkan kebudayaan mereka; sebaliknya kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Contoh orang pribumi Indonesia terhadap warga keturunan cina. Ketiga multikulturalisme otonomis, yakni masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonomi dalam kerangkan politik yang secara kolektif bisa diterima. Ialah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar. Contoh gerakan kaum perempuan menuntut kedudukan 30 persen pada UU Politik, agar sejajar dengan kaum laki-laki (gerakan feminis). 127 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS Refleksi: jika anda pergi pusat perbelanjaan, lebih suka memilih makanan padang dan sunda atau lebih suka makanan Mc Donald, CFC? Apa pendapat saudara mengenai maraknya di kalangan generasi muda mengenai MTV sasi dan Valentine’s Day/hari kasih sayang? Keempat, multikultural kritikal atau interaktif ialah masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terpaku pada kehidupan budaya otonom, akan tetapi lebih menuntut terhadap penciptaan budaya kolektif yang mencerminkan dan menegaskan pandangan-pandangan pemikiran meraka.. akan tetapi kelompok budaya domina menolak tuntutan seperti ini, dan berusaha secara paksa untuk menerapkan budaya dominan mereka denga mengorbankan budaya kelompok minoritas. Sehingga kelompok minoritas menantang budaya dominan, baik secara intelektua maupun politis untuk menciptakan keadaan yang kondusif. Contoh orang kulit hitam di Amerika yang dipelakukan sebagai budak, dan memperjuankan agar terdapatnya perlakuan yang sama antara kulit hitam dan putih. Kelima, multikultural kosmopolitan, yang berusaha menghapus batasbatas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap indovidu tidak lagi terikat dalam kelompok budaya tertentu dan sebaliknya, secara bebas dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan antara kelompok-kelompok budaya dan sekaligus mengembangakan kehidupan budaya masing-masing. Contoh kelompok liberal yang menganggap semua budaya dapat dipilih dan diambil secara bebas. Alasan mengenai teradinya interaksi antara budaya, hal tersebut lebih dikarenakan oleh sifat dasar manusia. Dimana manusia ketika dilahirkan memiliki sifat dasar sebagai binatang politik (zoon politicom), setiap individu saling membutuhkan dengan indivudu yang lain. Sehingga mendorong bagi setiap individu untuk melakukan interaksi dengan individu lainnya. Seperti halnya apa yang diutarakan oleh Basrowi (2005: 48) sejak lahir, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan dasar antara lain: 1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat). 128 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS 2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Berbagai interaksi sosial yang berlangsung selama kita hidup, disadari ataupun tidak. Hal itu, terjadi dalam suatu komunitas kelompok yang mencirikan sebuah identitas. Seperti halnya ketika seorang bayi terlahir menandakan keanggotaan dari suatu kelompok keluarga, kelompok desa dimana ia tinggal, dan bahkan menjadi suatu kelompok agama. Pada saat awal kehidupan, seserang biasanya cenderung dalam lingkungan keluarga, terlibat kelompok kemudian pada tahap batukar.info berikutnya mengalami perkembangan interaksi dengan kelompok teman bermain (peer group). Contohnya di usia sekolah seseorang telah menjadi seorang anggota organisasi formal dan banyak terlibat dalam keorganisasian yang ada di lingkungan sekolah tersebut, seperti halnya; Pramuka, OSIS, Paskibraka, PMR, dan lain sebagainya. B. Faktor Penyebab Terbentuknya masyarakat Multikultural Proses berlangsungnya pengaruh budaya dunia terhadap perkembangan masyarakat multi cultural di Indonesia bisa melalui jalur perdagangan, dan ketika terjadinya kolonialisasi (penjajahan) oleh Negara-negara lain sepertihalnya, Portugis, Belanda, dan Jepang yang secara otomatis mereka membawa kebudayaan-kebudayaanya masing-masing dan mempengaruhi budaya lokal (domestic) yang telah ada pada masyarakat Indonesia. Dapat kita lihat dengan terbentuknya lapisan-lapisan budaya seperti hiduBudha, budaya Islam, budaya Kristen, dan pada akhir-akhir ini berkembang mengenai budaya Global. 129 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS Pentingnya identitas nasional dalam bentuk budaya nasional hal ini diuntkapkan oleh Koentjara Ningrat yang mengungkapkan fungsi dari kebudayaan nasional Indonesia sebagai berikut: 1) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat memberi identitas kepada setiap warga Negara Indonesia. 2) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga Negara Indonesia yang berbhineka itu untuk saling mengkomunikasikan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas nasional. Setiap manusia disadari ataupun tidak, pada saat ini hidup dalam apa yang disebut dengan global village (kampung global). Secara lebih spesifik (khusus), didalam setiap suku bangsa terdapat kesatuan-kesatuan hidup yang lebih khusus lagi, yaitu terbagi kedalam desadesa dan kota-kota, sementara didalamnya terdapat manusia yang terikat dalam kesatuan –kesatuan khusus itu terwujud sebagai kelompok-kelompok kekerabatan, sedangkan organisasi-organisasi khusus terdapat terbentuk di karenakan terdapanya perkumpulan-perkumpulan rekreasi, partai-partai politik, organisasi-organisasi dagang, badan-badan pendidikan dan lain sebagainya. 130 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS Uraian Materi Sub Unit 8.2 Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multi Kultural A. Klasifikasi Biesrtedt Beliau mengutarakan tiga kriteria dalam membedakan berbagai jenis kelompok, yaitu: 1. Organisasi dengan ciri; para angotanya memiliki kesadaran jenis, persamaan kepentingan pribadi (like interest) dan kepentingan bersama (common interest). Diantara mereka yang menjadi kelompok organisasi terdapatnya hubungan sosial seperti kontak dan komunikasi, selain itu terdapat pula ikatan organisasi formal. 2. Kelompok sosial para anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain, melainkan tidak terdapat ikatan organisasi. Seperti halnya kelompok teman, kerabat dan sebagainya. 3. Kelompok masyarakat, yang memenuhi satu persyaratan, antara lain kesadaran akan persamaan diantara mereka, kontak dan komunikasi dalam jenis kelompok seperti ini belum ada diantara anggota, dan belum terbentuknya organisasi. Dalam hal ini dapat kita temukan berbagai kepentingan pribadi bukan kepentingan yang bersifat bersama. Terdapat satu jenis kelompok yang tidak termasuk kedalam ketiga kriteria kelompok diatas, yaitu kelompok statistik yang tidak merupakan organisasi, tidak terdapat hubungan sosial diantara anggotanya, serta tidak terdapat kersadaran jenis. Merupakan ciptaan dari para ilmuan untuk memudahkan dalam analisis. Pengelompokan penduduk dalam kategori usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengangguran, balita dan lain sebagainya. B. Klasifikasi Robert K. Merton Dalam tulisannya terdapat konsep kelompok secara sosiologi ialah ”a number of people who interact with one another in accord with established 131 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS patterms” (1965: 285) hal tersebut memiliki makna bahwa sekolompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan. Berikut ini penjelasan Merton mengenai tiga kriteria objektif terhadap suatu kelompok. 1) Suatu kelompok ditandai dengan sering terjadinya interaksi. 2) Pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. 3) Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok. Konsep kelompok perlu dibedakan dengan konsep kolektiva. Znanicki atau Parsons mendefinisikan dalam kosep kelompok bahwa tidak dijumpai unsur interaksi, kriteria yang ditonjolkan adalah adanya sejumlah orang yang mempunyai solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan peran sebagaimana yang diharapkan. Merton mengajukan konsep kategorial ialah suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia. Antara pendukung peran tersebut tidak terjadi interaksi. Addendum: Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang menjadi sikap tindakan. Sikap tindakan itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segai jasmaniah manusia, Soekanto dalm buku sosiologi suatu pengantar (2005: 117). Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Tidak hanya persaingan dalam satu kelompok saja terjadinya dinamika kelompok. Akan tetapi bisa terjadi antara kelompok (Soerjono Soekanto, 2005: 165) yang bisa didasarkan atas: 1) Bila kedua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip. 2) Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi sikap tidak bermusuhan tersebut. 132 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS 3) Tujuan yang harus dicapai dengan kerjasama, akan dapat menetralisasikan sikap tindak bermusuhan. 4) Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi Secara skematif yang diggambarkan oleh Sorjono Soekanto (2005: 165) sebagai berikut: Asimilasi (2) (1) Menghindari (5) (4) (6) Menerima (3) Agresif Suatu contoh hubungan antara mayoritas dengan minoritas, dimana reaksi golongan minoritas dimungkinkan dalam bentuk sikap tidak menerima, agresif, menghindari atau asimilasi. Suatu kolektiva dapat menjadi agrasif dapat disebabkan; frustasi selama jangka waktu yang lama, tersinggung, dirugikan, terdapat ancaman dari luar, diperlakukan tidak adil, dan terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif. Selain hal diatas gejala yang menarik perhatian para ilmuan sosial ialah terdapatnya keterkaitan antara kelompok informal dengan kelompok formal. Kelompok formal ialah suatu kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Setelah seseorang menjadi anggota kelompok formal seperti halnya lembaga pemerintahan, universitas, dan sekolah. Diantara mereka terjadi interaksi antara anggota formal tersebut dan akhirnya menjadi kelompok informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok asal tempat tinggal, kelompok lulusan perguruan tinggi dan lain sebagainya. Kelompok informal yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Terbentuk dari interaksi anggota kelompok formal yang 133 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS sering bertentangan antara nilai dan norma satu dengan yang lainnya. Misalnya mengartikan kesetiakawana diantara Maha siswa lebih kepada kesetiakawanan untuk bolos sekolah secara bersama-sama, memalsukan tanda-tangan teman, atau saling membantu dalam meyelesaikan ujian. Begitupun juga dalam organisasi dunia kerja, sitiap buruh menjalin kesepakatan untuk menetapkan sasaran produksi yang lebih rendah dari sasaran prosuksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Semakin meningkatnya pembagian kerja dalam masyarakat, dengan semakin meningkatnya Gesellshaft dalam masyarakat sehingga organisasi formal menjadi suatu kelompok yang memegang peranan penting dalam masyarakat. Max Weber seorang tokoh yang memberikan perhatian pada organisasi formal. Ia mengungkapkan bahwa terjadinya hubungan rasionallegal-suatu sistem jabatan modern yang dapat kita jumpai baik di bidang pemerintah maupun swasta. Giddens (1989: 277) menyebutkan bahwa sistem tersebut dinamakan dengan birokrasi. Reinhard mengistilahkan weber mengandung sejumlah prinsip dalam organisasi birokrasi, antara lain: 1. Urusan kedinasan dilaksanakan secara kesinambungan. 2. Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu badan administratif. 3. Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari suatu hirarki wewenang. 4. Pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas. 5. Para pemangku jabatan tidak dapat memperjual belikan jabatan laksana milik pribadi. 6. Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan dokumen tertulis. Prinsip organisasi formal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan masyarakat kita. Misalnya dalam lembaga pendidikan Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA), terdapat suatu susunan organisasi yang hirarkis atara kepala sekolah sebagal top leader yang membawahi wakil kepada sekolah 134 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS dengan pembagian; wakasek bagian keMaha siswaan, dan kurikulum. Tidak hanya itu terdapat pula peran guru wali kelas dan guru mata pelajaran. Talcott Parsons: Variabel Pola Sumbangan teoritis yang penting ialah teori variabel pola (pattern variables). Merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial. Dimungkinkan perbandingan antara bermacam-macam kelompok, termasuk yang berada dalam kebudayaan lain. Lima perangkat dilema yang dikembangkan oleh Parsons, antara lain: 1) Affectivity-affective neutrality menacu pada dilema antara ada dan tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam suatu interaksi. Dalam hubungan antara pelaku yang terikat oleh pertalian kekerabatan ataupun ikatan penikahan, sikap afektif sangat diharapkan. Kecuali dalam hubungan antara atasan dan bawahan, guru dengan murid. Sumbr: Blog.undanganpro.com 2) Specificity-diffuseness mengacu pada dilema antara kekhususan dan kekaburan. Kekaburan sepertihanya seorang anak akan dimarahi oleh orang tuanya sepanjang hari karena memecahkan piring pada saat makan pagi, walaupun tidak terdapat interaksi antara anak dan orang tua pada saat makan. Sedangkan kekhususan terjadi pada Mahasiswa sekolah yang dimarahi oleh dosen karena ulangan matematikanya mendapatkan nilai kecil, akan tetapi berganti pelajaran ia edyhertanto.blogdetik.com malah mendapatkan pujian dari guru yang lain karena memperoleh nilai baik pada pelajaran kimia. 135 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS 3) Universalism-particularism, mengacu pada dilema antara dipakai-tidaknya ukuran universal. Misalnya dilingkungan sekolah, setiap Maha siswa akan mendapatkan pujian jika berprestasi, dan mendapatkan cemoohan Smpn1bogor.blogspot.com jika Maha siswa tersebut tidak berprestasi. 4) Quality-performance. Mengacu pada situasi yang didalamnya orang harus memutuskan apakah yang penting faktor yang dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat prestasi tertentu. Faktor yang dibawa sejak lahir ialah jenis kelamin, usia atau hubungan kekerabatan lebih penting, maka hubungan Kismiatifikunny.wordpress.com diwarnai oleh kualitas. Namun apabila dalam suatu hubungan yang lebih dipentingkan adalah prestasi, misalnya pelatih olah raga dengan Maha siswanya, maka hubungan tersebut diwarnai oleh prestasi. 5) Self-orientation dan collectivity-orientation, menitikberatkan pada orientasi pelaku dalam suatu hubungan. Manakala dalam suatu hubungan seseorang berorientasi pada kepentingan sendiri, misalnya hubungan perniagaan. Namun hubungan kolektiva dapat kita jumpai pada profesi dokter, pemadam kebakaran, dan tokoh agama. Nisa97.blogspot.com LATIHAN SOAL 136 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, merupakan arti dari konsep…. a. Hasrat manusia c. Sosialisasi manusia b. Interaksi manusia d. Kolektivitas manusia 2. Peer group ialah pola interaksi diantara kelompok teman …. a. Bekerja c. Bermain b. Bermasyarakat d. Berorganisasi 3. Bentuk organisasi informal yang terdapat di lingkungan sekolah ialah …. a. PMR c. Pecinta Alam b. Pramuka d. Kelompok Belajar 4. Jenis Kelompok yang tidak termasuk kedalam klasifikasi Biersrtedt ialah …. a. Sosial c. Statistik b. Masyarakat d. Organisasi 5. Sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan. Merupakan definisi kelompok menurut …. a. Merlon c. Parsons b. Bierstedt d. Znanicki 6. Reinhard mengemukakan bahwa urusan kedinasan dilaksanakan secara kesinambungan. Merupakan prinsip organisasi …. a. Formal c. Informal b. Weber d. Profesi 7. Ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana dengan masih terdapatnya bentuk solidaritas …. a. Mekanik b. Individu 137 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS b. Organik c. Kelompok 8. Pembagian kerja secara rindi dalam suatu kelompok sehinggng jeka serang anggota kelompok tidak hadir akan berpengaruh pada anggota kelompok yang lain. Merupakan ciri dari solidaritas …. a. Mekanik b. Individu b. Organik c. Kelompok 9. Suatu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka yang intim. Disebut kelompok …. a. In-group c. Gemeinschaft of place b. Out-group d. Primary group 10. Mahasiswa bersikap seolah-olah telah menjadi seorang Mahasiswa dengan melakukan nilai-nilai yang terdapat di perguruan tinggi. Merupakan ciri dari sikap …. a. Solidaritas antisipatoris c. Acuan kelompok b. Perubahan Kelompok d. Keanggotaan kelompok 138 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS DAFTAR PUSTAKA Basrowi, 2005, Pengantar soiologi, Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor. Bendix, R & Lipset, Seimor M (ed.) 1965, Class, Status and Power, The free press, New York. Bierstedt, Robert R 1948, “The sosiology of majority,” American Sosiological Review 23 hlm, 700-713. Comte, A 1877, , “The Prograss of Civilization Throug The Stage,” Him. 14-19 dalam Etzioni-Halevi dan Etzioni (ed.), Sosial Change. Cooley, C H 1909.”Primary Groups,” Hlm. 311-314 dalam Lewis A,Coser dan Bernard, R (ed.), Sociological Theory: A Book of Reading, The Macmillan, New York. Etzioni-Halevy, E & Etzioni, A (ed.) 1971, Sosial Change: Sources, Patterm, and Consequences, Basic Books, New York. Greetz, C 1964, The Religion of Java, The Free Press of Glencou, New York. Giddens, A 1989, Sociology, Oxford: Polity Prss, Cambridge. Kahmad, D 2005, Perkembangan dan paradigma utama teori sosiologi, Pustaka setia, Bandung. Kontjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru: Jakarta. ____________ . 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan: Jakarta. 139 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS Lombard, D. 1996. Silang Budaya. Nusa Jawa: Gramedia. Soekanto, S 2005, Sosiologi suatu pengantar, Raja Grafindo persada, Jakarta. Sunarto, K 2005, Pengantar sosiologi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Yogyakarta. Parsons, T 1949, The Structure of Xocial Action: A Study in Sosial Theory with Special Reference to a group of Recent European Writers, The free Press, Glenco, Illinois. Soemardjan, S dan Soemardi, S (ed.) 1964, Setangkai Bunga Sosiologi: Buku Batjaan untuk Kuliah Pengantar Sosiologi, Jajasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Djakarta. Spencer, H 1982, ”The Evolution of Societies”, Hlm. 9-13 dalam Etzioni, H & Etzioni, Sosial Change. Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Remaja Rosda Karya: Bandung. 140