UNIT 8 - PJJ PGSD UPI

advertisement
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
UNIT 8
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Pendahuluan
Pada materi ini akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan
masyarakat multikulutar dan pengelompokkan masyarakat multi kultural secara
teoritik maupun praktik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi yang
diukur dalam materi ini antara lain:
Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.:
1. Mampu membedakan apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural
dan membedakan dengan aspek globalisasi
2. Mampu mengidentifikasi berbagai kelompok-kelompok sosial yang terdapat
dalam lingkuangan masyarakat.
125
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Sub Unit 8.1
URAIAN MATERI
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Sifat kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang mendorong untuk selalu
hidup bersama dengan orang lain (gregariousness), dapat kita pahami ketika
terjadinya peristiwa kosmik, dimana Adam membutuhkan Hawa untuk hidup
bersama-sama di dalam Surga. Manusia menggunakan pikiran, perasaan dan
kehendak untuk menghadapi lingkungan yang ia hadapi. Manusia yang hidup di
daratan maka ia akan beburu, untuk menghadapi cuaca dingin, panas, hujan
manusia membuat rumah, dan pakaian. Manusia yang hidup di pantai ia
menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendak untuk memancing dan membuat
perahu untuk dapat berlayar ke tengah lautan untuk mendapatkan ikan
Proses interaksi dalam rangka mempertahankan hidup dan keturunan
tersebut akan membentuk suatu kelompok-kelompok sosial tersendiri, yang
merupakan kesatuan dari setiap manusia yang hidup secara bersama-sama.
Kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat Indonesia, begitu banyak
terdapat dari mulai sabang sampai meroke. Terbagi kedalam 3 wilayah Indonesia
badian Timur, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia Bagian Barat.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia tercantum dalam slogan
Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Sehingga masyarakat
Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multi cultural (memiliki banyak budaya).
Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural
A. Ciri-ciri Masyarakat Multi Kultural
Negara bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis,
budaya, dan agama. Sehingga bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai
bangsa yang memiliki multi kultural. Multi kulturalisme ialah pandangan dunia
dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan
126
aingkumaha.blogspot.com
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
terhadap ralitas keragaman, pluralitas, dan multi kultural yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat.
Parekh (1997: 183-185) membedakan lima macam multikulturalisme.
Pertama, “multikulturalisme isolasionis” yang mengacu kepada masyarakat
dimana berbagai kelompk kultural menjalankan hidup secara otonom dan
terlibat dalam interaksi hanya minimal satu sama lain. Contoh warga tiong hoa
pada satu sisi mereka menerima keragaman yang terjadi di masyarakat
Indonesia, akan tetapi pada saat
yang
besamaan mereka berusaha
mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain
umumnya.
Kedua, multikulturalisme akomodatif, yakni masyarakat plural yang
memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasiakomodasi
kultural
tertentu
kaum
bagi
kebutuhan
minoritas.
Masyarakat
multikultural akomodatif merumuskan dan
menerapkan undang-undang, hukum dan
ketentuan-ketentuan yang sensitif secara
kultural,
kepada
dan
memberikan
kaum
mempertahankan
monoritas
dan
kebebasan
untuk
mengembangkan
kebudayaan mereka; sebaliknya kaum minoritas tidak menantang kultur
dominan. Contoh orang pribumi Indonesia terhadap warga keturunan cina.
Ketiga multikulturalisme otonomis, yakni masyarakat plural di mana
kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan
budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonomi dalam kerangkan
politik yang secara kolektif bisa diterima. Ialah untuk mempertahankan cara
hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan;
mereka menantang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan
suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
Contoh gerakan kaum perempuan menuntut kedudukan 30 persen pada UU
Politik, agar sejajar dengan kaum laki-laki (gerakan feminis).
127
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Refleksi: jika anda pergi pusat perbelanjaan, lebih suka memilih makanan
padang dan sunda atau lebih suka makanan Mc Donald, CFC? Apa
pendapat saudara mengenai maraknya di kalangan generasi muda
mengenai MTV sasi dan Valentine’s Day/hari kasih sayang?
Keempat, multikultural kritikal atau interaktif ialah masyarakat plural
dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terpaku pada kehidupan
budaya otonom, akan tetapi lebih menuntut terhadap penciptaan budaya
kolektif
yang
mencerminkan
dan
menegaskan
pandangan-pandangan
pemikiran meraka.. akan tetapi kelompok budaya domina menolak tuntutan
seperti ini, dan berusaha secara paksa untuk menerapkan budaya dominan
mereka denga mengorbankan budaya kelompok minoritas. Sehingga kelompok
minoritas menantang budaya dominan, baik secara intelektua maupun politis
untuk menciptakan keadaan yang kondusif. Contoh orang kulit hitam di
Amerika yang dipelakukan sebagai budak, dan memperjuankan agar
terdapatnya perlakuan yang sama antara kulit hitam dan putih.
Kelima, multikultural kosmopolitan, yang berusaha menghapus batasbatas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap
indovidu tidak lagi terikat dalam kelompok budaya tertentu dan sebaliknya,
secara bebas dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan antara kelompok-kelompok
budaya dan sekaligus mengembangakan kehidupan budaya masing-masing.
Contoh kelompok liberal yang menganggap semua budaya dapat dipilih dan
diambil secara bebas.
Alasan mengenai teradinya interaksi antara budaya, hal tersebut lebih
dikarenakan oleh sifat dasar manusia. Dimana manusia ketika dilahirkan
memiliki sifat dasar sebagai binatang politik (zoon politicom), setiap individu
saling membutuhkan dengan indivudu yang lain. Sehingga mendorong bagi
setiap individu untuk melakukan interaksi dengan individu lainnya. Seperti
halnya apa yang diutarakan oleh Basrowi (2005: 48) sejak lahir, manusia sudah
mempunyai dua hasrat atau keinginan dasar antara lain:
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu
masyarakat).
128
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Berbagai interaksi sosial yang berlangsung selama kita hidup, disadari
ataupun tidak. Hal itu, terjadi dalam suatu komunitas kelompok yang
mencirikan
sebuah
identitas.
Seperti halnya ketika seorang
bayi
terlahir
menandakan
keanggotaan dari suatu kelompok
keluarga, kelompok desa dimana
ia tinggal, dan bahkan menjadi
suatu kelompok agama. Pada saat
awal
kehidupan,
seserang
biasanya
cenderung
dalam
lingkungan
keluarga,
terlibat
kelompok
kemudian
pada
tahap
batukar.info
berikutnya mengalami perkembangan interaksi dengan kelompok teman
bermain (peer group). Contohnya di usia sekolah seseorang telah menjadi
seorang anggota organisasi formal dan banyak terlibat dalam keorganisasian
yang ada di lingkungan sekolah tersebut, seperti halnya; Pramuka, OSIS,
Paskibraka, PMR, dan lain sebagainya.
B. Faktor Penyebab Terbentuknya masyarakat Multikultural
Proses berlangsungnya pengaruh budaya dunia terhadap perkembangan
masyarakat multi cultural di Indonesia bisa melalui jalur perdagangan, dan
ketika
terjadinya
kolonialisasi
(penjajahan)
oleh
Negara-negara
lain
sepertihalnya, Portugis, Belanda, dan Jepang yang secara otomatis mereka
membawa kebudayaan-kebudayaanya masing-masing dan mempengaruhi
budaya lokal (domestic) yang telah ada pada masyarakat Indonesia.
Dapat kita lihat dengan terbentuknya lapisan-lapisan budaya seperti hiduBudha, budaya Islam, budaya Kristen, dan pada akhir-akhir ini berkembang
mengenai budaya Global.
129
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Pentingnya identitas nasional dalam bentuk budaya nasional hal ini
diuntkapkan oleh
Koentjara Ningrat yang mengungkapkan fungsi dari
kebudayaan nasional Indonesia sebagai berikut:
1) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan
perlambang yang dapat memberi identitas kepada setiap warga Negara
Indonesia.
2) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan
perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga Negara Indonesia yang
berbhineka itu untuk saling mengkomunikasikan dengan demikian dapat
memperkuat solidaritas nasional.
Setiap manusia disadari ataupun tidak, pada saat ini hidup dalam apa
yang disebut dengan global village (kampung global).
Secara lebih spesifik (khusus), didalam setiap suku bangsa terdapat
kesatuan-kesatuan hidup yang lebih khusus lagi, yaitu terbagi kedalam desadesa dan kota-kota, sementara didalamnya terdapat manusia yang terikat dalam
kesatuan –kesatuan khusus itu terwujud sebagai kelompok-kelompok
kekerabatan, sedangkan organisasi-organisasi khusus terdapat terbentuk di
karenakan terdapanya perkumpulan-perkumpulan rekreasi, partai-partai politik,
organisasi-organisasi dagang, badan-badan pendidikan dan lain sebagainya.
130
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Uraian Materi
Sub Unit 8.2
Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multi Kultural
A. Klasifikasi Biesrtedt
Beliau mengutarakan tiga kriteria dalam membedakan berbagai jenis
kelompok, yaitu:
1. Organisasi dengan ciri; para angotanya memiliki kesadaran jenis, persamaan
kepentingan pribadi (like interest) dan kepentingan bersama (common
interest). Diantara mereka yang menjadi kelompok organisasi terdapatnya
hubungan sosial seperti kontak dan komunikasi, selain itu terdapat pula
ikatan organisasi formal.
2. Kelompok sosial para anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lain, melainkan tidak terdapat ikatan
organisasi. Seperti halnya kelompok teman, kerabat dan sebagainya.
3. Kelompok masyarakat, yang memenuhi satu persyaratan, antara lain
kesadaran akan persamaan diantara mereka, kontak dan komunikasi dalam
jenis kelompok seperti ini belum ada diantara anggota, dan belum
terbentuknya organisasi. Dalam hal ini dapat kita temukan berbagai
kepentingan pribadi bukan kepentingan yang bersifat bersama.
Terdapat satu jenis kelompok yang tidak termasuk kedalam ketiga
kriteria kelompok diatas, yaitu kelompok statistik yang tidak merupakan
organisasi, tidak terdapat hubungan sosial diantara anggotanya, serta tidak
terdapat kersadaran jenis. Merupakan ciptaan dari para ilmuan untuk
memudahkan dalam analisis. Pengelompokan penduduk dalam kategori usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengangguran, balita dan lain sebagainya.
B. Klasifikasi Robert K. Merton
Dalam tulisannya terdapat konsep kelompok secara sosiologi ialah ”a
number of people who interact with one another in accord with established
131
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
patterms” (1965: 285) hal tersebut memiliki makna bahwa sekolompok orang
yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
Berikut ini penjelasan Merton mengenai tiga kriteria objektif terhadap
suatu kelompok.
1) Suatu kelompok ditandai dengan sering terjadinya interaksi.
2) Pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota.
3) Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota
kelompok.
Konsep kelompok perlu dibedakan dengan konsep kolektiva. Znanicki
atau Parsons mendefinisikan dalam kosep kelompok bahwa tidak dijumpai
unsur interaksi, kriteria yang ditonjolkan adalah adanya sejumlah orang yang
mempunyai solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa
kewajiban moral untuk menjalankan peran sebagaimana yang diharapkan.
Merton mengajukan konsep kategorial ialah suatu himpunan peran yang
mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia. Antara pendukung peran
tersebut tidak terjadi interaksi.
Addendum:
Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah
(jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila
diserasikan akan menghasilkan kehendak yang menjadi sikap tindakan.
Sikap tindakan itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segai
jasmaniah manusia, Soekanto dalm buku sosiologi suatu pengantar (2005:
117).
Menganalisis
perkembangan
kelompok
sosial
dalam
masyarakat
multikultural
Tidak hanya persaingan dalam satu kelompok saja terjadinya dinamika
kelompok. Akan tetapi bisa terjadi antara kelompok (Soerjono Soekanto, 2005:
165) yang bisa didasarkan atas:
1) Bila kedua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip.
2) Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi
sikap tidak bermusuhan tersebut.
132
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
3) Tujuan yang harus dicapai dengan kerjasama, akan dapat menetralisasikan
sikap tindak bermusuhan.
4) Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif
menjadi
Secara skematif yang diggambarkan oleh Sorjono Soekanto (2005: 165)
sebagai berikut:
Asimilasi
(2)
(1)
Menghindari
(5)
(4)
(6)
Menerima
(3)
Agresif
Suatu contoh hubungan antara mayoritas dengan minoritas, dimana
reaksi golongan minoritas dimungkinkan dalam bentuk sikap tidak menerima,
agresif, menghindari atau asimilasi. Suatu kolektiva dapat menjadi agrasif
dapat disebabkan; frustasi selama jangka waktu yang lama, tersinggung,
dirugikan, terdapat ancaman dari luar, diperlakukan tidak adil, dan terkena
pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.
Selain hal diatas gejala yang menarik perhatian para ilmuan sosial ialah
terdapatnya keterkaitan antara kelompok informal dengan kelompok formal.
Kelompok formal ialah suatu kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar
sesamanya. Setelah seseorang menjadi anggota kelompok formal seperti halnya
lembaga pemerintahan, universitas, dan sekolah. Diantara mereka terjadi
interaksi antara anggota formal tersebut dan akhirnya menjadi kelompok
informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok asal tempat tinggal,
kelompok lulusan perguruan tinggi dan lain sebagainya.
Kelompok informal yang tidak mempunyai struktur dan organisasi
tertentu atau pasti. Terbentuk dari interaksi anggota kelompok formal yang
133
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
sering bertentangan antara nilai dan norma satu dengan yang lainnya. Misalnya
mengartikan kesetiakawana diantara Maha siswa lebih kepada kesetiakawanan
untuk bolos sekolah secara bersama-sama, memalsukan tanda-tangan teman,
atau saling membantu dalam meyelesaikan ujian. Begitupun juga dalam
organisasi dunia kerja, sitiap buruh menjalin kesepakatan untuk menetapkan
sasaran produksi yang lebih rendah dari sasaran prosuksi yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Semakin meningkatnya pembagian kerja dalam masyarakat, dengan
semakin meningkatnya Gesellshaft dalam masyarakat sehingga organisasi
formal menjadi suatu kelompok yang memegang peranan penting dalam
masyarakat. Max Weber seorang tokoh yang memberikan perhatian pada
organisasi formal. Ia mengungkapkan bahwa terjadinya hubungan rasionallegal-suatu sistem jabatan modern yang dapat kita jumpai baik di bidang
pemerintah maupun swasta. Giddens (1989: 277) menyebutkan bahwa sistem
tersebut dinamakan dengan birokrasi. Reinhard mengistilahkan weber
mengandung sejumlah prinsip dalam organisasi birokrasi, antara lain:
1. Urusan kedinasan dilaksanakan secara kesinambungan.
2. Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu badan administratif.
3. Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari suatu
hirarki wewenang.
4. Pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan tugas.
5. Para pemangku jabatan tidak dapat memperjual belikan jabatan laksana
milik pribadi.
6. Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan dokumen tertulis.
Prinsip organisasi formal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan
masyarakat kita. Misalnya dalam lembaga pendidikan Sekolah Menengah
Lanjutan Atas (SLTA), terdapat suatu susunan organisasi yang hirarkis atara
kepala sekolah sebagal top leader yang membawahi wakil kepada sekolah
134
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
dengan pembagian; wakasek bagian keMaha siswaan, dan kurikulum. Tidak
hanya itu terdapat pula peran guru wali kelas dan guru mata pelajaran.
Talcott Parsons: Variabel Pola
Sumbangan teoritis yang penting ialah teori variabel pola (pattern
variables). Merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi dan harus
dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial. Dimungkinkan
perbandingan antara bermacam-macam kelompok, termasuk yang berada
dalam kebudayaan lain. Lima perangkat dilema yang dikembangkan oleh
Parsons, antara lain:
1) Affectivity-affective neutrality menacu pada dilema antara ada dan tidaknya
perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam suatu interaksi. Dalam
hubungan antara pelaku yang terikat
oleh pertalian kekerabatan ataupun
ikatan penikahan, sikap afektif sangat
diharapkan. Kecuali dalam hubungan
antara atasan dan bawahan, guru
dengan murid.
Sumbr: Blog.undanganpro.com
2) Specificity-diffuseness mengacu pada
dilema antara kekhususan dan kekaburan. Kekaburan sepertihanya seorang
anak akan dimarahi oleh orang tuanya sepanjang hari karena memecahkan
piring pada saat makan pagi, walaupun tidak terdapat interaksi antara anak
dan orang tua pada saat makan.
Sedangkan kekhususan terjadi pada
Mahasiswa sekolah yang dimarahi oleh
dosen karena ulangan matematikanya
mendapatkan nilai kecil, akan tetapi
berganti
pelajaran
ia
edyhertanto.blogdetik.com
malah
mendapatkan pujian dari guru yang lain karena memperoleh nilai baik pada
pelajaran kimia.
135
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
3) Universalism-particularism, mengacu pada
dilema
antara
dipakai-tidaknya
ukuran
universal. Misalnya dilingkungan sekolah,
setiap Maha siswa akan mendapatkan pujian
jika berprestasi, dan mendapatkan cemoohan
Smpn1bogor.blogspot.com
jika Maha siswa tersebut tidak berprestasi.
4) Quality-performance. Mengacu pada situasi yang didalamnya orang harus
memutuskan apakah yang penting faktor yang
dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat
prestasi tertentu. Faktor yang dibawa sejak
lahir ialah jenis kelamin, usia atau hubungan
kekerabatan lebih penting, maka hubungan
Kismiatifikunny.wordpress.com
diwarnai oleh kualitas. Namun apabila dalam
suatu hubungan yang lebih dipentingkan adalah prestasi, misalnya pelatih
olah raga dengan Maha siswanya, maka hubungan tersebut diwarnai oleh
prestasi.
5) Self-orientation dan collectivity-orientation, menitikberatkan pada orientasi
pelaku dalam suatu hubungan. Manakala
dalam suatu hubungan seseorang berorientasi
pada kepentingan sendiri, misalnya hubungan
perniagaan. Namun hubungan kolektiva dapat
kita jumpai pada profesi dokter, pemadam
kebakaran, dan tokoh agama.
Nisa97.blogspot.com
LATIHAN SOAL
136
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, merupakan
arti dari konsep….
a. Hasrat manusia
c. Sosialisasi manusia
b. Interaksi manusia
d. Kolektivitas manusia
2. Peer group ialah pola interaksi diantara kelompok teman ….
a. Bekerja
c. Bermain
b. Bermasyarakat
d. Berorganisasi
3. Bentuk organisasi informal yang terdapat di lingkungan sekolah ialah ….
a. PMR
c. Pecinta Alam
b. Pramuka
d. Kelompok Belajar
4. Jenis Kelompok yang tidak termasuk kedalam klasifikasi Biersrtedt ialah ….
a. Sosial
c. Statistik
b. Masyarakat
d. Organisasi
5. Sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah
mapan. Merupakan definisi kelompok menurut ….
a. Merlon
c. Parsons
b. Bierstedt
d. Znanicki
6. Reinhard mengemukakan bahwa urusan kedinasan dilaksanakan secara
kesinambungan. Merupakan prinsip organisasi ….
a. Formal
c. Informal
b. Weber
d. Profesi
7. Ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana dengan masih
terdapatnya bentuk solidaritas ….
a. Mekanik
b. Individu
137
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
b. Organik
c. Kelompok
8. Pembagian kerja secara rindi dalam suatu kelompok sehinggng jeka serang
anggota kelompok tidak hadir akan berpengaruh pada anggota kelompok yang
lain. Merupakan ciri dari solidaritas ….
a. Mekanik
b. Individu
b. Organik
c. Kelompok
9. Suatu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka yang
intim. Disebut kelompok ….
a. In-group
c. Gemeinschaft of place
b. Out-group
d. Primary group
10. Mahasiswa bersikap seolah-olah telah menjadi seorang Mahasiswa dengan
melakukan nilai-nilai yang terdapat di perguruan tinggi. Merupakan ciri dari
sikap ….
a. Solidaritas antisipatoris
c. Acuan kelompok
b. Perubahan Kelompok
d. Keanggotaan kelompok
138
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi, 2005, Pengantar soiologi, Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor.
Bendix, R & Lipset, Seimor M (ed.) 1965, Class, Status and Power, The free
press, New York.
Bierstedt, Robert R 1948, “The sosiology of majority,” American Sosiological
Review 23 hlm, 700-713.
Comte, A 1877, , “The Prograss of Civilization Throug The Stage,” Him. 14-19
dalam Etzioni-Halevi dan Etzioni (ed.), Sosial Change.
Cooley, C H 1909.”Primary Groups,” Hlm. 311-314 dalam Lewis A,Coser dan
Bernard, R (ed.), Sociological Theory: A Book of Reading, The Macmillan,
New York.
Etzioni-Halevy, E & Etzioni, A (ed.) 1971, Sosial Change: Sources, Patterm, and
Consequences, Basic Books, New York.
Greetz, C 1964, The Religion of Java, The Free Press of Glencou, New York.
Giddens, A 1989, Sociology, Oxford: Polity Prss, Cambridge.
Kahmad, D 2005, Perkembangan dan paradigma utama teori sosiologi, Pustaka
setia, Bandung.
Kontjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru: Jakarta.
____________ . 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan:
Jakarta.
139
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Lombard, D. 1996. Silang Budaya. Nusa Jawa: Gramedia.
Soekanto, S 2005, Sosiologi suatu pengantar, Raja Grafindo persada, Jakarta.
Sunarto, K 2005, Pengantar sosiologi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Yogyakarta.
Parsons, T 1949, The Structure of Xocial Action: A Study in Sosial Theory with
Special Reference to a group of Recent European Writers, The free Press,
Glenco, Illinois.
Soemardjan, S dan Soemardi, S (ed.) 1964, Setangkai Bunga Sosiologi: Buku
Batjaan untuk Kuliah Pengantar Sosiologi, Jajasan Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Djakarta.
Spencer, H 1982, ”The Evolution of Societies”, Hlm. 9-13 dalam Etzioni, H &
Etzioni, Sosial Change.
Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia:
Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Remaja Rosda Karya: Bandung.
140
Download