Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 FERMENTASI LIMBAH SOUN DENGAN MENGGUNAKAN Aspergillus niger DITINJAU DARI KADAR VOLATILE FATTY ACID (VFA) TOTAL DAN AMONIA (NH 3) SECARA IN VITRO (FERMENTATION WASTE OF SOUN USED Aspergillus niger IN TERM FROM VOLATILE FATTY ACID (VFA) TOTALLY AND AMMONIA (NH3) BY IN VITRO) Novia Indriani, Tri Rahardjo Sutardi, dan Suparwi Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto [email protected] ABSTRAK Penelitian berjudul Fermentasi Limbah Soun dengan Aspergillus niger ditinjau dari Kadar Volatile Fatty Acid (VFA) Total dan Kadar Amonia Secara In Vitro dilaksanakan mulai tanggal 1 April sampai dengan tanggal 30 Mei 2013 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh taraf jamur Aspergillus niger terhadap kadar VFA total dan Amonia menggunakan limbah soun secara in vitro. Materi penelitian yang digunakan adalah limbah soun yang didapat dari Pabrik soun di Purwokerto, jamur Aspergillus niger dari Fakultas Biologi,Unsoed Purwokerto dan cairan rumen sapi yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Mersi, Purwokerto. Perlakuan yang diujicobakan yaitu L0: limbah soun kontrol, L1 : Limbah Soun + Aspergillus niger 1% , L2 : Limbah Soun + Aspergillus niger 2% dan L3 : Limbah Soun + Aspergillus niger 3% ditambah 2% urea dan 6% mineral mix dengan peubah yang diukur adalah produksi VFA total dan produksi amonia. Data di analisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji lanjut orthogonal polynomial. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata pada kadar VFA (P>0,05) dengan kisaran produksi dari 64,4 mM – 81,5 mM, namun berpengaruh sangat nyata pada kadar amonia (P<0,01) dengan kisaran produksi dari 2,44 mM – 14,06 mM. Fermentasi limbah soun dengan jamur Aspergillus niger dengan level 1%, 2% dan 3% berpengaruh sangat nyata pada produksi amonia yaitu meningkatkan kadar amonia, hasil uji lanjut orthogonal polynomial menghasilkan persamaan Y = 3,048x + 1,089 R2 sebesar 0,397 hal ini menunjukan bahwa 39,7 % perlakuan yang berpengaruh terhadap limbah soun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fermentasi limbah soun menggunakan jamur Aspergillus niger level 1%, 2% dan 3% berpengaruh tidak nyata pada kadar VFA, namun berpengaruh sangat nyata pada kadar amonia secara In Vitro. Kata Kunci: Limbah Soun, Jamur Aspergillus niger, Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) total, Produski Amonia (NH3), In vitro. ABSTRACT A research entitled “Fermentation Cassava Flour Noodle Waste Using Aspergillus niger its effect on Volatile Fatty Acid (VFA) and Ammonia (NH3) by In Vitro” was held from April 1st 2013 until May 30th 2013 in Nutrition and Feed Science Laboratory, Faculty of Animal Science , Jenderal Soedirman University, Purwokerto. The purpose of the researche was to review the effect of Aspergillus niger level to cassava flour noodle waste on Volatile Fatty Acid (VFA) and Ammonia (NH3) by In Vitro. The materials of the research were cassava flour noodle waste from cassava flour noodle factory in Purwokerto, preparation of Aspergillus niger that was purchased from the Faculty of Biology, Jenderal Soedirman University, Purwokerto and cow’s rumen fluid that was obtained from slaughter house (RPH) in Mersi, Purwokerto. The treatments tested were L 0: cassava flour noodle waste as control, L1 : cassava flour noodle waste + Aspergillus niger 1% , L2 : 804 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 cassava flour noodle waste + Aspergillus niger 2% and L3 : cassava flour noodle waste + Aspergillus niger 3% with 2% urea and 6% mineral and parameters measured is VFA totally and Ammonia . The Analysis of data used Analysis of Variance and was followed by Orthogonal Polynomial test. The results of the research indicated that treatment had no significant effect on Volatile Fatty Acid (VFA) (P>0,05) with production between 64,4 mM – 81,5 mM but there was a significant effect on ammonia (NH3) (P<0,01) with production between 2,44 mM – 14,06 mM. The fermentation cassava flour noodle waste using Aspergillus niger with the level 1%, 2% and 3% had a significant effect on ammonia spesificaly it increased ammonia. The further, the results of orthogonal polynomial test is showed on equation, Y = 3.048x + 1.089 and R2 of 0.397. This showed that 39.7% of the results was effect by treatment. The conclusion from this research is fermentation cassava flour noodle waste using Aspergillus niger level 1%, 2% and 3% had no significant effect on VFA and had a significant effect on ammonia by In Vitro. Keywords: Cassava Flour Noodle Waste, Aspergillus niger, Volatile Fatty Acid (VFA) totally production, Ammonia (NH3) production , In vitro. PENDAHULUAN Limbah soun adalah soun yang jatuh atau soun yang tercecer pada saat proses produksi, sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh sebab itu pabrik akan membuangnya. Pabrik soun yang berada di Kabupaten Banyumas menurut data Desperindakop (2012) ada 19 pabrik yang masih berproduksi dengan jumlah produksi sebesar 224,81 ton/tahun dan limbah yang dihasilkan sebesar 33,72 ton/tahun. Setiap pabrik menghasilkan limbah soun sebanyak 4,9 kg/hari. Oleh karena itu penelitian dengan memanfaatkan limbah soun tersebut untuk bahan pakan ternak ruminansia. Namun, limbah soun tersebut memiliki kandungan nutrien yang rendah yaitu memiliki kadar protein kasar sebesar 0,82% , karbohidrat (Serat sebesar 2,32% dan BETN sebesar 91,41%) dan lemak sebesar 4,93% (Laboratorium INMT, 2005), sehingga perlu ditingkatkan kualitas proteinnya dengan melakukan fermentasi limbah soun dengan menggunakan Aspergillus niger. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan adalah dengan cara menggunakan enzim dan asam yang dihasilkan oleh Jamur Aspergillus niger. Baker (2006) menyatakan bahwa Jamur Aspergillus niger dikenal karena perannya sebagai produsen asam sitrat. Asam sitrat yang diproduksi Jamur Aspergillus niger berfungsi untuk fermentasi. Organisme ini hidup pada sebuah saprobe tanah dengan beragam enzim hidrolitik dan oksidatif yang terlibat dalam pemecahan lignoselulosa tanaman. Dengan demikian, penelitian mengenai fermentasi limbah soun dengan Aspergillus niger perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap VFA dan NH3.. VFA merupakan hasil proses degradasi pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia yang tersusun atas asetat, propionat, butirat, valerat dan formiat. Produksi VFA yang tinggi merupakan kecukupan energi bagi ternak (Sakinah, 2005). Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim – enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Pada tahap pertama mikroba rumen mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentose. Hasil pencernaan tahap pertama masuk jalur glikolisis untuk mengalami pencernaan tahap kedua yang menghasilkan piruvat. Piruvat selanjutnya akan dirubah menjadi VFA yang umumnya terdiri dari asetat, butirat dan propionate (Arora, 1995). Kadar optimum VFA di dalam rumen berkisar antara 80 mM – 160 mM (Sutardi dkk, 1993). 805 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 Amonia merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk sintesis protein mikroba (Sakinah, 2005). Konsentrasi NH3 yang optimum berkisar antara 5 – 8 mg/100 ml cairan rumen. Kekurangan sumber N dapat menurunkan produksi mikroba per unit karbohidrat tercerna. Sebaliknya, apabila kelebihan NH3 akan diserap melalui dinding rumen dan dibawa ke hati untuk sintesis urea (Susanti, dkk., 2001). Menurut Astuti et al (1993), sumbangan NH3 pada ternak ruminansia sangat penting mengingat bahwa prekusor protein mikroba adalah amonia dan senyawa sumber karbon, makin tinggi kadar NH3 di rumen maka kemungkinan makin banyak protein mikroba yang terbentuk sebagai sumber protein tubuh. Konsentrasi nitrogen amonia sebesar 5 mg persen setara dengan 3,57 mM sudah mencukupi kebutuhan nitrogen mikroba. Beberapa penelitian menggunakan onggok yang difermentasi menggunakan jamur Aspergillus niger dengan dosis 5%, 10% dan 15% berpengaruh sangat nyata pada level 15% (Suparwi,dkk., 2011) dan menggunakan buah markisa dengan dosis 1,5%, 3% dan 4% berpengaruh sangat nyata terhadap Volatile Fatty Acid (VFA) dan Amonia (NH3) pada level 1,5% (Sari, 2009) METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Limbah soun diperoleh dari Pabrik soun di Arcawinangun, Purwokerto, Bibit jamur Aspergillus niger dari Fakultas Biologi Unsoed, cairan rumen sapi yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Mersi, Purwokerto, urea 2% mineral mix 6%, seperangkat alat analisis kadar VFA dan Amonia secara in vitro. Kultur Aspergillus niger dilakukan dengan menggunakan media PDA (Potato dextrone agar), diperbanyak dengan menggunakan media dedak dan fermentasi selama 7 hari. Limbah soun di redam air panas, didiamkan sampai dingin, dikeringkan lalu digiling. Fermentasi tepung limbah soun dilakukan sebanyak 200 gram, ditambah 2% urea dan 6% mineral mix , kemudian jamur Aspergillus niger dengan level 1%,2% dan 3%, semprotkan air 2 kali sehari dan tutup dengan daun pisang agar kelembaban tetap terjaga. Metode penelitian adalah eksperimental secara in-vitro disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut : L0 : Limbah Soun Tanpa Fermentasi, L1 : Limbah Soun Difermentasi dengan jamur Aspergillus niger 1 %, L2 : Limbah Soun Difermentasi dengan jamur Aspergillus niger 2 %, L3 : Limbah Soun Difermentasi dengan jamur Aspergillus niger 3 % Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) Kadar Volatile Fatty Acid (VFA) (Krooma et al., 1967), (2) Amonia dengan teknik mikrodifusi Conwey (Conwey, 1958). Data diolah dengan analisis variansi, dilanjutkan dengan uji Orthogonal Polynomial. HASIL DAN PEMBAHASAN Fementasi Limbah Soun dengan Aspergillus niger Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas limbah soun sehingga dapat menjadi sumber protein bagi ternak ruminansia. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas nutrien limbah soun yaitu dengan cara fermentasi menggunakan Aspergillus niger dengan level 1%,2% dan 3% serta ditambahkan urea 2% dan mineral mix 6%. Fermentasi limbah soun menggunakan jamur Aspergillus niger 1%, 2% dan 3% dan dengan penambahan 2% urea dan 6% mineral sebagai sumber N bagi jamur dalam proses fermentasi, diperoleh peningkatan kadar protein. Hasil analisis kimia kadar protein ditunjukan pada tabel 1. 806 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 Analisis kimia tentang kadar protein limbah soun terfermentasi seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Protein Kasar Limbah Soun terfermentasi. No. Bahan 1. Limbah Soun Kontrol 2. Limbah Soun dengan A.niger 1% 3. Limbah Soun dengan A.niger 2% 4. Limbah Soun dengan A.niger 3% Kadar Protein Kasar (%) 3,05 % 3,65% 2,10% 5,50% Berdasarkan tabel 1 , semakin tinggi level Aspegillus niger maka semakin meningkat kadar protein dari limbah soun namun pada level 2% mengalami penurunan dan pada level 3% mengalami peningkatan kembali. Hal ini disebabkan karena diduga Aspergillus niger kekurangan sumber N dari urea dan mineral mix yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber karbon. Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan oleh enzim urease menjadi amonia dan karbohidrat, yang selanjutnya amonia akan digunakan untuk membentuk asam amino. Selain itu, diduga pada level 2% banyak amonia yang sudah menguap sehingga pada saat pengukuran protein yang terbenuk berkurang. Apabila ditunjukan menggunakan grafik, hasil analisi protein limbah soun akan ditunjukan pada Gambar 1. Peningkatan kandungan protein kasar pada fermentasi substrat padat terjadi karena hasil hidrolisa pati menjadi gula selama kapang mendegradasi dan melarutkan subtrat digunakan oleh kapang sebagai sumber karbohidrat untuk mensintesis biomasa kapang yang kaya akan protein (Akinfemi et al., 2009). Selain itu, limbah soun merupakan sumber energi yang diberi tambahan urea 2% sebagai sumber nitrogen yang siap saji ditambah mineral 6% sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur Aspergillus niger. Apabila ditunjukan menggunakan grafik, hasil analisis protein limbah soun ditunjukan pada Gambar 1. Protein 6 5 4 3 Protein 2 1 0 LO L1 L2 L3 Gambar 1. Grafik Analisis Protein Limbah Soun Berdasarkan hasil analisis protein pada Gambar 1. terjadi penurunan pada fermentasi limbah soun dengan Aspergillus niger 2% yaitu dari 3,05 mM menjadi 2,10 mM. hal ini disebabkan karena di duga proses fermentasi kurang optimal dikarenakan urea yang kurang 10 mg dan 807 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 mineral mix kurang 40 mg dibandingkan dengan 1 %, dan kelembaban yg kurang karena pada level 2 pemberian air pada saat proses fermentasi tidak terlalu banyak seperti level 1% dan 3%. Hal ini menyebabkan Aspergillus niger kekurangan sumber N yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber karbon bagi Aspergillus niger untuk membentuk asam amino oleh enzim urease. Dari hasil pengamatan ini kondisi limbah soun yang tidak bersih, banyak partikel-partikel yang terbawa sehingga mengakibatkan kurang efisiennya aktivitas enzim dari Aspergillus niger. Sebagai akibatnya perkembangan Aspergillus niger tidak optimal. Sumber nutrisi yang dibutuhkan Aspergillus niger terdiri dari unsur C, N dan mineral dengan perbandingan tertentu. Sumber karbon diperoleh dari substrat yang digunakan yaitu tepung limbah soun. Sumber karbon ini kemudian dimanfaatkan oleh Aspergillus niger. Kadar Volatille Fatty Acid (VFA) Kadar VFA yang terdapat pada limbah soun yang telah difermentasi oleh jamur Aspergillus niger berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kadar VFA total dari penambahan jamur Aspergillus niger dengan taraf 1%,2% dan 3% adalah 64,4mM sampai dengan 81,5 mM dengan rataan sebesar 73,6 mM. Hasil tersebut sangat rendah dibandingkan dengan pendapat Sutardi dkk (1993) yang menyatakan bahwa konsentrasi VFA optimum yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroba adalah 80 - 160 mM. Tinggi dan rendahnya produksi VFA menurut Arora (1995) dipengaruhi oleh tingkat fermentabilitas bahan pakan, jumlah karbohidrat yang mudah larut, pH rumen, kecernaan bahan pakan, jumlah serta macam bakteri yang ada di dalam rumen. VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi utama ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba rumen. Produksi VFA di dalam cairan rumen dapat digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan (Hartati, 1998). McDonald et al., (2002) menyatakan bahwa pakan yang masuk ke dalam rumen difermentasi untuk menghasilkan produk berupa VFA, serta gas metan dan CO2. Hal ini menunjukkan bahwa fermentabilitas limbah soun sangatlah rendah karena jumlah VFA dari hasil fermentasi limbah soun sangatlah rendah dan rataan kadar VFA yang dihasilkan dibawah batas minimum VFA yaitu sebesar 73,6 mM sedangkan batas minimum VFA menurut Sutardi dkk (1993) sebesar 80-160 mM hal tersebut disebabkan karena jumlah nutrisi yang rendah, kadar protein yang rendah dan fermentabilitas pakan yang rendah pula sehingga produksi VFA yang dihasilkan sangatlah rendah. Hasil analisis VFA dari hasil fermentasi limbah soun yang difermentasi oleh jamur Aspergillus niger ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Konsentrasi VFA Perlakuan Limbah soun kontrol (LO) Limbah soun dengan A. niger 1% (L1) Limbah soun dengan A. niger 2% (L2) Limbah soun dengan A. niger 3% (L3) VFA (mM) 71,5 ± 22.24 81,5 ± 17.85 64,4 ± 18.69 77,0 ± 14.45 Berdasarkan hasil penelitian produksi VFA pada Tabel 3. diperoleh kadar VFA berkisar 64,4 – 81,5 mM hal ini menunjukkan bahwa hasil fermentasi limbah soun menggunakan jamur Aspergillus niger dengan leverl 1%, 2% dan 3% lebih rendah dari kisaran normal kisaran VFA dalam rumen yaitu sebesar 80 – 160 mM (Sutardi,1980). Hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh 808 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 kadar urea dan mineral antar level 1%, 2% dan 3% sama saja, oleh sebab itu urea dan mineral hanya mampu mencukupi kebutuhan Aspergillus niger pada level 1% sedangkan pada level 2% dan 3% tidak mencukupi sehingga pertumbuhannya tidak jauh berbeda dengan level 1%. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa taraf Aspergillus niger berpengaruh tidak nyata (P>0,01) terhadap produksi VFA. Hal ini tersebut bertolak belakang dengan hipotesis yang menyatakan bahawa semakin tinggi taraf maka semakin tinggi produksi VFA, namun yang terjadi antara level 1% dengan level 2% dan 3% tidak terlalu berbeda hal ini dimungkinkan karena pemberian urea dan mineral mix sama antara level 1%, 2% dan 3% yaitu 2% urea dan 6% mineral mix, sehingga kebutuhan antara level 1%, 2% dan 3% yang berbeda hanya mampu mencukupi kebutuhan bagi Aspergillus niger level 1% namun tidak mencukupi kebutuhan Aspergillus niger level 2% dan 3% oleh sebab itu perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi VFA. Konsentrasi VFA optimumnya rataannya adalah 80 – 160 mM namun hasil penelitian menunjukkan rataan produksi VFA dibawah rataan optimum yaitu sebesar 73,6 mM sehingga taraf Aspergillus niger terhadap fermentasi limbah soun berpengaruh tidak nyata. Kadar Amonia (NH3) Pengukuran NH3 secara In vitro dapat digunakan untuk mengestimasi degradasi protein dan kegunaannya oleh mikroba. Jika pakan defisien protein atau tinggi kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi NH3 rumen akan rendah yaitu lebih rendah dari 50 mg/1 atau 3,57 mM dan pertumbuhan organisme rumen akan lambat (Satter dan Slyter, 1974) . Sebaliknya, jika degradasi protein lebih cepat daripada sintesis protein mikroba maka NH 3 akan terakumulasi dan melebihi konsentrasi optimumnya yaitu berkisar antara 85 – 300 mg/1 atau 6 – 12 mM (McDonald et al., 2002). Hasil dari penelitian fermentasi limbah soun dengan Aspergillus niger terhadap kadar amonia dapat dilihat pada Tabel. 3 Tabel. 3. Hasil Pengukuran Kadar Amonia Perlakuan Limbah soun kontrol (LO) Limbah soun dengan A. niger 1% (L1) Limbah soun dengan A. niger 2% (L2) Limbah soun dengan A. niger 3% (L3) Rataan (mM) 2,44 ± 0.89 3,46 ± 0.50 3,125 ± 0.22 14,06 ± 8.60 Berdasarkan hasil penelitian fermentasi limbah soun menggunakan jamur Aspergillus niger dengan level 1%,2% dan 3% menghasilkan kadar NH3 dengan rataan dari 2,44 mM sampai dengan 14,06 mM dengan rataan 5,77 mM. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pendapat Sutardi dkk (1993) yang menyatakan bahwa konsentrasi NH3 optimum yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroba adalah 4 – 12 mM (rataan 8 mM). Rendahnya konsentrasi NH3 disebabkan karena kadar protein yang rendah (0,83%) dan karbohidrat yang tidak mudah larut pada limbah soun, meskipun hasil kadar NH3 yang lebih rendah namun mengalami peningkatan yang signifikan antara limbah soun yang control dengan yang diberi perlakuan penambahan jamur Aspergillus niger dengan level 1%, 2% dan 3% yaitu dari 2,44 mM sampai dengan 14,06 mM sehingga dilakukan uji lanjut orthogonal polynomial. 809 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran kadar NH3 dari fermentasi limbah soun menggunakan jamur Aspergillus niger secara In vitro ternyata level Aspergillus niger berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar amonia. Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut orthogonal polynomial, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan secara kuantitatif atau satu perlakuan namun bertaraf. Dari hasil uji lanjut menggunakan uji lanjut orthogonal polynomial ditunjukan dengan grafik pada Gambar 2. 25 20 15 y = 3.0483x + 1.089 R² = 0.3974 10 5 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Gambar 2. Grafik Uji Orthogonal Polynomial Berdasarkan uji orthogonal polynomial menunjukan respon linear dengan persamaan Y = 3,048x + 1,089 R2 sebesar 0,397. Semakin tinggi level Aspergillus niger semakin meningkat kadar NH3, dengan R sebesar 0,397 yang berarti bahwa hanya 39,7 % pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap kadar amonia dan 60,3% pengaruh dari hal lain salah satunya adalah dimungkinkan karena masih terdapat kandungan bahan pengawet berupa Natrium klorida (NaCl) dan bahan pemutih pada limbah soun yang mempengaruhi pertumbuhan jamur Aspergillus niger, sehingga perlakuan yang diberikan pengaruhnya sangat rendah karena bahan pengawet dapat membunuh mikroorganisme karena sifat Natrium Klorida yang higroskopis, membuat penggaraman menjadi salah satu metoda yang efektif untuk pengawetan makanan, karena sifatnya yang menarik air keluar dari bakteri melalui tekanan osmotik sehingga mencegah bakteri tersebut tumbuh berkembang dan bentuknya berupa kristal kubik padat. Selain itu, pada ternak ruminansia sebagian protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami degradasi menjadi amonia oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Produksi amonia bergantung pada kelarutan protein, jumlah protein ransum, lamanya makanan berada dalam rumen dan pH rumen (Orskov, 1982). Produksi amonia di dalam rumen berasal dari degradasi protein dari limbah soun dan didegradasi oleh mikroba rumen menjadi aktivitas proteolitik yaitu perombakan protein menjadi asam – asam amino dan aktivitas deaminasi yaitu terjadinya pembentukan asam – asam organik, ammonia dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmadi et al,. (2010) yang menyatakan bahwa protein di dalam rumen dihidrolisis oleh enzim proteolitik yang dihasilkan mikroba rumen menjadi oligopeptida. Mikroba dapat memanfaatkan oligopeptida yang mudah terfermentasi untuk membuat protein tubuhnya, sebagian dihidrolisis lagi menjadi asam amino. Mikroba rumen akan merombak asam – asam amino sebanyak 82 % menjadi amonia untuk 810 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 menyusun tubuhnya, hal ini dikarenakan mikroba rumen terutama bakteri tidak mempunyai sistem transportasi untuk mengangkut asam amino ke dalam tubuhnya. Mikroba mendegradasi protein dalam rumen tidak mengenal batas, proses degradasi protein tersebut dapat berlangsung terus walaupun amonia yang dihasilkan telah cukup memenuhi kebutuhan mikroba rumen. SIMPULAN Level 1%,2% dan 3% Aspergillus niger pada fermentasi limbah soun tidak mempengaruhi produksi VFA, namun meningkatkan produksi Amonia (NH3). DAFTAR PUSTAKA Akinfemi, A., O.A. Adu and F. Doherty. 2009. Assessment of the nutritive value of fungi treated maize cob usin in vitro gas production technique. Livest. Res. Rur. Dev. 21, #188. http://www.lrrd.org/lrrd21/11/akin 21188.htm. Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R. Murwani) Astuti, D. A., B. Sastradipradja, Kiranadi, & E. Budiarti. 1993. Pengaruh perlakuan jerami jagung dengan asam asetat terhadap metabolisme in vitro dan in vivo pada kambing laktasi. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor Astuti, D. A., E. Wina, B. Haryanto, dan S. Suharti. 2008. Peningkatan Produksi Sapi Potong Melalui Pakan additif Lerak (Sapindus rarak DC) pada Pemberian ransum Berbasis Hijauan Tinggi. JITV. Baker, S. E. 2006. Aspergillus niger genomics: Past, present and into the future.Medical Mycology. 44, S17_S21 Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang mengandung silase pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi Holstein jantan. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kroomann, R.P., J.H. Meyer, and W.J. Stielau, 1967. Steam Destillation of Volatile Fatty Acid in Rumen Ingesta .J. Dairy Sci., 50:73 Orskov, E. R. 1982. Protein Nutrition Ruminant. Academic Press, New York. Rahmadi, D., A. Muktiani, E.Pangestu, J. Achmadi, M. Christiyanto, Sunarso, Surono dan Surahmanto. 2010. Ruminologi Dasar. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Sekawan, Semarang. Sakinah, D. 2005. Kajian suplementasi probiotik bermineral terhadap produksi VFA, NH3, dan kecernaan zat makanan pada domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sari, T.P. 2009. Pengaruh Fermentasi Kulit Buah Markisa dengan Kapang Aspergillus nigerdan Trichoderma harzianum Terhadap Karakteristik Cairan Rumen (pH, N-NH3, VFA) Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang Satter, L.D. and I.L. Slyter. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial protein production in vitro. Britis. J. Nut. Suparwi., Utami, S., Irawan, I. 2012. Produk Fermentasi Onggok Terfermentasi dengan Aspergillus niger Secara In vitro. Fakultas Peternakan, Unsoed, Purwokerto. 811 Novia Indriani dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 804–812, September 2013 Susanti S.S. Chuzaemi, Soebarinoto. 2002. Pengaruh Pemberian Konsentrat yang Mengandung Bungkil Biji Kapok terhadap Kecernaan Ransum, Produk Fermentasi dan Jumlah Protozoa RumenSapi Perah PFH Jantan. BIOSAIN 1 (3): 42-49. Sutardi, T. 1980. Peningkatan mutu hasil limbah lignoselulosa sebagai pakan ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor Sutardi, T., Amirroenas, A.S., Tjakradidjaja, S.H. Dilaga dan Jalaludin, 1993. Penggunaan Pod Coklat dan Leguminosa Pohon serta Supplementasi Analog Hidroksi Metionin dan Defaunasi Pada Ruminansia. Dipresentasikan dalam Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan di Yogyakarta, 23 – 25 November 1993. 812