431 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus

advertisement
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
ISSN 1410-234X
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus
Inkomplitus di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013
Fudji Astuti1*& Nabila W. N.1
1
Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung
Abstract
Problems reproduction is much talked about abortion, since abortion as a cause of bleeding.
Bleeding during pregnancy is considered as a state of emergency that are able to cause death.
Based on preliminary studies by distributing questionnaires to 20 pregnant women in addressing
matters relating to abortion/ miscarriage only 5 pregnant women (25%), who at least know about
the causes of abortion and its symptoms and signs of complications of abortion. This study aims to
reveal the knowledge of the first trimester pregnant women about abortion incomplete inMajalaya
Hospital in 2013. The research used descriptive variables in this study is the knowledge of
pregnant women about abortion incomplete first trimester with a sample of 36 people, using
accidental sampling techniques, data collection through questionnaire and analyzed using
frequency distributions and percentages. Results reveal that that of the 36 respondents, 29 (80.6%)
of pregnant women in the first trimester Majalaya Hospital in 2013 had less knowledge about
incomplete abortion. Based on these indicators: understanding incomplete abortion (52.8%)
knowledgeable enough, less knowledgeable about the causes of incomplete abortion (83.3%), less
knowledgeable about the signs symptoms of incomplete abortion (75.0%), less knowledgeable
about the risk factors (52, 8), are less knowledgeable about the prevention of abortion (58.3%).
This study concluded that more than half of pregnant women in the first trimester Majalaya
Hospital in 2013 had less knowledge about incomplete abortion.
Keywords: Knowledge, Pregnant Woman, incomplete abortion
431
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
Pendahuluan
Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan,
dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500
gram, sedangkan menurut WHO
batasan usia kehamilan adalah
sebelum 22 minggu. (Anonim,
2009).
Beberapa factor, penyebab
terjadinya kematian ibu salah satunya
adalah
abortus,
walaupun
presentasinya kecil (5%), tetapi
menyumbangkan
tinggi
angka
kematian ibu, dan juga merupakan
salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang banyak dibicarakan
di Indonesia bahkan di dunia,
masalah ini perlu dibahas mengingat
abortus
dapat
menyebabkan
terjadinya perdarahan. Perdarahan
menyumbangkan 30% dari kematian
ibu. Perdarahan selama masa
kehamilan dianggap sebagai suatu
keadaan kegawatdaruratan yang
dapat membahayakan ibu dan janin.
World Health Organization
(WHO) memperkirakan sekitar± 15 20% kematian ibu disebabkan oleh
abortus, angka kematian ibu karena
abortus
yang
tidak
aman
diperkirakan 100.000 wanita setiap
tahunnya 99% terjadi di negaranegara
berkembang
termasuk
Indonesia. Menurut SDKI tahun
2007 menunjukkan bahwa wanita yg
berstatus menikah dengan kasus
abortus masih cukup tinggi berkisar
30%
dengan
alasan,
tidak
ISSN 1410-234X
menginginkan anak lagi atau untuk
menjarangkan kehamilan, tetapi
wanita itu tidak menggunakan alat
kontrasepsi (Depkes RI, 2009).
Association Of South East
Asian Nation (ASEAN) tahun 2006
sekitar 4,2 juta terjadi kasus abortus
per tahun,baik atas indikasi medis
atau tidak.. Tingkat kasus aborsi di
Indonesia tercatat yang tertinggi
mencapai dua juta kasus dari jumlah
kasus yang terjadi di negara-negara
ASEAN
(www.aborsi.org.online,
diakses 1 April 2013). Dari 2 juta
kasus tersebut 750.000 diantaranya
dilakukan kalangan remaja, dan
kejadian
abortus
inkomplit
diperkirakan terjadi sekitar ± 10-15%
kehamilan. (Depkes RI, 2007)
Tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 yaitu 228/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan (30%),
infeksi (12%), eklampsi (25%),
abortus (5%), partus lama (5%),
emboli obstetri (3%), komplikasi
masa nifas (8%) dan penyebab
lainnya (12%). (DepKes RI, 2009)
Abortus inkomplit adalah di mana
sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus di
mana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri
atau menonjol pada ostium uteri
eksternum, perdarahannya masih
terjadi dan jumlahnya bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan
432
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
sebagian placenta tertinggal diuterus
(Saifuddin, 2009).
Kecenderungan
semakin
meningkatnya kasus abortus yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
erat hubungannya dengan kejadian
abortus, pada umumnya adalah
gangguan
pertumbuhan
zigot,
embrio, plasenta, infeksi, kelainan
uterus, dan factor eksternal seperti
radiasi dan obat-obatan ,sedangkan
komplikasi yang dapat mengancam
jiwa ibu akibat abortus adalah
perdarahan, infeksi, perforasi, dan
syok.
Pada
setiap
trimester
kehamilan, bias terjadi adanya
penyulit atau komplikasikehamilan,
dan ini harus diketahui oleh setiap
wanita hamil, seperti pada trimester I
kehamilan mungkin saja terjadi kasus
seperti abortus, hyperemesis, IUFD,
KET, dan lain sebagainya.Kasus
abortus yang sering terjad ipada
trimester I ini bias berakibat lebih
banyak lagi bila tidakdiketahui atau
dipahami oleh wanita hamil baik
pencegahan maupun penanganannya.
Abortus yang terjadi pada kehamilan
dapat di bagi beberapa klasifikasi
antara lain yaitu abortus imminens,
abortus insipiens, abortus komplit,
abortus
inkomplit,
abortus
infeksious, missed abortus, abortus
habituallis.Abortus sering tidak di
ketahui penyebabnya. Oleh karena
itu, ibu-ibu diharapkan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai
upaya yang bisadilakukan untuk
mencegah
sekaligus
menekan
kejadian abortus, Dengan demikian
diharapkan dapat menentukan sikap
ISSN 1410-234X
terhadap pencegahan terjadinya
komplikasi dan penyulit kehamilan
pada trimester I ini dengan cara
melakukan pemeriksaan kehamilan
(ANC) secara teratur, mendapatkan
konseling
tentang
pentingnya
keluargaberencana
(KB)
untuk
mengatur jarak kehamilan.
Bidan dalam melakukan
pelayanan ANC yang paripurna
harus selalu memberikan penjelasan
mengenai tanda bahaya kehamilan
atau pun hal lain yang berkaitan
dengan abortus. Ibu hamil berhak
mengetahui tentang hal ini, untuk
kesejahteraan
dan
keamanan
kandungan, karena sampai saat ini
kejadian abortus masih di anggap
sebagai masalah kesehatan yang
sangat serius dalam masyarakat
khususnya terutama abortus i
nkomplit yang termasuk penyebab
langsung dari kematian ibu yang
apabila tidak mendapat penanganan
segera
dapat
meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
Berdasarkan data Medical
Record Rumah Sakit Umum Daerah
Majalaya pada tahun 2012 tercatat
kejadian abortus sebanyak 485 kasus,
sedangkan
kejadian
abortus
inkomplit tahun 2012 tercatat 299
kasus adapun abortus inkomplit yang
disertai anemia
sebanyak 63
kasus.Dari hasil Studi Pendahuluan
dengan
melakukan
penyebaran
kuesioner terhadap 20 responden ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di poliklinikkebidanan,
dalam mengutarakan hal-hal yang
berkaitan
dengan
abortus
/
keguguranhanya 5 orang ibu hamil
433
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
(25%), yang mengetahui tentangs
edikitnya penyebab abortus dan
tanda gejala beserta komplikasia
bortus, 10 orang ibu hami l (50%)
yang mengetaui tentang pengertian
abortus. 10 respondenmen dapatkan
informasi dari petugas tapi tidak
mengerti akan komplikasi yang
terjadi pada awal kehamilan.
Melihat fenomena tersebut
seharusnya ibu hamil ini tahu sejak
dini tentang abortus atau keguguran,
agar
angka
kejadian
abortus
inkompletus serta besarnya resiko
yang ditimbulkan bias dikurangi,
maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan
penelitian
tentang
“Pengetahuan IbuHamil Trimester I
tentang Abortus Inkomplitus di
RSUD Majalaya Tahun 2013”.
Adapun ruang lingkup dalam
penelitian ini meliputi “Pengetahuan
Ibu Hamil Trimester 1 Tentang
Abortus Inkomplitus” Jenis pada
penelitian ini adalah dekskriptif
dengan menggunakan instrument
Kuesioner. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Mei – Juni Tahun2013 di
RSUD Majalaya. Jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat atau deskripsi tentang suatu
keadaan
secara
objektif.
(Notoatmodjo, 2007:135)
Metode Penelitian
Rancang
bangun
pada
penelitian yang digunakan adalah
deskriptif-kuantitatif yaitu suatu
metode penelitian yang berwujud
ISSN 1410-234X
angka-angka hasil penghitungan atau
pengukuran. (Arikunto, 2010:235)
yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan ibu hamil trimester I
tentang Abortus Inkomplitus di
Rumah Sakit Umum Daerah
Majalaya Tahun 2013.
Desain
penelitian
yang
digunakan adalah cross-sectional.
Rancangan
cross-sectional
merupakan rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan saat bersamaan antara
faktor
resiko/paparan
dengan
penyakit
(Hidayat.
2011:53).
Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu hamil trimester I yang
memeriksakan kehamilannya di poli
kebidanan
dan
kandungan.Jadi
peneliti menetapkan populasi pada
penelitian seluruh ibu hamil trimester
Idi Rumah Sakit Umum Daerah
Majalaya Periode Mei – Juni Tahun
2013. Dalam mengambil sampel
peneliti menggunakan cara atau
teknik-teknik tertentu, sehingga
sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasinya.Teknik ini
biasanya disebut sampling atau
teknik sampling.Teknik pengambilan
sampelnya dilakukana ccidental
sampling yaitu pengambilan sampel
yang
dilakukan
dengan
kasus/responden yang kebetulan ada
atau tersedia. (Hidayat, 2011). Dalam
waktu penelitian sampel yang
diambil yaitu 36 responden ibu hamil
trimester I pada periode Mei – Juni
Tahun 2013.
Instrumen penelitian yang
digunakan berupa kuesioner (daftar
pertanyaan)
untuk
mengetahui
434
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
ISSN 1410-234X
pengetahuan ibu hamil trimester I
tentang abortus inkomplitus dari
hasil jawaban responden (Data
primer). Pertanyaan yang ditanyakan
berupa pilihan ganda dengan 25 butir
soal mengenai pengertian, penyebab,
tanda gejala, faktor resiko, dan
pencegahan pada abortus inkomplit.
Untuk
mengetahui
instrument
penelitian yang akan digunakan. Hal
ini harus tepat dan akurat maka
instrumen penelitian ini harus diuji
validitas dan realibilitas.Uji validitas
dilakukan terhadap 20 orang ibu
hamil trimester I yang memeriksakan
kehamilannya di RSUD Majalaya.
Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data
primer (kuesioner)
Data yang diperoleh untuk
pengumpulan data yaitu pengetahuan
ibu hamil trimester I tentang abortus
inkomplit didapat langsung dari
responden melalui data primer
(kuesioner),
dengan
cara
memberikan
lembar
kuesioner
kepada ibu hamil trimester I yang
selanjutnya diberi arahan tentang
cara pengisiannya dan yang pasti
telah memenuhi kriteria inklusi,
dimana responden yang berada di
poliklinik kebidanan, akan dibagikan
oleh bidan yang sebelumnya
diberikan arahan dalam membagikan
kuesioner ataupun peneliti yang
sedang bertugas di poliklinik
kebidanan, dengan waktu pengisian
kuesioner maxsimal 15 menit.
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini yang
disajikan adalah hasil analisis data
yang menggunakan analisis univariat
dari instrumen penelitian yang
sebelumnya sudah dilalukan uji
validitas dan reliabilitas.Berdasarkan
hasil
penelitian
Gambaran
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I
Tentang Abortus Inkomplitus di
RSUD Majalaya Tahun 2013.
Seluruh responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian sebanyak 36
orang yang merupakan ibu hamil
trimester I di RSUD Majalaya.
Berdasarkan indikator pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, factor
resiko dan pencegahan maka
diperoleh
gambaran
responden
sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I TentangAbortus Inkomplit Di
RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Frekuensi
%
Baik
1
2,8
Cukup
6
16,7
Kurang
29
80,6
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
435
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
ISSN 1410-234X
Pada tabel 1 diketahui
berdasarkan hasil penelitian hampir
seluruhnya pengetahuan ibu tentang
abortus inkomplit berada pada
kriteria kurang yaitu sebanyak 29
1.
orang
(80,6%),
kemudian
berpengetahuan cukup sebanyak 6
orang (16,7%), dan berpengetahuan
baik sebanyak 1 orang (2,8%)
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Pengertian Abortus
Inkomkplit di RSUD Majalaya tahun 2013
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Pengertian Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Frekuensi
%
Baik
1
2,8
Cukup
19
52,8
Kurang
16
44,4
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Pada tabel 2 diketahui
berdasarkan
hasil
penelitian
pengetahuan ibu hamil trimester I
tentang pengertian abortus inkomplit
berada pada kriteria cukup yaitu
2.
sebanyak
19
orang
(52,8%),
kemudian berpengetahuan kurang
sebanyak 16 orang (44,4%), dan
berpengetahuan baik sebanyak 1
orang (2,8%)
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Penyebab Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Penyebab Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Frekuensi
%
Baik
3
8,3
Cukup
3
8,3
Kurang
30
83,3
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Pada tabel 3 diketahui
berdasarkan hasil penelitian hampir
seluruhnya pengetahuan ibu hamil
trimester I tentang penyebab abortus
inkomplit berada pada kriteria
kurang yaitu sebanyak 30 orang
(83,3%), kemudian berpengetahuan
cukup sebanyak 3 orang (8,3%), dan
berpengetahuan baik sebanyak 3
orang (8,3%).
436
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
3.
ISSN 1410-234X
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Tanda Gejala Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Tanda Gejala Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Baik
Frekuensi
2
%
5,6
Cukup
7
19,4
Kurang
27
75,0
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Pada tabel 4 diketahui
berdasarkan hasil penelitian sebagian
besar pengetahuan ibu hamil
trimester I tentang tanda gejala
abortus inkomplit berada pada
4.
kriteria kurang yaitu sebanyak 27
orang
(75%),
kemudian
berpengetahuan cukup sebanyak 7
orang (19,4%), dan berpengetahuan
baik sebanyak 2 orang (5,6%)
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Faktor Risiko Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Faktor Risiko Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Frekuensi
%
Baik
17
47,2
Cukup
0
,0
Kurang
19
52,8
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Pada tabel 5 diketahui
berdasarkan
hasil
penelitian
pengetahuan ibu hamil trimester I
tentang abortus inkomplit berada
pada kriteria kurang yaitu sebanyak
19 orang (52,8%), pengetahuan
cukup
(0%)
dan
kemudian
berpengetahuan baik sebanyak 17
orang (47,2%)
437
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
5.
ISSN 1410-234X
Pengetahuan ibu hamil trimester I Tentang Pencegahan Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester I Tentang Pencegahan Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013
Kriteria
Frekuensi
%
Baik
5
13,9
Cukup
10
27,8
Kurang
21
58,3
Total
36
100,0
Sumber: Pengolahan Data, 2013
Pada tabel 6 diketahui
berdasarkan hasil penelitian ibu
hamil trimester I tentang pencegahan
abortus inkomplit berada pada
kriteria kurang yaitu sebanyak 21
orang
(58,3%),
kemudian
berpengetahuan cukup sebanyak 10
orang (27,8%), dan berpengetahuan
baik sebanyak 5 orang (13,9%).
Pembahasan
1.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester I Tentang Abortus
Inkomplit di RSUD Majalaya
Tahun 2013
Hasil penelitian pada ibu
hamil trimester I di RSUD Majalaya
Tahun
2013
mempunyai
pengetahuan kurang tentang Abortus
Inkomplit yaitu berada pada kriteria
kurang yaitu sebanyak 29 orang
(80,6%), kemudian berpengetahuan
cukup sebanyak 6 orang (16,7%),
dan berpengetahuan baik sebanyak 1
orang (2,8%). Ini artinya dari hasil
penelitian
mengenai
abortus
inkomplitus, pengetahuan ibu masih
kurang.
Menurut
(Saifuddin,
2009:148) Abortus inkomplit adalah
dimana sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus dimana pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri. Menurut Notoadmodjo
(2010) dengan pengetahuan dapat
menjadikan individu memiliki sikap
dan tingkah laku yang sehat dan
bertanggungjawab.
Menurut pandangan penulis,
kurangnya pengetahuan ibu hamil
trimester I tersebut karena ibu hamil
trimester ini kurang mengetahui
dengan jelas tentang pengetahuan
terhadap abortus yang diperoleh
secara
langsung
dari
media
informasi, dan sumber informasi
lainnya baik dari orang tua maupun
dari tenaga kesehatan. Menurut
Notoadmodjo (2007) pengetahuan
merupakan hasil tahu dan terjadi
setelah
manusia
melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu, dimana obyek tertentu
tersebut berupa informasi yang
penting
dan
dapat
diperoleh
darimana saja baik tenaga kesehatan,
438
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
keluarga atau media cetak. Karena
kurang terpapar informasi dari media
massa, tenaga kesehatan, atau peran
orang tua menyebabkan pengetahuan
ibu hamil trimester I menjadi kurang
baik.
Namun tidak semua ibu hamil
trimester I pengetahuannya kurang.
Berdasarkan hasil penelitian ada
yang mempunyai pengetahuan cukup
yaitu 6 orang (16,7%). Menurut
penulis hal tersebut dikarenakan
kurangnya informasi yang didapat
oleh ibu hamil trimester I sehingga
wawasannya pun kurang.
Faktor-faktor seperti umur,
pendidikan, pekerjaan, dan lain
sebagainya
berpengaruh
dalam
pengetahuan ibu hamil mengenai
keguguran ini. Latar belakang
pendidikan
terakhir
responden
sebagian besar dari responden
(41,6%) adalah pendidikan terahir
SMA, dan responden dengan
pendidikan terakhir SMP sebanyak
(27,7%) dan responden lainnya
berpendidikan terahir SD (25%)
adapun dengan pendidikan perguruan
tinggi
(5,5%)
sehingga
mempengaruhi pola pikir, wawasan,
ataupun pendapat masing – masing.
Menurut hasil penelitian,
peneliti menilai bahwa semakin
tinggi latar belakang pendidikan
seseorang tidak menjamin terhadap
luasnya pengetahuan seseorang.
Sesuai dengan teori Notoatmodjo
(2007), perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah
pula.
Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh
ISSN 1410-234X
di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal. Pengetahuan seseorang
tentang
sesuatu
obyek
juga
mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek
inilah
yang
akhirnya
akan
menentukan
sikap
seseorang
terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap
makin positif terhadap obyek
tersebut .
Dari
hasil
penelitian
didapatkan mayoritas responden
memiliki latar belakang pendidikan
lanjutan
tetapi
pengetahuannya
masih kurang, seperti yang telah
diketahui
bahwa
pengetahuan
seseorang bisa di pengaruhi oleh
berbagai faktor tidak hanya dari latar
belakang pendidikan, tetapi bisa saja
karena informasi yang didapat dari
lingkungan ataupun dari media
massa masih kurang.
Sesuai
dengan
teori
Notoatmodjo (2010), Informasi
memberikan
pengaruh
kepada
seseorang meskipun orang tersebut
mempunyai
tingkat
pendidikan
rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai
media, maka hal ini akan dapat
menigkatkan pengetahuan orang
tersebut.
Dari data yang terkumpul
usia responden pada penelitian ini,
berusia 21 – 35 tahun sebanyak 23
orang dengan presentase (63,8%)
berpengetahuan kurang 19 orang .
Adapun usia responden < 20 tahun
mencapai (11,1 %) menunjukkan
439
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
terbatasnya pengetahuan responden
yang tidak terpapar pendidikan
formal sehingga mempengaruhi
pengetahuan tentang komplikasi
pada awal kehamilan. Sedangkan
presentase responden yang berusia >
35 tahun sebanyak (25%). Hal ini
menujukan
bahwa
semakin
bertambah umur tidak menjamin
pengetahuan seseorang lebih luas
dilihat dari pengetahuan responden
pada usia 21-35 tahun sebagian besar
masih mempunyai pengetahuan yang
kurang. Pengetahuan seseorang bisa
di akibatkan karena bebagai macam
faktor seperti faktor informasi,
pendidikan
ataupun
pekerjaan.
Dilihat
dari
hasil
penelitian
pengetahuan responden berdasarkan
umur masih kurang dikarenakan
informasi yang didapatnya masih
kurang baik melalui media cetak
ataupun media elektronik.
Sesuai dengan teori dari
Notoatmodjo
(2010)
bahwa
Informasi
adalah
penerangan,
pemberitahuan, kabar atau berita
tentang suatu keseluruhan makna
yang menunjang amanat. Informasi
memberikan
pengaruh
kepada
seseorang meskipun orang tersebut
mempunyai
tingkat
pendidikan
rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai
media, maka hal ini akan dapat
menigkatkan pengtahuan orang
tersebut.
Pada penelitian ini sebanyak
(80,5%) responden ibu rumah tangga
sehingga mempunyai cukup banyak
waktu selama kehamilannya untuk
memeriksakan
kehamilannya.
ISSN 1410-234X
Adapun untuk ibu yang bekerja
sebagai guru hanya terdapat 1 orang
(2,7%). Ibu dengan pekerjaan
sebagai wiraswasta terdapat 4 orang
(11,1%). Ibu dengan pekerjaan
karyawan swasta terdapat 2 orang
(5,5%). Akan tetapi tidak sedikit ibu
hamil yang tidak mengetahui tentang
komplikasi kehamilan seperti pada
abortus ini. Seharusnya bagi ibu
hamil tersebut memiliki akses yang
lebih baik terhadap informasi penting
tentang kehamilan.
Hal ini diketahui bahwa
tingkat pengetahuan responden yang
bekerja maupun yang tidak bekerja
memiliki
pengetahuan
kurang,
dimana seharusnya seseorang yang
bekerja mempunyai pengetahuan
yang lebih dari seseorang yang tidak
bekerja karena orang yang bekerja
memungkinkan untuk mendapatkan
informasi yang lebih banyak dari
orang-orang
sekitar
tempat
pekerjaannya, tetapi tidak hanya
sumber informasi saja yang bisa
meningkatkan
pengetahuan
seseorang, bisa saja seseorang tidak
percaya terhadap informasi yang
didapatnya dari orang sekitar,
sehingga kurangnya sosial budaya
dengan lingkungan sekitar. Sesuai
dengan teori yang menyatakan
bahwa pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap ibu / responden tidak
sama. Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan
penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan bersifat dapat ditelaah
oleh umum dan selalu berkembang.
Apabila ilmu pengetahuan dapat
440
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
diterima
oleh
umum,
maka
pengetahuan tersebut harus ditujukan
pada suatu sasaran tertentu misalnya
masyarakat. (Notoatmodjo, 2010).
Dengan
pengetahuan
dan
pemahaman yang dimiliki akan dapat
menganalisa permasalahan atau
objek yang dihadapi dengan pola
pikir yang logis dan rasional
sehingga dapat menilai apakah
sesuatu akan bermanfaat baginya.
Untuk meningkatkan pengetahuan
dapat dipeoleh dari berbagai sumber
misalnya membaca, mendengar
penyuluhan dari petugas kesehatan.
2.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester
I
Tentang
Pengertian Abortus Inkomplit
di RSUD Majalaya Tahun
2013
Hasil penelitian dari 36
responden, 19 orang (52,8%)
berpengetahuan
cukup.
Ini
menerangkan jumlah responden yang
pengetahuannya kurang tentang
pengertian abortus / keguguran lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah
responden yang berpengetahuan baik
ataupun kurang.
Hal tersebut mengandung arti
bahwa responden sebagian besar
belum mengetahui bahwa kehamilan
mempunyai kegawat daruratan yang
bisa terjadi. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan ibu hamil
tentang abortus. Sedangkan untuk 1
responden (2,8%) masuk kategori
berpengetahuan baik. Dalam hal ini
berarti pengetahuan sebagian besar
responden tentang pengertian abortus
ini masih kurang. Kebanyakan dari
ISSN 1410-234X
responden lebih mengetahui tentang
keluhan yang dirasakan selama
kehamilan dibandingkan dengan
pemahaman seperti pada pertanyaan
dalam kuesioner no 1 dan 2,
responden mayoritas lebih memilih
keluar darah sebagai jawaban dari
istilah keguguran. Seperti pernyataan
Alini (2007), kurangnya pengetahuan
disebabkan kurangnya informasi,
dimana sebagian besar media tempat
responden mendapatkan info seperti
majalah, surat kabar, radio dan
televisi yang merupakan tempat
pembelajaran yang perlu ibu hamil
dapatkan secara non formal, tetapi
belum tentu responden dapat
memahami dan mengetahui secara
utuh dan tepat tentang informasi
tersebut seperti pada abortus ini.
Maka dari hal ini diperlukan adanya
komunikasi informasi dan edukasi
kepada ibu hamil seperti pada
konseling pada saat pemeriksakan
kehamilan tentang tanda bahaya awal
kehamilan.
3.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Tentang Penyebab Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya
Tahun 2013
Dari hasil penelitian yang
terlihat pada tabel 3 menunjukan
bahwa sebanyak 30 orang (83,3%)
berpengetahuan kurang, kemudian
berpengetahuan cukup sebanyak 3
orang (8,3%), dan berpengetahuan
baik sebanyak 3 orang (8,3%).
Melihat (83,3%) pengetahuan ibu
tentang penyebab abortus ini
menggambarkan beberapa ibu hamil
pada rimester I kurang mendapatkan
441
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
informasi dari petugas atau informasi
lainnya tentang abortus inkomplit.
Sesuai dengan pertanyaan
dalam kuesioner dari no 9 sampai no
17 dimana tercantum kurangnya
pemahaman yang tepat terhadap
penyebab keguguran. Ibu hamil tidak
mengetahui dampak dari keguguran
yang akan menjadi pada kondisi
patologis yaitu perdarahan.
Begitupun hasil penelitian
yang
menyatakan
bahwa,
pengalaman menjadi salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan. Seperti dalam Sadullah
(2003), apa yang telah dan sedang
kita lakukan ataupun orang lain ikut
membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus
tanggapan yang akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya pengetahuan
dan sikap (Rahayu, 2009).
4.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester I Tentang Tanda
Gejala Abortus Inkomplit Di
RSUD Majalaya Tahun 2013
Dari
hasil
penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar
pengetahuan ibu hamil trimester I
tentang
tanda
gejala
abortus
inkomplit berada pada kriteria
kurang yaitu sebanyak 27 orang
(75%).
Keguguran
ini
ditandai
dengan dikeluarkannya sebagian
hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan tanda gejala
klinis seperti amenorea, sakit perut,
,mulas-mulas,
perdarahan
bisa
sedikit atau banyak. Sesuai dengan
pertanyaan dalam kuesioner dari no
ISSN 1410-234X
18 sampai no 22 dimana tercantum
kurangnya pemahaman yang tepat
terhadap tanda gejala pada abortus.
Dengan hasil data penelitian
ini menggambarkan bahwa sebagian
besar ibu hamil trimester I kurang
mendapat informasi tentang tanda
dan gejala dari keguguran, bisa
dikarenakan
karena
kurangnya
informasi dari petugas kesehatan
ataupun responden yang tidak mau
mencari informasi sendiri tentang
komplikasi pada awal kehamilan.
Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo
(2010)
Informasi
adalah penerangan, pemberitahuan,
kabar atau berita tentang suatu
keseluruhan makna yang menunjang
amanat.
Informasi
memberikan
pengaruh
kepada
seseorang
meskipun orang tersebut mempunyai
tingkat pendidikan rendah tetapi jika
ia mendapatkan informasi yang baik
dari berbagai media, maka hal ini
akan dapat menigkatkan pengtahuan
orang tersebut.
Maka
semakin
banyak
informasi yang diterima responden
semakin luas pula pengetahuan yang
mereka miliki.
5.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester I Tentang Faktor
Risiko Abortus Inkomplit Di
RSUD Majalaya Tahun 2013
Dalam
hasil
penelitian
tentang faktor resiko menunjukan
bahwa berada pada kriteria kurang
yaitu sebanyak 19 orang (52,8%).
Kurangnya pengetahuan ibu hamil
tentang faktor resiko abortus karena
kurangnya
pemahaman
yang
442
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
nantinya akan mengancam jiwa ibu
karena komplikasi dari abortus ini
seperti infeksi, perforasi, syok dan
perdarahan. Komplikasi pada abortus
ini perlu diketahui oleh ibu hamil.
Informasi
ataupun
pemahaman pada responden ini
kembali
berpengaruh
terhadap
pengetahuan dimana sesuai dengan
teori pemahaman bisa diperoleh dari
pendidikan. Menurut Notoatmodjo
(2007) Pendidikan adalah proses
pengembangan mental, sikap dan
tingkah laku dalam belajar menerima
segala informasi. Maka disini
diperlukan untuk setiap ibu hamil
agar memiliki rasa ingin tahu yang
besar dalam mencari pengetahuan
atau informasi tentang komplikasi
kehamilan dan faktor resiko yang
ditimbulkan.
6.
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Trimester
I
Tentang
Pencegahan
Abortus
Inkomplit Di RSUD Majalaya
Tahun 2013
Dalam tabel 6 menunjukan
bahwa responden yang termasuk
kategori berpengetahuan kurang
yaitu sebanyak 21 orang (58,3%),
kemudian berpengetahuan cukup
sebanyak 10 orang (27,8%), dan
berpengetahuan baik sebanyak 5
orang (13,9%).
Melihat
kurangnya
pengetahuan tentang pencegahan
awal yang bisa dilakukan pada
trimester
I
kehamilan
maka
kecenderungan
semakin
meningkatnya kasus abortus yang
pada umumnya penyebabnya adalah
ISSN 1410-234X
faktor ibu dan faktor eksternal seperti
radiasi dan obat-obatan.
Pada
setiap
trimester
kehamilan, bisa terjadi adanya
penyulit atau komplikasi kehamilan,
dan ini harus diketahui oleh setiap
wanita hamil. Maka pemahaman pun
perlu diketahui, usia berpengaruh
terhadap
penerimaan
suatu
kehamilan. Menurut Notoatmodjo
(2003) usia merupakan periode
terhadap pola-pola kehidupan baru
dan harapan-harapan baru. Semakin
bertambah umur, seseorang akan
semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Ibu-ibu yang terlalu
muda seringkali secara emosional
dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah
dan ibu yang masih muda masih
tergantung pada orang lain. Abortus
pula dapat terjadi juga pada ibu yang
tua
meskipun
mereka
telah
berpengalaman,
tetapi
kondisi
badannya serta kesehatannya sudah
mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterine.
Dijelaskan pada pengetahuan
upaya yang bisa dilakukan untuk
mencegah
sekaligus
menekan
kejadian
abortus
dengan
menganjurkan ibu hamil melakukan
pemeriksaan
kehamilan
(ANC)
secara teratur, memberikan konseling
tentang
pentingnya
keluarga
berencana (KB) untuk mengatur
jarak kehamilan. Oleh karena itu, ibu
hamil berhak mengetahui tentang hal
ini karena sampai saat ini kejadian
abortus masih dianggap sebagai
masalah kesehatan yang sangat serius
dalam masyarakat.
443
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
ISSN 1410-234X
Sedangkan
terbentuknya
pengetahuan yang baik pada 13,9
responden (13,9%) dikarenakan
berbagai faktor seperti lingkungan
sekitar, keluarga, masyarakat dan
pengalaman.
Hal
tersebut
mempengaruhi responden atau ibu
hamil dalam mengambil keputusan
untuk berperilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Simpulan
Pantikawati, Ika. (2010). Asuhan
Keperawatan
Dalam
Maternitas & Ginekologi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang dilakukan di
RSUD Majalaya yang dilaksanakan
pada bulan April – Juni 2013 dengan
mengambil 36 responden maka dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu hamil trimester
I tentang abortus inkomplitus di
RSUD Majalaya tahun 2013,
sebanyak 29 responden (80,6%)
masuk kategori pengetahuan
kurang.
2. Pengetahuan ibu hamil trimester
I tentang pengertian abortus
inkomplit di RSUD Majalaya
tahun 2013, sebanyak 19 orang
(52,8%) berpengetahuan cukup.
3. Pengetahuan ibu hamil trimester
I tentang penyebab abortus
inkomplit di RSUD Majalaya
Tahun 2013, sebanyak 30 orang
(83,3%) berpengetahuan kurang.
4. Pengetahuan ibu hamil trimester
I tentang faktor resiko abortus
inkomplit di RSUD Majalaya
tahun 2013, sebanyak 19 orang
(52,8%) berpengetahuan kurang.
Arikunto, S. 2010, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz
Alimul. (2009). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta:
Rineka Cipta
Mandriati, G.A. (2007). Asuhan
Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC
Manuaba, I.B.G. (2008), Ilmu
Kebidanan,
Penyakit
Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik, (2009), Asuhan
Kegawatdaruratan
Dalam
Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media
_____. (2008). Pelayanan Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.
Jakarta: Soekidjo,
Notoatmojo.
(2007).
Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Cetakan I. Jakarta: Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan
Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, R&D.
Bandung: Alfabetta
Syaifuddin, A.B. (2009). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
444
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
Maternal
Dan
Jakarta: YBP-SP
ISSN 1410-234X
Neonatal.
Taufan, Nugroho. (2010). Kasus
Emrgency
Kebidanan.
Yogjakarta: Nuha Medika
Yeyeh,
Ai.
(2010).
Asuhan
Kebidanan IV Patologi. Jakarta:
Trans Info Media
Dalinur,
Qur'andini,
(2013).
Karakteristik
Abortus.
http://rainfallaline.blogspot.co
m/klasifikasi-abortus. Diakses
2 April 2013
Wijono. (2007). Pengaruh Aborsi.
http://www.Pikiranrakyat.com
diakses 27 Maret 2013.
Nia. (2011). Pencegahan Abortus.
http://infobidannia.wordpress.c
om/2011/05/23/macammacam-abortus-dan-carapenanganannya/ diakses 15 juli
2013
445
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015
ISSN 1410-234X
446
Download