1 I. PENDAHULUAN Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas 25.000-30.000 spesies yang tersebar ke dalam 800 genus (Trenggono dan Wiendi, 2009). Menurut Iswanto (2001) Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih 40 – 60 spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di Indonesia. Menurut Rukmana (2000) P. amabilis atau dikenal dengan nama anggrek bulan mempunyai ciri khas bunga berwarna putih dengan lidah kuning keemasan dan merupakan salah satu tanaman hias primadona, disamping bentuk bunga yang unik, warna yang mempesona, bunga juga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Keistimewaan lainnya adalah mampu berbunga sepanjang tahun dengan rata-rata masa berbunga selama satu bulan. Dewasa ini nilai ekspor tanaman hias mencapai angka 90 juta dolar Amerika Serikat atau hampir 1 triliun rupiah. Angka ini hampir dua kali lipat bila dibanding dengan nilai ekspor komiditas pertanian seperti teh yang hanya 48 juta dolar Amerika Serikat. Mengingat pertumbuhan permintaan tanaman hias khususnya Anggrek di pasar Internasional setiap tahun meningkat 15 hingga 20 persen perlu upaya untuk mengatasi permintaan pasar yang meningkat yaitu dengan salah satu cara yaitu melakukan perbanyakan tanaman anggrek menggunakan biji dengan teknik kultur in vitro (Sulaimi, 2006). Kultur in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti embrio, jaringan meristem baik meristem daun, batang maupun akar, dan organ berupa benang sari, bijidari kondisi alami pada media yang mengandung nutrisi dalam kondisi aseptik (George dan Sherington, 1984). Perbanyakan anggrek dengan biji hanya dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada media buatan secara aseptis karena biji anggrek tidak memiliki endosperm (Gunawan 1990 dalam Amilah 2 2006). Menurut Marlina dan Rusnandi (2007) teknik kultur in vitro mampu memperbanyak tanaman dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat. Sub kultur merupakan cara memindahkan plantlet dari media lama ke dalam media baru. Sub kultur berfungsi untuk menyediakan hara yang dibutuhkan oleh plantlet dalam masa pertumbuhan sehingga plantlet dapat tumbuh dengan sempurna (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Menurut Soeryowinoto dan Moeso (1977) media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur in vitro. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan biji eksplan dan plantlet. Media yang digunakan dalam kultur in vitro ada beberapa macam, diantaranya Knudson C (KC), Murashige and Skoog (MS) dan Vacin and Went (VW). Media VW merupakan media yang umum dipakai dan menjadi media dasar dalam kultur in vitro anggrek (Amilah dkk, 2006). Media VW mengandung unsur hara makro yang meliputi C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg, serta unsur mikro meliputi Fe dan Mn yang semuanya dalam bentuk garam. Unsur-unsur hara dalam bentuk garam tersebut merupakan bahan dasar penyusun protein, asam nukleat, fosfolipid, dan aktivator enzim yang diperlukan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Unsur hara juga berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel (Widiastoety, 2010). Didalam Media VW juga dapat ditambahkan bahan organik seperti ekstrak yeast, ekstrak malt, ekstrak jeruk, ekstrak tomat, ekstrak anggur, ekstrak nanas,ekstrak pisang dan ekstra ubi jalar. Pemberian ekstrak tersebut dapat memberikan pengaruh pada fisiologi tanaman dalam kultur berupa arah pertumbuhan dan perkembangan eksplant (Gamborg dan Shyluk, 1981). Ubi jalar mempunyai keragaman varietas yang cukup banyak. Varietas ubi jalar yang populer di masyarakat diantaranya yaitu ubi jalar varietas cilembu dan ubi 3 jalar varietas sukuh. Varietas ubi jalar tersebut mempunyai perbedaan yaitu bentuk, ukuran, warna daging umbi, warna kulit dan kandungan gizinya. Menurut Purnomo dan Heni (2007) warna daging ubi jalar beraneka ragam seperti putih, ungu, merah, kuning atau orange. Ubi jalar varietas cilembu mempunyai kulit berwarna kekuningan dan warna daging umbi kuning, sedangkan ubi jalar varietas sukuh mempunyai warna kulit krem dan warna daging umbi putih. Ubi jalar cilembu dan ubi jalar sukuh mudah ditemukan dipasar-pasar lokal, selain itu harganya murah sehingga dapat digunakan sebagai bahan organik tambahan dalam pembuatan media pertumbuhan anggrek. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat sederhana yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, respirasi dan pembentukan sel-sel baru (Murashige, 1974 dalam Widiastoety et al., 1997). Ubi jalar selain mengandung karbohidrat juga mengandung thiamin HCl (Vitamin B1) dan senyawa lain yang bermanfaat untuk pertumbuhan anggrek (Soeryowinoto dan Moeso, 1977). Kandungan gizi dari 100 g ubi jalar putih varietas sukuh yaitu air 72,3%, energi 108kal, lemak 0,3%, karbohidrat 25,6%, serat 0,8%, protein 1 % dan vitamin C 19,21 mg. Selain itu ubi jalar putih juga mengandung kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, zat besi 0,7 mg, vitamin A 60 SI, dan vitamin B1 0,9 mg. Kandungan gizi 100 g ubi jalar kuning varietas cilembu yaitu air 70,7%, energi 115 kal, lemak 0,3%, karbohidrat 27,1%, serat 0,8%, protein 1,2% dan vitamin (Kadarisman dan Sulaeman, 1992). Selain itu ubi jalar varietas cilembu juga mengandung Thiamin (vit. B1) 0,1 mg, Riboflavin (vit. B2) 0,1 mg, Niacin (vit. B3) 0,61 mg, vitamin B5 0,8 mg, vitamin B6 0,2 mg, vitamin B9 11 mg, vitamin C 2,4 mg, Kalsium 30 mg, Fosfor 47 mg, dan Zat besi (Mayastuti, 2002). 0,6 mg 4 Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan yang perlu dikaji : 1. Apakah pemberian bubur ubi jalar pada media kultur berpengaruh terhadap pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis. 2. Perlakuan manakah yang paling baik untuk pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pemberian bubur ubi jalar terhadap pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis. 2. Menentukan perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat penambahan bubur ubi jalar pada media kultur untuk pertumbuhan bibit anggrek P. amabilis. Bahan organik alami yang digunakan dalam kultur in vitro sebagai suatu suplemen dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan kultur in vitro anggrek, sehingga tanaman cepat tumbuh (Hartmann dan Kester, 1983). Syarat bahan organik yang dibutuhkan yaitu mengandung zat organik, vitamin, gula, protein dan antioksidan (Sjabana dan Bahalwan, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Utari (2006) menyatakan bahwa pada sub kultur anggrek hitam, media (VW) dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/l tanpa NAA memberikan rata-rata panjang akar dan jumlah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis yaitu : 1. Pemberian bubur ubi jalar mampu meningkatkan pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis. 5 2. Perlakuan 150 g/l bubur ubi jalar varietas cilembu merupakan perlakuan terbaik untuk pertumbuhan sub kultur bibit anggrek P. amabilis.