gambaran beberapa faktor penyebab bblr di rsud ambarawa

advertisement
GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB BBLR
DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2016
ARTIKEL
OLEH:
NIKEN PUSPITASARI
030114A019
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB BBLR DI RSUD AMBARAWA
KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
1
Niken Puspitasari1, Ninik Christiani, S.SiT.,M.Kes2, Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes3
Program Studi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan BBLR seperti
faktor ibu (umur, paritas, jarak kehamilan), faktor kehamilan (hamil ganda, ketuban pecah
dini, preeklamsia), faktor janin (cacat bawaan, infeksi dalam rahim). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran beberapa faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang pada Tahun 2016.
Jenis penulisan pada tulisan ini adalah Survey Deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab.
Semarang pada tahun 2016. teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah total
sampling sebanyak 166 kasus BBLR. Alat pengumpulan data menggunakan dokumentasi
rekam medik. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat.
Gambaran faktor-faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kab.
Semarang yaitu paritas multipara (57,2%), sebagian besar tidak kehamilan ganda (80,1),
sebagian besar tidak KPD (58,4%). Sebagian besar tidak preeklamsia (69,9%). Gambaran
faktor-faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang yaitu paritas
multipara, ibu tidak dengan kehamilan ganda, tidak KPD, tidak preeklamsia
Kata kunci : BBLR, paritas ibu, kehamilan ganda, KPD, preeklamsia
Kepustakaan : 18 (2007-2016)
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
2
THE DESCRIPTION OF SEVERAL FACTORS CAUSING LOW BIRTH WEIGHT
INFANTS IN AMBARAWA GENERAL HOSPITAL OF SEMARANG REGENCY IN
THE YEAR OF 2016
ABSTRACT
Low birth weight (LBW) is a baby with birth weight less than 2500 grams regardless
of gestation. There are many factors that cause low birth weight, such as maternal factors
(age, parity, pregnancy spacing), pregnancy factors (multiple gestation, premature rupture of
membranes, preeclampsia), infant factors (congenital disable, infected uterus). the purpose of
this study is knowing the description of several factors causing low birth weight (LBW) in
Ambarawa General Hospital of Semarang Regency in the year of 2016.
The methods used in this writing was descriptive survey with cross sectional method.
The research was done in July 2017. The subject population used in this writting was all
mothers having low birth weight (LBW) infants in Ambarawa General Hospital in the year of
2016. The sampling technique used total sampling to 166 low birth weight cases. The tool
used in collecting data was medical record documentation. The data analysis in this research
used unvariate analysis.
The description of the factors that caused low birth weight (LBW) in Ambarawa
General Hospital of Semarang Regency in the year of 2016 were primipara parity (57,2%),
mostly without multiple gestation (80,1%), mostly without premature rupture of membranes
(58,4%), mostly without preeclampsia (69,9%).The description of the factors causing low
birth weight (LBW) in Ambarawa General Hospital of Semarang Regency are primipara
parity, mothers without multiple gestation, without premature rupture of membranes, without
preeclampsia.
Key words
Literatures
: Low birth weight (LBW), mothers parity, multiple gestation, premature
rupture of membranes, preeclampsia.
: 18 (2007-2016)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari
pertama kehidupan per 1000 kelahiran
hidup. Angka ini merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan bangsa.
Tingginya angka Kematian bayi ini dapat
menjadi petunjuk bahwa pelayanan
maternal dan noenatal kurang baik, untuk
itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan
angka kematian bayi tersebut (Saragih,
2011).
World Health Organization (WHO)
mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan
berat kurang dari 2500 gram. BBLR masih
terus
menjadi
masalah
kesehatan
masyarakat yang signifikan secara global
karena efek jangka pendek maupun
panjangnya terhadap kesehatan. BBLR
bukan hanya penyebab utama kematian
prenatal dan penyebab kesakitan, studi
terbaru menemukan bahwa BBLR juga
meningkatkan risiko untuk penyakit tidak
menular
seperti
diabetes
dan
kardiovaskuler di kemudian hari (WHO,
2014).
Penyebab terjadinya bayi BBLR
secara umum bersifat multifaktorial atau
terdapat lebih dari satu penyebab, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk
melakukan tindakan pencegahan. Terdapat
beberapa faktor penyebab terjadinya
BBLR yaitu: faktor ibu meliputi umur,
paritas, jarak kehamilan, dan gizi kurang
baik. Faktor janin meliputi cacat bawaan,
dan infeksi dalam rahim, faktor kehamilan
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
3
meliputi hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum, dan
komplikasi
kehamilan
(Proverawati,
2010).
Menurut laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
BBLR di Indonesia mengalami penurunan
dari 11,1% di tahun 2010 menjadi 10,2%
di tahun 2013. Walaupun secara nasional
terjadi penurunan, namun di beberapa
daerah prevalensi BBLR masih sangat
tinggi (Kemenkes, 2013).
Angka Kematian Bayi di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 9,99
per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi
penurunan bila dibandingkan AKB tahun
2015 yaitu sebesar 10 per 1.000 kelahiran
hidup (Buku Saku Jateng, 2016).Jumlah
kejadian di RSUD Ambarawa Kab.
Semarang tahun 2016 yang mengalami
BBLR sebesar 166 kasus dengan
penyumbang AKB 15 kasus.
Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Gambaran Beberapa faktor
Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang tahun 2016”.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran
beberapa faktor yang menyebabkan
BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang pada tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran paritas ibu
yang mempunyai bayi BBLR di
RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang tahun 2016.
b. Mengetahui gambaran kehamilan
ganda ibu yang mempunyai bayi
BBLR di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang tahun 2016.
c. Mengetahui gambaran kejadian
KPD ibu yang mempunyai bayi
BBLR di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang tahun 2016.
d. Mengetahui gambaran preeklamsia
pada ibu yang mempunyai bayi
BBLR di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang tahun 2016.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang
masalah BBLR dan beberapa faktor
ibu yang mempengaruhinya serta dapat
memberikan pengalaman baru dalam
membuat karya tulis ilmiah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah
referensi penelitian dan menunjang
pengembangan wawasan keilmuan.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan
dapat
mempertahankan serta meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya
pada kasus BBLR dan faktor-faktor ibu
yang
mempengaruhinya
secara
komperhensif
untuk
membantu
menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB).
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode penelitian Survey deskriptif
dengan pendekatan cross sectional.
Dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang pada bulan Juli 2017. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah
semua ibu dengan bayi BBLR di RSUD
Ambarawa periode Januari-Desember
2016 berjumlah 166 responden. Teknik
sampling yang digunakan ialah Total
sampling. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diambil dari rekam medis. Alat
pengumpulan dalam penelitian ini
menggunakan lembar master table. Analisa
yang digunakan adalah analisa Univariat
dengan distribusi frekuensi.
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
4
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1. Paritas
Tabel
1.Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Paritas
Ibu
Yang
Mempunyai Bayi BBLR di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang
Primipara
Multipara
Grande Multipara
94
71
1
Persentase
(%)
56,6
42,8
0,6
Jumlah
166
100,0
Paritas
Frekuensi
2. Kehamilan Ganda
Tabel
2.
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Kehamilan Ganda pada
Ibu Yang Mempunyai Bayi BBLR di
RSUD
Ambarawa
Kabupaten
Semarang
KehamilanGanda
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
33
133
166
Persentase
(%)
19,9
80,1
100,0
3. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tabel
3.
Distribusi
Frekuensi
BerdasarkanKejadian Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Yang Mempunyai Bayi
BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang
KetubanPecahDini
(KPD)
KPD
Tidak KPD
Jumlah
Frekuensi
69
97
166
Persentase
(%)
41,6
58,4
100,0
4. Preeklamsia
Tabel
4.Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Kejadian Preeklamsia
pada Ibu Yang Mempunyai Bayi
BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang
Preeklamsia
Preeklamsia
TidakPreeklamsia
Jumlah
Frekuensi
50
116
166
Persentase
(%)
30,1
69,9
100,0
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Gambaran
Paritas
Ibu
yang
Melahirkan Bayi BBLR di RSUD
Ambarawa Kab. Semarang pada
Tahun 2016
Paritas adalah jumlah dari semua
kelahiran yang telah dialami oleh ibu
baik lahir hidup atau lahir mati.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 166 responden
ibu yang mempunyai bayi BBLR di
RSUD Ambarawa pada tahun 2016,
sebagian besar
merupakan
ibu
primipara (memiliki 1 anak) sejumlah
94 orang (56,6%), kategori multipara
sejumlah 71 orang (42,8%), dan
kategori grandemultipara sejumlah 1
orang (0,60%).
Menurut Winkjosastro (2008)
paritas 1 dan paritas >3 anak
merupakan faktor kematian perinatal
dan salah satunya bayi dengan berat
badan lahir<2500 gram, hal ini
disebabkan karena pada paritas 1
ketidaksiapan ibu untuk menerima
tugas dan tanggung jawabnya sebagai
orang tua. Bisa juga dipengaruhi
psikologis ibuyang masih terlalu muda
jadi ibu cenderungbelum siap untuk
hamil dan melahirkansehingga ibu
kurang memperhatikankesehatannya,
dan paritas lebih dari 3 karena risiko
komplikasi yang serius, seperti
perdarahan dan infeksi meningkat pada
persalinan keempat dan seterusnya,
sehingga ada kecenderungan bayi lahir
dengan kondisiBBLR bahkan terjadinya
kematian ibu dan bayi.
Menurut
Rochyati
(2011),
menyatakan bahwa kejadian BBLR
pada primipara, disebabkan kehamilan
pertama merupakan sebuah percobaan
yang berat terhadap kemampuan
reproduksi terkait belum siapnya
fungsi organ dalam menjaga kehamilan
dan menerima kehadiran janin dimana
akan timbul penyulit kehamilan dan
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
5
persalinan dan terkait dengan belum
siapnya keterampilan ibu untuk
melaksanakan perawatan diri dan
bayinya serta faktor psikologis ibu
yang masih belum stabil.
Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diana
Nurmalasari (2014) dengan judul
“Gambaran Faktor Bayi Berat Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati” bahwa BBLR banyak
terjadi pada ibu primipara, karena
belum pernah mempunyai pengalaman
untuk melahirkan, komplikasi yang
akan dialami juga cukup besar selain
itu juga kurangnya informasi tentang
kehamilan dan persalinan.
2. Gambaran Kehamilan Ganda pada
Ibu yang Mempunyai Bayi BBLR di
RSUD Ambarawa Kab. Semarang
pada Tahun 2016
Kehamilan Ganda adalah suatu
kehamilan dimana terdapat dua atau
lebih embrio atau janin sekaligus.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 166 responden
ibu yang mempunyai bayi BBLR di
RSUD Ambarawa pada tahun 2016,
sebagian besar tidak mengalami
kehamilan Ganda sejumlah 133 orang
(80,1%) lebih besar dibandingkan
dengan yang mengalami kehamilan
ganda yaitu sejumlah 33 orang
(19,9%).
Kehamilan
kembar
(multiple
gestations) juga dikenal sebagai
kehamilan multipel (kehamilan dengan
lebih dari satu janin) multiple
pregnancy. Keadaan ini dianggap
sebagai komplikasi kehamilan karena
tubuh ibu hamil harus menyesuaikan
diri dengan akibat yang ditimbulkan
oleh janin yang jumlahnya lebih dari
satu itu (Saputra, 2012).
Berat badan kedua janin pada
kehamilan kembar tidak sama, dapat
berbeda antara 50-1000 gram, karena
pembagian darah pada plasenta untuk
kedua janin tidak sama. Pada
kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi partus
prematurus. Kebutuhan ibu akan zatzat makanan pada kehamilan ganda
bertambah,yang akan menyebabkan
anemia dan penyakit defisiensi lain,
sehingga sering lahir bayi yang kecil
(Prawirohardjo, 2007).
Gambaran kehamilan ganda pada
responden
yang
ditemui
pada
penelitian ini sebagian besar tidak
mengalami kehamilan ganda. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Nelly Indrasari
(2012), bahwa kehamilan ganda tidak
menyebabkan BBLR.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Merzalia (2011) yang menyatakan
bahwa kehamilan ganda tidak dapat
dianalisis dikarenakan semua ibu yang
mengalami kehamilan ganda tidak
dapat dianalisis dikarenakan semua ibu
yang mengalami kehamilan ganda
melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
Dengan demikian, ibu yang
mengalami kehamilan kembar harus
memperhatikan pola makan pada saat
hamil agar nutrisi dari ibu ke kedua
janin dapat tersalurkan dengan cukup.
Selain itu, ibu juga harus rutin
melakukan kunjungan antenatal agar
setiap risiko diketahui secara dini
sehingga dapat dilakukan tindakan
secara cepat.
3. Gambaran Kejadian KPD pada Ibu
yang Mempunyai Bayi BBLR di
RSUD Ambarawa Kab. Semarang
pada Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 166 responden
ibu yang mempunyai bayi BBLR di
RSUD Ambarawa pada tahun 2016,
sebagian besar tidak mengalami
kejadian KPD sejumlah 97 orang
(58,4%), dan yang mengalami kejadian
KPD yaitu sejumlah 69 orang (41,6%).
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
6
Menurut Fadlun (2012), bahwa
KPD pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu atau disebut juga Preterm
Premature Rupture Of Membrane
sehingga dapat mengakibatkan bayi
lahir dengan berat badan rendah
(BBLR). Ibu dengan KPD perlu
penanganan yang cepat dikarenakan
jika terjadi persalinan prematur akibat
KPD yang berisiko terjadinya infeksi
sedangkan bayi mengalami BBLR
akan
mempermudah
terjadinya
peningkatan morbiditas dan mortalitas
pada bayi baru lahir sehingga ibu yang
mengalami KPD dapat diupayakan
mempertahankan kehamilan sampai
mencapai usia kehamilan aterm
sehingga diharapkan bayi lahir dengan
berat badan normal.
Manuaba (2010), menyebutkan
KPD merupakan komplikasi langsung
dalam kehamilan yang mengganggu
kesehatan ibu dan juga pertumbuhan
janin dalam kandungan sehingga
meningkatkan resiko kelahiran BBLR.
KPD
juga
menyebabkan
oligohidramnion yang akan menekan
tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan
hipoksia pada janin dan membuat
nutrisi ke janin berkurang serta
pertumbuhannya terganggu.
Terjadinya selaput ketuban pecah
karena
ketidakseimbangan
antara
sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks, perubahan struktur, jumlah
sel, dan katabolisme kolagen. Salah
satu komplikasi dari KPD adalah
meningkatkan
resiko
persalinan
premature dan melahirkan bayi dengan
BBLR (Prawirohardjo, 2008).
Gambaran Kejadian KPD pada
responden
yang
ditemui
pada
penelitian ini sebagian besar tidak
mengalami kejadian KPD. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Indrasari (2012) yang
menunjukkan bahwa kejadian KPD
tidak menyebabkan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR).
4. Gambaran Preeklamsia pada Ibu
yang Mempunyai Bayi BBLR di
RSUD Ambarawa Kab. Semarang
pada Tahun 2016
Pada ibu dengan preeklampsia
terjadi perubahan fisiologi patologi
diantarnya perubahan pada plasenta
dan uterus yaitu menurunnya aliran
darah ke plasenta yang mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada
hipertensi
yang
agak
lama
pertumbuhan janin terganggu. Pada
hipertensi yang lebih pendek bisa
terjadi gawat janin sampai mati janin
karena kekurangan oksigen. Sedangkan
tonus uterus dan kepekaan terhadap
rangsangan pada preeklampsia dan
eklamsi
mudah
terjadi
partus
prematurus (Prawirohardjo, 2010).
Preeklamsia dapat menyebabkan
BBLR karena tekanan darah tinggi
yang mengakibatkan penurunan zat
asam yang mengalir dari ibu ke janin
yang dikandung melalui plasenta,
menurunnya aliran darah ke plasenta
mengakibatkan
gangguan
fungsi
plasenta sehingga pertumbuhan janin
akan terganggu sehingga dapat
menyebabkan BBLR (Manuaba, 2010).
Pada
preeklampsia
kegagalan
invasi trofoblas gelombang kedua pada
arteri spiralis menyebabkan kegagalan
remodelling arteri spiralis yang
mengakibatkan
aliran
darah
uteroplasenta menurun. Hal tersebut
dapat
menyebabkan
terjadinya
hipoksia dan iskemia plasenta dan
sering berakhir pada pertumbuhan
janin terhambat. Preeklampsia dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan
janin terutama jika awitannya kurang
dari 37 minggu (Saifuddin, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari 166 responden
ibu yang mempunyai bayi BBLR di
RSUD Ambarawa pada tahun 2016,
sebagian besar tidak mengalami
preeklamsia sejumlah 116 orang
(69,9%).
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
7
Penelitian Srinivas et al (2009),
mendapatkan bahwa wanita dengan
preeklampsia memiliki risiko 2,7 kali
lebih besar memiliki janin dengan
pertumbuhan
terhambat
(IUGR)
dibandingkan dengan wanita yang
tidak menderita preeklampsia.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil mengenai “Gambaran
Beberapa Faktor Penyebab BBLR di
RSUD Ambarawa pada Tahun 2016”
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu
primipara (memiliki 1 anak) yaitu 94
ibu (56,6%).
2. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu
yang tidak mengalami kehamilan
ganda yaitu 133 ibu (80,1%).
3. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu
yang tidak mengalami kejadian KPD
yaitu 97 ibu (58,4%).
4. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu
yang mengalami kejadian tidak
preeklamsia yaitu 116 ibu (69,9%).
Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan
bagi
peneliti
selanjutnya agar dapat
meneliti
variabel lain yang membahas luas
mengenai
faktor-faktor
yang
menyebabkan terjadinya bayi baru
lahir
rendah
(BBLR)
dengan
menggunakan metode dan jumlah
sampel yang lebih luas.
2. Bagi Institusi Pelayan Kesehatan
Diharapkan
institusi
pelayan
kesehatan (RSUD Ambarawa Kab.
Semarang)
dapat
meningkatkan
kualitas pelayanan, misalnya pelayanan
antenatal
care
(ANC)
dengan
menggunakan standar 14T dapat
dilaksanakan secara kompeten oleh
petugas kesehatan khususnya bidan
untuk dapat medeteksi secara dini
komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien bayi baru lahir sehinggadeteksi
dini kejadian BBLR dapat dihindari.
3. Bagi Institusi
Diharapkan institusi pendidikan
dapat menambah literatur yang
dapatmenambah wawasan tentang
kejadian bayi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan.
Dalam: Saifuddin AB, editor. Ilmu
Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo; 2010. h. 530-559
Buku Saku Jawa Tengah Tahun 2016
Fadlun
dan
Achmad
Feryanto.2014.Asuhan
Kebidanan
Patologis.Jakarta:Salemba Medika
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bayi
Lahir dengan Berat Badan Rendah,
Mei,
2004
http://
www.Depkes.Go.Id/htm, 27 April
2013
Indrasari, Nelly.Faktor Resiko Pada
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).Jurnal
Keperawatan,
Volume VIII, No. 2, Oktober 2012
ISSN 1907 - 0357
Karlina, Novvi.2016.Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.Bogor:IN MEDIA
Kemenkes RI.2012.Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia2012.Diakses
tanggal 10 Mei 2013 melalui
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusd
u/Hasil%20Penelitian/SDKI%20201
2/Laporan%20Pendahuluan%20SDK
I%202012.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2010.Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan,dan
KB.Jakarta:EGC
Meihartati, Tuti.2015.Faktor Ibu yang
Berhubungan dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Andi
Abdurrahman
Noor
Tanah
Bumbu.Jurnal Delima Azhar Vol 2,
No.1 Agustus 2016 - Januari 2017
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
8
Norwitz ER, Schorge JO. Gangguan
Pertumbuhan Janin. Dalam At a
Glace Obstetri dan Ginekologi. Edisi
II. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 102103.
Saifuddin,
Abdul.2007.Buku
Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta:PT.
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo
Nurmalasari, Diana. (2014). Gambaran
Faktor Risiko Berat Lahir Rendah
Di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Pada Tahun 2014.
Laporan Skripsi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Suprapto, dkk.2016.Faktor-Faktor yang
Memengaruhi
Terjadinya
Bayi
dengan
Berat
Badan
Lahir
Rendah.http://www.kopertis7.go.id/
Prawirohardjo,
S.2008.Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.Jakarta:YBP-SP
Proverawati, Atikah, dkk.2010.BBLR
Berat
Badan
Lahir
Rendah.Yogyakarta:Nuha Medika
Rachimhadhi. Trijatmo, Pre-eklampsia
dan Eklampsia. Dalam Buku Ilmu
Kebidanan. Hanifa Winkjusastro,
dkk edisi ke-3 Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2008.
Sulistyorini, Suci.Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di IRNA
Kebidanan
Dan
Penyakit
Kandungan Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 201. Jurnal
Harapan Bangsa Vol.1 No.2
Desember 2013
Srinivas SK, Edlow AG, Neff PM,
Sammel MD, Adrela CM, Elovitz
MA.
Rethinking
IUGR
in
Preeclampsia:
Dependent
or
Independent
of
Maternal
Hypertension.
Journal
of
Perinatology. 2009; 29: 680–684.
Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa
Kab. Semarang pada Tahun 2016
9
Download