GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB BBLR DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 ARTIKEL OLEH: NIKEN PUSPITASARI 030114A019 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB BBLR DI RSUD AMBARAWA KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016 Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 1 Niken Puspitasari1, Ninik Christiani, S.SiT.,M.Kes2, Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes3 Program Studi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ABSTRAK Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan BBLR seperti faktor ibu (umur, paritas, jarak kehamilan), faktor kehamilan (hamil ganda, ketuban pecah dini, preeklamsia), faktor janin (cacat bawaan, infeksi dalam rahim). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran beberapa faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada Tahun 2016. Jenis penulisan pada tulisan ini adalah Survey Deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada tahun 2016. teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah total sampling sebanyak 166 kasus BBLR. Alat pengumpulan data menggunakan dokumentasi rekam medik. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Gambaran faktor-faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang yaitu paritas multipara (57,2%), sebagian besar tidak kehamilan ganda (80,1), sebagian besar tidak KPD (58,4%). Sebagian besar tidak preeklamsia (69,9%). Gambaran faktor-faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang yaitu paritas multipara, ibu tidak dengan kehamilan ganda, tidak KPD, tidak preeklamsia Kata kunci : BBLR, paritas ibu, kehamilan ganda, KPD, preeklamsia Kepustakaan : 18 (2007-2016) Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 2 THE DESCRIPTION OF SEVERAL FACTORS CAUSING LOW BIRTH WEIGHT INFANTS IN AMBARAWA GENERAL HOSPITAL OF SEMARANG REGENCY IN THE YEAR OF 2016 ABSTRACT Low birth weight (LBW) is a baby with birth weight less than 2500 grams regardless of gestation. There are many factors that cause low birth weight, such as maternal factors (age, parity, pregnancy spacing), pregnancy factors (multiple gestation, premature rupture of membranes, preeclampsia), infant factors (congenital disable, infected uterus). the purpose of this study is knowing the description of several factors causing low birth weight (LBW) in Ambarawa General Hospital of Semarang Regency in the year of 2016. The methods used in this writing was descriptive survey with cross sectional method. The research was done in July 2017. The subject population used in this writting was all mothers having low birth weight (LBW) infants in Ambarawa General Hospital in the year of 2016. The sampling technique used total sampling to 166 low birth weight cases. The tool used in collecting data was medical record documentation. The data analysis in this research used unvariate analysis. The description of the factors that caused low birth weight (LBW) in Ambarawa General Hospital of Semarang Regency in the year of 2016 were primipara parity (57,2%), mostly without multiple gestation (80,1%), mostly without premature rupture of membranes (58,4%), mostly without preeclampsia (69,9%).The description of the factors causing low birth weight (LBW) in Ambarawa General Hospital of Semarang Regency are primipara parity, mothers without multiple gestation, without premature rupture of membranes, without preeclampsia. Key words Literatures : Low birth weight (LBW), mothers parity, multiple gestation, premature rupture of membranes, preeclampsia. : 18 (2007-2016) PENDAHULUAN Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka Kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan noenatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Saragih, 2011). World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500 gram. BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap kesehatan. BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan penyebab kesakitan, studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014). Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial atau terdapat lebih dari satu penyebab, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya BBLR yaitu: faktor ibu meliputi umur, paritas, jarak kehamilan, dan gizi kurang baik. Faktor janin meliputi cacat bawaan, dan infeksi dalam rahim, faktor kehamilan Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 3 meliputi hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, dan komplikasi kehamilan (Proverawati, 2010). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia mengalami penurunan dari 11,1% di tahun 2010 menjadi 10,2% di tahun 2013. Walaupun secara nasional terjadi penurunan, namun di beberapa daerah prevalensi BBLR masih sangat tinggi (Kemenkes, 2013). Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 9,99 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi penurunan bila dibandingkan AKB tahun 2015 yaitu sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup (Buku Saku Jateng, 2016).Jumlah kejadian di RSUD Ambarawa Kab. Semarang tahun 2016 yang mengalami BBLR sebesar 166 kasus dengan penyumbang AKB 15 kasus. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Beberapa faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran beberapa faktor yang menyebabkan BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran paritas ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016. b. Mengetahui gambaran kehamilan ganda ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016. c. Mengetahui gambaran kejadian KPD ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016. d. Mengetahui gambaran preeklamsia pada ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang masalah BBLR dan beberapa faktor ibu yang mempengaruhinya serta dapat memberikan pengalaman baru dalam membuat karya tulis ilmiah. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi penelitian dan menunjang pengembangan wawasan keilmuan. 3. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus BBLR dan faktor-faktor ibu yang mempengaruhinya secara komperhensif untuk membantu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada bulan Juli 2017. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan bayi BBLR di RSUD Ambarawa periode Januari-Desember 2016 berjumlah 166 responden. Teknik sampling yang digunakan ialah Total sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari rekam medis. Alat pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan lembar master table. Analisa yang digunakan adalah analisa Univariat dengan distribusi frekuensi. Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 4 HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Paritas Tabel 1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Primipara Multipara Grande Multipara 94 71 1 Persentase (%) 56,6 42,8 0,6 Jumlah 166 100,0 Paritas Frekuensi 2. Kehamilan Ganda Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kehamilan Ganda pada Ibu Yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang KehamilanGanda Ya Tidak Jumlah Frekuensi 33 133 166 Persentase (%) 19,9 80,1 100,0 3. Ketuban Pecah Dini (KPD) Tabel 3. Distribusi Frekuensi BerdasarkanKejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang KetubanPecahDini (KPD) KPD Tidak KPD Jumlah Frekuensi 69 97 166 Persentase (%) 41,6 58,4 100,0 4. Preeklamsia Tabel 4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Preeklamsia Preeklamsia TidakPreeklamsia Jumlah Frekuensi 50 116 166 Persentase (%) 30,1 69,9 100,0 PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran Paritas Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 Paritas adalah jumlah dari semua kelahiran yang telah dialami oleh ibu baik lahir hidup atau lahir mati. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 166 responden ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa pada tahun 2016, sebagian besar merupakan ibu primipara (memiliki 1 anak) sejumlah 94 orang (56,6%), kategori multipara sejumlah 71 orang (42,8%), dan kategori grandemultipara sejumlah 1 orang (0,60%). Menurut Winkjosastro (2008) paritas 1 dan paritas >3 anak merupakan faktor kematian perinatal dan salah satunya bayi dengan berat badan lahir<2500 gram, hal ini disebabkan karena pada paritas 1 ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Bisa juga dipengaruhi psikologis ibuyang masih terlalu muda jadi ibu cenderungbelum siap untuk hamil dan melahirkansehingga ibu kurang memperhatikankesehatannya, dan paritas lebih dari 3 karena risiko komplikasi yang serius, seperti perdarahan dan infeksi meningkat pada persalinan keempat dan seterusnya, sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisiBBLR bahkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Menurut Rochyati (2011), menyatakan bahwa kejadian BBLR pada primipara, disebabkan kehamilan pertama merupakan sebuah percobaan yang berat terhadap kemampuan reproduksi terkait belum siapnya fungsi organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin dimana akan timbul penyulit kehamilan dan Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 5 persalinan dan terkait dengan belum siapnya keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang masih belum stabil. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Nurmalasari (2014) dengan judul “Gambaran Faktor Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati” bahwa BBLR banyak terjadi pada ibu primipara, karena belum pernah mempunyai pengalaman untuk melahirkan, komplikasi yang akan dialami juga cukup besar selain itu juga kurangnya informasi tentang kehamilan dan persalinan. 2. Gambaran Kehamilan Ganda pada Ibu yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 Kehamilan Ganda adalah suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 166 responden ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa pada tahun 2016, sebagian besar tidak mengalami kehamilan Ganda sejumlah 133 orang (80,1%) lebih besar dibandingkan dengan yang mengalami kehamilan ganda yaitu sejumlah 33 orang (19,9%). Kehamilan kembar (multiple gestations) juga dikenal sebagai kehamilan multipel (kehamilan dengan lebih dari satu janin) multiple pregnancy. Keadaan ini dianggap sebagai komplikasi kehamilan karena tubuh ibu hamil harus menyesuaikan diri dengan akibat yang ditimbulkan oleh janin yang jumlahnya lebih dari satu itu (Saputra, 2012). Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara 50-1000 gram, karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematurus. Kebutuhan ibu akan zatzat makanan pada kehamilan ganda bertambah,yang akan menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil (Prawirohardjo, 2007). Gambaran kehamilan ganda pada responden yang ditemui pada penelitian ini sebagian besar tidak mengalami kehamilan ganda. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nelly Indrasari (2012), bahwa kehamilan ganda tidak menyebabkan BBLR. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merzalia (2011) yang menyatakan bahwa kehamilan ganda tidak dapat dianalisis dikarenakan semua ibu yang mengalami kehamilan ganda tidak dapat dianalisis dikarenakan semua ibu yang mengalami kehamilan ganda melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Dengan demikian, ibu yang mengalami kehamilan kembar harus memperhatikan pola makan pada saat hamil agar nutrisi dari ibu ke kedua janin dapat tersalurkan dengan cukup. Selain itu, ibu juga harus rutin melakukan kunjungan antenatal agar setiap risiko diketahui secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan secara cepat. 3. Gambaran Kejadian KPD pada Ibu yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 166 responden ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa pada tahun 2016, sebagian besar tidak mengalami kejadian KPD sejumlah 97 orang (58,4%), dan yang mengalami kejadian KPD yaitu sejumlah 69 orang (41,6%). Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 6 Menurut Fadlun (2012), bahwa KPD pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane sehingga dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Ibu dengan KPD perlu penanganan yang cepat dikarenakan jika terjadi persalinan prematur akibat KPD yang berisiko terjadinya infeksi sedangkan bayi mengalami BBLR akan mempermudah terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir sehingga ibu yang mengalami KPD dapat diupayakan mempertahankan kehamilan sampai mencapai usia kehamilan aterm sehingga diharapkan bayi lahir dengan berat badan normal. Manuaba (2010), menyebutkan KPD merupakan komplikasi langsung dalam kehamilan yang mengganggu kesehatan ibu dan juga pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko kelahiran BBLR. KPD juga menyebabkan oligohidramnion yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta pertumbuhannya terganggu. Terjadinya selaput ketuban pecah karena ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen. Salah satu komplikasi dari KPD adalah meningkatkan resiko persalinan premature dan melahirkan bayi dengan BBLR (Prawirohardjo, 2008). Gambaran Kejadian KPD pada responden yang ditemui pada penelitian ini sebagian besar tidak mengalami kejadian KPD. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indrasari (2012) yang menunjukkan bahwa kejadian KPD tidak menyebabkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). 4. Gambaran Preeklamsia pada Ibu yang Mempunyai Bayi BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 Pada ibu dengan preeklampsia terjadi perubahan fisiologi patologi diantarnya perubahan pada plasenta dan uterus yaitu menurunnya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai mati janin karena kekurangan oksigen. Sedangkan tonus uterus dan kepekaan terhadap rangsangan pada preeklampsia dan eklamsi mudah terjadi partus prematurus (Prawirohardjo, 2010). Preeklamsia dapat menyebabkan BBLR karena tekanan darah tinggi yang mengakibatkan penurunan zat asam yang mengalir dari ibu ke janin yang dikandung melalui plasenta, menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta sehingga pertumbuhan janin akan terganggu sehingga dapat menyebabkan BBLR (Manuaba, 2010). Pada preeklampsia kegagalan invasi trofoblas gelombang kedua pada arteri spiralis menyebabkan kegagalan remodelling arteri spiralis yang mengakibatkan aliran darah uteroplasenta menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan iskemia plasenta dan sering berakhir pada pertumbuhan janin terhambat. Preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin terutama jika awitannya kurang dari 37 minggu (Saifuddin, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 166 responden ibu yang mempunyai bayi BBLR di RSUD Ambarawa pada tahun 2016, sebagian besar tidak mengalami preeklamsia sejumlah 116 orang (69,9%). Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 7 Penelitian Srinivas et al (2009), mendapatkan bahwa wanita dengan preeklampsia memiliki risiko 2,7 kali lebih besar memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat (IUGR) dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita preeklampsia. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil mengenai “Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa pada Tahun 2016” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu primipara (memiliki 1 anak) yaitu 94 ibu (56,6%). 2. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu yang tidak mengalami kehamilan ganda yaitu 133 ibu (80,1%). 3. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu yang tidak mengalami kejadian KPD yaitu 97 ibu (58,4%). 4. Sebagian besar BBLR terjadi pada ibu yang mengalami kejadian tidak preeklamsia yaitu 116 ibu (69,9%). Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabel lain yang membahas luas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bayi baru lahir rendah (BBLR) dengan menggunakan metode dan jumlah sampel yang lebih luas. 2. Bagi Institusi Pelayan Kesehatan Diharapkan institusi pelayan kesehatan (RSUD Ambarawa Kab. Semarang) dapat meningkatkan kualitas pelayanan, misalnya pelayanan antenatal care (ANC) dengan menggunakan standar 14T dapat dilaksanakan secara kompeten oleh petugas kesehatan khususnya bidan untuk dapat medeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien bayi baru lahir sehinggadeteksi dini kejadian BBLR dapat dihindari. 3. Bagi Institusi Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah literatur yang dapatmenambah wawasan tentang kejadian bayi BBLR. DAFTAR PUSTAKA Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. h. 530-559 Buku Saku Jawa Tengah Tahun 2016 Fadlun dan Achmad Feryanto.2014.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah, Mei, 2004 http:// www.Depkes.Go.Id/htm, 27 April 2013 Indrasari, Nelly.Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357 Karlina, Novvi.2016.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.Bogor:IN MEDIA Kemenkes RI.2012.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia2012.Diakses tanggal 10 Mei 2013 melalui http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusd u/Hasil%20Penelitian/SDKI%20201 2/Laporan%20Pendahuluan%20SDK I%202012. Manuaba, Ida Bagus Gde.2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan,dan KB.Jakarta:EGC Meihartati, Tuti.2015.Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu.Jurnal Delima Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017 Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 8 Norwitz ER, Schorge JO. Gangguan Pertumbuhan Janin. Dalam At a Glace Obstetri dan Ginekologi. Edisi II. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 102103. Saifuddin, Abdul.2007.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Nurmalasari, Diana. (2014). Gambaran Faktor Risiko Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pada Tahun 2014. Laporan Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Suprapto, dkk.2016.Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.http://www.kopertis7.go.id/ Prawirohardjo, S.2008.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP-SP Proverawati, Atikah, dkk.2010.BBLR Berat Badan Lahir Rendah.Yogyakarta:Nuha Medika Rachimhadhi. Trijatmo, Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam Buku Ilmu Kebidanan. Hanifa Winkjusastro, dkk edisi ke-3 Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008. Sulistyorini, Suci.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 201. Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013 Srinivas SK, Edlow AG, Neff PM, Sammel MD, Adrela CM, Elovitz MA. Rethinking IUGR in Preeclampsia: Dependent or Independent of Maternal Hypertension. Journal of Perinatology. 2009; 29: 680–684. Gambaran Beberapa Faktor Penyebab BBLR di RSUD Ambarawa Kab. Semarang pada Tahun 2016 9