ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D DENGAN GANGGUAN

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : CONGESTIVE HEART FAILURE
DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS
TANGGAL 15 S.D 19 JUNI 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun Oleh :
ANGGI NUGRAHA
NIM 13DP277005
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN
SISTEMKARDIOVASKULER : CONGESTIVE HEART FAILURE DI
RUANG KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS
TANGGAL 15 S.D 19 JUNI 06 Juni 20161
Anggi Nugraha2 , Asep Gunawan, Skep.,Ners.,M.pd3
ABSTRAK
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Ciamis dari bulan Januari
sampai dengan Mei 2016, penyakit Congestive Heart Failure berada
dalam urutan 10 besar penyakit di ruang Kenanga. Adapun tujuan penulis
karya tulis ilmiah ini adalah mampu melakukan asuhan keperawatan
secara langsung dan komperehensif meliputi aspek biologis, psikologis,
sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien
CHF. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik studi
kasus dengan cara : observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Asuhan keperawatan yang dilakukan dengan cara
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaa, pelaksanaan, dan
evaluasi. CHF adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat. Setelah dilakukan pengkajian,
muncul masalah yang ditemukan yaitu pola nafas tidak efektif,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pola tidur,
intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri. Dalam pelaksanaan tidak
semua dilakukan sesauai teori, namun prinsipnya semua dapat berjalan
dengan lancar. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis
mengadakan kerjasama dengan perawat ruangan, klien dan keluarga
klien. Penulis menggali data seoptimal mungkin sehingga masalah dapat
ditemukan dan dibuat perencanaan dalam mengatasi masalah tersebut.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari sebagian masalah
klien teratasi. Untuk itu saran yang diberikan kepada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, diharapkan memepertahankan serta
meningkatkan kerjasama yang baik dengan klien dan keluarga maupun
dengan petugas kesehatan yang lain, sehingga dapat melaksanakan dan
memperlancar tindakan dalam upaya penyembuhan penyakit CHF.
Kata kunci
: CHF, Asuhan Keperwatan, Sistem Kardiovaskuler
Kepustakaan
: 9 buku (2006-2016) 4 website
1.
2.
3.
Judul Karya Tulis Ilmiah
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Ciamis
Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah
kesehatan dalam sistem kardihovaskular, yang angka kejadiannya
terus meningkat. Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada
sekitar 3000 warga Amerika menderita CHF. Menurut American Heart
Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta
penduduk
Amerika
Serikat
yang
menderita
gagal
jantung
(https://evilprincekyu.wordpress.com).
Jumlah penderita gagal jantung (CHF) berdasarkan diagnosis
dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,13% atau sekitar 229.696 orang. Pada umumnya CHF
diderita pada usia >15 tahun. (Badan Libangkes Kementrian
Kesehatan RI 2013)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah
dimana jantung
mengalami
kegagalan
suatu
dalam
kondisi
memompa
darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan
oksigen secara adekuat (Wajan Juni,2011).
Salah satu perkembangan dari ilmu keperawatan adalah
terbentuknya
percabangan
dari
1
ilmu
keperawatan
itu
sendiri.
2
Percabangan dari ilmu keperawatan terdiri atas Keperawatan Dasar,
Keperawatan Maternitas, Keperawatan jiwa, Keperawatan Komunitas,
Keperawatan
Anak,
dan
Keperawatan
Medikal
Bedah.(http://ac.ui.co.id )
Keperawatan Medikal Bedah merupakan pelayanan profesional
yang didasarkan Ilmu dan Tekhnik Keperawatan Medikal Bedah
bentuk
pelayanan
biologis,
psikologis,
dan
spiritual
yang
komperehensif ditunjukan pada orang dewasa dengan atau dan
cenderung
mengalami
gangguan
fisiologi
dengan
atau
tanpa
gangguan struktur akibat trauma. (http://www.Keperawatan-MedikalBedah.com)
Keperawatan medikal bedah terbagi kedalam dua bagian, yaitu
Keperawatan Medikal Bedah (Bedah) dan Keperawatan Medikal
Bedah (Dalam). Keperawatan Medikal Bedah (Bedah), memungkinkan
pendalaman ilmu untuk mendukung layanan bedah dan Keperawatan
Medikal Bedah (Dalam) memungkinkan pendalaman ilmu untuk
mendukugn layanan non bedah, dimana keduanya terdiri atas
berbagai sistem yang ada pada tubuh manusia, dan salahsatu sistem
yang termasuk kedalamnya adalah ssistem kardiovaskuler. (Aru W.
Sudoyo 2010)
Sistem kardiovaskuler merupakan Organ pemompa darah
yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100 kali per menit.
Sistem ini memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
3
regulasinya dapat merespon seluruh aktivitas tubuh, salah satunya
adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan
dapat terpenuhi. (Arif Muttaqin, 2009)
Karena fungsi regulasinya dapat merespon seluruh aktifitas
tubuh, maka aliran darah tersebut lebih banyak di arahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berguna untuk
memelihara dan untuk mepertahankan sistem sirkulasi itu sendiri. Bila
kekuatan jantung untuk merespon tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan
metabolisme
tubuh,jantung
akan
gagal
melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa,sehingga terjadilah gagal gantung
/Congestive Heart Failure. (Muhamad ardiansyah 2012)
Sebagaimana
telah
dijelaskan
dalam surat al-haqqah ayat
45-46 :
Artinya : niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan
kanannya. Kemudian benar - benar
Kami
potong
urat tali
jantungnya (al- haqqah :45 – 46).
Urat tali yang disebutkan dalam ayat tersebut yaitu aorta. Dimana
aorta merupakan pembuluh yang membawa darah dari jantung. Ketika
aorta dipotong, maka jantung tidak akan bekerja maksimal untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh.
4
Di Jawa Barat angka kejadian gagal jantung tercatat sebanyak
96.487 orang (0,3%) . Pada data riset kesehatan 2013 disebutkan
bahwa Jawa Barat berada di urutan ke 12 pada 33 penderita penyakit
gagal jantung.(Badan Libangkes Kementrian Kesehatan RI 2013).
Rumah sakit umum ciamis merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang ada di kabupaten ciamis . Berikut adalah data statistic
tentang beberapa kasus penyakit di Kabupaten Ciamis yang penulis
temukan dari RSUD Ciamis.
Tabel 1.1
Penyakit di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Ciamis 10 besar Periode Januari – Mei 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
Jenis Penyakit
Thypus abdominalis
Gastritis
CHF
Diare
CKD
PPOK
Pnemonia
DM
Hepatitis
Dispepsia
Jumlah
126
125
112
64
60
38
34
34
32
30
697
Tabel 1.1 memperlihatkan penderita CHF yang dirawat di Ruang
Kenanga pada tahun 2016 yaitu sebanyak 112 penderita. Secara
5
persentase penyakit CHF menempati urutan ke 3 dari 10 penyakit di
ruang Kenanga RSUD Kabupaten Ciamis.
Penanganan penyakit Congestive Heart Failure bertujuan untuk
memperbaiki
kualitas
hidup
dengan
mengurangi
gejala,
memperpanjang usia harapan hidup dan memperlambat progresi
perburukan jantung. Penyakit Congestive Heart Failure dapat
mempengaruhi kebutuhan dasar yang diantaranya menimbulkan
gangguan oksigen dan gangguan pertukaran gas akibat dipsneu,
kelebihan volume cairan, gangguan kebutuhan cairan dan nutrisi,
akibat kehilangan nafsu makan dan mual, gangguan aktivitas akibat
kelemahan,gangguan integritas kulit karena adanya edema dan
gangguan istirahat dan tidur akibat adanya sesak nafas.( Muhammad
Ardiansyah, 2012).
Pada saat pengkajian yang dilakukan pada Tn. D di Ruang
Kenanga RSUD Ciamis 15 s.d 19 Juni 2016 penulis menemukan
masalah sebagai berikut : pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan tekanan kapiler paru, ditandai dengan klien
mengeluh sesak dan frekuensi pernafasan 27 x/ menit, intoleransi
aktifitas berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen ke jaringan,
defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan klien
melakukan ADL untuk merawat diri, ditandai dengan aktifitas klien
dibantu oleh keluarga.
6
Dengan melihat data tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk
melaksankan asuhan keperawatan secara komperehensif pada klien
Congestife Heart Failure dengan menggunakan proses keperawatan
dan didokumentasikan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul :
“Asuhan Keperawatan pada Tn. D Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Congestive Heart Failure Di Ruang Kenanga
Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tanggal 15 s.d 19 Juni 2016”.
2. Tinjauan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
dan komperehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien
Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komperehensif pada
kasus Congestive Heart Failure.
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
dengan klien Congestive Heart Failure.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan yang tepat dan sesuai
dengan prioritas pada klien dengan Congestive Heart Failure.
7
d. Mampu
melaksanakan
implementasi
asuhan
keperawatan
sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan pada klien
dengan Congestive Heart failure.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada
klien dengan Congestive Heart failure.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhnan keperawatn pada
klien dengan Congestive Heart Failure.
3. Metode Telaahan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang berbentuk
studi
kasus
dengan
pendekatan
proses
keperawatan
yang
memusatkan pada pemecahan masalah yang dimulai dengan
pengkajian,
perencanaan,
implementasi,
dan
evaluasi
asuhan
keperawatan . Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan
data yaitu dengan cara :
a. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengamati prilaku dan
kesadaran klien untuk memperoleh data tentang masalah
keperawatan.
b. Wawancara
Teknik
pengumpulan
data
dengan
mengajukan
pertanyaan pada klien dengan Congestive Heart Failure.
beberapa
8
c. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mempelajari statuis klien (catatan
keperawatan dan medis).
d. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku sumber yang relevan terhadap penyakit
Congestive Heart Failure.
4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini terdiri dari
empat BAB yaitu :
BAB I
: Pendahuluan
Menjelaskan uraian kasus serta latar belakang, tujuan
penulisan, metode telaahan dan sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan teoritis
Mengengemukakan
menguraikan
tentang
konsep
dasar
tinjauan
penyakit,
teoriritis
yang
yang
meliputi
pengertian, anatomi, fisiologi jantung, etiologi, manifestasi
klinik,
patofisiologi,
penatalaksanaan,
dan
pemeriksaan
dampak
penyakit
penunjang,
terhadap
kebutuhan dasar manusia, serta tinjauan teoritis tentang
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, kemungkinan
diagnosa keprawatan yang muncul, intervensi dan rasional,
implementasi, evaluasi dan dokumentasi.
9
BAB III
: Tinjauan Kasus dan Pembahasan
Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan,
perkembangan.
implementasi,
Pembahasan
evaluasi,
dari
dan
catatan
seluruh
proses
keperawatan yang meliputi keesenjangan anatara tinjauan
teoritis dan tinjsusn kasus .
BAB IV : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dan formulasi atau sasaran yang oprasional
untuk meningkatkan mutu pelayanan pada klien diruangan.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidak mampuan
jantung dalam memompa darah yang menandai (adekuat) untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi dimana
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan
suatu keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung. Kelainan ini
mengakibatkan jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Atau, jantung
hanya mampu memompa darah jika disetai peninggian volume
diastolik secara abnormal. ( Muhammad Ardiansyah, 2012 ).
2. Anatomi dan fisiologi
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul
dan memiliki empat ruang dan terletak antara kedua paru – paru
dibawah rongga toraks. Dau pertiga jantung terletak disebelah
kiri midsternal line (garis tengah yang membagi badan jadi dua,
tepat ditengah tulang rusuk). Jantung dilindungi oleh rongga
paru – paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri
besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus,
saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
11
Ukuran
jantung
kurang
lebih
sebesar
kepalan
tangan
pemiliknya. (Muhammad Ardiansyah, 2012).
Jantung terletak dalam ruang mediastinum rongga dada
yaitu diantara paru, perikardium yang meliputi jantung terdiri dari
dua lapisan : lapisan dalam (perikardium viseralis) & lapisan luar
(perikardium parietalis). Perikardium parietalis melekat kedepan
pada sternum ke belakang pada kolumna vertebralis, dan
kebawah pada diafragma. Perikardium viseralis melekat secara
langsung pada permukaan jantung. Jantung terdiri dari tiga
lapisan. Lapisan terluar (epikardium), lapisan tengah otot yang
disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan
endotel yang disebut endokardium (Muhammad Ardiansayah,
2012).
Sisi kanan dan kiri jantung masing – masing atas dua kamar
yaitu atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar
kanan dan kiri disebut septum. Vintrikel adalah kamar yang
menyemburkan
darah
ke
arteri.
Fungsi
atrium
adalah
menampung darah yang datang dari vena dan bertindak
sebagai temapat penimbunan sementara sebelum darah
kemudiaan dikosongkan ke ventrikel (Muhammad Ardiansyah,
2012).
Katup jantung memungkinkan darah mengalirkan hanya ke
satu arah dalam jantung
ada dua jenis katu : katup
12
atrioventrikularis adalah katup yang memisahkan atrium dan
ventrikel. Katup trikuspidalis dinamakan demikian karena
tersusun atas tiga kuspis atau daun memisahkan atrium kanan
dan kiri. Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspis) terletak
diantara atrium dan ventrikel kiri. Katup seminularis terletak
diantara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan, katup
antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup
pulmonalis, katup antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan
katup aorta (Muhammad Ardiansyah, 2012)
Gambar 2.1
Struktur Jantung Dalam Rongga Dada
Anatomi Jantung Manusia
\
3. Etiologi
13
3. Etiologi
Penyebab seluruh kegagalan pompa jantung :
a. Kelainan makanis
1) Peningkatan beban tekanan
a) Sentral ( stenosis aorta, dll )
b) Peripheral (hipertensi sistemik, dll)
2) Peningkatan
beban
–
beban
volume
(regulasi
katup,pireu, peningkatan beban awal, dll)
3) Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral
atau tricupid)
4) Temponade perikardium
5) Pembatasan miokardium atau endokardium
6) Aneurisme ventrikuler
7) Dessinergi ventrikel
b. Kelainan miokardium (otot)
1) Primer
a) Kardiomiopati
b) Gangguan neuromuskular
c) Miokarditis
d) Metabolik (DM)
e) Keracunan (alkohol,obat)
2) Sekunder
14
a) Iskemia (penyakit jantung koroner)
b) Gangguan metabolik
c) Inflamasi
d) Penyakit sistematik
e) Penyakit paru obstruksi kronis
f) Obat – obatan yang mendepresi miokard
c.
Perubahan irama jantung
1) Henti jantung
2) Fibrialis
3) Takikardia atau bradikardia yang ekstrim
4) Asinkronik listrik dan gangguan konduksi
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
4. Patofisiologi
Bila kekuatan jantung untuk merespon stres tidak mencukupi
dan memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan
gagal untuk melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa,
sehingga terjadilah gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi
komponen
pompa
dapat
mengakibatkan
kegagalan
jika
cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah
penting.
Semua
respon
ini
menunjukan
upaya
untuk
mempertahankan perfusi organ fital normal. (Muhammad
Ardiansyah, 2012).
15
Bagan 2.1
Pathway CHF
Pelebaran Jantung
Penurunan Kontraktilitas Miokardium
Penurunan Cardiac Output
Penurunan
perfusi
Darah residu pada
ventrikel kiri
darah ke otak
Letargi
Tekanan ventrikel kiri
bertambah
Penurunan perfusi Penurunan perfusi
darah ke jantung
darah ke kulit
bertambah
Gelisah
Gangguan
rasa
aman cemas
Nyeri dada
Gangguan integritas kulit
Residu di atrium kiri
bertambah
Tekanan atrium kiri menurun
Menghambat pengembalian
darah dari paru
Sianotik
Penurunan perfusi darah ke
ginjal
Penurunan keluaran
urine
Oliguri
Urine berubah
warna pekat
Tekanan kepiler paru menurun
Terbentuk transudat
pada interstitial
Kemampuan difusi menurun
Membran respirasi
menjadi tebal
Kemampuan complience dan
recoil paru menurun
Pernafasan dangkal
Syaraf otonom merangsang
pusatpernapasan
Kerja otot pernapasan menurun
Sesak
pola nafas tidak efektif
Hipoksia
Gangguan
metabolisme
Kegagalan
sirkulasi
Penimbunan asam
laktatdalam tubuh
Lemah/kelelahan
as tidak efektif
Intoleransi aktivitas
Pusing
Merangsang sistem
syarafotonom
Syaraf simpatis
terganggu
REM menurun
Klien terjaga
Istirahat tidur
terganggu
Gambar
1. Patofisiologi Decompensatio Cordis Sinistra
5. Manifestasi
klinis
Sumber: (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler Akper Pajajaran Bandung,
klinis
gagal
jantung
keseluruhan sangat bergantung
hal.Manifestasi
110, Patofisiologi
edisi
keempat
hal. 581)
16
5. Manifestasi klinis
Manifestasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Meningkatnya volume intravaskuler
b) Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat
c) Edema paru akibat peningkatan vena pulmonalis, sehingga
cairan
mengalir
dari
kapiler
paru
ke
alveoli,
yang
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
d) Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat
tekanan sistematik.
e) Turunnya curah jantung akibat darah tidak dapat mencapai
jaringan dan organ.
f) Tekanan perfusi ginjal menurun sehingga mengakibatkan
terjadinya pelepasan renin dari ginjal, yang pada gilirannya
akan menyebabkan sekresi aldostoron, retensi natrium, dan
cairan serta peningkatan volume intravaskuler.
g) Tempat kongestif tergantung dari ventrikel yang terlibat,
misal disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri.
6. Tanda dan Gejala
a) Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam
alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
b) Ortopnea, yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
17
c) Paroximal, yakni noktura dispnea. Gejala ini biasnya terjadi
setelah pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan
dibawah atau setelah pergi berbaring ke tempat tidur.
d) Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan
dahak/lendir (sputum) berbusa dalam jumlah banyak,
kadang disertai darah dalam jumlah banyak.
e) Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung
yang kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan
sirkulasi oksigen yang normal, disamping menurunnya
pembuangan sisa katabolisme.
f) Kegelisahan akibat gangguan oksigenisasi jaringan, stres
akibat munculnya rasa sesak saat bernafas dan karena si
penderita mengetahui bahwa jantngnya tidak berfungsi
dengan baik.
g) Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan dengan
tanda dan gejala sebagai berikut :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen.
2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
batas abdomen.
3) Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran
vena dan status vena dalam rongga abdomen.
18
4) Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena
perfusi renal dan didukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring.
5) Badan lemah, yang di akibatkan oleh menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
7. Pemeriksaan penunjang
a) Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat
pertama dalam diagnosis dan manajemen gagal jantung.
Sifat tidak invasif dan dapat segera memberikan diagnosis
tentang disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan
dengan penyebabnya. Kombinasi mode M. Ekokardiografi 2D dan Doppeler membuat tidak diperlukannya pemeriksaan
invasif yang lain. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
memeperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri. Dimensi
ventrikel kiri pada akhir sistolik dan distolik dapat direkam
dengan ekokardiografi mode M, standar.
b) Rontgen Dada
Foto
sinar
X-dada
posterior
–
anterior
dapat
menunjukan adnya hipertensi vena, edema paru, atau
kardiomegali. Bukti pertama adnya peningkatan vena paru
19
adalah diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya
peningkatan pembuluh darah.
c) Elektro Kardio Grafi
Meskipun memberiakn informasi yang berkaitan dengan
penyebab, EKG tidak dapat menunjukan gambaran yang
spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya
diagnostik yang salah. Pada pemeriksaan EKG untuk pasien
dengan gagal jantung dapat ditentukan kelainan EKG seperti
berikut :
1) Kelainan ST/T menunjukan disfungsi ventrikel kiri kronis.
2) Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukan infark
sebelumnya dan kelainan pada segmen ST, maka ini
merupakan indikasi penyakit jantung iskemik.
3) Hipertrofi
ventrikel
menunjukan
kiri
stenosis
dan
aorta
gelombang
dan
T
penyakit
terbaik
jantung
hipertensi.
4) Aritmia : devisiasi aksis ke kanan, dan hipertrofi ventrikel
kanan menunjukan adanya disfungsi venikel kanan.
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penata laksanaan Oksigen
Pemberian oksigen sangat dibutuhkan, terutama pada
pasien gagal jantung yang disertai dengan edema paru.
20
Pemenuhan oksigen dan akan mengurangi kebutuhan
miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
b. Terapi Nitrat Vasodilator
Penggunaan nitrat, baik secara akut mauoun kronis,
dalam penatalaksanaan gagal jantungntelah mendapat
dukungan dari para pakar kesehatan, dengan menyebabkan
vasodilatasi
perifer,
jantung
di
unloadad
(penurunan
afterload), pada peningkatan curah jantung, penurunan
pengukuran derajat kongestif dan beratnya gagal ventrikel
kiri, serta penurunan pada konsumsi oksigen miokard.
c. Diuretik
Selain tirah baring, pembatasan garam – garam dan
air serta diuretik baik oral maupun parenteral akan
menurunkan kerja jantung. Diuretik memiliki efek anti
hipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam
natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah. (Muhammad Ardiansyah,
2012)
d. Pendidikan kesehatan
(1) Informasikan kepada klien, keluarga dan pemberian
perawatan tentang penyakitnya dan penanganannya.
21
(2) Informasi difokuskan pada monitoring BB setiap hari dan
intake natrium
Langkah – langkah proses keperawatan terdiri dari 5
tahap,
yaitu
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
(Nursalam, 2008).
9. Dampak Penyakit CHF Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a) Aktivitas
Penurunan suplai oksigen ke jaringan dapat menimbulkan
kelemahan, sehingga aktivitas sehari – hari tidak terpenuhi,
termasuk dalam memenuhi aktivitas perawatan diri.
b) Makanan/nutrisi
Kehilangan nafsu makan, adanya mual muntah dapat
menyebabkan terganggunya kebutuhan nutrisi.
c) Kebutuhan istirahat tidur
Kerusakan penukaran gas dapat merangsang Retikulo
Activity Sistem (RAS) sehingga penderita akan selalu
terjaga.
d) Eliminasi
e) Gejala seperti penurunan berkemih, Nokturia, dan diare atau
konstipasi. (Guyton,2007).
22
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari
berbagai
sumber
data
untuk
mengevaluasi
dan
mengidentivikasi status kesehatan klien dibagi dalam dua data
subyektif yaitu data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian dan data obyektif
yaitu data yang dapat di observasi dan diukur. (Nursalam, 2008)
a) Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses kepewaratan
berlangsung.
b) Identitas
Identitas yang mencakup identitas klien dan penanggung jawab
(1) iddentitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama,
pendidikan,
pekerjaan,
tanggal
masuk,
pengkajian, no. Registrasi,diagnose medis, alamat.
(2) iddentitas penanggung jawab
Meliputi: nama, umur, pendidikan, alamat, hubungan
dengan klien.
23
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Merupakan masalah yang dirasakan oleh klien sangat
mengganggu dari keluhan lain. Atau alasan klien masuk
rumah sakit dengan cara ditulis singka
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjabarkan kejadian terjadinya penyakit saat ini yang
menyebabkan
klien
minta
pertolongan
merupakan
penjabaran dari keluhan utama yang dikaji menggunakan
teknik PQRST yaitu :
P
: Paliatif/propokatif
yaitu
apa
yang
memperberat/memperingan keluhan yang dialami
klien?
Q
: Qualitatif/qualitatif
yaitu
bagaimana
keluhan
tersebut dirasakan oleh klien?
R
: Region yaitu dimanakah gangguan itu dirasakan
Apakah gangguan tersebut menjalar/menyebar ke
daerah lain?
S
: Skala
yaitu
seberapa
berat
keluhan
tersebut
: dirasakan?
Bagaimana
keluhan
tersebut
kemampuan fungsi dirinya?
mempengaruhi
24
T
: Time yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan?
Apakah ada perbedaan intentitas keluhan?
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Menerangkan medikasi yang telah dilakukan hopitalisasi
sebelum atau pemberian therapy yang telah dialkukan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menerangkan keadaan keluarga apakah ada ditemukan
penyakit keturunan kecenderungan alergi dalam suatu
keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung atau tidak
langsung antar anggota keluarga. (Rohmah, 2009)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
a)
Keadaan/penampilan umum : lemah, sakit
ringan, sakit berat, gelisah rewel.
b)
Kesadaran
:
dapat
diisi
dengan
tingkat
kesadaran secara kualitatif yang dipilih sesuai dengan
kondisi klien. Secara kualitatif dapat dilakukan dengan
pengukuran Glasglow Coma Skala (GSC), sedangkan
secara kualitatif
tingkat
kesadaran simulai
dari
compos mentis, apatis,somnolen, spoor dan koma.
c)
Berat Badan/Tinggi Badan.
d)
Tanda-tanda vital yang terdiri dari :
25
(1) Tensi : Tekanan Sistole/Diastole mmHg
(2) Nadi :
Frekuensi
permenit,
denyut
kuat/tidak,
regular/ireguler.
(3) Suhu :……….ºC
(4) Frekuensi
Pernapasan
:
Frekuensi
pemenit,
Reguler/ireguler.
2) Integumen secara umum
Diisi dengan warna dan perubahan kulit
3) Kepala
 Rambut :
warna,
distribusi,
kebersihan,
kuku,
ketombe.
 Muka
: Raut muka, warna, kebersihan, jerawat,
luka.
 Mata
lapang
: kelopak mata, konjungtiva, pupil, sklera,
pandang,
bola
mata,
dan
ketajaman
penglihatan.
 Hidung : kebersihan, sekresi dan pernafasan cuping
hidung.
 Mulut
: bibir, mukosa mulut, lidah dan tonsil.
 Gigi
: jumlah karies, gusi dan kebersihan
 Telinga : kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan
pendengaran.
26
4) Leher
 Pembesaran kelenjar limfe, tiroid.
 Posisi trache.
 Distensi vena jugularis.
 Kaku kuduk
5) Dada
 Inpeksi
: diameter anteroposterior dala
proporsi terhadap diameter lateral (entuk dada).
Ekspansi dada, gerakan dada, (frekuensi, irama,
kedalaman), ictus cordis, pengguanaan otot bantu
pernafasan.
 Palpasi
: masa otot dan tulang tengkorak
meliputi bengkak, nyeri, masa, pulsasi, krepitas,
ekspansi, dinding dada, premitus raba, impuls apical,
getaran thrill.
 Perkusi
: perhatiakn intensitas, nada, bunyi dan
vibasi yang dihasilkan.
 Auskultasi
: suara nafas, suara nafas tambahan
dan suara jantung biasnya terdengar suara galoop
(suara derap kuda)
6) Abdomen
 Inpeksi
: warna, jaringan perut, lesi,
kemerahan, umbilicus, garis bentuk abdomen.
27
 Auskultasi
: frekuensi, nada dan intensitas bising
usus.
 Palpasi
: rasakan adanya spasme otot, nyeri
tekan dan adanya masa.
 Perkusi
: dengarkan bunyi yang dihasilkan.
(Rohmah, 2009)
7) Ekstremitas
 Kekuatan otot :
Tabel 2.1
Kekuatan Otot
Skala
0
1
Kenormalan
Kekuatan (100%)
0
10
2
25
3
50
4
75
5
100
Ciri-ciri
Paralisis Total
Tidak ada gerakan,
teraba/terlihat adanya
konstaksi
Gerakan otot penuh
menentang
gravitasi
dengan sokongan
Gerangan
normal
menentang gravitasi
Gerakan normal penuh
menentang
gravitasi
dengn sedikit penahan
Gerkan normal penuh,
menentang
gravitasi
dengan
penahanan
penuh
28
(1) Range of motion
(2) Perabaan akral
(3) Perubahan bentuk tulang
(4) CRT (norma 3 detik)
(5) Edema pitting dengan derajat kedalaman (+1=2mm,
+2=4mm, +3=6mm, +4=8mm)
8) Anus dan Genetalia
(1) Kebersihan
(2) Sesuai prioritsa, pengkajian
9) Neurologis
Gasgow Coma Scale
a) Membuka mata
 1 =
Dengan
rangsangan
nyeri
mata
tidak
membuka.
 2 = Membuka dengan rangsanga nyeri, tekan
pada subraorbita/kuku jari.
 3 = Membuka mata dengan rangsangan suara
(menyuruh pasien dengan membuka mata)
 4 = Spontan.
b) Respon verbal/bicara
 1 = Tidak ada respon dengan rangsangan nyeri.
29
 2 = mengerang tidak ada kata-kata.
 3 = Dapat mengucapkan kata-kata tapi tidak
berupa kalimat dan tidak tepat.
 4 = Dapat bicara dalam kalimat, tetapi terdapat
dis orientasi waktu dan tempat.
 5 = Baik, dapat menjawab dengan kalimat baik
dan tahu siapa ia, dimana ia berada dan kapan.
c) Respon motorik/gerakan
 6 = Tidak terdapat respon dengan rangsangan
nyeri.
 5 = Dengan rangsangan nyeri terdapat gerakan
ekstensi.
 4 = Dengan rangsangan nyeri terdapat gerakan
flexi.
 3 = Dapat menghindar dari rangsangan nyeri.
 1 = Menuruti perintah. ( Rohmah, 2009).
d) Data Aspek Biologis atau Aktifitas
Data aspek biologis biasanya nutrisi terganggu, klien
mengalami keterbatasan dalam berkativitas, istirahat
dan tidur terganggu.
e) Data Aspek Psikologis
Data aspek psikologis biasanya ada factor stress.
Terdapat gangguan pada konsep diri meliputi body
30
image, harga diri, ideal diri, peran, interksi social, yaitu
perasaan
tak
berdaya,
perubahan
kepribadian.
(Rohmah,2009).
f) Data Penunjang
1) Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat
pertama dalam diagnosis dan menejemen gagal
jantung. Sifat tidak invasive dan dapat segera
memberikan diagnosis tentang disfungsi jantung
serta
informasi
yang
diberkaitan
dengan
penyebabnya. Kombinasi mode M. Ekokardiografi
2-D dan Doppeler membuat tidak diperlukanya
pemeriksaan
yang
Pemeriksaan
ini
invasive
dapat
yang
digunakan
lain.
untuk
memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
Dimensi ventrikel kiri pad aakhir distolik dan
distolik dapat direkam dengan ekokardoigrafi
mode M, standar.
2) Rontgen Dada
Foto sinar X-dada posterior – anterior dapat
menunjukan adanya hipertensi vena, edema paru,
atau
kardiomegali.
Bukti
pertama
adanya
penigkatan vena paru adlah dipersi aliran darah
31
kedaerah atas dan adanya peningkatn pembuluh
darah.
3) Elektro Kardio Grafi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan
dengan penyebab, EKG tidak dapat menunjukan
gambaran yang spesipik. EKG normal menunjukan
kecurigaan akan adanya diagnostic yang salah.
Pada pemeriksaan EKG untuk pasien dengan
gagal jantung dapat ditentukan kelain EKG seperti
berikut :
(1) Kelainan ST/T menunjukan disfungsi ventrikel
kiri kronis.
(2) Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukan
infark sebelumnya dan kelainan pada segmen
ST, maka ini metupakan indikasi penyakit
jantung iskemik.
(3) Hipertropi ventrikel kiri dan gelombang T
terbaik
menunjukan
stenosis
aoerta
dan
penyakit jantung hipertensi.
(4) Aretmia : devisiasi aksis ke kanan, dan
hipertrop ventrikel kanan menunjukan adanya
disfungsi
ventrikel
Ardiansyah, 2012).
kanan.
(Muhammad
32
g) Analisis Data
Analisa data merupakan tahap penting yang kit
lakukan setelah dta klien terkumpul sehingga berguna
untuk menegakan masalah kebutuhan klien (Robert
Priharjo, 2006).
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adlah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapain hasil dimana
perawat bertanggung jawab. (Rohman, 2009).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
CHF menurut Muhammad Ardiansyah (2012) adalah :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomelurus.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan
konduksi elektrikal.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan intregitas kulit berhungan
dengan tirah baring (bed rest)
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
33
berhubungan dengan mual dan anoreksia.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
g. Kurang
perawatan
diri:
Hygiene
berhubungan
dengan
kelemahan.
3) Intervensi dan Rasional
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan
: Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Kriteria Evaluasi :  Berpatisipasi
pada
aktivitas
yang
diingankan
 Tanda vital dalam rentang normal
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intoleransi Aktivitas Berhungan dengan Kelemahan Umum
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Dekatkan
kebutuhan Dengan mendekatkan kebutuhan
yang diperlukan klien.
klien
dengan
mudah
dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
2. Libatkan keluarga dalam Supaya keluarga mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan perawatan secara mandiri.
klien
3. Kaji
prespitator
atau
penyebab
kelemahan,
contoh : pengobatan
nyeri, obat
Kelemahan efek samping beberpa
obat (betabloker, traquilizer dan
sedatif) nyeri dan program stress
juga menyebabkan kelemahan
4. Bantu
pasien
dalam Pasien
dapat
memilih
melakukan
aktivitas merencanakannya sendiri.
dan
34
sendiri
5. Evaluasi
peningkatan Dapat menunjukan peningkatan
intoleransi aktivitas
dekompensasai jantung dari pada
kelebihan aktivitas
6. Berikan bantuan dalam Pemenuhan kebutuhan diri pasien
aktivitas perawtan diri tanpa mempengaruhi stress miokard
sesuai indikasi sekilingi atau kebutuhan oksigen berlebihan
periode aktivitas dengan
periode istirahat
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomelorus
Tujuan
: Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dipertahankan
Kriteria Evaluasi :  Intake output seimbang
 BB sesuai dengan tinggi badan
 Tidak ada oedema
 Bunyi nafas bersih
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Kelebihan Volume Cairan Berhubungan dengan
Menurunnya Laju Filtrasi Glomelorus
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Pantau keluar urine, Pengeluaran urine mungkin sedikit dan
cacat dan warna dan hari pekat (Khusus selama sehari) karena
dimana diuresis terjadi
penurunan
perfusi
ginjal.
Posisi
35
terlentang membantu diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat ditingkatkan
2. Pantau atau hitung pada malam hari
keseimbangan
Terapi diuretik dapat disebaabkan oleh
pemasukan
dan kehilangan cairan tiba-tiba berlebihan
pengeluaran selama 24 (Hipovolemia) meskipun edema/asites
jam
masih ada
3. Pertahankan duduk Posisi terlentang meningkatkan filtrasi
atau tirah baring dengan ginjal dan menurunkan produksi ADH
posisi semi fowler selama sehingga meningkatkan diuresis
fase akut
4. Ubah posisi dengan
sering tinggikan kaki bila
duduk, lihat permukaan
kulitm pertahankan tetap
kering dan beri bantalan
sesuai indikasi
Pembentukan
edema,
sirkulasi,
melambat, pemasukan nutrisi dari
imobilisasi atau tirah baring lama
merupakan kumpulan stressor yang
mempengaruhi integrasi kulit dan
memerlukanintervensi
pengawasan
ketat.
5. Berikan makan yang Penurunan motilitas gaster dapat
mudah dicerna, posisi berefek merugikan pada digestif dan
kecil dan sering
absorpsi makan sedikit dan sering
meningkatkan
sigesti/mencegah
ketidaknyamanan abdomen
6.
Pemberian
obat Meningkatkan laju aliran urine dan
diuretik, contoh forosemid dapat menghambat absorpsi natrium
(Lasix)
bumetadin atau klorida pada tubulus ginjal
(bumex)
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
c. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan
konduksi elektrikal.
Tujuan
Curah jantung normal dan tidak mengalami
:
penurunan
36
Kriteria Evaluasi :  menunjukan tanda vital dalam batas
yang dapat diterima dan bebas gejala
gagal jantung
 melaporkan penurunan episode dispnea
Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan dan Rasional
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
peningkatan tekanan kapiler paru
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. catat bunyi jantung
1. S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, irama
galoop umum (S3 dan S4
dihasilkan sebagai aliran darah ke
dalam serambi darah kedalam
serambi dan distensi mur-mur
menunjukan inkopetensi/stenosis
katup)
2. palpasi nadi perifer
2. penurunan curah jantung dapat
menunjukan menurunnya nadi
radial poplital, dorsalis, nadi
mungkin cepat atau hilang atau
teratur untuk palpasi dan pulpus
alterna
3. istirahat klien dengan
tirah baring
3. istirahat dan tirah baring akan
membantu dalam menurunkan
beban kerja jantung dan
37
menurunkan volume intravaskuler
melalui induksi dieresis berbaring
4. kolaborasi dalam
pemberian obat
4. dengan pemberian obat dapat
mempercepat dalam penyembuhan
d. Resiko tinggi terhadap integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama
Tujuan
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Evaluasi  Memepertahankan integritas kulit
 Klien mengakui teknik untuk mencegah
kerusakan kulit
Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Resiko Tinggi Terhadap Integritas Kulit Berhubungan
dengan Tirah Baring Lama
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Pijat area kemerahan Meningkatkan aliran darah
atau memutih
2. Ubah posisi sering di Memperbaiki
sirkulasi
atau
tempat tidur atau kursi, menurunkan waktu satu area yang
bantu
latihan
tentang mengganggu aliran darah
gerak positif atau aktif
3. Berikan perawatan kulit Terlalu kering atau terlalu lembab
sering
meminimalkan merusak kulit dan mempercepat
38
dengan kelembaban atau kerusakan
eksresi
4.
Periksa
sepatu Edema dependen dapat menyebabkan
kesempitan atau sandal sepatu terlalu sempit, meningkatkan
dan
ubah
sesuai resiko tertekan dan kerusakan pada
kebutuhan
kulit
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhungan dengan mual adan anorexia
Tujuan
:
Kebutuhan
nutrisi
sesuai
dengan
kebutuhan tubuh
Kriteria Evaluasi :
 Klien mengerti tentang kebutuhan nutrisi
 Berat Badan klien meningkat
 Nafsu makan meningkat
Tabel 2.6
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Masalah Ketidak Seimbangan Nutisi : Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Mual dan Anorexia
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Kaji riwayat nutrisi, Mengidentifikasi definisi,
termasuk makanan yang kemungkinan intervensi
disukai
menduga
2. Berikan porsi makanan makanan porsi hangat bisa mencegah
hangat
terjadinya mual
39
3. Observasi dan catat Mengawasi masukan-masukan kalori
makanan klien
atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
4. Timbang berat badan Mengawasi penurunan berat badan
tiap hari
atau efektivitas intervensi nutrisi
5. Observasi dan catat Gejala GI dapat menunjukan efek
kejadian
mual/muntah, anemia (hipoksia pada organ)
flatus dan gejala lain
yang berhubungan
6.
Berikan
makanan Makan sendikit dapat menurunkan
sedikit tapi sering
kelemahan
dan
meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi
gaster.
7. Berikan dan bantu
hyiene mulut yang baik :
sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat
gigi yang halus untuk
menyingkatkan
yang
lembut. Berikan pencuci
mulut yang dicernakan
bila mukosa oral luka
Meningkatkan nafsu makan dan
pemasukan
oral,
menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/pendarahan dan
nyeri yang berat.
8.
Beri
pendidikan Memberikan pemahaman kepada klien
kesehatan
mengenai dan keluarga sebagai upaya promotif
kebutuhan
makanan dan preventif
pada klien
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
f. Gangguan pola tidur berhungan dengan sesak nafas
Tujuan
:
Kriteria Evaluasi :
Kebutuhan istirahattidur klien terpenuhi
 Klien dapat tidur nyenyak
 Klien tidak mengeluh tidak bisa tidur
 Tidur 7-8 jam
40
Tabel 2.7
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Masalah Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Sesak
Nafas
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Ciptakan lingkungan Penurunan stimulus eksterna akan
yang tenang menjelang menekan aktivitas organ sehingga klien
tidur
akan lebih mudah untuk tidur
2. Atur posisi klien semi Posisi
yang
nyaman
dapat
fowler
meningkatkan rangsangan untuk tidur
3. Berikan lingkungan Suasana aman dan nyaman akan
yang tenang menjelang menekan aktivitas RAS
tidur : batasi suara rebut,
atur cahay lampu
4.
Kolaborasi
memberikan
tambahan
untuk Meningkatkan sediaan O2 untuk
O2 kebutuhan miokard untuk kebutuhan
miokard
untuk
melawan
efek
hipoksemia/iskemia.
5. Catat pola istirahat Dapat mengetahui penampilan dan
tidur klien
prilaku klien dalam pemenuhan istirahat
tidur sebagai temuan pengkajian
6. Motivasi klien untuk Diharapkan klien dapat tenang dan
tenang dan rileks
relaks sehingga bias tidur
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
g. Kurang
perawatan
diri
:
Hygiene
berhubungan
kelemahan
Tujuan :
perawatan diri : Hygiene terpenuhi
dengan
41
Kriteria Evaluasi :
 Klien dapat melakukan perawatan diri
 Klien mandi 2 kali sehari
 Klien tidak lemas
Tabel 2.8
Intervensi Keperawatan dan Rasional
Masalah Kurang Perawatan Diri : Hygeine
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
1. Kaji kemampuan dan Membantu dalam mengantisipasi
tingkatkan kekurangan untuk merencakan pemenuhan secara
melakukan kegiatan sehari- individu
hari
2. Hindari melakukan sesuatu
pada pasien yang dapat
dilakukan pasien sendiri, tapi
berikan
bantuan
sesuai
kebutuhan
Pasien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung
dan meskipun bantuan yang
diberikan
bermanfaat
dalam
mencegah frustasi.
3.
Identifikasi
kebiasaan
defekasi sebelumnya dan
kembalikan pada kebiasaan
pola normal tersebut
Mengkaji perkembangan program
latihan (mandiri) dan membantu
dalam pencegahan konstipasi dan
sembelit.
4. Kaji kemampuan klien Dapat mengetahui sejauhmana
untuk melakukan perawatan bantuan yang akan diberikan
diri
sesuai dengan kebutuhan klien
5.
Beritahu
keluarga
perawatan diri
klien
dan Meningkatkan pengetahuan klien
pentingnya dan
keluarga
yang
tentang
perawatan
diri
dan
dapat
memotivasi klien untuk melakukan
perawatan diri yang dapat ditoleran
6. Anjurkan kepada keluarga Perawatan yang tidak dapat
untuk memenuhi perawatan ditoleran oleh klien tetap terpenuhi
diri
klien
yang
belum
ditoleransi klien.
42
7. Observasi kemampuan Untuk mengetahui sejauh mana
individu untuk melaksanakan kemampuan klien dalam melakukan
perawatan diri
perawatan diri.
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
4) Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada
Nursing Order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. (Nursalam, 2008)
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses
keperawatan
seberapa
jauh
diagnose
keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
(Nursalam, 2008)
Hasil evaluasi dapat dibentuk:
a. Tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapka.
b. Tujuan tercapai sebagai, jika klien menunjukan perubahan
sebagai dari standar dan kriteria yang telah di tetapkan.
43
c. Tujuan tidak tercapai, jika klien tidak menunjukan perubahan
sama sekali bahkan timbul masalah baru.
d. Jenis evaluasi
1) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai tindakan,
berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus
menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2) Evaluasi sumatif
Yaitu evaluasi yang dialkukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna berorientasi pada maslah
keperawatan, menjelaskan kebersihan atau ketidak
berhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangkan waktu yang
ditetapkan.
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau
memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP/SOAPIE/SOAPIER. Yang dimaksud SOAPIER
adalah :
S : Data Subyektif
Yaitu informasi yang didapat dari pasien, setelah
dilakukan tindakan keperawatan
44
O : Data Objektif
Yaitu informasi yang didapat berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi secara langsung kepada
klien.
A : Asisment/Analisis
Yaitu implementasi dari data subyektif dan data
obyektif.
P : Plaining
Yaitu
perencanaan
dilanjutkan,
perawatan
dihentikan,
yang
akan
dimodifikasi,
atau
ditambahkan, dari rencana tindakan yang telah
ditentukan sebelumnya.
I : Implementasi
Yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah teridentifikasi dalam
komponen P(Perencaan). Jangan lupa menuliskan
tanggal dan jam pelaksanaan.
E : Evaluasi
Yaitu respons klien setelah dilakukan tindakan
tindakan keprawatan.
45
R : Reassesment
Yaitu pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencaan setelah silakukan hasil evaluasi, apakah
dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi,
atau dihentikan. (Rohmah dan Walid, 2009)
6) Dokumentasi
Dokumentasi
memberikan
catatan
teDokumentasi
memberikan catatan tentang penggunaan proses keperawatan
untuk memberikan perawatan pasien secara individu. Dokumentasi
ini merupakaan persyaratan legal dalam setiap lingkungan
pelayanan kesehatan.
Catatan
perkembangan
mencerminkan
implementasi
rencana tindakan dengan mencatat bahwa tindakan yang tepat
telah dilakukan. (Nursalam, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
https://evilprincekyu.wordpress.com (internet) (di unduh tanggal 21 Juni 2016)
Badan Libangkes Kementrian Kesehatan RI 2013 (internet) (di unduh tanggal 21
Juni 2016)
http://ac.ui.co.id (internet) (di unduh pada tanggal 21 Juni 2016)
http://www.Keperawatan-Medikal-Bedah.com (internet) (di unduh tanggal 21 Juni
2016)
Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Cetakan Kedua. Jakarta :
Salemba Medika
Aru W. Sudoyo (2010) Buku Ajar Penyakit Dalam (Jilid II V). Jakarta : Interna
Publising
Muttaqin, Arif. (2009) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah. Cetakan Pertama. Yogyakarta :
Diva Pres
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dasar dan
Praktek. Edisi 2. Salemba Medika
Guyton. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (alih bahasa : Irawatie.ai,edisi 11).
Jakarta : EKG
Rohmah dan Walid S,. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :
Ar- Ruzz Media
Robert, Prihajo. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan (Edisi Kedua). Jakarta : EGC
RSUD Ciamis. (2016). Laporan 10 Besar Penyakit di Ruang Kenanga dari Bulan
Januari sampai dengan Mei 2016. RSUD Ciamis
Download