KEMAMPUAN MENYUSUN HIPOTESIS DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK KELAS V SEKOLAH DASAR Ai Salsiah Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta [email protected] Abstract : This Research aimed at increasing the ability compiled hypothesis in Scientific Learning through the experiment method. This Research is done at SD Negeri Pajeleran 01 located at Jl. Dadi Kusmayadi kelurahan Sukahati Kecamatan Cibinong. Research is an action research class room. The observation Result that the average of students score in scientific subject got higher from 68 become 80, KKM achievements increase as high as 23% and the ability compiles hypothesis at each indicator is increase from 2,99 to 3,22, logical indicator increase 3,19 to 3,21 and deductive indicator increase from 2,90 to 3,20. The Rule of teacher action and participant have reached 100%. This research Result can become input for teacher to apply experiment method in compiling hypothesis at scientific learning. Keyword : Compile hypothesis, natural science, eksperimen, elementary school. Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan meyusun hipotesis melalui metode ilmiah percobaan .Penelitian ini ini dilakukan pada SD Negeri Pajeleran 01 yang terletak di jl .Dadi kusmayadi kelurahan Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten bogor. Jenis penelitian ini adalah PTK kemimis serta mc . Pengamatan hasil bahwa rata-rata siswa mencetak gol ilmiah tunduk punya lebih besar dari 68 menjadi 80 , prestasi meningkatkan setinggi kkm 23 % dan kemampuan mengkompilasi hipotesis di setiap indikator mengalami peningkatan untuk semua dari 2,99 untuk 3,22 , indikator meningkatkan 3,19 untuk 3,21 logis dan indikator deduktif meningkat dari 2,90 untuk 3,20 .Supremasi guru tindakan dan peserta telah mencapai 100 % .Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk menerapkan percobaan metode ilmiah dalam kompilasi hipotesis di belajar. Kata Kunci : Menyusun hipotesis, pembelajaran ilmu pengetahuan alam, Perkembangan dan perubahan yang terjadi dituntut aktif untuk bisa bertindak cepat, dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas cermat, kritis dan kreatif, berwawasan, serta dari bermoral pengaruh perkembangan ilmu perubahan pengetahuan global, dan berbudaya sehingga bisa dan bersaing dengan negara-negara lain. Untuk teknologi, seni, budaya serta informatika saat menghadapi perkembangan dan perubahan ini sangat mempengaruhi bidang kehidupan yang terus menerus ini menuntut perlunya masyarakat yang semakin kompleks, manusia perbaikan sistem pendidikan yang dapat 190 Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah menyesuaikan dengan perubahan zaman menerima informasi dari guru peserta didik tersebut. berusaha untuk menghapalkan materi yang Hal ini tidak mudah diwujudkan dan bukan diberikan. Guru kurang berusaha suatu pekerjaan yang ringan, terutama masalah mengembangkan dengan cara membuktikan internal yang dihadapi pendidikan dewasa ini, melalui dari mulai pendidikan dasar sampai perguruan penerapannya nyata dalam kehidupan sehari- tinggi, khususnya di Sekolah Dasar adalah hari peserta didik. rendahnya kualitas dan penguasaan terhadap metode yang sesuai sehingga Rendahnya kualitas pembelajaran IPA, IPA. menuntut dilakukan perbaikan segera terhadap Rendahnya kualitas pada jenjang Sekolah proses pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar sangat penting untuk segera diatasi Dasar dan perubahan dalam masyarakat yang karena sangat berpengaruh pada jenjang dinamis pendidikan selanjutnya. penyesuaian dalam proses pendidikan yang Permasalahan-permasalahan menuntut adanya internal senantiasa berada tersebut antara lain rendahnya mutu akademik perubahan dan terutama penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam, memberikan tantangan bagi guru untuk terus padahal menerus merupakan penguasaan kunci mengembangkan dalam ilmu materi tersebut mencari menguasai dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar. dalam penyesuaian- satu dinamika perkembangan, sehingga solusi pembelajaran supaya dapat IPA dalam teknologi (Siskandar, 2010: 87-88). Dalam Terdapat beberapa keterampilan dasar pembelajaran IPA hal yang harus diperhatikan yang harus dilakukan dan dilatih supaya mahir selain penguasaan teori juga praktek sehingga dan mampu mempelajari sains dengan baik, ada keseimbangan antara teori yang dipelajari yaitu observasi dan inferensi, pengukuran dan dengan estimasi, pembuktiannya supaya ilmu mengajukan dan komunikasi dan pengetahuan dapat dipahami peserta didik merumuskan dengan baik dan dapat bermanfaat bagi interpretasi, prediksi dan berhipotesis, definisi hidupnya. operasional, identifikasi dan pengendalian Mengamati pembelajaran masalah, pertanyaan yang variabel, serta eksperimen dan penyelidikan berlangsung, diketahui bahwa pembelajaran (Nuryani Rustaman, 2010: 1.10). Dengan IPA yang selama ini terjadi cenderung ke arah memperhatikan beberapa keterampilan dasar teoritis, bersifat hapalan, dan masih berpusat yang harus dilakukan dan dilatih supaya mahir pada guru, kebiasaan yang terjadi setelah dan mampu mempelajari sains dengan baik, 191 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 dalam hal ini diambilah salah satunya yaitu Istilah competencies, competence dan berhipotesis. Dengan melaksanakan salah satu competent diterjemahkan sebagai kompetensi, keterampilan dasar ini, peserta diusahakan kecakapan, untuk “keadaan atau kualitas mampu dan sesuai” terlibat aktif dalam pembelajaran keberdayaan (Martinis Dalam satu Kemampuan manusia telah ada sejak lahir dan saja kemampuan yang lainnya memerlukan belajar juga dengan baik dan sungguh-sungguh untuk keterampilan dasar mementingkan salah ini, tidak hasil tetapi memperhatikan proses, karena peserta didik seharusnya belajar dengan proses Maisah, 2010: pada sehingga materi pelajaran mudah dikuasai. mengembangkan Yamin, merujuk 1). meraihnya. yang Kemampuan yang pertama tersedia tanpa bermakna bahwa IPA diajarkan sebagai suatu dipelajari lebih dahulu sudah ada sejak lahir cara berpikir untuk membangun struktur yang disebut insting antara lain, “kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya yang mengamati, merupakan tanggga untuk meraih tingkat ketegangan emosi, dan kemampuan berbuat” keberhasilan yang (Uyoh Sadulloh, 2007: 10). mengetahui proses, diharapkan. Untuk mencapai tujuan dalam hidupnya, menemukan hal-hal baru sebagai daya cipta manusia tidak saja menggunakan instingnya sehingga akhirnya dapat membentuk manusia tetapi perlu belajar untuk mencapai suatu yang berkualitas. tujuan membantu dimiliki sebagai lembaga mengembangkan peserta didik menghayati dapat Sekolah peserta Dengan kemampuan didik Kemampuan yang mencapai tujuan yang memuaskan pada proses kondisi yang diinginkan (Oemar Hamalik, pembelajaran, sarana, media, sumber, dan 2010: 311). Untuk menghadapi kehidupannya, tenaga kependidikan sebagai fasilitator yang manusia membantu membimbing dapat digunakan untuk memecahkan persoalan peserta didik dalam pembelajaran untuk dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli memperoleh lain mendorong melalui diinginkan. (Kompetensi) adalah “perilaku rasional” untuk pendidikan potensi yang dan keberhasilan dalam belajar. membutuhkan berpendapat kemampuan bahwa yang kemampuan Perubahan hasil dapat dilihat dari berbagai merupakan “hasil belajar” (Muhammad Ali, bentuk, 2008: 74). seperti berubahnya pengetahuan, tingkah laku, sikap, keterampilan, maupun Seorang kemampuan. ilmuwan yang melakukan penelitian menggunakan aturan dan langkahlangkah umum yang sama. Langkah ini 192 Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah disebut metode ilmiah, peserta didik sebagai sains. Mempunyai kemampuan tentang sains calon ilmuwan perlu diperkenalkan dan diberi tidak hanya sekedar mengetahui materi tentang bekal supaya mampu melaksakannya, salah sains, tetapi terkait pula dengan memahami satu langkah dalam metode ilmiah adalah bagaimana cara untuk mengumpulkan fakta membuat hipotesis. dan menghubungkan fakta-fakta sehingga Menurut Gunawan Undang (2009: 44), dapat Hipotesis merupakan jawaban atas pertanyaan tinjauan pustaka atau kemampuan menyusun hipotesis. yang sudah dirumuskan untuk sementara berdasarkan memiliki Dalam pandangan konstruktivisme bahwa hasil pengetahuan seseorang terkait dengan deduksi dari suatu teori, pemikiran logis, atau pengalaman dan pentingnya mengingat dan pengalaman. Sejalan dengan hal tersebut, mengungkapkan dapat kegiatan seseorang dapat mengkonstruksi pengetahuan. penelitian, berhipotesis perlu didukung data Dalam proses konstruksi, peserta didik yang untuk diterima. Hipotesis sering dinamakan aktif sangat diperlukan agar pembelajaran jawaban sementara atau dugaan terhadap dapat berhasil. Keterlibatan peserta didik yang rumusan masalah yangg berupa pertanyaan. aktif aktif terjadi pada waktu kegiatan kognitif Berhipotesis disebut jawaban sementara atau dalam perolehan pengetahuan. dijelaskan bahwa dalam melalui pengalaman dugaan karena memang jawaban tersebut Ilmu merupakan pengetahuan yang mampu masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat mendeskripsikan, menjelaskan memprediksi diterima karena didukung data, atau ditolak gejala karena tidak didukung data. permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari Metode ilmiah merupakan prosedur kerja sistematis yang terencana, alam termasuk manusia dan dan dapat menggunakan pengetahuan ilmiah pengkajiannya dalam pemecahannya. Pengetahhuan ilmiah bersumber pada data empiris yang diperoleh baru berfungsi apabila dilakukan penalaran. dengan cermat menggunakan berbagai cara Tanpa penalaran pengetahuan ilmiah tidak sesuai akan dengann aturan untuk dapat berfungsi secara pemecahannya IPA ditujukan terutama untuk menguasai Suriasumantri (2010: 114) mengemukakan konsep-konsep bahwa penalaran adalah aktivitas berpikir yang bermakna bagi ilmiah maupun didalamnya yang aplikatif dan kehidupan. Dalam bekerja dalam terdapat dalam kegiatannya Jujun dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran IPA masalah. optimal mempergunakan S. alat metode ilmiah berpikir, selanjutnya secara filosofis dapat keterampilan proses dikatakan bahwa pengetahuan ilmiah adalah 193 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 logis bila ditinjau secara rasional dan teruji mampu memberikan dorongan, tantangan dan bila ditinjau secara empiris. menarik minat peserta didik dalam melakukan Upaya peserta didik untuk memecahkan pembelajaran secara optimal. Dengan masalah yang dihadapinya dilakukan melalui pembelajaran optimal tersebut diharapkan kegiatan tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. penelitian yang mencerminkan metode ilmiah serta mementingkan proses Kenyataan dilapangan dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat IPA sangat membosankan, guru tidak mampu menggunakan alur pikir yang sistematis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif memperoleh hasil. Sifat deduktif hipotesis sehingga peserta didik kurang tertarik untuk dapat digunakan untuk memecahkan suatu belajar IPA. Metode yang digunakan guru masalah. masih bersifat seadanya, seperti dalam Menurut Uus Toharudin, Sri Hendrawati, pembelajaran IPA yang selama ini terjadi Andrian Rustaman (2011: 163) Sifat deduktif seringkali bersifat hapalan. Dalam proses hipotesis masalah. pembelajaran peserta didik kurang antusias, masalah karena metode yang digunakan lebih kearah meliputi Dalam penyelesaian menyelesaikan seseorang akan suatu mengawalinya dengan ceramah. Peserta didik kesempatan sebuah masalah dan mengajukan cara-cara sesuai dengan materi karena kegiatan masih penyelesaian hipotesis yang mungkin atas berpusat masalah itu. Berdasarkan paparan di atas berimplikasi disimpulkan bahwa kemampuan menyusun penguasaan terhadap materi IPA, sehingga hipotesis adalah proses internal otak seseorang peserta didik kurang memahami materi IPA dalam yang dipelajarinya. memberikan jawaban sementara atau dugaan dengan indikator secara pada Kondisi tersebut rendahnya tingkat dapat mendorong, menantang, dan menarik sains minat peserta didik adalah penggunaan metode merupakan cara-cara memahami gejala alam dalam pembelajaran yang tepat dan benar. yang terus berkembang. Hal ini sangatlah Alternatif tindakan pemecahan masalah yang menantang dan menarik bagi peserta didik. dianggap dapat Untuk dapat memupuknya diperlukan guru terealisasinya yang suasana kondusif adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang kondusif. Guru harus eksperimen supaya dapat menarik minat mampu ilmiah guru. percobaan Salah satu kegiatan pembelajaran yang pengalaman, logis dan deduktif. Bekerja pada melakukan diberi pemikiran teoritik, kemudian menganalisis kemampuan untuk kurang dalam menciptakan 194 memberikan solusi proses pembelajaran bagi yang Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah peserta didik, tidak membosankan, memberi hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan kesempatan untuk belajar sambil bekerrja dievaluasi oleh guru. dalam melakukan percobaan. Berdasarkan paparan ahli di atas dapat Menurut Ihat Hatimah, Rudi Susilana, disimpulkan bahwa metode Eksperimen adalah Nuraedi (2007: 14-15), menyatakan bahwa sebuah langkah-langkah dalam pembelajaran metode terkait dengan masalah cara kerja agar yang menggabungkan teoritis dan pengujian dapat memahami obyek yang menjadi sasaran empiris, sehingga peserta didik dapat terlatih ilmu yang bersangkutan. Ada dua kriteria dalam cara berpikir ilmiah, rasional dan untuk mengukur kadar keilmiahan suatu dengan cara mengujinya dapat menemukan penelitian yaitu: memberi pemahaman (1) permasalahan kemampuan untuk bukti kebenaran dari teori yang sedang tentang pokok dipelajarinya. (2) Penelitian yaitu meningkatkan yang Kemampuannya untuk diteliti, meramalkan ini bertujuan untuk kemampuan menyusun sampai pada suatu kesimpulan yang dapat hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui dicapai jika data yang sama dikemukakan metode eksperimen pada peserta didik kelas V dilain tempat. Metode pembelajaran harus SD Negeri Pajeleran 01 Kecamatan Cibinong dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan Kabupaten Bogor. aktivitas dan kreativitas peserta didik salah METODE satu diantaranya adalah metode eksperimen. Menurut Muhammad Ali (2008: Penelitian 8), triangulation Pelaksanaan tindakan kegiatan percobaan. (2008: kantitatif dan gabungan dapat digunakan dalam penelitian karena setiap siswa mengalami dan melakukan Roestiyah (campuran kualitatif secara berimbang), jenis penelitian eksperimen lebih memperjelas hasil belajar, Menurut metode kuantitatif dan kualitatif dengan concurrent Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dan sendiri-sendiri. menggunakan kombinasi yaitu penggabungan antara metode Eksperimen adalah percobaan tentang sesuatu. bekerja ini kelas, tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan 80), kualitas pembelajaran. Eksperimen adalah salah satu cara mengajar, Penelitian ini adalah penelitian tindakan dimana siswa melakukan suatu percobaan kelas, dilaksanakan dalam dua siklus dengan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menggunakan menuliskan hasil percobaannya, kemudian model Kemmis dan MC. Taggart dengan 4 tahapan yang dilaksanakan yaitu: (1) perencanaan (planning), setelah 195 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 menentukan masalah yang dihadapi dengan dijadikann observasi awal dan wawancara, kesimpulan menentukan langkah dalam melaksanakan yang tindakan pada siklus berikutnya. didapat adalah kurang diberikan perhatian terhadap keterampilan proses sains acuan Keberhasilan untuk dari menentukan tindakan yang dalam pembelajaran IPA, peneliti mengambil dilaksanakan, kriterianya dapat dilihat dari salah satunya yaitu menyusun hipotesis dan segi guru dan peserta didik. Dari segi peserta kurang diberikan kesempatan peserta didik didik, tindakan dikatakan berhasil apabila pada untuk melakukan percobaan, dalam hal ini siklus tersebut KKM dapat metode yang digunakan metode mencapai nilai 70%, dari segi guru dengan eksperimen. Merencanakan analisis Kurikulum adanya prinsip pembelajaran tuntas, tindakan Tingkat Satuan Pendidikan dengan menetukan dikatakan berhasil apabila pada siklus tersebut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, mencapai kriteria 100%, artinya pembelajaran menyusun Pelaksanaan telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan- Pembelajaran, membuat instrumen pemantau tahapan yang telah direncanakan. Apabila tindakan, instrumen kemampuan menyusun kriteria yang telah ditetapkan belum tercapai, hipotesis, instrumen tes, mempersiapkan siapa peneliti harus melakukan diskusi dan evaluasi, saja yang akan terlibat dalam kegiatan, kemudian masuk pada siklus berikutnya, demikian selanjutnya.(2) demikian untuk seterusnya sampai tercapai pelaksanaan tindakan (acting), merupakan kriteria yang telah ditentukan, maka tindakan penerapan isi rencana yaitu perlakuan yang penelitian dihentikan. Sumber data adalah: (1) dilaksanakan sesuai siklus, jadwal pelajaran peserta didik kelas VE SDN Pajeleran 01 yang telah ditetapkan di SDN Pajeleran 01 berjumlah 40 orang tahun pelajaran 2012/2013 meliputi 5 jam pelajaran, dilaksanakan dua dan guru, (2) hasil evaluasi, untuk melihat kali pertemuan dalam satu minggu, 2 jam tingkat pelajaran dan 3 jam pelajaran (3) observasi peserta didik, (3) sumber data pemantau (observing), meliputi tindakan. Pengumpulan data pada penelitian pengamatan selama tindakan peserta didik dan ini menggunakan teknik tes dan non tes. guru serta pengamatan pada saat proses Teknik tes dilaksanakan dengan memberikan eksperimen sedang berlangsung, dan (4) soal-soal sesuai dengan indikator yang telah refleksi (reflecting), diadakan setelah kegiatan ditetapkan, yang dilakukan berlangsung, untuk mengkaji pengamatan, wawancara, dokumentasi dan dan menganalisis berbagai kelemahan yang catatan Rencana untuk pada siklus tahapan adalah ini 196 kemampuan teknik lapangan. menyusun non Instrumen tes hipotesis meliputi kemampuan Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah hipotesis yang dipilih adalah sifat-sifat cahaya. koefisien reliabilitas dengan menggunakan Sebelum dahulu koefisien alpha. Hasil perhitungan reliabilitas menyusun kisi-kisi instrumen berdasarkan instrumen tes menunjukkan hasil 0,82 dan hal indikator kemampuan menyusun hipotesis ini berarti tingkat reliabilitas berada pada yaitu: (1) pengalaman (2) logis (3) deduktif. tafsiran sangat tinggi, maka dapat disimpulkan Pengujiann validitas bahwa item instrumen dinyatakan reliabel. mengetahui kevalidan menyusun tes terlebih dilakukan instrumen, Dalam pengumpulan data digunakan 3 dikatakan valiid apabila instrumen tersebut teknik yaitu: (1) observasi, dilakukan untuk dapat mengukur apa yang hendak diukur. memperoleh data yang dapat dilihat (2) Pengujian validitas ini wawancara, dilakukan untuk menggali data dilakukan secara empiris. tentang apa yang diucapkan, dipikirkan, dan Validitas isi dilakukan melalui justifikasi dirasakan nara sumber. (3) Triangulasi teori pakar (expert judgment) oleh 3 orang ahli. yaitu teori tentang kemampuan menyusun Pengujian sebuah untuk pada penelitian konstruk validitas dan secara empiris hipotesis, teori tentang metode eksperimen dan ditentukan berdasarkan kriteria internal atau karakteristik peserta didik. Triangulasi metode validitas internal, karena instrumen tes uraian, yaitu observasi, waancara dan dokumentasi. maka skor Analisis data yang dilakukan merupakan suatu yang diperoleh adalah skor kontinum (polytomi) dengan rentang nilai 0-4, proses menyeleksi, mengabstraksikan, sehingga digunakan koefisien korelasi product mengorganisasikan data secara sistematik, momen. Hasil perhitungan validitas empirik rasional untuk menampilkan bahan-bahan instrumen tes menunjukkan dari 20 butir soal yang dapat digunakan dalam PTK yang dibuat terdapat 4 butir soal tidak valid sehingga tidak bisa digunakan, HASIL namun Pencapaian berdasarkan saran ahli, peneliti mengkonstruk Keberhasilan Tindakan keempat soal tersebut dari sisi kalimat yang (Aktivitas digunakan sehingga oleh pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 4 peserta didik, sehingga jumlah instrumen yang adalah sebagai berikut: (1) pertemuan 1 siklus digunakan tetap 20. I mencapai 70%, pertemuan 1 siklus II Reliabilitas dapat adalah diphami sejauhmana guru ) siklus I dan siklus II pada mencapai 85% ; (2) pertemuan 2 siklus I hasil pengukuran dapat dipercaya atau ajeg. Pada mencapai 75%, penelitian ini jenis skor butir kontinum mencapai 100%; (politomi) mencapai oleh karena itu perhitungan 197 pertemuan pertemuan 2 3 siklus siklus II I 80%, pertemuan 3 siklus II JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 mencapai 100 %;dan pertemuan 4 siklus I berjumlah 34 orang atau sebesar 85%. Terjadi mencapai 85 %, pertemuan 4 siklus II peningkatan pencapaian nilai KKM sebesar 23 mencapai 100 %. % dari siklus I ke siklus II. Pencapaian Keberhasilan Tindakan PEMBAHASAN (Aktivitas peserta didik ) siklus I dan siklus II Peningkatan pada pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 4 siklus II pada masing-masing indikator adalah I mencapai 60%, pertemuan 1 siklus II pencapaian rata-rata mencapai 80% ; (2) pertemuan 2 siklus I 65%, pertemuan 2 siklus 3 siklus II kemudian pada siklus II 3,22, untuk nilai ratarata indikator logis pada pra siklus 2,7 dan mencapai siklus I adalah 3,19 kemudian meningkat pada 100%;dan pertemuan 4 siklus I mencapai 80%, siklus II menjadi 3,21 ,sedangkan rata-rata pertemuan 4 siklus II mencapai 100%. nilai indikator deduktif pada pra siklus 2,5 dan Rata-rata nilai IPA peserta didik siklus I siklus I adalah 2,90 meningkat pada siklus II dan siklus II meningkat dari 68 pada siklus I menjadi menjadi 80 pada siklus II. Jumlah pertemuan Untuk nilai terendah 3,20. Masing-masing indikator mengalami peningkatan seperti pada indikator pada masing –masing siklus adalah 4 kali pertemuan. indikator pengalaman pada pra siklus 2,9 dan siklus I adalah 2,99 II mencapai 85%; pertemuan 3 siklus I mencapai 75%,pertemuan menyusun hipotesis dari pra siklus, siklus I kemudian ke adalah sebagai berikut: (1) pertemuan 1 siklus mencapai kemampuan pengalaman, dalam proses menyusun hipotesis juga keterlibatan peserta didik yang aktif sangat mengalami kenaikan dari siklus I sebesar 53 diperlukan pada waktu kegiatan psikis dengan naik pada siklus II menjadi 60. Sedangkan menggunakan pengetahuan sebelumnya dalam untuk nilai tertinggi pada siklus I sebesar 75 memecahkan masalah yang dihadapi. Pada mengalami kenaikan pada siklus II menjadi indikator logis peserta didik sudah memiliki 98. Kenaikan ini terjadi karena peserta didik kemampuan menyampaikan pikiran secara telah memahami cara menyusun hipotesis logis karena peserta didik kelas V berada pada dengan benar setelah mendapatkan latihan fase perkembangan tahap operasional konkret pada setiap pertemuan. (7-11 tahun) dan tahap operasional formal (11- Pencapaian Nilai KKM IPA peserta didik 15 tahun) menurut Piaget dalam Santrock pada dari siklus I ke siklus II meningkat. Pada tahap operasional konkret, pemikiran logis siklus I peserta didik yang mencapai KKM menggantikan pemikiran intuitif dalam situasi berjumlah 25 orang atau sebesar 62,5 %. Pada konkret, pada tahap operasional formal, dari siklus II peserta didik yang mencapai KKM konkret ke yang lebih abstrak dan logis sangat 198 Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah cocok untuk kemampuan menyusun hipotesis pembelajaran dengan indikator logis, menggunakan metode metode eksperimen yang diterapkan, terus eksperimen dalam proses situasi konkret, mengalami kemajuan berarti pada setiap dibuktikan tidak hanya sekedar teori. Pada siklus sesuai dengan target yang telah Indikator deduktif memerlukan latihan karena ditentukan dalam perencanaan, sehingga peserta didik pada umumnya belum mampu pada akhir siklus II proses pembelajaran menggunakan teori yang bersifat umum ke telah berhasil dan tuntas yaitu telah khusus . Rentang nilai adalah 0-4,0 mencapai indikator keberhasilan tindakan (data terlampir). Berikut adalah grafik nilai rata-rata dengan menggunakan 100%. 2. Proses pelaksanaan pembelajaran untuk kemampuan menyusun hipotesis peserta didik pada pra siklus, siklus I dan siklus II. meningkatkan kemampuan menyusun hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui SIMPULAN metode eksperimen pada peserta didik Berdasarkan hasil analisis data, interpretasi kelas hasil analisis dan pembahasan, maka dapat pembelajaran meningkatkan kemampuan untuk SD Negeri menyusun Pajeleran menyusun hipotesis, kegiatan berpikir yang bersifat logis serta menuangkan 01 konsep bersifat deduktif dari umum ke khusus dalam menyelesaikan masalah dimulai dengan menyiapkan Rencana. juga menyiapkan media tanpa untuk didik .Sesuai dengan hasil observasi tindakan utama metode melakukan percobaan-percobaan sangat menunjang keberhasilan pencapaian atau aktivitas guru dan peserta didik tujuan pembelajaran secara optimal dengan selama pembelajaran IPA berlangsung, metode eksperimen ini, karena hasil catatan lapangan tentang temuan peserta didik dapat secara langsung menyusun dalam penelitian, hasil dokumentasi dan hipotesis kemudian menemukan solusi dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada maka ciri secara individu juga secara kelompok yang yang dilakukan observer terhadap tindakan didik, kehilangan pembelajaran eksperimen, yaitu peserta eksperimen dan bahan ajar serta LKS peserta 01 yang dimilikinya untuk menjadi bahan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Guru Pajeleran didik dalam mengaplikasikan pengalaman metode eksperimen pada peserta didik V Negeri difokuskan pada pengembangan peserta hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui kelas SD Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan V masalah yang disajikan. langkah-langkah 199 JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015 3. Evaluasi pembelajaran meningkatkan kemampuan untuk logis, dan deduktif. Peserta didik belum terlatih menyusun bagaimana menggunakan hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui pengalaman yang dimiliki menjadi sebuah metode eksperimen pada peserta didik bahan menyusun hipotes. Untuk indikator kelas logis, V SD Negeri Pajeleran 01 hal ini ditunjang oleh usia Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor perkembangan pesrta didik kelas V yang dilakukan dengan tes tertulis setelah berada pada kisaran usia 11 sampai 12 melaksanakan tahun eksperimen. Evaluasi yang berada pada fase dilakukan untuk mengukur peningkatan perkembangan tahap operasional konkret kemampuan menyusun hipotesis peserta (7-11 tahun) dan tahap operasional formal didik. Peningkatan kemampuan menyusun (11-15 tahun) menurut Piaget dalam hipotesis ditandai dengan peningkatan Santrock pada tahap operasional konkret, dilihat dari hasil observasi siklus I ke pemikiran logis menggantikan pemikiran siklus mengalami intuitif dalam situasi konkret, pada tahap peningkatan. Pada akhir siklus II rata-rata operasional formal, dari konkret ke yang nilai IPA peserta didik dari 68 naik lebih abstrak dan logis sangat cocok untuk menjadi 80, nilai terendah peserta didik kemampuan menyusun hipotesis dengan naik dari 53 menjadi 60, nilai tertinggi indikator peserta didik naik dari 75 menjadi 98, eksperimen dalam proses situasi konkret, pencapaian KKM peserta didik naik dari dibuktikan tidak hanya sekedar teori. II yang terus logis, menggunakan metode 68% menjadi 85% serta kemampuan menyusun hipotesis dengan DAFTAR RUJUKAN indikator pengalaman pada siklus I rata-rata 2,99 naik pada siklus Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses II mencapai 3,22, Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru indikator logis pada siklus I rata-rata 3,19 naik pada siklus Algesindo. II mencapai 3,21, Hatimah, Ihat, dan Susilana. 2007. Penelitian indikator deduktif pada siklus I rata-rata Pendidikan. Bandung: 2,90 naik pada siklus II mencapai 3,20 UPI PRESS. (rentang nilai 0-4). 4. Peningkatan kemampuan Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. menyusun Jakarta: Rineka Cipta. hipoesis peserta didik perlu penekanan Sadulloh, Uyoh. 2007. Pedagogik. Bandung: pada semua indikator yaitu pengalaman, Cipta Utama. 200 Kemampuan Menyusun Hipotesis Al Salsiah Suriasumantri, Jujun S. 2011. Menguak Cakrawala Keilmuan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora. Undang Gunawan. 2009. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sayagatama. Yamin, Martinis. 2011. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada. 201