DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG OLEH DEVIYANTINI H14080079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN DEVIYANTINI. Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja Ekspor-Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi Komparatif Negara Maju dan Negara Berkembang (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI). Globalisasi ditandai dengan semakin terbukanya suatu negara terhadap perdagangan internasional serta investasi asing langsung. Banyak negara-negara di dunia berlomba-lomba dalam meningkatkan aliran masuk foreign direct investment (FDI) serta pangsa ekspornya dalam perdagangan internasional. Kedua kegiatan tersebut dianggap dapat mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Namun, perlu disadari pula bahwa dampak dari FDI serta perdagangan internasional tidaklah sama antar satu negara dengan negara lainnya, terutama antara negara maju dan negara berkembang. Sehingga, para pembuat kebijakan atau pemerintah baik di negara maju maupun di negara berkembang, perlu memilih strategi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kondisi dari masing-masing negara. Pada model pertumbuhan neoklasik, dikatakan pula bahwa jumlah kapital serta tenaga kerja mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini pula yang perlu menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah di seluruh dunia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya dari sisi tenaga kerja dan modal. Pada penelitian ini, ada tujuh belas negara yang terlibat. Ketujuh belas negara tersebut berasal dari kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Kemudian, negara-negara yang terlibat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu negara maju dan negara berkembang. Pengelompokkan ini dilakukan karena adanya perbedaan kondisi ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan inwards FDI, ekspor, impor, serta jumlah kapital dan angkatan kerja di suatu negara yang juga dianggap mempunyai pengaruh dalam proses tersebut. Selain itu, penelitian ini juga mencoba menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, antara FDI-led growth atau export-led growth. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Granger causality test dan panel data dinamis. Hasil menunjukkan, secara umum, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Untuk kasus di negara maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI merupakan faktor yang mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Selain itu, karena FDI mempunyai probabilitas yang signifikan sementara ekspor tidak signifikan, maka dapat dikatakan bahwa meningkatkan aliran masuk FDI ke negara maju merupakan strategi yang memungkinkan dibandingkan menggunakan strategi ekspor. Pada kasus di negara berkembang ditemukan bahwa inwards FDI, ekspor, dan kapital merupakan faktor-faktor yang berpengaruh positif, semntara impor mempunyai pengaruh yang negatif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Selain itu, koefisien ekspor mempunyai nilai yang lebih besar dibanding koefisien FDI. Dengan kata lain, ekspor mempunyai dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Dengan kata lain, menggunakan strategi ekspor dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dapat menjadi suatu pilihan yang tepat dan memungkinkan. DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT, DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Oleh DEVIYANTINI H14080079 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Judul Sripsi : Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja EksporImpor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi Komparatif Negara Maju dan Negara Berkembang Nama : Deviyantini NIM : H14080079 Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Noer Azam Achsani NIP. 19681229 199203 1 016 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Kelulusan : PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juni 2012 Deviyantini H14080079 RIWAYAT HIDUP Deviyantini. Dilahirkan di Bogor, pada tanggal 30 Juni 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Peri Sambudja dan Wahyuningsih. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Al-Ghazaly Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, pada tahun 2010 penulis mengikuti program pengabdian masyarakat, IPB Go Field 2010, program pembuatan biogas, selama satu bulan di Kampung Joglo, Desa Cibeureum, Cisarua, Kabupaten Bogor. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Sharia Economic Student Club (SES-C) selama satu tahun di tahun 2011 sebagai staff Divisi Media Ekonomi Syariah dan menjalani beragam kegiatan kepanitiaan. Penulis juga merupakan peraih beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2010, 2011, dan 2012. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Juduk skripsi ini adalah “Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja Ekspor-Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi Komparatif Negara Maju dan Negara Berkembang”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Beberapa pihak tersebut antara lain: 1. Prof. Dr. Noer Azam Achsani, selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar serta memberikan ilmu, arahan dan masukan kepada penulis, baik secara teknis, teoritis, maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku dosen penguji utama yang telah memberikan krtik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen komisi pendidikan yang telah memberikan saran tentang tata cara penulisan skripsi yang baik. 4. Kedua orang tua, Bapak Peri Sambudja dan Ibu Wahyuningsih serta adik penulis, Shary Febriani, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungannya yang tak pernah putus untuk penulis. 5. Kak Indra, M.Si yang telah dengan ikhlas memberikan banyak bantuan kepada penulis mengenai sumber data serta pengolahannya. 6. Kak Ade dan Kak Heni yang telah memberikan informasi mengenai datadata yang dibutuhkan. 7. Teman-teman satu bimbingan, Vevi Retno Maretha, Retno Wulandari, dan Dewa Putu Adityadharma yang telah menjadi partner yang sangat baik dan untuk ilmunya yang bermanfaat, perhatian, semangat, serta kesabarannya dalam menghadapi banyak kekurangan yang penulis 8. miliki. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini di saat senang dan sulit. 9. Kak Retni, Kak Solihin, dan Kak Riska yang dengan senang hati membantu penulis dan membagi pengalamannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 10. Seluruh jajaran staff Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan kerjasamanya. 11. Fitria Nugrahaeni, Ashfahanirrohimah, Farida Ayu Brilyanti, R.R. Rachmaningrum, Siska Susanti, dan Merry Puspamega, sebagai sahabat yang selalu setia menemani penulis dan juga membantu dalam proses penulisan ini, terima kasih juga untuk canda tawa dan semangat yang telah kalian berikan. 12. Teman-teman Ilmu Ekonomi 45 serta teman-teman SES-C 2011 atas dukungannya selama ini. 13. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Juni 2012 Deviyantini H14080079 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................ i DARTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi DAFTAR ISTILAH .................................................................................... vii PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12 2.1 Integrasi Ekonomi ........................................................................... 12 2.2 Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 15 2.2.1 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar ....................................... 16 2.2.2 Teori Pertumbuhan Solow .................................................... 17 2.2.3 Kenaikan dalam Faktor-Faktor Produksi .............................. 18 2.3 Foreign Direct Investment (FDI) .................................................... 20 2.3.1 Motif Foreign Direct Investment .......................................... 20 2.3.2 Dampak Foreign Direct Investment ..................................... 21 I. ii 2.4 Perdagangan Internasional .............................................................. 23 2.4.1 Dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian 24 2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 26 2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 30 2.7 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 25 III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 34 3.1 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 34 3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ........................................... 35 3.3 Perumusan Model ........................................................................... 35 3.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 37 3.4.1 Metode Data Panel ................................................................ 37 3.4.2 Data panel Dinamis ............................................................... 38 3.4.2.1 First-Differences GMM (AB-GMM) ....................... 40 3.4.2.2 System GMM (SYS-GMM) ...................................... 48 3.4.2.3 Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis ...................... 49 3.4.3 Granger Causality Test pada Data Panel .............................. 50 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 52 4.1 Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju dan Negara Berkembang ................................................................ 52 4.1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI.. 58 4.1.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor .......... 59 4.1.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor ........... 61 iii 4.1.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital ......... 62 4.1.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja .................................................................................... 64 4.2 Granger Causality Test pada Data Panel ........................................ 65 4.3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis ................ 69 4.3.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Seluruh Kawasan .............................................................. 69 4.3.1.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju ................... 69 4.3.1.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju ......................................... 72 4.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ......................................................... 74 4.3.2.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ....... 76 4.3.2.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ............................. 76 4.3.2.3 Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ............................. 79 4.3.2.4 Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ............................. 81 iv 4.3.2.5 Pengaruh Jumlah Kapital terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang .............................. 4.3.3 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 82 83 84 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 84 5.2 Saran .................................................................................................. 85 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87 LAMPIRAN ................................................................................................. 90 v DAFTAR TABEL Nomor 1.1 Halaman Negara-Negara yang Termasuk Kategori Negara Maju dan Negara Berkembang ........................................................................................ 5 1.2 Pertumbuhan Ekonomi, FDI Net Inflows, dan Ekspor di Dunia ........ 7 2.1 Tahapan Integrasi Ekonomi ................................................................ 13 3.1 Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ......................... 34 4.1 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Berkembang Periode 2000-2010 ............................... 4.2 53 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Maju Periode 2000-2011 ........................................... 56 4.3 Granger Causality Test ...................................................................... 66 4.4 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju ................................................................... 4.5 70 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ....................................................... 74 4.10 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis .......... 83 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 32 4.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI .............. 58 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor ........................ 60 4.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor ......................... 61 4.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital ....................... 63 4.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja .......... 64 vii DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Halaman Hasil Granger Causality Test Kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara .............................................................................. 91 2. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Maju .......................... 92 3. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Berkembang .............. 94 4. Hasil Estimasi di Negara Maju (ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara) ............................................................................ 5. Hasil Estimasi di Negara Berkembang (ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara) ............................................................................ 6. 104 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor di Negara-Negara Maju ..................................................................... 10. 103 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor di Negara-Negara Berkembang ......................................................... 9. 102 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Inwards FDI di Negara-Negara Maju ................................................ 8. 99 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Inwards FDI di Negara-Negara Berkembang .................................... 7. 96 105 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor di Negara-Negara Berkembang ......................................................... 106 viii 11. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor di Negara-Negara Maju ..................................................................... 12. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital di Negara-Negara Berkembang ......................................................... 13. 109 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan Kerja di Negara-Negara Berkembang ............................................... 15. 108 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital di Negara-Negara Maju ..................................................................... 14. 107 111 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan Kerja di Negara-Negara Maju ........................................................... 112 16. Korelasi Antar Variabel di Negara Maju ........................................... 114 19. Korelasi Antar Variabel di Negara Berkembang ............................... 115 ix DAFTAR ISTILAH No. Istilah Keterangan 1. Contagion effect Efek penularan akibat fluktuasi ekonomi 2. Competitive advantage Keunggulan komparatif suatu produk dalam perdagangan internasional 3. Economic union Salah satu bentuk integrasi ekonomi 4. Emerging countries Negara-negara dengan proses pertumbuhan dan industrialisasi yang cepat 5. Export-led growth Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh FDI 6. FDI-led growth Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh ekspor 7. Gross National Product Total output domestik dan asing yang dihasilkan oleh warga negara maupun bukan warga negara yang tinggal di suatu negara. 8. Host country Negara yang menjadi tujuan investasi 9. Inwards FDI Aliran masuk FDI 10. Multinational Perusahaaan Corporation pusatnya internasional berada di suatu yang kantor negara dan mempunyai banyak kantor cabang yang tersebar di seluruh dunia x 11. Newly Industrializing Negara-negara yang telah mencapai sektor Countries manufaktur yang secara relatif lebih maju 12. Pro-foreign investment Mendukung masuknya investasi asing 13. Return Hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi 14. Subsidiary Anak perusahaan yang didirikan di negara lain 15. Subprime mortgage Pembekuan pada beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan berisiko tinggi yang kemudian menimbulkan krisis 16. Value added Nilai tambah 17. Volatile Fluktuatif I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi dalam arti ekonominya, menandakan semakin terbukanya perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional, serta investasi asing langsung. Situasi ini pun dianggap menjadi suatu peluang bagi seluruh negara di dunia, baik untuk negara maju maupun negara berkembang. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara untuk dapat memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan internasional maupun investasi. Pada kenyataanya, fenomena globalisasi tidak hanya memberikan peluang, tapi juga memberikan ancaman. Bagi negara-negara maju globalisasi mungkin telah mendatangkan berkah bagi mereka. Kondisi berbeda dirasakan di negara-negara berkembang, dimana globalisasi belum memberikan manfaat yang banyak, bahkan ada pula yang menimbulkan bencana untuk negaranya (Damanhuri, 2010). Pada akhirnya, situasi ini mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia internasional. Integrasi ekonomi yang terjadi antar negara-negara di dunia, biasanya diiringi oleh munculnya kerjasama atau kesepakatan dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial dan budaya. Sejumlah perjanjian kerjasama baik perjanjian bilateral maupun regional, khususnya dalam bidang ekonomi, telah dibuat sebagai upaya mencapai integrasi ekonomi yang lebih kuat. Menurut 2 Purwanto (2011), sesuai laporan WTO (World Trade Organization), perkembangan dunia internasional setelah perang Dunia II diwarnai oleh fenomena maraknya perjanjian ekonomi regional di berbagai belahan dunia menuju ke arah globalisasi. Hingga tahun 2006 terdapat sekitar 200 perjanjian ekonomi regional di seluruh dunia yang berjalan efektif dan masih ada sejumlah lagi dalam taraf negosiasi. Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional terbesar di dunia. Pertama, European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan Eropa. Kedua, North American Free Trade Area (NAFTA), yaitu bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan Amerika Utara. Serupa dengan negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara, negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga membentuk organisasi di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan nama Association of South East Asian Nations (ASEAN). Saat ini ASEAN mencoba untuk memperluas lagi kerjasamanya dengan negara-negara lain seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, New Zealand, Australia, dan India, yang kemudian disebut sebagai kawasan ASEAN+6. Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan liberalisasi perdagangan yang merupakan ciri dari kondisi perekonomian yang semakin mengglobal. Integrasi ekonomi juga telah memperluas kesempatan bagi negara-negara di dunia dalam berinvestasi. Situasi ini tentunya akan memengaruhi iklim investasi dunia, khususnya investasi dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI), yang saat ini banyak dipilih oleh para investor. Kedua kegiatan ekonomi ini, menurut para ekonom, dianggap mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi 3 suatu negara, khususnya untuk negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka. Liberalisasi perdagangan atau kegiatan perdagangan bebas mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan ini dapat mendatangkan pendapatan untuk suatu negara yang dapat menambah cadangan devisa. Peningkatan cadangan devisa akan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Namun ada pula hal yang perlu diwaspadai dari kegiatan ekonomi ini. Perdagangan bebas menyebabkan adanya ketergantungan antar negara yang terlibat dalam kegiatan ini. Kondisi tersebut dapat menimbulkan contagion effect yang pada akhirnya akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi di negara lain. Contohnya yaitu peristiwa krisis Asia tahun 1997 serta krisis finansial global tahun 2007. Peristiwa krisis Asia berawal dari terdevaluasinya mata uang Baht Thailand, sementara krisis finansial global muncul sebagai akibat dari terjadinya subprime mortgage di Amerika Serikat. Kedua peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh negara di dunia akan pentingnya menguatkan serta meningkatkan kerjasama intra regionalnya. Liberalisasi perdagangan bukan satu-satunya kegiatan ekonomi yang berkembang setelah terjadinya integrasi ekonomi. Kegiatan investasi, khususnya FDI, juga dapat meningkat jumlahnya setelah dilakukannya integrasi ekonomi di berbagai negara. Karakter dari aliran modal jangka pendek yang bersifat volatile, menyebabkan pemerintah di negara maju maupun negara berkembang mengalihkan fokus mereka yang awalnya menarik aliran modal jangka pendek beralih untuk menarik masuk aliran FDI (Miankhel et al, 2009). Ini dikarenakan FDI mempunyai dampak jangka panjang untuk negara penerima, dimana dalam 4 FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, maupun manajemen. Sridharan et al (2009) juga berpendapat bahwa FDI memberikan keuntungan bukan hanya untuk investor, namun juga bagi negara penerima investasi itu sendiri. Investor asing mendapat keuntungan dengan memanfaatkan aset mereka dan sumber daya secara efisien melalui FDI, sementara negara penerima mendapat keuntungan dengan memperoleh teknologi serta dapat terlibat dalam produksi internasional dan jaringan perdagangan. Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi di host country. Seperti halnya perdagangan internasional, perlu disadari pula bahwa FDI tidak hanya berdampak positif terhadap perekonomian, namun dapat pula berdampak negatif. Menurut Oktaviani et al (2010) pada awalnya FDI dapat memperbaiki posisi devisa di host country, tetapi dalam jangka panjang dampaknya dapat berbalik dan menyebabkan pengurangan dari devisa itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena adanya impor besar-besaran dari barang-barang setengah jadi serta barang modal ke host country. Kondisi ini juga diperburuk oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga serta royalti. Selain itu, FDI juga menyebabkan turunnya investasi domestik, karena kalah bersaing dengan modal asing. FDI dan perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang muncul sebagi akibat dari semakin terbukanya perekonomian global. Keduanya dapat menjadi pendorong bagi proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Banyak negara yang menggunakan kedua strategi ini sebagai upaya dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, antara FDI-led growth maupun 5 export-led growth memberikan dampak yang berbeda di berbagai negara. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian dan dijadikan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan ekonomi dalam menentukan strategi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, khususnya untuk negara-negara maju dan negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, maupun Amerika Utara yang akan dibahas dalam penelitian ini. Tabel 1.1 Negara-Negara yang Termasuk Kategori Negara Maju dan Negara Berkembang No. Negara Income Group Kategori Negara 1. Indonesia Lower middle income Negara Berkembang 2. Malaysia Upper middle income Negara Berkembang 3. Singapura High income: non-OECD Negara Maju 4. Thailand Upper middle income Negara Berkembang 5. Filipina Lower middle income Negara Berkembang 6. Jepang High income: OECD Negara Maju 7. Cina Upper middle income Negara Berkembang 8. Korea Selatan High income: OECD Negara Maju 9. India Lower middle income Negara Berkembang 10. Australia High income: OECD Negara Maju 11. New Zealand High income: OECD Negara Maju 12. Perancis High income: OECD Negara Maju 13. United Kingdom High income: OECD Negara Maju 14. Jerman High income: OECD Negara Maju 15. Kanada High income: OECD Negara Maju 16. United States High income: OECD Negara Maju 17. Meksiko Upper middle income Negara Berkembang Sumber: World Bank, 2010 Secara umum, menurut Todaro dan Smith (2003), untuk menentukan suatu negara termasuk dalam kategori negara maju atau negara berkembang, dapat dilihat dari tingkat pendapatan nasionalnya. Suatu negara yang termasuk kategori 6 negara berkembang adalah negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan rendah (low income), menengah-bawah (lower-middle income), dan menengahatas (upper-middle income). Sementara negara dengan pendapatan tinggi (high income) termasuk dalam kategori negara maju. Tabel 1.1 diatas menjadi acuan untuk menentukan negara-negara mana saja yang termasuk ke dalam negara maju dan negara mana saja yang termasuk ke dalam kategori negara berkembang di dalam penelitian ini. 1.2 Perumusan Masalah Globalisasi telah membuat negara-negara dunia seolah menjadi tanpa batas. Barang dan jasa serta modal mengalir begitu deras dari satu negara ke negara lainnya setelah terjadinya globalisasi. Globalisasi membuat ukuran pasar menjadi semakin luas. Negara yang memiliki keunggulan kompetitif semakin dapat memperkaya negaranya, sementara negara yang tidak siap dalam menghadapi persaingan dalam pasar global akan semakin terpuruk (Oktaviani dan Novianti, 2009). FDI dan perdagangan internasional merupakan bagian dari globalisasi ekonomi saat ini. Pada Tabel 1.2 dapat kita lihat perkembangan dari pertumbuhan ekonomi, FDI net inflows, dan ekspor dunia dari tahun 2000 sampai 2010. Pada tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa sejak tahun 2008, persentase pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan dan mencapai puncak penurunannya di tahun 2009. Begitu pula terjadi penurunan dari perkembangan FDI net inflows dan ekspor dunia pada tahun 2009. Penurunan tersebut merupakan dampak dari terjadinya krisis finansial global yang terjadi di tahun 2007. Merosotnya 7 pertumbuhan ekonomi, dan juga indikator ekonomi lainnya di tahun 2009 telah memberikan informasi kepada negara-negara di dunia bahwa saat ini faktor eksternal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi di suatu negara. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi, FDI Net Inflows, dan Ekspor di Dunia Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen per tahun) FDI Net Inflows (persen dari GDP) Ekspor Barang dan Jasa (persen dari GDP) 2000 4.28 5.03 24.74 2001 1.63 2.78 24.11 2002 1.96 2.25 23.99 2003 2.66 1.75 24.19 2004 4.09 1.84 25.69 2005 3.55 2.64 26.71 2006 4.06 3.20 28.10 2007 3.96 4.18 28.65 2008 1.49 3.09 29.46 2009 -2.33 2.29 25.47 2010 4.21 2.08 27.86 Sumber: World Bank, 2010 Banyak negara yang berupaya meningkatkan aliran masuk FDI serta pangsa ekspornya dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif. Salah satu negara berkembang yang mengalami peningkatan dalam inwards FDI adalah India. Menurut data International Financial Statistics dalam Jayachandran dan Seilan (2010), jumlah inwards FDI India pada tahun 2000 yaitu sebesar US$ 2.32 miliar, dan kemudian mengalami peningkatan di tahun 2005 menjadi US$ 6.59 miliar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan negara maju, seperti United States (US). Pada tahun 2007, nilai inwards FDI US mencapai US$ 2.1 triliun yang sebelumnya berada di posisi US$ 1.8 triliun pada tahun 2006 (Jackson, 8 2008). Kegiatan perdagangan internasional, khusunya ekspor, juga mengalami peningkatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Berdasarkan data dari World Bank, Jerman mempunyai share ekspor barang dan jasa terhadap GDP di tahun 2000 sebesar 33.38 persen, dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 46.83 persen. Thailand yang termasuk dalam kategori negara berkembang juga mengalami peningkatan dalam share ekspornya terhadap GDP. Pada tahun 2000 share ekspor barang dan jasanya sebesar 66.78 persen dari GDP, kemudian meningkat menjadi 71.25 persen di tahun 2010. FDI dan perdagangan internasional telah dijadikan suatu strategi oleh negara-negara di dunia dalam mempercepat proses pertumbuhan ekonomi negara mereka. Namun, dampak dari FDI serta perdagangan internasional tidaklah sama antar satu negara dengan negara lainnya, terutama antara negara maju dan negara berkembang. Negara maju dan negara berkembang mempunyai kondisi perekonomian yang berbeda. Negara maju memiliki tingkat kesejahteraan, tingkat produktivitas, kualitas sumber daya manusia, dan standar hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Sehingga, kebijakan ataupun strategi ekonomi yang diterapkan untuk negara maju, tidak dapat disamakan atau bahkan secara langsung diterapkan di negara berkembang. Pemerintah negara berkembang, perlu melakukan berbagai pertimbangan dan penyaringan untuk menentukan kebijakan maupun strategi yang tepat dalam mencapai tujuan-tujuan ekonominya, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang positif. Pada model pertumbuhan neoklasik, dikatakan pula bahwa jumlah kapital serta tenaga kerja mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal ini pula yang perlu menjadi bahan pertimbangan bagi 9 pemerintah di seluruh dunia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya dari sisi tenaga kerja dan modal. Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada penelitian ini, yaitu: 1. Apakah ada hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi? 2. Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth, atau sebaliknya, pada kasus negara maju? 3. Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth, atau sebaliknya, pada kasus negara berkembang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terkait dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah: 1. Menganalisis hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju antara FDI-led growth atau export-led growth. 3. Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang antara FDI-led growth atau export-led growth. 10 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi penulis, pembaca, maupun para pembuat kebijakan, diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama berada di bangku perkuliahan serta dapat menambah wawasan baru. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pembaca serta dapat dijadikan bahan rujukan atau acuan untuk penelitan selanjutnya. 3. Bagi para pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga akan membandingkan strategi yang paling baik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi antara FDI-led growth atau export-led growth pada kasus negara maju dan negara berkembang. Negaranegara maju dan berkembang yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu, negara-negara di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6 yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Cina, New Zealand, Australia, dan India. Negara-negara ASEAN lainnya tidak disertakan dalam penelitian ini karena 11 adanya keterbatasan dalam memperoleh data untuk negara-negara tersebut. Negara-negara Uni Eropa diwakili oleh Perancis, Jerman, dan United Kingdom, sementara negara-negara di kawasan Amerika Utara, diwakili oleh United States, Kanada, dan Meksiko. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori terkait dengan penelitian. Teori-teori tersebut diantaranya mengenai integrasi ekonomi, pertumbuhan ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian terdahulu, yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini yang selanjutnya pada akhir bab ditutup dengan kerangka pemikiran. 2.1 Integrasi Ekonomi Integrasi ekonomi merupakan suatu kebijakan komersial atau kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif menghapuskan atau menurunkan hambatan-hambatan perdagangan, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif. Artinya, kebijakan ini hanya akan berlaku bagi negara-negara teretentu yang sudah saling sepakat untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Tujuannya yaitu untuk mencapai kesejahteraan serta stabilitas yang tinggi untuk negara-negara anggotanya (Salvatore, 1997). Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara yang menjadi anggota dari suatu integrasi ekonomi tersebut biasanya bedekatan secara geografis. Integrasi ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara dalam kawasan tertentu, mempunyai beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut menunjukkan seberapa kuatnya kerjasama yang berlangsung diantara negara-negara yang terlibat dalam integrasi tersebut. Balassa dalam Oktaviani et al (2010) mengatakan ada beberapa tahapan dari integrasi ekonomi. Berikut tahapan-tahapan tersebut beserta penjelasannya pada Tabel 2.1. 13 Tabel 2.1. Tahapan Integrasi Ekonomi Keterangan Tahapan Suatu kawasan di mana tarif dan dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun Free Trade Area (FTA) masing-masing negara tetap menerapkan tarif terhadap negara bukan anggota. Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara, tetapi Customs Union (CU) menerapkan hambatan yang sama terhadap negara bukan anggota. Merupakan Customs Union yang juga meniadakan hambatan-hambatan pada pergerakan faktor-faktor produksi (barang, jasa, Common Market dan aliran modal). Kesamaan harga dari faktorfaktor produktif diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Merupakan Common Market dengan tingkat Economic Union Integration harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan, termasuk kebijakan struktural. Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan pembentukan lembaga Total Economic Integration supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh anggota. Sumber: Balassa dalam Oktaviani et al (2010) Oktaviani et al (2010) juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda mengenai tingkatan integrasi ekonomi, yaitu: 1. Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangements) Ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling longgar. Negaranegara yang menjadi anggota dalam integrasi ini sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara luar yang bukan merupakan anggota. Contoh: Skema Preferensi Persemakmuran Inggris (British Commonwealth Preference Scheme). 14 2. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area) Bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun setiap negara anggota masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan untuk negara-negara luar yang bukan anggota. Contoh: AFTA dan NAFTA. 3. Persekutuan Pabean (Customs Union) Semua negara anggota diwajibkan untuk menghilangkan semua bentuk perdagangan di antara negara-negara anggota. Selain itu, mereka juga harus menyeragamkan kebijakan perdagangannya terhadap negaranegara luar yang bukan anggota. Penyelarasan kebijakan perdagangan ini merupakan ciri utama Persekutuan Pabean. Contohnya: Uni Eropa atau Europan Union (EU). 4. Pasar Bersama (Common Market) Pada bentuk integrasi ekonomi ini, bukan hanya perdagangan barang saja yang dibebaskan, tetapi juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal. Contoh: Uni Eropa yang telah mencapai status pasaran bersama itu pada akhir tahun 1992. 5. Uni Ekonomi (Economic Union) Integrasi ini berada pada tingkatan tertinggi dari integrasi ekonomi. Harmonisasi dilakukan lebih jauh, bahkan dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota. Contohnya: Benelux 15 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kemajuan ekonomi suatu negara. Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith, 2003). Ada tiga faktor utama berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu bangsa, yaitu: 1. Akumulasi modal Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung serta diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. 2. Pertumbuhan penduduk Secara tradisional, pertumbuhan penduduk dianggap mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. 3. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Kemajuan teknologi terjadi 16 karena ditemukan cara baru sebagai perbaikan dari cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam argumen pasar bebas neoklasik merupakan keyakinan bahwa liberalisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi domestik maupun yang berasal dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan Gross National Product (GNP), hal tersebut sama dengan penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negaranegara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Model-model pertumbuhan neoklasik tradisional sesungguhnya bertolak secara langsung dari model Harrod-Domar dan Solow. 2.2.1 Model Pertumbuhan Harrod-Domar Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan 17 netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP. Y Y s ............................................................................................. (2.1) k Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (ΔY/Y) ditentukan secara bersamasama oleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k). 2.2.2 Model Pertumbuhan Solow Model pertumbuhan neoklasik selanjutnya yaitu model pertumbuhan neoklasik Solow. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu persamaan pertumbuhan. Berbeda dengan model teknologi ke dalam Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoretisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 18 Dalam bentuk yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y K AL 1 ................................................................................. (2.2) Pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagi model pertumbuhan “eksogen”. Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional pertumbuhan output bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal, dan penyempurnaan teknologi. Kenaikan kuantitas dan kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan juga perbaikan pendidikan. Faktor penambahan modal dapat dilihat melalui tabungan dan investasi. 2.1.1 Kenaikan dalam Faktor-Faktor Produksi Menurut Mankiw (2007), kenaikan dalam faktor-faktor produksi memberikan kontribusi pada kenaikan output. Kita mulai dengan mengasumsikan tidak ada perubahan teknologi, sehingga fungsi produksi yang mengaitkan Y dengan modal (K) dan tenaga kerja (L) adalah konstan: Y = F(K,L) .......................................................................................... (2.3) 19 Ini artinya, output berubah karena jumlah modal dan tenaga kerja berubah. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut dari fungsi tersebut. 1. Kenaikan Modal Produk marjinal modal (MPK) menyatakan berapa banyak output meningkat ketika modal meningkat sebesar satu unit. MPK = F(K+1, L) – F(K,L) ............................................................... (2.4) Oleh karena itu, ketika modal meningkat sebesar ΔK unit output meningkat mendekati MPK x ΔK. ΔY = MPK x ΔK ................................................................................. (2.5) 2. Kenaikan Tenaga Kerja Produk marjinal tenaga kerja (MPL) menyatakan berapa banyak perubahan output ketika tenaga kerja meningkat sebesar satu unit, yaitu MPL = F(K, L+1) – F(K,L) ................................................................ (2.6) Karena itu, ketika jumlah tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka output meningkat sampai mendekati MPL x ΔL. ΔY = MPL x ΔL .................................................................................. (2.7) 3. Kenaikan Modal dan Tenaga kerja Anggaplah bahwa jumlah modal meningkat sebesar ΔK dan jumlah tenaga kerja meningkat sebesar ΔL. Kenaikan output kemudian berasal dari dua sumber. Kita bisa membagi kenaikan ini menjadi dua sumber dengan menggunakan produk marjinal dari dua input: ΔY = (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL) ....................................................... (2.8) 20 2.3 Foreign Direct Investment (FDI) FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut Hady (2004), FDI merupakan investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan dimana investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal tersebut. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya. 2.3.1 Motif Foreign Direct Investment Berikut merupakan motif suatu negara memilih investasi dalam bentuk FDI diantaranya: a. Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik, yang merupakan motif utama dari FDI. b. Untuk melakukan diversifikasi resiko. c. Untuk tetap memiliki competitive advantage melalui direct control dengan melakukan hal-hal berikut: 1) Horizontal Integration Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau MNC yang biasanya berada dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan 21 tujuan untuk melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan ilmu pengetahuan atau teknologi, dan managerial skill tertentu sehingga tetap memiliki competitive advantage di setiap pasar luar negeri yang dimasuki. 2) Vertical Integration Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun “forward integration”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin. Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik. d. Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI. 2.3.2 Dampak Foreign Direct Investment FDI mempunyai pengaruh bagi negara tujuan investasi atau yang biasa disebut dengan host country. Dampak positif dari keberadaan FDI di host country, menurut Oktaviani et al (2010) yaitu: a. Sumbangan positif penanaman modal asing ini, yaitu peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat 22 investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual “tabungan domestik” yang dapat dimobilisasikan. b. Dengan memungut pajak atas keuntungan MNC dan ikut serta secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan secara lebih baik. c. MNC tersebut tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber finansial dan pabrik-pabrik baru saja kepada negara-negara miskin yang bertindak sebagai host country, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik. d. MNC juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri, mencari alternatif pasokan sumber daya, serta memperluas jaringanjaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional. e. MNC akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju oleh negara-negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada negara-negara Dunia Ketiga. Selain dampak positif yang telah disebutkan di atas, MNC dalam kegiatan ekonominya, tentu juga memiliki dampak negatif, diantaranya: 23 a. Keberadaan MNC seringkali memberi pengaruh negatif terhadap tingkat upah rata-rata. b. Dalam jangka panjang, keberadaan MNC dapat mengurangi penghasilan devisa, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal. c. MNC berpotensi besar untuk merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan semangat bisnis para usahawan lokal. d. MNC juga sering menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk memengaruhi, menyuap, dan memanipulasi berbagai kebijakan pemerintah di host country ke arah yang tidak menguntungkan bagi pembangunannya. 2.4 Perdagangan Internasional Setiap negara di dunia mempunyai banyak keterbatasan. Baik itu keterbatasan sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun teknologi. Tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi oleh sumber daya yang tersedia di negara tersebut. Sehingga, setiap negara di dunia perlu melakukan interaksi dengan negara lainnya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negara tersebut, salah satunya melalui perdagangan internasional. Menurut Damanhuri (2010), perdagangan luar negeri memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pembangunan di suatu negara. Model pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Keynes, perdagangan internasional merupakan salah satu determinan bagi pendapatan suatu negara. Secara sederhana, pemikiran Keynes tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan di bawah ini: 24 Y C I G N X .................................................................... (2.9) Dalam persamaan tersebut, Y adalah pendapatan sebuah negara, C merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga, I adalah simbol untuk investasi atau pengeluaran modal yang dilakukan oleh sektor produsen, G adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, X merupakan ekspor yang dilakukan oleh negara, sementara M adalah simbol untuk impor yang dilakukan oleh sebuah negara. Dalam persamaan tersebut, perdagangan internasional disimbolkan dengan (X-M). 2.4.1 Dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Perdagangan internasional sering pula dikatakan sebagai “mesin pertumbuhan” (engine of growth). Menurut Salvatore (1997), sekalipun perdagangan internasional tidak bisa menjadi “mesin pertumbuhan” yang efektif bagi negara-negara berkembang, namun bukan berarti perdagangan internasional tidak ada kegunaannya. Para ekonom seperti Haberler mengatakan keuntungankeuntungan yang bisa diperoleh dari perdagangan internasional, diantaranya: a. Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya domestik di suatu negara berkembang. b. Perdagangan internasional dapat menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomi (economies of scale) yang lebih tinggi, melalui peningkatan ukuran pasar. c. Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi gagasan-gagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan 25 manajerial, dan bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi kegiatan bisnis. d. Perdagangan antar negara juga merangsang dan memudahkan mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara berkembang. e. Impor produk-produk baru dapat merangsang permintaan domestik serta dapat memberikan inspirasi dan membuka lahan bisnis baru yang menguntungkan bagi para produsen setempat. f. Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah monopoli karena perdagangan pada dasarnya dapat merangsang peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari negara lain. Menurut Oktaviani et al (2010), kegiatan perdagangan internasional tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu: a. Terpengaruhnya perekonomian nasional oleh situasi dan kondisi pasar dunia. Apabila kita tidak merespon situasi pasar dunia, maka kita akan ditinggalkan oleh negara-negara lain. b. Berpengaruh pada perubahan terhadap kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan apabila pengaruh global tersebut berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. c. Menciptakan ketergantungan produk terhadap suatu negara. d. Eksploitasi terhadap sumber daya karena untuk memenuhi permintaan pasar dunia. 26 e. 2.5 Terbentuknya proteksi non-tarif yang dapat menghambat produk ekspor. Penelitian Terdahulu Hubungan antara FDI, perdagangan internasional, serta pertumbuhan ekonomi telah menjadi satu topik yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari hubungan tersebut. Beberapa penelitian untuk kasus-kasus negara tertentu berhasil membuktikan adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang diuji, sementara untuk kasus lainnya tidak ditemukan hubungan yang saling memengaruhi antar variabel-variabelnya. Li dan Liu (2005) melakukan penelitian untuk menguji hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara. Metode yang digunakan adalah 3SLS (3 Stages Least Squares). Hasil penelitian menemukan adanya hubungan komplemen yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Penelitian ini juga menyampaikan bahwa modal manusia dan kemampuan menyerap teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Pada gilirannya, hal ini akan menaikkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing. Miankhel et al (2009) mempelajari hubungan dinamis antara ekspor, FDI, Produk Domestik Bruto (PDB) di enam emerging countries, yaitu Chile, 27 India, Meksiko, Malaysia, Pakistan, dan Thailand. Negara-negara tersebut dipilih karena mempunyai tahap pertumbuhan yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan kerangka time series dari Vector Error Correction Model (VECM). Hasil menunjukkan bahwa di Asia Selatan ada bukti hipotesis pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor. Pada kasus lain, dalam jangka panjang, ditemukan bahwa pertumbuhan PDB sebagai faktor umum yang mengendalikan pertumbuhan variabel lain seperti ekspor untuk kasus di Pakistan dan FDI untuk kasus di India. Negara-negara Amerika Latin, Meksiko dan Chile menunjukkan hubungan yang berbeda dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang ekspor memengaruhi pertumbuhan FDI dan output. Pada kasus negara-negara Asia Timur, ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara PDB dan FDI di Thailand, sementara tidak ditemukan hubungan antara variabel-variabel dalam kasus di Malaysia. Nath (2009) melakukan sebuah penelitian untuk menguji dampak perdagangan dan FDI terhadap pertumbuhan PDB riil per kapita di tiga belas ekonomi transisi Eropa Timur dan Tengah, serta wilayah Baltik (CEEB) dari tahun 1991 sampai 2005. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel fixed effects. Hasil menunjukkan bahwa terdapat dampak positif yang signifikan dari perdagangan terhadap pertumbuhan. Penelitian ini juga menemukan bahwa determinan penting dari pertumbuhan di wilayah CEEB adalah investasi domestik. Secara umum, FDI tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan di ekonomi transisi. Yu et al (2010) melakukan penelitian berkaitan dengan FDI dan pertumbuhan ekonomi di Cina. Hal yang berbeda dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan model dua sektor. Dua sektor yang dimaksud yaitu sektor 28 yang didanai oleh asing dan sektor yang didanai oleh domestik. Penelitian ini menggunakan metode regresi OLS (Ordinary Least Square) dan Koyek Geometric Lag Model. Hasil uji menunjukkan bahwa investasi modal mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di Cina. Penelitian ini juga menemukan bahwa sektor yang didanai asing mendorong perkembangan sektor yang didanai domestik serta pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Iqbal et al (2010) tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Mereka menguji hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi di Pakistan menggunakan data kuartalan time series dari tahun 1988 sampai 2005. Metode yang digunakan adalah model Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Mechanism (VECM). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kausalitas dua arah antara FDI dan PDB, FDI dan ekspor, PDB dan ekspor, serta impor dan ekspor. Sementara hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah untuk variabel impor terhadap FDI dan PDB. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji tersebut bahwa FDI yang diinvestasikan di Pakistan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan strategi perdagangan asing negara Pakistan. Hasil uji juga menggambarkan bahwa FDI dan perdagangan adalah dua faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Jayachandran dan Seilan (2010) meneliti tentang perdagangan, FDI, dan pertumbuhan ekonomi di India selama periode 1970-2007. Penelitian ini menggunakan uji kausalitas Granger. Hasil menunjukkkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas timbal balik antara variabel-variabel tersebut di India. FDI dan ekspor di India adalah salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan 29 ekonomi, namun, tinggi atau rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai pengaruh terhadap keberadaan FDI dan ekspor di India. Moudatsou dan Kyrkilis (2011) melakukan uji terhadap hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi di dua Asosiasi Ekonomi yang berbeda yaitu, European Union (EU) dan Association of South East Asian Nations (ASEAN). Penelitian ini menggunakan data panel selama periode 1970 sampai 2003. Objek dari penelitian ini, untuk EU yaitu, Austria, Belgia, Siprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Malta, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Anggota ASEAN tidak dilibatkan seluruhnya dalam penelitian ini, seperti halnya dengan EU, yaitu hanya negara Indonesia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Penelitian tersebut menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi dari host country mendorong aliran FDI untuk masuk ke negara tersebut baik di negara maju atau negara berkembang. Hasil empiris panel data menunjukkan untuk negara-negara anggota EU, hasilnya mendukung hipotesis hubungan kausalitas FDI dan PDB, dimana pertumbuhan didorong oleh FDI. Sementara untuk negara-negara anggota ASEAN ada hubungan kausalitas dua arah antara PDB riil per kapita dan FDI, khususnya untuk kasus di Indonesia dan Thailand. Omer dan Yao (2011) melakukan penelitian dengan dimensi yang berbeda. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji hubungan kausalitas antara aliran masuk FDI dan siklus bisnis di Malaysia. Model yang digunakan adalah uji kausalitas Granger dan VAR Impulse Responses. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara aliran masuk FDI dan siklus bisnis. Penemuan juga menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan asing dalam bentuk 30 aliran masuk FDI dan perkembangan siklus bisnis negara tuan rumah berhubungan dalam jangka panjang. Tiwari dan Mutascu (2011) menguji dampak dari FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Penelitian ini menganalisis menggunakan data panel untuk periode 1986 sampai 2008. Penelitian ini juga menguji nonlinearitas terkait FDI dan ekspor dalam proses pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia. Hasil menemukan bahwa baik FDI maupun ekspor telah mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja serta modal juga mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Penelitian ini kemudian menyarankan bagi negara-negara di Asia untuk menggunakan cara pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor pada tahap awal pertumbuhan. Pada periode berikutnya, mungkin pertumbuhan yang dipicu oleh FDI merupakan pilihan yang layak untuk dilakukan. Penelitian ini juga telah menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kali ini. 2.6 Kerangka Pemikiran Globalisasi memberikan suatu peluang sekaligus ancaman bagi negara- negara di dunia. Keterbukaan ekonomi yang muncul dari adanya globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi dibentuk oleh suatu negara, yang biasanya berada dalam kawasan geografis yang sama, dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia internasional. Saat ini ada tiga integrasi ekonomi terbesar di dunia, yaitu ASEAN, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Kondisi tersebut semakin membuat pergerakan barang, jasa, serta modal begitu cepat dari dan menuju suatu negara yang 31 menyebabkan ekspansi perdagangan internasional serta investasi, khususnya investasi dalam bentuk FDI. Kedua kegiatan ekonomi tersebut semakin banyak dipilih oleh berbagai negara karena dianggap mempunyai pengaruh positif bagi proses pertumbuhan ekonomi negara mereka, tak terkecuali negara maju dan negara berkembang. Mereka berlomba-lomba meningkatkan aliran masuk FDI serta pangsa ekspornya untuk mempercepat proses pertumbuhan ekonomi negaranya. Namun, kedua strategi ini memiliki pengaruh yang berbeda-beda antar satu negara dengan negara lainnya. Faktor pendukung lainnya seperti tenaga kerja serta jumlah modal di suatu negara juga akan disertakan dalam penelitian ini sebagai bagian dari faktorfaktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keputusan tersebut didasarkan pada teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, yaitu teori Harrod-Domar dan Solow. Keterkaitan antara FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi menjadi suatu hal yang perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel makroekonomi tersebut. Metode Granger causality test digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian. Penelitian ini juga akan membandingkan dua strategi untuk mendapatkan strategi yang terbaik dan paling efisien dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kedua strategi tersebut yaitu, FDI-led growth dan export-led growth. Metode yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut yaitu metode panel data dinamis. Analisis deskriptif juga akan dilakukan untuk menggambarkan kondisi umum yang terjadi mengenai fenomena yang sedang diselidiki dan untuk mendukung hasil dari penelitian. 32 Integrasi Ekonomi ASEAN+6, UNI EROPA, DAN AMERIKA UTARA NEGARA-NEGARA BERKEMBANG NEGARA-NEGARA MAJU Singapura, Jepang, Korea Selatan, New Zealand, Australia, Perancis, Jerman, United Kingdom, United States, dan Kanada Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Cina, India, dan Meksiko Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Teori Harrod-Domar Teori Solow Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Modal FDI Impor Ekspor Tenaga Kerja perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Granger Causality Test Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Metode Panel Data Dinamis 33 Penulis berharap dengan mengetahui hubungan antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi; serta dengan mengetahui strategi ekonomi yang terbaik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan di negara maju dan negara berkembang yang berada di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara agar dapat menentukan kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi dari negara masing-masing. Gambar 2.1 merupakan bagan kerangka pemikiran untuk lebih memperjelas sistematika dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis Penelitian 2.7 Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan kausalitas antara Foreign Direct Investment, perdagangan internasional, jumlah modal, tenaga kerja, dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh ekspor (export-led growth) jauh lebih memungkinkan dan dapat menjadi strategi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahap awal pertumbuhan, seperti di negara-negara berkembang. 3. Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh FDI (FDI-led growth) jauh lebih meningkatkan memungkinkan pertumbuhan dan dapat ekonomi berikutnya, seperti di negara-negara maju. menjadi pada strategi tahap dalam pertumbuhan III. 3.1 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data panel. Data panel merupakan suatu gabungan antara data time series dan cross section. Negara-negara yang termasuk dalam penelitian ini yaitu negara-negara di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Periode waktu yang digunakan adalah dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya World Development Indicators 2010 dari World Bank, International Financial Statistic (IFS) dari Internatinal Monetary Fund (IMF), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), dan CEIC. Peneliti juga menggunakan sumber-sumber lain seperti jurnal, artikel serta literatur-literatur lainnya untuk menambah informasi terkait penelitian. Tabel 3.1 Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian No. Variabel Keterangan Sumber Data 1. ln GDP PDB riil per kapita (constant UNCTAD 2005, US$) 2. FDI Inwards Foreign Direct UNCTAD Investment, (persen dari GDP) 3. ln X Ekspor barang, jasa, dan World Development pendapatan (constant 2005, US$) Indicators 2010 4. ln M Impor barang, jasa, dan World Development pendapatan (constant 2005, US$) Indicators 2010 5. K Gross Capital Formation (persen World Development dari GDP) Indicators 2010 6. ln L Total angkatan kerja (jiwa) UNCTAD dan CEIC 35 Pada Tabel 3.1 disajikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian beserta keterangan singkat dan sumber data tersebut. Variabel-variabel tersebut diantaranya PDB riil per kapita, inwards FDI, ekspor, impor, Gross Capital Formation, dan total angkatan kerja. 3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dan deskriptif. Penelitian ini akan menganalisis hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan jumlah angkatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga akan menganalisis strategi yang paling baik dalam mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis panel data dinamis. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007, Eviews 6, dan STATA v.10. 3.3 Perumusan Model Pada penelitian ini, model yang digunakan merujuk pada model yang digunakan oleh Iqbal et al (2010) serta Tiwari dan Mutascu (2011). Model Iqbal et al (2010) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi dari FDI, ekspor, dan impor. Model tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara variabel-variabel di dalam model. Negara yang menjadi subjek penelitian ini adalah Pakistan. Model Tiwari dan Mutascu (2011) mempunyai sedikit perbedaan dari model Iqbal et al (2010). Model tersebut mendefinisikan 36 pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi dari jumlah modal, jumlah angkatan kerja, FDI, dan ekspor. Fungsi dari model ini untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel yang akan diuji serta untuk mengkaji cara yang paling baik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara di kawasan Asia. Kedua model tersebut menjadi baseline model pada penelitian ini. Berdasarkan tujuan dan fokus dari penelitian, maka ada sebuah model yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk dua kasus berbeda, yaitu pada kasus negara maju dan negara berkembang. Model yang akan digunakan pada penelitian kali ini, yaitu: ln GDPit 0 1 ln GDPi,t 1 2 FDIit 3 ln X it 4 ln M it 5 Kit 6 ln Lit it .....(3.1) dimana: ln GDPit = pertumbuhan ekonomi negara i pada waktu t ln GDPi,t-1 = lag pertumbuhan ekonomi negara i pada waktu t FDIit = inwards FDI negara i pada waktu t ln Xit = nilai ekspor barang, jasa, dan pendapatan negara i pada waktu t ln Mit = nilai impor barang, jasa, dan pendapatan negara i pada waktu t Kit = jumlah modal negara i pada waktu t ln Lit = jumlah angkatan kerja negara i pada waktu t εit = error term 37 3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Metode Data panel Data panel merupakan salah satu metode dalam ekonometrika yang muncul karena adanya keterbatasan pada metode time series dan cross section. Istilah lain dari data panel, menurut Gujarati (2004) adalah pooled data (kumpulan dari data time series dan data cross section), micropanel data, longitudinal data (kombinasi studi atas dasar waktu dari berbagai variabel atau kelompok subjek), event history analysis (studi perubahan suatu objek dengan syarat waktu), atau cohort analysis. Keuntungan menggunakan panel data menurut Hsiao (2003) dan Klevmarken (1989) dalam Baltagi (2005), yaitu: 1. Dapat mengontrol heterogenitas individu. 2. Data panel memberikan informasi yang lebih banyak, lebih beragam, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningktakan derajat bebas, dan lebih efisien. 3. Data panel lebih baik untuk studi dynamics of adjusment. 4. Data panel lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek sederhana yang tidak terdeteksi dalam data cross section murni atau time series murni. 5. Model data panel memungkinkan kita untuk membangun dan menguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section murni atau time series murni. 38 3.4.2 Data Panel Dinamis Menurut Indra (2009), relasi diantara variabel-variabel ekonomi pada kenyataanya banyak yang bersifat dinamis. Analisis data panel dapat digunakan pada model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian dinamis (dynamic of adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lag variabel dependen diantara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, perhatikan model data panel dinamis sebagai berikut: yit dengan yi ,t 1 xit uit ; i = 1, ... , N ; t = 1, ... , T ................ (3.2) menyatakan suatu skalar, xit menyatakan matriks berukuran 1 x K dan β matriks berukuran K x 1. Dalam hal ini, diasumsikan mengikuti model one way error component sebagai berikut: uit i vit ........................................................................................ (3.3) dengan μi ~ IID (0, σ2μ) menyatakan pengaruh individu dan vit ~ IID (0, σ2v) menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa literatur disebut sebagai transient error. Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan efisiensi baik pada Fixed Effect Model (FEM) maupun Random Effect Model (REM) terkait perlakuan terhadap μi. Dalam model dinamis, situasi ini secara substansi sangat berbeda, karena yit merupakan fungsi dari μi maka yi,t-1 juga merupakan fungsi dari μi. Karena μi adalah fungsi dari uit maka akan terjadi korelasi antara variabel regressor yi ,t 1 dengan uit maka akan menyebabkan penduga least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis) menjadi bias dan inkosisten, bahkan bila vit tidak berkorelasi serial sekalipun. 39 Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel autoregresif (AR (1)) tanpa menyertakan variabel eksogen yit yi ,t dengan uit i 1 ; t = 1, ... , T ................................................. (3.4) uit ; 1 vit di mana μi ~ IID (0, σ2μ) dan vit ~ IID (0, σ2v) saling bebas satu sama lain. Penduga fixed effect bagi δ diberikan oleh N ˆ T i 1 t 1 FE dengan yi T 1/ T t yit yi N T i 1 t 1 yi ,t yi , 1 1 ............................................. (3.5) 2 yi ,t 1 yi , y dan yi , 1 it 1 1/ T 1 T t 1 yi ,t 1 . Untuk menganalisis sifat dari ˆ , dapat disubstitusi persamaan (3.4) ke (3.5) untuk memperoleh FE 1 ˆ NT FE 1 N T i 1 t 1 N NT i 1 vit vi T t 1 yi ,t yi ,t yi , 1 yi , 1 1 .............................. (3.6) 1 Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk N dan T tetap, bentuk pembagian pada persamaan (3.6) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak konvergen menuju nol bila N . Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan Nickel (1981) dan Hsiao (1986) dalam Verbeek (2004)) bahwa 1 p lim NT N N T i 1 t 1 2 vit vi yi ,t 1 yi , 1 T v 2 T 1 1 T T 2 0 ........ (3.7) sehingga, untuk T tetap akan dihasilkan penduga yang inkonsisten. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat digunakan. Arrelano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) menyarankan suatu pendekatan Generalized Method of Moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang populer. Ada dua alasan yang mendasari hal tersebut. 40 Pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood. Penduga GMM juga mempunyai kelemahan. Adapun beberapa kelemahannya, yaitu GMM estimator adalah asymptotically efficient dalam ukuran contoh besar tetapi kurang efisien dalam ukuran contoh yang terbatas (finite). Kelemahan selanjutnya dari GMM adalah estimator ini terkadang memerlukan sejumlah implementasi pemrogaman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak (software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM. Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk mengestimasi model linear autoregresife, yakni: 1. First-Difference GMM (FD-GMM atau AB-GMM) 2. System GMM (SYS-GMM) 3.4.2.1 First-Differences GMM (AB-GMM) yang konsisten dimana N Untuk mendapatkan estimasi tertentu, akan dilakukan first-difference mengeliminasi pengaruh individual yit yi ,t 1 yi ,t i yi ,t 2 i vit pada persamaan dengan T (3.4) sebagai berikut: vi ,t 1 ; t = 2, ... , T ...................... (3.8) Namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga inkonsisten karena yi ,t 1 dan vi ,t T 1 untuk yang berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila . Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat 41 menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, yi ,t digunakan sebagai instrumen. Di sini, yi ,t berkorelasi dengan 2 yi ,t 1 2 akan yi ,t 2 tetapi tidak berkorelasi dengan vi ,t 1 , dan vit tidak berkorelasi serial. Di sini, penduga variabel instrumen bagi N ˆ IV T i 1 N T t 2 i 1 t yi ,t y 2 i ,t yit 2 2 disajkan sebagai yi ,t yi ,t 1 yi ,t 1 ................................................... (3.9) 2 syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah p lim N T 1 N T 1 N T i 1 t 2 vit vi ,t 1 yi ,t 0 ................................. (3.10) 2 Penduga (3.9) merupakan salah satu penduga yang diajukan oleh Anderson dan Hsiao (1981) dalam Verbeek (2004). Mereka juga mengajukan penduga alternatif di mana yi ,t 2 yi ,t digunakan sebagai instrumen. Penduga 3 variabel instrumen bagi disajikan sebagai: N ˆ IV 2 T i 1 N T i 1 t 3 yi ,t t 3 yi ,t 2 yi ,t yi ,t 2 3 yit 3 yi ,t yi ,t 1 1 yi ,t ................................ (3.11) 2 syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah p lim N T 1 N T 2 N T i 1 t 3 vit vi ,t 1 yi ,t 2 yi ,t 3 0 .................. (3.12) Perhatikan bahwa penduga variabel instrumen yang kedua (IV (2)) memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu periode sampel “hilang”). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat 42 menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa p lim N T 1 N T 1 N T i 1 t 2 vit vi ,t 1 yi ,t 2 E vit vi ,t 1 yi ,t 0 ............ (3.13) 2 yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama dapat diperoleh p lim N T 1 N T 2 N T i 1 t 3 vit vi ,t 1 yi ,t 2 yi ,t 3 E vit vi ,t 1 yi ,t 2 yi ,t 3 0 ...... (3.14) yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV (2)) selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004), menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T = 4 diperoleh E vi 2 vi1 yi 0 0 , untuk t = 2 E vi 3 vi 2 yi1 0 dan E vi 3 vi 2 yi 0 E vi 4 vi 3 yi 0 0 , E vi 4 vi 3 yi 2 0 , untuk t = 3 0 , dan E vi 4 vi 3 yi 3 0, untuk t = 4 Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya, untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan 43 vi 2 vi1 vi vi ,T ... vi ,T ........................................................................... (3.15) 1 sebagai vektor transformasi error, dan Zi y i 0, yi1 0 0 0 0 yi 0 0 0 ................................. (3.16) yi 0 , , yi ,T 2 sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks Zi berisi instrumen yang valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai E Z i vi 0 ................................................................................... (3.17) yang merupakan kondisi bagi 1+2+...+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM, tuliskan persamaan sebagai E Zi yi yi , 1 0 ................................................................... (3.18) karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang belum diketahui, akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel yang bersesuaian, yakni min 1 N N Zi yi i 1 yi , 1 WN 1 N N Zi yi yi , 1 ............... (3.19) i 1 dengan WN adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris. Dengan mendiferensiasikan terhadap dalam persamaan (3.20) akan diperoleh penduga GMM sebagai berikut 44 N ˆ yi , 1Z i WN GMM 1 N Z i yi , i 1 i 1 N N yi , 1Z i WN i 1 1 ................................................... (3.20) Z i yi , 1 i 1 Sifat dari penduga GMM (3.20) bergantung pada pemilihan WN yang konsisten selama WN definit positif, sebagai contoh WN = I yang merupakan matriks identitas. Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian asimtotik terkecil bagi ˆGMM . Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM (Verbeek, 2004), diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks kovarian invers dari momen sampel. Dalam hal ini, matriks penimbang optimal seharusnya memenuhi p lim WN V Zi vi 1 E Zi vi vi Zi 1 ....................................... (3.21) N dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks kovarian vi , matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step consistent estimator bagi dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata sampel, yakni (two step estimator) Wˆ Nopt dengan 1 N N 1 Zi vˆi vˆi Zi .......................................................... (3.22) i 1 vˆi menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent estimator. 45 Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa vit ~ iid pada seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat dianjurkan bagi sampel berukuran kecil) menekankan ketidakberadaan autokorelasi pada vit dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis. Dengan catatan di bawah restriksi sebagai berikut: E 2 vi vi v 2 G v 2 1 0 1 2 0 0 1 0 1 ................................... (3.23) 2 matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai (one step estimator). WNopt 1 N 1 N Zi GZi ................................................................... (3.24) i 1 Sebagai catatan bahwa persamaan (3.24) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui, sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu langkah bila error vit diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung autokorelasi. Jika model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka persamaan (3.4) dapat dituliskan kembali menjadi yit xit yi ,t 1 i vit ................................................................. (3.25) Parameter persamaan (3.25) juga dapat diestimasi menggunakan generalisasi variabel instrumen atau pendekatan GMM, bergantung pada asumsi 46 yang dibuat terhadap xit, sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat dibangun. Bila xit strictly exogenous dalam artian bahwa xit tidak berkorelasi dengan sembarang error vis, akan diperoleh E xis , vit 0 ; untuk setiap s dan t ............................................... (3.26) sehingga x1, …, xiT dapat ditambah ke dalam daftar instrumen untuk persamaan first difference setiap periode. Hal ini akan membuat jumlah baris pada Zi menjadi besar. Selanjutnya dengan menggunakan kondisi momen E xit , vit 0 ; untuk setiap t ...................................................... (3.27) matriks instrumen dapat dituliskan sebagai berikut yi 0 , xi 2 0 0 yi 0 , yit , xi 3 Zi 0 0 0 0 0 yi 0 ,..., yi ,T 2 , xit ............. (3.28) Bila variabel xit tidak strictly exogenous melainkan predetermined, dalam kasus di mana xit dan lag xit tidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan diperoleh E xit , vis 0 untuk s t . Dalam kasus dimana hanya xi,t-1,…, xi1 instrumen yang valid bagi persamaan first difference pada periode t, kondisi momen dapat dikenakan sebagai E xi ,t j vit 0 ; j = 1, ... , t – i , t ............................................. (3.29) Dalam prakteknya, kombinasi variabel x yang strictly exogenous dan predetermined dapat terjadi lebih dari sekali. Matriks Zi kemudian dapat disesuaikan. Baltagi (1995), menyajikan contoh dan diskusi tambahan untuk kasus ini. 47 Penduga AB-GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas (berukuran kecil), hal ini terjadi ketika tingkat lag (lagged level) dari deret berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya, sehingga instrumen yang tersedia untuk persamaan first-difference lemah (Blundell & Bond, 1998). Dalam model AR (1) di persamaan (3.4), fenomena ini terjadi karena parameter autoregresif ( ) mendekati satu, atau varian dari pengaruh individu (μi) meningkat relatif terhadap varian transient error (vit). Blundell dan Bond (1998) menunjukkan bahwa penduga AB-GMM dapat terkendala oleh bias sampel terbatas, terutama ketika jumlah periode amatan yang tersedia relatif kecil. Hal ini menekankan perlunya perhatian sebelum menerapkan metode ini untuk mengestimasi model autoregresif dengan jumlah deret waktu yang relatif kecil. Keberadaan bias sampel terbatas dapat dideteksi dengan mengkomparasi hasil AB-GMM dengan penduga alternatif dari parameter autoregresif. Sebagaimana diketahui dalam model AR (1), least square akan memberikan suatu estimasi dengan bias yang ke atas (biased upward) dengan keberadaan pengaruh spesifik individu (individual-spesific effect) dan fixed effect akan memberikan dugaan dengan bias yang ke bawah (biased downward). Selanjutnya penduga konsisten dapat diekspektasi di antara penduga least square atau fixed effect. Bila penduga AB-GMM dekat atau di bawah penduga penduga fixed effect, maka kemungkinan penduga AB-GMM akan biased downward, yang kemungkinan disebabkan oleh lemahnya instrumen. 48 3.4.2.2 System GMM (SYS-GMM) Indra (2009) mengatakan bahwa ide dasar dari penggunaan metode system GMM adalah untuk mengestimasi sistem persamaan baik pada firstdifferences maupun pada level yang mana instrumen yang digunakan pada level adalah lag first-differences dari deret. Blundell dan Bond (1998) menyatakan pentingnya pemanfaatan initial condition dalam menghasilkan penduga yang efisien dari model data panel dinamis ketika T berukuran kecil. Salah satunya dengan membuat model autoregresif data panel dinamis tanpa regresor eksogenus sebagai berikut: yit dengan E yi ,t 1 i 0 , E vit i vit ......................................................................... (3.30) 0 , dan E i vit 0 untuk i = 1, 2, …. , N; t = 1, 2, …, T. Dalam hal ini, Blundell dan Bond (1998) memfokuskan pada T=3, oleh karenanya hanya terdapat satu kondisi ortogonal yang diberikan oleh E yi1 vi 3 0 sedemikian sehingga tepat teridentifikasi (just indentified). Dalam kasus ini, tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan meregresikan yi 2 dan yi1. Perhatikan bahwa regresi ini dapat diperoleh dari persamaan (3.30) yang dievaluasi pada saat t=2 dengan mengurangi kedua ruas persamaan tersebut, yakni yi 2 1 yi ,1 i Dikarenakan eskpektasi E yi biased) dengan vi 2 ............................................................... (3.31) i 0 , maka 1 akan bias ke atas (upward 49 p lim ˆ 1 dengan c 1 1 / 1 c c 2 / ............................................... (3.32) 2 u . Bias dapat menyebabkan koefisien estimasi dari variabel instrumen yi1 mendekati nol. Selain itu, nilai statistik-F dari regresi variabel instrumen tahap pertama akan konvergen ke 2 1 dengan parameter non- centrality 2 u 2 c 2 2 u karena 0 , dengan c 1 0 maka penduga variabel instrumen menjadi lemah. Di sini, Blundell dan Bond mengaitkan bias dan lemahnya presisi dari penduga first-difference GMM dengan masalah lemahnya instrumen yang mana hal ini dicirikan dari parameter konsentrasi (Baltagi, 2005). 3.4.2.3 Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan model panel dinamis atau GMM terbaik. Menurut Firdaus (2011), model GMM terbaik yaitu model yang memenuhi kriteria berikut, diantaranya tidak bias, instrumen valid, dan konsisten. Uji tidak bias dapat dilakukan dengan membandingkan nilai estimator dari fixed effects dan pooled least squares (PLS). Estimator dari fixed effects bersifat biased downward, sedangkan estimator dari PLS bersifat biased upward. Model dikatakan tidak bias apabila nilai estimator dari model tersebut berada diantara keduanya. 50 Validitas instrumen diperiksa menggunakan Uji Sargan. Maksud dari validitas disini adalah tidak ada korelasi antara instrumen dengan komponen error. Instrumen dikatakan valid apabila Uji Sargan tidak dapat menolak hipotesis nol. Sementara, untuk sifat konsistensi dari estimator dapat diperiksa dari hasil statistik Arrelano-Bond m1 dan m2 yang nilainya dapat dihitung secara otomatis pada suatu perangkat lunak. Estimator dikatakan konsisten apabila nilai statistik m1 menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak sementara nilai statistik m2 menunjukkan hipotesis nol tidak ditolak. 3.4.3 Granger Causality Test pada Data Panel Hubungan kausalitas (causality) adalah hubungan jangka pendek antara kelompok tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup juga hubungan timbal balik dan fungsi-fungsi yang muncul dari analisis spektrum, khususnya hubungan penuh antar spektrum dan hubungan partial antar spektrum. Berdasarkan pandangan ekonometrik, ide utama dari kausalitas adalah sebagai berikut: pertama, jika X memengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X dapat membantu dalam memprediksikan Y. Dengan kata lain, dengan menambah data masa lalu X ke regresi Y dengan data Y masa lalu maka dapat meningkatkan kekuatan penjelas (explanatory power) dari regresi. Kedua, data masa lalu Y tidak dapat membantu dalam memprediksikan X, karena jika X dapat membantu dalam memprediksikan Y dan Y dapat membantu memprediksikan X, maka kemungkinan besar terdapat variabel lain, katakan Z, yang memengaruhi X dan Y (Fauzi, 2007). 51 Pada tahun 1969, Granger memperkenalkan hubungan sebab akibat antara dua variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah dan hubungan timbal balik. Dengan panjang lag optimal, p, maka prinsip kerja dari Granger Causality Test pada data panel didasarkan atas regresi model pooled sebagaimana diuraikan sebagai berikut: yit 0 1 t t 1 y ... p xit 0 1 t t 1 yt t x ... p t t p x p x ... p t p y ... p 1 t t 1 1 t t 1 yt t .......................... (3.33) it p it ........................ (3.34) Pada persamaan regresi model pooled pertama (3.33), X memengaruhi Y atau hubungan kausalitas satu arah dari X ke Y apabila koefisien 1 tidak sama dengan nol (0). Hal yang sama juga untuk persamaan regresi model pooled kedua (3.34), Y memengaruhi X atau terdapat hubungan kausalitas satu arah dari Y ke X jika koefisien 1 tidak sama dengan nol. Sementara apabila keduanya terjadi maka dikatakan terdapat hubungan timbal balik (feedback relationship) antara X dan Y atau terdapat hubungan kausalitas dua arah (bidirectional causality) antara X dan Y. Dalam penelitian ini, Granger Causality Test dilakukan untuk menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain pada penelitian. Dengan menggunakan software Eviews 6, hipotesis nol yang digunakan untuk hubungan dua variabel adalah X tidak memengaruhi Y dan Y tidak memengaruhi X. Dasar penolakan hipotesis nol dengan menggunakan kriteria probabilitas < 0.1 atau 10%. Seluruh pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan program komputer STATA v10.0 dan Eviews 6. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade terakhir, menyebabkan perdagangan internasional serta investasi asing semakin gencar dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk dapat memasuki pasar global. Perdagangan internasional serta investasi asing, khususnya FDI, dipilih oleh pemerintah negara-negara di dunia dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, faktor lain seperti tenaga kerja serta modal juga turut dipertimbangkan dalam membantu proses ini. Estimasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan sejumlah variabel yang beberapa diantaranya diolah dalam bentuk logaritma natural (ln), sementara variabel yang lainnya sudah dalam bentuk persentase. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk memperoleh data yang stasioner. Konsekuensi dari pemberlakuan bentuk tersebut adalah nilai interpretasi dari hasil pengolahan menjadi nilai elastisitas. Adapun nilai elastisitas dari setiap koefisien variabel eksogen akan dinyatakan dalam bentuk persentase. 4.1 Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju dan Negara Berkembang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan ekonomi di suatu negara. Setiap negara berupaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara satu dengan negara 53 lainnya. Secara umum, perbedaan yang paling terlihat yaitu pada tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. Kondisi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang, baik dalam sistem ekonomi maupun kebijakannya, menandakan bahwa perlakuan yang diterapkan untuk negara maju dan negara berkembang tidak dapat disamakan. Dalam era perekonomian terbuka seperti saat ini, perdagangan internasional, yaitu ekspor dan impor, serta aliran investasi asing langsung (FDI), tidak dapat dipungkiri lagi peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Tabel 4.1 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Berkembang Periode 2000-2010 Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) 2000 2010 2000 2010 2000 2010 Indonesia 4.92 6.10 -2.72 1.88 114.02 121.39 Malaysia 8.86 7.19 4.04 3.85 124.64 213.71 Thailand 4.75 7.81 2.78 1.82 96.24 202.26 Filipina 4.41 7.63 2.95 0.91 57.19 55.64 Cina 8.40 10.40 3.41 1.80 312.40 1643.66 India 4.03 8.81 0.77 1.52 75.91 236.24 Meksiko 6.60 5.39 2.84 1.82 236.30 256.87 Rata-Rata 6.00 7.62 2.01 1.94 145.24 389.97 Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Pada Tabel 4.1 terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor negara-negara berkembang selama kurun waktu 2000-2010. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang cenderung memiliki trend yang positif. Hal ini terlihat dari nilai 54 pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara berkembang yang hampir seluruhnya menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut. Ada dua negara berkembang yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata tahun 2000, yaitu negara Malaysia, Cina dan Meksiko. Malaysia tidak hanya memiliki pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, namun juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini merupakan hasil dari pengadaan investasi besar-besaran di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Keberhasilan investasi pendidikan serta program penciptaan lapangan kerjanya, membuat Malaysia memiliki angka kemiskinan yang tergolong rendah dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Sementara itu, pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi tertinggi, tidak lagi dipegang oleh Malaysia. Cina bergerak maju dan menempati posisi tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di antara negara-negara berkembang lainnya. Negara Tirai Bambu ini, mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sebagai hasil dari reformasi ekonominya. Dari data inwards FDI, pada tahun 2000 dan 2010, negara Malaysia mempunyai nilai inwards FDI yang paling tinggi diantara negara-negara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Malaysia yang terus meningkat dan relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil menandakan bahwa negara tersebut mempunyai tingkat resiko yang kecil, dimana rendahnya tingkat resiko menjadi determinan penting masuknya FDI ke suatu negara. Sehingga bukan suatu hal yang mengejutkan bila Malaysia 55 menjadi salah satu negara tujuan investasi bagi banyak investor asing dari berbagai belahan dunia. Data ekspor untuk negara-negara berkembang juga memperlihatkan hal yang positif, sama halnya dengan perkembangan nilai PDB per kapita negaranegara berkembang. Perkembangan yang paling menonjol dan sangat signifikan ditunjukkan oleh negara Cina, dimana nilai ekspornya di tahun 2010 mencapai empat kali lipat nilai ekspornya di tahun 2000. Cina juga mempunyai nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan negara-negara lainnya. Negara Cina merupakan negara berkembang, dimana salah satu karakteristik dari negara berkembang yaitu banyak mengekspor produk primer. Namun, Cina tidak hanya bergantung pada ekspor produk primer, tapi juga pada produk-produk manufaktur yang nilainya cukup tinggi. Bukan hanya itu, Cina juga menjadi partner dagang yang kompeten bagi sejumlah negara di dunia, yang menyebabkan jumlah barang yang diekspornya relatif besar. Tabel 4.2 di bawah ini juga menggambarkan tentang pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor di negara-negara maju dalam kurun waktu 2000-2010. Pertumbuhan ekonomi negara maju memiliki kondisi yang berbedabeda, dimana hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi masing-masing negara, dimana ada negara yang pada kurun waktu tersebut nilai pertumbuhan ekonominya menurun dan ada pula negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa ada tiga negara maju yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata pada tahun 2000, yaitu negara Singapura, Korea Selatan dan Kanada. Sementara pada tahun 2010, hanya 56 ada dua negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata, yaitu Singapura dan Korea Selatan. Negara Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi diantara pertumbuhan ekonomi negara-negara maju lainnya yang terlibat dalam penelitian ini, selama dua periode tersebut. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat negara Singapura merupakan salah satu Newly Industrializing Countries (NIC), dimana negara ini memiliki sektor manufaktur yang relatif lebih maju. Tabel 4.2 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di Negara-Negara Maju Periode 2000-2010 Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) 2000 2010 2000 2010 2000 2010 Singapura 9.07 14.47 17.78 17.96 202.90 458.76 Jepang 2.86 4.00 0.18 -0.02 612.08 1049.56 Korea Selatan 8.49 6.16 1.69 0.68 254.51 484.83 New Zealand 2.62 1.30 2.53 0.40 21.93 38.77 Australia 3.95 1.28 3.80 2.53 107.83 259.05 Jerman 3.06 3.69 10.43 1.39 792.43 1637.66 Perancis 3.68 1.48 3.25 1.31 499.21 807.46 United Kingdom 3.92 3.92 8.04 2.05 651.56 789.98 United States 4.17 3.00 3.15 1.55 1616.38 2239.75 Kanada 5.23 3.21 9.21 1.49 397.05 479.78 Rata-Rata 4.71 4.25 6.01 2.93 515.59 824.56 Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Dari data inwards FDI, diperoleh informasi bahwa negara Singapura mempunyai jumlah inwards FDI tertinggi. Aliran masuk FDI yang membanjiri Singapura disebabkan karena pemerintah Singapura membuat kebijakan yang proforeign investment. Selain itu, pemerintahnya yang bebas dari korupsi, kualitas 57 sumber daya manusia, serta tingkat pajak yang rendah membuat aliran FDI mengalir deras ke negara ini. Jumlah ekspor negara maju mempunyai nilai yang tinggi. Output yang besar di negara maju memungkinkan negara ini untuk mencapai economies of scale dan mendorong nilai ekspornya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel diatas, US merupakan negara dengan niali ekspor yang paling tinggi. US mempunyai nilai ekspor yang tinggi, karena negara ini memiliki produk ekspor yang sangat beragam. Negara US lebih banyak mengekspor produk-produk sekunder dan tersier, yang nilainya relatif lebih tinggi. Dua tabel di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa perbedaan antara negara maju dan negara berkembang dapat terlihat dari nilai PDB per kapita, inwards FDI, serta nilai ekspornya. Negara maju mempunyai nilai rata-rata PDB per kapita sepuluh kali lebih besar dibandingkan negara berkembang. Sehingga wajar saja jika kesejahteraan penduduk negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Sementara, data inwards FDI juga menunjukkan bahwa negara maju jauh lebih unggul dibanding negara berkembang. Aliran masuk FDI mengalir jauh lebih banyak ke negara maju. Hal ini karena kecanggihan teknologi serta kualitas sumber daya manusia di negara maju jauh lebih baik dibandingkan negara berkembang. Bukan hanya itu, nilai ekspor negara maju juga lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Adapun kondisi ini dipengaruhi oleh jenis produk ekspor negara maju. Negara maju lebih banyak mengekspor barang-barang sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa-jasa) yang nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan barang-barang primer yang biasanya menjadi produk ekspor andalan di negara berkembang. 58 4.1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI Inwards FDI dianggap oleh banyak ekonom sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada kegiatan FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, serta managerial skill yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Selain itu, FDI juga membuka kesempatan bagi host country untuk dapat meningkatkan jumlah ekspornya dan memberikan akses untuk masuk ke pasar internasional. Dengan kata lain, FDI juga telah mendorong kegiatan ekspor di suatu negara. Kegiatan ekspor tersebut akan mendatangkan pendapatan bagi host country yang akan meningkatkan cadangan devisa negara yang bersangkutan. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI ln GDP Riil per Kapita 11 10 9 JPN USADEU AUS GBR FR CAN NZL A KOR MEX MYS 8 SGP THA IND PHL CHN 7 IDN 6 5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Inwards FDI (persen dari GDP) Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI 59 Pada gambar tersebut terlihat bahwa negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Inwards FDI negara maju dan negara berkembang, persen dari PDB, hampir memiliki share yang sama. Namun, karena nilai GDP negara maju lebih besar dari nilai GDP negara berkembang, maka dapat dikatakan bahwa aliran masuk FDI ke negara maju jauh lebih besar dibandingkan ke negara berkembang. Gambar di atas juga memperlihatkan hal yang menarik, dimana negara Singapura memiliki aliran masuk FDI yang paling besar, dibandingkan negara lainnnya. Hal ini terjadi karena Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, sehingga negara ini memiliki tingkat resiko yang kecil untuk dijadikan negara tujuan investasi. Selain itu, kebijakan-kebijakan di negara Singapura yang pro-foreign investment juga menjadi faktor penentu yang memengaruhi derasnya aliran FDI ke Singapura. 4.1.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Perdagangan internasional merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya ekspor. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara memberikan pemasukan bagi negara tersebut dan menambah cadangan devisa, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa ekspor negara berkembang jauh lebih kecil dibandingkan negara maju. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan produk ekspor antara negara berkembang dan negara maju. Negara berkembang mempunyai produk ekspor yang kurang beragam dibandingkan 60 negara maju. Negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap produkproduk pertanian dan ekspor barang-barang primer dibandingkan barang-barang sekunder dan tersier. Adapun negara maju lebih banyak mengekspor barangbarang sekunder dan tersier seperti jasa dan manufaktur yang mempunyai value added yang lebih besar, dibandingkan barang primer, dan mempunyai harga yang jauh lebih tinggi. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor 11 ln GDP Riil per Kapita NZL SGP AUS NZL CAN DEU USA FRA GBR 10 KOR 9 MYS MEX THA 8 CHN PHL 7 IDN IND 6 5 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5 ln Ekspor Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Pada gambar diatas kita juga dapat melihat bahwa negara Cina merupakan negara berkembang yang memiliki nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan negara-negara berkembang lainnya dan nilainya mendekati ekspor negara maju. Kondisi tersebut terjadi karena negara Cina mempunyai produk ekspor yang beragam, serta banyak mengekspor produk-produk manufaktur, mesin-mesin, peralatan elektronik, produk tekstil, dan masih banyak lagi produk 61 lainnya. Sehingga, tak mengherankan jika nilai ekspor negara Cina lebih tinggi dibanding negara berkembang lainnya. 4.1.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor 12 AUS ln GDP Riil per Kapita NZL JPN SGP 10 MYS 8 PHL IDN 6 KOR CAN FRAGBR DEU USA MEX THA CHN IND 4 2 0 24 25 26 ln Impor Negara Berkembang 27 28 29 Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Liberalisasi perdagangan tidak hanya fokus pada kegiatan ekspor, namun juga meliputi kegiatan impor barang dari suatu negara. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi pada saat tingkat efisiensi mengimpor suatu barang jauh lebih tinggi dibandingkan jika suatu negara harus memproduksinya sendiri. Inefisiensi yang timbul pada saat suatu negara memutuskan untuk memproduksi suatu produk sendiri akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan pada saat negara yang bersangkutan mengimpornya dari negara lain. 62 Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa negara maju mempunyai nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impor negara berkembang. Negara maju membutuhkan banyak pasokan bahan baku untuk menunjang proses produksinya. Keterbatasan sumber daya alam di negara maju mendorong mereka untuk mengimpor bahan baku dari negara lain dalam jumlah yang besar, karena produk yang akan diproduksi di negara maju pun jumlahnya tidak sedikit. Serupa dengan jumlah ekspornya, dalam jumlah impor pun negara Cina merupakan negara berkembang yang mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya, seperti yang terlihat pada gambar. Negara Cina merupakan salah satu negara dengan kegiatan industri yang sangat aktif. Negara ini juga banyak mengimpor mesin-mesin industri, bahan-bahan kimia organik, bahan-bahan plastik, dan lainnya dari negara lain sebagai bagian dari kegiatan industrinya. Selain itu, US juga merupakan negara yang memiliki nilai impor yang jauh lebih besar dibanding negara maju lainnya. Nilai impor yang tinggi merupakan hasil dari kegiatan produksi yang juga besar di “Negara Super Power” ini. Banyak produk yang dihasilkan oleh US karena permintaan yang tinggi akan produk-produk hasil produksi negara ini. Sehingga, keadaan ini menuntut US untuk mengimpor barang-barang dari negara lain untuk mendukung proses produksinya. 4.1.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Kapital merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan di suatu negara. Kapital mempunyai peran yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas dari suatu kegiatan produksi. Pada gambar dibawah ini, dapat kita 63 lihat bahwa jumlah kapital di negara berkembang jauh lebih besar dibanding negara maju. Negara berkembang membutuhkan jauh lebih banyak modal sebagai penunjang dari proses pembangunan di negaranya. Banyak proyek pembangunan yang diadakan oleh pemerintah negara berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonominya melalui pembangunan infrastruktur, khususnya pada tahap awal pembangunan. Sementara di negara maju, modal yang ada dialokasikan pada sektor-sektor produktif yang memberikan pengembalian yang tinggi ataupun digunakan untuk pengembangan teknologi di negara tersebut. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital 11 USA CAN JPN ln GDP Riil per Kapita AUS 10 GBR DEU FRA NZL SGP 9 KOR MEX MYS 8 THA 7 IDN CHN PHL IND 6 5 16 21 26 31 36 41 46 ln Kapital Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Pada gambar di atas terlihat bahwa Cina kembali mengungguli negara berkembang lainnya dalam hal jumlah modal. Cina merupakan negara dengan akumulasi modal yang paling tinggi dibanding negara berkembang maupun negara maju dalam penelitian ini. Potensi yang besar dari negara Cina banyak 64 mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Cina. Selain itu pendapatan negara yang diperoleh dari kegiatan ekspornya juga menjadi tambahan modal untuk negara ini. 4.1.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja 11 ln GDP Riil per Kapita SGD 10 AUD CAD GBP USD FR NZD KRW 9 MYR DE JPY MXN 8 THB CHN 7 PHP IDR INR 6 5 14 15 16 17 18 19 ln Angkatan Kerja Negara Berkembang Negara Maju 20 21 Sumber: UNCTAD, WDI, dan CEIC, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Peningkatan jumlah tenaga kerja secara teori dianggap mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja bisa dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada di suatu negara. Angkatan kerja yang besar akan menambah jumlah tenaga produktif di suatu negara. Tenaga kerja yang produktif akan membantu dalam proses pembangunan ekonomi. Kualitas dari tenaga kerja itu sendiri menjadi suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan 65 serta keterampilan yang dimiliki sangat menentukan kinerja ataupun kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu negara. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja negara berkembang dan negara maju sedikit sekali perbedaannya. Keduanya hampir memiliki pola yang sama. Pada kasus, negara berkembang, terdapat dua negara yang mempunyai jumlah angkatan kerja yang lebih banyak dibandingkan negara berkembang lainnya, yaitu Cina dan India. Peningkatan jumlah penduduk suatu negara akan diiringi pula oleh peningkatan jumlah angkatan kerjanya. Seperti yang kita ketahui, negara Cina dan India merupakan negara yang dikenal dengan jumlah penduduknya yang besar. Sehingga, tak mengherankan jika kedua negara ini mempunyai jumlah angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak. 4.2 Granger Causality Test pada Data Panel Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terkait dengan model umum penelitian (persamaan pertumbuhan ekonomi). Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tanda “√” menandakan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan menggunakan kriteria probabilitas < tingkat kritsis α = 10 persen (hasil Granger Causality Test untuk data seluruh kawasan, negara maju, dan negara berkembang dapat dilihat pada lampiran). Hipotesis nol untuk baris pertama adalah FDI tidak memengaruhi GDP dan GDP tidak memengaruhi FDI. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa secara umum pada kasus seluruh kawasan dan negara maju ada 66 hubungan kausalitas satu arah dimana FDI secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Sementara untuk kasus negara berkembang, tidak ditemukan hubungan kausalitas antara FDI dan GDP. Aliran masuk FDI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pada saat FDI masuk ke suatu negara, bukan hanya terjadi transfer modal, namun juga transfer teknologi serta ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Tabel 4.3 Granger Causality Test Seluruh Kawasan Hipotesis Nol Negara Berkembang Negara Maju 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag FDI ln_GDP ln_GDP FDI - √ - √ √ √ - √ - √ - - - - ln_X ln_GDP ln_GDP ln_X √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ - - ln_M ln_GDP ln_GDP ln_M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ - - K ln_GDP ln_GDP K √ √ √ - √ - √ √ √ √ √ - √ - √ - √ - ln_L ln_GDP ln_GDP ln_L √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan: Periode sample 2000-2010; GDP = GDP riil per kapita; FDI = inwards FDI; X = ekspor; M = impor; K = kapital; L = angkatan kerja; = tidak memengaruhi Hipotesis nol untuk baris kedua adalah ekspor tidak memengaruhi GDP, dan GDP tidak memengaruhi ekspor. Pada tabel diatas diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan terdapat hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP. Pada kasus negara maju, secara umum hanya ditemukan hubungan kausalitas satu arah pada lag 2 dan lag 4, dimana GDP secara signifikan memengaruhi ekspor. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada kasus negara berkembang, yaitu terdapat hubungan kausalitas satu arah dimana ekspor secara 67 signifikan memengaruhi GDP pada lag 2 dan 4. Kenaikan dalam jumlah ekspor akan meningkatkan cadangan devisa suatu negara yang artinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka GDP per kapita juga akan meningkat, dan pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan terhadap barang-barang ekspor. Hipotesis nol untuk baris ketiga adalah impor tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Pada hasil Granger Causality Test diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan dan negara maju secara umum terdapat hubungan kausalitas dua arah antara impor dan GDP. Sementara kondisi yang berbeda terjadi di negara berkembang, dimana hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah, yaitu impor secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh terhadap perubahan cadangan devisa suatu negara yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap impor suatu barang, hal ini terjadi karena tingkat pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan pendapatan suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan suatu negara akan memengaruhi permintaan barang-barang impor. Hipotesis nol untuk baris keempat adalah kapital tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kasus seluruh kawasan dan negara berkembang secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah, dimana kapital secara signifikan memengaruhi GDP. Namun, hal yang berbeda terjadi pada kasus di negara maju, dimana pada kasus tersebut ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara kapital dan GDP. Akumulasi kapital pada dasarnya dapat mendorong produksi di suatu negara, yang pada gilirannya akan 68 meningkatkan output, dan memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi jumlah kapital di suatu negara. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabil akan mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Hipotesis nol untuk baris terakhir adalah tenaga kerja memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Dari hasil Granger Causality Test diperoleh hasil bahwa secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara tenaga kerja dan GDP. Hasil tersebut berlaku untuk ketiga kasus, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tinggi rendahnya GDP per kapita di suatu negara menjadi cerminan tingkat pendapatan di negara tersebut. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, GDP per kapita suatu negara juga akan berada pada tingkat yang tinggi, sehingga penduduk di negara yang bersangkutan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta hal-hal lainnya, yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Namun, jika pertumbuhan ekonominya rendah, maka GDP per kapita di negara tersebut juga rendah. Hal ini akan memengaruhi kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Penduduk yang tinggal di suatu negara yang memiliki pendapatan rendah sangat sulit untuk mengonsumsi makanan-makanan bergizi, yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas tenaga kerja di negara tersebut. Dalam kaitan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian, maka dapat disimpulkan dari hasil Granger Causality Test yang menunjukkan bahwa terdapat 69 hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP. 4.3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis 4.3.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Tabel 4.4 menyajikan hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Dengan menggunakan model System Generalized Method of Moments (SYS-GMM) dalam estimasi twostep noconstant diperoleh model terbaik dengan terpenuhinya ketiga kriteria model GMM yang baik. Dari tabel di bawah ini, terdapat hasil Uji Arrelano-Bond serta Sargan Test. Dari hasil Uji Arrelano-Bond diperoleh nilai statistik m1 (-2.5053) dengan nilai probabilitas 0.0122, yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara, nilai statistik m2 (-0.69331) mempunyai nilai probabilitas 0.4881, yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Selanjutnya, nilai statistik Sargan Test (7.503021) mempunyai probabilitas 1.0000 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, serta 10 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Model ini juga disempurnakan 70 dengan terpenuhinya kriteria ketiga, yaitu mempunyai estimator yang tidak bias. Hal ini terbukti dari nilai koefisien variabel lag dependent dalam model GMM sebesar 0.6348356, yang nilainya berada diantara nilai koefisien variabel lag dependent PLS (0.9532685) dan FEM (0.5978861). Tabel 4.4 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Estimated Coeffients ln_GDP Standard Error P > |z| l.ln_GDP 0.6348356* 0.2281273 0.005 FDI 0.0029868* 0.0010098 0.003 ln_X -0.1680071 0.1345074 0.212 ln_M 0.2292861 0.1556638 0.141 K -0.0021364 0.0021262 0.315 ln_L -0.0310899 0.2938239 0.916 0.9532685 0.013855 0.000 l.ln_GDP 0.5978861 0.0761136 0.000 AB Test Z Pooled Least Squares l.ln_GDP Fixed Effects Model Prob > z Arrelano-Bond m1 -2.5053 0.0122 Arrelano-Bond m2 -0.69331 0.4881 Sargan Test chi2 (17) = 7.503021 Prob > chi2 = 1.0000 Keterangan : Tanda (*) = signifikan pada taraf nyata 1 persen Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa pada kasus negara maju, hanya ada dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kedua variabel tersebut adalah variabel lag dependent dan FDI yang keduanya signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Nilai koefisien dari variabel yang signifikan tersebut juga sejalan dengan teori. Sementara, untuk 71 variabel lainnya, seperti ekspor, impor, jumlah modal, dan tenaga kerja mempunyai nilai koefisien yang berlawanan dengan teori, namun nilai probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut. 4.3.1.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kasus negara maju. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel lag dependent yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.6348356. Nilai koefisien tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya sebesar 1 persen, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya sebesar 0.6348356 persen, ceteris paribus. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa korelasi pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya terbukti mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya pada kasus negara maju. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di periode selanjutnya, menjamin kondisi perekonomian pada periode sebelumnya dalam keadaan yang baik dan stabil merupakan hal yang patut dilakukan. Negara-negara maju mempunyai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dibanding negara berkembang. Hal ini terjadi karena kesuksesan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya di negara maju dijadikan pelajaran oleh pemerintah negara maju untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di periode berikutnya. 72 4.3.1.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Negara maju menjadi tujuan investasi bagi para investor asing. Hal ini terjadi karena modal asing, khususnya dalam bentuk FDI, akan selalu tertuju pada negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan mempunyai resiko yang kecil. Perusahaan-perusahaan multinasional tidak akan tertarik untuk membantu usaha-usaha pembangunan yang ada di suatu negara. Perhatian mereka tertuju pada maksimalisasi keuntungan atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Aliran masuk FDI ke host country dipengaruhi oleh kualitas modal manusia, pertumbuhan ekonomi yang kuat, kondisi politik dalam negeri yang stabil, tingkat pajak yang rendah, birokrasi yang efisien, pasar konsumen yang besar, sumber daya alam yang melimpah, serta lingkungan hukum negara tujuan investasi. Pada kasus di negara maju, berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, inwards FDI merupakan salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kondisi ini sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa aliran masuk FDI mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien untuk variabel FDI yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.0029868. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0029868 persen. Nilai probabilitas variabel FDI yang signifikan juga menunjukkan bahwa FDI mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara maju, dibandingkan variabel ekspor. Ini 73 artinya, melangkah ke depan dengan bergantung pada aliran masuk FDI, sangat memungkinkan untuk negara maju. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moudatsou dan Kyrkilis (2011) juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa negaranegara European Union, yang notabene merupakan negara-negara maju, mempunyai pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh FDI. Sumber-sumber FDI ke negara maju, biasanya berasal dari negara-negara maju lainnya. Salah satu contohnya adalah Singapura. Menurut data ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Singapura yang terbesar, salah satunya dari negara-negara di Eropa. Aliran FDI negara-negara Eropa ke Singapura di tahun 2005 mencapai US$ 4.76 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor intermediasi keuangan dan jasa-jasa, yaitu sebanyak US$ 7.37 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor perdangangan/komersil sebanyak US$ 5.93 miliar. Aliran masuk FDI ke negara maju jumlahnya begitu banyak. Kondisi ini akan semakin memperkuat perekonomian negara maju. Inwards FDI yang jumlahnya sangat signifikan tersebut akan semakin mendorong jumlah ekspor negara maju ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Ekspor yang tinggi akan memberikan pemasukan bagi devisa negara maju, yang pada gilirannya akan semakin mendorong pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, hal-hal yang memengaruhi masuknya aliran FDI ke host country perlu diperhatikan dan diperkuat lagi. Tujuannya agar jumlah aliran masuk FDI ke negara maju semakin meningkat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara maju pada level yang lebih tinggi. 74 4.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Globalisasi memberikan sebuah kesempatan bagi negara-negara berkembang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui perdagangan dan investasi. Kasus di negara berkembang, menggunakan model First Differences Generalized Method of Moments (FD-GMM) dalam estimasi noconstant dengan variabel ekspor sebagai variabel predetermined. Model tersebut sudah baik, karena dapat memenuhi tiga kriteria model GMM yang baik. Tabel 4.5 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Estimated Coeffients ln_GDP l.ln_GDP Standard Error P > |z| 0.8712932* 0.0396569 0.000 FDI 0.0067659** 0.0026375 0.010 ln_X 0.1776927* 0.066695 0.008 ln_M -0.1218141*** 0.0713968 0.088 0.0027756* 0.0010093 0.006 0.0025151 0.0668814 0.970 0.9596824 0.0103163 0.000 l.ln_GDP 0.8641365 0.0419266 0.000 AB Test Z K ln_L Pooled Least Squares l.ln_GDP Fixed Effects Model Prob > z Arrelano-Bond m1 -2.569 0.0102 Arrelano-Bond m2 -0.87888 0.3795 Sargan Test chi2 (17) = 63.2804 Prob > chi2 = Keterangan : Tanda (*) Tanda (**) Tanda (***) 0.1815 = signifikan pada taraf nyata 1 persen = signifikan pada taraf nyata 5 persen = signifikan pada taraf nyata 10 persen 75 Uji spesifikasi model yang dilakukan sama halnya dengan kasus di seluruh kawasan dan negara maju. Pada Tabel 4.5 hasil Uji Arrelano-Bond menunjukkan nilai statistik m1 (-2.569) dengan probabilitas 0.0102, yang berarti signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara nilai statistik m2 (0.87888) mempunyai nilai probabilitas 0.3795 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Hasil Sargan Test juga menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah valid. Ini ditandai oleh nilai probabilitas sebesar 0.1815, yang menunjukkan H0 diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Selain itu, model tersebut juga mempunyai nilai koefisien variabel lag dependent yang tak bias, karena berada diatas nilai koefisien variabel lag dependent model FEM (0.8641365) dan berada dibawah nilai koefisien variabel lag dependent model PLS (0.9596824). Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa hampir seluruh variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang, kecuali variabel tenaga kerja. Variabel-variabel yang signifikan tersebut diantaranya variabel lag dependent, inwards FDI, ekspor, impor, dan jumlah kapital. Keseluruhan variabel tersebut mempunyai tanda koefisien yang sejalan dengan teori. Namun, untuk variabel tenaga kerja, walaupun nilai koefisiennya positif, yang artinya sejalan dengan teori, tetapi probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut. 76 4.3.2.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Hal ini didukung oleh nilai koefisien variabel lag dependent yang positif, sebesar 0.8712932. Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya akan di respon dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun selanjutnya sebesar 0.8712932 persen, ceteris paribus. Negara berkembang cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif. Informasi di atas dapat diimplikasikan oleh para pembuat kebijakan di negara berkembang dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya dapat dijadikan acuan untuk para pembuat kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan kondisi negara berkembang dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonominya. 4.3.2.2 Pengaruh Inwards FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Aliran masuk FDI ke negara berkembang lebih terasa kehadirannya bagi negara-negara berkembang yang ekonominya lebih kecil dibandingkan negaranegara maju. Perusahaan-perusahaan multinasional yang merupakan bentuk konkret dari FDI, beroperasi di negara berkembang dan memfokuskan usaha mereka pada industri ekstaktif dan komoditi primer. Tujuan perusahaan multinasional tersebut adalah untuk mengambil kekayaan alam terpendam, yang biasanya tersedia dalam jumlah yang banyak di negara berkembang. Sumber daya alam yang melimpah di suatu negara juga merupakan salah satu faktor yang 77 menarik para investor asing, khususnya FDI, untuk masuk ke dalam negeri dan mendirikan subsidiary di suatu negara. Motif ini dalam kegiatan FDI, biasa disebut dengan backward integration yang merupakan bagian dari motif horizontal integration. Aliran FDI ke negara berkembang, biasanya berasal dari negara-negara maju di dunia. Salah satu negara berkembang dalam penelitian ini, yaitu Indonesia. Menurut data dari ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Indonesia yang terbesar yaitu berasal dari Amerika Utara, dengan jumlah sebesar US$ 2.95 miliar dan negara selanjutnya yang mempunyai kontribusi yang besar bagi FDI di Indonesia adalah negara-negara di Eropa. Aliran FDI negara-negara Eropa ke Indonesia pada tahun 2005 mencapai US$ 1.92 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor barang tambang dan galian, yaitu sebesar US$ 2.24 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor manufaktur sebesar US$ 1.92 miliar. Hasil estimasi yang diperoleh dari model yang telah dipilih menunjukkan bahwa inwards FDI mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif dari hasil estimasi, yaitu sebesar 0.0067659, mendukung hal tersebut. Angka tersebut juga menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0067659 persen. FDI memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, khususnya melalui transfer modal, teknologi, serta ilmu pengetahuan yang dibawa oleh perusahaan induk ke host country. FDI telah 78 meningkatkan akumulasi modal di negara domestik yang sangat berguna untuk pembangunan di negara berkembang. Peningkatan akumulasi modal akan mendukung proses pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sementara transfer teknologi yang muncul dari kegiatan FDI akan berdampak pada efisiensi proses produksi di negara berkembang dalam menghasilkan output. Semakin efisien proses produksi barang di suatu negara, maka hal ini akan menyebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk suatu barang tertentu dibanding negara lainnya. Jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif, maka pangsa ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Lain halnya dengan transfer teknologi, transfer ilmu pengetahuan yang dibawa dari negara asal FDI, akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara host country. Keberadaan FDI juga dapat mengurangi pengangguran yang tinggi, yang merupakan salah satu masalah di negara berkembang. Lapangan kerja akan bertambah jumlahnya jika FDI masuk dan mendirikan perusahaan multinasionalnya. FDI merupakan salah satu bentuk investasi asing yang juga dijadikan pilihan oleh negara berkembang untuk meningkatkan akumulasi modal di negaranya. Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara berkembang harus memilih proyek-proyek investasi secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan analisis produktivitas parsial seperti yang biasa ditunjukkan oleh rasio modaloutput dari sebuah industri. Proyek-proyek investasi yang akan dipilih harus dikaitkan dengan program-program pembangunan secara keseluruhan. Ini artinya, kegiatan tersebut juga harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh perekonomian 79 eksternal, akibat-akibat buruk secara tidak langsung, serta tujuan-tujuan jangka panjang dalam pembangunan yang ada di negara berkembang. 4.3.2.3 Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara menandakan bahwa perekonomian negara tersebut termasuk dalam kategori perekonomian terbuka. Secara umum, negara-negara berkembang lebih bergantung pada perdagangan internasional dibandingkan negara maju. Salah satu bentuk dari perdagangan internasional adalah ekspor. Negara-negara berkembang cenderung menyumbangkan bagian yang lebih besar dari outputnya untuk ekspor dibandingkan negara-negara maju. Pada Tabel 4.5 di atas diperoleh hasil estimasi yang menunjukkan bahwa ekspor mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif, sebesar 0.1776927, mendukung hal tersebut. Jika diinterpretasikan, nilai tersebut mengandung arti bahwa peningkatan jumlah ekspor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sebesar 0.1776927 persen. Selain itu, nilai koefisien variabel ekspor juga jauh lebih besar dibandingkan koefisien variabel FDI. Ini artinya, ekspor mempunyai dampak yang jauh lebih besar dibandingkan FDI bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Sehingga, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, negara-negara berkembang dapat berorientasi ke luar guna mempromosikan ekspor dan menjadi bagian dari kegiatan perdagangan bebas. 80 Jumlah ekspor terhadap GDP di suatu negara menjadi salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi. Perluasan ekspor atau promosi ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan menawarkan economies of scale yang lebih besar. Kegiatan ekspor akan meningkatkan penerimaan devisa negara berkembang. Jumlah yang dibayarkan oleh negara yang menjadi tujuan ekspor akan meningkatkan pendapatan serta sumber-sumber daya lainnya, termasuk fisik dan finansial yang jumlahnya sangat langka di negara berkembang. Pendapatan tersebut dapat menambah tabungan domestik, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang sangat penting dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga menuntut kualitas yang baik dari produk-produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Hanya produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif yang akan berhasil diterima di pasar global. Negara berkembang cenderung lebih banyak mengekspor komoditi primer yang mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan produk sekunder atau tersier. Karena pasar dan harga-harga bagi produk semacam itu tidak menentu, maka ketergantungan ekspor pada produk-produk primer tersebut diliputi oleh faktor risiko dan faktor ketidakpastian yang sangat tinggi. Selain itu, produk ekspor dari negara berkembang juga kurang beragam (Todaro dan Smith, 2006). Jika negara berkembang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui kegiatan promosi ekspor, maka banyak hal yang perlu dilakukan, diantaranya mengadopsi teknologi modern yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk-produknya agar mempunyai daya saing tinggi, dan meningkatkan keragaman jenis produk ekspornya. Negara berkembang juga perlu mengubah karakter dari barang 81 ekspornya, yang awalnya lebih banyak mengekspor barang-barang primer, mencoba untuk beralih ke barang sekunder atau tersier yang lebih mempunyai value added. Pola distribusi atas segenap hasil dan keuntungan dari kegiatan ekspor, serta kadar keterkaitannya juga dengan sektor-sektor lain dalam dalam perekonomian secara keseluruhan juga perlu diperhatikan, sehingga kegiatan ini dapat benar-benar menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang (Todaro dan Smith, 2006). 4.3.2.4 Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Banyak negara-negara berkembang yang mempunyai ketergantungan terhadap impor bahan-bahan mentah, barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, mesin-mesin dan peralatan modern, serta produk konsumen siap pakai guna menggerakkan industri mereka yang semakin berkembang dan memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya yang terus meningkat (Todaro dan Smith, 2006). Hasil estimasi menunjukkan bahwa impor memberikan pengaruh yang negatif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien variabel impor bertanda negatif, yakni sebesar -0.1218141. Ini dapat diartikan bahwa peningkatan jumlah impor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar -0.1218141 persen. Kegiatan impor yang dilakukan oleh suatu negara akan mengurangi pendapatan negara tersebut. Pada saat suatu negara mengimpor barang dari negara lain, maka jumlah devisa negara tersebut akan berkurang. Jumlah devisa yang berkurang tersebut dikarenakan adanya sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran barang-barang yang sudah diimpor dari negara lain. Menurunnya 82 jumlah devisa akan direspon oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi ketika suatu negara tidak dapat memproduksi sendiri barang yang dibutuhkannya secara efisien. Sehingga, akan lebih baik jika negara tersebut mengimpor barang dari negara lain yang memiliki keunggulan komparatif terhadap suatu komoditi tertentu dibandingkan harus memproduksinya sendiri. 4.3.2.5 Pengaruh Jumlah Kapital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Pembentukan pertumbuhan modal ekonomi. merupakan Pembangunan kebutuhan ekonomi di yang negara penting bagi berkembang membutuhkan modal yang sangat besar, terutama pada tahap-tahap awal pembangunan. Jika akumulasi modal di negara berkembang terbatas, maka pembangunan di negara tersebut akan terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi. Sementara, jika kapital yang ada di negara berkembang jumlahnya melimpah, maka pembangunan ekonomi di negara tersebut juga akan berjalan lancar, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif. Hasil estimasi di Tabel 4.5 menunjukkan pengaruh positif yang diberikan oleh variabel jumlah kapital. Nilai koefisien dari variabel kapital menunjuk pada angka 0.0027756. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kapital sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0027756 persen. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jumlah kapital dapat membantu proses percepatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. 83 Pada umumnya, jumlah akumulasi kapital di negara berkembang cenderung terbatas. Inilah yang menjadi tugas dari pemerintah di negara-negara berkembang untuk berupaya mengakumulasi modal, yakni dengan penerapan kebijakan fiskal dan moneter. Pada tahap awal pembangunan, investasi dalam bidang infrastruktur merupakan hal yang sangat penting mengingat fungsinya sebagai kerangka atau landasan bagi investasi-investasi produktif selanjutnya, baik yang dilakukan sektor swasta maupun pemerintah (Todaro dan Smith, 2006). 4.3.3 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut adalah ringkasan dari hasil estimasi yang diperoleh dengan pendekatan panel dinamis. Pada kasus negara maju, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara pada kasus negara berkembang, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent, FDI, ekspor, dan kapital, serta pengaruh negatif dari variabel impor terhadap pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Negara Maju Negara Berkembang Lag Dependent + + FDI + + Variabel Ekspor + Impor - Kapital + Tenaga Kerja V. 5.1 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, hasil Granger Causality Test menunjukkan bahwa secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Kedua, dari hasil estimasi GMM untuk kasus di negara maju, diperoleh kesimpulan bahwa FDI merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi di negara maju. Selain itu, karena FDI mempunyai probabilitas yang signifikan sementara ekspor tidak signifikan, maka dapat dikatakan bahwa meningkatkan aliran masuk FDI bisa menjadi pilihan strategi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kesimpulan selanjutnya ditarik dari hasil estimasi GMM untuk kasus di negara berkembang. Pada kasus di negara berkembang, ditemukan bahwa inwards FDI, ekspor, dan impor, dan kapital merupakan faktor-faktor yang berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Selain itu, koefisien ekspor mempunyai nilai yang lebih besar dibanding koefisien FDI. Dengan kata lain, ekspor mempunyai dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Oleh karena itu menggunakan strategi ekspor dalam 85 meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dapat menjadi suatu pilihan yang tepat. Jumlah kapital di negara berkembang juga membantu dalam proses pertumbuhan ekonominya. 5.2 Saran Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting bagi perekonomian di suatu negara, tak terkecuali negara maju dan negara berkembang. Negara maju dan negara berkembang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Negara maju mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibanding negara berkembang. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat dan sesuai bagi negara maju dan negara berkembang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka disarankan bagi pembuat kebijakan ataupun pemerintah di negara-negara maju untuk memilih FDI sebagai strategi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Lingkungan hukum dan ekonomi yang pro-foreign investment serta tingkat pajak yang rendah dapat menarik masuk aliran FDI yang lebih banyak ke negara maju. Kestabilan kondisi ekonomi dan politik juga perlu diperhatikan, karena hal tersebut juga akan menjadi pertimbangan bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di suatu negara. Sementara, untuk para pembuat kebijakan ataupun pemerintah di negara berkembang, disarankan untuk memilih ekspor sebagai strategi ekonominya sebagai upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Peningkatan jumlah ekspor melalui promosi ekspor akan mendatangkan 86 pendapatan suatu negara yang akan menambah jumlah devisa di negara berkembang. Banyak hal yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang dalam meningkatkan jumlah ekspornya diantaranya adalah dengan cara mengadopsi teknologi modern untuk dapat meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan kualitas akhir dari produk ekspor mereka. Selain itu, negara berkembang juga perlu menambah keragaman produk ekspornya. Ekspor barangbarang primer boleh saja dilakukan, namun akan jauh lebih baik jika barang primer tersebut diolah terlebih dahulu menjadi barang sekunder atau tersier, sehingga dapat memberikan value added bagi produk-produk ekspor tersebut. Selain itu, jumlah kapital juga membantu dalam proses pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Sehingga, pemerintah di negara berkembang juga perlu berusaha untuk meningkatkan akumulasi modal di negaranya. Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah jumlah negara dalam penelitian. Penambahan variabel-variabel lain yang dianggap mempunyai pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi juga perlu dilakukan. Selain itu, penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat melihat pengaruh jangka panjang serta jangka pendek dari setiap faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. DAFTAR PUSTAKA Achsani, N.A. dan H. Siregar. 2010. “Classification of the ASEAN+3 Economies Using Fuzzy Clustering Approach”. European Journal of Scientific Research, 39: 489-497. ASEAN Secretariat. 2006. Statistics of Foreign Direct Investment in ASEAN. Eighth Edition. Jakarta: ASEAN Secretariat. Asheghian, P. 2011. “Ecconomic Growth Determinants and Foreign Direct Investment Causality in Canada”. International Journal of Business and Social Science, 2: 1-9. Baltagi, B. H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd. Blundell, R. dan S. Bond. 1998. GMM Estimation with Persistent Panel Data: An Application to Production Functions. The Institute for Fiscal Study Working Papers Series w99/4. Damanhuri, D. S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Bogor: IPB Press. Fauzi, A. J. F. A. 2007. Analisis Komparatif Keterkaitan Inflasi dengan Nilai Tukar Riil di Kawasan Asia (ASEAN+3) dan Non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Firdaus, M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor: IPB Press. Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. Singapore: Mc GrawHill. Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia. Haryadi, R. Oktaviani, M. Tambunan, dan N. A. Achsani. 2008. “Dampak Penghapusan Hambatan Perdagangan Sektor Pertanian Terhadap Kinerja Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang”. Jurnal Manajemen dan Pembangunan, 7: 2405-2416. Indra. 2009. Analisis Hubungan Intensitas Energi dan Pendapatan Per Kapita: Studi Komparatif di Sepuluh Negara Asia Pasifik. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Iqbal, M. S., F. M. Shaikh, dan A. H. Shar. 2010. “Causality Relationship between Foreign Direct Investment, Trade, and Economic Growth in Pakistan”. Asian Social Science, 6: 82-89. 88 Jackson, J. K. 2008. Foreign Direct Investment in the United States: An Economic Analysis. CRS Report for Congress, 15 Agustus 2008. Jayachandran, G. dan A. Seilan. 2010. “A Causal Relationship between Trade, Foreign Direct Investment and Economic Growth for India”. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 42: 7488. Kawai, M. dan G. Wignaraja. 2007. ASEAN+3 or ASEAN+6: Which Way Forward?. Switzerland: Asian Development Bank Institute. Li, X. dan X. Liu. 2005. “Foreign Direct Investment and Economic Growth: An Increasingly Endogenous Relationship”. World Development, 33: 393407. Loto, M. A. 2011. Globalization and Economic Development: The Nigerian Experience and Prospects 1980-2008. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences, 2: 160-167. Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Miankhel, A. K., S. M. Thangavelu, dan K. Kalirajan. 2009. Foreign Direct Investment, Exports, and Economic Growth in South Asia and Selected Emerging Countries: A Multivariate VAR Analysis. CCAS Working Paper No. 23. Moosa, I. A. 2007. International Finance an Analytical Approach. Second Edition. Australia: Mc Graw Hill. Moudatsou, A. dan D. Kyrkilis. 2011. “FDI and Economic Growth: Causality for the EU and ASEAN”. Journal of Economic Integration, 26: 554-577. Nath, H. K. 2009. “Trade, Foreign Direct Investment, and Growth: Evidence from Transition Economies:. Comparative Economic Studies, 51: 20-50. Oktaviani, R. dan T. Novianti. 2009. Bagian I Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi-FEM IPB. Oktaviani, R., T. Novianti, dan Widyastutik. 2010. Bagian II Teori Kebijakan Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi-FEM IPB. Omer, M. S. dan L. Yao. 2011. “Empirical Analysis of The Relationships between Inward FDI and Business Cycles in Malaysia”. Modern Applied Science, 5: 157-163. Permata, R. D. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 89 Purwanto, Tri. 2011. Dampak Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Silitonga, R. C. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sinkronisasi Siklus Bisnis di ASEAN+6. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Solihin. 2011. Konvergensi Inflasi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi: Studi Empiris di Negara-Negara ASEAN+6. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sridharan P. dan Vijayakumar N. 2009. “Causal Relationship between Foreign Direct Investment and Growth: Evidence from BRICS Countries”. International Business Research, 2: 198-203. Tiwari, A. K. dan M. Mutascu. 2011. “Economic Growth and FDI in Asia: A Panel-Data Approach”. Economic Analysis & Policy, 41: 173-187. Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga. Verbeek, M. 2004. A Guide to Modern Econometrics. Second Edition. Chichester: John Wiley & Sons. Ltd. Yu, P., K.C. Chen, dan X. Sun. 2010. Foreign Direct Investment and Economic Growth in China: Evidence from A Two-Sector Model. Journal of Financial Management and Analysis, 23: 1-9. LAMPIRAN 91 Lampiran 1. Hasil Granger Causality Test Kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/19/12 Time: 17:43 Sample: 2000 2010 Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 153 1.95031 0.1459 0.23449 0.7913 4.26558 0.0158 5.10341 0.0072 6.62805 0.0018 8.99920 0.0002 19.5362 3.E-08 5.60865 0.0045 2.34217 0.0997 10.2989 6.E-05 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 153 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 153 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 153 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP 153 LN_GDP does not Granger Cause LN_L Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:50 Sample: 2000 2010 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 119 5.93559 0.0002 1.13429 0.3442 1.09067 0.3648 5.60761 0.0004 3.89063 0.0054 7.52213 2.E-05 7.63195 2.E-05 1.86198 0.1222 1.32106 0.2666 5.80592 0.0003 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 119 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 119 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 119 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP LN_GDP does not Granger Cause LN_L 119 92 Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:52 Sample: 2000 2010 Lags: 6 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 85 4.55123 0.0006 1.88643 0.0948 3.30446 0.0063 3.48635 0.0044 2.89735 0.0138 3.39897 0.0052 4.30051 0.0009 1.01115 0.4250 0.57762 0.7469 3.23526 0.0072 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 85 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 85 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 85 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP 85 LN_GDP does not Granger Cause LN_L Lampiran 2. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Maju Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/19/12 Time: 17:56 Sample: 2000 2010 Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 90 4.56083 0.0131 0.32060 0.7266 2.02544 0.1383 2.71146 0.0722 3.01073 0.0545 4.77896 0.0108 5.81738 0.0043 5.04586 0.0085 1.31165 0.2748 3.24133 0.0440 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 90 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 90 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 90 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP LN_GDP does not Granger Cause LN_L 90 93 Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:54 Sample: 2000 2010 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 70 4.44177 0.0032 1.36675 0.2560 0.86195 0.4920 5.14510 0.0012 2.34360 0.0647 6.91127 0.0001 3.29013 0.0166 2.73112 0.0370 0.33709 0.8519 4.06628 0.0055 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 70 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 70 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 70 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP 70 LN_GDP does not Granger Cause LN_L Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:55 Sample: 2000 2010 Lags: 6 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 50 4.10901 0.0029 1.43512 0.2276 5.37757 0.0004 1.88903 0.1088 2.98604 0.0176 1.89252 0.1081 3.70003 0.0056 0.83078 0.5538 0.84205 0.5458 3.15817 0.0133 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 50 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 50 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 50 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP LN_GDP does not Granger Cause LN_L 50 94 Lampiran 3. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Berkembang Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/19/12 Time: 18:09 Sample: 2000 2010 Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 63 0.26036 0.7717 0.93296 0.3992 8.09789 0.0008 1.69978 0.1917 6.77626 0.0023 3.10869 0.0522 12.3519 3.E-05 1.12509 0.3316 5.97065 0.0044 9.34932 0.0003 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 63 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 63 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 63 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP 63 LN_GDP does not Granger Cause LN_L Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:57 Sample: 2000 2010 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 49 0.73303 0.5749 0.37816 0.8229 2.15105 0.0922 2.01694 0.1105 2.32450 0.0730 2.04870 0.1059 2.82997 0.0371 0.36105 0.8348 1.79807 0.1483 4.84688 0.0028 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 49 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 49 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 49 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP LN_GDP does not Granger Cause LN_L 49 95 Pairwise Granger Causality Tests Date: 04/28/12 Time: 17:57 Sample: 2000 2010 Lags: 6 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. FDI does not Granger Cause LN_GDP 35 0.83324 0.5572 1.52549 0.2163 1.12625 0.3797 1.25050 0.3197 1.02027 0.4381 1.05221 0.4198 2.17209 0.0852 0.69857 0.6536 1.19390 0.3460 3.90372 0.0083 LN_GDP does not Granger Cause FDI LN_X does not Granger Cause LN_GDP 35 LN_GDP does not Granger Cause LN_X LN_M does not Granger Cause LN_GDP 35 LN_GDP does not Granger Cause LN_M K does not Granger Cause LN_GDP 35 LN_GDP does not Granger Cause K LN_L does not Granger Cause LN_GDP LN_GDP does not Granger Cause LN_L 35 96 Lampiran 4. Hasil Estimasi di Negara Maju (ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara) System Generalized Method of Moments (SYS-GMM) ___ ____ ____ ____ ____ (R) /__ / ____/ / ____/ ___/ / /___/ / /___/ 12.0 Statistics/Data Analysis Special Edition Copyright 1985-2011 StataCorp LP StataCorp 4905 Lakeway Drive College Station, Texas 77845 USA 800-STATA-PC http://www.stata.com 979-696-4600 [email protected] 979-696-4601 (fax) Single-user Stata network perpetual license: Serial number: 93611859953 Licensed to: STATAforAll STATA Notes: 1. (/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables . *(8 variables, 110 observations pasted into data editor) . egen country = group(negara) . xtset country tahun, yearly panel variable: country (strongly balanced) time variable: tahun, 2000 to 2010 delta: 1 year . xtdpdsys ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, twostep noconstant System dynamic panel-data estimation Group variable: country Time variable: tahun Number of obs Number of groups = = 100 10 min = avg = max = 10 10 10 Wald chi2(6) Prob > chi2 = = 9965.62 0.0000 Obs per group: Number of instruments = 58 Two-step results ln_gdp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] ln_gdp L1. .6348356 .2281273 2.78 0.005 .1877144 1.081957 fdi ln_x ln_m k ln_l .0029868 -.1680071 .2292861 -.0021364 -.0310899 .0010098 .1345074 .1556638 .0021262 .2938239 2.96 -1.25 1.47 -1.00 -0.11 0.003 0.212 0.141 0.315 0.916 .0010077 -.4316369 -.0758093 -.0063037 -.6069742 .0049659 .0956226 .5343816 .0020309 .5447943 Warning: gmm two-step standard errors are biased; robust standard errors are recommended. Instruments for differenced equation GMM-type: L(2/.).ln_gdp Standard: D.fdi D.ln_x D.ln_m D.k D.ln_l Instruments for level equation GMM-type: LD.ln_gdp 97 . estat abond Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors Order 1 2 z Prob > z -2.5053 -.69331 0.0122 0.4881 H0: no autocorrelation . estat sargan Sargan test of overidentifying restrictions H0: overidentifying restrictions are valid chi2(52) Prob > chi2 = = 7.503021 1.0000 Hasil Estimasi dengan Pooled Least Squares (PLS) . reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l Source SS df MS Model Residual 5.20409158 .049269122 6 .867348597 93 .000529776 Total 5.25336071 99 Number of obs F( 6, 93) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE .05306425 ln_gdp Coef. Std. Err. ln_gdp L1. .9532685 .013855 fdi ln_x ln_m k ln_l _cons .0025165 -.013649 .009349 .0001261 .0078146 .4714183 .0008607 .0173394 .0191794 .0007249 .0055948 .1478647 t = = = = = = 100 1637.20 0.0000 0.9906 0.9900 .02302 P>|t| [95% Conf. Interval] 68.80 0.000 .9257552 .9807818 2.92 -0.79 0.49 0.17 1.40 3.19 0.004 0.433 0.627 0.862 0.166 0.002 .0008073 -.0480816 -.0287374 -.0013134 -.0032956 .1777883 .0042258 .0207837 .0474355 .0015655 .0189248 .7650483 98 Hasil Estimasi dengan Fixed Effects Model (FEM) . xtreg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, fe Fixed-effects (within) regression Group variable: country Number of obs Number of groups = = 100 10 R-sq: Obs per group: min = avg = max = 10 10.0 10 within = 0.8812 between = 0.8491 overall = 0.8507 corr(u_i, Xb) more F(6,84) Prob > F = 0.1443 ln_gdp Coef. ln_gdp L1. fdi ln_x ln_m k ln_l = = 103.82 0.0000 Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] .5978861 .0761136 7.86 0.000 .4465258 .7492463 .0022519 .0520422 .0166209 -.0001992 .0086661 .0009497 .0500252 .051344 .0012575 .0764632 2.37 1.04 0.32 -0.16 0.11 0.020 0.301 0.747 0.874 0.910 .0003633 -.0474383 -.0854823 -.0027 -.1433894 .0041404 .1515227 .1187241 .0023015 .1607216 99 Lampiran 5. Hasil Estimasi di Negara Berkembang (ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara) First Differences Generalized Method of Moments (FD-GMM) ___ ____ ____ ____ ____ (R) /__ / ____/ / ____/ ___/ / /___/ / /___/ 12.0 Statistics/Data Analysis Special Edition Copyright 1985-2011 StataCorp LP StataCorp 4905 Lakeway Drive College Station, Texas 77845 USA 800-STATA-PC http://www.stata.com 979-696-4600 [email protected] 979-696-4601 (fax) Single-user Stata network perpetual license: Serial number: 93611859953 Licensed to: STATAforAll STATA Notes: 1. (/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables . *(8 variables, 77 observations pasted into data editor) . egen country = group (negara) . xtset country tahun, yearly panel variable: country (strongly balanced) time variable: tahun, 2000 to 2010 delta: 1 year . xtabond ln_gdp fdi ln_m k ln_l, pre (ln_x) noconstant Arellano-Bond dynamic panel-data estimation Group variable: country Time variable: tahun Number of obs Number of groups = = 63 7 min = avg = max = 9 9 9 Wald chi2(6) Prob > chi2 = = 4656.31 0.0000 P>|z| [95% Conf. Interval] Obs per group: Number of instruments = 60 One-step results ln_gdp Coef. Std. Err. z ln_gdp L1. .8712932 .0396569 21.97 0.000 .7935671 .9490193 ln_x fdi ln_m k ln_l .1776927 .0067659 -.1218141 .0027756 .0025151 .066695 .0026375 .0713968 .0010093 .0668814 2.66 2.57 -1.71 2.75 0.04 0.008 0.010 0.088 0.006 0.970 .0469729 .0015965 -.2617492 .0007974 -.1285699 .3084126 .0119354 .0181211 .0047537 .1336002 Instruments for differenced equation GMM-type: L(2/.).ln_gdp L(1/.).ln_x Standard: D.fdi D.ln_m D.k D.ln_l 100 . estat abond Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors Order 1 2 z Prob > z -2.569 0.0102 -.87888 0.3795 H0: no autocorrelation . estat sargan Sargan test of overidentifying restrictions H0: overidentifying restrictions are valid chi2(54) = Prob > chi2 = 63.2804 0.1815 Hasil Estimasi Pooled Least Squares (PLS) . reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l Source SS df MS Model Residual 43.9296224 .026889003 6 63 7.32160374 .00042681 Total 43.9565114 69 .63705089 ln_gdp Coef. Std. Err. ln_gdp L1. .9596824 .0103163 fdi ln_x ln_m k ln_l _cons .003881 .0443168 -.0142202 .0013472 -.0130447 -.2362006 .0023193 .0222083 .0290832 .0009196 .0068099 .1827571 t Number of obs F( 6, 63) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE = 70 =17154.26 = 0.0000 = 0.9994 = 0.9993 = .02066 P>|t| [95% Conf. Interval] 93.03 0.000 .9390669 .9802978 1.67 2.00 -0.49 1.46 -1.92 -1.29 0.099 0.050 0.627 0.148 0.060 0.201 -.0007538 -.0000629 -.0723383 -.0004906 -.0266531 -.6014116 .0085158 .0886964 .0438979 .0031849 .0005638 .1290104 101 Hasil Estimasi dengan Fixed Effects Model (FEM) . reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l Source SS df MS Model Residual 43.9296224 .026889003 6 63 7.32160374 .00042681 Total 43.9565114 69 .63705089 ln_gdp Coef. Std. Err. ln_gdp L1. .9596824 .0103163 fdi ln_x ln_m k ln_l _cons .003881 .0443168 -.0142202 .0013472 -.0130447 -.2362006 .0023193 .0222083 .0290832 .0009196 .0068099 .1827571 t Number of obs F( 6, 63) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE = 70 =17154.26 = 0.0000 = 0.9994 = 0.9993 = .02066 P>|t| [95% Conf. Interval] 93.03 0.000 .9390669 .9802978 1.67 2.00 -0.49 1.46 -1.92 -1.29 0.099 0.050 0.627 0.148 0.060 0.201 -.0007538 -.0000629 -.0723383 -.0004906 -.0266531 -.6014116 .0085158 .0886964 .0438979 .0031849 .0005638 .1290104 . xtreg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, fe Fixed-effects (within) regression Group variable: country Number of obs Number of groups = = 70 7 R-sq: Obs per group: min = avg = max = 10 10.0 10 within = 0.9862 between = 0.9880 overall = 0.9874 corr(u_i, Xb) more F(6,57) Prob > F = 0.6920 ln_gdp Coef. Std. Err. ln_gdp L1. .8641365 .0419266 fdi ln_x ln_m k ln_l .0069291 .1976356 -.1420884 .002806 .0209037 .002784 .0666502 .0704324 .0010596 .0704731 t = = 676.47 0.0000 P>|t| [95% Conf. Interval] 20.61 0.000 .7801799 .9480931 2.49 2.97 -2.02 2.65 0.30 0.016 0.004 0.048 0.010 0.768 .0013541 .0641709 -.2831268 .0006841 -.1202164 .012504 .3311003 -.0010501 .0049279 .1620237 102 Lampiran 6. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Inwards FDI di Negara-Negara Berkembang Indonesia Malaysia GDP per capita Thailand GDP per capita Inwards FDI GDP per capita Meksiko 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 8500 8000 7500 7000 2002 6 4 2 0 GDP per capita 2010 2009 2008 2007 2006 2005 Inwards FDI 2010 2009 2008 2007 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 1500 1000 500 0 2001 4 3 2 1 0 2000 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 4000 3000 2000 1000 0 2000 GDP per capita India 4 3 2 1 0 2001 2006 Inwards FDI Cina 2000 2005 2003 2002 2001 1500 1000 500 0 2000 4 3 2 1 0 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 4000 3000 2000 1000 0 Inwards FDI GDP per capita Filipina 6 4 2 0 Inwards FDI 2004 Inwards FDI 2004 Inwards FDI 2003 0 2002 500 8000 6000 4000 2000 0 2001 -4 6 4 2 0 2000 2010 2009 2008 2007 2006 2004 -2 2005 1000 2003 1500 0 2002 2 2001 2000 2000 4 GDP per capita 103 Lampiran 7. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Inwards FDI di Negara-Negara Maju Jepang Singapura -0.2 Inwards FDI 28000 2 26000 0 24000 -2 22000 Inwards FDI 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 15 38000 10 36000 5 34000 0 32000 -5 30000 GDP per capita 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 35000 0 Inwards FDI Perancis GDP per capita United Kingdom 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 36000 34000 32000 30000 Inwards FDI GDP per capita Jerman 5 6 4 2 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 4 GDP per capita 40000 Inwards FDI GDP per capita 6 Australia -5 32000 New Zealand 30000 20000 10000 0 10 34000 0 Korea Selatan Inwards FDI 36000 0.2 GDP per capita 2 1.5 1 0.5 0 38000 0.4 GDP per capita 10 45000 40000 35000 30000 5 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Inwards FDI 0.6 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40000 30000 20000 10000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30 20 10 0 Inwards FDI GDP per capita 104 United States Inwards FDI 10 38000 36000 5 34000 0 -5 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 44000 42000 40000 38000 36000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4 3 2 1 0 Kanada GDP per capita Inwards FDI 32000 30000 GDP per capita Lampiran 8. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor di Negara-Negara Berkembang Indonesia 3E+11 2E+11 1E+11 0 Ekspor GDP per capita Ekspor Thailand 8E+10 6E+10 4E+10 2E+10 0 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4000 3000 2000 1000 0 Ekspor GDP per capita Ekspor Cina GDP per capita India GDP per capita 3E+11 2E+11 1E+11 0 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4000 3000 2000 1000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2E+12 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 Ekspor GDP per capita Filipina 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 3E+11 2E+11 1E+11 0 8000 6000 4000 2000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.5E+11 1E+11 5E+10 0 Malaysia Ekspor GDP per capita 105 Meksiko 8500 8000 7500 7000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 3E+11 2E+11 1E+11 0 Ekspor GDP per capita Lampiran 9. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor di Negara-Negara Maju Singapura 40000 30000 20000 10000 0 4E+11 2E+11 Ekspor GDP per capita Ekspor Korea Selatan 6E+10 4E+10 2E+10 0 GDP per capita Ekspor Australia 3E+11 2E+11 1E+11 0 35000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 GDP per capita GDP per capita Jerman 40000 Ekspor 30000 28000 26000 24000 22000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 20000 10000 0 Ekspor GDP per capita New Zealand 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6E+11 4E+11 2E+11 0 38000 36000 34000 32000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 3E+12 2E+12 1E+12 0 38000 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6E+11 Jepang Ekspor GDP per capita 106 Perancis 36000 34000 32000 30000 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 Ekspor GDP per capita Ekspor United States 38000 6E+11 4E+11 2E+11 0 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 44000 42000 40000 38000 36000 Ekspor GDP per capita Kanada 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 3E+12 2E+12 1E+12 0 45000 40000 35000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 United Kingdom GDP per capita Ekspor GDP per capita Lampiran 10. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor di Negara-Negara Berkembang Indonesia 2000 1500 1000 500 0 2E+11 1.5E+11 1E+11 5E+10 0 GDP per capita Impor Thailand Filipina 4000 3000 2000 1000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 3E+11 2E+11 1E+11 0 Impor GDP per capita GDP per capita 8E+10 6E+10 4E+10 2E+10 0 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Impor 8000 6000 4000 2000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.5E+11 1E+11 5E+10 0 Malaysia Impor GDP per capita 107 Cina 4E+11 3E+11 2E+11 1E+11 0 Impor 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4000 3000 2000 1000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 India GDP per capita Impor GDP per capita Meksiko 8500 8000 7500 7000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4E+11 3E+11 2E+11 1E+11 0 Impor GDP per capita Lampiran 11. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor di Negara-Negara Maju Singapura 1E+12 5E+11 0 GDP per capita Impor Korea Selatan New Zealand 30000 20000 10000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6E+11 4E+11 2E+11 0 Impor GDP per capita GDP per capita 6E+10 4E+10 2E+10 0 30000 28000 26000 24000 22000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Impor 38000 36000 34000 32000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40000 30000 20000 10000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6E+11 4E+11 2E+11 0 Jepang Impor GDP per capita 108 Australia 4E+11 3E+11 2E+11 1E+11 0 Jerman 40000 35000 Impor GDP per capita Impor Perancis 36000 34000 32000 30000 Impor 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 Impor United States GDP per capita Kanada 6E+11 4E+11 2E+11 0 38000 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 44000 42000 40000 38000 36000 Impor 45000 40000 35000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 GDP per capita 4E+12 3E+12 2E+12 1E+12 0 GDP per capita United Kingdom 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 38000 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 2E+12 1.5E+12 1E+12 5E+11 0 GDP per capita Impor GDP per capita Lampiran 12. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital di Negara-Negara Berkembang Indonesia GCF GDP per capita 8000 6000 4000 2000 0 30 20 10 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40 30 20 10 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 1500 1000 500 0 Malaysia GCF GDP per capita 109 Thailand 30 20 10 0 GCF 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4000 3000 2000 1000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40 30 20 10 0 Filipina GDP per capita GCF Cina India 60 40 20 0 GCF 1500 1000 500 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4000 3000 2000 1000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 60 40 20 0 GDP per capita GDP per capita GCF GDP per capita Meksiko 8500 8000 7500 7000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30 20 10 0 GCF GDP per capita Lampiran 13. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital di Negara-Negara Maju Singapura GCF GDP per capita 30 20 10 0 38000 36000 34000 32000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40000 30000 20000 10000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 40 30 20 10 0 Jepang GCF GDP per capita 110 Korea Selatan 30000 20000 10000 0 30 20 10 0 GDP per capita GCF Australia 30 20 10 0 Jerman 40000 35000 30 20 10 0 GDP per capita GCF Perancis 24 22 20 18 16 34000 32000 20 15 10 5 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 GDP per capita GCF United States 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 GDP per capita GDP per capita Kanada 44000 42000 40000 38000 36000 GCF 45000 40000 35000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 30 20 10 0 GDP per capita United Kingdom 36000 GCF 38000 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 30000 GCF GDP per capita 30 20 10 0 38000 36000 34000 32000 30000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 GCF 30000 28000 26000 24000 22000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 32 30 28 26 24 22 New Zealand GCF GDP per capita 111 Lampiran 14. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan Kerja di Negara-Negara Berkembang Indonesia 15000000 Malaysia 2000 1500 1000 500 0 10000000 50000000 0 15000000 8000 6000 4000 2000 0 10000000 5000000 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita Thailand 42000000 40000000 38000000 36000000 34000000 32000000 GDP per capita Filipina 4000 3000 2000 1000 0 60000000 1500 40000000 1000 20000000 500 0 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita Cina GDP per capita India 80000000 4000 3000 2000 1000 0 75000000 70000000 65000000 60000000 1500 40000000 1000 20000000 500 0 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita Meksiko 60000000 8500 40000000 8000 20000000 7500 0 7000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force GDP per capita GDP per capita 112 Lampiran 15. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan Kerja di Negara-Negara Maju Singapura 3000000 Jepang 40000 30000 20000 10000 0 2000000 1000000 0 68000000 38000 67000000 36000 66000000 34000 65000000 32000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force 2000 2002 2004 2006 2008 2010 GDP per capita Labour Force Korea Selatan New Zealand 26000000 30000 3000000 24000000 20000 2000000 22000000 10000 1000000 20000000 0 35000 0 GDP per capita Jerman 40000 5000000 20000 Labour Force Australia 10000000 25000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 GDP per capita 15000000 30000 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force GDP per capita 30000 44000000 38000 36000 34000 32000 30000 43000000 42000000 41000000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita Perancis GDP per capita United Kingdom 30000000 36000 28000000 34000 26000000 32000 24000000 30000 34000000 32000000 30000000 28000000 26000000 45000 40000 35000 30000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita GDP per capita 113 United States 16000000 15500000 15000000 14500000 14000000 13500000 Kanada 44000 42000 40000 38000 36000 20000000 38000 36000 34000 32000 30000 18000000 16000000 14000000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Labour Force Labour Force GDP per capita GDP per capita 114 Lampiran 16. Korelasi Antar Variabel di Negara Maju Covariance Analysis: Ordinary Date: 04/23/12 Time: 21:55 Sample: 2000 2010 Included observations: 110 Correlation Probability LN_GDP LN_GDP 1.000000 FDI LN_X LN_M K LN_L ----FDI LN_X LN_M K LN_L -0.026969 1.000000 0.7797 ----- 0.469571 -0.087067 1.000000 0.0000 0.3658 ----- 0.511544 -0.102325 0.992233 1.000000 0.0000 0.2874 0.0000 ----- -0.615595 0.041859 -0.402505 -0.422329 1.000000 0.0000 0.6641 0.0000 0.0000 ----- 0.405886 -0.501626 0.831770 0.844315 -0.327223 1.000000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0005 ----- 115 Lampiran 17. Korelasi Antar Variabel di Negara Berkembang Covariance Analysis: Ordinary Date: 04/23/12 Time: 22:01 Sample: 2000 2010 Included observations: 77 Correlation Probability LN_GDP LN_GDP 1.000000 FDI LN_X LN_M K LN_L ----FDI LN_X LN_M K LN_L 0.451093 1.000000 0.0000 ----- 0.326363 0.331864 1.000000 0.0038 0.0032 ----- 0.291289 0.326284 0.988336 1.000000 0.0102 0.0038 0.0000 ----- -0.221096 0.151338 0.775127 0.795141 1.000000 0.0533 0.1889 0.0000 0.0000 ----- -0.577865 -0.162224 0.508571 0.561670 0.805388 1.000000 0.0000 0.1587 0.0000 0.0000 0.0000 -----