dampak foreign direct investment dan kinerja

advertisement
DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA
EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN
NEGARA BERKEMBANG
OLEH
DEVIYANTINI
H14080079
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
DEVIYANTINI. Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja Ekspor-Impor
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi Komparatif Negara Maju dan
Negara Berkembang (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI).
Globalisasi ditandai dengan semakin terbukanya suatu negara terhadap
perdagangan internasional serta investasi asing langsung. Banyak negara-negara
di dunia berlomba-lomba dalam meningkatkan aliran masuk foreign direct
investment (FDI) serta pangsa ekspornya dalam perdagangan internasional.
Kedua kegiatan tersebut dianggap dapat mempercepat proses pertumbuhan
ekonomi di suatu negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Namun, perlu disadari pula bahwa dampak dari FDI serta perdagangan
internasional tidaklah sama antar satu negara dengan negara lainnya, terutama
antara negara maju dan negara berkembang. Sehingga, para pembuat kebijakan
atau pemerintah baik di negara maju maupun di negara berkembang, perlu
memilih strategi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sesuai
dengan kondisi dari masing-masing negara. Pada model pertumbuhan neoklasik,
dikatakan pula bahwa jumlah kapital serta tenaga kerja mempunyai dampak yang
positif bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini pula yang perlu menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah di seluruh dunia dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negaranya dari sisi tenaga kerja dan modal.
Pada penelitian ini, ada tujuh belas negara yang terlibat. Ketujuh belas
negara tersebut berasal dari kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara.
Kemudian, negara-negara yang terlibat dikelompokkan ke dalam dua kelompok,
yaitu negara maju dan negara berkembang. Pengelompokkan ini dilakukan karena
adanya perbedaan kondisi ekonomi di negara maju dan negara berkembang.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis hubungan kausalitas antara
pertumbuhan ekonomi dengan inwards FDI, ekspor, impor, serta jumlah kapital
dan angkatan kerja di suatu negara yang juga dianggap mempunyai pengaruh
dalam proses tersebut. Selain itu, penelitian ini juga mencoba menganalisis cara
yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan
negara berkembang, antara FDI-led growth atau export-led growth. Metode yang
digunakan pada penelitian ini yaitu, Granger causality test dan panel data
dinamis.
Hasil menunjukkan, secara umum, terdapat hubungan kausalitas satu
arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal
yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP.
Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana
GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara
variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan
hubungan kausalitas dua arah.
Untuk kasus di negara maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI
merupakan faktor yang mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi
di negara tersebut. Selain itu, karena FDI mempunyai probabilitas yang signifikan
sementara ekspor tidak signifikan, maka dapat dikatakan bahwa meningkatkan
aliran masuk FDI ke negara maju merupakan strategi yang memungkinkan
dibandingkan menggunakan strategi ekspor. Pada kasus di negara berkembang
ditemukan bahwa inwards FDI, ekspor, dan kapital merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh positif, semntara impor mempunyai pengaruh yang negatif bagi
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Selain itu, koefisien ekspor
mempunyai nilai yang lebih besar dibanding koefisien FDI. Dengan kata lain,
ekspor mempunyai dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang. Dengan kata lain, menggunakan strategi ekspor dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dapat menjadi suatu pilihan yang
tepat dan memungkinkan.
DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT, DAN KINERJA
EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN
NEGARA BERKEMBANG
Oleh
DEVIYANTINI
H14080079
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul Sripsi
: Dampak Foreign Direct Investment dan Kinerja EksporImpor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Studi
Komparatif Negara Maju dan Negara Berkembang
Nama
: Deviyantini
NIM
: H14080079
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Noer Azam Achsani
NIP. 19681229 199203 1 016
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2012
Deviyantini
H14080079
RIWAYAT HIDUP
Deviyantini. Dilahirkan di Bogor, pada tanggal 30 Juni 1990. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Peri Sambudja dan
Wahyuningsih. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis
menamatkan sekolah dasar di SD Al-Ghazaly Bogor, kemudian melanjutkan ke
SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis
diterima di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih
tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, pada tahun 2010 penulis
mengikuti program pengabdian masyarakat, IPB Go Field 2010, program
pembuatan biogas, selama satu bulan di Kampung Joglo, Desa Cibeureum,
Cisarua, Kabupaten Bogor. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Sharia
Economic Student Club (SES-C) selama satu tahun di tahun 2011 sebagai staff
Divisi Media Ekonomi Syariah dan menjalani beragam kegiatan kepanitiaan.
Penulis juga merupakan peraih beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
tahun 2010, 2011, dan 2012.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik. Juduk skripsi ini adalah “Dampak Foreign
Direct Investment dan Kinerja Ekspor-Impor terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Nasional:
Studi
Komparatif
Negara
Maju
dan
Negara
Berkembang”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian dan semangat kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini. Beberapa pihak tersebut antara lain:
1.
Prof. Dr. Noer Azam Achsani, selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis dengan sabar serta memberikan ilmu, arahan dan
masukan kepada penulis, baik secara teknis, teoritis, maupun moril dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan krtik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3.
Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen komisi pendidikan yang telah
memberikan saran tentang tata cara penulisan skripsi yang baik.
4.
Kedua orang tua, Bapak Peri Sambudja dan Ibu Wahyuningsih serta adik
penulis, Shary Febriani, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungannya yang tak pernah putus untuk penulis.
5.
Kak Indra, M.Si yang telah dengan ikhlas memberikan banyak bantuan
kepada penulis mengenai sumber data serta pengolahannya.
6.
Kak Ade dan Kak Heni yang telah memberikan informasi mengenai datadata yang dibutuhkan.
7.
Teman-teman satu bimbingan, Vevi Retno Maretha, Retno Wulandari,
dan Dewa Putu Adityadharma yang telah menjadi partner yang sangat
baik dan untuk ilmunya yang bermanfaat, perhatian, semangat, serta
kesabarannya dalam menghadapi banyak kekurangan yang penulis
8.
miliki. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini di saat senang dan
sulit.
9.
Kak Retni, Kak Solihin, dan Kak Riska yang dengan senang hati
membantu penulis dan membagi pengalamannya kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh jajaran staff Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan
kerjasamanya.
11. Fitria Nugrahaeni, Ashfahanirrohimah, Farida Ayu Brilyanti, R.R.
Rachmaningrum, Siska Susanti, dan Merry Puspamega, sebagai sahabat
yang selalu setia menemani penulis dan juga membantu dalam proses
penulisan ini, terima kasih juga untuk canda tawa dan semangat yang
telah kalian berikan.
12. Teman-teman Ilmu Ekonomi 45 serta teman-teman SES-C 2011 atas
dukungannya selama ini.
13. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Juni 2012
Deviyantini
H14080079
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................
i
DARTAR TABEL ......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
vi
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................
vii
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................
10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
10
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
12
2.1 Integrasi Ekonomi ...........................................................................
12
2.2 Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................
15
2.2.1 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar .......................................
16
2.2.2 Teori Pertumbuhan Solow ....................................................
17
2.2.3 Kenaikan dalam Faktor-Faktor Produksi ..............................
18
2.3 Foreign Direct Investment (FDI) ....................................................
20
2.3.1 Motif Foreign Direct Investment ..........................................
20
2.3.2 Dampak Foreign Direct Investment .....................................
21
I.
ii
2.4 Perdagangan Internasional ..............................................................
23
2.4.1 Dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian
24
2.5 Penelitian Terdahulu .......................................................................
26
2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................
30
2.7 Hipotesis Penelitian ........................................................................
25
III. METODE PENELITIAN .......................................................................
34
3.1 Jenis dan Sumber Data ....................................................................
34
3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ...........................................
35
3.3 Perumusan Model ...........................................................................
35
3.4 Metode Analisis Data ......................................................................
37
3.4.1 Metode Data Panel ................................................................
37
3.4.2 Data panel Dinamis ...............................................................
38
3.4.2.1 First-Differences GMM (AB-GMM) .......................
40
3.4.2.2 System GMM (SYS-GMM) ......................................
48
3.4.2.3 Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis ......................
49
3.4.3 Granger Causality Test pada Data Panel ..............................
50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
52
4.1 Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju
dan Negara Berkembang ................................................................
52
4.1.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI..
58
4.1.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor ..........
59
4.1.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor ...........
61
iii
4.1.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital .........
62
4.1.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan
Kerja ....................................................................................
64
4.2 Granger Causality Test pada Data Panel ........................................
65
4.3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis ................
69
4.3.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
di Seluruh Kawasan ..............................................................
69
4.3.1.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju ...................
69
4.3.1.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Maju .........................................
72
4.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
di Negara Berkembang .........................................................
74
4.3.2.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang .......
76
4.3.2.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang .............................
76
4.3.2.3 Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang .............................
79
4.3.2.4 Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang .............................
81
iv
4.3.2.5 Pengaruh Jumlah Kapital terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang ..............................
4.3.3 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
82
83
84
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
84
5.2 Saran ..................................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
87
LAMPIRAN .................................................................................................
90
v
DAFTAR TABEL
Nomor
1.1
Halaman
Negara-Negara yang Termasuk Kategori Negara Maju dan Negara
Berkembang ........................................................................................
5
1.2
Pertumbuhan Ekonomi, FDI Net Inflows, dan Ekspor di Dunia ........
7
2.1
Tahapan Integrasi Ekonomi ................................................................
13
3.1
Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian .........................
34
4.1
Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di
Negara-Negara Berkembang Periode 2000-2010 ...............................
4.2
53
Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di
Negara-Negara Maju Periode 2000-2011 ...........................................
56
4.3
Granger Causality Test ......................................................................
66
4.4
Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Maju ...................................................................
4.5
70
Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang .......................................................
74
4.10 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis ..........
83
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ...........................................................................
32
4.1
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI ..............
58
4.2
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor ........................
60
4.3
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor .........................
61
4.4
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital .......................
63
4.5
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja ..........
64
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Hasil Granger Causality Test Kawasan ASEAN+6, Uni Eropa,
dan Amerika Utara ..............................................................................
91
2.
Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Maju ..........................
92
3.
Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Berkembang ..............
94
4.
Hasil Estimasi di Negara Maju (ASEAN+6, Uni Eropa,
dan Amerika Utara) ............................................................................
5.
Hasil Estimasi di Negara Berkembang (ASEAN+6, Uni Eropa,
dan Amerika Utara) ............................................................................
6.
104
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor
di Negara-Negara Maju .....................................................................
10.
103
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Ekspor
di Negara-Negara Berkembang .........................................................
9.
102
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Inwards FDI di Negara-Negara Maju ................................................
8.
99
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Inwards FDI di Negara-Negara Berkembang ....................................
7.
96
105
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor
di Negara-Negara Berkembang .........................................................
106
viii
11.
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Impor
di Negara-Negara Maju .....................................................................
12.
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital
di Negara-Negara Berkembang .........................................................
13.
109
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan
Kerja di Negara-Negara Berkembang ...............................................
15.
108
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Kapital
di Negara-Negara Maju .....................................................................
14.
107
111
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Angkatan
Kerja di Negara-Negara Maju ...........................................................
112
16.
Korelasi Antar Variabel di Negara Maju ...........................................
114
19.
Korelasi Antar Variabel di Negara Berkembang ...............................
115
ix
DAFTAR ISTILAH
No.
Istilah
Keterangan
1.
Contagion effect
Efek penularan akibat fluktuasi ekonomi
2.
Competitive advantage
Keunggulan komparatif suatu produk dalam
perdagangan internasional
3.
Economic union
Salah satu bentuk integrasi ekonomi
4.
Emerging countries
Negara-negara dengan proses pertumbuhan
dan industrialisasi yang cepat
5.
Export-led growth
Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh FDI
6.
FDI-led growth
Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh
ekspor
7.
Gross National Product
Total output domestik dan asing yang
dihasilkan oleh warga negara maupun bukan
warga negara yang tinggal di suatu negara.
8.
Host country
Negara yang menjadi tujuan investasi
9.
Inwards FDI
Aliran masuk FDI
10.
Multinational
Perusahaaan
Corporation
pusatnya
internasional
berada
di
suatu
yang
kantor
negara
dan
mempunyai banyak kantor cabang yang
tersebar di seluruh dunia
x
11.
Newly
Industrializing Negara-negara yang telah mencapai sektor
Countries
manufaktur yang secara relatif lebih maju
12.
Pro-foreign investment
Mendukung masuknya investasi asing
13.
Return
Hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan
investasi
14.
Subsidiary
Anak perusahaan yang didirikan di negara
lain
15.
Subprime mortgage
Pembekuan pada beberapa sekuritas yang
terkait dengan kredit perumahan berisiko
tinggi yang kemudian menimbulkan krisis
16.
Value added
Nilai tambah
17.
Volatile
Fluktuatif
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro
dan Smith (2006), globalisasi dalam arti ekonominya, menandakan semakin
terbukanya perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional, aliran
dana internasional, serta investasi asing langsung. Situasi ini pun dianggap
menjadi suatu peluang bagi seluruh negara di dunia, baik untuk negara maju
maupun negara berkembang. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara
untuk dapat memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan
internasional maupun investasi. Pada kenyataanya, fenomena globalisasi tidak
hanya memberikan peluang, tapi juga memberikan ancaman. Bagi negara-negara
maju globalisasi mungkin telah mendatangkan berkah bagi mereka. Kondisi
berbeda dirasakan di negara-negara berkembang, dimana globalisasi belum
memberikan manfaat yang banyak, bahkan ada pula yang menimbulkan bencana
untuk negaranya (Damanhuri, 2010).
Pada akhirnya, situasi ini mendorong negara-negara di dunia untuk
melakukan integrasi ekonomi dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia
internasional. Integrasi ekonomi yang terjadi antar negara-negara di dunia,
biasanya diiringi oleh munculnya kerjasama atau kesepakatan dalam bidang
ekonomi, politik maupun sosial dan budaya. Sejumlah perjanjian kerjasama baik
perjanjian bilateral maupun regional, khususnya dalam bidang ekonomi, telah
dibuat sebagai upaya mencapai integrasi ekonomi yang lebih kuat. Menurut
2
Purwanto
(2011),
sesuai
laporan
WTO
(World
Trade
Organization),
perkembangan dunia internasional setelah perang Dunia II diwarnai oleh
fenomena maraknya perjanjian ekonomi regional di berbagai belahan dunia
menuju ke arah globalisasi. Hingga tahun 2006 terdapat sekitar 200 perjanjian
ekonomi regional di seluruh dunia yang berjalan efektif dan masih ada sejumlah
lagi dalam taraf negosiasi.
Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional terbesar di dunia. Pertama,
European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk
negara-negara di kawasan Eropa. Kedua, North American Free Trade Area
(NAFTA), yaitu bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan
Amerika Utara. Serupa dengan negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika
Utara, negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga membentuk organisasi di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan nama
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Saat ini ASEAN mencoba
untuk memperluas lagi kerjasamanya dengan negara-negara lain seperti Jepang,
Cina, Korea Selatan, New Zealand, Australia, dan India, yang kemudian disebut
sebagai kawasan ASEAN+6.
Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan liberalisasi perdagangan yang
merupakan ciri dari kondisi perekonomian yang semakin mengglobal. Integrasi
ekonomi juga telah memperluas kesempatan bagi negara-negara di dunia dalam
berinvestasi. Situasi ini tentunya akan memengaruhi iklim investasi dunia,
khususnya investasi dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI), yang saat ini
banyak dipilih oleh para investor. Kedua kegiatan ekonomi ini, menurut para
ekonom, dianggap mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi
3
suatu negara, khususnya untuk negara-negara dengan sistem perekonomian
terbuka.
Liberalisasi perdagangan atau kegiatan perdagangan bebas mempunyai
dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan ini dapat
mendatangkan pendapatan untuk suatu negara yang dapat menambah cadangan
devisa. Peningkatan cadangan devisa akan bermanfaat bagi pembangunan
ekonomi suatu negara. Namun ada pula hal yang perlu diwaspadai dari kegiatan
ekonomi ini. Perdagangan bebas menyebabkan adanya ketergantungan antar
negara yang terlibat dalam kegiatan ini. Kondisi tersebut dapat menimbulkan
contagion effect yang pada akhirnya akan berdampak pada ketidakstabilan
ekonomi di negara lain. Contohnya yaitu peristiwa krisis Asia tahun 1997 serta
krisis finansial global tahun 2007. Peristiwa krisis Asia berawal dari
terdevaluasinya mata uang Baht Thailand, sementara krisis finansial global
muncul sebagai akibat dari terjadinya subprime mortgage di Amerika Serikat.
Kedua peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh negara di dunia akan
pentingnya menguatkan serta meningkatkan kerjasama intra regionalnya.
Liberalisasi perdagangan bukan satu-satunya kegiatan ekonomi yang
berkembang setelah terjadinya integrasi ekonomi. Kegiatan investasi, khususnya
FDI, juga dapat meningkat jumlahnya setelah dilakukannya integrasi ekonomi di
berbagai negara. Karakter dari aliran modal jangka pendek yang bersifat volatile,
menyebabkan pemerintah di negara maju maupun negara berkembang
mengalihkan fokus mereka yang awalnya menarik aliran modal jangka pendek
beralih untuk menarik masuk aliran FDI (Miankhel et al, 2009). Ini dikarenakan
FDI mempunyai dampak jangka panjang untuk negara penerima, dimana dalam
4
FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu
pengetahuan, maupun manajemen. Sridharan et al (2009) juga berpendapat bahwa
FDI memberikan keuntungan bukan hanya untuk investor, namun juga bagi
negara penerima investasi itu sendiri. Investor asing mendapat keuntungan dengan
memanfaatkan aset mereka dan sumber daya secara efisien melalui FDI,
sementara negara penerima mendapat keuntungan dengan memperoleh teknologi
serta dapat terlibat dalam produksi internasional dan jaringan perdagangan.
Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi
di host country.
Seperti halnya perdagangan internasional, perlu disadari pula bahwa FDI
tidak hanya berdampak positif terhadap perekonomian, namun dapat pula
berdampak negatif. Menurut Oktaviani et al (2010) pada awalnya FDI dapat
memperbaiki posisi devisa di host country, tetapi dalam jangka panjang
dampaknya dapat berbalik dan menyebabkan pengurangan dari devisa itu sendiri.
Hal tersebut terjadi karena adanya impor besar-besaran dari barang-barang
setengah jadi serta barang modal ke host country. Kondisi ini juga diperburuk
oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga serta royalti. Selain itu,
FDI juga menyebabkan turunnya investasi domestik, karena kalah bersaing
dengan modal asing.
FDI dan perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang
muncul sebagi akibat dari semakin terbukanya perekonomian global. Keduanya
dapat menjadi pendorong bagi proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Banyak negara yang menggunakan kedua strategi ini sebagai upaya dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, antara FDI-led growth maupun
5
export-led growth memberikan dampak yang berbeda di berbagai negara. Hal ini
tentu perlu menjadi perhatian dan dijadikan pertimbangan bagi para pembuat
kebijakan ekonomi dalam menentukan strategi yang tepat dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negaranya, khususnya untuk negara-negara maju dan
negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, maupun Amerika
Utara yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Tabel 1.1 Negara-Negara yang Termasuk Kategori Negara Maju dan
Negara Berkembang
No.
Negara
Income Group
Kategori Negara
1.
Indonesia
Lower middle income
Negara Berkembang
2.
Malaysia
Upper middle income
Negara Berkembang
3.
Singapura
High income: non-OECD
Negara Maju
4.
Thailand
Upper middle income
Negara Berkembang
5.
Filipina
Lower middle income
Negara Berkembang
6.
Jepang
High income: OECD
Negara Maju
7.
Cina
Upper middle income
Negara Berkembang
8.
Korea Selatan
High income: OECD
Negara Maju
9.
India
Lower middle income
Negara Berkembang
10.
Australia
High income: OECD
Negara Maju
11.
New Zealand
High income: OECD
Negara Maju
12.
Perancis
High income: OECD
Negara Maju
13.
United Kingdom
High income: OECD
Negara Maju
14.
Jerman
High income: OECD
Negara Maju
15.
Kanada
High income: OECD
Negara Maju
16.
United States
High income: OECD
Negara Maju
17.
Meksiko
Upper middle income
Negara Berkembang
Sumber: World Bank, 2010
Secara umum, menurut Todaro dan Smith (2003), untuk menentukan
suatu negara termasuk dalam kategori negara maju atau negara berkembang, dapat
dilihat dari tingkat pendapatan nasionalnya. Suatu negara yang termasuk kategori
6
negara berkembang adalah negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan
rendah (low income), menengah-bawah (lower-middle income), dan menengahatas (upper-middle income). Sementara negara dengan pendapatan tinggi (high
income) termasuk dalam kategori negara maju. Tabel 1.1 diatas menjadi acuan
untuk menentukan negara-negara mana saja yang termasuk ke dalam negara maju
dan negara mana saja yang termasuk ke dalam kategori negara berkembang di
dalam penelitian ini.
1.2
Perumusan Masalah
Globalisasi telah membuat negara-negara dunia seolah menjadi tanpa
batas. Barang dan jasa serta modal mengalir begitu deras dari satu negara ke
negara lainnya setelah terjadinya globalisasi. Globalisasi membuat ukuran pasar
menjadi semakin luas. Negara yang memiliki keunggulan kompetitif semakin
dapat memperkaya negaranya, sementara negara yang tidak siap dalam
menghadapi persaingan dalam pasar global akan semakin terpuruk (Oktaviani dan
Novianti, 2009).
FDI dan perdagangan internasional merupakan bagian dari globalisasi
ekonomi saat ini. Pada Tabel 1.2 dapat kita lihat perkembangan dari pertumbuhan
ekonomi, FDI net inflows, dan ekspor dunia dari tahun 2000 sampai 2010. Pada
tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa sejak tahun 2008, persentase pertumbuhan
ekonomi dunia mengalami penurunan dan mencapai puncak penurunannya di
tahun 2009. Begitu pula terjadi penurunan dari perkembangan FDI net inflows dan
ekspor dunia pada tahun 2009. Penurunan tersebut merupakan dampak dari
terjadinya krisis finansial global yang terjadi di tahun 2007. Merosotnya
7
pertumbuhan ekonomi, dan juga indikator ekonomi lainnya di tahun 2009 telah
memberikan informasi kepada negara-negara di dunia bahwa saat ini faktor
eksternal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi di
suatu negara.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi, FDI Net Inflows, dan Ekspor di Dunia
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi
(persen per tahun)
FDI Net Inflows
(persen dari GDP)
Ekspor Barang dan
Jasa
(persen dari GDP)
2000
4.28
5.03
24.74
2001
1.63
2.78
24.11
2002
1.96
2.25
23.99
2003
2.66
1.75
24.19
2004
4.09
1.84
25.69
2005
3.55
2.64
26.71
2006
4.06
3.20
28.10
2007
3.96
4.18
28.65
2008
1.49
3.09
29.46
2009
-2.33
2.29
25.47
2010
4.21
2.08
27.86
Sumber: World Bank, 2010
Banyak negara yang berupaya meningkatkan aliran masuk FDI serta
pangsa ekspornya dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif.
Salah satu negara berkembang yang mengalami peningkatan dalam inwards FDI
adalah India. Menurut data International Financial Statistics dalam Jayachandran
dan Seilan (2010), jumlah inwards FDI India pada tahun 2000 yaitu sebesar US$
2.32 miliar, dan kemudian mengalami peningkatan di tahun 2005 menjadi US$
6.59 miliar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan negara maju, seperti United
States (US). Pada tahun 2007, nilai inwards FDI US mencapai US$ 2.1 triliun
yang sebelumnya berada di posisi US$ 1.8 triliun pada tahun 2006 (Jackson,
8
2008). Kegiatan perdagangan internasional, khusunya ekspor, juga mengalami
peningkatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Berdasarkan data
dari World Bank, Jerman mempunyai share ekspor barang dan jasa terhadap GDP
di tahun 2000 sebesar 33.38 persen, dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 46.83
persen. Thailand yang termasuk dalam kategori negara berkembang juga
mengalami peningkatan dalam share ekspornya terhadap GDP. Pada tahun 2000
share ekspor barang dan jasanya sebesar 66.78 persen dari GDP, kemudian
meningkat menjadi 71.25 persen di tahun 2010.
FDI dan perdagangan internasional telah dijadikan suatu strategi oleh
negara-negara di dunia dalam mempercepat proses pertumbuhan ekonomi negara
mereka. Namun, dampak dari FDI serta perdagangan internasional tidaklah sama
antar satu negara dengan negara lainnya, terutama antara negara maju dan negara
berkembang. Negara maju dan negara berkembang mempunyai kondisi
perekonomian yang berbeda. Negara maju memiliki tingkat kesejahteraan, tingkat
produktivitas, kualitas sumber daya manusia, dan standar hidup yang jauh lebih
tinggi dibandingkan negara berkembang. Sehingga, kebijakan ataupun strategi
ekonomi yang diterapkan untuk negara maju, tidak dapat disamakan atau bahkan
secara langsung diterapkan di negara berkembang. Pemerintah negara
berkembang, perlu melakukan berbagai pertimbangan dan penyaringan untuk
menentukan kebijakan maupun strategi yang tepat dalam mencapai tujuan-tujuan
ekonominya, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang positif.
Pada model pertumbuhan neoklasik, dikatakan pula bahwa jumlah kapital
serta tenaga kerja mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Hal ini pula yang perlu menjadi bahan pertimbangan bagi
9
pemerintah di seluruh dunia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negaranya dari sisi tenaga kerja dan modal.
Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, penulis
mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada
penelitian ini, yaitu:
1.
Apakah ada hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional,
jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi?
2.
Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth,
atau sebaliknya, pada kasus negara maju?
3.
Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth,
atau sebaliknya, pada kasus negara berkembang?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terkait dengan
permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah:
1.
Menganalisis
hubungan
kausalitas
antara
FDI,
perdagangan
internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan
ekonomi.
2.
Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di negara maju antara FDI-led growth atau export-led growth.
3.
Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang antara FDI-led growth atau export-led
growth.
10
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi penulis, pembaca,
maupun para pembuat kebijakan, diantaranya:
1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama berada di bangku
perkuliahan serta dapat menambah wawasan baru.
2.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan menambah wawasan pembaca serta dapat dijadikan bahan rujukan
atau acuan untuk penelitan selanjutnya.
3.
Bagi para pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan kausalitas antara
FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga akan membandingkan strategi yang
paling baik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi antara FDI-led growth
atau export-led growth pada kasus negara maju dan negara berkembang. Negaranegara maju dan berkembang yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu,
negara-negara di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Untuk
negara-negara di kawasan ASEAN+6 yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Cina, New Zealand, Australia, dan
India. Negara-negara ASEAN lainnya tidak disertakan dalam penelitian ini karena
11
adanya keterbatasan dalam memperoleh data untuk negara-negara tersebut.
Negara-negara Uni Eropa diwakili oleh Perancis, Jerman, dan United Kingdom,
sementara negara-negara di kawasan Amerika Utara, diwakili oleh United States,
Kanada, dan Meksiko.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori terkait dengan penelitian.
Teori-teori tersebut diantaranya mengenai integrasi ekonomi, pertumbuhan
ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian
terdahulu, yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam
bab ini yang selanjutnya pada akhir bab ditutup dengan kerangka pemikiran.
2.1
Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi merupakan suatu kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif menghapuskan atau menurunkan
hambatan-hambatan perdagangan, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif.
Artinya, kebijakan ini hanya akan berlaku bagi negara-negara teretentu yang
sudah saling sepakat untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Tujuannya yaitu
untuk mencapai kesejahteraan serta stabilitas yang tinggi untuk negara-negara
anggotanya (Salvatore, 1997). Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara
yang menjadi anggota dari suatu integrasi ekonomi tersebut biasanya bedekatan
secara geografis.
Integrasi ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara dalam kawasan
tertentu, mempunyai beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut menunjukkan
seberapa kuatnya kerjasama yang berlangsung diantara negara-negara yang
terlibat dalam integrasi tersebut. Balassa dalam Oktaviani et al (2010) mengatakan
ada beberapa tahapan dari integrasi ekonomi. Berikut tahapan-tahapan tersebut
beserta penjelasannya pada Tabel 2.1.
13
Tabel 2.1. Tahapan Integrasi Ekonomi
Keterangan
Tahapan
Suatu kawasan di mana tarif dan dan kuota
antara negara anggota dihapuskan, namun
Free Trade Area (FTA)
masing-masing negara tetap menerapkan tarif
terhadap negara bukan anggota.
Merupakan FTA yang meniadakan hambatan
pergerakan komoditi antar negara, tetapi
Customs Union (CU)
menerapkan hambatan yang sama terhadap
negara bukan anggota.
Merupakan Customs Union yang juga
meniadakan
hambatan-hambatan
pada
pergerakan faktor-faktor produksi (barang, jasa,
Common Market
dan aliran modal). Kesamaan harga dari faktorfaktor
produktif
diharapkan
dapat
menghasilkan alokasi sumber yang efisien.
Merupakan Common Market dengan tingkat
Economic Union Integration harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang
signifikan, termasuk kebijakan struktural.
Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial
yang diikuti dengan pembentukan lembaga
Total Economic Integration
supranasional dengan keputusan-keputusan
yang mengikat bagi seluruh anggota.
Sumber: Balassa dalam Oktaviani et al (2010)
Oktaviani et al (2010) juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda
mengenai tingkatan integrasi ekonomi, yaitu:
1.
Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangements)
Ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling longgar. Negaranegara yang menjadi anggota dalam integrasi ini sepakat menurunkan
hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka,
dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara
luar yang bukan merupakan anggota. Contoh: Skema Preferensi
Persemakmuran Inggris (British Commonwealth Preference Scheme).
14
2.
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area)
Bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan
perdagangan tarif maupun non-tarif di antara negara-negara anggota telah
dihilangkan sepenuhnya, namun setiap negara anggota masih berhak
untuk menentukan sendiri hambatan-hambatan perdagangan yang
diterapkan untuk negara-negara luar yang bukan anggota. Contoh: AFTA
dan NAFTA.
3.
Persekutuan Pabean (Customs Union)
Semua negara anggota diwajibkan untuk menghilangkan semua bentuk
perdagangan di antara negara-negara anggota. Selain itu, mereka juga
harus menyeragamkan kebijakan perdagangannya terhadap negaranegara luar yang bukan anggota. Penyelarasan kebijakan perdagangan ini
merupakan ciri utama Persekutuan Pabean. Contohnya: Uni Eropa atau
Europan Union (EU).
4.
Pasar Bersama (Common Market)
Pada bentuk integrasi ekonomi ini, bukan hanya perdagangan barang saja
yang dibebaskan, tetapi juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga
kerja dan modal. Contoh: Uni Eropa yang telah mencapai status pasaran
bersama itu pada akhir tahun 1992.
5.
Uni Ekonomi (Economic Union)
Integrasi ini berada pada tingkatan tertinggi dari integrasi ekonomi.
Harmonisasi dilakukan lebih jauh, bahkan dengan menyeragamkan
kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara
anggota. Contohnya: Benelux
15
2.2
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kemajuan
ekonomi suatu negara. Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith,
2003). Ada tiga faktor utama berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu
bangsa, yaitu:
1.
Akumulasi modal
Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan
ditabung serta diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output
dan pendapatan di kemudian hari.
2.
Pertumbuhan penduduk
Secara tradisional, pertumbuhan penduduk dianggap mempunyai
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk
pada akhirnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga
kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,
sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan
ukuran pasar domestiknya.
3.
Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Kemajuan teknologi terjadi
16
karena ditemukan cara baru sebagai perbaikan dari cara-cara lama dalam
menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional.
Dalam argumen pasar bebas neoklasik merupakan keyakinan bahwa
liberalisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi
domestik maupun yang berasal dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan
memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat
pertumbuhan Gross National Product (GNP), hal tersebut sama dengan
penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan
rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negaranegara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Model-model
pertumbuhan neoklasik tradisional sesungguhnya bertolak secara langsung dari
model Harrod-Domar dan Solow.
2.2.1
Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Model
pertumbuhan
Harrod-Domar
menjelaskan
mekanisme
perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada
dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari
pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang
modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,
untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan
tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita
asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok
modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan
17
netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan
kenaikan arus output nasional atau GNP.
Y
Y
s
............................................................................................. (2.1)
k
Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (ΔY/Y) ditentukan secara bersamasama oleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k).
2.2.2
Model Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan neoklasik selanjutnya yaitu model pertumbuhan
neoklasik Solow. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari
formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja,
serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu
persamaan
pertumbuhan.
Berbeda
dengan
model
teknologi ke dalam
Harrod-Domar
yang
mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku,
model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang
terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika
keduanya dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan
atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan
teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri
oleh Solow maupun para teoretisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
18
Dalam bentuk yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow
memakai fungsi produksi agregat standar, yakni:
Y
K
AL
1
................................................................................. (2.2)
Pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok
modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas
tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α
melambangkan elastisitas output terhadap modal. Karena tingkat kemajuan
teknologi ditentukan secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga
disebut sebagi model pertumbuhan “eksogen”.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional pertumbuhan output
bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan
kualitas tenaga kerja, penambahan modal, dan penyempurnaan teknologi.
Kenaikan kuantitas dan kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari pertumbuhan
jumlah penduduk dan juga perbaikan pendidikan. Faktor penambahan modal
dapat dilihat melalui tabungan dan investasi.
2.1.1
Kenaikan dalam Faktor-Faktor Produksi
Menurut Mankiw (2007), kenaikan dalam faktor-faktor produksi
memberikan kontribusi pada kenaikan output. Kita mulai dengan mengasumsikan
tidak ada perubahan teknologi, sehingga fungsi produksi yang mengaitkan Y
dengan modal (K) dan tenaga kerja (L) adalah konstan:
Y = F(K,L) .......................................................................................... (2.3)
19
Ini artinya, output berubah karena jumlah modal dan tenaga kerja berubah.
Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut dari fungsi tersebut.
1.
Kenaikan Modal
Produk marjinal modal (MPK) menyatakan berapa banyak output
meningkat ketika modal meningkat sebesar satu unit.
MPK = F(K+1, L) – F(K,L) ............................................................... (2.4)
Oleh karena itu, ketika modal meningkat sebesar ΔK unit output
meningkat mendekati MPK x ΔK.
ΔY = MPK x ΔK ................................................................................. (2.5)
2.
Kenaikan Tenaga Kerja
Produk marjinal tenaga kerja (MPL) menyatakan berapa banyak
perubahan output ketika tenaga kerja meningkat sebesar satu unit, yaitu
MPL = F(K, L+1) – F(K,L) ................................................................ (2.6)
Karena itu, ketika jumlah tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka
output meningkat sampai mendekati MPL x ΔL.
ΔY = MPL x ΔL .................................................................................. (2.7)
3.
Kenaikan Modal dan Tenaga kerja
Anggaplah bahwa jumlah modal meningkat sebesar ΔK dan jumlah
tenaga kerja meningkat sebesar ΔL. Kenaikan output kemudian berasal
dari dua sumber. Kita bisa membagi kenaikan ini menjadi dua sumber
dengan menggunakan produk marjinal dari dua input:
ΔY = (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL) ....................................................... (2.8)
20
2.3
Foreign Direct Investment (FDI)
FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut
Hady (2004), FDI merupakan investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan,
pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan
dimana investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
penanaman modal tersebut. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya
dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu
perusahaan. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan
oleh multinational corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur,
industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.
2.3.1
Motif Foreign Direct Investment
Berikut merupakan motif suatu negara memilih investasi dalam bentuk
FDI diantaranya:
a.
Untuk
mendapatkan
return
yang lebih
tinggi
melalui
tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih
menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik, yang merupakan
motif utama dari FDI.
b.
Untuk melakukan diversifikasi resiko.
c.
Untuk tetap memiliki competitive advantage melalui direct control
dengan melakukan hal-hal berikut:
1) Horizontal Integration
Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau MNC yang
biasanya berada dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan
21
tujuan untuk melakukan direct control, khususnya yang berkenaan
dengan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
atau
teknologi,
dan
managerial skill tertentu sehingga tetap memiliki competitive
advantage di setiap pasar luar negeri yang dimasuki.
2) Vertical Integration
Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan
dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun
“forward integration”. Backward integration dilakukan dengan
jalan FDI di bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk
memperoleh jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga
semurah mungkin. Forward integration dilakukan dengan jalan
membangun jaringan distribusi, misalnya untuk produk automotive
dan elektronik.
d.
Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada
impor dan sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk
subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.
2.3.2
Dampak Foreign Direct Investment
FDI mempunyai pengaruh bagi negara tujuan investasi atau yang biasa
disebut dengan host country. Dampak positif dari keberadaan FDI di host country,
menurut Oktaviani et al (2010) yaitu:
a.
Sumbangan positif penanaman modal asing ini, yaitu peranannya dalam
mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat
22
investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual “tabungan domestik”
yang dapat dimobilisasikan.
b.
Dengan memungut pajak atas keuntungan MNC dan ikut serta secara
finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah
negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut
memobilisasikan sumber-sumber finansial dalam rangka membiayai
proyek-proyek pembangunan secara lebih baik.
c.
MNC tersebut tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber finansial
dan pabrik-pabrik baru saja kepada negara-negara miskin yang bertindak
sebagai host country, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket”
sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara
keseluruhan, termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial,
kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya dapat dimanifestasikan
dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik.
d.
MNC juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar mengetahui
strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri,
mencari alternatif pasokan sumber daya, serta memperluas jaringanjaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional.
e.
MNC akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai
sangat maju oleh negara-negara berkembang mengenai proses produksi
sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada
negara-negara Dunia Ketiga.
Selain dampak positif yang telah disebutkan di atas, MNC dalam
kegiatan ekonominya, tentu juga memiliki dampak negatif, diantaranya:
23
a.
Keberadaan MNC seringkali memberi pengaruh negatif terhadap tingkat
upah rata-rata.
b.
Dalam jangka panjang, keberadaan MNC dapat mengurangi penghasilan
devisa, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal.
c.
MNC berpotensi besar untuk merusak perekonomian tuan rumah dengan
cara menekan semangat bisnis para usahawan lokal.
d.
MNC juga sering menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk
memengaruhi,
menyuap,
dan
memanipulasi
berbagai
kebijakan
pemerintah di host country ke arah yang tidak menguntungkan bagi
pembangunannya.
2.4
Perdagangan Internasional
Setiap negara di dunia mempunyai banyak keterbatasan. Baik itu
keterbatasan sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun teknologi. Tidak
semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi oleh sumber daya yang tersedia di
negara tersebut. Sehingga, setiap negara di dunia perlu melakukan interaksi
dengan negara lainnya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
dalam negara tersebut, salah satunya melalui perdagangan internasional.
Menurut Damanhuri (2010), perdagangan luar negeri memiliki peranan
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pembangunan di suatu negara. Model
pertumbuhan
ekonomi
yang
dikembangkan
oleh
Keynes,
perdagangan
internasional merupakan salah satu determinan bagi pendapatan suatu negara.
Secara sederhana, pemikiran Keynes tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan
di bawah ini:
24
Y
C I G
N
X
.................................................................... (2.9)
Dalam persamaan tersebut, Y adalah pendapatan sebuah negara, C
merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga, I adalah simbol
untuk investasi atau pengeluaran modal yang dilakukan oleh sektor produsen, G
adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, X merupakan ekspor yang
dilakukan oleh negara, sementara M adalah simbol untuk impor yang dilakukan
oleh sebuah negara. Dalam persamaan tersebut, perdagangan internasional
disimbolkan dengan (X-M).
2.4.1
Dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian
Perdagangan internasional sering pula dikatakan sebagai “mesin
pertumbuhan” (engine of growth). Menurut Salvatore (1997), sekalipun
perdagangan internasional tidak bisa menjadi “mesin pertumbuhan” yang efektif
bagi negara-negara berkembang, namun bukan berarti perdagangan internasional
tidak ada kegunaannya. Para ekonom seperti Haberler mengatakan keuntungankeuntungan yang bisa diperoleh dari perdagangan internasional, diantaranya:
a.
Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya
domestik di suatu negara berkembang.
b.
Perdagangan internasional dapat menciptakan pembagian kerja dan skala
ekonomi (economies of scale) yang lebih tinggi, melalui peningkatan
ukuran pasar.
c.
Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi
gagasan-gagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan
25
manajerial, dan bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi
kegiatan bisnis.
d.
Perdagangan
antar
negara
juga
merangsang
dan
memudahkan
mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara
berkembang.
e.
Impor produk-produk baru dapat merangsang permintaan domestik serta
dapat memberikan inspirasi dan membuka lahan bisnis baru yang
menguntungkan bagi para produsen setempat.
f.
Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk
mencegah
monopoli
karena
perdagangan
pada
dasarnya
dapat
merangsang peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu
menghadapi persaingan dari negara lain.
Menurut Oktaviani et al (2010), kegiatan perdagangan internasional tidak
hanya memberikan dampak positif, namun juga dapat menimbulkan dampak
negatif, yaitu:
a.
Terpengaruhnya perekonomian nasional oleh situasi dan kondisi pasar
dunia. Apabila kita tidak merespon situasi pasar dunia, maka kita akan
ditinggalkan oleh negara-negara lain.
b.
Berpengaruh pada perubahan terhadap kebijakan pembangunan nasional
yang telah ditetapkan apabila pengaruh global tersebut berdampak buruk
terhadap kehidupan masyarakat.
c.
Menciptakan ketergantungan produk terhadap suatu negara.
d.
Eksploitasi terhadap sumber daya karena untuk memenuhi permintaan
pasar dunia.
26
e.
2.5
Terbentuknya proteksi non-tarif yang dapat menghambat produk ekspor.
Penelitian Terdahulu
Hubungan antara FDI, perdagangan internasional, serta pertumbuhan
ekonomi telah menjadi satu topik yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa
tahun terakhir. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari
hubungan tersebut. Beberapa penelitian untuk kasus-kasus negara tertentu berhasil
membuktikan adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang diuji,
sementara untuk kasus lainnya tidak ditemukan hubungan yang saling
memengaruhi antar variabel-variabelnya.
Li dan Liu (2005) melakukan penelitian untuk menguji hubungan
endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara. Metode yang
digunakan adalah 3SLS (3 Stages Least Squares). Hasil penelitian menemukan
adanya hubungan komplemen yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi
baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Penelitian ini
juga menyampaikan bahwa modal manusia dan kemampuan menyerap teknologi
sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan endogen yang terus
meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia,
kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi akan membuat aliran masuk
FDI lebih banyak. Pada gilirannya, hal ini akan menaikkan pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan daya saing.
Miankhel et al (2009) mempelajari hubungan dinamis antara ekspor,
FDI, Produk Domestik Bruto (PDB) di enam emerging countries, yaitu Chile,
27
India, Meksiko, Malaysia, Pakistan, dan Thailand. Negara-negara tersebut dipilih
karena mempunyai tahap pertumbuhan yang berbeda-beda. Penelitian ini
menggunakan kerangka time series dari Vector Error Correction Model (VECM).
Hasil menunjukkan bahwa di Asia Selatan ada bukti hipotesis pertumbuhan yang
dipicu oleh ekspor. Pada kasus lain, dalam jangka panjang, ditemukan bahwa
pertumbuhan PDB sebagai faktor umum yang mengendalikan pertumbuhan
variabel lain seperti ekspor untuk kasus di Pakistan dan FDI untuk kasus di India.
Negara-negara Amerika Latin, Meksiko dan Chile menunjukkan hubungan yang
berbeda dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang ekspor memengaruhi
pertumbuhan FDI dan output. Pada kasus negara-negara Asia Timur, ditemukan
hubungan kausalitas dua arah antara PDB dan FDI di Thailand, sementara tidak
ditemukan hubungan antara variabel-variabel dalam kasus di Malaysia.
Nath (2009) melakukan sebuah penelitian untuk menguji dampak
perdagangan dan FDI terhadap pertumbuhan PDB riil per kapita di tiga belas
ekonomi transisi Eropa Timur dan Tengah, serta wilayah Baltik (CEEB) dari
tahun 1991 sampai 2005. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel fixed
effects. Hasil menunjukkan bahwa terdapat dampak positif yang signifikan dari
perdagangan terhadap pertumbuhan. Penelitian ini juga menemukan bahwa
determinan penting dari pertumbuhan di wilayah CEEB adalah investasi
domestik. Secara umum, FDI tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap
pertumbuhan di ekonomi transisi.
Yu et al (2010) melakukan penelitian berkaitan dengan FDI dan
pertumbuhan ekonomi di Cina. Hal yang berbeda dari penelitian ini adalah
peneliti menggunakan model dua sektor. Dua sektor yang dimaksud yaitu sektor
28
yang didanai oleh asing dan sektor yang didanai oleh domestik. Penelitian ini
menggunakan metode regresi OLS (Ordinary Least Square) dan Koyek Geometric
Lag Model. Hasil uji menunjukkan bahwa investasi modal mempunyai hubungan
positif dengan pertumbuhan ekonomi di Cina. Penelitian ini juga menemukan
bahwa sektor yang didanai asing mendorong perkembangan sektor yang didanai
domestik serta pertumbuhan ekonomi.
Penelitian yang dilakukan Iqbal et al (2010) tidak jauh berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Mereka menguji hubungan kausalitas antara
FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi di Pakistan
menggunakan data kuartalan time series dari tahun 1988 sampai 2005. Metode
yang digunakan adalah model Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error
Correction Mechanism (VECM). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
kausalitas dua arah antara FDI dan PDB, FDI dan ekspor, PDB dan ekspor, serta
impor dan ekspor. Sementara hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah untuk
variabel impor terhadap FDI dan PDB. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji
tersebut bahwa FDI yang diinvestasikan di Pakistan telah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan strategi perdagangan asing negara Pakistan. Hasil uji
juga menggambarkan bahwa FDI dan perdagangan adalah dua faktor penting yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Pakistan.
Jayachandran dan Seilan (2010) meneliti tentang perdagangan, FDI, dan
pertumbuhan ekonomi di India selama periode 1970-2007. Penelitian ini
menggunakan uji kausalitas Granger. Hasil menunjukkkan bahwa tidak ada
hubungan kausalitas timbal balik antara variabel-variabel tersebut di India. FDI
dan ekspor di India adalah salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan
29
ekonomi, namun, tinggi atau rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tidak
mempunyai pengaruh terhadap keberadaan FDI dan ekspor di India.
Moudatsou dan Kyrkilis (2011) melakukan uji terhadap hubungan FDI
dan pertumbuhan ekonomi di dua Asosiasi Ekonomi yang berbeda yaitu,
European Union (EU) dan Association of South East Asian Nations (ASEAN).
Penelitian ini menggunakan data panel selama periode 1970 sampai 2003. Objek
dari penelitian ini, untuk EU yaitu, Austria, Belgia, Siprus, Denmark, Finlandia,
Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Malta, Belanda, Portugal, Spanyol,
Swedia, dan Inggris. Anggota ASEAN tidak dilibatkan seluruhnya dalam
penelitian ini, seperti halnya dengan EU, yaitu hanya negara Indonesia, Singapura,
Filipina, dan Thailand. Penelitian tersebut menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi dari host country mendorong aliran FDI untuk masuk ke negara tersebut
baik di negara maju atau negara berkembang. Hasil empiris panel data
menunjukkan untuk negara-negara anggota EU, hasilnya mendukung hipotesis
hubungan kausalitas FDI dan PDB, dimana pertumbuhan didorong oleh FDI.
Sementara untuk negara-negara anggota ASEAN ada hubungan kausalitas dua
arah antara PDB riil per kapita dan FDI, khususnya untuk kasus di Indonesia dan
Thailand.
Omer dan Yao (2011) melakukan penelitian dengan dimensi yang
berbeda. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji hubungan kausalitas antara
aliran masuk FDI dan siklus bisnis di Malaysia. Model yang digunakan adalah uji
kausalitas Granger dan VAR Impulse Responses. Hasil menunjukkan bahwa
terdapat hubungan kausalitas antara aliran masuk FDI dan siklus bisnis.
Penemuan juga menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan asing dalam bentuk
30
aliran masuk FDI dan perkembangan siklus bisnis negara tuan rumah
berhubungan dalam jangka panjang.
Tiwari dan Mutascu (2011) menguji dampak dari FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Penelitian ini menganalisis
menggunakan data panel untuk periode 1986 sampai 2008. Penelitian ini juga
menguji nonlinearitas terkait FDI dan ekspor dalam proses pertumbuhan ekonomi
negara-negara Asia. Hasil menemukan bahwa baik FDI maupun ekspor telah
mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja serta modal juga
mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara
Asia. Penelitian ini kemudian menyarankan bagi negara-negara di Asia untuk
menggunakan cara pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor pada tahap awal
pertumbuhan. Pada periode berikutnya, mungkin pertumbuhan yang dipicu oleh
FDI merupakan pilihan yang layak untuk dilakukan. Penelitian ini juga telah
menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kali ini.
2.6
Kerangka Pemikiran
Globalisasi memberikan suatu peluang sekaligus ancaman bagi negara-
negara di dunia. Keterbukaan ekonomi yang muncul dari adanya globalisasi telah
mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi. Integrasi
ekonomi dibentuk oleh suatu negara, yang biasanya berada dalam kawasan
geografis yang sama, dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia
internasional. Saat ini ada tiga integrasi ekonomi terbesar di dunia, yaitu ASEAN,
Uni Eropa, dan Amerika Utara. Kondisi tersebut semakin membuat pergerakan
barang, jasa, serta modal begitu cepat dari dan menuju suatu negara yang
31
menyebabkan ekspansi perdagangan internasional serta investasi, khususnya
investasi dalam bentuk FDI. Kedua kegiatan ekonomi tersebut semakin banyak
dipilih oleh berbagai negara karena dianggap mempunyai pengaruh positif bagi
proses pertumbuhan ekonomi negara mereka, tak terkecuali negara maju dan
negara berkembang. Mereka berlomba-lomba meningkatkan aliran masuk FDI
serta pangsa ekspornya untuk mempercepat proses pertumbuhan ekonomi
negaranya. Namun, kedua strategi ini memiliki pengaruh yang berbeda-beda antar
satu negara dengan negara lainnya.
Faktor pendukung lainnya seperti tenaga kerja serta jumlah modal di
suatu negara juga akan disertakan dalam penelitian ini sebagai bagian dari faktorfaktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keputusan tersebut didasarkan
pada teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, yaitu teori Harrod-Domar dan Solow.
Keterkaitan antara FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan
ekonomi menjadi suatu hal yang perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat pengaruh
dari masing-masing variabel makroekonomi tersebut. Metode Granger causality
test digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara pertumbuhan
ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian. Penelitian ini juga akan
membandingkan dua strategi untuk mendapatkan strategi yang terbaik dan paling
efisien dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kedua strategi tersebut yaitu,
FDI-led growth dan export-led growth. Metode yang akan digunakan untuk
menganalisis permasalahan tersebut yaitu metode panel data dinamis. Analisis
deskriptif juga akan dilakukan untuk menggambarkan kondisi umum yang terjadi
mengenai fenomena yang sedang diselidiki dan untuk mendukung hasil dari
penelitian.
32
Integrasi Ekonomi
ASEAN+6, UNI EROPA,
DAN AMERIKA UTARA
NEGARA-NEGARA
BERKEMBANG
NEGARA-NEGARA
MAJU
Singapura, Jepang, Korea
Selatan, New Zealand,
Australia, Perancis, Jerman,
United Kingdom, United States,
dan Kanada
Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina, Cina, India, dan
Meksiko
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Teori Harrod-Domar
Teori Solow
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Modal
FDI
Impor
Ekspor
Tenaga
Kerja
perbandingan
Pertumbuhan Ekonomi
Analisis Deskriptif
Granger Causality
Test
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Metode Panel Data
Dinamis
33
Penulis berharap dengan mengetahui hubungan antara FDI, perdagangan
internasional, jumlah modal, angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi; serta
dengan mengetahui strategi ekonomi yang terbaik dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat
kebijakan di negara maju dan negara berkembang yang berada di kawasan
ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara agar dapat menentukan kebijakan yang
tepat sesuai dengan kondisi dari negara masing-masing. Gambar 2.1 merupakan
bagan kerangka pemikiran untuk lebih memperjelas sistematika dari penelitian
yang akan dilakukan.
Hipotesis Penelitian
2.7
Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian
ini, maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut:
1.
Ada hubungan kausalitas antara Foreign Direct Investment, perdagangan
internasional, jumlah modal, tenaga kerja, dengan pertumbuhan ekonomi.
2.
Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh ekspor (export-led
growth) jauh lebih memungkinkan dan dapat menjadi strategi dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahap awal pertumbuhan,
seperti di negara-negara berkembang.
3.
Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh FDI (FDI-led growth)
jauh
lebih
meningkatkan
memungkinkan
pertumbuhan
dan
dapat
ekonomi
berikutnya, seperti di negara-negara maju.
menjadi
pada
strategi
tahap
dalam
pertumbuhan
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk data panel. Data panel merupakan suatu gabungan antara data time
series dan cross section. Negara-negara yang termasuk dalam penelitian ini yaitu
negara-negara di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Periode
waktu yang digunakan adalah dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Data-data
tersebut diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya World Development
Indicators 2010 dari World Bank, International Financial Statistic (IFS) dari
Internatinal Monetary Fund (IMF), United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD), dan CEIC. Peneliti juga menggunakan sumber-sumber
lain seperti jurnal, artikel serta literatur-literatur lainnya untuk menambah
informasi terkait penelitian.
Tabel 3.1 Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian
No.
Variabel
Keterangan
Sumber Data
1.
ln GDP
PDB riil per kapita (constant
UNCTAD
2005, US$)
2.
FDI
Inwards
Foreign
Direct
UNCTAD
Investment, (persen dari GDP)
3.
ln X
Ekspor
barang,
jasa,
dan World
Development
pendapatan (constant 2005, US$) Indicators 2010
4.
ln M
Impor
barang,
jasa,
dan World
Development
pendapatan (constant 2005, US$) Indicators 2010
5.
K
Gross Capital Formation (persen World
Development
dari GDP)
Indicators 2010
6.
ln L
Total angkatan kerja (jiwa)
UNCTAD dan CEIC
35
Pada Tabel 3.1 disajikan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian beserta keterangan singkat dan sumber data tersebut. Variabel-variabel
tersebut diantaranya PDB riil per kapita, inwards FDI, ekspor, impor, Gross
Capital Formation, dan total angkatan kerja.
3.2
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif dan deskriptif. Penelitian ini akan menganalisis hubungan
kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan jumlah
angkatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga akan
menganalisis strategi yang paling baik dalam mempercepat proses pertumbuhan
ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Metode kuantitatif yang
digunakan adalah analisis panel data dinamis. Perangkat lunak yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007, Eviews 6, dan STATA
v.10.
3.3
Perumusan Model
Pada penelitian ini, model yang digunakan merujuk pada model yang
digunakan oleh Iqbal et al (2010) serta Tiwari dan Mutascu (2011). Model Iqbal
et al (2010) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi dari FDI,
ekspor, dan impor. Model tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan
kausalitas antara variabel-variabel di dalam model. Negara yang menjadi subjek
penelitian ini adalah Pakistan. Model Tiwari dan Mutascu (2011) mempunyai
sedikit perbedaan dari model Iqbal et al (2010). Model tersebut mendefinisikan
36
pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi dari jumlah modal, jumlah angkatan kerja,
FDI, dan ekspor. Fungsi dari model ini untuk menganalisis hubungan antara
variabel-variabel yang akan diuji serta untuk mengkaji cara yang paling baik
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara di kawasan Asia.
Kedua model tersebut menjadi baseline model pada penelitian ini.
Berdasarkan tujuan dan fokus dari penelitian, maka ada sebuah model yang akan
digunakan dalam penelitian ini untuk dua kasus berbeda, yaitu pada kasus negara
maju dan negara berkembang. Model yang akan digunakan pada penelitian kali
ini, yaitu:
ln GDPit
0
1
ln GDPi,t
1
2
FDIit
3
ln X it
4
ln M it
5
Kit
6
ln Lit
it
.....(3.1)
dimana:
ln GDPit
= pertumbuhan ekonomi negara i pada waktu t
ln GDPi,t-1
= lag pertumbuhan ekonomi negara i pada waktu t
FDIit
= inwards FDI negara i pada waktu t
ln Xit
= nilai ekspor barang, jasa, dan pendapatan negara i pada waktu t
ln Mit
= nilai impor barang, jasa, dan pendapatan negara i pada waktu t
Kit
= jumlah modal negara i pada waktu t
ln Lit
= jumlah angkatan kerja negara i pada waktu t
εit
= error term
37
3.4
Metode Analisis Data
3.4.1
Metode Data panel
Data panel merupakan salah satu metode dalam ekonometrika yang
muncul karena adanya keterbatasan pada metode time series dan cross section.
Istilah lain dari data panel, menurut Gujarati (2004) adalah pooled data
(kumpulan dari data time series dan data cross section), micropanel data,
longitudinal data (kombinasi studi atas dasar waktu dari berbagai variabel atau
kelompok subjek), event history analysis (studi perubahan suatu objek dengan
syarat waktu), atau cohort analysis.
Keuntungan menggunakan panel data menurut Hsiao (2003) dan
Klevmarken (1989) dalam Baltagi (2005), yaitu:
1.
Dapat mengontrol heterogenitas individu.
2.
Data panel memberikan informasi yang lebih banyak, lebih beragam,
mengurangi kolinearitas antar variabel, meningktakan derajat bebas, dan
lebih efisien.
3.
Data panel lebih baik untuk studi dynamics of adjusment.
4.
Data panel lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek
sederhana yang tidak terdeteksi dalam data cross section murni atau time
series murni.
5.
Model data panel memungkinkan kita untuk membangun dan menguji
model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section
murni atau time series murni.
38
3.4.2
Data Panel Dinamis
Menurut Indra (2009), relasi diantara variabel-variabel ekonomi pada
kenyataanya banyak yang bersifat dinamis. Analisis data panel dapat digunakan
pada model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian
dinamis (dynamic of adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh
keberadaan lag variabel dependen diantara variabel-variabel regresor. Sebagai
ilustrasi, perhatikan model data panel dinamis sebagai berikut:
yit
dengan
yi ,t
1
xit
uit
; i = 1, ... , N ; t = 1, ... , T ................ (3.2)
menyatakan suatu skalar, xit menyatakan matriks berukuran 1 x K dan β
matriks berukuran K x 1. Dalam hal ini, diasumsikan mengikuti model one way
error component sebagai berikut:
uit
i
vit ........................................................................................ (3.3)
dengan μi ~ IID (0, σ2μ) menyatakan pengaruh individu dan vit ~ IID (0, σ2v)
menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa
literatur disebut sebagai transient error.
Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan
efisiensi baik pada Fixed Effect Model (FEM) maupun Random Effect Model
(REM) terkait perlakuan terhadap μi. Dalam model dinamis, situasi ini secara
substansi sangat berbeda, karena yit merupakan fungsi dari μi maka yi,t-1 juga
merupakan fungsi dari μi. Karena μi adalah fungsi dari uit maka akan terjadi
korelasi antara variabel regressor yi ,t
1
dengan uit maka akan menyebabkan
penduga least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis)
menjadi bias dan inkosisten, bahkan bila vit tidak berkorelasi serial sekalipun.
39
Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data
panel autoregresif (AR (1)) tanpa menyertakan variabel eksogen
yit
yi ,t
dengan uit
i
1 ; t = 1, ... , T ................................................. (3.4)
uit ;
1
vit di mana μi ~ IID (0, σ2μ) dan vit ~ IID (0, σ2v) saling bebas
satu sama lain. Penduga fixed effect bagi δ diberikan oleh
N
ˆ
T
i 1
t 1
FE
dengan yi
T
1/ T
t
yit
yi
N
T
i 1
t 1
yi ,t
yi ,
1
1
............................................. (3.5)
2
yi ,t
1
yi ,
y dan yi ,
1 it
1
1/ T
1
T
t 1
yi ,t 1 . Untuk menganalisis sifat dari
ˆ , dapat disubstitusi persamaan (3.4) ke (3.5) untuk memperoleh
FE
1
ˆ
NT
FE
1
N
T
i 1
t 1
N
NT
i 1
vit
vi
T
t 1
yi ,t
yi ,t
yi ,
1
yi ,
1
1
.............................. (3.6)
1
Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk N
dan T tetap, bentuk
pembagian pada persamaan (3.6) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak
konvergen menuju nol bila N
. Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan
Nickel (1981) dan Hsiao (1986) dalam Verbeek (2004)) bahwa
1
p lim
NT
N
N
T
i 1
t 1
2
vit
vi
yi ,t
1
yi ,
1
T
v
2
T 1
1
T
T
2
0 ........ (3.7)
sehingga, untuk T tetap akan dihasilkan penduga yang inkonsisten.
Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat
digunakan. Arrelano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) menyarankan suatu
pendekatan Generalized Method of Moments (GMM). Pendekatan GMM
merupakan salah satu yang populer. Ada dua alasan yang mendasari hal tersebut.
40
Pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang
lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan
alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum
likelihood.
Penduga GMM juga mempunyai kelemahan. Adapun beberapa
kelemahannya, yaitu GMM estimator adalah asymptotically efficient dalam
ukuran contoh besar tetapi kurang efisien dalam ukuran contoh yang terbatas
(finite). Kelemahan selanjutnya dari GMM adalah estimator ini terkadang
memerlukan sejumlah implementasi pemrogaman sehingga dibutuhkan suatu
perangkat lunak (software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM.
Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk
mengestimasi model linear autoregresife, yakni:
1.
First-Difference GMM (FD-GMM atau AB-GMM)
2.
System GMM (SYS-GMM)
3.4.2.1 First-Differences GMM (AB-GMM)
yang konsisten dimana N
Untuk mendapatkan estimasi
tertentu,
akan
dilakukan
first-difference
mengeliminasi pengaruh individual
yit
yi ,t
1
yi ,t
i
yi ,t
2
i
vit
pada
persamaan
dengan T
(3.4)
sebagai berikut:
vi ,t
1
; t = 2, ... , T ...................... (3.8)
Namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga
inkonsisten karena yi ,t 1 dan vi ,t
T
1
untuk
yang
berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila
. Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat
41
menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, yi ,t
digunakan sebagai instrumen. Di sini, yi ,t
berkorelasi dengan
2
yi ,t
1
2
akan
yi ,t
2
tetapi tidak berkorelasi dengan vi ,t 1 , dan vit tidak berkorelasi serial. Di sini,
penduga variabel instrumen bagi
N
ˆ
IV
T
i 1
N
T
t 2
i 1
t
yi ,t
y
2 i ,t
yit
2
2
disajkan sebagai
yi ,t
yi ,t
1
yi ,t
1
................................................... (3.9)
2
syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah
p lim
N
T
1
N T 1
N
T
i 1
t 2
vit
vi ,t
1
yi ,t
0 ................................. (3.10)
2
Penduga (3.9) merupakan salah satu penduga yang diajukan oleh
Anderson dan Hsiao (1981) dalam Verbeek (2004). Mereka juga mengajukan
penduga alternatif di mana yi ,t
2
yi ,t
digunakan sebagai instrumen. Penduga
3
variabel instrumen bagi disajikan sebagai:
N
ˆ
IV 2
T
i 1
N
T
i 1
t 3
yi ,t
t 3
yi ,t
2
yi ,t
yi ,t
2
3
yit
3
yi ,t
yi ,t
1
1
yi ,t
................................ (3.11)
2
syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah
p lim
N
T
1
N T 2
N
T
i 1
t 3
vit
vi ,t
1
yi ,t
2
yi ,t
3
0 .................. (3.12)
Perhatikan bahwa penduga variabel instrumen yang kedua (IV (2))
memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah
amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang
(satu periode sampel “hilang”). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat
42
menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran
sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa
p lim
N
T
1
N T 1
N
T
i 1
t 2
vit
vi ,t
1
yi ,t
2
E
vit
vi ,t
1
yi ,t
0 ............ (3.13)
2
yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama
dapat diperoleh
p lim
N
T
1
N T 2
N
T
i 1
t 3
vit vi ,t
1
yi ,t
2
yi ,t
3
E vit vi ,t 1 yi ,t
2
yi ,t
3
0 ...... (3.14)
yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV (2))
selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui
penggunaan lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga.
Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004), menyatakan bahwa daftar
instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan
membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond
(1991) dalam Verbeek (2004) mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T
= 4 diperoleh
E vi 2 vi1 yi 0
0 , untuk t = 2
E vi 3 vi 2 yi1
0 dan E vi 3 vi 2 yi 0
E vi 4 vi 3 yi 0
0 , E vi 4 vi 3 yi 2
0 , untuk t = 3
0 , dan E vi 4 vi 3 yi 3
0,
untuk t = 4
Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya,
untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel
yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan
43
vi 2 vi1
vi
vi ,T
...
vi ,T
........................................................................... (3.15)
1
sebagai vektor transformasi error, dan
Zi
y i 0, yi1


0
0




0
0

yi 0
0
0
................................. (3.16)
yi 0 , , yi ,T
2
sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks Zi berisi instrumen yang
valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh
kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai
E Z i vi
0 ................................................................................... (3.17)
yang merupakan kondisi bagi 1+2+...+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM,
tuliskan persamaan sebagai
E Zi
yi
yi ,
1
0 ................................................................... (3.18)
karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang
belum diketahui,
akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel
yang bersesuaian, yakni
min
1
N
N
Zi
yi
i 1
yi ,
1
WN
1
N
N
Zi
yi
yi ,
1
............... (3.19)
i 1
dengan WN adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris. Dengan
mendiferensiasikan terhadap
dalam persamaan (3.20)
akan diperoleh penduga GMM sebagai berikut
44
N
ˆ
yi , 1Z i WN
GMM
1
N
Z i yi ,
i 1
i 1
N
N
yi , 1Z i WN
i 1
1
................................................... (3.20)
Z i yi ,
1
i 1
Sifat dari penduga GMM (3.20) bergantung pada pemilihan WN yang konsisten
selama WN definit positif, sebagai contoh WN = I yang merupakan matriks
identitas.
Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan
penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian asimtotik
terkecil bagi ˆGMM . Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM (Verbeek,
2004), diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks
kovarian invers dari momen sampel. Dalam hal ini, matriks penimbang optimal
seharusnya memenuhi
p lim WN
V Zi vi
1
E Zi vi vi Zi
1
....................................... (3.21)
N
dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks
kovarian vi , matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step
consistent estimator bagi
dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata
sampel, yakni (two step estimator)
Wˆ Nopt
dengan
1
N
N
1
Zi vˆi vˆi Zi
.......................................................... (3.22)
i 1
vˆi menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent
estimator.
45
Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa vit ~ iid pada
seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi
tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi
dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan
matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat
dianjurkan
bagi
sampel
berukuran
kecil)
menekankan
ketidakberadaan
autokorelasi pada vit dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis.
Dengan catatan di bawah restriksi sebagai berikut:
E
2
vi vi
v
2
G
v
2
1 0 
1 2  0
0   1

0
1
................................... (3.23)
2
matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai (one step estimator).
WNopt
1
N
1
N
Zi GZi
................................................................... (3.24)
i 1
Sebagai catatan bahwa persamaan (3.24) tidak mengandung parameter yang tidak
diketahui, sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu
langkah bila error vit diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung
autokorelasi.
Jika model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka
persamaan (3.4) dapat dituliskan kembali menjadi
yit
xit
yi ,t
1
i
vit ................................................................. (3.25)
Parameter persamaan (3.25) juga dapat diestimasi menggunakan
generalisasi variabel instrumen atau pendekatan GMM, bergantung pada asumsi
46
yang dibuat terhadap xit, sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat
dibangun. Bila xit strictly exogenous dalam artian bahwa xit tidak berkorelasi
dengan sembarang error vis, akan diperoleh
E xis , vit
0 ; untuk setiap s dan t ............................................... (3.26)
sehingga x1, …, xiT dapat ditambah ke dalam daftar instrumen untuk persamaan
first difference setiap periode. Hal ini akan membuat jumlah baris pada Zi menjadi
besar. Selanjutnya dengan menggunakan kondisi momen
E
xit , vit
0 ; untuk setiap t ...................................................... (3.27)
matriks instrumen dapat dituliskan sebagai berikut
yi 0 , xi 2
0
0
yi 0 , yit , xi 3
Zi

0

0
0

0
0
yi 0 ,..., yi ,T 2 , xit

............. (3.28)
Bila variabel xit tidak strictly exogenous melainkan predetermined, dalam kasus di
mana xit dan lag xit tidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan diperoleh
E xit , vis
0 untuk s t . Dalam kasus dimana hanya xi,t-1,…, xi1 instrumen yang
valid bagi persamaan first difference pada periode t, kondisi momen dapat
dikenakan sebagai
E xi ,t
j
vit
0 ; j = 1, ... , t – i ,
t ............................................. (3.29)
Dalam prakteknya, kombinasi variabel x yang strictly exogenous dan
predetermined dapat terjadi lebih dari sekali. Matriks Zi kemudian dapat
disesuaikan. Baltagi (1995), menyajikan contoh dan diskusi tambahan untuk kasus
ini.
47
Penduga AB-GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas
(berukuran kecil), hal ini terjadi ketika tingkat lag (lagged level) dari deret
berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya, sehingga instrumen
yang tersedia untuk persamaan first-difference lemah (Blundell & Bond, 1998).
Dalam model AR (1) di persamaan (3.4), fenomena ini terjadi karena parameter
autoregresif ( ) mendekati satu, atau varian dari pengaruh individu (μi) meningkat
relatif terhadap varian transient error (vit).
Blundell dan Bond (1998) menunjukkan bahwa penduga AB-GMM
dapat terkendala oleh bias sampel terbatas, terutama ketika jumlah periode amatan
yang tersedia relatif kecil. Hal ini menekankan perlunya perhatian sebelum
menerapkan metode ini untuk mengestimasi model autoregresif dengan jumlah
deret waktu yang relatif kecil.
Keberadaan bias sampel terbatas dapat dideteksi dengan mengkomparasi
hasil AB-GMM dengan penduga alternatif dari parameter autoregresif.
Sebagaimana diketahui dalam model AR (1), least square akan memberikan suatu
estimasi dengan bias yang ke atas (biased upward) dengan keberadaan pengaruh
spesifik individu (individual-spesific effect) dan fixed effect akan memberikan
dugaan
dengan bias yang ke bawah (biased downward). Selanjutnya penduga
konsisten dapat diekspektasi di antara penduga least square atau fixed effect. Bila
penduga AB-GMM dekat atau di bawah penduga penduga fixed effect, maka
kemungkinan penduga AB-GMM akan biased downward, yang kemungkinan
disebabkan oleh lemahnya instrumen.
48
3.4.2.2 System GMM (SYS-GMM)
Indra (2009) mengatakan bahwa ide dasar dari penggunaan metode
system GMM adalah untuk mengestimasi sistem persamaan baik pada firstdifferences maupun pada level yang mana instrumen yang digunakan pada level
adalah lag first-differences dari deret. Blundell dan Bond (1998) menyatakan
pentingnya pemanfaatan initial condition dalam menghasilkan penduga yang
efisien dari model data panel dinamis ketika T berukuran kecil. Salah satunya
dengan membuat model autoregresif data panel dinamis tanpa regresor eksogenus
sebagai berikut:
yit
dengan E
yi ,t
1
i
0 , E vit
i
vit ......................................................................... (3.30)
0 , dan E
i
vit
0 untuk i = 1, 2, …. , N; t = 1, 2,
…, T. Dalam hal ini, Blundell dan Bond (1998) memfokuskan pada T=3, oleh
karenanya hanya terdapat satu kondisi ortogonal yang diberikan oleh
E yi1 vi 3
0 sedemikian sehingga
tepat teridentifikasi (just indentified).
Dalam kasus ini, tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan
meregresikan
yi 2 dan yi1. Perhatikan bahwa regresi ini dapat diperoleh dari
persamaan (3.30) yang dievaluasi pada saat t=2 dengan mengurangi kedua ruas
persamaan tersebut, yakni
yi 2
1 yi ,1
i
Dikarenakan eskpektasi E yi
biased) dengan
vi 2 ............................................................... (3.31)
i
0 , maka
1 akan bias ke atas (upward
49
p lim ˆ 1
dengan c
1
1
/ 1
c
c
2
/
............................................... (3.32)
2
u
. Bias dapat menyebabkan koefisien estimasi dari
variabel instrumen yi1 mendekati nol. Selain itu, nilai statistik-F dari regresi
variabel instrumen tahap pertama akan konvergen ke
2
1
dengan parameter non-
centrality
2
u
2
c
2
2
u
karena
0 , dengan
c
1
0 maka penduga variabel instrumen menjadi lemah. Di sini, Blundell
dan Bond mengaitkan bias dan lemahnya presisi dari penduga first-difference
GMM dengan masalah lemahnya instrumen yang mana hal ini dicirikan dari
parameter konsentrasi
(Baltagi, 2005).
3.4.2.3 Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan model panel
dinamis atau GMM terbaik. Menurut Firdaus (2011), model GMM terbaik yaitu
model yang memenuhi kriteria berikut, diantaranya tidak bias, instrumen valid,
dan konsisten. Uji tidak bias dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
estimator dari fixed effects dan pooled least squares (PLS). Estimator dari fixed
effects bersifat biased downward, sedangkan estimator dari PLS bersifat biased
upward. Model dikatakan tidak bias apabila nilai estimator dari model tersebut
berada diantara keduanya.
50
Validitas instrumen diperiksa menggunakan Uji Sargan. Maksud dari
validitas disini adalah tidak ada korelasi antara instrumen dengan komponen
error. Instrumen dikatakan valid apabila Uji Sargan tidak dapat menolak hipotesis
nol. Sementara, untuk sifat konsistensi dari estimator dapat diperiksa dari hasil
statistik Arrelano-Bond m1 dan m2 yang nilainya dapat dihitung secara otomatis
pada suatu perangkat lunak. Estimator dikatakan konsisten apabila nilai statistik
m1 menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak sementara nilai statistik m2
menunjukkan hipotesis nol tidak ditolak.
3.4.3
Granger Causality Test pada Data Panel
Hubungan kausalitas (causality) adalah hubungan jangka pendek antara
kelompok tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup
juga hubungan timbal balik dan fungsi-fungsi yang muncul dari analisis spektrum,
khususnya hubungan penuh antar spektrum dan hubungan partial antar spektrum.
Berdasarkan pandangan ekonometrik, ide utama dari kausalitas adalah sebagai
berikut: pertama, jika X memengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X dapat
membantu dalam memprediksikan Y. Dengan kata lain, dengan menambah data
masa lalu X ke regresi Y dengan data Y masa lalu maka dapat meningkatkan
kekuatan penjelas (explanatory power) dari regresi. Kedua, data masa lalu Y tidak
dapat membantu dalam memprediksikan X, karena jika X dapat membantu dalam
memprediksikan Y dan Y dapat membantu memprediksikan X, maka
kemungkinan besar terdapat variabel lain, katakan Z, yang memengaruhi X dan Y
(Fauzi, 2007).
51
Pada tahun 1969, Granger memperkenalkan hubungan sebab akibat
antara dua variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas
tiga kategori, yaitu hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah
dan hubungan timbal balik. Dengan panjang lag optimal, p, maka prinsip kerja
dari Granger Causality Test pada data panel didasarkan atas regresi model pooled
sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
yit
0
1 t t 1
y
...
p
xit
0
1 t t 1
yt t
x
...
p t t p
x
p
x
...
p t p
y
...
p
1 t t 1
1 t t 1
yt t
.......................... (3.33)
it
p
it
........................ (3.34)
Pada persamaan regresi model pooled pertama (3.33), X memengaruhi Y atau
hubungan kausalitas satu arah dari X ke Y apabila koefisien
1
tidak sama dengan
nol (0). Hal yang sama juga untuk persamaan regresi model pooled kedua (3.34),
Y memengaruhi X atau terdapat hubungan kausalitas satu arah dari Y ke X jika
koefisien
1
tidak sama dengan nol. Sementara apabila keduanya terjadi maka
dikatakan terdapat hubungan timbal balik (feedback relationship) antara X dan Y
atau terdapat hubungan kausalitas dua arah (bidirectional causality) antara X dan
Y.
Dalam penelitian ini, Granger Causality Test dilakukan untuk
menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain pada
penelitian. Dengan menggunakan software Eviews 6, hipotesis nol yang
digunakan untuk hubungan dua variabel adalah X tidak memengaruhi Y dan Y
tidak memengaruhi X. Dasar penolakan hipotesis nol dengan menggunakan
kriteria probabilitas < 0.1 atau 10%. Seluruh pengolahan data dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan bantuan program komputer STATA v10.0 dan Eviews 6.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade
terakhir, menyebabkan perdagangan internasional serta investasi asing semakin
gencar dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk dapat memasuki pasar
global. Perdagangan internasional serta investasi asing, khususnya FDI, dipilih
oleh pemerintah negara-negara di dunia dalam rangka menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang positif. Selain itu, faktor lain seperti tenaga kerja serta modal juga
turut dipertimbangkan dalam membantu proses ini.
Estimasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di
negara maju dan negara berkembang, dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan sejumlah variabel yang beberapa diantaranya diolah dalam bentuk
logaritma natural (ln), sementara variabel yang lainnya sudah dalam bentuk
persentase. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk memperoleh data yang
stasioner. Konsekuensi dari pemberlakuan bentuk tersebut adalah nilai interpretasi
dari hasil pengolahan menjadi nilai elastisitas. Adapun nilai elastisitas dari setiap
koefisien variabel eksogen akan dinyatakan dalam bentuk persentase.
4.1
Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju dan
Negara Berkembang
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan ekonomi di
suatu negara. Setiap negara berupaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang optimal. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara satu dengan negara
53
lainnya. Secara umum, perbedaan yang paling terlihat yaitu pada tingkat
pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang.
Kondisi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang, baik
dalam sistem ekonomi maupun kebijakannya, menandakan bahwa perlakuan yang
diterapkan untuk negara maju dan negara berkembang tidak dapat disamakan.
Dalam era perekonomian terbuka seperti saat ini, perdagangan internasional, yaitu
ekspor dan impor, serta aliran investasi asing langsung (FDI), tidak dapat
dipungkiri lagi peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu
negara.
Tabel 4.1 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di
Negara-Negara Berkembang Periode 2000-2010
Negara
Pertumbuhan
Ekonomi
(persen)
Inwards FDI
(persen dari
PDB)
Ekspor
(konstan 2005,
milliar US$)
2000
2010
2000
2010
2000
2010
Indonesia
4.92
6.10
-2.72
1.88
114.02
121.39
Malaysia
8.86
7.19
4.04
3.85
124.64
213.71
Thailand
4.75
7.81
2.78
1.82
96.24
202.26
Filipina
4.41
7.63
2.95
0.91
57.19
55.64
Cina
8.40
10.40
3.41
1.80
312.40
1643.66
India
4.03
8.81
0.77
1.52
75.91
236.24
Meksiko
6.60
5.39
2.84
1.82
236.30
256.87
Rata-Rata
6.00
7.62
2.01
1.94
145.24
389.97
Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah)
Pada Tabel 4.1 terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi, inwards
FDI, dan ekspor negara-negara berkembang selama kurun waktu 2000-2010. Data
tersebut menunjukkan bahwa nilai dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara
berkembang cenderung memiliki trend yang positif. Hal ini terlihat dari nilai
54
pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara berkembang yang hampir
seluruhnya menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut.
Ada dua negara berkembang yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi
diatas rata-rata tahun 2000, yaitu negara Malaysia, Cina dan Meksiko. Malaysia
tidak hanya memiliki pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata, namun juga
memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara
berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini merupakan hasil dari pengadaan
investasi besar-besaran di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
Malaysia. Keberhasilan investasi pendidikan serta program penciptaan lapangan
kerjanya, membuat Malaysia memiliki angka kemiskinan yang tergolong rendah
dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Sementara itu, pada tahun
2010, pertumbuhan ekonomi tertinggi, tidak lagi dipegang oleh Malaysia. Cina
bergerak maju dan menempati posisi tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi tahun
2010 di antara negara-negara berkembang lainnya. Negara Tirai Bambu ini,
mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sebagai hasil dari reformasi
ekonominya.
Dari data inwards FDI, pada tahun 2000 dan 2010, negara Malaysia
mempunyai nilai inwards FDI yang paling tinggi diantara negara-negara
berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi Malaysia yang terus meningkat dan relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi
yang stabil menandakan bahwa negara tersebut mempunyai tingkat resiko yang
kecil, dimana rendahnya tingkat resiko menjadi determinan penting masuknya
FDI ke suatu negara. Sehingga bukan suatu hal yang mengejutkan bila Malaysia
55
menjadi salah satu negara tujuan investasi bagi banyak investor asing dari
berbagai belahan dunia.
Data ekspor untuk negara-negara berkembang juga memperlihatkan hal
yang positif, sama halnya dengan perkembangan nilai PDB per kapita negaranegara berkembang. Perkembangan yang paling menonjol dan sangat signifikan
ditunjukkan oleh negara Cina, dimana nilai ekspornya di tahun 2010 mencapai
empat kali lipat nilai ekspornya di tahun 2000. Cina juga mempunyai nilai ekspor
yang paling tinggi dibandingkan negara-negara lainnya. Negara Cina merupakan
negara berkembang, dimana salah satu karakteristik dari negara berkembang yaitu
banyak mengekspor produk primer. Namun, Cina tidak hanya bergantung pada
ekspor produk primer, tapi juga pada produk-produk manufaktur yang nilainya
cukup tinggi. Bukan hanya itu, Cina juga menjadi partner dagang yang kompeten
bagi sejumlah negara di dunia, yang menyebabkan jumlah barang yang
diekspornya relatif besar.
Tabel 4.2 di bawah ini juga menggambarkan tentang pertumbuhan
ekonomi, inwards FDI, dan ekspor di negara-negara maju dalam kurun waktu
2000-2010. Pertumbuhan ekonomi negara maju memiliki kondisi yang berbedabeda, dimana hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi masing-masing
negara, dimana ada negara yang pada kurun waktu tersebut nilai pertumbuhan
ekonominya menurun dan ada pula negara yang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang meningkat.
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa ada tiga negara maju yang
memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata pada tahun 2000, yaitu
negara Singapura, Korea Selatan dan Kanada. Sementara pada tahun 2010, hanya
56
ada dua negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata, yaitu
Singapura dan Korea Selatan. Negara Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi
yang paling tinggi diantara pertumbuhan ekonomi negara-negara maju lainnya
yang terlibat dalam penelitian ini, selama dua periode tersebut. Hal tersebut tidak
mengherankan mengingat negara Singapura merupakan salah satu Newly
Industrializing Countries (NIC), dimana negara ini memiliki sektor manufaktur
yang relatif lebih maju.
Tabel 4.2 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di
Negara-Negara Maju Periode 2000-2010
Negara
Pertumbuhan
Ekonomi
(persen)
Inwards FDI
(persen dari
PDB)
Ekspor
(konstan 2005,
milliar US$)
2000
2010
2000
2010
2000
2010
Singapura
9.07
14.47
17.78
17.96
202.90
458.76
Jepang
2.86
4.00
0.18
-0.02
612.08
1049.56
Korea Selatan
8.49
6.16
1.69
0.68
254.51
484.83
New Zealand
2.62
1.30
2.53
0.40
21.93
38.77
Australia
3.95
1.28
3.80
2.53
107.83
259.05
Jerman
3.06
3.69
10.43
1.39
792.43
1637.66
Perancis
3.68
1.48
3.25
1.31
499.21
807.46
United Kingdom
3.92
3.92
8.04
2.05
651.56
789.98
United States
4.17
3.00
3.15
1.55
1616.38
2239.75
Kanada
5.23
3.21
9.21
1.49
397.05
479.78
Rata-Rata
4.71
4.25
6.01
2.93
515.59
824.56
Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah)
Dari data inwards FDI, diperoleh informasi bahwa negara Singapura
mempunyai jumlah inwards FDI tertinggi. Aliran masuk FDI yang membanjiri
Singapura disebabkan karena pemerintah Singapura membuat kebijakan yang proforeign investment. Selain itu, pemerintahnya yang bebas dari korupsi, kualitas
57
sumber daya manusia, serta tingkat pajak yang rendah membuat aliran FDI
mengalir deras ke negara ini.
Jumlah ekspor negara maju mempunyai nilai yang tinggi. Output yang
besar di negara maju memungkinkan negara ini untuk mencapai economies of
scale dan mendorong nilai ekspornya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel
diatas, US merupakan negara dengan niali ekspor yang paling tinggi. US
mempunyai nilai ekspor yang tinggi, karena negara ini memiliki produk ekspor
yang sangat beragam. Negara US lebih banyak mengekspor produk-produk
sekunder dan tersier, yang nilainya relatif lebih tinggi.
Dua tabel di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa perbedaan
antara negara maju dan negara berkembang dapat terlihat dari nilai PDB per
kapita, inwards FDI, serta nilai ekspornya. Negara maju mempunyai nilai rata-rata
PDB per kapita sepuluh kali lebih besar dibandingkan negara berkembang.
Sehingga wajar saja jika kesejahteraan penduduk negara maju jauh lebih tinggi
dibandingkan
negara
berkembang.
Sementara,
data
inwards
FDI
juga
menunjukkan bahwa negara maju jauh lebih unggul dibanding negara
berkembang. Aliran masuk FDI mengalir jauh lebih banyak ke negara maju. Hal
ini karena kecanggihan teknologi serta kualitas sumber daya manusia di negara
maju jauh lebih baik dibandingkan negara berkembang. Bukan hanya itu, nilai
ekspor negara maju juga lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Adapun
kondisi ini dipengaruhi oleh jenis produk ekspor negara maju. Negara maju lebih
banyak mengekspor barang-barang sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa-jasa)
yang nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan barang-barang primer yang biasanya
menjadi produk ekspor andalan di negara berkembang.
58
4.1.1
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI
Inwards FDI dianggap oleh banyak ekonom sebagai salah satu faktor
yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada kegiatan FDI tidak
hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu
pengetahuan, serta managerial skill yang sangat berguna bagi pembangunan
ekonomi di host country. Selain itu, FDI juga membuka kesempatan bagi host
country untuk dapat meningkatkan jumlah ekspornya dan memberikan akses
untuk masuk ke pasar internasional. Dengan kata lain, FDI juga telah mendorong
kegiatan ekspor di suatu negara. Kegiatan ekspor tersebut akan mendatangkan
pendapatan bagi host country yang akan meningkatkan cadangan devisa negara
yang bersangkutan.
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI
ln GDP Riil per Kapita
11
10
9
JPN USADEU AUS
GBR
FR CAN
NZL
A
KOR
MEX
MYS
8
SGP
THA
IND
PHL CHN
7
IDN
6
5
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Inwards FDI (persen dari GDP)
Negara Berkembang
Negara Maju
Sumber: UNCTAD, diolah
Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina;
THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India;
AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR =
United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States
Gambar 4.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI
59
Pada gambar tersebut terlihat bahwa negara maju memiliki pertumbuhan
ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Inwards FDI negara
maju dan negara berkembang, persen dari PDB, hampir memiliki share yang
sama. Namun, karena nilai GDP negara maju lebih besar dari nilai GDP negara
berkembang, maka dapat dikatakan bahwa aliran masuk FDI ke negara maju jauh
lebih besar dibandingkan ke negara berkembang.
Gambar di atas juga memperlihatkan hal yang menarik, dimana negara
Singapura memiliki aliran masuk FDI yang paling besar, dibandingkan negara
lainnnya. Hal ini terjadi karena Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang
relatif stabil, sehingga negara ini memiliki tingkat resiko yang kecil untuk
dijadikan negara tujuan investasi. Selain itu, kebijakan-kebijakan di negara
Singapura yang pro-foreign investment juga menjadi faktor penentu yang
memengaruhi derasnya aliran FDI ke Singapura.
4.1.2
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor
Perdagangan internasional merupakan salah satu faktor penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya ekspor. Kegiatan
ekspor yang dilakukan oleh suatu negara memberikan pemasukan bagi negara
tersebut dan menambah cadangan devisa, yang pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa ekspor negara berkembang
jauh lebih kecil dibandingkan negara maju. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan produk ekspor antara negara berkembang dan negara maju. Negara
berkembang mempunyai produk ekspor yang kurang beragam dibandingkan
60
negara maju. Negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap produkproduk pertanian dan ekspor barang-barang primer dibandingkan barang-barang
sekunder dan tersier. Adapun negara maju lebih banyak mengekspor barangbarang sekunder dan tersier seperti jasa dan manufaktur yang mempunyai value
added yang lebih besar, dibandingkan barang primer, dan mempunyai harga yang
jauh lebih tinggi.
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor
11
ln GDP Riil per Kapita
NZL
SGP
AUS
NZL
CAN
DEU
USA
FRA GBR
10
KOR
9
MYS
MEX
THA
8
CHN
PHL
7
IDN
IND
6
5
23.5
24
24.5
25
25.5
26
26.5
27
27.5
28
28.5
ln Ekspor
Negara Berkembang
Negara Maju
Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah
Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina;
THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India;
AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR =
United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States
Gambar 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor
Pada gambar diatas kita juga dapat melihat bahwa negara Cina
merupakan negara berkembang yang memiliki nilai ekspor yang jauh lebih besar
dibandingkan negara-negara berkembang lainnya dan nilainya mendekati ekspor
negara maju. Kondisi tersebut terjadi karena negara Cina mempunyai produk
ekspor yang beragam, serta banyak mengekspor produk-produk manufaktur,
mesin-mesin, peralatan elektronik, produk tekstil, dan masih banyak lagi produk
61
lainnya. Sehingga, tak mengherankan jika nilai ekspor negara Cina lebih tinggi
dibanding negara berkembang lainnya.
4.1.3
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor
12
AUS
ln GDP Riil per Kapita
NZL
JPN
SGP
10
MYS
8
PHL
IDN
6
KOR
CAN
FRAGBR DEU
USA
MEX
THA
CHN
IND
4
2
0
24
25
26
ln Impor
Negara Berkembang
27
28
29
Negara Maju
Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah
Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina;
THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India;
AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR =
United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States
Gambar 4.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor
Liberalisasi perdagangan tidak hanya fokus pada kegiatan ekspor, namun
juga meliputi kegiatan impor barang dari suatu negara. Seperti halnya ekspor,
impor juga mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor
terjadi pada saat tingkat efisiensi mengimpor suatu barang jauh lebih tinggi
dibandingkan jika suatu negara harus memproduksinya sendiri. Inefisiensi yang
timbul pada saat suatu negara memutuskan untuk memproduksi suatu produk
sendiri akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan
pada saat negara yang bersangkutan mengimpornya dari negara lain.
62
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa negara maju mempunyai nilai impor
yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impor negara berkembang. Negara maju
membutuhkan banyak pasokan bahan baku untuk menunjang proses produksinya.
Keterbatasan sumber daya alam di negara maju mendorong mereka untuk
mengimpor bahan baku dari negara lain dalam jumlah yang besar, karena produk
yang akan diproduksi di negara maju pun jumlahnya tidak sedikit.
Serupa dengan jumlah ekspornya, dalam jumlah impor pun negara Cina
merupakan negara berkembang yang mempunyai nilai yang paling tinggi
dibandingkan negara berkembang lainnya, seperti yang terlihat pada gambar.
Negara Cina merupakan salah satu negara dengan kegiatan industri yang sangat
aktif. Negara ini juga banyak mengimpor mesin-mesin industri, bahan-bahan
kimia organik, bahan-bahan plastik, dan lainnya dari negara lain sebagai bagian
dari kegiatan industrinya. Selain itu, US juga merupakan negara yang memiliki
nilai impor yang jauh lebih besar dibanding negara maju lainnya. Nilai impor
yang tinggi merupakan hasil dari kegiatan produksi yang juga besar di “Negara
Super Power” ini. Banyak produk yang dihasilkan oleh US karena permintaan
yang tinggi akan produk-produk hasil produksi negara ini. Sehingga, keadaan ini
menuntut US untuk mengimpor barang-barang dari negara lain untuk mendukung
proses produksinya.
4.1.4
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital
Kapital merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan
di suatu negara. Kapital mempunyai peran yang signifikan dalam meningkatkan
produktivitas dari suatu kegiatan produksi. Pada gambar dibawah ini, dapat kita
63
lihat bahwa jumlah kapital di negara berkembang jauh lebih besar dibanding
negara maju. Negara berkembang membutuhkan jauh lebih banyak modal sebagai
penunjang dari proses pembangunan di negaranya. Banyak proyek pembangunan
yang diadakan oleh pemerintah negara berkembang untuk mendorong
pertumbuhan ekonominya melalui pembangunan infrastruktur, khususnya pada
tahap awal pembangunan. Sementara di negara maju, modal yang ada
dialokasikan pada sektor-sektor produktif yang memberikan pengembalian yang
tinggi ataupun digunakan untuk pengembangan teknologi di negara tersebut.
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital
11
USA
CAN JPN
ln GDP Riil per Kapita
AUS
10 GBR DEU FRA NZL SGP
9
KOR
MEX
MYS
8
THA
7
IDN
CHN
PHL
IND
6
5
16
21
26
31
36
41
46
ln Kapital
Negara Berkembang
Negara Maju
Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah
Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina;
THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India;
AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR =
United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States
Gambar 4.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital
Pada gambar di atas terlihat bahwa Cina kembali mengungguli negara
berkembang lainnya dalam hal jumlah modal. Cina merupakan negara dengan
akumulasi modal yang paling tinggi dibanding negara berkembang maupun
negara maju dalam penelitian ini. Potensi yang besar dari negara Cina banyak
64
mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Cina. Selain itu
pendapatan negara yang diperoleh dari kegiatan ekspornya juga menjadi tambahan
modal untuk negara ini.
4.1.5
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja
11
ln GDP Riil per Kapita
SGD
10
AUD
CAD
GBP
USD
FR
NZD
KRW
9
MYR
DE JPY
MXN
8
THB
CHN
7
PHP
IDR
INR
6
5
14
15
16
17
18
19
ln Angkatan Kerja
Negara Berkembang
Negara Maju
20
21
Sumber: UNCTAD, WDI, dan CEIC, diolah
Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina;
THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India;
AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris;
MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat
Gambar 4.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja
Peningkatan jumlah tenaga kerja secara teori dianggap mempunyai
pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja bisa dilihat dari
jumlah angkatan kerja yang ada di suatu negara. Angkatan kerja yang besar akan
menambah jumlah tenaga produktif di suatu negara. Tenaga kerja yang produktif
akan membantu dalam proses pembangunan ekonomi. Kualitas dari tenaga kerja
itu sendiri menjadi suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan
65
serta keterampilan yang dimiliki sangat menentukan kinerja ataupun kualitas
sumber daya manusia yang ada di suatu negara.
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja negara
berkembang dan negara maju sedikit sekali perbedaannya. Keduanya hampir
memiliki pola yang sama. Pada kasus, negara berkembang, terdapat dua negara
yang mempunyai jumlah angkatan kerja yang lebih banyak dibandingkan negara
berkembang lainnya, yaitu Cina dan India. Peningkatan jumlah penduduk suatu
negara akan diiringi pula oleh peningkatan jumlah angkatan kerjanya. Seperti
yang kita ketahui, negara Cina dan India merupakan negara yang dikenal dengan
jumlah penduduknya yang besar. Sehingga, tak mengherankan jika kedua negara
ini mempunyai jumlah angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak.
4.2
Granger Causality Test pada Data Panel
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa
variabel yang terkait dengan model umum penelitian (persamaan pertumbuhan
ekonomi). Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel
dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tanda
“√”
menandakan
bahwa
hipotesis
nol
ditolak,
dengan
menggunakan kriteria probabilitas < tingkat kritsis α = 10 persen (hasil Granger
Causality Test untuk data seluruh kawasan, negara maju, dan negara berkembang
dapat dilihat pada lampiran). Hipotesis nol untuk baris pertama adalah FDI tidak
memengaruhi GDP dan GDP tidak memengaruhi FDI. Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa secara umum pada kasus seluruh kawasan dan negara maju ada
66
hubungan kausalitas satu arah dimana FDI secara signifikan berpengaruh terhadap
GDP. Sementara untuk kasus negara berkembang, tidak ditemukan hubungan
kausalitas antara FDI dan GDP. Aliran masuk FDI berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi karena pada saat FDI masuk ke suatu negara, bukan hanya
terjadi transfer modal, namun juga transfer teknologi serta ilmu pengetahuan yang
sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country.
Tabel 4.3 Granger Causality Test
Seluruh Kawasan
Hipotesis Nol
Negara
Berkembang
Negara Maju
2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag
FDI ln_GDP
ln_GDP FDI
-
√
-
√
√
√
-
√
-
√
-
-
-
-
ln_X ln_GDP
ln_GDP ln_X
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
-
-
ln_M ln_GDP
ln_GDP ln_M
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
-
-
K ln_GDP
ln_GDP K
√
√
√
-
√
-
√
√
√
√
√
-
√
-
√
-
√
-
ln_L ln_GDP
ln_GDP ln_L
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan:
Periode sample 2000-2010; GDP = GDP riil per kapita; FDI = inwards
FDI; X = ekspor; M = impor; K = kapital; L = angkatan kerja;
=
tidak memengaruhi
Hipotesis nol untuk baris kedua adalah ekspor tidak memengaruhi GDP,
dan GDP tidak memengaruhi ekspor. Pada tabel diatas diketahui bahwa untuk
kasus seluruh kawasan terdapat hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan
GDP. Pada kasus negara maju, secara umum hanya ditemukan hubungan
kausalitas satu arah pada lag 2 dan lag 4, dimana GDP secara signifikan
memengaruhi ekspor. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada kasus negara
berkembang, yaitu terdapat hubungan kausalitas satu arah dimana ekspor secara
67
signifikan memengaruhi GDP pada lag 2 dan 4. Kenaikan dalam jumlah ekspor
akan meningkatkan cadangan devisa suatu negara yang artinya akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika pertumbuhan ekonomi meningkat,
maka GDP per kapita juga akan meningkat, dan pada gilirannya dapat
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang ekspor.
Hipotesis nol untuk baris ketiga adalah impor tidak memengaruhi GDP,
dan sebaliknya. Pada hasil Granger Causality Test diketahui bahwa untuk kasus
seluruh kawasan dan negara maju secara umum terdapat hubungan kausalitas dua
arah antara impor dan GDP. Sementara kondisi yang berbeda terjadi di negara
berkembang, dimana hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah, yaitu impor
secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Seperti halnya ekspor, impor juga
mempunyai pengaruh terhadap perubahan cadangan devisa suatu negara yang
dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi
berpengaruh terhadap impor suatu barang, hal ini terjadi karena tingkat
pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan pendapatan suatu negara. Tinggi
rendahnya pendapatan suatu negara akan memengaruhi permintaan barang-barang
impor.
Hipotesis nol untuk baris keempat adalah kapital tidak memengaruhi
GDP, dan sebaliknya. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kasus seluruh kawasan
dan negara berkembang secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah,
dimana kapital secara signifikan memengaruhi GDP. Namun, hal yang berbeda
terjadi pada kasus di negara maju, dimana pada kasus tersebut ditemukan
hubungan kausalitas dua arah antara kapital dan GDP. Akumulasi kapital pada
dasarnya dapat mendorong produksi di suatu negara, yang pada gilirannya akan
68
meningkatkan output, dan memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi jumlah kapital
di suatu negara. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan
stabil akan mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di dalam
negeri.
Hipotesis nol untuk baris terakhir adalah tenaga kerja memengaruhi
GDP, dan sebaliknya. Dari hasil Granger Causality Test diperoleh hasil bahwa
secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara tenaga kerja dan GDP.
Hasil tersebut berlaku untuk ketiga kasus, dimana GDP secara signifikan
berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tinggi rendahnya GDP per kapita di suatu
negara menjadi cerminan tingkat pendapatan di negara tersebut. Jika pertumbuhan
ekonomi meningkat, GDP per kapita suatu negara juga akan berada pada tingkat
yang tinggi, sehingga penduduk di negara yang bersangkutan mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta hal-hal lainnya, yang
dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Namun, jika
pertumbuhan ekonominya rendah, maka GDP per kapita di negara tersebut juga
rendah. Hal ini akan memengaruhi kualitas tenaga kerja di negara tersebut.
Penduduk yang tinggal di suatu negara yang memiliki pendapatan rendah sangat
sulit untuk mengonsumsi makanan-makanan bergizi, yang pada gilirannya akan
menurunkan produktivitas tenaga kerja di negara tersebut.
Dalam
kaitan
untuk
mengetahui
bagaimana
hubungan
antara
pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian, maka dapat
disimpulkan dari hasil Granger Causality Test yang menunjukkan bahwa terdapat
69
hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan
memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara
tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga
kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja.
Sementara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP,
impor dan GDP, serta kapital dan GDP.
4.3
Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis
4.3.1
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di
Negara Maju
Tabel 4.4 menyajikan hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Dengan menggunakan model
System Generalized Method of Moments (SYS-GMM) dalam estimasi twostep
noconstant diperoleh model terbaik dengan terpenuhinya ketiga kriteria model
GMM yang baik.
Dari tabel di bawah ini, terdapat hasil Uji Arrelano-Bond serta Sargan
Test. Dari hasil Uji Arrelano-Bond diperoleh nilai statistik m1 (-2.5053) dengan
nilai probabilitas 0.0122, yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen.
Sementara, nilai statistik m2 (-0.69331) mempunyai nilai probabilitas 0.4881,
yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya,
model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Selanjutnya, nilai statistik
Sargan Test (7.503021) mempunyai probabilitas 1.0000 yang tidak signifikan
pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, serta 10 persen. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga
tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Model ini juga disempurnakan
70
dengan terpenuhinya kriteria ketiga, yaitu mempunyai estimator yang tidak bias.
Hal ini terbukti dari nilai koefisien variabel lag dependent dalam model GMM
sebesar 0.6348356, yang nilainya berada diantara nilai koefisien variabel lag
dependent PLS (0.9532685) dan FEM (0.5978861).
Tabel 4.4 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Maju
Estimated
Coeffients
ln_GDP
Standard Error
P > |z|
l.ln_GDP
0.6348356*
0.2281273
0.005
FDI
0.0029868*
0.0010098
0.003
ln_X
-0.1680071
0.1345074
0.212
ln_M
0.2292861
0.1556638
0.141
K
-0.0021364
0.0021262
0.315
ln_L
-0.0310899
0.2938239
0.916
0.9532685
0.013855
0.000
l.ln_GDP
0.5978861
0.0761136
0.000
AB Test
Z
Pooled Least Squares
l.ln_GDP
Fixed Effects Model
Prob > z
Arrelano-Bond m1
-2.5053
0.0122
Arrelano-Bond m2
-0.69331
0.4881
Sargan Test
chi2 (17)
= 7.503021
Prob > chi2
=
1.0000
Keterangan : Tanda (*) = signifikan pada taraf nyata 1 persen
Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa pada kasus negara maju, hanya
ada dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju.
Kedua variabel tersebut adalah variabel lag dependent dan FDI yang keduanya
signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Nilai koefisien dari
variabel yang signifikan tersebut juga sejalan dengan teori. Sementara, untuk
71
variabel lainnya, seperti ekspor, impor, jumlah modal, dan tenaga kerja
mempunyai nilai koefisien yang berlawanan dengan teori, namun nilai
probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih
lanjut.
4.3.1.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Negara Maju
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kasus negara maju.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel lag dependent yang
bernilai positif, yaitu sebesar 0.6348356. Nilai koefisien tersebut dapat diartikan
bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya sebesar 1
persen, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di periode
berikutnya sebesar 0.6348356 persen, ceteris paribus.
Hubungan positif ini menunjukkan bahwa korelasi pertumbuhan ekonomi
periode sebelumnya terbukti mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya pada kasus negara maju. Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di periode selanjutnya, menjamin kondisi perekonomian pada periode
sebelumnya dalam keadaan yang baik dan stabil merupakan hal yang patut
dilakukan. Negara-negara maju mempunyai pertumbuhan ekonomi yang
mengesankan dibanding negara berkembang. Hal ini terjadi karena kesuksesan
pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya di negara maju dijadikan
pelajaran oleh pemerintah negara maju untuk dapat mencapai pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi di periode berikutnya.
72
4.3.1.2 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara
Maju
Negara maju menjadi tujuan investasi bagi para investor asing. Hal ini
terjadi karena modal asing, khususnya dalam bentuk FDI, akan selalu tertuju pada
negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi
yang tinggi dan mempunyai resiko yang kecil. Perusahaan-perusahaan
multinasional tidak akan tertarik untuk membantu usaha-usaha pembangunan
yang ada di suatu negara. Perhatian mereka tertuju pada maksimalisasi
keuntungan atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Aliran masuk FDI ke
host country dipengaruhi oleh kualitas modal manusia, pertumbuhan ekonomi
yang kuat, kondisi politik dalam negeri yang stabil, tingkat pajak yang rendah,
birokrasi yang efisien, pasar konsumen yang besar, sumber daya alam yang
melimpah, serta lingkungan hukum negara tujuan investasi.
Pada kasus di negara maju, berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh,
inwards FDI merupakan salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan
ekonomi di negara maju. Kondisi ini sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa aliran masuk FDI
mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien untuk variabel FDI yang bernilai positif, yaitu
sebesar 0.0029868. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa kenaikan sebesar
1 persen inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0029868 persen. Nilai probabilitas variabel FDI
yang signifikan juga menunjukkan bahwa FDI mempunyai pengaruh yang besar
bagi pertumbuhan ekonomi di negara maju, dibandingkan variabel ekspor. Ini
73
artinya, melangkah ke depan dengan bergantung pada aliran masuk FDI, sangat
memungkinkan untuk negara maju.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moudatsou dan Kyrkilis (2011) juga
menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa negaranegara European Union, yang notabene merupakan negara-negara maju,
mempunyai pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh FDI. Sumber-sumber FDI
ke negara maju, biasanya berasal dari negara-negara maju lainnya. Salah satu
contohnya adalah Singapura. Menurut data ASEAN Secretariat (2006), sumber
FDI Singapura yang terbesar, salah satunya dari negara-negara di Eropa. Aliran
FDI negara-negara Eropa ke Singapura di tahun 2005 mencapai US$ 4.76 miliar.
Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor intermediasi keuangan dan
jasa-jasa, yaitu sebanyak US$ 7.37 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor
perdangangan/komersil sebanyak US$ 5.93 miliar.
Aliran masuk FDI ke negara maju jumlahnya begitu banyak. Kondisi ini
akan semakin memperkuat perekonomian negara maju. Inwards FDI yang
jumlahnya sangat signifikan tersebut akan semakin mendorong jumlah ekspor
negara maju ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Ekspor yang tinggi akan
memberikan pemasukan bagi devisa negara maju, yang pada gilirannya akan
semakin mendorong pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, hal-hal yang
memengaruhi masuknya aliran FDI ke host country perlu diperhatikan dan
diperkuat lagi. Tujuannya agar jumlah aliran masuk FDI ke negara maju semakin
meningkat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara maju pada level
yang lebih tinggi.
74
4.3.2
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di
Negara Berkembang
Globalisasi
memberikan
sebuah
kesempatan
bagi
negara-negara
berkembang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui
perdagangan dan investasi. Kasus di negara berkembang, menggunakan model
First Differences Generalized Method of Moments (FD-GMM) dalam estimasi
noconstant dengan variabel ekspor sebagai variabel predetermined. Model
tersebut sudah baik, karena dapat memenuhi tiga kriteria model GMM yang baik.
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Negara Berkembang
Estimated
Coeffients
ln_GDP
l.ln_GDP
Standard Error
P > |z|
0.8712932*
0.0396569
0.000
FDI
0.0067659**
0.0026375
0.010
ln_X
0.1776927*
0.066695
0.008
ln_M
-0.1218141***
0.0713968
0.088
0.0027756*
0.0010093
0.006
0.0025151
0.0668814
0.970
0.9596824
0.0103163
0.000
l.ln_GDP
0.8641365
0.0419266
0.000
AB Test
Z
K
ln_L
Pooled Least Squares
l.ln_GDP
Fixed Effects Model
Prob > z
Arrelano-Bond m1
-2.569
0.0102
Arrelano-Bond m2
-0.87888
0.3795
Sargan Test
chi2 (17)
= 63.2804
Prob > chi2
=
Keterangan : Tanda (*)
Tanda (**)
Tanda (***)
0.1815
= signifikan pada taraf nyata 1 persen
= signifikan pada taraf nyata 5 persen
= signifikan pada taraf nyata 10 persen
75
Uji spesifikasi model yang dilakukan sama halnya dengan kasus di
seluruh kawasan dan negara maju. Pada Tabel 4.5 hasil Uji Arrelano-Bond
menunjukkan nilai statistik m1 (-2.569) dengan probabilitas 0.0102, yang berarti
signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara nilai statistik m2 (0.87888) mempunyai nilai probabilitas 0.3795 yang tidak signifikan pada taraf
nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai
estimator yang konsisten. Hasil Sargan Test juga menunjukkan bahwa model
yang digunakan sudah valid. Ini ditandai oleh nilai probabilitas sebesar 0.1815,
yang menunjukkan H0 diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
korelasi antar residu dan over-identifying restrictions, sehingga tidak ada masalah
dengan validitas instrumen. Selain itu, model tersebut juga mempunyai nilai
koefisien variabel lag dependent yang tak bias, karena berada diatas nilai
koefisien variabel lag dependent model FEM (0.8641365) dan berada dibawah
nilai koefisien variabel lag dependent model PLS (0.9596824).
Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa hampir seluruh variabel
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara
berkembang, kecuali variabel tenaga kerja. Variabel-variabel yang signifikan
tersebut diantaranya variabel lag dependent, inwards FDI, ekspor, impor, dan
jumlah kapital. Keseluruhan variabel tersebut mempunyai tanda koefisien yang
sejalan dengan teori. Namun, untuk variabel tenaga kerja, walaupun nilai
koefisiennya positif, yang artinya sejalan dengan teori, tetapi probabilitasnya tidak
signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut.
76
4.3.2.1 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Negara Berkembang
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Hal ini
didukung oleh nilai koefisien variabel lag dependent yang positif, sebesar
0.8712932. Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi pada
tahun sebelumnya akan di respon dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di
tahun selanjutnya sebesar 0.8712932 persen, ceteris paribus.
Negara berkembang cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang
fluktuatif. Informasi di atas dapat diimplikasikan oleh para pembuat kebijakan di
negara berkembang dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya dapat dijadikan acuan untuk para
pembuat kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi negara berkembang dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonominya.
4.3.2.2 Pengaruh Inwards FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara
Berkembang
Aliran masuk FDI ke negara berkembang lebih terasa kehadirannya bagi
negara-negara berkembang yang ekonominya lebih kecil dibandingkan negaranegara maju. Perusahaan-perusahaan multinasional yang merupakan bentuk
konkret dari FDI, beroperasi di negara berkembang dan memfokuskan usaha
mereka pada industri ekstaktif dan komoditi primer. Tujuan perusahaan
multinasional tersebut adalah untuk mengambil kekayaan alam terpendam, yang
biasanya tersedia dalam jumlah yang banyak di negara berkembang. Sumber daya
alam yang melimpah di suatu negara juga merupakan salah satu faktor yang
77
menarik para investor asing, khususnya FDI, untuk masuk ke dalam negeri dan
mendirikan subsidiary di suatu negara. Motif ini dalam kegiatan FDI, biasa
disebut dengan backward integration yang merupakan bagian dari motif
horizontal integration.
Aliran FDI ke negara berkembang, biasanya berasal dari negara-negara
maju di dunia. Salah satu negara berkembang dalam penelitian ini, yaitu
Indonesia. Menurut data dari ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Indonesia
yang terbesar yaitu berasal dari Amerika Utara, dengan jumlah sebesar US$ 2.95
miliar dan negara selanjutnya yang mempunyai kontribusi yang besar bagi FDI di
Indonesia adalah negara-negara di Eropa. Aliran FDI negara-negara Eropa ke
Indonesia pada tahun 2005 mencapai US$ 1.92 miliar. Aliran FDI tersebut paling
banyak mengalir ke sektor barang tambang dan galian, yaitu sebesar US$ 2.24
miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor manufaktur sebesar US$ 1.92
miliar.
Hasil estimasi yang diperoleh dari model yang telah dipilih menunjukkan
bahwa inwards FDI mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif dari hasil estimasi,
yaitu sebesar 0.0067659, mendukung hal tersebut. Angka tersebut juga
menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari inwards FDI, ceteris paribus,
akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0067659
persen.
FDI memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi
di negara berkembang, khususnya melalui transfer modal, teknologi, serta ilmu
pengetahuan yang dibawa oleh perusahaan induk ke host country. FDI telah
78
meningkatkan akumulasi modal di negara domestik yang sangat berguna untuk
pembangunan di negara berkembang. Peningkatan akumulasi modal akan
mendukung proses pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sementara
transfer teknologi yang muncul dari kegiatan FDI akan berdampak pada efisiensi
proses produksi di negara berkembang dalam menghasilkan output. Semakin
efisien proses produksi barang di suatu negara, maka hal ini akan menyebabkan
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk suatu barang tertentu
dibanding negara lainnya. Jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif,
maka pangsa ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Lain halnya dengan
transfer teknologi, transfer ilmu pengetahuan yang dibawa dari negara asal FDI,
akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara host country.
Keberadaan FDI juga dapat mengurangi pengangguran yang tinggi, yang
merupakan salah satu masalah di negara berkembang. Lapangan kerja akan
bertambah
jumlahnya
jika
FDI
masuk
dan
mendirikan
perusahaan
multinasionalnya.
FDI merupakan salah satu bentuk investasi asing yang juga dijadikan
pilihan oleh negara berkembang untuk meningkatkan akumulasi modal di
negaranya. Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara berkembang harus
memilih proyek-proyek investasi secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan
analisis produktivitas parsial seperti yang biasa ditunjukkan oleh rasio modaloutput dari sebuah industri. Proyek-proyek investasi yang akan dipilih harus
dikaitkan dengan program-program pembangunan secara keseluruhan. Ini artinya,
kegiatan tersebut juga harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh perekonomian
79
eksternal, akibat-akibat buruk secara tidak langsung, serta tujuan-tujuan jangka
panjang dalam pembangunan yang ada di negara berkembang.
4.3.2.3 Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara
Berkembang
Perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara menandakan
bahwa perekonomian negara tersebut termasuk dalam kategori perekonomian
terbuka. Secara umum, negara-negara berkembang lebih bergantung pada
perdagangan internasional dibandingkan negara maju. Salah satu bentuk dari
perdagangan internasional adalah ekspor. Negara-negara berkembang cenderung
menyumbangkan bagian yang lebih besar dari outputnya untuk ekspor
dibandingkan negara-negara maju.
Pada Tabel 4.5 di atas diperoleh hasil estimasi yang menunjukkan bahwa
ekspor mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang. Nilai koefisien yang positif, sebesar 0.1776927, mendukung hal
tersebut. Jika diinterpretasikan, nilai tersebut mengandung arti bahwa peningkatan
jumlah ekspor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sebesar 0.1776927 persen. Selain
itu, nilai koefisien variabel ekspor juga jauh lebih besar dibandingkan koefisien
variabel FDI. Ini artinya, ekspor mempunyai dampak yang jauh lebih besar
dibandingkan FDI bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Sehingga,
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, negara-negara berkembang dapat
berorientasi ke luar guna mempromosikan ekspor dan menjadi bagian dari
kegiatan perdagangan bebas.
80
Jumlah ekspor terhadap GDP di suatu negara menjadi salah satu faktor
penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi. Perluasan ekspor atau promosi
ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan menawarkan economies of scale
yang lebih besar. Kegiatan ekspor akan meningkatkan penerimaan devisa negara
berkembang. Jumlah yang dibayarkan oleh negara yang menjadi tujuan ekspor
akan meningkatkan pendapatan serta sumber-sumber daya lainnya, termasuk fisik
dan finansial yang jumlahnya sangat langka di negara berkembang. Pendapatan
tersebut dapat menambah tabungan domestik, yang pada akhirnya dapat
digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang sangat penting
dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi.
Ekspor juga menuntut kualitas yang baik dari produk-produk yang
dihasilkan oleh suatu negara. Hanya produk-produk yang mempunyai keunggulan
komparatif yang akan berhasil diterima di pasar global. Negara berkembang
cenderung lebih banyak mengekspor komoditi primer yang mempunyai nilai lebih
rendah dibandingkan produk sekunder atau tersier. Karena pasar dan harga-harga
bagi produk semacam itu tidak menentu, maka ketergantungan ekspor pada
produk-produk primer tersebut diliputi oleh faktor risiko dan faktor ketidakpastian
yang sangat tinggi. Selain itu, produk ekspor dari negara berkembang juga kurang
beragam (Todaro dan Smith, 2006). Jika negara berkembang ingin meningkatkan
pertumbuhan ekonominya melalui kegiatan promosi ekspor, maka banyak hal
yang perlu dilakukan, diantaranya mengadopsi teknologi modern yang dapat
meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk-produknya agar
mempunyai daya saing tinggi, dan meningkatkan keragaman jenis produk
ekspornya. Negara berkembang juga perlu mengubah karakter dari barang
81
ekspornya, yang awalnya lebih banyak mengekspor barang-barang primer,
mencoba untuk beralih ke barang sekunder atau tersier yang lebih mempunyai
value added. Pola distribusi atas segenap hasil dan keuntungan dari kegiatan
ekspor, serta kadar keterkaitannya juga dengan sektor-sektor lain dalam dalam
perekonomian secara keseluruhan juga perlu diperhatikan, sehingga kegiatan ini
dapat benar-benar menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang (Todaro dan Smith, 2006).
4.3.2.4 Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara
Berkembang
Banyak negara-negara berkembang yang mempunyai ketergantungan
terhadap impor bahan-bahan mentah, barang-barang modal, barang-barang
setengah jadi, mesin-mesin dan peralatan modern, serta produk konsumen siap
pakai guna menggerakkan industri mereka yang semakin berkembang dan
memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya yang terus meningkat (Todaro dan
Smith, 2006). Hasil estimasi menunjukkan bahwa impor memberikan pengaruh
yang negatif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien
variabel impor bertanda negatif, yakni sebesar -0.1218141. Ini dapat diartikan
bahwa peningkatan jumlah impor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon
oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar -0.1218141 persen.
Kegiatan impor yang dilakukan oleh suatu negara akan mengurangi
pendapatan negara tersebut. Pada saat suatu negara mengimpor barang dari negara
lain, maka jumlah devisa negara tersebut akan berkurang. Jumlah devisa yang
berkurang tersebut dikarenakan adanya sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran barang-barang yang sudah diimpor dari negara lain. Menurunnya
82
jumlah devisa akan direspon oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan
impor terjadi ketika suatu negara tidak dapat memproduksi sendiri barang yang
dibutuhkannya secara efisien. Sehingga, akan lebih baik jika negara tersebut
mengimpor barang dari negara lain yang memiliki keunggulan komparatif
terhadap suatu komoditi tertentu dibandingkan harus memproduksinya sendiri.
4.3.2.5 Pengaruh Jumlah Kapital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Negara Berkembang
Pembentukan
pertumbuhan
modal
ekonomi.
merupakan
Pembangunan
kebutuhan
ekonomi
di
yang
negara
penting
bagi
berkembang
membutuhkan modal yang sangat besar, terutama pada tahap-tahap awal
pembangunan. Jika akumulasi modal di negara berkembang terbatas, maka
pembangunan di negara tersebut akan terhambat, yang pada gilirannya akan
berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi. Sementara, jika kapital yang
ada di negara berkembang jumlahnya melimpah, maka pembangunan ekonomi di
negara tersebut juga akan berjalan lancar, yang pada akhirnya akan berdampak
pada pertumbuhan ekonomi yang positif.
Hasil estimasi di Tabel 4.5 menunjukkan pengaruh positif yang diberikan
oleh variabel jumlah kapital. Nilai koefisien dari variabel kapital menunjuk pada
angka 0.0027756. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa peningkatan jumlah
kapital sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0027756 persen. Hal ini juga dapat diartikan
bahwa jumlah kapital dapat membantu proses percepatan pertumbuhan ekonomi
di negara berkembang.
83
Pada umumnya, jumlah akumulasi kapital di negara berkembang
cenderung terbatas. Inilah yang menjadi tugas dari pemerintah di negara-negara
berkembang untuk berupaya mengakumulasi modal, yakni dengan penerapan
kebijakan fiskal dan moneter. Pada tahap awal pembangunan, investasi dalam
bidang infrastruktur merupakan hal yang sangat penting mengingat fungsinya
sebagai kerangka atau landasan bagi investasi-investasi produktif selanjutnya,
baik yang dilakukan sektor swasta maupun pemerintah (Todaro dan Smith, 2006).
4.3.3
Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis
Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut
adalah ringkasan dari hasil estimasi yang diperoleh dengan pendekatan panel
dinamis. Pada kasus negara maju, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag
dependent dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara pada kasus negara
berkembang, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent, FDI,
ekspor, dan kapital, serta pengaruh negatif dari variabel impor terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis
Negara Maju
Negara
Berkembang
Lag Dependent
+
+
FDI
+
+
Variabel
Ekspor
+
Impor
-
Kapital
+
Tenaga Kerja
V.
5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian ini, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, hasil Granger Causality Test menunjukkan
bahwa secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP,
dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi
antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas
satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan
berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP,
impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah.
Kedua, dari hasil estimasi GMM untuk kasus di negara maju, diperoleh
kesimpulan bahwa FDI merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan ekonomi di negara maju. Selain itu, karena FDI mempunyai
probabilitas yang signifikan sementara ekspor tidak signifikan, maka dapat
dikatakan bahwa meningkatkan aliran masuk FDI bisa menjadi pilihan strategi
yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju.
Kesimpulan selanjutnya ditarik dari hasil estimasi GMM untuk kasus di
negara berkembang. Pada kasus di negara berkembang, ditemukan bahwa inwards
FDI, ekspor, dan impor, dan kapital merupakan faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Selain itu, koefisien
ekspor mempunyai nilai yang lebih besar dibanding koefisien FDI. Dengan kata
lain, ekspor mempunyai dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang. Oleh karena itu menggunakan strategi ekspor dalam
85
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dapat menjadi suatu
pilihan yang tepat. Jumlah kapital di negara berkembang juga membantu dalam
proses pertumbuhan ekonominya.
5.2
Saran
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting bagi perekonomian
di suatu negara, tak terkecuali negara maju dan negara berkembang. Negara maju
dan negara berkembang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda.
Negara maju mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibanding negara
berkembang. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat dan sesuai bagi
negara maju dan negara berkembang untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka disarankan bagi pembuat
kebijakan ataupun pemerintah di negara-negara maju untuk memilih FDI sebagai
strategi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Lingkungan
hukum dan ekonomi yang pro-foreign investment serta tingkat pajak yang rendah
dapat menarik masuk aliran FDI yang lebih banyak ke negara maju. Kestabilan
kondisi ekonomi dan politik juga perlu diperhatikan, karena hal tersebut juga akan
menjadi pertimbangan bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di
suatu negara.
Sementara, untuk para pembuat kebijakan ataupun pemerintah di negara
berkembang, disarankan untuk memilih ekspor sebagai strategi ekonominya
sebagai upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Peningkatan jumlah ekspor melalui promosi ekspor akan mendatangkan
86
pendapatan suatu negara yang akan menambah jumlah devisa di negara
berkembang. Banyak hal yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang dalam
meningkatkan jumlah ekspornya diantaranya adalah dengan cara mengadopsi
teknologi
modern
untuk
dapat
meningkatkan
efisiensi
produksi
serta
meningkatkan kualitas akhir dari produk ekspor mereka. Selain itu, negara
berkembang juga perlu menambah keragaman produk ekspornya. Ekspor barangbarang primer boleh saja dilakukan, namun akan jauh lebih baik jika barang
primer tersebut diolah terlebih dahulu menjadi barang sekunder atau tersier,
sehingga dapat memberikan value added bagi produk-produk ekspor tersebut.
Selain itu, jumlah kapital juga membantu dalam proses pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang. Sehingga, pemerintah di negara berkembang juga perlu
berusaha untuk meningkatkan akumulasi modal di negaranya.
Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah jumlah
negara dalam penelitian. Penambahan variabel-variabel lain yang dianggap
mempunyai pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi juga perlu
dilakukan. Selain itu, penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat melihat
pengaruh jangka panjang serta jangka pendek dari setiap faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun negara
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Achsani, N.A. dan H. Siregar. 2010. “Classification of the ASEAN+3 Economies
Using Fuzzy Clustering Approach”. European Journal of Scientific
Research, 39: 489-497.
ASEAN Secretariat. 2006. Statistics of Foreign Direct Investment in ASEAN.
Eighth Edition. Jakarta: ASEAN Secretariat.
Asheghian, P. 2011. “Ecconomic Growth Determinants and Foreign Direct
Investment Causality in Canada”. International Journal of Business and
Social Science, 2: 1-9.
Baltagi, B. H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition.
Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.
Blundell, R. dan S. Bond. 1998. GMM Estimation with Persistent Panel Data: An
Application to Production Functions. The Institute for Fiscal Study
Working Papers Series w99/4.
Damanhuri, D. S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Bogor: IPB Press.
Fauzi, A. J. F. A. 2007. Analisis Komparatif Keterkaitan Inflasi dengan Nilai
Tukar Riil di Kawasan Asia (ASEAN+3) dan Non Asia (Uni Eropa,
Amerika Utara). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Firdaus, M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Bogor: IPB Press.
Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. Singapore: Mc GrawHill.
Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Haryadi, R. Oktaviani, M. Tambunan, dan N. A. Achsani. 2008. “Dampak
Penghapusan Hambatan Perdagangan Sektor Pertanian Terhadap Kinerja
Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang”. Jurnal Manajemen
dan Pembangunan, 7: 2405-2416.
Indra. 2009. Analisis Hubungan Intensitas Energi dan Pendapatan Per Kapita:
Studi Komparatif di Sepuluh Negara Asia Pasifik. [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Iqbal, M. S., F. M. Shaikh, dan A. H. Shar. 2010. “Causality Relationship between
Foreign Direct Investment, Trade, and Economic Growth in Pakistan”.
Asian Social Science, 6: 82-89.
88
Jackson, J. K. 2008. Foreign Direct Investment in the United States: An Economic
Analysis. CRS Report for Congress, 15 Agustus 2008.
Jayachandran, G. dan A. Seilan. 2010. “A Causal Relationship between Trade,
Foreign Direct Investment and Economic Growth for India”.
International Research Journal of Finance and Economics, Issue 42: 7488.
Kawai, M. dan G. Wignaraja. 2007. ASEAN+3 or ASEAN+6: Which Way
Forward?. Switzerland: Asian Development Bank Institute.
Li, X. dan X. Liu. 2005. “Foreign Direct Investment and Economic Growth: An
Increasingly Endogenous Relationship”. World Development, 33: 393407.
Loto, M. A. 2011. Globalization and Economic Development: The Nigerian
Experience and Prospects 1980-2008. Journal of Emerging Trends in
Economics and Management Sciences, 2: 160-167.
Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Miankhel, A. K., S. M. Thangavelu, dan K. Kalirajan. 2009. Foreign Direct
Investment, Exports, and Economic Growth in South Asia and Selected
Emerging Countries: A Multivariate VAR Analysis. CCAS Working
Paper No. 23.
Moosa, I. A. 2007. International Finance an Analytical Approach. Second
Edition. Australia: Mc Graw Hill.
Moudatsou, A. dan D. Kyrkilis. 2011. “FDI and Economic Growth: Causality for
the EU and ASEAN”. Journal of Economic Integration, 26: 554-577.
Nath, H. K. 2009. “Trade, Foreign Direct Investment, and Growth: Evidence from
Transition Economies:. Comparative Economic Studies, 51: 20-50.
Oktaviani, R. dan T. Novianti. 2009. Bagian I Teori Perdagangan Internasional
dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi-FEM
IPB.
Oktaviani, R., T. Novianti, dan Widyastutik. 2010. Bagian II Teori Kebijakan
Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor:
Departemen Ilmu Ekonomi-FEM IPB.
Omer, M. S. dan L. Yao. 2011. “Empirical Analysis of The Relationships between
Inward FDI and Business Cycles in Malaysia”. Modern Applied Science,
5: 157-163.
Permata, R. D. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di
Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel. [skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
89
Purwanto, Tri. 2011. Dampak Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Silitonga, R. C. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sinkronisasi Siklus
Bisnis di ASEAN+6. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Solihin. 2011. Konvergensi Inflasi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi: Studi
Empiris di Negara-Negara ASEAN+6. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sridharan P. dan Vijayakumar N. 2009. “Causal Relationship between Foreign
Direct Investment and Growth: Evidence from BRICS Countries”.
International Business Research, 2: 198-203.
Tiwari, A. K. dan M. Mutascu. 2011. “Economic Growth and FDI in Asia: A
Panel-Data Approach”. Economic Analysis & Policy, 41: 173-187.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jilid 1. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 2. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Verbeek, M. 2004. A Guide to Modern Econometrics. Second Edition. Chichester:
John Wiley & Sons. Ltd.
Yu, P., K.C. Chen, dan X. Sun. 2010. Foreign Direct Investment and Economic
Growth in China: Evidence from A Two-Sector Model. Journal of
Financial Management and Analysis, 23: 1-9.
LAMPIRAN
91
Lampiran 1. Hasil Granger Causality Test Kawasan ASEAN+6, Uni Eropa,
dan Amerika Utara
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/19/12 Time: 17:43
Sample: 2000 2010
Lags: 2
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
153
1.95031
0.1459
0.23449
0.7913
4.26558
0.0158
5.10341
0.0072
6.62805
0.0018
8.99920
0.0002
19.5362
3.E-08
5.60865
0.0045
2.34217
0.0997
10.2989
6.E-05
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
153
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
153
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
153
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
153
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:50
Sample: 2000 2010
Lags: 4
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
119
5.93559
0.0002
1.13429
0.3442
1.09067
0.3648
5.60761
0.0004
3.89063
0.0054
7.52213
2.E-05
7.63195
2.E-05
1.86198
0.1222
1.32106
0.2666
5.80592
0.0003
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
119
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
119
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
119
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
119
92
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:52
Sample: 2000 2010
Lags: 6
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
85
4.55123
0.0006
1.88643
0.0948
3.30446
0.0063
3.48635
0.0044
2.89735
0.0138
3.39897
0.0052
4.30051
0.0009
1.01115
0.4250
0.57762
0.7469
3.23526
0.0072
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
85
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
85
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
85
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
85
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
Lampiran 2. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Maju
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/19/12 Time: 17:56
Sample: 2000 2010
Lags: 2
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
90
4.56083
0.0131
0.32060
0.7266
2.02544
0.1383
2.71146
0.0722
3.01073
0.0545
4.77896
0.0108
5.81738
0.0043
5.04586
0.0085
1.31165
0.2748
3.24133
0.0440
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
90
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
90
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
90
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
90
93
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:54
Sample: 2000 2010
Lags: 4
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
70
4.44177
0.0032
1.36675
0.2560
0.86195
0.4920
5.14510
0.0012
2.34360
0.0647
6.91127
0.0001
3.29013
0.0166
2.73112
0.0370
0.33709
0.8519
4.06628
0.0055
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
70
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
70
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
70
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
70
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:55
Sample: 2000 2010
Lags: 6
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
50
4.10901
0.0029
1.43512
0.2276
5.37757
0.0004
1.88903
0.1088
2.98604
0.0176
1.89252
0.1081
3.70003
0.0056
0.83078
0.5538
0.84205
0.5458
3.15817
0.0133
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
50
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
50
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
50
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
50
94
Lampiran 3. Hasil Granger Causality Test Negara-Negara Berkembang
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/19/12 Time: 18:09
Sample: 2000 2010
Lags: 2
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
63
0.26036
0.7717
0.93296
0.3992
8.09789
0.0008
1.69978
0.1917
6.77626
0.0023
3.10869
0.0522
12.3519
3.E-05
1.12509
0.3316
5.97065
0.0044
9.34932
0.0003
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
63
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
63
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
63
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
63
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:57
Sample: 2000 2010
Lags: 4
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
49
0.73303
0.5749
0.37816
0.8229
2.15105
0.0922
2.01694
0.1105
2.32450
0.0730
2.04870
0.1059
2.82997
0.0371
0.36105
0.8348
1.79807
0.1483
4.84688
0.0028
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
49
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
49
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
49
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
49
95
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/28/12 Time: 17:57
Sample: 2000 2010
Lags: 6
Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
FDI does not Granger Cause LN_GDP
35
0.83324
0.5572
1.52549
0.2163
1.12625
0.3797
1.25050
0.3197
1.02027
0.4381
1.05221
0.4198
2.17209
0.0852
0.69857
0.6536
1.19390
0.3460
3.90372
0.0083
LN_GDP does not Granger Cause FDI
LN_X does not Granger Cause LN_GDP
35
LN_GDP does not Granger Cause LN_X
LN_M does not Granger Cause LN_GDP
35
LN_GDP does not Granger Cause LN_M
K does not Granger Cause LN_GDP
35
LN_GDP does not Granger Cause K
LN_L does not Granger Cause LN_GDP
LN_GDP does not Granger Cause LN_L
35
96
Lampiran 4. Hasil Estimasi di Negara Maju (ASEAN+6, Uni Eropa, dan
Amerika Utara)
System Generalized Method of Moments (SYS-GMM)
___ ____ ____ ____ ____ (R)
/__
/
____/
/
____/
___/
/
/___/
/
/___/
12.0
Statistics/Data Analysis
Special Edition
Copyright 1985-2011 StataCorp LP
StataCorp
4905 Lakeway Drive
College Station, Texas 77845 USA
800-STATA-PC
http://www.stata.com
979-696-4600
[email protected]
979-696-4601 (fax)
Single-user Stata network perpetual license:
Serial number: 93611859953
Licensed to: STATAforAll
STATA
Notes:
1.
(/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables
. *(8 variables, 110 observations pasted into data editor)
. egen country = group(negara)
. xtset country tahun, yearly
panel variable: country (strongly balanced)
time variable: tahun, 2000 to 2010
delta: 1 year
. xtdpdsys ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, twostep noconstant
System dynamic panel-data estimation
Group variable: country
Time variable: tahun
Number of obs
Number of groups
=
=
100
10
min =
avg =
max =
10
10
10
Wald chi2(6)
Prob > chi2
=
=
9965.62
0.0000
Obs per group:
Number of instruments =
58
Two-step results
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
z
P>|z|
[95% Conf. Interval]
ln_gdp
L1.
.6348356
.2281273
2.78
0.005
.1877144
1.081957
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
.0029868
-.1680071
.2292861
-.0021364
-.0310899
.0010098
.1345074
.1556638
.0021262
.2938239
2.96
-1.25
1.47
-1.00
-0.11
0.003
0.212
0.141
0.315
0.916
.0010077
-.4316369
-.0758093
-.0063037
-.6069742
.0049659
.0956226
.5343816
.0020309
.5447943
Warning: gmm two-step standard errors are biased; robust standard
errors are recommended.
Instruments for differenced equation
GMM-type: L(2/.).ln_gdp
Standard: D.fdi D.ln_x D.ln_m D.k D.ln_l
Instruments for level equation
GMM-type: LD.ln_gdp
97
. estat abond
Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors
Order
1
2
z
Prob > z
-2.5053
-.69331
0.0122
0.4881
H0: no autocorrelation
. estat sargan
Sargan test of overidentifying restrictions
H0: overidentifying restrictions are valid
chi2(52)
Prob > chi2
=
=
7.503021
1.0000
Hasil Estimasi dengan Pooled Least Squares (PLS)
. reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l
Source
SS
df
MS
Model
Residual
5.20409158
.049269122
6 .867348597
93 .000529776
Total
5.25336071
99
Number of obs
F( 6,
93)
Prob > F
R-squared
Adj R-squared
Root MSE
.05306425
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
ln_gdp
L1.
.9532685
.013855
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
_cons
.0025165
-.013649
.009349
.0001261
.0078146
.4714183
.0008607
.0173394
.0191794
.0007249
.0055948
.1478647
t
=
=
=
=
=
=
100
1637.20
0.0000
0.9906
0.9900
.02302
P>|t|
[95% Conf. Interval]
68.80
0.000
.9257552
.9807818
2.92
-0.79
0.49
0.17
1.40
3.19
0.004
0.433
0.627
0.862
0.166
0.002
.0008073
-.0480816
-.0287374
-.0013134
-.0032956
.1777883
.0042258
.0207837
.0474355
.0015655
.0189248
.7650483
98
Hasil Estimasi dengan Fixed Effects Model (FEM)
. xtreg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, fe
Fixed-effects (within) regression
Group variable: country
Number of obs
Number of groups
=
=
100
10
R-sq:
Obs per group: min =
avg =
max =
10
10.0
10
within = 0.8812
between = 0.8491
overall = 0.8507
corr(u_i, Xb)
more
F(6,84)
Prob > F
= 0.1443
ln_gdp
Coef.
ln_gdp
L1.
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
=
=
103.82
0.0000
Std. Err.
t
P>|t|
[95% Conf. Interval]
.5978861
.0761136
7.86
0.000
.4465258
.7492463
.0022519
.0520422
.0166209
-.0001992
.0086661
.0009497
.0500252
.051344
.0012575
.0764632
2.37
1.04
0.32
-0.16
0.11
0.020
0.301
0.747
0.874
0.910
.0003633
-.0474383
-.0854823
-.0027
-.1433894
.0041404
.1515227
.1187241
.0023015
.1607216
99
Lampiran 5. Hasil Estimasi di Negara Berkembang (ASEAN+6, Uni Eropa,
dan Amerika Utara)
First Differences Generalized Method of Moments (FD-GMM)
___ ____ ____ ____ ____ (R)
/__
/
____/
/
____/
___/
/
/___/
/
/___/
12.0
Statistics/Data Analysis
Special Edition
Copyright 1985-2011 StataCorp LP
StataCorp
4905 Lakeway Drive
College Station, Texas 77845 USA
800-STATA-PC
http://www.stata.com
979-696-4600
[email protected]
979-696-4601 (fax)
Single-user Stata network perpetual license:
Serial number: 93611859953
Licensed to: STATAforAll
STATA
Notes:
1.
(/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables
. *(8 variables, 77 observations pasted into data editor)
. egen country = group (negara)
. xtset country tahun, yearly
panel variable: country (strongly balanced)
time variable: tahun, 2000 to 2010
delta: 1 year
. xtabond ln_gdp fdi ln_m k ln_l, pre (ln_x) noconstant
Arellano-Bond dynamic panel-data estimation
Group variable: country
Time variable: tahun
Number of obs
Number of groups
=
=
63
7
min =
avg =
max =
9
9
9
Wald chi2(6)
Prob > chi2
=
=
4656.31
0.0000
P>|z|
[95% Conf. Interval]
Obs per group:
Number of instruments =
60
One-step results
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
z
ln_gdp
L1.
.8712932
.0396569
21.97
0.000
.7935671
.9490193
ln_x
fdi
ln_m
k
ln_l
.1776927
.0067659
-.1218141
.0027756
.0025151
.066695
.0026375
.0713968
.0010093
.0668814
2.66
2.57
-1.71
2.75
0.04
0.008
0.010
0.088
0.006
0.970
.0469729
.0015965
-.2617492
.0007974
-.1285699
.3084126
.0119354
.0181211
.0047537
.1336002
Instruments for differenced equation
GMM-type: L(2/.).ln_gdp L(1/.).ln_x
Standard: D.fdi D.ln_m D.k D.ln_l
100
. estat abond
Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors
Order
1
2
z
Prob > z
-2.569 0.0102
-.87888 0.3795
H0: no autocorrelation
. estat sargan
Sargan test of overidentifying restrictions
H0: overidentifying restrictions are valid
chi2(54)
=
Prob > chi2 =
63.2804
0.1815
Hasil Estimasi Pooled Least Squares (PLS)
. reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l
Source
SS
df
MS
Model
Residual
43.9296224
.026889003
6
63
7.32160374
.00042681
Total
43.9565114
69
.63705089
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
ln_gdp
L1.
.9596824
.0103163
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
_cons
.003881
.0443168
-.0142202
.0013472
-.0130447
-.2362006
.0023193
.0222083
.0290832
.0009196
.0068099
.1827571
t
Number of obs
F( 6,
63)
Prob > F
R-squared
Adj R-squared
Root MSE
=
70
=17154.26
= 0.0000
= 0.9994
= 0.9993
= .02066
P>|t|
[95% Conf. Interval]
93.03
0.000
.9390669
.9802978
1.67
2.00
-0.49
1.46
-1.92
-1.29
0.099
0.050
0.627
0.148
0.060
0.201
-.0007538
-.0000629
-.0723383
-.0004906
-.0266531
-.6014116
.0085158
.0886964
.0438979
.0031849
.0005638
.1290104
101
Hasil Estimasi dengan Fixed Effects Model (FEM)
. reg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l
Source
SS
df
MS
Model
Residual
43.9296224
.026889003
6
63
7.32160374
.00042681
Total
43.9565114
69
.63705089
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
ln_gdp
L1.
.9596824
.0103163
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
_cons
.003881
.0443168
-.0142202
.0013472
-.0130447
-.2362006
.0023193
.0222083
.0290832
.0009196
.0068099
.1827571
t
Number of obs
F( 6,
63)
Prob > F
R-squared
Adj R-squared
Root MSE
=
70
=17154.26
= 0.0000
= 0.9994
= 0.9993
= .02066
P>|t|
[95% Conf. Interval]
93.03
0.000
.9390669
.9802978
1.67
2.00
-0.49
1.46
-1.92
-1.29
0.099
0.050
0.627
0.148
0.060
0.201
-.0007538
-.0000629
-.0723383
-.0004906
-.0266531
-.6014116
.0085158
.0886964
.0438979
.0031849
.0005638
.1290104
. xtreg ln_gdp l.ln_gdp fdi ln_x ln_m k ln_l, fe
Fixed-effects (within) regression
Group variable: country
Number of obs
Number of groups
=
=
70
7
R-sq:
Obs per group: min =
avg =
max =
10
10.0
10
within = 0.9862
between = 0.9880
overall = 0.9874
corr(u_i, Xb)
more
F(6,57)
Prob > F
= 0.6920
ln_gdp
Coef.
Std. Err.
ln_gdp
L1.
.8641365
.0419266
fdi
ln_x
ln_m
k
ln_l
.0069291
.1976356
-.1420884
.002806
.0209037
.002784
.0666502
.0704324
.0010596
.0704731
t
=
=
676.47
0.0000
P>|t|
[95% Conf. Interval]
20.61
0.000
.7801799
.9480931
2.49
2.97
-2.02
2.65
0.30
0.016
0.004
0.048
0.010
0.768
.0013541
.0641709
-.2831268
.0006841
-.1202164
.012504
.3311003
-.0010501
.0049279
.1620237
102
Lampiran 6. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Inwards FDI di Negara-Negara Berkembang
Indonesia
Malaysia
GDP per capita
Thailand
GDP per capita
Inwards FDI
GDP per capita
Meksiko
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
8500
8000
7500
7000
2002
6
4
2
0
GDP per capita
2010
2009
2008
2007
2006
2005
Inwards FDI
2010
2009
2008
2007
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
1500
1000
500
0
2001
4
3
2
1
0
2000
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
4000
3000
2000
1000
0
2000
GDP per capita
India
4
3
2
1
0
2001
2006
Inwards FDI
Cina
2000
2005
2003
2002
2001
1500
1000
500
0
2000
4
3
2
1
0
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
4000
3000
2000
1000
0
Inwards FDI
GDP per capita
Filipina
6
4
2
0
Inwards FDI
2004
Inwards FDI
2004
Inwards FDI
2003
0
2002
500
8000
6000
4000
2000
0
2001
-4
6
4
2
0
2000
2010
2009
2008
2007
2006
2004
-2
2005
1000
2003
1500
0
2002
2
2001
2000
2000
4
GDP per capita
103
Lampiran 7. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Inwards FDI di Negara-Negara Maju
Jepang
Singapura
-0.2
Inwards FDI
28000
2
26000
0
24000
-2
22000
Inwards FDI
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
15
38000
10
36000
5
34000
0
32000
-5
30000
GDP per capita
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
35000
0
Inwards FDI
Perancis
GDP per capita
United Kingdom
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
36000
34000
32000
30000
Inwards FDI
GDP per capita
Jerman
5
6
4
2
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
4
GDP per capita
40000
Inwards FDI
GDP per capita
6
Australia
-5
32000
New Zealand
30000
20000
10000
0
10
34000
0
Korea Selatan
Inwards FDI
36000
0.2
GDP per capita
2
1.5
1
0.5
0
38000
0.4
GDP per capita
10
45000
40000
35000
30000
5
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Inwards FDI
0.6
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40000
30000
20000
10000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30
20
10
0
Inwards FDI
GDP per capita
104
United States
Inwards FDI
10
38000
36000
5
34000
0
-5
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
44000
42000
40000
38000
36000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4
3
2
1
0
Kanada
GDP per capita
Inwards FDI
32000
30000
GDP per capita
Lampiran 8. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Ekspor di Negara-Negara Berkembang
Indonesia
3E+11
2E+11
1E+11
0
Ekspor
GDP per capita
Ekspor
Thailand
8E+10
6E+10
4E+10
2E+10
0
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4000
3000
2000
1000
0
Ekspor
GDP per capita
Ekspor
Cina
GDP per capita
India
GDP per capita
3E+11
2E+11
1E+11
0
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4000
3000
2000
1000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2E+12
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
Ekspor
GDP per capita
Filipina
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3E+11
2E+11
1E+11
0
8000
6000
4000
2000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.5E+11
1E+11
5E+10
0
Malaysia
Ekspor
GDP per capita
105
Meksiko
8500
8000
7500
7000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3E+11
2E+11
1E+11
0
Ekspor
GDP per capita
Lampiran 9. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Ekspor di Negara-Negara Maju
Singapura
40000
30000
20000
10000
0
4E+11
2E+11
Ekspor
GDP per capita
Ekspor
Korea Selatan
6E+10
4E+10
2E+10
0
GDP per capita
Ekspor
Australia
3E+11
2E+11
1E+11
0
35000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
GDP per capita
GDP per capita
Jerman
40000
Ekspor
30000
28000
26000
24000
22000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
20000
10000
0
Ekspor
GDP per capita
New Zealand
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
6E+11
4E+11
2E+11
0
38000
36000
34000
32000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
0
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
3E+12
2E+12
1E+12
0
38000
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
6E+11
Jepang
Ekspor
GDP per capita
106
Perancis
36000
34000
32000
30000
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
Ekspor
GDP per capita
Ekspor
United States
38000
6E+11
4E+11
2E+11
0
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
44000
42000
40000
38000
36000
Ekspor
GDP per capita
Kanada
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3E+12
2E+12
1E+12
0
45000
40000
35000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
United Kingdom
GDP per capita
Ekspor
GDP per capita
Lampiran 10. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Impor di Negara-Negara Berkembang
Indonesia
2000
1500
1000
500
0
2E+11
1.5E+11
1E+11
5E+10
0
GDP per capita
Impor
Thailand
Filipina
4000
3000
2000
1000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3E+11
2E+11
1E+11
0
Impor
GDP per capita
GDP per capita
8E+10
6E+10
4E+10
2E+10
0
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Impor
8000
6000
4000
2000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.5E+11
1E+11
5E+10
0
Malaysia
Impor
GDP per capita
107
Cina
4E+11
3E+11
2E+11
1E+11
0
Impor
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4000
3000
2000
1000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
India
GDP per capita
Impor
GDP per capita
Meksiko
8500
8000
7500
7000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4E+11
3E+11
2E+11
1E+11
0
Impor
GDP per capita
Lampiran 11. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Impor di Negara-Negara Maju
Singapura
1E+12
5E+11
0
GDP per capita
Impor
Korea Selatan
New Zealand
30000
20000
10000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
6E+11
4E+11
2E+11
0
Impor
GDP per capita
GDP per capita
6E+10
4E+10
2E+10
0
30000
28000
26000
24000
22000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Impor
38000
36000
34000
32000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40000
30000
20000
10000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
6E+11
4E+11
2E+11
0
Jepang
Impor
GDP per capita
108
Australia
4E+11
3E+11
2E+11
1E+11
0
Jerman
40000
35000
Impor
GDP per capita
Impor
Perancis
36000
34000
32000
30000
Impor
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
Impor
United States
GDP per capita
Kanada
6E+11
4E+11
2E+11
0
38000
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
44000
42000
40000
38000
36000
Impor
45000
40000
35000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
GDP per capita
4E+12
3E+12
2E+12
1E+12
0
GDP per capita
United Kingdom
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
38000
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
2E+12
1.5E+12
1E+12
5E+11
0
GDP per capita
Impor
GDP per capita
Lampiran 12. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Kapital di Negara-Negara Berkembang
Indonesia
GCF
GDP per capita
8000
6000
4000
2000
0
30
20
10
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40
30
20
10
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
1500
1000
500
0
Malaysia
GCF
GDP per capita
109
Thailand
30
20
10
0
GCF
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4000
3000
2000
1000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40
30
20
10
0
Filipina
GDP per capita
GCF
Cina
India
60
40
20
0
GCF
1500
1000
500
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4000
3000
2000
1000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
60
40
20
0
GDP per capita
GDP per capita
GCF
GDP per capita
Meksiko
8500
8000
7500
7000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30
20
10
0
GCF
GDP per capita
Lampiran 13. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Kapital di Negara-Negara Maju
Singapura
GCF
GDP per capita
30
20
10
0
38000
36000
34000
32000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40000
30000
20000
10000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
40
30
20
10
0
Jepang
GCF
GDP per capita
110
Korea Selatan
30000
20000
10000
0
30
20
10
0
GDP per capita
GCF
Australia
30
20
10
0
Jerman
40000
35000
30
20
10
0
GDP per capita
GCF
Perancis
24
22
20
18
16
34000
32000
20
15
10
5
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
GDP per capita
GCF
United States
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
GDP per capita
GDP per capita
Kanada
44000
42000
40000
38000
36000
GCF
45000
40000
35000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
30
20
10
0
GDP per capita
United Kingdom
36000
GCF
38000
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
30000
GCF
GDP per capita
30
20
10
0
38000
36000
34000
32000
30000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
GCF
30000
28000
26000
24000
22000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
32
30
28
26
24
22
New Zealand
GCF
GDP per capita
111
Lampiran 14. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Angkatan Kerja di Negara-Negara Berkembang
Indonesia
15000000
Malaysia
2000
1500
1000
500
0
10000000
50000000
0
15000000
8000
6000
4000
2000
0
10000000
5000000
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
Thailand
42000000
40000000
38000000
36000000
34000000
32000000
GDP per capita
Filipina
4000
3000
2000
1000
0
60000000
1500
40000000
1000
20000000
500
0
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
Cina
GDP per capita
India
80000000
4000
3000
2000
1000
0
75000000
70000000
65000000
60000000
1500
40000000
1000
20000000
500
0
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
Meksiko
60000000
8500
40000000
8000
20000000
7500
0
7000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
GDP per capita
GDP per capita
112
Lampiran 15. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan
Angkatan Kerja di Negara-Negara Maju
Singapura
3000000
Jepang
40000
30000
20000
10000
0
2000000
1000000
0
68000000
38000
67000000
36000
66000000
34000
65000000
32000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
2000 2002 2004 2006 2008 2010
GDP per capita
Labour Force
Korea Selatan
New Zealand
26000000
30000
3000000
24000000
20000
2000000
22000000
10000
1000000
20000000
0
35000
0
GDP per capita
Jerman
40000
5000000
20000
Labour Force
Australia
10000000
25000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
GDP per capita
15000000
30000
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
GDP per capita
30000
44000000
38000
36000
34000
32000
30000
43000000
42000000
41000000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
Perancis
GDP per capita
United Kingdom
30000000
36000
28000000
34000
26000000
32000
24000000
30000
34000000
32000000
30000000
28000000
26000000
45000
40000
35000
30000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
GDP per capita
113
United States
16000000
15500000
15000000
14500000
14000000
13500000
Kanada
44000
42000
40000
38000
36000
20000000
38000
36000
34000
32000
30000
18000000
16000000
14000000
2000 2002 2004 2006 2008 2010
2000 2002 2004 2006 2008 2010
Labour Force
Labour Force
GDP per capita
GDP per capita
114
Lampiran 16. Korelasi Antar Variabel di Negara Maju
Covariance Analysis: Ordinary
Date: 04/23/12 Time: 21:55
Sample: 2000 2010
Included observations: 110
Correlation
Probability
LN_GDP
LN_GDP
1.000000
FDI
LN_X
LN_M
K
LN_L
----FDI
LN_X
LN_M
K
LN_L
-0.026969
1.000000
0.7797
-----
0.469571
-0.087067
1.000000
0.0000
0.3658
-----
0.511544
-0.102325
0.992233
1.000000
0.0000
0.2874
0.0000
-----
-0.615595
0.041859
-0.402505
-0.422329
1.000000
0.0000
0.6641
0.0000
0.0000
-----
0.405886
-0.501626
0.831770
0.844315
-0.327223
1.000000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0005
-----
115
Lampiran 17. Korelasi Antar Variabel di Negara Berkembang
Covariance Analysis: Ordinary
Date: 04/23/12 Time: 22:01
Sample: 2000 2010
Included observations: 77
Correlation
Probability
LN_GDP
LN_GDP
1.000000
FDI
LN_X
LN_M
K
LN_L
----FDI
LN_X
LN_M
K
LN_L
0.451093
1.000000
0.0000
-----
0.326363
0.331864
1.000000
0.0038
0.0032
-----
0.291289
0.326284
0.988336
1.000000
0.0102
0.0038
0.0000
-----
-0.221096
0.151338
0.775127
0.795141
1.000000
0.0533
0.1889
0.0000
0.0000
-----
-0.577865
-0.162224
0.508571
0.561670
0.805388
1.000000
0.0000
0.1587
0.0000
0.0000
0.0000
-----
Download