BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini mengalami masalah perlambatan ekonomi (Bank Indonesia, Juli 2015). Kondisi ini dapat menyebabkan krisis ekonomi apabila terus berlangsung. Badan Pusat Statistik (BPS) pesimistis terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun ini sebesar 5,2 persen. Pasalnya untuk mencapai itu, pemerintah harus bekerja keras agar realisasi ekonomi di semester II bertumbuh 5,7 persen (Liputan6.com, 5 Agutus 2015). Untuk mencapai pertumbuhan sebesar 5,7 persen pada semester II, maka pemerintah harus berupaya mempercepat penyerapan anggaran negara dan memanfaatkan pelemahan rupiah untuk menaikkan ekspor (Liputan6.com, 5 Agutus 2015). Apabila nilai ekspor berhasil dinaikan maka pencapaian 5,7 persen pertumbuhan bukan hal yang sulit. Pada akhir semester I belanja modal yang baru terserap 9,74 persen dari anggaran Rp 275,8 triliun pada semester I 2015. Angka ini meningkat Rp 115 triliun dari anggaran belanja modal tahun lalu Rp 160,8 triliun. Perlambatan ekonomi Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang bias ke bawah di tengah kondisi pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian. Ketidakpastian salah satunya disebabkan faktor pemulihan kondisi ekonomi Amerika. Kecenderungan bias ke bawah 1 tersebut disebabkan perkiraan ekonomi Amerika Serikat yang tidak setinggi perkiraan semula dan ekonomi Tiongkok yang masih melambat. Perekonomian Amerika Serikat secara umum akan lebih rendah dari perkiraan semula dan ini didorong oleh realisasi triwulan I 2015 yang rendah serta pelemahan ekspor dan investasi. Sementara perekonomian Tiongkok masih melambat. Meskipun beberapa indikator moneter menunjukkan perbaikan, namun kondisi ini belum menunjukkan perekonomian Tiongkok mulai membaik. Sebaliknya perekonomian Eropa membaik yang ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat di tengan bergulirnya krisis Yunani (Bank Indonesia, 2015). Pasar keuangan global mengalami kenaikan suku bunga Fed di Amerika Serikat, ketidakpastian krisis Yunani, serta melambatnya perekonomian Tiongkok akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia (Bank Indonesia, 2015). Yunani mengalami gagal melunasi kewajibannya. Perekonomian Amerika Serikat masih sangat berpengaruh pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Penanganan krisis Yunani oleh Negara Uni Eropa bisa mengakibatkan tekanan pembalikan modal portofolio dari emerging market, termasuk Indonesia. Perbaikan ekonomi Yunani akan menimbulkan perbaikan ekonomi yang berdampak pada terjadinya perpindahan modal dari negara-negara yang baru berkembang kembali ke Yunani. Negara Uni Eropa telah menfasilitasi perpindahan modal (Santosa, 2015). Anjloknya harga saham di Tiongkok menunjukkan bahwa risiko pasar keuangan global masih tinggi. Anjloknya harga saham di Tiongkok bisa 2 mempunyai potensi merembet ke Negara lain termasuk Indonesia (Santosa, 2015). Pengalaman krisis keuangan tahun 1998 yang terjadi di Indonesia menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk mengantisipasi keadaan ekonomi global. Melemahnya nilai rupiah juga merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan (Kompas, 14 Agustus 2015). Kondisi nilai tukar rupiah saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Indonesia, tapi juga dipengaruhi sentimen terhadap kondisi negara-negara lain. Indonesia harus waspada agar tidak krisis perekonomian seperti pada tahun 1998. Melemahnya nilai rupiah juga dipengaruhi sentimen negosiasi penyelamatan fiskal Yunani menjelang jatuh tempo pembayaran hutang, devaluasi mata uang Tiongkok dan meningkatnya valas untuk pembayaran hutang dan deviden secara musiman. The Fed menaikkan suku bunga sehingga nilai rupiah melemah (Rappler.com, 12 Oktober 2015). Menurunnya nilai rupiah atau menguatnya dollar mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor mengalami kenaikan biaya produksi. Peningkatan biaya ini disebabkan harga bahan baku menjadi relative lebih mahal karena harganya dalam dollar. Harnanto (1984) mengemukakan bahwa salah satu indikator yang mempengaruhi terjadinya kesulitan keuangan adalah kenaikan biaya produksi. Kondisi eksternal ini dapat mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Disamping menguatnya nilai dollar ada berbagai penyebab terjadinya kesulitan keuangan misalnya kondisi perekonomian secara umum, perusahaan mengalami kerugian terus-menerus, 3 penjualan yang menurun, bencana alam, pengelolaan yang kurang baik. Penurunan harga saham yang terus menerus di pasar modal juga merupakan faktor eksternal (Harnanto, 1984) Long dan Evenhouse dalam Emrinaldi (2007) dalam Agusti (2013) menemukan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu kondisi ekonomi secara makro, kebijakan industri dan financial, perilaku debitor dan kreditor. Kesalahan pengambilan keputusan yang tidak tepat dan kurangnya upaya pengawasan kondisi keuangan sehingga penggunaan keuangan yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami masalah kesulitan keuangan. Apriyeni dan Sri (2014) menemukan bahwa financial distress dalam penelitiannya berpengaruh negatif pada auditor swiching. Penelitian Yani Tarzan (2013) menemukan Net Profit Margin berpengaruh terhadap financial distress. Net profit margin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi financial distress. Rosita (2007) telah meneliti Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Malang bahwa bank tersebut sedang mengalami kondisi financial distress. Kondisi keuangan secara makro ditandai dengan melambatnya perekonomian. Melambatnya perekonomian akan mengakibatkan melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti penurunan permintaan akan barang-barang dan jasa. Kondisi ini akan mengakibatkan penurunan penjualan dari perusahaan. Penurunan penjualan merupakan salah satu indikator financial distress. (Harnanto, 1984) 4 Kebijakan di bidang industri dan keuangan juga bisa mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan melalui penuruan penjualan. Sebagai contoh, kebijakan kenaikan dalam uang muka mobil dan rumah mengakibatkan masyarakat calon pembeli harus menyediakan uang kas untuk kebutuhan uang muka. Sehingga calon pembeli akan menunda bahkan akan mengurungkan niat untuk membeli barang. Kesulitan keuangan (financial distress) yang mengarah pada kepailitan menarik untuk diteliti. Penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak dikhususkan pada pencarian faktor-faktor yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan (Altman, 2000; Harnanto, 1984; Agusti, 2013; Apriyeni dan Sri, 2014; Yani Tarzan, 2013; Rosita 2007). Dalam penelitian-penelitian terdahulu perusahaan hanya dikelompokkan pada dua kelompok yaitu yang mengalami kesulitan keuangan dan tidak; padahal kondisi tiap-tiap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan derajatnya berbedabeda. Demikian pula dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan mempunyai kemampuan keuangan (financial strength) juga mempunyai derajat yang berbeda-beda. Dengan melihat derajat yang berbeda baik perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) maupun yang mempunyai kemampuan keuangan (financial strength), sangat menarik untuk memasukkan variabel yang dapat mengakomodasi keduanya (financial distress dan financial strength). Variabel tersebut adalah variabel financial strength index. Variabel ini dapat melihat kondisi keuangan suatu perusahaan apakah mengalami kesulitan 5 keuangan dan sekaligus dapat melihat melihat seberapa besar tingkat kesulitannya ataupun tingkat kemampuan keuangannya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Strength pada Industri Manufaktur di Indonesia” 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya kebangkrutan ataupun sekaligus juga bisa dilihat kemampuan keuangannya. Salah satu cara untuk melihat kondisi keuangan dari perusahaan dengan melihat kemampuan keuangan (financial strength)-nya. Sehingga perlu diteliti dan dilihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kemampuan keuangan (financial strength) sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh rasio modal kerja terhadap financial strength? 2) Bagaimana pengaruh rasio laba ditahan terhadap financial strength? 3) Bagimana pengaruh rasio Return On Asset terhadap financial strength? 4) Bagimana pengaruh rasio penjualan terhadap financial strength? 5) Bagimana pengaruh rasio Price to Book Value terhadap financial strength? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi kondisi keuangan suatu perusahaan serta : 1) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh rasio modal kerja terhadap financial strength. 2) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh rasio laba ditahan terhadap financial strength. 6 3) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh rasio Return On Asset terhadap financial strength. 4) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh rasio penjualan terhadap financial strength. 5) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh rasio Price to Book Value terhadap financial strength. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1) Kegunaaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai Stewardship theory dan financial strength serta financial distress di pasar modal Indonesia terutama analisis faktor yang terkait dengan financial strength dan financial distress. 2) Kegunaaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi calon investor dalam menganalisis kondisi keuangan suatu perusahaan serta untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi ini secara garis besar disusun berdasarkan urutan bab yang sistematis sebagai berikut: 7 Bab I : Pendahuluan Bab ini adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini adalah landasan teori yang mengemukakan berbagai landasan teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian atau topik penelitian dan perumusan hipotesis berdasarkan penelitian terdahulu. Bab III : Metode Penelitian Bab ini adalah metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan data penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini adalah data dan hasil penelitian yang mengemukakan tentang keseluruhan penelitian ini dengan menampilkan hasil pengolahan data dengan pembahasan hasil tersebut. Bab V : Simpulan dan Saran Bab ini adalah simpulan dan saran yang menjelaskan simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan serta saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini. 8